PERLINDUNGAN HUTAN
DI KAMPUS LAPANGAN GETAS
FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
Oleh
Juan Rico
1954251049
Dalam pengelolaan hutan jati di Jawa, penyebab kerusakan potensial dapat bersumber dari
dua aspek yakni (1) yang berhubungan dengan kharakteristik ekosistim dan (2) yang
berhubungan dengan masyarakat sekitar hutan. Hutan jati mempunvai ciri ekosistim yang
khas diantaranya adalah ditata menurut kelas umur, ditanam sejenis dan berdaur panjang.
Sebagai hutan musim hutan jati menggugurkan daun pada musim kemarau. Hutan tanaman
jati dengan ciri ekosistim seperti it mempunyai peluang lebih besar terhadap perkembangan
kerusakan oleh hama dan penyakit serta kebakaran. Pola pemukiman dan perkembangan
penduduk yang cepat di Jawa menyebabkan interaksi antara hutan jati dengan masyarakat
disekitarnya semakin intensif. Peranan hutan jati sebagai pendukung kehidupan masyarakat
sakitar hutan juga semakin besar. Ketimpangan dalam hubungan interaksi tersebut dapat
menyebabkan dampak berupa kerusakan hutan. Beberapa interaksi yang potensial
menimbulkan dampak kerusakan adalah yang berhubungan dengan perkembangan ternak
rakyat, kebutuhan lahan garapan dan tuntutan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara
luas.
A. Tujuan
Tujuan perlindungan hutan adalah menjaga kawasan dan lingkungan hutan termasuk seluruh
unsur yang ada didalamnya. Upaya melindungi hutan terdapat pada Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 2004 dan berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan.
Mahasiswa dapat memahami dan dapat mengungkap konsep dasar perlindungan hutan
dalam perusahaan hutan dengan kasus pengusahaan hutan jati di Jawa.
Mahasiswa dapat mengenal dan dapat mengidentifikasi macam gangguan/ kerusakan
yang ada dan upaya pencegahan/ penanggulangannya..
Mahasiswa dapat mengenali masalah yang berhubungan dengan kerusakan hutan jati
baik yang berhubungan dengan kharakteristik ekosistem maupun yang berhubungan
dengan interaksi dengan masyarakat sekitar hutan.
B. Metode
Salah satu cara untuk melindungi hutan dari gangguan dan kerusakan adalah dengan membeli
hutan. Tujuannya agar tumbuhan dan satwa di dalamnya menjadi hak miliki seseorang atau
lembaga yang bertanggungjawab dan memiliki tujuan untuk pelestarian hutan.
C. Pelaksanaan
Acara 1 : Pengembalaan Ternak
adalah kegiatan menggembal /menggiring hewan ternak untuk mencari pakan didalam
kawasan hutan. Pengertian lain yaitu penggiringan hewan ternak dari kandang ke lokasi
kawasan hutan tersebut dilakukan oleh seseorang/kelompok dan setelah masuk di kawasan
hutan kelompok hewan ternak tersebut ditunggui oleh pemiliknya/penggembala. Kelompok
hewan ternak tersebut ditinggalkan oleh pemiliknya sehingga ternak-ternak tersebut
bebasberkeliaran dan ada kemungkinan masuk di tanaman muda maupun tutupan. Dan
penggembalaan model ini cenderung berpotensi untuk menimbulkan kerusakan.
a. Tujuan
Mengidentifikasi bentuk-bentuk kerusakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi akibat
penggembalaan ternak yang terjadi pada tegakan, tanah.
b. Metode
Lokasi: Petak-petak yang telah digunakan sebagai penggembalaan oleh masyarakat.
Kegiatan :
a. Tujuan
Mempelajari potensi bahan bakan dan kerusakan akibat kerusakan.
b. Metode
Kegiatan :
a. Tujuan
Mengetahui dampak dari kegiatan tersebut
b. Metode
Melakukan pengamatan kondisi umum petak yang terdapat aktivitas
pembibrikan
Membuat petak pengamatan dan melakukan pengamatan
Menggambar pola pemanfaatan lahan secara visual dan membuat layout (peta)
Deskripsi tegakan (kondisi tegakan)
Deskripsi kondisi tanah
Acara IV : Hama dan Penyakit
a. Prosedur
Pengamatan dilakukan untuk seluruh jenis tanaman di dalam petak. Apabila
ditemukan jenis selain tanaman pokok, misal tanaman pengisi, tanaman sela,
tanaman pagar maka amati dengan prosedur yang sama.
Pengamatan dilakukan secara sistematis pada setiap tanaman dalam petak ukur
yang terbagi pada 5 bagian sesuai kode lokasi.
Amati dan catat dalam tallysheet kerusakan akibat penyakit/hama/kerusakan
biotik.
Lakukan rekapitulasi data kesehatan tanaman untuk setiap petak ukur.
Hitunglah potensi dan keberadaan hama dan penyakit di lapangan, dengan
menghitung Luas Serangan (LS) dan Intensitas serangan (IS) untuk setiap jenis
jenis penyakit/kerusakan akibat hama/faktor abiotik.
D. Hasil
a) Penggembalaan Ternak
Kelompok : 8 Petak : 99 HWD : Getas
Koordinat X Koordinat Y Keterangan
111,398141 -7,331154
Kelompok : 8 Petak : 99 Tanggal Pengamatan : 13 Maret 2022 HWD : Getas
Cacat Kulit Cacat Kayu
No Tinggi (m)
Panjang (cm) Lebar (cm) Dalam (cm) Panjang (cm) Lebar (cm) Dalam (cm)
1 8,8 52 7 1
2 8,9 60 36 0,1
3 8 20 6 4,5
4 9 48 13 0,5
5 7 65 48 0,2
6 6 68 10 1
7 7 90 15 1
8 5 18 6 1
9 7 12 7 0,5
b) Kebakaran Hutan
Kelompok : 8 Petak : 101
Bagian kulit yang te rbakar (berwarna hitam) Bagian kayu yang terbakar (berwarna hitam)
No Tinggi (m)
Tinggi dari tanah Luas (m²) Kete rangan Tinggi dari tanah Dalam Keterangan
1 10 116 0,348
2 9 90 0,252
3 10 120 0,384
4 9,3 125 0,375
5 9,2 119 0,4284
6 10,1 128 0,3584
7 9,7 30 0,075
Daunnya
Ditemukan
menjadi layu dan
Jamur di batang pohon
batang menjadi busuk
Ditemukan kupu
3 Kupu Putih Bunganya rontoh
putih di daun
L u as S er an g an Hama d an P en y ak it
P ad a P o h o n Jati
Benalu 92.3%
47.8%
23.1%
21.7%
0.0%
Jamur Upas8.7%
53.8%
95.7%
Penggerak
0.0%
Batang 8.7%
15.4%
0.0%
Rayap7.7%
8.7%
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0% 120.0%
90 91
1 Kelompok 8 91 Pitu 1 3
2 Kelompok 8 91 Pitu 2 6
3 Kelompok 8 91 Pitu 3 1
4 Kelompok 8 91 Pitu 4 1
5 Kelompok 8 90 Pitu 5 5
6 Kelompok 8 90 Pitu 6 1
7 Kelompok 8 90 Pitu 7 4
8 Kelompok 8 90 Pitu 8 2
Min 1
Max 6
Perlindungan hutan merupakan salah satu fungsi utama dalam aplikasi sistim Silvikultur
Kesemua fungsi silvikultur pada dasarnya diarahkan untuk menjamin penutupan vegetasi
yang berkesinambungan, menjaga kestabilan tempt tumbuh dan mencegah kerusakan agar
tujuan pengelolaan dapat dicapai. Untuk memperoleh manfaat yang optimal, pelaksanaan
silvikultur memerlukan rencana cermat untuk melindungi pohon penyusun vegetasi dari
kerusakan dalam bentuk program yang lebih luas yaitu program keschatan hutan. Pada
awalnya program kesehatan hutan mendasarkan atas asusi bahwa problem kerusakan muncul
ketika agen perusak menyebabkan tingkatkerugian ekonomis. Asumsi ini seringkali
membatasi program kesehatan hutan hanya dilakukan terhadap agen-agen yang menyebabkan
kerusakan yang bear saja. Keberadaan agen-agen perusak yang berada dalam kondisi
endemik kurang mendapatkan perhatian Pengelolaan kesehatan hutan dewasa ini lebih
diarahkan untuk mengupayakan agar ancaman kerusakan hutan berada dibawah tingkat
ambang kerusakan yang tidak diharapkan.
a. Kesimpulan
1. Kesimpulan yang dapat diambil dari ke empat kegiatan tersebut adalah bahwasannya
kerusakan hutan dapat terjadi karena beberapa penyebab yaitu hama dan penyakit,
hutan di Indonesia sudah sangat parah sebagai akibat banyak perusahaan kayu yang
hutan, akibatnya luas hutan setiap tahun semakin berkurang, sedangkan usaha untuk
penghutanan kembali tidak seimbang dengan banyaknya pohon yang hilang. Karena
itu, kita harus bercermin dari masyarakat adat yang memiliki kearifan dalam
2. Dampak pembibrikan lahan hutan dapat merubah fungsi dan kondisi tanag sebagai
penyimpan air, jika tidak ada pohon makan tidak adanya pengikat air kemungkinan
besar atau terjadi erosi, serta pertama yang harus ditanam mengikuti kaidah ekologi
dan hidrologis
b. Saran
Dari kegiatan tersebut saran yang dapat saya berikan adalah segala bentuk kerusakan hutan
terjadi oleh beberapa faktor tentunya salah satunya oleh manusia atau masyarakat sekitar
hutan. Maka dari itu perlu adanya dilakukan penyuluhan mengenai perlindungan hutan
kepada masyarakat sekitar.
LAMPIRAN