Fitokim
Fitokim
Analisis Biji Ketapang (Terminalia catappa L.) Sebagai Suatu Alternatif Sumber Minyak Nabati The Analysis of Catappa (Terminalia catappa L.) Seed as an Alternative Source of Vegetable Oil
Miladiah Putri Handayani dan Subagus Wahyuono Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
ABSTRAK
Biji ketapang (Terminalia catappa L) merupakan salah satu sumber minyak nabati di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemiripan antara minyak biji ketapang dengan minyak zaitun, wijen dan kelapa sawit berdasarkan sifat fisika kimia dan kandungan asam lemak total (palmitat, oleat, linoleat, dan stearat) sebagai metil ester. Minyak ketapang diekstraksi dengan petroleum bensin menggunakan Soxhlet selama 24 jam. Rendemennya (51,25% b/v) menyerupai minyak kelapa sawit dan minyak wijen, sehingga biji ketapang berpeluang digunakan sebagai sumber minyak nabati. Kandungan metil ester asam lemak dalam biji ketapang berdasarkan analisis KG-SM adalah metil palmitat (35,63%), metil oleat (33,49%), metil linoleat (24,49%), dan metil stearat (4,66%). Kandungan metil palmitat yang tinggi mirip dengan kandungan asam palmitat pada minyak kelapa sawit. Bobot jenis (25oC) minyak biji ketapang, 0,898 gram/mL, mirip dengan minyak kelapa sawit, sedangkan indeks biasnya (20oC) mirip dengan minyak wijen yaitu sebesar 1,4648. Bilangan asamnya (4,7 mgKOH/gram) lebih rendah dibandingkan minyak zaitun (6,6 mgKOH/gram), sehingga kualitasnya lebih baik daripada minyak zaitun. Bilangan penyabunan (68,83 mgKOH/gram) lebih rendah daripada minyak lainnya, yang berarti kandungan asam lemak totalnya rendah. Bilangan iodium sebesar 75,21, sesuai dengan bilangan iodium minyak zaitun (75-94). Penelitian ini menyimpulkan bahwa minyak biji ketapang berpeluang untuk sebagai alternatif pengganti minyak kelapa sawit dan minyak zaitun, berdasarkan kemiripan sifat fisika kimia dan kandungan asam lemaknya. Kata kunci: Terminalia catappa L., minyak nabati, sifat fisika-kimia, KG-MS
ABSTRACT
Terminalia catappa L. seed is one of the source of vegetable oils. This research aimed to determine the similarity of physicochemical properties and fatty acids content (palmitic, stearic, oleic and linoleic) among catappa, olive, sesame and palm oils. Catappa oil was extracted by petroleum benzine using Soxhlet for 24 hours. Oils yield (51.25% w/w) was similar to palm and sesame oil. It indicates that catappa seed is valuable source for vegetable oil. Major fatty acid methyl ester composition of catappa oil was analyzed by GC-MS. They were methyl palmitic (35.63%), methyl oleic (33.49%), methyl linoleic (24.49%), and methyl stearic (4.66%). High palmitic acid methyl ester of catappa oil was similar to palmitic acid in palm oil. Specific gravity (0.898 gram/mL) of catappa oil was similar to that of palm oil and its refractive index (1.4648) was similar to that of sesame oil. The quality of catappa oil is better than that of olive oil. This is based on its lower acid value (4.7 mgKOH/gram) than olive oil (6.6 mgKOH/gram). The lower saponification value of catappa oil (68,83 mgKOH/gram) indicates that this oil contain less fatty acid than olive, sesame and palm oil. Iodine value of catappa oil (75.21) was equal to iodine value of olive oil. This research shows that catappa oil could be used as alternative replacement of palm and olive oil, based on their similarity. Key words: Terminalia catappa L., vegetable oil, physicochemical properties, GC-MS Korespondensi:
101
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan: Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah biji ketapang, minyak wijen, minyak zaitun, lempeng KLT silika gel GF254, penampak bercak Ce(IV)SO4, pelarut organik
102
Minyak biji ketapang yang dihasilkan berwarna kuning pucat atau lebih pucat daripada minyak zaitun. Minyak tersebut berasa sedikit pahit, kemungkinan terdapat alkaloid yang ikut tersari, namun perlu dilakukan analisis secara kualitatif maupun kuantitatif. Bau minyak seperti bau minyak kacang, namun masih sedikit bercampur dengan bau petroleum bensin. Bobot jenis (25oC) minyak biji ketapang yang Tabel 2. Empat senyawa metil ester terbesar pada minyak ketapang berdasarkan analisis KGSM
Waktu Luas Area Puncak Senyawa Retensi Relatif (%) No. (menit) 2 16,506 35,63 Metil palmitat M+ (m/z) 270
Gambar 1. Hasil KLT dengan fase diam silika gel GF 254 di bawah sinar UV 254, UV 366, dan dengan pereaksi semprot serium sulfat. Z = minyak zaitun, K =
minyak ketapang, dan W = minyak wijen
berpeluang menjadi salah satu sumber minyak nabati di Indonesia. Analisis kandungan kimia secara kualitatif dengan KLT menunjukkan adanya senyawa lipid pada Rf 0,675. Bercak tersebut meredam pada UV 254 dan berpendar keputihan pada UV 366. Bercak tersebut akan berwarna coklat setelah disemprot dengan serium sulfat (Gambar 1). Hasil analisis KG-SM pada minyak biji ketapang menunjukkan adanya 4 puncak terbesar (gambar 2), yaitu metil palmitat (35,63%), metil linoleat (24,49%), metil (33,49%) dan metil stearat (4,66%). Asam palmitat dalam minyak kelapa sawit merupakan kandungan asam lemak terbesar, demikian halnya dengan minyak biji ketapang (tabel III). Oleh karena itu, minyak biji ketapang yang diteliti memiliki peluang untuk dijadikan sebagai alternatif pengganti minyak kelapa sawit.
diteliti sebesar 0,8977 gram/mL. Hasil tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan penelitian Agatemor (2006) dan menyerupai bobot jenis minyak kelapa sawit (0,891 gram/mL). Indeks bias (20oC) sebesar 1,4648, mirip dengan indeks bias minyak wijen, sebesar 1,4650 (tabel IV ). Kualitas minyak biji ketapang dalam penelitian ini lebih baik daripada minyak zaitun. Hal ini disebabkan karena bilangan asamnya (4,7 mgKOH/gram) lebih kecil daripada minyak zaitun (6,6 mgKOH/gram). Bilangan asam yang kecil menunjukkan bahwa kandungan asam lemak bebasnya cukup kecil dan terjadi sedikit kerusakan pada minyak. Bilangan penyabunan pada minyak biji ketapang, 68,83 mgKOH/gram, paling rendah diantara minyak zaitun (184-196 mgKOH/gram), minyak wijen (187-195 mgKOH/gram), dan minyak kelapa sawit (195-205 mgKOH/gram). Rendahnya bilangan penyabunan tersebut menandakan bahwa kandungan asam lemak total dalam minyak biji ketapang relatif lebih rendah dibanding minyak lainnya. Tingkat ketidakjenuhan suatu minyak berdasarkan asam lemak tak jenuhnya dianalisis dengan bilangan iodium. Minyak biji ketapang memiliki bilangan iodium yang sama dengan minyak zaitun. Kisaran bilangan iodium untuk minyak zaitun adalah 75 sampai 94, sedangkan minyak biji ketapang memiliki bilangan iodium sebesar 75,21. Oleh karena itu, tingkat kejenuhan minyak biji ketapang yang diteliti sama dengan minyak zaitun. Semakin tinggi bilangan iodium, maka semakin tinggi tingkat ketidakjenuhan suatu minyak.
103
7
1
Gambar 2. Kromatogram hasil pemisahan metal ester pada minyak biji ketapang dengan KG
Puncak 2
Puncak 4
Gambar 4.
Gambar 6.
104
DAFTAR PUSTAKA :
Agatemor, C, 2006, Studies of Selected Physicochemical Properties of Fluted Pumpkin (Telfairia occidentalis Hook F.) Seed Oil and Tropical Almond (Terminalia catappia L.) Seed Oil, Pakistan Journal of Nutrition 5 (4) : 306 307. Agatemor, C. dan Ukhun, M.E., 2006, Nutritional Potential of the Nut of Tropical Almond (Terminalia catappa L.), Pakistan Journal of Nutrition 5 (4) : 334 336. Anonim, 1972, Farmakope Indonesia, edisi II, Depkes RI, Jakarta. Anonim, 1983, Pakistan Standard Specification of Palm Oil Edible Grade,
105
DAFTAR PUSTAKA :
Agatemor, C, 2006, Studies of Selected Physicochemical Properties of Fluted Pumpkin (Telfairia occidentalis Hook F.) Seed Oil and Tropical Almond (Terminalia catappia L.) Seed Oil, Pakistan Journal of Nutrition 5 (4) : 306 307. Agatemor, C. dan Ukhun, M.E., 2006, Nutritional Potential of the Nut of Tropical Almond (Terminalia catappa L.), Pakistan Journal of Nutrition 5 (4) : 334 336. Anonim, 1972, Farmakope Indonesia, edisi II, Depkes RI, Jakarta. Anonim, 1983, Pakistan Standard Specification of Palm Oil Edible Grade, Notified%20PSS/PS%2098-1994.pdf, diakses tanggal 15 Maret 2008. Balogun, A. M. dan Fetuga, B. L., 1985, Fatty Acid Composition of Seed Oils of Some Membes of the Meliaceae and Combretaceae Families. JAOCS, Vol. 62, no. 3, Hal. 539 531. Hegnauer, R.,1964, Chemotaxonomie der Pflanzen III, 438-447, Birkhuser Verlag Basel und Stuttgart. Helrich, K., 1990, Official Methods of Analysis, Association of Official Analytical Chemists Edisi 15, Volume 2, Association Of Analytical Chemists Inc. Arlington, Virginia, USA.
106
107