Analisis sensitivitas adalah suatu tehnik yang menunjukkan perubahan pada NPV jika terjadi
perubahan pada suatu variabel yang mempengaruhi NPV (variabel input), sedangkan variabel
lain dianggap tetap. Analisis ini dimulai dengan memperkirakan nilai yang dipakai untuk
menghitung NPV seperti unit penjualan, harga jual, biaya-biaya dan biaya modal. Dalam hal ini
juga sebagai analisis simulasi dengan cara mengubah-ubah variabel penyebab. Arus kas suatu
proyek sangat dipengaruhi oleh berbagai variabel, misalnya market size, market share, jumlah
produk yang terjual, harga jual perunit, biaya variabel perunit, jumlah biaya tetap dan
sebagainya. Makin besar market size , market share, jumlah unit yang terjual, kenaikan harga
jual perunit, demikian pula menurunnya variabel per unit makin kecilnya jumlah biaya tetap
mempunyai pengaruh yang menguntungkan bagi proyek. Sedangkan hal sebaliknya dapat terjadi
dan memperkecil arus kas neto.
Dalam melakukan analisis suatu investasi, kami menyadari ketidakpastian perkiraan arus kas
yang kami buat. Kia mengetahui bahwa arus masuk kas bersih dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti (1) unt yang dijual,(2) Harga jual per unit, (3) pendapatan tetap, dan (4) biaya varlabet per
unit, Dengan kata lain, ketika salah satu faktor tersebut berubah, maka arus kas yang diharapkan
yang akan diperolehpun akan berubah pula.. Analisis sensitivitas mencoba menganalisis apa
yang terjadi pada proyek NPV jika salah satu variabel berubah. Analisis sensitivitas dilakukan
dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing dapat terpisah atau
beberapa kombinasi dengan suatu presentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi .
Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut berdampak
pada hasil kelayakan (NPV, IRR, Net B/C)
Dengan analisis kepekaan diharapkan manajer keuangan dapat menilai kembali estimasi arus kas
suatu proyek yang telah disiapkan, untuk mengetahui sampai seberapa jauh tingkat kepekaan
arus kas dipengaruhi oleh berbagai perubahan dari masing-masing variabel penyebab. Perhatian
perlu dipusatkan pada variabel-variabel yang pengaruhnya besar terhadap perubahan arus kas
dan NPV, Dengan demikian analisis sensitivitas atau analisis kepekaan adalah analisis yang
paling sederhana.
a. Harga
Perubahan harga tetntunya akan memberikan pengaruh pada bisnis yang akan
dijalankan. Apakah perhitungan pada awal sesuai atau tidak dengan mengetahui
perubahan harga yang terjadi dapat diprediksi besarnya nilai penerimaan atau
biaya yang dikeluarkan sehingga dengan demikian akan diperoleh posisi
kelayakan suatu bisnis. Perubahan harga (terutama harga output) dapat
disebabkan adanya penawaran (supply) yang bertambah dengan adanya bisnsi
skala besar atau adanya beberapa bisnis baru dengan umur ekonomi yang panjang.
Bila permintaan tetap maka harga akan turun
b. Keterlambatan pelaksanaan (Misal: mundurnya waktu implementasi)
Keterlambatan pelaksanaan Biasanya terjadi karena berbagai sebab:
Terlambat dalam pemesanan/penerimaan alat baru
Masalah administrasi yang tidak terhindarkan
Khusus pada usaha sektor pertaian karena adanya teknik bercocok tanam
baru, sehingga petani perlu adaptasi dengan teknik tersebut.
Pengaruh keterlambatan dalam analisis kelayakan bisnis ini perlu dianalisis (dan
merupakan bagian dalam analisis sensitivitas) untuk melihat dampak atau
pengaruh perubahan pelaksanaan bisnis tersebut
c. Kenaikan dalam biaya (Cost Over Run)
Kenaikan biaya Terjadi karena adanya kenaikan dalam biaya konstruksi, misalnya
pada saat pelaksanaan ada kenaikan pada:
Harga peralatan
Harga bahan bangunan
Bisnis cenderung sensitif terhadap kenaikan biaya, oleh karena itu analisis
sensitivitas terhadap biaya yang paling sering dilakukan. Terutama bisnis-bisnis
yang komponen konstruksinya (yang biaya investasinya) tinggi. Selain biaya
konstruksinya, umumnya bisnis cenderung sensitif terhadap kenaikan biaya input
Setelah melakukan analisis dapat diketahui seberapa jauh dampak perubahan tersebut terhadap
kelayakan proyek: pada tingkat mana proyek masih layak dilaksanakan.
Teknik analisis sensitivitas harus diperhatikan oleh analis yang menilai kelayakan suatu bisnis
akibat dari perubahanperubahan yang mempengaruhi kelayakan bisnis tersebut
Contoh kasus :
Pada kondisi normal nilai bisnis budidaya ini layak untuk dijalankan karena
telah memenuhi ktriteria kelayakan investasi.
Pada saat terjadi kondisi (i) terjadi penurunan produksi sebesar 30%, usaha
budidaya juga masih layak dijalankan walaupun terdapat penurunan perolehan
manfaat bersih yg signifikan
Pada saat peningkatan harga input menunjukkan bahwa tidak terjadi
perubahan yang sangat signifikan pada bisnis lidah buaya tersebut. Secara
umum dapat disimpulkan bahwa bisnis budidaya ini sensitif terhadap
perubahan produksi (yakni penurunan produksi), dan tidak sensitif terhadap
perubahan peningkatan harga pupuk kimia.
1. Misalkan suatu rencana investasi ditaksir memerlukan dana sebesar Rp. 5.000 juta pada
tahun ke-. Proyek tersebut mempunyai umur ekonomis 5 tahun, dan investasi senilai
Rp5.000 juta tersebut disusutkan dengan metode garis lurus tanpa nilai sisa. Dengan
demikian, beban penyusutan adalah Rp1.000 juta per tahun. Taksiran penjualan per
tahun sebanyak 1.000 unit dengan harga jual Rp5 juta per unit. Biaya variabel per unit
Rp2 juta, dan biaya tetap (tidak termasuk penyusutan) Rp1.000 juta per tahun. Taksiran
unit yang terjual, harga jual, blaya varlabel, dan biaya tetap diasumsikan tidak berubah
sepanjang tahun. Pajak yang ditanggung adalah 35.
Dengan demikian taksiran kas masuk bersih per tahun adalah sebagai berikut (semua
angka dalam Jutaan)
Rp. 5.000
Penghasilan penjualan
Biaya-biaya :
Variabel Rp. 2.000
Tetap Rp.1.000
Penyusutan Rp. 1.000 Rp. 4.000
Laba sebelum pajak Rp. 1.000
Pajak Rp. 350
Laba setelah pajak Rp. 650
Kas masuk bersih Rp. 1.000 + Rp. 1.650 = Rp. 1.650
Apabila r yang dipandang relevan adalah 18%, maka NPV investasi tersebut adalah,
Proyek masih menguntungkan apabila estimasi kita nantinya tidak banyak meleset.
Sekarang misalkan terjadi peningkatann biaya variabel sebesar 10%, apa yang terjadi
dengan kas masuk bersih dan NPV proyek tersebut? Kenaikan biaya variabel sebesar
10% akan mengakibatkan biaya variabel naik menjadi Rp. 2.200 juta. Apabila variabel-
variabel lain tidak berubah, maka kas masuk bersih akan menjadi Rp 1.520 juta. Dengan
demikian maka NPV = - Rp247 juta.
Seandainya harga jual turun sebesar 10%, apa yang terjadi ? Dengan cara yang
sama(kita pegang variabel-variavbel lain konstan sama, seperti sebelum ada perubahan)
kita akan dapat menghitung bahwa kas masuk bersih akan menjadi Rp. 1.325 juta per
tahunnya, sehingga NPV = - Rp 856 juta. Dengan demikian Nampak bahwa variabel
harga jual sensitive terhadap profitabilitas investasi.
Ini berarti bahwa perusahaan perlu mengkaji leih seksama mengenai prospek harga jual.
Apakah di masa yang akan datang perubahan harga akan cukup besar? Kalau ya, apakah
perubahan tersebut akan lebih banyak turun ataukah juga mempunyai peluang yang
sama untuk naik? Informasi tambahan mungkin perlu dicari untuk meminimumkan
risiko.
Analisis sensitivitas tetap menggunakan tingkat bunga yang telah disesuaikan dengan
risiko dalam menaksir NPV investasi. Hal tersebut disebabkan karena tujuannya adalah
tetap menggunakan expexted cash flow dalam analisis, meskipun barangkali perlu
melakukan kaji ulang dalam penaksiran arus kas, tersebut. Analisis sensitivitas tidak
bermaksud untuk menaksir probilitas NPV mencapai nol atau negative.
2. Suatu usul investasi membutuhkan biaya sebesar Rp 160.000 dengan umur penggunaan
(ekonomis) selama 8 tahun. Setelah mempelajari berbagai aspek yang relevan oleh staf
dapatlah disusun estimasi arus kas sebagai berikut :
Jawab :
Cara I
1
NPV =−160.000+34.000 [ 1−
]
(0+ 0,1)8
0,1
= Rp.21 .390
Cara II
PVIFA 8th, 10% = -160.000 + (34.000 x 5,3349) = Rp 21.387
Oleh karena proyek tersebut menghasilkan NPV positif maka selayaknya usul investasi
diterima. Selanjutnya manajer keuangan ingin mengetahui bagaimana pengaruhnya
terhadap NPV proyek bila terjadi perubahan variabel penting.
DAFTAR PUSTAKA
https://slidetodoc.com/universitas-gunadarma-studi-kelayakan-bisnis-analisis-risiko-
dalam/ (diakses pada 30 Maret 2021)