Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

PERLINDUNGAN HUTAN
DI KAMPUS LAPANGAN GETAS
FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

Oleh

Juan Rico

1954251049

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2022
A. Pokok Bahasan
Perlindungan hutan adalah bagian dari pengelolaan hutan yang berhubungan dengan
berbagai faktor pengganggu, penyebab gangguan, proses terjadinya gangguan, dampak yang
ditimbulkan, serta metode pengendalian. Gangguan hutan yang dimaksud adlaah seluruh
tindakan, kegiatan atau aktivitas alami yang mengganggu keseimbangan ekosistem hutan.
Perlindungan hutan merupakan salah satu fungsi utama dalam aplikasi sistim Silvikultur
Kesemua fungsi silvikultur pada dasarnya diarahkan untuk menjamin penutupan vegetasi
yang berkesinambungan, menjaga kestabilan tempt tumbuh dan mencegah kerusakan agar
tujuan pengelolaan dapat dicapai. Untuk memperoleh manfaat yang optimal, pelaksanaan
silvikultur memerlukan rencana cermat untuk melindungi pohon penyusun vegetasi dari
kerusakan dalam bentuk program yang lebih luas yaitu program keschatan hutan. Pada
awalnya program kesehatan hutan mendasarkan atas asumsi bahwa problem kerusakan
muncul ketika agen perusak menyebabkan tingkatkerugian ekonomis. Asusi ini seringkali
membatasi program kesehatan hutan hanya dilakukan terhadap agen-agen yang menyebabkan
kerusakan yang bear saja. Keberadaan agen-agen perusak yang berada dalam kondisi
endemik kurang mendapatkan perhatian Pengelolaan kesehatan hutan dewasa ini lebih
diarahkan untuk mengupayakan agar ancaman kerusakan hutan berada dibawah tingkat
ambang kerusakan yang tidak diharapkan. Nyland (1996) mengemukakan bahwa program
pengelolaan kesehatan hutan ini pada dasarya menyangkut (1) kemampuan mengetahui
masalah kesehatan hutan yang potensial, (2) menjaga pohon penyusun vegetasi tumbuh subur
dan (3) pencegahan kerusakan "standing stock”.

Dalam pengelolaan hutan jati di Jawa, penyebab kerusakan potensial dapat bersumber dari
dua aspek yakni (1) yang berhubungan dengan kharakteristik ekosistim dan (2) yang
berhubungan dengan masyarakat sekitar hutan. Hutan jati mempunvai ciri ekosistim yang
khas diantaranya adalah ditata menurut kelas umur, ditanam sejenis dan berdaur panjang.
Sebagai hutan musim hutan jati menggugurkan daun pada musim kemarau. Hutan tanaman
jati dengan ciri ekosistim seperti it mempunyai peluang lebih besar terhadap perkembangan
kerusakan oleh hama dan penyakit serta kebakaran. Pola pemukiman dan perkembangan
penduduk yang cepat di Jawa menyebabkan interaksi antara hutan jati dengan masyarakat
disekitarnya semakin intensif. Peranan hutan jati sebagai pendukung kehidupan masyarakat
sakitar hutan juga semakin besar. Ketimpangan dalam hubungan interaksi tersebut dapat
menyebabkan dampak berupa kerusakan hutan. Beberapa interaksi yang potensial
menimbulkan dampak kerusakan adalah yang berhubungan dengan perkembangan ternak
rakyat, kebutuhan lahan garapan dan tuntutan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara
luas.

A. Tujuan
Tujuan perlindungan hutan adalah menjaga kawasan dan lingkungan hutan termasuk seluruh
unsur yang ada didalamnya. Upaya melindungi hutan terdapat pada Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 2004 dan berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan.

 Mahasiswa dapat memahami dan dapat mengungkap konsep dasar perlindungan hutan
dalam perusahaan hutan dengan kasus pengusahaan hutan jati di Jawa.
 Mahasiswa dapat mengenal dan dapat mengidentifikasi macam gangguan/ kerusakan
yang ada dan upaya pencegahan/ penanggulangannya..
 Mahasiswa dapat mengenali masalah yang berhubungan dengan kerusakan hutan jati
baik yang berhubungan dengan kharakteristik ekosistem maupun yang berhubungan
dengan interaksi dengan masyarakat sekitar hutan.
B. Metode
Salah satu cara untuk melindungi hutan dari gangguan dan kerusakan adalah dengan membeli
hutan. Tujuannya agar tumbuhan dan satwa di dalamnya menjadi hak miliki seseorang atau
lembaga yang bertanggungjawab dan memiliki tujuan untuk pelestarian hutan.

C. Pelaksanaan
Acara 1 : Pengembalaan Ternak

adalah kegiatan menggembal /menggiring hewan ternak untuk mencari pakan didalam
kawasan hutan. Pengertian lain yaitu penggiringan hewan ternak dari kandang ke lokasi
kawasan hutan tersebut dilakukan oleh seseorang/kelompok dan setelah masuk di kawasan
hutan kelompok hewan ternak tersebut ditunggui oleh pemiliknya/penggembala. Kelompok
hewan ternak tersebut ditinggalkan oleh pemiliknya sehingga ternak-ternak tersebut
bebasberkeliaran dan ada kemungkinan masuk di tanaman muda maupun tutupan. Dan
penggembalaan model ini cenderung berpotensi untuk menimbulkan kerusakan.

a. Tujuan
Mengidentifikasi bentuk-bentuk kerusakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi akibat
penggembalaan ternak yang terjadi pada tegakan, tanah.

b. Metode
Lokasi: Petak-petak yang telah digunakan sebagai penggembalaan oleh masyarakat.

Kegiatan :

 Melakukan pengamatankondisi umum petak yang terdapat aktivitas penggebalaan


untuk tingkatan strata ringan, sedang dan berat.
 Membuat layout
 Pengukuran parameter (tinggi, lebar, kedalaman, Panjang kerusakan pohon tersebut )
 Deskripsi kondisi tanah
 Lokasi : Petak 102, 106 dan 99
Acara II : Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan ialah terbakarnya sesuatu yang menimbulkan bahaya atau


mendatangkan bencana. Kebakaran dapat terjadi karena pembakaran yang tidak dikendalikan,
karena proses spontan alami, atau karena kesengajaan. Proses alami sebagai contohnya kilat
yang menyambar pohon atau bangunan, letusan gunung api yang menebarkan bongkahan
bara api, dan gesekan antara ranting tumbuhan kering yang mengandung minyak karena
goyangan angin yang menimbulkan panas atau percikan api (Notohadinegoro, 2006).

a. Tujuan
Mempelajari potensi bahan bakan dan kerusakan akibat kerusakan.

b. Metode
Kegiatan :

 Lakukan pengamatan kondisi umum petak lokasi.


 Buat petak-petak pengamatan dan lakukan pengamatan terhadap.
i. Jenis dan penyebaran bahan bakar.

ii. Bentuk-bentu skerusakan pada tegakan dan tanah.

 Kumpulkan data pendukung terutama tentang kemungkinan penyebab kebakaran


hutan.
Acara III : Pembimbrikan Lahan Hutan

Pembibrikan ialah penggarapan lahan hutan untuk kegiatan pertanian. Utomo dkk


(1992) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah
perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang
direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap
lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian
perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara
garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah
jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik

a. Tujuan
Mengetahui dampak dari kegiatan tersebut
b. Metode
 Melakukan pengamatan kondisi umum petak yang terdapat aktivitas
pembibrikan
 Membuat petak pengamatan dan melakukan pengamatan
 Menggambar pola pemanfaatan lahan secara visual dan membuat layout (peta)
 Deskripsi tegakan (kondisi tegakan)
 Deskripsi kondisi tanah
Acara IV : Hama dan Penyakit
a. Prosedur
 Pengamatan dilakukan untuk seluruh jenis tanaman di dalam petak. Apabila
ditemukan jenis selain tanaman pokok, misal tanaman pengisi, tanaman sela,
tanaman pagar maka amati dengan prosedur yang sama.
 Pengamatan dilakukan secara sistematis pada setiap tanaman dalam petak ukur
yang terbagi pada 5 bagian sesuai kode lokasi.
 Amati dan catat dalam tallysheet kerusakan akibat penyakit/hama/kerusakan
biotik.
 Lakukan rekapitulasi data kesehatan tanaman untuk setiap petak ukur.
 Hitunglah potensi dan keberadaan hama dan penyakit di lapangan, dengan
menghitung Luas Serangan (LS) dan Intensitas serangan (IS) untuk setiap jenis
jenis penyakit/kerusakan akibat hama/faktor abiotik.

D. Hasil
a) Penggembalaan Ternak
Kelompok : 8 Petak : 99 HWD : Getas
Koordinat X Koordinat Y Keterangan
111,398141 -7,331154
Kelompok : 8 Petak : 99 Tanggal Pengamatan : 13 Maret 2022 HWD : Getas
Cacat Kulit Cacat Kayu
No Tinggi (m)
Panjang (cm) Lebar (cm) Dalam (cm) Panjang (cm) Lebar (cm) Dalam (cm)
1 8,8 52 7 1
2 8,9 60 36 0,1
3 8 20 6 4,5
4 9 48 13 0,5
5 7 65 48 0,2
6 6 68 10 1
7 7 90 15 1
8 5 18 6 1
9 7 12 7 0,5

PU (20 m x 20 m) PU Kecil (2m x 2m) Jenis Jumlah


1 1 Commelina erecata 3
Imperata cylindraca 5
Imperata cylindraca 2
Chromolaena odorata 6
sphagneticola tribobata 2
2 Pogostemon auricuralius 5
Chromolaena otdorata 3
Mimosa pudica 1
Impirata cylindrica 100
3 Mimosa pudica 1
Chromolaena ordorata 6
Erythrina lithosperma 4
Imperata cylindrica 100
4 Imperata cylindrica 100
Chromolaena ordorata 6
Imperata chlindrica 100
5 Imperata cylindraca 359
Pogostemon auricuralius 7

b) Kebakaran Hutan
Kelompok : 8 Petak : 101
Bagian kulit yang te rbakar (berwarna hitam) Bagian kayu yang terbakar (berwarna hitam)
No Tinggi (m)
Tinggi dari tanah Luas (m²) Kete rangan Tinggi dari tanah Dalam Keterangan
1 10 116 0,348
2 9 90 0,252
3 10 120 0,384
4 9,3 125 0,375
5 9,2 119 0,4284
6 10,1 128 0,3584
7 9,7 30 0,075

PU (20 X 20 m) PU Kecil ( 2 X 2 m ) Jenis Jumlah


Q1 Q1 Amorphophallus campanulatus 3
Amorphophalluss mueler 6
Corchorus olitorius 1
Q2 Spermacoce glabra 1
Amorphophalluss mueler 5
Amorphophallus campanulatus 1
Q3 Solanum diphyllum 1
Amorphophallus mueler 7
Gloriosa superba 1
Q4 Pectlellis radiata 1
Amorphophalluss mueler 4
Q5 Amorphophalluss mueler 8
C) Pembibrikan lahan hutan

Gambar 1. Pembibrikan lahan hutan

D) Hama dan Penyakit


Tabel 1.1 Identifikasi penyakit pada tegakan jati
Gejala Tanda Foto

Daunnya
Ditemukan
menjadi layu dan
Jamur di batang pohon
batang menjadi busuk

Batang Rusak / Batang


Batang Berlubang
Berlubang

Batang pohon menjadi Terdapat bekas


bolong berlobang
Tabel 1.2 Identifikasi Hama Pada Tegakan Jati
No. Nama Hama Gejala Tanda Foto

Daunnya Ditemukan ulat


1 Ulat Daun Jati
berlubang pada daun

Terdapat Ditemukan rayap


2 Rayap gundukan tanah pada batang
disekitar batang pohon

Ditemukan kupu
3 Kupu Putih Bunganya rontoh
putih di daun

Tabel 1.3 Luas serangan hama dan penyakit


Hama Penyakit
Kelompok Jumlah Gulma
Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9*
No Pengambil HWD Pohon Inger-
PU Kupu Penggerek Akar Jamur Kanker Mozaik
Data Total inger/Raya Ulat Kerusakan Lain Benalu
Putih Batang Merah Upas Batang Daun
p
1 Kelompok 8 Pitu 91 6 1 - - 6 - - 2 - luka terbuka -
2 Kelompok 8 Pitu 91 1 - - - 1 - - - - Lumut 3
3 Kelompok 8 Pitu 91 - - - - - - - - - - 6
4 Kelompok 8 Pitu 91 2 - - - 2 - - - - - 1
5 Kelompok 8 Pitu 91 6 - - 2 6 - 1 3 - luka terbuka -
6 kelompok 8 Pitu 91 8 1 - - 7 - 1 - - - 1
Jumlah 23 2 - 2 22 - 2 5 - luka terbuka 11
Luas serangan (%) 8,7% - 8,7% 95,7% - 8,7% 21,7% - luka terbuka 47,8%
1 Kelompok 8 Pitu 90 - - - - - - - - - Lumut -
2 Kelompok 8 Pitu 90 - - - - - - - - - - 5
3 Kelompok 8 Pitu 90 1 - - - 1 - - - - Lumut -
4 Kelompok 8 Pitu 90 3 - 1 - 2 - - - - luka terbuka 1
5 Kelompok 8 Pitu 90 6 1 1 - 2 - - 2 - - -
6 Kelompok 8 Pitu 90 2 - - - 1 - - 1 - Lumut 4
7 Kelompok 8 Pitu 90 1 - - - 1 - - - - Lumut -
8 Kelompok 8 Pitu 90 - - - - - - - - - - 2
Jumlah 13 1 2 - 7 - - 3 - Lumut 12
Luas serangan (%) 7,7% 15,4% - 53,8% - - 23,1% - Lumut 92,3%

Luas Serangan Hama (%) Luas Serangan Penyakit (%) Luas


1 2 3 4 5 6 7 8 9*
Serangan
HWD
Inger- Kupu Penggerek Kanker Mozaik Benalu
Ulat Jati Akar Merah Jamur Upas Kerusakan Lain
inger/Rayap Putih Batang Batang Daun (%)
Pitu (Petak 91) 8,7% - 8,7% 95,7% - 8,7% 21,7% - luka terbuka 47,8%
Rata-rata 8,2% 15,4% 8,7% 74,7% - 8,7% 22,4% - Lumut 70,1%

Tabel 1.4 Rerata luas serangan hama dan penyakit

Luas Serangan Hama (%) Luas Serangan Penyakit (%) Luas


Inger- Serangan
KHDTK HWD Kupu Penggerek Akar Jamur Kanker Mozaik Kerusakan
inger/Raya Ulat Jati Benalu
p
Putih Batang Merah Upas Batang Daun Lain
(%)
Kelompok 1 90,8% - - - - 45,6% - - - 51,0%
Kelompok 2 - - - 12,2% - - 29,6% - - -
Kelompok 3 16,0% - - - - - 5,7% - 16,0% 21,4%

Kelompok 4 - - - 8,65% - - 2,88% - - 4,44%


Getas - UGM
Kelompok 5 - - - 73,0% - - 18,0% - - 34,0%
Kelompok 6 5,0% 1,0% 2,0% 22,0% 3,0% 2,0% 2,0% 16,0% - 5,0%
Kelompok 7 - - - 42,0% - 26,0% 71,0% - - 65,0%
Kelompok 8 36,0% 15,4% 8,7% 74,7% - 8,7% 22,4% - Lumut 70,1%
Rata-rata 4,6% 1,0% 0,7% 19,4% 3,0% 20,6% 21,6% 16,0% - 35,8%

L u as S er an g an Hama d an P en y ak it
P ad a P o h o n Jati

Benalu 92.3%
47.8%
23.1%
21.7%
0.0%
Jamur Upas8.7%
53.8%
95.7%
Penggerak
0.0%
Batang 8.7%
15.4%
0.0%
Rayap7.7%
8.7%
0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0% 120.0%
90 91

Tabel 1.5 Rekapitulasi Jumlah benalu


Nomor
No Kelompok HWD No. Pohon ∑ Benalu
Petak

1 Kelompok 8 91 Pitu 1 3
2 Kelompok 8 91 Pitu 2 6
3 Kelompok 8 91 Pitu 3 1
4 Kelompok 8 91 Pitu 4 1
5 Kelompok 8 90 Pitu 5 5
6 Kelompok 8 90 Pitu 6 1
7 Kelompok 8 90 Pitu 7 4
8 Kelompok 8 90 Pitu 8 2
Min 1
Max 6

Jumlah Pohon dengan Benalu


Jumlah Pohon
No Kelompok HWD Skoring
Total
0 1 2 3
1 8 Pitu 23 1
2 8 Pitu 13 1
Jumlah 36 0 2 0 0
Intensitas Serangan 1,85%
Jumlah Benalu Skor Ket Petak
0 0 Sehat 91
1-3 1 Rendah 90
4-5 2 Sedang
07-Jun 3 Tinggi
Kelompo
E. Pembahasan
No. k IS (%)
Dalam melakukan kegiatan 1 1 7.0% praktik perlindungan
hutan kami melakukan 4 Agenda 2 2 9.0% acara kegiatan yaitu hama
3 3 4.2%
dan penyakit, kebakaran hutan, 4 4 2.0% pembibrikan lahan hutan
serta pengembalaan ternak. Hama 5 5 2.2% dan penyakit dari data
6 6 3.0%
yang kami dapatkan bahwasannya tingkat kategori kerusakan
7 7 16.0%
akibat hama penyakit masih 8 8 1.9% rendah. Hama dan
penyakit yang umum di lihat dalam beberapa petak ukur yang telah diamati yaitu hama ulat
daun jati beserta penyakit kanker batang. Pada kegiatan penggembalaan ternak selain
mengamati kondisi tegakan kami juga mengamati kondisi tanah. Output dari ke empat acara
kegiatan ini adalah mengetahui dampak-dampak yang terjadi serta cara mengurangi dampak
negatifnya. Kerusakan hutan di Indonesia sudah sangat parah sebagai akibat banyak
perusahaan kayu yang membabat hutan secara besar-besaran, pencurian tanpa kendali,
bahkan kebakaran hutan, akibatnya luas hutan setiap tahun semakin berkurang, sedangkan
usaha untuk penghutanan kembali tidak seimbang dengan banyaknya pohon yang hilang.
Karena itu, kita harus bercermin dari masyarakat adat yang memiliki kearifan dalam
memelihara dan melindungi hutan, mereka membagi hutan sesuai dengan peruntukkannya.
Hutan sebagai bagian dari lingkungan hidup masyarakat adat jangan sampai terjadi
penurunan kualitas, karena akan menurunkan kualitas hidup mereka. Dengan demikian, untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat adat di antaranya melalui pengakuan hak kehutanan
agar kualitas lingkungannya menjadi lebih baik dan optimal, sehingga mereka tetap bertahan
hidup dan berkesinambungan.

Perlindungan hutan merupakan salah satu fungsi utama dalam aplikasi sistim Silvikultur
Kesemua fungsi silvikultur pada dasarnya diarahkan untuk menjamin penutupan vegetasi
yang berkesinambungan, menjaga kestabilan tempt tumbuh dan mencegah kerusakan agar
tujuan pengelolaan dapat dicapai. Untuk memperoleh manfaat yang optimal, pelaksanaan
silvikultur memerlukan rencana cermat untuk melindungi pohon penyusun vegetasi dari
kerusakan dalam bentuk program yang lebih luas yaitu program keschatan hutan. Pada
awalnya program kesehatan hutan mendasarkan atas asusi bahwa problem kerusakan muncul
ketika agen perusak menyebabkan tingkatkerugian ekonomis. Asumsi ini seringkali
membatasi program kesehatan hutan hanya dilakukan terhadap agen-agen yang menyebabkan
kerusakan yang bear saja. Keberadaan agen-agen perusak yang berada dalam kondisi
endemik kurang mendapatkan perhatian Pengelolaan kesehatan hutan dewasa ini lebih
diarahkan untuk mengupayakan agar ancaman kerusakan hutan berada dibawah tingkat
ambang kerusakan yang tidak diharapkan.

F) Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan

1. Kesimpulan yang dapat diambil dari ke empat kegiatan tersebut adalah bahwasannya

kerusakan hutan dapat terjadi karena beberapa penyebab yaitu hama dan penyakit,

kebakaran hutan, pembibrikan lahan hutan serta pengembalaan ternak. Kerusakan

hutan di Indonesia sudah sangat parah sebagai akibat banyak perusahaan kayu yang

membabat hutan secara besar-besaran, pencurian tanpa kendali, bahkan kebakaran

hutan, akibatnya luas hutan setiap tahun semakin berkurang, sedangkan usaha untuk

penghutanan kembali tidak seimbang dengan banyaknya pohon yang hilang. Karena

itu, kita harus bercermin dari masyarakat adat yang memiliki kearifan dalam

memelihara dan melindungi hutan.

2. Dampak pembibrikan lahan hutan dapat merubah fungsi dan kondisi tanag sebagai

penyimpan air, jika tidak ada pohon makan tidak adanya pengikat air kemungkinan

besar atau terjadi erosi, serta pertama yang harus ditanam mengikuti kaidah ekologi

dan hidrologis

b. Saran
Dari kegiatan tersebut saran yang dapat saya berikan adalah segala bentuk kerusakan hutan
terjadi oleh beberapa faktor tentunya salah satunya oleh manusia atau masyarakat sekitar
hutan. Maka dari itu perlu adanya dilakukan penyuluhan mengenai perlindungan hutan
kepada masyarakat sekitar.

LAMPIRAN

Kegiatan penggembalaan ternak

Kegiatan pembibrikan lahan hutan

Kegiatan Kebakaran Hutan

Hama dan Penyakit


Tumbuhan Bawah

Anda mungkin juga menyukai