Kegiatan pemanfaatan lahan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, sehingga dikembangkan prinsip pemanfaatan lahan dikenal dengan perencanaan pemanfaatan lahan (landuse planning). Prinsip perencanaan pemanfaatan lahan dalam perencanaan pembangunan di Indonesia dikenal dengan pola peruntukan pemanfaatan lahan dan dituangkan ke dalam rencana tata ruang. Walaupun rencana tata ruang yang ada dilaksanakan secara baik dan benar, bila rencana tata ruang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan maka tetap akan terjadi kerusakan lingkungan.
Dalam perencanaan tata ruang melibatkan secara langsung tiga (3) kelompok stakeholders yaitu: pemakai lahan (land users), tim perencana (planning team) dan pengambil keputusan (decisionmakers) (FAO,1993). Rencana Tata Ruang sebagai kebijakan publik kerapkali mengalami kegagalan, tidak bejalan sebagaimana yang diharapkan. Kegagalan kebijakan dapat dibagi dua yaitu: (1) tidak terimplementasikan (nonimplementation), (2) implementasi yang tidak berhasil (unsuccesful implementation). (Hogwood dan Gunn) Faktor penyebab kegagalan kebijakan yang jarang diungkapkan adalah karena sejak awal perumusan dilakukan secara tidak cermat, tidak didukung oleh informasi yang memadai, asumsiasumsi dan harapan harapan yang tidak realistis (Wahab, 1997). Sebagai kebijakan publik dalam proses Perencanaan tata ruang yang mengikut sertakan masyarakat akan memberikan harapan keberhasilan akan lebih besar.
Land Users Source of demand for land resources Provide labour, capital, management Produce goods and services Implement the plan on the ground Information about
Planning Team Support decision-maker Provides information On land and use Make plans
Sectorial Agencies Souce of technical Information Carry oiut of public Work and services Action plan
Executive
Source of policy Source of Leads planning action Allocated resources Instructs agencies and Approves plan
Penataan Ruang (UU 26/2007 dan Permen PU no. 15, 16, 17 /PRT/M/2009) PENATAAN RUANG
berdasarkan UU No. 26/2007 dan Permen 15, 16, dan 17/PRT/M/2009
diacu
1. PRESIDEN & MENTERI 2. BAPPENAS 3. BKPRN 4. TIAP DEPARTEMEN/ KEMENTERIAN A. DEP. PU B. DEPDAGRI C. dll
RPJP Nasional
Renstra KL
pedoman
Renja KL
2, 3, 4A
RTR Pulau
RTRW Nasional
diacu
pedoman
RPJM Nasional
dijabarkan
RKP
diserasikan melalui musrenbang
6
diacu
diperhatikan PROVINSI
5. GUBERNUR 6. BAPPEDA PROV 7. BKPRD PROV 8. SKPD PROV A. DINAS TATA RUANG B. DINAS KEHUTANAN C. dll
8 5 6
RPJP Provinsi
pedoman
RPJM Provinsi
dijabarkan
RKP Provinsi
6,7,8A
diacu diacu
RTRW Provinsi
pedoman
diacu
diperhatikan
Renstra SKPD
pedoman
Renja SKPD
diacu
diselaraskan
KAB/KOTA
9. WALIKOTA/BUPATI 10. BAPPEDA KAB/ KOTA 11. BKPRD KAB/ KOTA 12. SKPD KAB/KOTA A. DINAS TATA RUANG B. DINAS KEHUTANAN C. dll
Keterangan : Diacu
10
10
RPJP Kab/Kota
pedoman
RPJM Kab/Kota
dijabarkan
RKP Kab/Kota
diacu
RDTR Kabupaten RTR Kawasan Strategis Kabupaten RDTR Kota RTR Kawasan Strategis Kota
RENCANA TATA RUANG KAB A.1 RENCANA TATA RUANG KAB A.2
pedoman
12
Renstra SKPD
pedoman
12
Renja SKPD
diselaraskan
diacu
Diturunkan Diselaraskan
Pasal 29 (1) : Dokumen rencana pembangunan daerah disusun dengan menggunakan data dan informasi serta rencana tata ruang
Pasal 3 : Rencana tata ruang merupakan syarat dan acuan utama penyusunan dokumen rencana pembangunan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
RTRW NASIONAL
Kerjasama
SINKRON
RTRW PROVINSI
PADUSERASI
Kerjasama
SINERGI
RTRW KAB/KOTA
PADUSERASI
RPJMD
Pendahuluan
RTRWP
Pendahuluan
Dasar Hukum Penyusunan RTRWP Profil Wilayah Provinsi Isu-Isu Strategis
Peta-Peta
Kaidah Pelaksanaan
Keterangan: Arah Keterkaitan Sumber: (1) PP No. 08/2008; (2) Permendagri No. 54/2010; (3) Permen PU No. 15/PRT/M/2009, Lampiran 5
STRATEGY FORMULATION
Ekstern al
Inter nal
Prosedur Performance
F E E D B A C K
RPJP
RTRW
Black Box Pengam bilan Keputus an Arah kebijakan (5
20 thn.an
RPJM
thn.an) 5 thn.an
Rencana
Strategi
SKPD 1 thn.an
Penyelenggaraan Pembangunan