Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS ORTODONSI

NAMA PASIEN OPERATOR NO. MHS PEMBIMBING : Septika : Jonathan,S.KG : 04094707022 : drg. Emilia Ch Prasetyanti, Sp. Ort

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2011

STATUS PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN


ORTODONSI

IDENTITAS Nama pasien Rujukan dari Umur Suku Jenis kelamin Status Kawin Agama Alamat Telepon Pekerjaan Nama Ayah Suku Umur Nama Ibu Suku Umur Pekerjaan Orang Tua Alamat Orang Tua

: Septika : Umum : 22 tahun : Tionghoa : Perempuan : Belum kawin : Buddha : Jl. Let. Simanjuntak No.5 : 0711-367470 : Mahasiswi : Yudi Pramana : Tionghoa : 53 tahun : Yuniwati : Tionghoa : 50 tahun : Wiraswasta : Jl. Let. Simanjuntak No.5

PEMERIKSAAN KLINIS
Keluhan Utama : Pasien datang ingin merawat gigi depan rahang atas yang dirasakan tidak teratur susunannya sehingga mengganggu penampilan. Riwayat Kesehatan : Kelahiran : normal Urutan kelahiran : anak ke 2 dari 4 anak Nutrisi : ASI 4 bulan Penyakit berat yang pernah diderita : Hepatitis, Apendisitis, Migrain Kelainan congenital : Tidak Ada Keterangan Riwayat kesehatan cukup baik dan pasien pernah menderita penyakit berat yang tidak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gigi

Pemeriksaan Subjektif (Anamnesis) :

Gigi decidui : rampan karies Gigi bercampur : prematur loss Gigi permanen : Gigi permanen mengalami karies dan sudah di tambal. Gigi depan rahang atas susunannya tidak teratur. Gigi belakang kiri bawah sudah dicabut sejak beberapa tahun yang lalu dan tidak diganti dengan protesa.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigigeligi :

Kebiasaan buruk (berkaitan dengan keluhan pasien) : Pasien memiliki kebiasaan mengigit kuku sejak 3 tahun yang lalu.

Pemeriksaan Objektif
Umum
Jasmani : Baik/Tidak, Mental : Baik/Tidak, Status gizi : Kurang/Normal/Lebih, ket : baik/tidak baik Tinggi Badan (TB) : 152 cm berat badan (BB) : 62 kg Indeks masa Tubuh : BB (kg) = 62 = 26,8 TB (m)2 (1,62)2

Lokal

Ekstra oral

Wajah depan :

Bentuk kepala : Brachycepali/Dolikocephali Simetri : Simetris/Tidak simetris Proporsi : Normal/Tidak normal Tonus otot mastikasi : Normal/Tidak normal Tonus otot bibir : Normal/Tidak normal Bibir posisi istirahat : Tertutup/Terbuka Wajah samping : Profil : Cembung/Cekung/Datar

Intra oral

Jaringan lunak

Gingiva : Normal/Tidak normal Frenulum labii : Rendah/Tinggi/normal Tonsil : Normal/Abnormal Lidah : Normal/Abnormal Palatum : Tinggi/Rendah/Normal

ANALISA

FOTOGRAFI

Simetris Proporsi : Normal Garis orbita kanan kiri ---- garis mulut : Sejajar Profil : Cembung

Analisa Model
Rahang Atas Arah sagital Inklinasi gigi insisivus : insivus kedua atas kanan dan kiri labioversi Pergeseran gigi posterior : tidak ada Arah transversal Inklinasi gigi insisivus : insisivus sentralis kanan dan kiri mesiopalatotorsi Midline : segaris/tidak segaris Arah vertikal Infra versi : Gigi 18, 17 Supra versi : Gigi 11, 26

Rahang Bawah Arah sagital Iklinasi gigi insisivus : Normal/ Tidak normal Pergeseran gigi posterior : Gigi 35, 33, 34 Kurva spee : Normal/Tidak normal Arah transversal Midline : segaris/tidak segaris : midline bergeser ke kiri 2 mm Arah vertikal Infra versi : Gigi 38 Supra versi : Tidak ada

Model Dalam Keadaan Oklusi Arah sagital Overjet 11 : 3,0 mm 41

21 31

: 3,5 mm

Relasi kaninus : kanan : Klas II Angle kiri: Klas II Angle Relasi M1 permanen : kanan : Klas II Angle kiri: Cross bite anterior : tidak ada Arah transversal Garis median : Ke kiri 2 mm Crossbite posterior : Tidak ada Arah vertikal Overbite 11 : 2 mm 21 : 2 mm 41 31 Open bite : 12 dan 22 42 32 Deep bite : Tidak ada

Perhitungan Ruang

Analisa Ruang RA Kanan Ukuran mesio distal gigi Lengkung gigi

: 11+12+ 13 11 s/d 13

= = selisih (-)

22,4 23,0 1,4 mm

mm mm

Ukuran mesio distal gigi Lengkung gigi

25,4 26,0 selisih (-) = 0,6 Analisa ruang rahang atas kanan menunjukkan adanya kekurangan ruang 2 mm Kiri Ukuran mesio distal Lengkung gigi Ukuran mesio distal Lengkung gigi

: 14+ 15 +16 14 s/d 16

= =

mm mm mm

: 21+22+ 23 21 s/d 23

= =

23,2 23,0 selisih (-) = 0,2 24,6 23,8 selisih (-) = 0,8

mm mm mm mm mm mm

: 24+25+ 26 24 s/d 26

= =

Analisa ruang rahang atas kiri menunjukkan adanya kekurangan ruang 1 mm

Analisa Ruang RB Kanan Ukuran mesio distal gigi Lengkung gigi Ukuran mesio distal gigi Lengkung gigi

: 41+42+ 43 41 s/d 43

= =

18,6 19,0 selisih (+) = 0,4

mm mm mm mm mm mm

23,5 27,0 selisih (+) = 3,5 Analisa ruang rahang bawah kanan menunjukkan adanya kelebihan ruang 3,9 mm Kiri Ukuran mesio distal Lengkung gigi Ukuran mesio distal Lengkung gigi

: 44+45+ 46 43 s/d 45

= =

: 31+32+ 33 31 s/d 33

= =

18,7 23,0 selisih (+) = 4,3

mm mm mm mm mm mm

24,4 24,5 selisih (+) = 0,1 Analisa ruang rahang bawah kiri menunjukkan adanya kelebihan ruang 4,4 mm

: 34+35+ 36 34 s/d 36

= =

DETERMINASI LENGKUNG

Rahang atas membutuhkan ruang sebesar 3 mm (kanan : 2 mm dan kiri : 1 mm). Overjet awal 11 = 3 mm, 21 = 3,5 mm 41 31 Overbite awal 11 = 2,5 mm, 21 = 2,5 mm 41 31

Metode Pont Jumlah mesiodistal 12 11 21 22 : 31,0 mm Jarak P1- P1 Pengukuran : 36,4 mm Jarak P1- P1 Pengukuran : Ix 100 = 30,8 100 = 38,75 mm 80 80 Diskrepansi : 2,35 mm ( kontraksi mild degree ) Jarak M1- M1 Pengukuran : 47,0 mm Jarak M1- M1 Pengukuran : Ix 100 = 31,0 100 = 48,5 mm 64 64 Diskrepansi : 1,5 mm ( kontraksi mild degree ) Keterangan : Pada metode pont, pertumbuhan lengkung gigi pada regio inter P1 mengalami kontraksi sebesar 2,35 mm dan pertumbuhan lengkung gigi pada region inter M1 mengalami kontraksi sebesar 1,5 mm. Namun kontraksi ini masih dianggap normal karena < 5 mm.

Metode Howes Inter P1 = jarak inter tonjol P1 P1 x 100 % Md M1 M1 = 41,5 x 100 % 95,6 = 43,4%

FOTO PANORAMIK

Keterangan : Tidak ditemukan gambaran gigi susu Tampak adanya tambalan amalgam pada gigi 16, 26, 37, 46 dan 47 Terlihat gigi 34 dan 35 mengalami rotasi Gigi 36 sudah di ekstraksi

Maloklusi Klas II Angle dengan tipe dental, disertai dengan malrelasi : Open bite 12 dan 22 42 32 Overjet : 11 = 3 mm, 21 = 3,5 mm 41 31 Overbite : 11 = 2 mm, 21 = 2 mm 41 31 Dan malposisi gigi individual : Gigi 11 dan 21 mesiopalatotorsi Gigi 12 dan 22 labioversi Gigi 34 mesiolinguotorsi Gigi 35 distolinguotorsi Gigi 18,17,38 intraversi Gigi 11,26 supraversi Midline Midline rahang bawah bergeser 2 mm ke arah kiri

ETIOLOGI

Etiologi dari keadaan maloklusi pada pasien ini dapat disebabkan periode pergantian gigi susu ke gigi permanen yang tidak tepat waktunya (premature loss) sehingga menyebabkan kesalahan posisi erupsi pada benih gigi permanen.

RENCANA PERAWATAN
Untuk mengatasi keadaan maloklusi pada pasien ini digunakan alat ortodonti lepasan (removable) yang terdiri atas : Rahang Atas Menggunakan labial bow Menggunakan T spring Menggunakan klamer Adams Rahang Bawah Tidak menggunakan alat ortodonsi lepasan

PROGNOSIS

Baik Keterangan : Penggunaan pesawat ortodonsi lepasan akan memberikan hasil yang cukup baik karena kelainan maloklusi yang dialami pasien dalam keadaan yang ringan, Selain itu pasien bersifat cukup kooperatif ingin melakukan perawatan untuk memperbaiki keadaan gigi nya tersebut.

KONTROL PERAWATAN
7 JUN 2010 KONTROL I : Aktivasi labial bow RA dan slicing mesial distal gigi 12,11,21,22 Belum terjadi perubahan 8 Okt 2010 KONTROL II : Aktivasi Labial Bow dan slicing mesial distal gigi 12,11,21,22 Belum terjadi perubahan 14 Des 2010 KONTROL III : Aktivasi Labial Bow dan slicing mesial distal gigi 12,11,21,22 serta aktivasi Tspring Overbite dan overjet tidak mengalami perubahan Gigi 12 dan 22 labioversi mulai mengalami gerakan tipping ke arah palatal 8 Feb 2011 KONTROL IV : Aktivasi Labial Bow dan slicing mesial distal gigi 12,11,21,22 serta aktivasi Tspring Overjet 11/41 = 3 mm menjadi 2,8 mm dan 21/31 = 3,5 mm menjadi 2,9 mm Overbite 11/41 = 2 mm tidak mengalami perubahan dan 21/31 = 2 mm tidak mengalami perubahan Gigi 12 dan 22 labioversi sudah mulai terkoreksi ke arah palatal

1 Apr 2011 KONTROL V: Aktivasi labial bow, slicing mesial distal 12,11,21,22 dan mesial 13 dan aktivasi T-spring Overjet 11/41 = 2,8 mm menjadi 2,6 mm dan 21/31 = 2,9 mm menjadi 2,7 mm Overbite 11/41 = 2 mm tidak mengalami perubahan dan 21/31 = 2 mm tidak mengalami perubahan Gigi 12 dan 22 mulai terkoreksi 7 Jun 2011 KONTROL VI : Aktivasi labial bow, slicing mesial distal 12,11,21,22 dan mesial 13 dan aktivasi T-spring Overjet 11/41 = 2,6 mm menjadi 2,4 mm dan 21/31 = 2,7 mm menjadi 2,5 mm Overbite 11/41 = 2 mm menjadi 1,9 mm dan 21/31 = 2 mm menjadi 1,9 mm\ Gigi 22 yang labioversi sudah terkoreksi dan masuk ke lengkung ideal

3 Nov 2011 KONTROL VII : Aktivasi labial bow, slicing mesial distal 12,11,21,22 dan mesial 13 dan aktivasi T-spring Overjet 11/41 = 2,4 mm menjadi 2,2 mm dan 21/31 = 2,5 mm menjadi 2,3 mm Overbite 11/41 = 1,9 mm menjadi 1,8 mm dan 21/31 = 1,9 mm menjadi 1,8 mm 21 Nov 2011 KONTROL VIII : Aktivasi labial bow, slicing mesial distal 12,11,21,22 dan mesial 13 dan aktivasi T-spring Overjet 11/41 = 2,2 mm menjadi 2,0 mm dan 21/31 = 2,5 mm menjadi 2,3 mm Overbite 11/41 = 1,8 mm menjadi 1,7 mm dan 21/31 = 1,8 mm menjadi 1,7 mm

MODEL STUDI SEBELUM PERAWATAN

MODEL STUDI SETELAH PERAWATAN

PEMBAHASAN
Kontrol I : belum tejadi pergerakan dari gigi geligi pasien. Pergerakan gigi yang diharapkan adalah pergerakan tipping pada gigi 12 dan 22 yang mengalami malposisi labioversi. Kontrol II : belum tejadi pergerakan dari gigi geligi pasien karena pasien belum memakai pesawat ortodonsi sesuai dengan instruksi yang diberikan Kontrol III : gigi 12 dan 22 yang labioversi mulai terkoreksi ke arah palatal Hal ini dikarenakan adanya tekanan dari labial bow yang menyebabkan gigi tersebut tipping ke arah palatal Kontrol IV : overjet 11/41 menjadi 2,8 dan 21/31 menjadi 2,9 mm

Hal ini karena aktivasi T spring mengkoreksi gigi 11 dan 21 yang mesiopalatotorsi sehingga gigi yang bersangkutan mengalami gerakan rotasi karena ada penahan di bagian labial gigi berupa labial bow

Kontrol V : overjet 11/41 2,6 mm dan overjet 21/31 menjadi 2,9 mm. Gigi 12 dan 22 mulai tipping ke palatal Hal ini karena aktivasi T spring mengkoreksi gigi 11 dan 21 yang mesiopalatotorsi sehingga gigi yang bersangkutan mengalami gerakan rotasi karena ada penahan di bagian labial gigi berupa labial bow
Kontrol VI :overjet 11/41 = 2,6 mm menjadi 2,4 mm dan 21/31= 2,9 mm menjadi 2,5 mm serta overbite 11/41 dan 21/31 menjadi 1,9 mm . Kontrol VII : overjet 11/41 2,4 mm menjadi 2,2 mm dan 21/31 2,5 mm menjadi 2,3 mm serta overbite nya menjadi 11/41 dan 21/31 1,9 menjadi 1,8 mm. Gigi 22 labioversi sudah terkoreksi dan sesuai dengan lengkung gigi . Hal ini karena adanya tekanan dari labial bow yang menyebakan gigi dapat tipiing ke daln lengkun gigi. Kontrol VIII : overjet 11/41 dari yang sebelumnya 2,3 mm menjadi 2,0 mm dan overjet 21/31 menjadi 2,0 mm serta overjetnya menjadi 1,7 mm overbite 11/41 serta 21/31 1,8 mm menjadi 1,7 mm .

KESIMPULAN

Beberapa kasus maloklusi yang ringan dapat dikoreksi dengan alat lepasan. Seperti halnya kasus malposisi gigi insisivus labioversi ataupun mesiopalatotorsi yang ringan. Keberhasilan hasil perawatan tergantung pada ketepatan penggunaan alat orthodonti dan sikap kooperatif pasien serta rencana perwatan yang sesuai dengan kedaan maloklusi yang dialami pasien. Pasien disarankan untuk melanjutkan perawatan orthodonsi untuk mengkoreksi gigi yang belum sesuai dengan lengkung ideal yang diharapkan pada rencana perawatan.a

Anda mungkin juga menyukai