Anda di halaman 1dari 10

PERATAAN PENGUATAN ERBIUM DOPED FIBER AMPLIFIER (EDFA) C-BAND DENGAN METODE PENGATURAN DAYA SINYAL MASUKAN PADA

DAYA POMPA TETAP


GAIN FLATTENING OF C-BAND ERBIUM DOPED FIBER AMPLIFIER {EDFA) WITH INPUT SIGNAL POWER TUNING METHOD AT FIXED PUMP POWER Sholeh Hadi Pramonoab, Ary Syahriarc, dan Sar Sardy" Program studi Teknik Elektro (Opto Elektroteknika dan Aplikasi Laser) Fakultas Teknik Universitas Indonesia b Fakultas Teknik Universitas Brawijaya email: sholeh_j)rarnono@yahoo.corn c Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi BPPT d Fakultas Teknik Universitas Indonesia
n

JNTISARI Penguatan (gain) yang rata pada penguat optik EDFA merupakan syaratpenting untuk aplikasi dalam sistem Wavelength Devision Multiplexing (WDM). Berbagai metode telah digunakan untuk mendapatkan variasi gain yang rendah. Dalam penelitian ini digunakan metode perataan gain dengan mengatur daya sinyal masukan. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa daya sinyal yang semakin naik menghasilkan penguatan sinyal dan variasi penguatan semakin twun, sedangkan noise figure(NF) sinyal semakin naik. Panjang EDFA yang bertambah panjang memberikan variasi penguatan yang semakin menurun untuk daya sinyal yang soma, dan noise jigure(NF) meningkat nilainya untuk semua daya sinyal masukan. Gain rata-rata 21,94 dB dan 21,70 dB untuk variasi gain 0,38 dB dan 0,24, dan NF kurang dari 5 dB didapat untuk panjang EDFA 11 m dan 12 m pada daya sinyal masukan -7,7 dBm. ABSTRACT The flattening gain of optical amplifier EDFA is important requirement for the application of Wavelength Devision Multiplexing (WDM). There are many methods that have been used to obtain a low variation of gain. In this research, the method of gain flattening was used by tuning the input signal power. Experiment results have shown that an increasing signal power has made decreasing both gain and gain variation, and made an increasing noise figure (NF). The increasing length of EDFA will decrease the gain variation for the same input signal power, and a noise figure (NF) will increase for all input signal power. The average gain were of 21.94 dB and 21.70 dBfor gain variation of 0.38 dB and 0.24 dB, and the NF with less than 5 dB has been obtained for EDFA with length of 11 m and 12 m at the input signal power of -7.7 dBm. Kata kunci: Perataan penguatan, EDFA, C-band, WDM Keywords : Flattening gain, EDFA, C-band, WDM 1. PENDAHULUAN Penemuan Erbium-Doped Fiber Amplifiers (EDFA) pada akhir tahun 1980 dan digunakan secara komersial pada tahun 1990 merupakan salah satu kemajuan dalam sistem komunikasi serat optik. EDFA mampu memberikan penguatan optik secara langsung pada sinyal optik untuk rentang panjang gelombang 1530 nm-1560 nm {C-band), noise dan insertion loss rendah111. Sifat menarik yang dimiliki EDFA ini memungkinkan untuk pengembangan sistem komunikasi serat optik jarak jauh pada kecepatan tinggi dengan menggunakan teknik wavelength-division Instnimentasi 49 multiplexing (WDM) atau Dense wavelength-division multiplexing (DWDM). EDFA sebagai penguat optik untuk penguat sinyal tunggal atau multipleks dapat difungsikan sebagai penguat sinyal pada sisi kirim (power amplifier), penguat sinyal pada saluran (in-line amplifier), dan penguat sinyal pada sisi penerima (preamplifier). EDFA sebagai penguat optik akan menghasilkan penguatan yang nilainya dipengaruhi oleh dua parameter utama, yaitu absorption cross section (<rl2) dan emission cross section (a2l). Absorption cross section merupakan paremeter yang menunjukkan tingkat Volume 33 No.I, Januari - Jurii 2009

absorbsi EDFA terhadap daya pompa-yang dikenakannya, dan emission cross section adalah tingkat penguatan yang dihasilkan oleh medium tersebut. Kedua parameter tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sepanjang rentang panjang gelombangnya13'. Penguatan tertinggi terjadi pada sinyal untuk panjang gelombang sekitar 1531 nm karena absorption dan emission cross section mempunyai nilai paling tinggi pada panjang gelombang tersebut141. Gambar 1 menunjukkan karakteristik emission dan absorption cross section untuk fiber silica yang didoping Al-Ge-Er (aluminium-germanium-erbium) .

'i 1400

i 1450

i t 1500 1550 Wavelength (nm)

i 1600

Gambar 1. Emision dan absorption cross section untuk fiber silica yang didoping Al-Ge-Er (alurmnium-germanium-erbium)^ Emission dan absorption cross section yang tidak rata akan menghasilkan penguatan yang tidak rata. Hal ini menjadi masalah untuk sistem komunikasi optik kecepatan tinggi dan jarak jauh, misalnya dalam sistem WDM6}. Masalah akan terjadi bilamana sinyal yang ditransmisikan mengalami redaman sepanjang saluran untuk seluruh spektrum panjang gelombangnya (C-band). Sinyal yang diterima oleh detektor akan bervariasi level dayanya, bahkan dimungkinkan ada sinyal pada panjang gelombang tertentu tidak bisa direspon oleh detektor optik karena nilainya di bawah ambang batas penerimaan[7i. Persyaratan lain dalam sistem komunikasi optik kecepatan tinggi (sistem WDM) yang perlu diperhatikan adalah stabilitas penguatan sebagai fungsi daya dan panjang gelombang sinyal masukan. Persyaratan ini diperlukan untuk menentukan berapa rentang panjang gelombang yang dihasilkan EDFA untuk menghasilkan penguatan yang relatif sama.

Beberapa metode untuk meratakan penguatan yang dihasilkan EDFA dapat dilakukan dengan menggunakan metode komposisi gelas fiber, metode penempatan komponen pasif secara eksterrial, dan metode penguat hybrid. Metode komposisi gelas fiber dilakukan dengan cara mengkombinasi elemen-elemen co-doped dalam fiber. Elemen yang sering digunakan adalah aluminium, fluoride, telluride, dan fosfat18'91. Metode penggunaan komponen pasif secara eksternal dapat dilakukan dengan menempatkan filter spektrum di antara penguat yang tersusun secara cascade atau penempatan perata penguat pada titik-titik tertentu dalam sistem EDFA. Metode ini memberikan kontribusi redaman yang cukup tinggi, dan juga memberikan noise tambahan pada sinyal. Metode yang terakhir adalah metode hybrid, yaitu gabungan antara penguat EDFA dan penguat Raman, atau menyusun penguat secara cascade untuk penguat yang terkomposisi dari bahan co-doped yang berbeda-beda1101. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mendapatkan rentang bandwidth yang lebar, dan variasi penguatan yang rendah ditunjukkan dalam paper ini. A. Buxens, dkk. (2000) melakukan eksperimen untuk perataan penguatan pada L-band dengan memanfaatkan sistempemompaan dari amplified spontaneous emission (ASE) yang dihasilkan EDFA C-band. Penguatan 18 dB, variasi penguatan < ldB, dan bandwidth 35nm dihasilkan pada model eksperimen ini[U]. Yi Bin Lu, dkk. (2000) melakukan eksperimen perataan penguatan dengan menggunakan fiber optik dua inti/inti ganda (dual-core), di mana satu inti di-doping dengan erbium dan inti yang lain tidak di-doping untuk panjang gelombang 1520-1560 nm (C-band). Hasil eksperimen menunjukkan penguatan <20 dB, variasi penguatan 0,7 dB, dan bandwidth 30 nm'"!. Chien-Hung Yeh, dkk. (2004) melakukan eksperimen tentang gabungan S band dan C band. Pada rentang C-band, variasi penguatan 1 dB, penguatan 20 dB, bandwidth 35 nm, panjang EDFA 10 m, daya pompa 140 mW, dan daya sinyal -5 dBm[131. Dalam paper ini disajikan hasil eksperimen tentang perataan penguatan EDFA dengan menggunakan metode pengaturan daya sinyal masukan. Metode ini dilakukan dengan memperhatikan perilaku EDFA yang menunjukkan besar kecilnya penguatan yang dihasilkan dipengaruhi oleh besar kecilnya sinyal
Volume 33 No. 1, Januari - Juni 2009

Insimmentasi

masukan. Pertimbangan lain digunakannya metode ini adalah kesederhanaan desain konfigurasi EDFA, kerataan penguatan yang dihasilkan, penguatan yang dihasilkan masih tinggi, dan noise figure (NF) yang rendah. Eksperimen dilakukan untuk panjang EDFA dan daya sinyal masukan bervariasi, serta daya pompa yang tetap, Hasil eksperimen diharapkan dapat menunjukkan pengaruh daya sinyal masukan terhadap variasi penguatan, dan penguatan rata-rata, serta noise figure (NF) yang dihasilkan. Hasil eksperimen dalam paper ini merupakan lanjutan dari tiga eksperimen sebelumnya. Eksperimen pertama dilakukan untuk panjang EDFA 13 m, daya pompa laser diode (LD) 20-70 mW, daya sinyal -22,7 dBm hinga -7,7 dBm, dan spektrum sinyal C-band1141. Eksperimen kedua untuk panjang EDFA 12 m, daya pompa laser diode (LD) 20-60 mW, daya sinyal -22,7 dBm hingga -7,7 dBm, spektrum sinyal C-band11^. Eksperimen ketiga untuk panjang EDFA 8-12 m, daya pompa laser diode (LD) 20-60 mW, dan daya sinyal -22,7 dBm pada panjang gelombang 1531,90 nm dan 1550,90 nm'16'. 2. SIFAT-SIFATDASAREDFA 2.1 TINGKAT ENERGI (ENERGYLEVEL) Diagram tiga tingkat energi seperti ditunjukkan dalam Gambar 2 menjelaskan sifat-sifat EDFA dan digunakan untuk menganalisis desain optimal EDFA. 4/15/2, 4i13/2, dan 4Iu/2 dalam Gambar 2 secara berturut-turut dikenal sebagai ground state, metastable state, dan exited state. Metastabile state memberikan pengertian bahwa kecepatan transisi tingkat energi ini ke tingkat ground state mempunyai lifetime yang sangat panjang dibandingkan dengan lifetime pada transisi energi lainnya. Lifetime diperkirakan 10 ms untuk fiber yang didopingerbium. Nx, 7V2,dan N3 adalahpopulasi ion-ion erbium pada tingkat energi yang sesuai, yaitu pada ground state (1), metastable state (2), dan exited state (3). Gambar 2 menunjukkan bahwa ion-ion erbium dipompa untuk naik pada tingkat energi teratas melalui absorbsi cahaya dari sumber pompa yang mempunyai panjang gelombang 980 nm atau 1480 nrn.

Untuk mendapatkan kembali distribusi yang seimbang, ion-ion yang dipompa (tereksitasi) pada tingkat energi tertinggi dapat kembali pada tingkat energi terendah secara spontan atau melalui stimulasi (rangsangan) sinyal dari luar. Perpindahan ion-ion dari tingkat energi tertinggi (exited state) ke tingkat energi terendah (ground state) yang dilakukan secara spontan menghasilkan emisispontan, dan dikenal sebagai amplified spontenous emission (ASE) yang merupakan derau (noise) pada EDFA. 4I. v \m

13/2

Pump AA/V> 980 nm

Pump 1480 nm

JV.
Signal 1550 nm

Nx

----

Gambar 2. Diagram energi sistem tiga tingkat yang menunjukkan absorbsi panjang gelombang pompa 980 nm dan 1480 nm, dan emisi pada panjang gelombang 1550 Ion-ion yang kembali ke tingkat ground state karena adanya sinyal dari luar (sebagai sinyal perangsang) yang masuk ke dalam EDFA dikenal sebagai emisi terstimulasi (stimulatedemission). Emisi terstimulasi ini akan mengakibatkan penguatan pada sinyal perangsang. Penguatan sinyal terjadi karena cahaya yang dipancarkan pada perpindahan dari tingkat excited state ke ground state oleh ion-ion tersebut mempunyai frekuensi dan fasa yang sama dengan cahaya sinyal perangsang. Energi cahaya yang dihasilkan pada peluruhan (perpindahan dari excited state ke ground state) mempunyai rentang panjang gelombang sekitar 1550 nm, dan memperkuat sinyal pada panjang gelombang tersebut. Penguatan pada rentang panjang gelombang sekitar 1550 nm ini sangat mendukung dalam sistem WDM.

Instrumentasi

51

Volume 33 No. 1, Januari - Juni 2009

2.2 CROSS SECTION EMISI DAN ABSORBSI {EMISSION AND ABSORPTION CRSOSS SECTION) Spektrum gain EDFAutamanya ditentukan oleh dua karakteristik, yaitu emisi CJ21 dan absorbsi crl2 cross section yang didefinisikan sebagai berikut(I8] p*. ^i P O^l (i) (2)

1 +

(5) di mana x adalah total lifetime, %. adalah lifetime radiatif, T adalah lifetime nonradiatif

2.4 LINEWIDTH AND BROADENING Linewidth menggambarkan batas spektrum gain dalam kawasan panjang gelombangnya. Ini terjadi karena pelebaran state energinya, yaitu masing-masing state pada kenyataannya merupakan kumpulan dari banyak tingkatan energi yang jaraknya saling berdekatan. Linewidth terdiri atas pelebaran homogen dan tidak homogen. Homogen atau pelebaran natural muncul dari lifetime-tiyn dan bergantung pada proses radiatif dan non-radiatif1201. Sebaliknya, pelebaran tidak homogen mengukur variasi perbedaan sites yang ion-ionnya dapat diseragamkan. Suatu garis tidak homogen adalah /\ er posisi dari sekelompok garis-garis nomogen. Bentuk garis homogen dan tidak homogen ditunjukkan dalam Gambar 3. Untuk keberadaan sinyal yang kuat terjadi saturasi transisi, bentuk garis absorbsi atau emisi akan dipenganihi dalam cara yang berbeda, tergantung pada garis yang terlebarkan secara homogen atau tidak homogen.
(a)

di mana Pabs dan Pem adalah jumlah daya yang diabsorbsi dan diemisikan oleh EDFA, / adalah intensitas cahaya yang datang persatuan luas. Indeks 1 dan 2 berhubungan dengan tingkat energi Ex dan E2 dimana proses transisi terjadi (E2 > Ex). Transisi cross section sebanding dengan probabilitas transisi yang sesuai, dan perubahan daya total yang dinyatakan sebagai: *P = Pm-P*.=W1?li-Nl<Ta)I (3)

Hubungan antara crsoss section emisi dan absorbsi diberikan oleh McCumber dalam bentuk persamaanfl9]: o-21(v) = <7I2(v)exp[(-Av)/*7'] (4)

di manaP adalah frekuensi, adalah energi transisi rata-rata antara dua buah lapisan (manifolds) pada tingkat energi, h adalah konstanta Planck, dan k adalah konstanta Boltzmann, f adalah temperatur absolut. 2.3 LIFETIMES (WAKTU TINGGAL) Lifetime untuk suatu tingkat energi {energy level) adalah berbanding tebalik terhadap probabilitas per satuan waktu, sehingga ion akan keluar dari tingkat energi tereksitasi. Dengan kata lain, populasi untuk suatu tingkat energi tereksitasi menurun (decay) secara eksponensial dengan waktu yang konstan sama dengan lifetime. Ketika ada beberapa lintasan pada populasi untuk turun (decay), probabilitas total adalah jumlah probabilitas individu pada masing-masing lintasan. Dua lintasan utama untuk turun (decay) adalah radiatif dan non~radiatif. Oleh karena itu, lifetime diberikan dalam bentuk persamaan seperti berikut1"1.

A
2.5 DERAU (NOISE) 52

A1
/

(b)

Gambar 3. (a) Garis terlebarkan secara hornogen untuk kumpulan ion-ion dengan panjang gelombang dan lifetime transisi yang identik. (b) Garis yang terlebarkan secara tidak homogen yang tersusun atas kumpulan garis yang terlebarkan secara homogen dengan panjang gelombang dan linewidth center yang berbeda.'51

Sumber noise yang utama dalam EDFA adalah amplified spontaneous emission (ASE), yaitu emisi spontan dari transisi antara tingkat
Volume 33 No. I, Januari-Juni 2009

Inslrumentasi

energi teratas (upper level) ke tingkat energi terbawah (ground state)[2l]. Sepanjang penguat, emisi spontan akan menjalani penguatan sama halnya dengan sinyal yang akan dikuatkan oleh EDFA. Daya noise ASE dapat dihitung dengan menggunakan persamaan seperti berikut[S|. PASE = 2n<G-\)hvBo B0 adalah bandwidth optical spectrum analyzer (OSA) pada frekuensi sinyal (V) tersebut, nsp adalah faktor inversi populasi yang diberikan oleh n = ------- -
'21-"2 '12 1
J,

(6)

Pembatasan yang paling utama disebabkan oleh prinsip konservasi energi, karena energi sinyal maksimum yang dapat diekstrak (extracted) dari penguat fiber tidak dapat melebihi energi pemompaan yang disimpan di dalamnya, dan prinsip ini penting dalam aplikasi EDFA"91. Besarnya penguatan suatu penguat dinyatakan sebagai rasio antara level daya sinyal masukan (PSi#tai-in ) dan level daya sinyal keluaran (PSjgnai-osl!), yang secara tipikal sering dinyatakan dalam dB.
P

(7) cr,,7V.,-cr,JV1

sp

Noise figure suatu penguat optik digunakan untuk mengukur rasio daya sinyal terhadap daya derau (signal to noise ratio) untuk sinyal yang dilewatkan pada suatu penguat, atau perbandingan antara signal to noise ratio pada sisi masukan (SNJ^n) dan signal to noise ratio pada sisi keluaran (SNRoul) suatu penguat. NF = SNR (8)

(11) P signal -in Besarnya sinyal keluaran yang dihasilkan oleh EDFA yang terukur pada OSA (optical spectrum analyzer) adalah gabungan antara daya noise ASE ( PASE ) dan daya sinyal keluaran (). Oleh karena itu, penguatan yang dihasilkan oleh EDFA tanpa adanya daya noise ASE dinyatakan sebagai berikut [5]. <?(dff) = 10IogI0
((Psiwii-out +PASE)~PASE) p
signaliii

G(dB) = 10 log

signal out 10

(12)

3.

METODE DAN TEKNIK PENGUKURAN

Ekspresi untuk menghitung noise figure secara eksperimen diberikan oleh151


ASE

JVF(rfB) = 101ogl0 atau


ASE

P lhvBaG,

r
+

(9)

NF =

h.vAv.G

1 (10) + -------------------------------------------------------

di mana Av adalah bandwidth frekuensi. 2.6 PENGUATAN {GAIN) Penguatan {gain) merupakan parameter yang penting dalam EDFA selain NF. Secara ideal EDFAharus menghasilkan penguatan yang paling tinggi dan derau paling rendah. Kedua parameter EDFAtersebut sering dikenal sebagai performan (kinerja) EDFA. Performan EDFA secara kesehiruhan dan pada kenyataannya dibatasi oleh beberapa efek fisik (physical effects) dan piranti optik yang digunakan.
Instrumentasi 53

Disain konfigurasi eksperimen perataan penguatan EDFA C-band ditunjukkan dalam Gambar 4. Panj ang EDFA dibuat variasi, yaitu 8 m, 9 m, 10 m, 11 m, dan 12 m. Daya pompa dibuat tetap 60 mW dengan menggunakan laser diode (LD) pada panjang gelombang 974 nm sebagai sumber pemompa. Daya sinyal dibuat variasi, yaitu -22,7 dBm, -17,7 dBm, -12,7 dBm, -7,7 dBm, dan -2,7 dBm. Panjang gelombang sinyal sesuai dengan standar ITU channels untuk C-band dengan jarak antarkanal 600 GHz. Nilai-nilai parameter EDFA adalah numerical aperture (NA) 0,23, diameter inti 3,1 (Xm, rapat doping (dopingdensity) erbium 7,85xl024ion/m3, indeks bias inti dan cladding berturut-turut 1,462 dan 1,444. Komponen pasif yang mendukung struktur eksperimen adalah isolator optik dan WDM coupler. Isolator optik berfungsi mengarahkan sinyal optik hanya menjalar dalam saru arah. Isolator optik pada sisi keluaran EDFA berfungsi
Volume 33 No. 1, Januari Juni 2009

untuk mencegah sinyal yang terkuatkan kembali ke dalani piranti penguat fiber yang dapat menaikkan noise dan menurunkan efisiensi penguat. WDM coupler digunakan untuk mengkopel daya sinyal dan daya pompa ke dalam EDFA. Komponen pasif (WDM coupler dan isolator optik), EDFA dan laser pemompa terhubung melalui penyambungan dengan peleburan (fuse splicing) pada masing-masing ujungnya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan rugi-rugi sambungan yang rendah dan kesamaan nilai sambungan. Sebagai sumber sinyal digunakan tuneable laser (TLS), yaitu laser yang mampu membangkitkan cahaya dengan tingkat daya dan panjang gelombang yang dapat diatur. Piranti yang digunakan untuk mengamati hasil pengukuran adalah optical spectrum analyzer (OSA). Tahapan eksperimen perataan penguatan EDFA dengan daya pompa tetap, level daya sinyal masukan, dan panjang EDFA yang bervariasi dilakukan sebagai berikut: 1. Karakterisasi dayakeluaran laser pemompa terhadap arus bias yang diberikan, Karakterisasi dilakukan untuk menentukan besarnya daya keluaran terhadap arus bias yang diberikan, dan juga untuk menguji kestabilan daya keluaran yang dihasilkan oleh laser diode (LD>. Karakterisasi dilakukan padaujung keluaran LD dan ujung keluaran WDM coupler.

Karakterisasi daya sinyal dari TLS, yaitu mengukur level daya sinyal pada ujung keluaran WDM coupler. Karakterisasi ini dilakukan untuk menentukan level daya sinyal yang masuk pada EDFA setelah melewati isolator optik, penyambungan, dan WDM coupler. Selain itu, juga untuk mengetahui kestabilan daya sinyal keluaran TLS. 3. Karakterisasi pola ASE dan penguatan EDFA dengan panjang 12 muntuk sinyal masukan -22,7dBm, -17,7 dBm, -12,7 dBm, -7,7 dBm, dan -2,7 dBm. Masing-masing daya sinyal diberlakukan pada rentang panjang gelombang C-band. Daya pompa Laser pemompa yang diberikan adalah tetap;, yaitu 60 mW. 4 Mengulang eksperimen pada poin 3 untuk panjang EDFA 11 m, 10 m, 9 m, dan18 m. Semua hasil eksperimen terukur dan teramati oleh optical spectrum analyzer (OSA). Hasil yang teramati oleh OSA terdiri atas dua data, yaitu pola karakteristik sinyal dan data parameter sinyal (amplitudo dan panjang gelombang).

2.

4.

HASIL EKSPERIMEN PEMBAHASAN

DAN

Hasil eksperimen untuk pola ASE dannilai puncakdayaASE untuk panjang EDFA 12 m, 11 m, 1G m, 9' m, dan8 m ditUnjukkan dalam Gambar 5 dan Gambar 6. EDFA

isolator Ssm TLS

itzzE3M
WDk! Compter

Isolator Qptik

$ E3
Fuse SpHeiiis

Laser Pemompa Gambar 4. Konfigurasi sefop'penguat optik EDFA C-band

Instvumentasi

54

Volume33NoJ, Januari-Juni2009

Fab Jang gelombang (nm) 1540 1550

Gambar 7 menunjukkan pola ASE dan daya sinyal keluaran untuk daya sinyal masukan -17,7 dBm, panjang gelombang sinyal 1546,12 nm, panjang EDFA 12 m, dan daya pompa 60 mW. Penghitungan penguatan (gain) dan noise figure (KF) dilakukan dengan menggimakanpersamaan (9) atau persamaan (10) dan p'ers. (12).

Gambar 5. Pola ASE untuk panjang EDFA 8m, 9m, 10m, 11m, dan 12muntuk daya pompa 60 mW
Panjang EDFA (m) 9 10

Panjang gelombang (nm)

1530 1535 1540 1545

1550 1555 1560 1565 1570

-!

A-P

i: h

-7 -8

Gambar 6; DayapuncakASE sebagai furigsi panjang EDFA Puncak ASE 1531,55 nm sarigat sensitif terhadap daya pompa yang, diberikan. Fenomena ini sesuai dengan si-fat spektroskopi yang diberikan oleherbiumdengan panjang gelombang sekitaf 1531 rrrri dapatmemberikan ab'sorpsidan emisi: cross section paling tiriggi. Nilai puncak daya ASE untuk panjang EDFA 8 m ke 9 m menunjukkan perubahan yang besar, dan perubahan ini mengalami penurunan hingga mencapaikejenuhan untuk panjang 11 mke 12 m. Perubahan nilai puncak yang besar terjadi karena- perubahan jumlah konsentrasi ion-ion erbium mengalami pertambahan untuk panjang EDFA yang lebih panjang dan daya pompa yang diberikan manipu memberikan inversi populasi yang-lebih besar. Tingkat kejenuhari terjadi karehadaya pompa yangdibef ikari tidak mampu memberikan perubahan inversi populasi yang lebih besar untuk perubahan panjang EDFA yang lebih pahjartg. Namun, perlu diperhatikanbahwa kenaikan daya puncak ASE bisa tidak terjadi (mengalami kejenuhan) nieskipun daya pompa dinaikkan terus. Peristiwa ini terjadi apabilajumlah ion-ion erbium pada level ground state sudah tereksitasi secara keseluruhan pada level excited state.

Gambar 7. Pola ASE dan daya sinyal keluaran urituk daya sinyal masukan -17,7 dBm, panjang gelombang sinyal 1546,12 nm, panjang EDFA 12 m, dan daya pompa 60 mW Hasil perhitungan gain dan NF untuk seluruh data yang terukur pada variasi daya sinyal masukan, panjang gelombang, panjang EDFA, dan daya pompa tetap 60 mW ditunjukkan dalam Gambar 8.
10.00 9.00 B.OD S 7.00 6.00 J.0D 4.00 f | |

36J10 -32.00 2S.00

e
1

liM
16.00
12.00

3 20.00 ' IO.OO


9.00

S^O 4.00
0.00 3 00

8.00

1540

134J

1350

1555

Panfang geknnbflug sinyal (DJD)

3 7.00

&

.oo J.OO

(a) Panjang EDFA 8m


3 -00 li.00;a.oo

4.00

M.Off3 :o.oo f is.oo 13 00


a oo 4.00

5.CO 1540 1545 I5i0 1553 P^afaD^cdDmbang stayaE (nm)

(b)PanjangEDFA9m
o.oo

Iristritmentasi

55

Volume 33 No.l, Januari-Juni 2009

penguatan juga mengalami penurunan. Penurunan penguatan terbesar terjadi pada panjang gelombang sekitar 1531 nm. Hubungan gain rata-rata dan variasi gain terhadap daya sinyal yang diberikan ditunjukkan dalam Gambar 9.
12.00 Panjang EelonibuiE3liiyaI(ntii) 11J)0

(c)PanjangEDFAlOm

10JDD 9.00 SAO 7.00

eno
5J O O

-7.7

-12.7

-17.7

Diya sinyal masukan (dBm)


36.00 -I

32*0
2S.QO 24.00 | 20.00 e B [6:00-

Gambar 9. Gain rata-rata dan variasi gain sebagai fungsi daya sinyal masukan untuk panjang EDFA 8 m (), 9 m (U), 10 m (r), 11 m (i), dan 12 m(~). Daya pompa adalah tetap 60 mW Gambar 9 menunjukkain bahwa. gain rata-rata 17 dB dan variasi gain kurang dari 0,35 dB diberikan oleh EDFA pada panjang 9 m hingga 12 m untuk daya sinyal masukan -2,7 dBm. Gain rata-rata 21,94 dB dan 21,70 dB untuk variasi gain 0,38 dB dan 0,24 ditunjukkan untuk EDFA dengan panjang 11 m dan 12 m pada daya sinyal masukan -7,7 dBm. Nilai gain rata-rata dan variasi gain yang disebutkan di atas terjadi pada rentang panjang gelombang C band (28,71 nm) Noise figure (NF) mempunyai nilai yang semakin menurun untuk daya sinyal masukan yang semakin turun pada seluruh rentang C-band. Tingginya nilai NF terjadi karena rendahnya faktor inversi populasi ion-ion erbium, dan ini terjadi bilamana terjadi saturasi transisi pada ion-ion erbium. Panjang EDFA yang semakin panjang menyebabkan nilai NF semakin tinggi, ini terjadi juga karena rendahnya faktor inversi populasi yang disebabkan oleh daya pompa yang diberikan kurang besar. Hubungan NF rata-rata pada rentang C-band terhadap daya sinyal masukan untuk panjang EDFA yang dikarakterisasi ditunjukkan dalam Gambar 10. Gambar 10 menunjukkan bahwa nilai NF antara 4,5 dB hingga kurang dari 5 dB bisa didapat untuk EDFA dengan panjang 11m dan 12 m dan daya sinyal masukan -7,7 dB. Nilai NF lebih besar dari 5,5 dB didapat untuk EDFA pada panjang 9 mhingga 12 m dengan daya sinyal masukan -2,7 dBm.

1 6 . 00 31.08 2100 24.00 PiDJanggelotnbing5iiyil(nDi)

12,00 11.00

10.00 9AO 1.00 ?M


4.00 S.00 4.00 J.OD

(d)PanjangEDFAllm
-$. 10.00 J l-00 12.00 S.OQ 4.00-0.00 1S40 1545 Paj aof gckmbai sinval (u)

(e) Panjang EDFA 12 m Gambar8. Hasil eksperimen Gaz'w dan noise figure (NF) untukpanjahg EDFA 8 m (a), 9 m (b), 10m(c), llm(d), dan 12 m (e) pada daya sinyal -22,7 dBm Q, -17,7 dBm (j), -12,7 dBm (r), -7,7 dBm (0), dan -2,7 dBm (). Daya pompa adalah tetap 60 mW Gambar 8 menunjukkan bahwa gain mengalami peningkatan untuk daya sinyal yang semakin kecil pada seluruh panjang gelombang C band dengan jarak antarkanal 600 GHz. (1531,90 nm; 1536,61 nm; 1541,35 nm; 1546,12 nm; 1550,92 nm; 1555,75nm; 1560,61 nm). Gain pada daya sinyal masukan yang rendah (-22,7 dBm) mempunyai spektrum penguatan yang menyerupai pola ASE, dan daya sinyal semakin kuat apabila spektrum penguatannya semakin mendekati rata. Hal ini terjadi karena daya sinyal yang kuat akan mengakibatkan saturasi transisi ion-ion erbium, dan akan memengaruhi bentuk garis transisi absorbsi dan emisi. Akibat saturasi tersebut inversi populasi menurun, dan selanjutnya
Instrumentasi 56

Volume 33 No. 1, Januari - Juni 2009

DAFTARPUSTAKA
1. TingyeLi. 1993."Theimpactofopticalamplifiers on long-distance lightwave telecommunications". Proceedings of The IEEE, vol.81,no. 11,pp. 1568-1578. Qinghe Mao, Jingsong Wang, Xiaohan Sun, Mingde Zhang. 1999. "A theoretical analysis of amplification characteristics of bi-directional erbium-doped fiber amplifiers with single erbium-doped fiber". Optics Communications. Vol. 159, pp. 149-157. Max Ming-Kang Liu. 1996. ''Principles and Applications of Optical Communications". USA: R.R. Donnelley & Sons Company. Rashmi Singh, Sunanda, EnaksM K. Sharma. 2004. "Gain flattening by long period in erbium doped fibers". Optics Communiations. Vol. 240. pp. 123-132. P. C. Becker, N. A. Olsson, and J. R. Simpson. 1999. Erbium-Doped Fiber Amplifier Fundamentals and Technology. Academic Press. Chien-Hung Yeh, Ming-Ching Lin, Sien Chi. 2006. "A gain-clamped S-band erbium-doped fiber amplifier using fiber Bragg grating". Optics Communication. Vol. 261. pp. 266-268. S.Y. Park, H.K. Kim, S.M. Kang, GY. Lyu, H.J. Lee, J.H. Lee, S.Y. Shin. 1998. "Again-flattened two-stage EDFA for WDM optical networks with a fast link control channel". Optics Communications.Vol. 153,pp.23-26. M. Yamada, O. Hirotaka, T. Kanamori, T. Sakamoto, Y. Ohishi, and S. Sudo. 1996. "Alow noise and gain- flattened amplifier composed of a silica-based and a ftuoridebased Er3+ doped fiber amplifier in a cascade configuration". IEEE Photonics Technology Letters. Vol. 8, pp. 620-622. H.S.Kim,S.H.Yun,H.K.Kim,N.Park,andB.Y Kim. 1998- "Actively gain- flattened erbium-doped fiber amplifier over 35nm by using all-fiber acousto-optic tunable filters". IEEE Photonics Technology Letters. Vol.10, pp. 790-792. Y. Akasaka, Y. Kubota, S. Sakaguchi, I. White and J. Pan. 2003. "100 nm gain bandwidth amplifier based on 980nm pumped cerium codoped fluoride EDF". Electronics Letters. Vol. 39, pp. 836-838. A. Buxens, H.N. Poulsen, A.T. Clausen, and P. Jeppesen. 2000. "Gain flattened L-band EDFA based on upgrade C-band EDFA using forward ASE pumping in an EDFA section". Electronics .Letters. Vol. 36, pp. 821-823. Yi Bin Lu and P. L. Chu. 2000. "Gain flattening by using dual-core fiber in erbium-doped fiber fmplifier". IEEE Photonics Technology Letters. Vol. 12, pp. 1616-1618. Volume 33 No. I, Januari-Juni 2009

2.

-2.70 .

-7.70

-12.70

-17.70

-22.70

Daya sinyal masukan (dBm)

Gambar 10. Menunjukkan hubungan NF rata pada rentang C-band terhadap daya sinyal masukan untuk panjang EDFA 8 m (), 9 m(U), 10m(r), llm(j), dan 12 mQ. Daya pompa adalah tetap 60 mW 5. KESIMPULAN

3.

4.

5.

Hasil eksperimen menunjukkan bahwa perataan penguatan untuk spektrum C-band dapat dicapai dengan cara mengatur daya sinyal masukan. Daya sinyal semakin naik menghasilkan mlai penguatan sinyal dan variasi penguatannya semakin turun, dan nilai NF sinyal semakin naik. Panjang EDFA yang bertambafa panjang memberikan variasi penguatan yang semakin menurun untuk daya sinyal yang sama, dan juga mengakibatkan NF semakin meningkat nilainya untuk semua daya sinyal masukan. Gain rata-rata 21,94 dB dan 21,70 dB untuk variasi gain 0,38 dB dan 0,24, dan NF kurang dari 5 dB didapat untuk EDFA dengan panjang 11 m dan 12 m pada daya sinyal masukan -7,7 dBm. Saran terhadap hasil eksperimen ini adalah perlu adanya pengukuran pada variasi daya pompa untuk panjang EDFA yang sama. Eksperimeh ini dilakukan untuk mengetahui gain dan noise figure (NF) optimal yang dapat dicapai, dan juga menentukan pengaruh perubahan daya pompa terhadap perubahan faktor inversi populasi yang dihasilkan oleh EDFA. 6. UCAPAN TEREMAKASIH

6.

7.

8.

9.

10.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ir. Irwan R.H., M.Eng., Ir. Sasono Raharjo, M.Eng, dan Sardjono Trihatmo, Dipl.Eng., atas sumbangan pemikiran yang diberikan, dan juga kepada Dr. Ir. Tatang A Taufik, direktur Pusaf Teknologi Informasi dan Komunikasi BPPT, yang telah mengijinkan kami untuk melakukan penelitian EDFA.

11.

12.

Instrumentasi

57

13. Chien-Hung Yen, .Chien-Chung Lee, S.ien Chi. 2004 "S- plus C-band erbium-doped fiber amplifier in parallel structure," Optics Communication, vol. 241, pp. 443-447. 14. Sholeh Hadi P., Ary S., Sar Sardy, Irwan R.H., Sasono R. 2007. "Achieving gain flatness in C-band erbium doped fiber amplifiers", Proc. of International Conf. on Optics and Laser Applications, September 5-7. Yogayakarta, Indonesia. 15. Sholeh Hadi P., Ary S. 2008. "Karakterisasi EDFA pada rentang panjang gelombang C-band". Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Fotonika 2008,24-25 April. Surabaya. Indonesia. 16. Sholeh Hadi P., Ary S., Sar Sardy. 2008 "Gain and Noise Figure Properties of Erbium-Doped Fiber Amplifiers (EDFA) With Length and Pump Power Variations". Proceeding of International Joint Conference in Engineering. August 4-5, Jakarta, Indonesia.

17. Ivan P. Kaminow, Thomas L. Koch. 1997. "Optical Fiber Telecommunications 1I1A". New York: Academic Press. 18. A. Lidgard, A. Polman, D.C. Jacobson, G.E. Blonder, R. Kistler, J,M. Ppate, and P. C. Becker. 1991. "Fluorescence lifetime studies of MeV erbium implanted silica glass". Electronics Letters. Vol. 27. pp. 993^995. 19. Emmanuel Desurvire. 1994. "Erbium Doped Fiber Amplifier:Principles and Applications". John Wiley & Sons, Inc. Canada. 20. P.W Milonni, and J.H. Eberly, Lasers. John Wiley& Sons, New York, 1988. [10] S. Todorikki, H. Hirao, and N. Soga. "Origin of inhomogeneous linewidth of Eu3+ fluorescence in several oxide glasses". Journal of Applied P%/GS.VO172, pp. 5853-5860,1992. 21. Stefan Nilssgn-Gistvik. 2002. "Optical Fiber Theory for Communication Networks". Sweden: Ericsson Networks Technolgies AB.

Instrumentqsi

Volume 33 No. J, Januari - Juni 2009

Anda mungkin juga menyukai