Anda di halaman 1dari 10

Kultura Volume: 10 No.

1 Juni 2009

PENGARUH PEMBELAJARAN TEKNIK LEMPARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR PITCHING Drs. Amirzan, M.Pd1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara pembelajaran teknik lemparan windmill jumping dan pembelajaran teknik lemparan windmill terhadap hasil belajar keterampilan pitching untuk mahasiswa yang memiliki kemampuan motorik yang berbeda. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan desain factorial 2x2. Jumlah sample seluruhnya 20 orang. Hasil belajar keterampilan pitching Diukur dengan Tes Kecepatan dan Ketepatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan pitching antara yang menggunakan pembelajaran teknik lemparan windmill jumping dengan yang menggunakan pembelajaran teknik lemparan windmill. 1. Pendahuluan Permainan softball merupakan cabang olahraga yang cukup populer Indonesia, hal ini terlihat dengan semakin banyaknya perkumpulan-perkumpulan softball di kota-kota besar maupun di daerah-daerah. Selain itu juga minat para generasi muda terhadap cabang olahraga ini, baik di perguruan tinggi, sekolah-sekolah semakin menunjukkan perhatian yang tinggi. Hal ini tentu sangat mempengaruhi untuk pembinaan dan prestasi dimasa yang akan datang. Setiap cabang olahraga mempunyai karakteristik yang berbeda, ciri dari permainan softball dapat dilihat dari sifat permainan, teknik-teknik gerak, peraturan permainan dan perlengkapan yang digunakan. Softball adalah permainan cepat dan tepat artinya permainan ini memerlukan kecepatan dalam berlari, kecepatan dalam memukul, ketepatan dalam melempar dan memukul bola, kelincahan dalam menangkap dan menguasai bola dalam lapangan, begitu juga seorang pitcher harus mampu melemparkan bolanya secara cepat dan tepat pada sasaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa posisi pitcher-lah yang memegang peranan penting yang paling dominan untuk mematikan serangan dari tim lawan. Hal ini sejalan dengan pendapat Kneer dan Cord (1976:36) dalam buku Softball Slow and Fast Pitch, menjelaskan tentang peranan penting seorang pitcher yaitu sebagai berikut The pitcher is crucial to success in softball. The Initiation of activity begins with the pitcher and probably seventy five percent of winning will defend upon pitching. Dari kutipan tersebut diatas jelas bahwa seorang pitcher mempunyai peranan yang sangat tinggi dalam mematahkan serangan lawan. Pitching dapat dilakukan dengan beberapa bentuk lemparan, Kneer dan Cord (1976:37) dalam buku yang sama mengemukakan bahwa bentuk lemparan yang lazim dilakukan pitcher yaitu : Most pitchers use a windmill or a slingshot type of delivery. Dalam teknik lemparan windmill dikenal ada dua cara
1

Dosen FKIP UNIGHA Sigli

Kultura Volume: 10 No.1 Juni 2009

yaitu teknik lemparan windmill dan teknik windmill jumping, dari kedua teknik ini merupakan suatu gerak rotasi yang berpangkal pada bahu, lengan dan kekuatan lecutan pergelangan tangan. Berbeda dengan teknik windmill jumping selain dari faktor diatas gerakan ini mempunyai keunggulan yaitu dengan adanya pengerahan kekuatan yang besar akibat melangkah jauh kedepan sehingga mengahasilkan impuls yang besar dan gaya momentum kedepan. Untuk menjadi seorang pitcher yang terampil, pemain yang bersangkutan haruslah mempunyai kemampuan motorik atau kemampuan kecakapan gerak yang tinggi dan struktur tubuh yang cocok. Jadi dalam hai ini proses pembelajaran seorang pitcher itu dipengaruhi oleh faktor ekternal dan internal, seperti yang diungkapkan oleh Rusli Lutan dalam buku Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode adalah sebagai berikut : Kondisi internal mencakup karakteristik yang melekat pada individu, seperti tipe tubuh, motivasi, atau atribut lainnya. Sedangkan kondisi eksternal mencakup faktor-faktor yang trdapat diluar individu yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap penampilan gerak sesorang. Sehubungan dengan hal ini yang dimaksud dengan faktor internal adalah kemampuan gerak individu. begitu juga diungkapkan oleh Dell Bethel (1987:22) dalam Petunjuk Lengkap Softball dan Baseball, mengemukakan sebagai berikut : . Khusus untuk seorang pitcher harus memiliki kecakapan kemampuan gerak yang tinggi dan dicairkan orang-orang yang badannya tinggi, besar dan perkasa. Seorang pitcher harus memiliki lengan yang panjang, lentur dan kuat. Dia harus pandai mengkoordinasikan lengan, bahu berikut badannya. Dari kutipan tersebut, dapat dijelaskan bahwa untuk menjadi seorang pitcher yang terampil diperlukan kemampuan kecakapan gerak yang tinggi, artinya pitcher harus menguasai dan memiliki komponen gerak yaitu agilitas, fleksibilitas yang tinggi, stamina, power, kecepatan, koordinasi dan keseimbangan. Hanya dengan kondisi fisik yang baik, pitcher atau atlit akan merasa siap dalam melakukan latihan atau pembelajaran yang diaplikasikan dalam setiap pertandingan yang harus mampu melempar secara cepat dan tepat ke daerah strike zone selama 7 inning atau lebih, keseluruhan gerak pitching ini harus mengkoordinasikan gerakan seluruh anggota tubuhnya, baik lengan, bahu, pinggul, badan maupun kakinya. Kesemua komponen gerak tersebut harus mutlak dipunyai oleh seorang atlit pada umumnya dan pitcher khususnya. Dari uraian tersebut diatas, pembelajaran teknik tersebut dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan kemampuan motorik dari tiap individu. Teknik lemparan pitching sampai saat ini yang lebih dominan dipakai adalah pembelajaran teknik lemparan windmill dan windmill jumping. Dalam tulisan ini, penulis ingin mempelajari dan mengembangkan pembelajaran teknik lemparan yang disesuaikan dengan kemampuan motorik tiap individu.

Kultura Volume: 10 No.1 Juni 2009

1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran teknik lemparan dan kemampuan motorik terhadap hasil belajar pitching. 1.3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Unit Kegiatan Mahasiswa Softball-Baseball FKIP UNIGHA, Sigli. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan desain factorial 2x2. Jumlah sample seluruhnya 20 orang. Hasil belajar keterampilan pitching Diukur dengan Tes Kecepatan dan Ketepatan. Teknik analisis yang digunakan adalah Analysis of Varians (ANOVA) dua arah yang dilanjutkan dengan uji Tuckey pada taraf signifikansi = 0,05. 2. Uraian Teoritis 2.1. Hakikat Teknik Lemparan Windmill Berdasarkan pendapat para ahli, beberapa hal yang dianggap penting dalam melakukan pitching windmill dan windmill jumping terbagi dalam beberapa tahap, yaitu sebagai berikut : Sikap Berdiri (stance), seorang pitcher harus berdiri diatas dengan kedua kaki menginjak pitchers plate. Sikap badan menghadap ke pemukul, sebagai patokan bahu kiri mengarah ke base satu, bahu kanan mengarah ke base tiga. Langkah (stride) cara melangkah sebelum pitcher melemparkan bola yang dimulai dengan memindahkan berat badan ke kaki depan (kaki kanan bagi yang bukan kidal) kemudian melangkahkan kaki belakang (kaki kiri) ke depan, sehingga bahu kiri menghadap ke arah catcher, kedua lengan ditarik kedepan dada sebagai awalan untuk melakukan wind up atau putaran lengan. Sedangkan ujung kaki kanan menekan pitchers plate, hal ini berfungsi sebagai poros atau penumpu. Gerakan lengan (arm action), gerakan lengan dimulai dengan memutarkan tangan yang memegang bola (lengan kanan) ke depan atas kepala, pada saat memutar, lengan harus menyentuh telinga, putaran lengan ini berpusat pada bahu yang dipengaruhi dua gaya yaitu gaya sentripetal yang mengarah ke pusat putaran dan gaya sentrifugal yang mengarah menjauhi pusat lemparan yang diakibatkan dari adanya gerak anguler atau gerak rotasi lengan yang disertai dengan melangkahkan kaki kiri kedepan kaki tumpu. Pada saat pitcher memutarkan lenga kanannya ke belakang untuk mengambil ancang-ancang da mengayunkan kedepan untuk melemparkan bola, posisi tangan yang memegang bola harus dalam keadaan hyperextensi, kemudian dilecutkan kea rah fleksi yang bersamaan dengan bola dilepas lurus kedepan (strike zone), sedangkan jari-jari tangan yang memegang bola hanya bergerak kearah oposisi sambil melepaskan bola gerakan jari-jari tangan akan mengikuti pergelangan tangan kearah fleksi. Yang berkontraksi pada gerakan ini adalah otot-otot disekitar bahu yaitu flexor carfiradialis dan palmaris longus dan gerakan sendi flexion serta kontraksi otot jari-jari tangan yaitu extesor digitorium yang 3

Kultura Volume: 10 No.1 Juni 2009

menghasilkan lecutan atau daya ledak otot terhadap bola. Gerak Lanjut (follow Troungh), gerakan selanjutnya yang dilakukan oleh pitcher setelah bola dilepaskan yakni dengan melangkahkan kaki kanan kedepan kaki kiri, dan membiarkan lengan, pergelangan tangan mengikuti sisa gerakan setelah melepaskan bola, yang hal ini penting dilakukan untuk mendapatkan keseimbangan setelah melakukan pitching yang maksimal dan agar gerakan tidak menjadi kaku atau terputus. 2.2. Hakikat Teknik Lemparan Windmill Jumping Belajar pitching dengan menggunakan windmill jumping mempunyai beberapa tahap yaitu sebagai berikut : Sikap Berdiri (stance), Sikap awalan ini kedua kaki harus menginjakkan kakinya pada pitchers plate dan tidak sejajar, badan menghadap ke pemukul, bahu kiri sejajar dengan base satu dan bahu kanan sejajar dengan base tiga. Sikap ini harus dioertahankan minimum selama 1 detik dan maksimal 10 detik hal ini sesuai dengan Official Rules of Softball yang diterjemahkan oleh Komisi Perwasitan PB PERBASASI. Langkah (stride), berbeda dengan windmill, pada gerakan ini peranan langkah kaki yang sejauh-jauhnya kedepan, jadi istilah jumping disini sebenarnya kaki belakang (kaki kiri) melangkah jauh kedepan yang diikuti dengan kaki tumpu yang ikut bergeser dan tidak disertai dengan lepasnya kaki tumpu dari permukaan tanah. Ini juga sesuai dengan Official Rules Of Softball. Peranan jumping ini sangatlah penting karena akan mempengaruhi terhadap kekuatan gerak sehingga akan menghasilkan ekstra momentum kedepan yang mempengaruhi juga gaya-gaya yang terdapat pada gerakan anguler lengan. Jadi ketika kaki belakang melangkah jauh kedepan, maka otot-otot yang bekerja adalah otot-otot daerah gelang panggul dan otot-otot tungkai, sendi lutut dan pergelangan kaki. Gerakan Lengan (arm action), Gerakan lengan hampir sama dengan teknik windmill, namun pada gerakan windmill jumping akan menambah lamanya kekuatan gerak yang akan menghasilkan momentum yang besar terhadap lemparan, maka semakin besar momentum semakin pula impuls yang dikeluarkan oleh gerak anguler tersebut. Jadi dalam gerakan ini terjadi pengerahan kekuatan yang sangat besar yang otomatis energi yang dikeluarkan juga akan lebih besar. Gerak Lanjut (follow through), gerakan ini bertujuan untuk mendapatkan keseimbangan setelah melakukan lemparan agar tidak terjadi gerakan yang terputus dan kaku serta harus siap kembali menerima bola apabila terjadi hasil pukulan balik dari lawan. 2.3. Hakikat Kemampuan Motorik Kemampuan adalah terjemahan dari kata ability yang hampir sama dengan pengertian keterampilan, padahal dua kata ini mempunyai pengertian yang berbeda. 4 Seseorang ketika

Kultura Volume: 10 No.1 Juni 2009

berolahraga haruslah mempunyai keterampilan dan kemampuan motorik yang sesuai dengan karakteristik olahraga tersebut. Artinya bahwa kemampuan motorik (gerak) merupakan unsur yang pokok untuk memenuhi penguasaan keerampilan gerak pada setiap cabang olahraga, apalagi tujuannya adalah untuk berprestasi, itu mutlak harus dipunyai oleh seorang atlit. Yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi, seperti menurut Lutan (13:1988) dalam buku Belajar Keterampilan Motorik Pengatar Teori dan Metode adalah Faktor Eksogen dan Endogen. Faktor eksogen adalah faktor yang secara langsung berkaitan dengan pelaksanaan latihan yang berkualitas, khususnya bagaimana latihan atau pengajaran diorganisasikan juga akan mempengaruhi pembebanan untuk meningkatkan prestasi. Beban latihan berkaitan langsung dengan tuntutan spesifik dari suatu cabang olahraga, ruang lingkup latihan, dan derajat kemampuan seseorang mentoleransi stress atau beban latihan. Beban latihan yang berat harus diikuti dengan rileksasi yang cukup. Latihan harus dilaksanakan dalam kondisi yang akan dijumpai dalam pertandingan dan kondisi yang memungkinkan pencapaian prestasi, termasuk penguasaan teknik olahraga yang bersangkutan dapat berlangsung seoptimal mungkin. Faktor endogen meliputi anatomi, fisiologi, dan system persyarafan berpengaruh langsung terhadap limit prestasi seseorang. Karakteristik dari setiap cabang olahraga tentu berbeda, namun demikian cirri-ciri fisik yang ideal tidaklah merupakan jaminan untuk mencapai standar prestasi tinggi, karena semua faktor tersebut merupakan pra kondisi untuk berprestasi. Kemampuan keterampilan gerak atau motorik merupakan suatu tingkat (kapasitas) kemahiran atau penguasaan yang berkaitan erat dengan gerak anggota tubuh. Yang menjadi faktor utama dalam penguasaan unsur keterampilan kemampuan motorik adalah tergantung pada kemampuan dasar seseorang. Kemampuan seseorang itu akan berperan sebagai pengembangan penguasaan keterampilan gerak motorik menjadi tingkat mahir. Kemampuan motorik ini adalah proses dimana seorag individu mengembangkan kemampuan geraknya menjadi respon yang terkoordinasi, terkontrol dan teratur. Seperti menurut Schmidt, 1988 yang dikutif oleh Lutan (1988:38) abilitas semacam himpunan dari perlengkapan milik seseorang yang dipakai olehnya untuk melakukan suatu keterampilan motorik. Abilitas itulah yang menentukan baik buruknya suatu keterampilan motorik yang dapat dilakukannya. Jadi abilitas (kemampuan) kapabilitas kemampuan-kemampuan potensial yang menyokong keterampilan tertentu. Ada juga yang disebut dengan Physical Proficiency Abilities atau yang disebut kemampuan tambahan lainnya yang berkaitan dengan aspek struktur badan atau fisik. (Fleishmen, 1964) mengidentifikasikannya sebagai berikut : Fleksibilitas Statis, Fleksibilitas Dinamis, Kekuatan Statis, Kekuatan Dinamis, Kekuatan Togok, Kekuatan Eksplosif, Koordinasi Badan, Keseimbangan Badan, dan Stamina (Daya Tahan Kardiovaskular). Kesembilan abilitas itu 5

Kultura Volume: 10 No.1 Juni 2009

merupakan landasan bagi dimensi kesegaran jasmani, agaknya terpisah dengan abilitas yang membutuhkan keterampilan. Sedangkan komponen-komponen yang mempengaruhi gerakan pitching Motor ability, yang didalamnya terdapat kemampuan keseimbangan (balance), kecepatan reaksi (reaction speed), dan kinesthetic. Jadi untuk mengetahui ukuran diagnosis dari setiap faktorfaktor abilitas, maka penulis mendapat kesan bahwa abilitas atau kemampuan keterampilan umum dapat diukur dengan menggunakan metode General Motor Ability yaitu Barrow Motor Ability Test. Komponen yang diukur adalah sebagai berikut : (1) Standing Broad Jump, untuk mengukur power tungkai; (2) Softball Throw, untuk mengukur power lengan; (3) Zig-zag Run, untuk mengukur gerak kelincahan seseorang; (4) Wall Pass, untuk mengukur koordinasi mata dan tangan; (5) Medicine Ball Put Test, untuk mengukur power otot lengan; (6) Sprint 50 m, untuk mengukur kecepatan. 2.4. Hakikat Belajar Gerak (Pitching) Belajar gerak dapat diartikan sebagai perubahan tempat, posisi, kecepatan tubuh atau bagian tubuh manusia yang terjadi dalam suatu dimensi ruang dan waktu serta dapat diamati secara objektif. seperti menurut Lutan (102:1988) dalam buku Belajar Keterampilan Motorik Pengatar Teori dan Metode adalah seperangkat yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan yang permanen dalam prilaku terampil. Dalam belajar gerak, latihan merupakan suatu proses yang paling utama dalam rangka peguasaan keterampilan gerak. Dalam teori belajar gerak, kata yang diterjemahkan sebagai sinonim dari kata motor dan movement, dilihat dari pengertian kedua kata tersebut berbeda. Kata movement adalah gerak yang bersifat ekternal atau dari luar, sebagai cirinya adalah gerak ini mudah diamati. Sedangkan kata motor adalah gerak yang bersifat internal atau dari dalam, konstan dan sukar diamati. Gerakan ini dapat ditinjau dari segi yaitu dari segi ruang dan jarak dari system otot. Dilihat dari ruang dan jarak, gerakan ini dapat dibagi menjadi gerakan Lokomotor dan Non Lokomotor. Gerakan Lokomotor adalah gerakan yang menyebabkan terjadinya perpindahan tempat seperti berjalan, berlari, melompat, melangkah, skipping, dan sliding. Sedangkan gerakan Non Lokomotor adalah gerakan yang tidak menyebabkan perpindahan tempat, seperti bertepuk tangan, melenting, dan meliukkan badan. Ditinjau dari system otot, gerakan dapat dibagi menjadi tiga yaitu : (1) fleksi, (2) ektensi, (3) rotasi. Fleksi adalah gerakan kontraksi otot yang menyebabkan gerakan membengkok. Ektensi adalah gerakan yang meluruskan atau membentangkan yang berlawanan dengan fleksi. Rotasi adalah gerakan yang berputar dan yang gerakan yang menjadi dasar untuk ketangkasan gerak yang lebih kompleks. Gerakan-gerakan ini terjadi atas dasar gerakan refleks yang berhubungan dengan badannya, merupakan bawaan sejak lahir dan terjadi tanpa melalui latihan. 6

Kultura Volume: 10 No.1 Juni 2009

Gerakan-gerakan fundamental adalah dibagi atas : (1) Gerakan Lokomotor, (2) Gerakan Non Lokomotor, dan (3) Gerakan Manipulatif. Jadi menurut kajian teori diatas, belajar pitching itu termasuk dalam gerakan manipulatif yaitu gerakan yang dilukiskan sebagai gerakan yang mempermainkan sebuah objek tertentu sebagai medianya diantaranya melemparkan bola ke sasaran atau target. Disamping itu gerakan pitching memerlukan gerak koordinasi yang kompleks antara lengan, mata, pinggang, dan kaki. 3. Pembahasan Pengujian hipotesis pertama, menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil keterampilan antara kelompok mahasiswa yang diajar dengan pembelajaran teknik windmill jumping dengan kelompok mahasiswa yang diajar dengan pembelajaran teknik windmill. Maka dengan demikian antara teknik windmill jumping dan windmill dapat memberikan pengaruh yang sama. Hipotesis penelitian yang pertama belum teruji atau belum dapat diuji kebenarannya karena tidak didukung dilapangan. Hal ini sesuai dengan kajian teori dan kerangka berpikir yaitu masih tetap diduga bahwa keterampilan pitching kelompok teknik windmill jumping lebih baik dari pada kelompok teknik windmill. Pembelajaran teknik windmill jumping memiliki beberapa keunggulan dari pada teknik windmill, keunggulan itu diantaranya dapat memperbesar kecepatan dan ketepatan sehingga akan lebih menguntungkan bagi seorang pitcher. Oleh karena itu, meskipun hasil penelitian menunjukkan hasil yang sama atau sebanding antara teknik windmill jumping dan windmill, namun penulis tetap menduga bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara kedua pembelajaran teknik lemparan tersebut terhadap hasil belajar pitching. Dalam penelitian ini pun banyak variable ektra yang tidak terkontrol dan tidak dapat dikuasai oleh penulis bahwa berpengaruh terhadap hasil penelitian. Variabel-variabel tersebut diantaranya motivasi, minat, bakat, tingkat kecerdasan dan kondisi lingkungan. Motivasi merupakan unsur yang tidak dapat dibaca dan dilihat oleh penulis, oleh karena itu variable sangat berpengaruh dalam pelaksanaan treatment. Kadang kala mahasiswa kurang bersemangat dalam melakukan latihan sehingga menghambat proses pembelajaran atau ada hal lain yang mempengaruhi pikirannya sehingga kurang konsentrasi. Kurang minat juga tidak dapat dirasakan oleh observer yang selalu mengawasi jalan proses pembelajaran sehingga merasa terpaksa, faktor ini juga dapat berpengaruh dalam progresivitas peningkatan kualitas latihan sehingga kekuatan pendorong dalam melaksanakan tugas gerak pitching dan bahkan akan terlihat asal-asalan.

Kultura Volume: 10 No.1 Juni 2009

Bakat merupakan potensi internal mahasiswa yang menentukan kecepatan proses pembelajaran sehingga jumlah waktu yang dibutuhkan terlalu lama dalam menjalankan suatu tugas, makin berbakat seseorang maka makin sedikit waktu yang diperlukannya. Bagi mahasiswa yang mempunyai bakat yang tinggi akan lebih cepat menguasai dibanding dengan mahasiswa yang kurang berbakat. Tingkat kecerdasan seseorang sangat besar pengaruhnya dalam mempelajari suatu keterampilan olahraga, apabila seseorang mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi maka akan sangat membantu dalam proses pembelajaran keterampilan motorik. Dalam hal ini penulis menduga bahwa didalam proses latihan/belajar pitching memiliki dibutuhkan kecerdasan dan kecerdikan yang baik agar dapat mengambil suatu keputusan secara cepat dan tepat, sehingga hasil lemparan pun akan maksimal. Kondisi lingkungan, faktor inipun tidak dapat dikontrol misalnya keadaan hujan, setelah hujan lapangan juga akan berpengaruh terhadap proses belajar. Misalnya tanah menjadi gembur, becek sehingga pijakan kaki pun merasa tidak nyaman dan sebagainya. Variabel-variabel lain yang tidak terkontrol diduga saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lainnya sehingga akan berpengaruh terhadap hasil peneitian, misalnya dalam teknik pengambilan sampel randomize group design yang digunakan dalam penelitian ini memungkinkan penyebaran variabel-variabel ektra yang tidak terkontrol tersebut tidak merata dalam setiap kelompok eksperimen, sehingga data hasil lapangan tidak mendukung hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini. Pengajuan hipotesis yang kedua yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran teknik lemparan dengan kemampuan motorik terhadap hasil belajar keterampilan pitching yang didukung hasil penelitian dilapangan. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel ysng berpengaruh terhadap hasil belajar pitching seperti yang sudah dijelaskan dalam latar belakang, kajian teori dan kerangka berpikir, yang dikontrol dalam penelitian yang akan berpengaruh nyata terhadap hasil penelitian. Secara keseluruhan hasil belajar pitching dua kelompok mahasiswa yang berkemampuan motorik tinggi yang berasal dari kelompok yang diajar teknik windmill jumping dan windmill lebih baik dari dua kelompok mahasiswa yang berkemampuan motorik rendah yang berasal dari kelompok yang diajar teknik windmill. Hal ini berarti bahwa pembelajaran teknik lemparan secara bersama-sama dengan kemampuan motorik berinteraksi mempengaruhi hasil belajar pitching. Hasil pengujian hipotesis yang ketiga menunjukkan bahwa hasil belajar pitching yang berkemampian motorik tinggi, kelompok yang diajar dengan teknik windmill jumping dapat ditafsirkan lebih baik dari pada kelompok yang diajar dengan teknik windmill. Kesimpulannya 8

Kultura Volume: 10 No.1 Juni 2009

adalah bagi mahasiswa yang mempunyai kemampuan motorik tinggi pembelajaran teknik windmill jumping lebih cocok dibandingkan dengan pembelajaran teknik windmill. Hasil pengujian hipotesis yang keempat yang menyatakan bahwa hasil belajar pitching bagi mahasiswa yang mempunyai kemmpuan motorik rendah, kelompok pembelajaran teknik windmill dapat ditafsirkan lebih baik dari kelompok pembelajaran teknik windmill jumping. Hal ini berarti bahwa untuk berlatih atau belajar pitching bagi mahasiswa yang mempunyai motorik rendah, pembelajaran teknik windmill lebih cocok dari pada pembelajaran teknik windmill jumping. 4. Kesimpulan Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan hasil belajar pitching antara pembelajaran teknik windmill jumping dan teknik windmill. Kedua, terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran teknik lemparan dengan kemampuan motorik terhadap hasil belajar pitching dalam permainan softball. Ketiga, bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi, hasil belajar pitching dengan pembelajaran teknik windmill jumping lebih baik dari pada pembelajaran teknik windmill. Keempat, bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan motorik rendah, hasil belajar pitching dengan pembelajaran teknik windmill lebih baik dari pada pembelajaran teknik windmill jumping. Sedangkan implikasi dari penelitian ini dapat diterapkan dan diarahkan bahwa dari hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk berlatih atau belajar keterampilan pitching, antara teknik windmill jumping dan teknik windmill memberikan pengaruh yang seimbang. Dengan demikian kedua pembelajaran teknik lemparan tersebut dapat digunakan sebagai alternatif untuk memilih dan menetapkan bentuk yang digunakan dalam belajar pitching. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. (1992). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Bina Aksara. Bethell Dell. (1987). Petunjuk Lengkap Softball dan Baseball. Semarang : Dahara Prize. Brockmeyer and Potter. (1989). Softball Step To Success. Canada : Leisure Press Champatgh, Illnois. Damiri, Ahmad. (1994). Anatomi Manusia. Bandung : Diktat FPOK UPI Bandung. Giriwijoyo, YS Santosa. (1992) Ilmu Faal Olahraga. Bandung : Diktat FPOK UPI Bandung. Gunarsa, Singgih D. (1989). Psikologi Olahraga. Jakarta : Gunung Mulia. Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta : CV Tambak Kusumah. 9

Kultura Volume: 10 No.1 Juni 2009

Hidayat, Imam. (1990). Biomekanika Olahraga. Bandung : Diktat FPOK UPI Bandung. Hovart, Theodore. (1985). Basic Statistics For Behavioral Sciences. Boston Toronto : Little Brown and Company. Johnson, Barry L and Nelson, Jack K. (1989). Practical Measurements for Evaluation in Physical Education. Minneapolis : Burgess Publishing Company. Komisi Perwasitan PB PERBASASI. (1998). Official Rules of Softball. Jakarta : PB PERBASASI. Loren, Walsh. (1979). Coaching Winning Softball. Chicago : Contemporary Books, Inc. Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi P2LPTK. Marian, Kneer and Cord. (1976). Softball Slow and Fast Pitch. Texas : Wm C Brown Company Publishers. Mahendra, Agus dan Mamun, Amung. (1996). Teori Belajar Motorik. Bandung : FPOK UPI Bandung. ____________. (1981). Characteristics of a Good Coach. National Softball Coaching Certification Program. (1977). Coaching Manual Level I Technical. Published by The Canadian Amateur Softball Association. National Softball Coaching Certification Comitee. (1979). Coaching Manual Level II. Published by The Canadian Amateur Softball Association. Nazir, Moh. (1988). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Nurhasan. (1994). Tes Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung : Diktat FPOK UPI Bandung. Sudjana. (1989). Metode Statistika. Edisi ke-5. Bandung : Tarsito. Supranto, J. (1994). Statistik, Teori dan Aplikasi. Jakarta : Erlangga. Tjahwa, Jep. (1996). Pedoman Mengajar Teknik Dasar Permainan Softball. Bandung : Diktat FPOK UPI Bandung. Tim Penyusun Kamus. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan ke-2. Jakarta : Balai Pustaka.

10

Anda mungkin juga menyukai