Anda di halaman 1dari 6

DIKLAT WAS- GANISPHPL- BINHUT

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL 1) Sub judul: Pengertian Inventarisasi Tegakan Tinggal dan Tingkat Permudaan

Oleh : Siti Latifah, S.Hut, MSi, Ph.D 2)

------------------------------------------------1) 2) Materi disampaikan pada Diklat WAS-GANSPHL-BINHUT Wilayah II Medan, Kamis 8 Juli 2010 di Hotel Metro, Jl. Siismangaraja Km 7,5 No 11 Kec. Medan Amplas Medan Staf dosen pada Departemen Kehutanan Fak. Pertanian Universitas Sumatera

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL (ITT)

A. Pengertian 1. Inventarisasi tegakan tinggal (ITT) adalah kegiatan pencatatan dan pengukuran pohon dan permudaan alam pada areal tegakan tinggal untuk mengetahui komposisi jenis, penyebaran dan kerapatan pohon dan permudaan serta jumlah dan tingkat kerusakan pohon inti. 2. Tegakan tinggal adalah tegakan hutan yang sudah ditebang pilih dan dipelihara sampai saat penebangan berikutnya 3. Pohon inti adalah pohon jenis niagawi berdiameter 20- 49 cm yang akan membentuk tegakan utama dan akan ditebang pada rotasi berikutnya. 4. Pengganti pohon inti adalah pohon dari jenis niagawi lain yang ditunjuk sebagai pohon inti, apabila pohon inti dari jenis niagawi bernilai tinggi kurang dari 25 pohon perhektar 5. Permudaan tingkat tiang adalah pohon muda yang berdiameter 10-19 cm 6. Permudaan tingkat pancang adalah permudaan berukuran tinggi lebih dari 1,5 m dengan diameter kurang dari 10 cm 7. Permudaan tingkat semai adalah permudaan yang tingginya 0,3-1.5m 8. Jalur ITT adalah suatu jalur pengamatan yang dibuat degan lebar 20 m berada pada petak yang telah ditebang pilih 9. Petak ukur adalah suatu petak pengamatan pohon inti dan permudaan, berukuran 20 m x 20 m, 10 m x 10 m, 5 m x 5m, dan 2 m x 2m yang dibuat dalam jalur ITT B.

Maksud dan Tujuan ITT

1. Maksud kegiatan ITT adalah sebagai berikut : a. Mengetahui jumlah, jenis dan mutu pohon inti dan permudaan, serta untuk mengetahui jenis, jumlah pohon inti yang rusak dan tingkat kerusakan masingmasing pada petak-petak kerja setelah dilaksanakannya kegiatan penebangan dan perapihan 1

b. Untuk mengetahui lokasi dan luas tempat-tempat yang terbuka atau kurang permudaannya pada petak petak kerja setelah dilaksanakannya penebangan dan perapihan

2. Tujuan kegiatan ITT adalah sebagai berikut : Menentukan perlakuan silvikultur pada petak-petak kerja tahunan sesudah kegiatan penebangan dan perapihan dilaksanakan, antara lain untuk mengetahui perlu tidaknya dilakukan kegiatan pengayaan, dan berapa luas penanaman rehabilitasi yang harus dilaksanakan pada petak kerja tersebut. C. Sasaran ITT adalah : 1. Jumlah dan penyebaran permudaan di dalam tegakan tinggal 2. Luas dan letak areal kosong (> 1 ha) yang memerlukan pengayaan atau rehabilitasi 3. Sumber bibit dan lokasi persemaian

D.

Pengukuran permudaan dalam kegiatan ITT Kegiatan ITT dilakukan dalam jalur-jalur pengamatan secara sistematik dg lebar jalur 20 m, yang mana di dalamnya dibuat petak-petak ukur (PU) sbb: Tabel 1. Kegiatan ITT dalam jalur-jalur pengamatan Ukuran PU 20 m x 20 m 10 m x 10 m 5mx5m 2 m x 2m Kegiatan Pengamatan, pengukuran, penandaan Pengamatan dan pencatatan Pengamatan dan pencatatan Pengamatan dan pencatatan Keterangan Jumlah, jenis,diameter, tingkat kerusakan pohon inti Jumlah, jenis permudaan tingkat tiang Jumlah, jenis permudaan tingkat pancang Jumlah, jenis permudaan tingkat semai

Inventarisasi tegakan tinggal (ITT) sebagai bagian tahapan kegiatan sistem Silvikultur TPTI dilaksanakan pada blok tebangan 2 tahun setelah penebangan.

Tabel 2. Waktu Pelaksanaan ITT dalam Tahapan Kegiatan Sistem Silvikultur TPTI N0 1. 2. 3. 4 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Tahapan Kegiatan Penataan arela kerja Inventarisasi tegakan sebelum penebangan Pembukaan wilayah hutan (PWH) Penebangan (tebang pilih) Perapihan ( pembebasan horisontal) Inventarisasi tegakan tinggal (ITT) Pembebasan tahap pertama Pengadaan bibit Pengayaan/rehabilitasi Pemeliharaan tanaman pengayaan/rehabilitasi Pembebasan tahap ke dua dan ketiga Penjarangn tegakan tinggal Waktu Et-3 Et-2 Et-1 Et Et+1 Et+2 Et+2 Et+2 Et +3 Et+3,4,5 Et+5,6 Et +10,15,20

Pengukuran diameter pada permudaan tingkat pohon pada kegiatan ITT Dalam mengukur diameter yang lazim dipilih adalah diameter setinggi dada. Sebab pengukurannya paling mudah dan mempunyai korelasi yang kuat dengan parameter pohon yang penting lainnya, seperti luas bidang dasar dan volume batang. Pada umumnya diameter pohon tanpa banir setinggi dada diukur pada 1,3 m dpl dan 20 cm di atas ujung banir untuk pohon berbanir. Pengukuran pohon berdiri di hutan dapat dilakukan dengan menggunakan pita ukur atau phi band, kaliper dan mistar. Pita ukur atau phi band, mengukur keliling pohon dan hasilnya dibagi dengan phi untuk mendapatkan angka dimeter. Hubungan antara jari-jari (r), diameter (D) dan keliling sbb: Diameter D Keliling =2r =2r =D =3,141593 3

Kaliper ,

pengukuran dengan kaliper harus mengambil dua kali ukuran melintang

dan menghitung rata-ratanya kalau pohon tidak bulat.

Gambar 1. Alat ukur kaliper Perlu diperhatikan bahwa pengukuran dengan pita phi adalah 2 cm lebih besar daripada hasil pengukuran dengan kaliper, karena pita ukur mengelilingi batang pohon pada titik tertinggi permukaan kulitnya sedangkan kaliper menekan lebih erat dan dalam pada kulitnya. pengukuran diameter pohon dengan mistar

Mistar atau penggaris pengukur, adalah sebagai berikut :

Sumber Kepustakaan 1. Keputusan Menteri Kehutanan no 09.1/Kpts-II/2000. Kriteria dan Standar Pengelolaan Hutan Produksi secara Lestari 2. Peraturan Menteri Kehutanan no P. 40/menhut-II/2007. Pedoman Penyusunan, Penilaian, dan Pengesahan Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam hutan Alam Pada Hutan Produksi 3. p.6/Menhut-II/2007. Ekosistem 4. p.9 / Menhut-II/2007. 5. Pedoman TPI dan TPII Rencana Kerja Dan Rencana Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Tanaman Dan Hutan Rakyat Rencana Kerja Dan Rencana Tahunan Usaha Dalam Hutan Alam Dan Restorasi Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

Anda mungkin juga menyukai