“Aspek Keuangan”
Nama Anggota :
Henny H.T ( C1C108454)
Maria Yuliani ( C1C108437 )
Lina Paulina (C1C108441)
Deviana Winda P (C1C108438)
Anida Bunia (C1C108413)
Dosen Pengasuh :
Abdul Hadi, SE, M.Si
Biaya Pra Operasi adalah biaya yang harus dikeluarkan atau yang digunakan
untuk keperluan dalam membangun sebuah usaha. Dimana untuk membangun
sebuah usaha perlu diawali dengan pembuatan gagasan, penelitian tentang produk,
pasar dan aspek-aspek lain yang dipertimbangkan untuk diambil sebuah keputusan.
Penggunaan biaya tersebut untuk keperluan penelitian, perencanaan, studi
kelayakan, perancangan (design), biaya konsultan dan biaya pemasaran sebelum
produk siap diluncurkan ke pasar. Biaya-biaya tersebut sudah harus dikeluarkan
sebelum diambil keputusan untuk melaksanakan proyek yang dikelompokkan
sebagai sunk cost atau investasi yang nilainya tetap dan telah dikeluarkan semuanya
tidak mempunyai sisa. Biaya tersebut dikeluarkan baik usaha tersebut jadi
dijalankan atau batal. Sun cost tidak dimasukkan dalam perhitungan NPV karena
biaya tersebut diluar perhitungan studi kelayakan usaha.
2. Kebutuhan Investasi
a. Biaya Pembangunan Fisik
biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan sarana dan prasarana seluruh
kebutuhan proyek yang meliputi pembelian tanah, pembangunan gedung,
pembelian mesin-mesin, alat kantor, furnitur dan kendaraan.
d. Modal Kerja
Modal kerja merupakan keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan,
atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk
membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari (Sawir, 2005:129). Menurut
Weston dan Brigham (dalam Sawir, 2005:139) modal kerja adalah investasi
perusahaan di dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas, (surat-surat
berharga), piutang dagang, dan persediaan.
3. Sumber Dana :
a. Modal Sendiri (Equity)
Sumber dana modal sendiri biasanya berwujud modal saham dan laba
ditahan. Pembelanjaan yang akhir-akhir ini umumnya dipakai oleh banyak
aktivitas bisnis adalah pembelanjaan modal sendiri. Pembelanjaan modal sendiri
disebut juga sebagai pembelanjaan atau pendanaan ekuitas, yang digunakan
untuk waktu yang tidak terbatas. Artinya pendanaan tersebut akan digunakan
selama perusahaan tersebut berdiri.
2) Penerbitan Saham
Saham adalah sebuah tanda bukti keikutsertaan seseorang atau suatu
pihak akan kepemilikan suatu perusahaan atau suatu bisnis. Saham akan
diterbitkan oleh perusahaan yang membutuhkan pendanaan ekuitas.
Di dalam perusahaan perseroan terbatas, yang menggunakan pendanaan
ekuitas, akan terdapat suatu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Di
dalam RUPS tersebut, hanya para pemegang saham biasa yang memiliki
suara di dalam mengambil keputusankeputusan perusahaan. Sementara
pemegang saham preferen akan memiliki prioritas utama di dalam
penerimaan dividen, apabila sebuah perusahaan tidak membayarkan dividen
selama periode tertentu.
Dividen adalah balas jasa yang diterima oleh pemegang saham (stock
holder’s) berupa bunga dividen atas investasi yang dilakukan oleh mereka.
Besarnya dividen yang dibayar, dapat ditentukan berdasarkan per lembar
saham atau persentase. Dividen yang diterima oleh para investor, akan
ditentukan berdasarkan suatu kebijakan perusahaan di dalam RUPS. Produk
kebijakan tersebut disebut juga devidend payout ratio, yang besarnya antara
0–100% dihitung dari pendapatan yang tersedia bagi para pemegang saham
biasa (earnings available to common stock holder’s). Saham preferen juga
memiliki hak klaim yang utama terhadap aktiva perusahaan bila perusahaan
tersebut mengalami kebangkrutan.
b. Pinjaman (Debt)
Sumber dana ini biasanya berwujud hutang, baik hutang jangka panjang,
maupun hutang jangka pendek. Pinjaman (debt) sebagai sumber pendanaan akan
memiliki risiko (risk) berupa pembayaran bunga (interest) dan pengembaliannya
(repayment). Hal ini dikarenakan adanya prinsip the risk–return trade off, yaitu:
kecenderungan investor untuk memberikan investasi kepada proyek dengan
risiko yang tinggi, dengan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected
return) akan tinggi pula (Keown dkk., 2001). Artinya: hutang/kredit dapat
dipenuhi, apabila tingkat suku bunga terhadap pinjaman tersebut sesuai dengan
keinginan kreditor atau investor.
Masalah yang sebenarnya pada akhirnya akan dibahas di dalam studi aspek
keuangan itu sendiri – perihal modal – adalah bagaimana bisnis tersebut akan
didanai baik dengan modal sendiri, modal asing, ataupun gabungan keduanya,
akan dapat mencapai keuntungan yang ekonomis. Artinya: bagaimana struktur
modal tersebut disusun agar dapat meminimumkan biaya modal (cost of capital),
sehingga akan optimal penggunaannya.
Perhitungan biaya modal penting dilakukan untuk menentukan tingkat
keuntungan (cut off rate) yang diharapkan dari suatu aktivitas bisnis. Artinya,
suatu aktivitas bisnis akan sangat bergantung kepada biaya modal perusahaan
yang didanai oleh modal asing atau modal sendiri atau gabungan keduanya
6. Proyeksi Rugi-Laba
Proyeksi rugi-laba adalah gambaran keuntungan operesasi usaha beberapa tahun
kedepan. Untuk membuat proyeksi rugi-laba harus dihitung terlebih dahulu proyeksi
nilai penjualan, biaya produksi dan biaya operasi. Biaya operasi biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan operasional kantor dan pemasaran produk. Biaya-biaya
produksi dan operasi dapat pula dikelompokkan ke dalam biaya variabel dan biaya
tetap.
Pinjaman dapat terdiri dari pinjaman jangka pendek dan jangka panjang.
Besarnya pinjaman jangka pendek dan jangka panjang yang dibutuhkan dapat
ditentukan dengan melakukan simulasi atau membuat berbagai alternatif
pembelanjaan (modal sendiri, pinjaman jangka panjang dan pinjaman jangka
pendek). Modal sendiri biasanya dapat ditentukan terlebih dahulu kemudian
pinjaman jangka pendek dan jangka panjang ditetapkan dengan memperhatikan
pengaruh terhadap cash flow secara keseluruhan atau ukuran-ukuran lain seperti
profit margin, current ratio,dll.
Contoh:
Proyeksi Anggaran Kas (Cash Budget)
Uraian Tahun
1 2 3 4 5
PENERIMAAN :
Penjualan
Penjualan aset tetap
Pendapatan bunga
Pendapatan lain-lain
Total Penerimaan (A)
PENGELUARAN :
Pembelian bahan baku
Pembelian bahan pembantu
Pembelian spare sparts
Pembelian bahan bakar
Pembelian suppplies
Biaya upah langsung
Biaya Overhead pabrik
Biaya Operasi
Pembayaran cicilan utang
Pembayaran bunga
Pembayaran dividen
Pembayaran bonus
Pembayaran pajak
Total Pengeluaran (B) :
Selisih penerimaan dan pengeluaran sebelum
investasi (C=A-B)
PENGELUARAN INVESTASI :
Tanah
Gedung
Mesin-mesin
Peralatan
Kendaraan
Lain-lain
Total Investasi (D)
Kas setelah investasi (E = C – D)
Kas Awal (F)
Kas sebelum pembelanjaan (G = E + F)
SUMBER PEMBELANJAAN :
Pinjaman jangka pendek
Pinjaman jangka panjang
Modal sendiri
Jumlah Sumber (H)
Kas Akhir ( I = G – H)
8. Proyeksi pelunasan utang dan cicilan
Pengeluaran untuk pembayaran cicilan utang dan bunganya dibuat tersendiri.
Besarnya cicilan utang dan biaya bunga yang harus dibayarkan tergantung pada
besarnya utang periode yang lalu dan tingginya bunga serta besarnya utang baru
serta bunganya yang timbul pada periode proyeksi. Utang baru terjadi bila kas
sebelum pembelanjaan lebih kecil daripada saldo kas minimun yang diiinginkan.
Kebutuhan pinjaman adalah untuk menutupi kekurangan kas sebelum pembelanjaan
dan kas minimum yang diinginkan tersebut.
Bila kas membuat proyeksi keuangan tahunan, maka utang jangka pendek tahun
lalu yang harus dilunasi pada tahun berikutnya. Sedangkan utang jangka panjang
dibayar atau dicicil sesuai dengan jangka waktu pelunasannnyaa. Bila kita membuat
proyeksi keuangan bulanan, maka cicilan utang jangka pendek dan jangka panjang
harus dibuatkan jadwal pelunasannya setiap bulan. Biasanya jadwal pelunasan
pinjaman bank telah dibuatkan oleh bank dan disetujui oleh debitur pada saat
persetujuan kredit dikeluarkan.
Contoh:
Proyeksi Pembayaran Cicilan Utang dan Bunga
Uraian Tahun
Awal 1 2 3 4 5
Utang jangka panjang
Cicilan utang jangka panjang
Bunga utang jangka panjang
Utang jangka pendek
Cicilan utang jangka pendek
Bunga utang jangka pendek
Total cicilan utang
Total biaya bunga
9. Proyeksi Neraca
Neraca merupakan salah satu elemen penting laporan keuangan yang
mencerminkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan pada saat atau
tanggal tertentu. Dengan kata lain, neraca adalah potret perusaaan pada titik waktu
tertentu. Karena neraca merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan
keuangan, maka proyeksi neraca pun merupakan salah satu kegiatan penting dalam
proyeksi laporan keuangan.
Berdasarkan riset dari departemen pemasaran, analis perusahaan dan arahan dari
pihak manajemen, kita dapat membuat proyeksi pendapatan perusahaan, proyeksi
biaya operasi, dan proyeksi beban bunga serta pajak - semua elemen-elemen yang
mempengaruhi laba bersih perusahaan.
Dalam membuat proyeksi dapat dilakukan melalui penciptaan asumsi sebab-
akibat yang tepat, misalnya kita mungkin dapat mengaitkan pertumbuhan piutang
usaha dengan pertumbuhan penjualan, jika penjualan diharapkan meningkat 20%
dalam 6 bulan ke depan, maka piutang juga bertambah 20% kecuali ada fakta-fakta
lain yang kuat bertentangan dengan asumsi ini.
Untuk dapat membuat proyeksi neraca maka kita harus bisa meproyeksikan
setiap komponen-komponen dalam neraca yang terdiri dari :
a. Komponen aset
1) Piutang usaha (accounts receivable)
Tumbuh seiring dengan saldo penjualan kredit. Dengan menggunakan fungsi
IF statement, model tersebut hendaknya juga memperhitungkan dampak
proyeksi hari penjualan terutang (day sales outstanding), yang hubungan
sebab akibatnya dinyatakan :
hari penj. terutang = saldo piutang x jumlah hari dalam periode tersebut.
Penjualan kredit
2) Persediaan (inventories)
Tumbuh seiring dengan saldo harga pokok penjualan (HPP), dengan
memperhitungkan dampak rasio perputaran persediaan (inventory turnover).
Rumus :
Perputaran persediaan = HPP setahun
Saldo persediaan rata-rata tiap bulan.
Break even point terjadi ketika penerimaan sama besarnya dengan biaya yang
dikeluarkan.
BEP terjadi ketika :
Persamaan ini dapat diselesaikan dengan cara coba-coba dan interpolasi. Jika kita
menggunakan kd = 18% maka setelah dihitung sisi sebelah kanan bernilai Rp. 93.740,
dan jika menggunakan kd = 17% maka nilai sisi sebelah kanan menjadi Rp. 96.790, jadi
kd yang membuat sisi kanan Bernilai = Rp. 96.000 terletak diantara 17% dan 18%
sehingga digunakan interpolasi:
kd nilai
18% Rp. 93.740
17% Rp. 96.790
Selisih 1% Rp 3.050
k*d = Kd (1-t)
P0 = A x B atau kp = A x B
kp P0
dimana:
P0 = harga jual saham saat ini
A = nilai dividen (dalam persen)
B = nilai nominal saham
kp = biaya saham preferen
contoh:
suatu saham preferen dengan nominal Rp. 200.000 memberikan dividen
sebesar 20%. Harga jual saham saat ini adalah Rp. 175.000 biaya saham
preferennya adalah:
P0 = A x B
kp
175.000 = 20% x 200.000
kp
175.000 kp = 40.000
Kp = 40.000 = 0,2286 = 22,86%
175.000
ke = D
P0
dimana:
ke = biaya modal saham biasa
D = dividen per lembar saham yang konstan setiap kurun waktu tertentu,
misalnya setiap tahun
P0 = harga saham saat ini
Jika perusahaan menahan sebagian laba dan diasumsikan proporsi laba yang
ditahan adalah konstan maka besarnya ke adalah :
ke = D1 + g
P0
dimana:
ke = biaya modal saham biasa
D1 = dividen pada tahun ke satu
P0 = harga saham saat ini
G = pertumbuhan dividen per tahun
dimana:
CFt = aliran kas per tahun pada periode t
I0 = investasi awal pada tahun 0
K = suku bunga (discount rate)
Contoh:
Diasumsikan suku bunga = 12%
Arus kas bersih = Rp. 5.700.000
Nilai investasi awal = Rp. 18.000.000
Umur proyek = 5 tahun
Maka :
NPV = 5.700.000 + 5.700.000 + 5.700.000 + 5.700.000 + 5.700.000 _ I0
(1+12%)1 (1+12%)2 (1+12%)3 (1+12%)4 (1+12%)5
Kriteria penilaian:
• Jika NVP > 0, maka usulan proyek diterima
• Jika NVP < 0, maka usulan proyek ditolak
• Jika NVP = 0, nilai perusahaan tetap walaupun proyek diterima atau ditolak
Rumus:
n CFt
I0 = ∑
t=1 (1 +IRR)t
dimana:
t = tahun ke
n = jumlah tahun
CF = arus kas bersih
I0 = nilai investasi awal
IRR = tingkat bunga yang di cari harganya
Nilai IRR dapst dicari dengan coba-coba (trial and error), yakni dengan
menghitung nilai sekarang dari arus kas suatu investasi dengan menggunakan
suku bunga yang wajar, misal 10% , lalu suk bunga tersebut dibandingkan
dengan biaya investasi. Jika biaya investasi lebih kecil maka dicoba lagi dengan
suku bunga yang lebih tinggi, demikan seterusnya sampai biaya investasi sama
besar dan sebaliknya.
Contoh:
Biaya investasi awal = Rp. 18.000.000
Kas masuk bersih = Rp. 5.700.000
Umur proyek = 5 tahun
IRR = P 1 - C1 x - P 2 - P 1
C2 - C 1
dimana:
P1 = tingkat bunga ke 1
P2 = tingkat bunga ke 2
C1 = NPV ke 1
C2 = NPV ke 2
Menurut metode IRR suatu usul investasi dapat diterima jika IRR lebih besar
dari laba yang dikehendaki oleh manajemen. Laba yang dikehendaki oleh
manajemen tentu saja lebih besar dari cost of capital, tetapi jika IRR lebih kecil
dari laba yang dikehendaki oleh manajemen maka investasi akan ditolak.
Manfaat dari analisis sensitivitas yaitu berupa pemaksaan terhadap manajer proyek
untuk mengindentifikasikan sebanyak mungkin variabel-variabel yang belum
diketahui dan mengungkapkan taksiran-taksiran yang menyesatkan atau tidak tepat.