Saat ini kita akan sering menjumpai kasus kista/abses Bartholin baik pasien kiriman, ataupun yang datang sendiri ke poliklinik karena pasien merasa tidak mampu menahan rasa sakit oleh karena kelenjar bartholin yang membengkak. Angka kejadian kista/abses Bartholin sekitar 2% dari seluruh wanita, pada umumnya asimtomatis namun dapat memberikan keluhan berupa nyeri hingga gangguan aktifitas. Sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu anatomi vulva dan kelenjar Bartholin, diagnosis banding, agen penyebab tersering, penatalaksanaan dan komplikasinya, serta indikasi untuk eksisi.
Kelenjar Kelamin (Asesoris) Kelenjar Bartholin : menghasilkan cairan pelumas vagina Tuba falopi Uterus
Ovarium Fimbria
Serviks
Kelenjar Bartholin atau dalam bahasa latin Glandula Vestibularis Major adalah kelenjar ganda yang terletak di bawah dan di kiri dan kanan dari permukaan vagina pada wanita. Kelenjar ini menghasilkan lendir atau mucus untuk lubrikasi, terutama ketika peningkatan keinginan seksual, yang kemudian akan mendukung kegiatan seksual. Terletak posterolateral dari vestibulum arah jam 4 dan 8, mukosa kelenjar dilapisi oleh sel-sel epitel kubus, panjang saluran pembuangannya sekitar 2,5 cm dan dilapisi oleh sel-sel epitel transisional. Saluran pembuangan ini berakhir diantara labia minor dan hymen dan dilapisi oleh sel-sel epitel skuamosa. Oleh karena itu dapat timbul keganasan berupa adenokarsinoma maupun karsinoma skuamosa. Kelenjar ini menghasilkan mucus yang berfungsi sebagai lubrikan pada vagina dan menyerupai kelenjar bulbouretral pada lakilaki. Kelenjar Bartholin homolog dengan kelenjar Cowper pada pria. 3,4,5
Gambar 3. Kelenjar Bartholin3 Vestibulum adalah ruang diantara dua labium minora. Merupakan muara dari kelenjar Bartholin (kelenjar mukosa) dan kelenjar-kelenjar kecil lain sekitar klitoris dan uretra. 7
Gambar 4. Genitalia Externa Perempuan 7 C. Abses Kelenjar Bartholin Definisi Abses Bartholin adalah abses pada kelenjar Bartholin (kelenjar vestibularis major). Masing-masing wanita memiliki dua kelenjar Bartholin. Bila salah satu kelenjar 4
Bartholin terinfeksi, bisa terjadi abses Bartholin. Jika saluran keluar dari kelenjar Bartholin tersumbat, bisa menyebabkan abses. Pada abses rongganya berisi pus. Paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri.8
Gambar 5. Abses Bartholin 9 Gejala Gejala yang paling umum dialami oleh penderita abses Bartholin, yaitu :8 Terasa panas, dan membengkak pada labia mayor Demam Vagina sakit dan sensitif Sakit pada saat hubungan seksual (dispareunia)
Abses Bartholin dapat didiagnosis melalui pemeriksaan pelvis, dan pemeriksaan kultur pus. Pada pemeriksaan pelvis dapat ditemukan pembesaran kelenjar Bartholin
dan bila tersentuh sedikit saja pasien akan merasa kesakitan. Biopsi dianjurkan pada wanita yang usia > 40 tahun untuk menyingkirkan adanya tumor. Komplikasi Jika abses Bartholin tidak diterapi dengan baik, akan berkembang menjadi kista Bartholin. Jika menjadi kista, kista harus dibuang. Jika abses Bartholin terjadi pada wanita usia > 40 tahun dapat menjadi pemicu terjadinya tumor di kelenjar Bartholin, meskipun ini sangat jarang. Penatalaksanaan Treatment yang paling umum digunakan : Mengeluarkan abses Antibiotik Biasa digunakan
amoxicillin + asam klavulanat atau cefazolin. Pada wanita usia 40 tahun keatas dianjurkan untuk melakukan eksisi seluruh kelenjar Bartholin oleh karena kemungkinan timbulnya suatu keganasan. 1. Kateter Word Kateter word ini memang dirancang untuk kasus kista/abses bartholin. Setelah dipasang, kateter word ini dibiarkan selama 4 minggu, dan penderita dianjurkan untuk tidak melakukan aktifitas seksual, sampai kateter dilepas. setelah 4 minggu akan terbentuk saluran drainase baru dari kista bartholin, secara kosmetik hasilnya cukup bagus karena orifisiumnya akan mengecil dan hamper-hampir tidak kelihatan. Komplikasi pemasangan kateter Word : rekurens perdarahan 6
2. Marsupialisasi Marsupialisasi adalah pilihan terapi apabila setelah penggunaan kateter Word terjadi rekurensi (atau tidak ada kateter Word). Prinsipnya : buat insisi elips dengan skalpel diluar atau didalam cincin hymen, jangan diluar labium mayor karena dapat timbul fistel (selain itu juga jelek hasilnya), insisi harus cukup dalam mengiris kulit dan dinding kista/abses bawahnya (untuk kemudian dibuang). Apabila terdapat pus dibersihkan dan dikeluarkan, bila bekas insisi terbuka lebar atau darah banyak mengalir dapat dilakukan penjahitan dengan mendekatkan luka antar sayatan. Angka rekurensi sekitar 10%. 3. Eksisi Eksisi dilakukan jika terjadi rekurensi berulang, sebaiknya tindakan ini dilakukan di kamar operasi oleh karena biasanya akan terjadi perdarahan yang banyak yang berasal dari plexus venosus bulbus vestibuli, dan pernah dilaporkan terjadinya septik syok pasca tindakan, komplikasi lain adalah selulitis dan dyspareuni. 4. Kehamilan dengan kista/abses Bartholin Oleh karena pada kehamilan vaskularisasi daerah pelvis meningkat. Untuk kasus asimtomatis sebaiknya tindakan operatif ditunda hingga setelah persalinan, namun jika tidak dapat dihindari maka dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik spektrum luas (relatif aman untuk kehamilan) dan anestesi lokal dapat diberikan pada kasus abses bartholin.
Anamnesis dilakukan pada tanggal 2 Januari 2010 pukul 09.50 WIB Keluhan Utama Timbul benjolan di bibir kemaluan sebelah kiri. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke RS dengan keluhan timbul benjolan di bibir kemaluan sebelah kiri. Benjolannya mulai timbul sejak 2 minggu SMRS. Benjolannya makin lama makin membesar dan membengkak. Sejak 1 minggu yang lalu mulai terasa sakit dan perih, bila tersentuh sakitnya makin kuat. Sekarang dari benjolan tersebut keluar nanah. Pasien juga mengeluh badannya sering terasa demam tapi tidak sampai menggigil. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat Penyakit Keluarga Di keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa. 8
II.
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 2 Januari 2010 pukul 10.20 WIB Keadaan umum Keadaan sakit Tanda vital : : Komposmentis Kesadaran : Baik : Tampak sakit sedang
Sklera ikterik : (-/-) Konjungtiva pucat (-/-) Refleks pupil (+/+) Diameter pupil (3/3) mm Telinga Torak Jantung : pendengaran (N/N) : bentuk normal, spider nevi (-), venektasi (-) :
Inspeksi
Atas : ICS 2 Bawah : ICS 5 linea midclavicula sinistra Kanan : parasternal sinistra Kiri : linea midclavicula sinistra
Paru Inspeksi
: : bentuk dada normal, dada simetris kanan dan kiri : pergerakan dada simetris, tidak ada yang tertinggal
Statis Dinamis
Palpasi : vokal fremitus sama di kedua lapang paru Perkusi: sonor pada semua lapang paru Auskultasi : suara dasar vesikular, suara paru tambahan berupa
ronkhi basah (-) dan wheezing (-) di kedua lapang paru Abdomen : bentuk normal, nyeri tekan (-) di epigastrium, hati tidak teraba, ginjal tidak teraba, lien tidak teraba Capillary refill : ekstremitas atas dan bawah < 2 detik Status Lokalis : Genitalia Externa Rambut pubis : dalam batas normal Labia mayor : tidak ditemukan kelainan Labia minor : o dextra : tidak ditemukan kelainan
10
o sinistra : terdapat benjolan sebesat telur puyuh, kenyal, berwarna kemerahan, teraba hangat, nyeri bila tersentuh, bagian kulitnya sudah ada yang luka dan tampak seperti ada pus. Klitoris : tidak ditemukan kelainan
III. Pemeriksaan Penunjang Darah Rutin : Hb Leukosit Eritrosit Trombosit Ht : 12,1 g/dL : 12500/uL : 4,16 M/uL : 270 K/uL : 37,2 PG
Pemasangan tampon
Medikamentosa : VI. Amoxycillin 500 mg, 3x1 Asam mefenamat 500 mg, 3x1 Vitamin B complex Prognosis : dubia ad bonam 11
VII. Catatan Perkembangan Tanggal 2 Januari 2010 : dilakukan insisi Abses Bartholin Sinitra, keluar pus 10 cc. Kemudian dipasang tampon yang telah dibasahi povidone iodine, dan dipasang 2x24 jam. Dan dipasang dower chateter. Follow up tanggal 04/01/2010: o S : perih pada tempat yang disayat o O: KU baik, CM TD110/80 mmHg, N80x/menit, RR18x/menit, T36,6oC Luka sayatan mulai mengering, tidak tampak keluar darah Tampon dibuka.
o A : Post Marsupialisasi Labia Mayor Sinistra a/i Abses Bartholin Sinstra o P: Amoxycillin 500mg, 3x1 Asam mefenamat 500mg, 3x1 Vitamin B complex Follow up tanggal 05/01/2010 o S : sakit pada tempat yang disayat mulai berkurang o O: KU baik, CM TD120/80 mmHg, N80x/menit, RR16x/menit, T36,4oC 12
Luka sayatan mengering, tidak tampak keluar darah, luka mulai menutup.
o A : Post Marsupialisasi Labia Mayor Sinistra a/i Abses Bartholin Sinistra o P: Amoxycillin 500mg, 3x1 Asam mefenamat 500mg, 3x1 Vitamin B complex Pasien boleh pulang, dengan saran kontrol ulang untuk penyembuhan lukanya dan jaga kebersihan alat genital.
BAB IV PEMBAHASAN
Abses Bartholin adalah infeksi pada kelenjar Bartholin. Umumnya mendadak, biasanya disebabkan oleh infeksi gonokokus dapat oleh bakteri lain. Bila terjadi sumabatan utama pada duktus kelenjar Bartholin menyebabkan retensi sekresi dan dilatasi kistik. Kelenjar Bartholin membesar, merah, nyeri, dan lebih panas dari daerah sekitarnya. Isi di dalam berupa nanah dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat (biasanya akibat infeksi) mengumpul di dalam menjadi abses. 10 Keluhan pasien umumnya adalah benjolan, nyeri, dan dispareunia. Penyakit ini cukup sering rekurens. Dapat terjadi berulang, akhirnya menahun dalam bentuk kista Bartholin. Kista tidak selalu menyebabkan keluhan, tapi dapat terasa berat dan mengganggu koitus. Pada kasus ini didiagnosis abses Bartholin yaitu pada pemeriksaan pelvis ditemukan suatu benjolan sebesar telur puyuh di labia minor sinistra yang terlihat merah dan kulitnya sudah ulserasi, bila diraba pasien merasa kesakitan, dan benjolannya terasa lebih hangat dari 13
daerah sekitarnya. Pada pasien ini dilakukan insisi pada kelenjar Bartholin (marsupialisasi) dan didalamnya terdapat pus 10 cc. Hal ini memperkuat diagnosis abses Bartholin. Selain itu pada pasien ini diberikan antibiotik spektrum luas. Diberikan asam mefenamat diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri bekas sayatan.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. 2. 2010. 3. 2009. 4. 2010. 5. Januari 2010. Andreas. Abses Kelenjar Bartholin. Data modifikasi tahun 2008. Tersedia pada website www.obgynunairwordpress.com. Diakses pada tanggal 20 Tersedia Anonim. Abses Bartholin. Data modifikasi tanggal 27 Oktober pada website http://en.wikipedia.org/wiki/Bartholin%27s_gland. Junqueira, et ell. Histologi Dasar. Edisi ke-8. Alih bahasa dr. Jan Sugeng. Anatomi Organ Reproduksi. Data modifikasi tahun 2008.
Tambayong. 1998. Jakarta : EGC Tersedia pada website www.biologiwordpress.com diakses pada tanggal 20 Januari
Diakses pada tanggal 20 Januari 2010. Anonim. Kelenjar Bartholin. Data modifikasi tanggal 1 Januari 2010. Tersedia pada website www.wikipedia.org . Diakses pada tanggal 20 Januari
15
6. 7. EGC 8. 9. 10.
Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Bloom and Fowcett. Buku Ajar Histologi. Edisi 12. 2003.Jakarta : Anonim. Abses Bartholin. Data modifikasi tahun 2009. Tersedia Anonim. Bartholinitis. Data modifikasi tahun 2008. Tersedia pada Sarwono,P. Ilmu Kandungan. Edisi kedua.2008. Jakarta : PT. Bina
pada website www.mamashealth.com. Disadur pada tanggal 20 Januari 2010. website www.emedicine.medscape.com. Disadur pada tanggal 20 Januari 2010. Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
16