Anda di halaman 1dari 8

TAENIASIS Sejarah Taeniasis sudah dikenal sejak zaman Hippocrates walaupun pada zaman tersebut belum bisa dibedakan

antara cacing pita sapi (Taenia saginata) dengan cacing pita babi (Taenia solium).Perbedaan yang jelas diantara kedua ini Nampak pada karya Goeze dan Leuckart.1 Aristhopane dan Aristoteles melukiskan stadium larva atau (Sistiserkus selulosae) pada lidah babi hutan.Gessner dan Rumler (1588) melaporkan stadium larva pada manusia.Kuchenmeister dan Leuckart adalah sarjana sarjana yang pertama kali yang mengadakan penelitian siklus hidup cacing ini dan membuktikan bahwa cacing gelembung yang ditemukan pada daging babi merupakan larva cacing Taenia solium1 Epiemiologi Taenia saginata merupakan penyakit endemik pada Afrika (mencapai 90%),Timur Tengah,dan daerah Asia Tenggara (terutama yang banyak memelihara ternak sapid an kerbau).Taenia solium banyak ditemukan pada daerah yang banyak mengelola peternakan Babi terutama daerah Eropa,Amerika Latin,Mexico,Philipina,dan Thailand tetapi jarang ditemukan pada daerah yang mayoritas penduduknya tidak mengkonsumsi babi.Di Indonesia sendiri Taenia solium banyak ditemukan pada daerah Bali,Papua,Sulawesi,dan Maluku.1,2 Etiologi Taenia saginata terdiri dari kepala (skoleks),leher,dan strobila yang merupakan rangkaian ruas-ruas proglotid sebanyak 1000-2000 buah.Panjangnya bisa mencapai 4 12 meter atau lebih.Skoleks hanya berukuran 1-2 milimeter,mempunyai empat batil hisap dengan otot yang kuat,tanpa adanya kaitan.Bentuk leher sempit,ruas-ruas tidak jelas dan didalamnya tidak terlihat suatu struktur tertentu.Strobila sendiri terdiri dari rangkaian proglotid yang imatur dan matur yang mengadung telur (gravid).Pada proglotid dewas terlihat struktur alat kelamin seperti folikel berjumlah 300-400 buah tersebar di bidang dorsal,vas eferen bergabung untuk masuk kedalam rongga kelamin (genital atrium) dan berakhir di lubang kelamin (genital pore).Lubang kelamin selang seling di sisi kanan atau kiri strobila dan didekat vas deferen bagian posterior lubang kelamin terdapat tabung vagina yang berpangkal pada ootip.1 Ovarium terdiri dari 2 lobus berbentuk kipas dan besarnya hampir sama.Letaknya sepertiga posterior bagian proglotid.Kumpulan folikel yang eliptik dibelakang ovarium disebut dengan vitelaria.Uterus tumbuh di bagian anterior ootip menjulur ke bagian posterior proglotid.Setelah uterus penuh dengan telur cacing maka cabang cabangnya akan tumbuh yang berjumlah 15-30 buah pada satu sisinya dan tidak memiliki lubang uterus (porus uteriunus).Proglotid yang sudah gravid letaknya di bagian terminal dan sering lepas dari strobila dan bergerak aktif.Bisa keluar melalui tinja ataupun keluar sendiri dari dubur secara

spontan.Diperkirakan 9 buah proglotid lepas setiap harinya.Setiap proglotid berisi sekitar 100.000 buah telur ,waktu proglotid koyak maka telur akan keluar.Telur akan menempel di rumput.Ketika ternak memakan rumput yang telur masuk saluran cerna kemudian menembus dinding usus mengalir bersama darah dan aliran limfe dan berdiam di jaringan ikat antar otot untuk tumbuh menjadi cacing gelembung (Sistiserkus bovis) setelah 12- 15 minggu.Bagian yang sering dihinggapi adalah otot maseter,paha belakang,danpunggung.1,2

a) Taenia saginata

b)Taenia solium

Taenia solium berukuran 2-4 meter kadang sampai 8 meter.Anatominya sama dengan Taenia saginata terdiri dari skoleks,leher,dan strobila yang terdiri dari 800-1000 ruas proglotid.Setiap proglotid berisi 30.000-50.000 telur.Apabila telur dimakan oleh ternak ataupun hospes perantara yang sesuai makan telur akan menembus dinding usus dan masuk ke saluran getah bening dan darah,berakhir di jaringan ikat otot babi.Perbedaan dengan embrio Taenia saginata adalah pada Taenia solium terdapat kait pada skoleks yang tunggal.Sistiserkus biasanya ditemukan pada otot lidah,punggung,dan pundak babi.Hospes perantara selain babi adalah monyet,onta,anjing,kucing,dan domba.1,2 Gejala Klinis Cacing dewasa yang biasanya berjumlah seekor tidak menyebabkan klinis yang berarti,bila ada dapat berupa nyeri ulu hati,mencret,mual,obstipasi,dan sakit kepala.Gejala klinis yang berarti yang sering diderita biasanya disebabkan oleh larva (sistiserkosis).1,2 Diagnosa Diagnosa ditegakkan dengan menemukan telur dan proglotid di dalam tinja.Namun telur sukar dibedakan antara Taenia saginata dan Taenia solium 1,2 Pengobatan Untuk pengobatan yang sering dilakukan adalah pirantel pamoat 10 mg/kgBB diikuti dengan pemberian mebendazol 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut. Namun dari berbagai penelitian mebendazol memiliki efek samping yang kurang baik dan kurang efektif di Indonesia sehingga dipakai Albendazol 400 mg satu kali sehari.Obat lain sebagai pilihan adalah Niklosamid karena tidak diabsorbsi usus sehingga dapat menghindarkan dari resiko gejala neurosistiserkosis.Identifikasi kesembuhan adalah dengan ditemukannya skoleks setelah pengobatan,karena skoleks dapat tumbuh kembali setelah 2 bulan .1,2,3,4 Sistiserkosis Sejarah Keberadaan siklus hidup parasit baru dikenal sejak abad ke-19 dan manifestasi klinisnya baru banyak teridentifikasi pada abab ke-20.Sejak 20 tahun terakhir berbagai konsep tentang prevalensi infeksi,morbiditas,dan mortalitas,terapi,dan epidemiologi berkembang pesat.1,5 Penelitian terhadap sistiserkosis juga meningkat karena peningkatan jumlah imigran dari Negara berkembang,serta berkembangnya teknik diagnostik dalam menentukan suatu neurosistiserkosis diantaranya penggunaan pencitraan persarafan dengan komputerisasi yang lebih sensitif dan tidak invasif.Semakin banyak variasi manifestasi klinis infeksi dan teknik serologi yang spesifik dan akurat juga mendukung pendataan epidemiologi.Sisitiserkosis juga

memiliki perhatian karena potensi kerugian ekonomi di Negara berkembang,saying sampai sekarang belum ada program eradikasi yang berhasil total.1,6,7 Epidemiologi Distribusi geografis sistiserkosis sangat luas terutama pada wilayah yang sering mengkonsumsi daging babi seperti : Meksiko,Amerika tengah,dan Amerika Selatan,India,dan Afrika Sub Sahara.Di Meksiko ditemukan pada orang dewasa yang kejang setengahnya merupakan akibat dari neurosistiserkosis.Keadaan serupa juga ditemui di India,China,dan Afrika bahwa parasit otak disebabkan oleh neurosistiserkosis .1,8 Indonesia memiliki keragaman penduduk dengan mayoritas penduduk muslim dan tidak mengkonsumsi daging babi,Namun ada beberapa wilayah seperti Bali dan Papua yang mengkonsumsi daging babi.Kejadian luar biasa kejang di Papua terjadi pada awal 1970-an dan kejang tersebut disebabkan oleh sistiserkosis.Kejadian serupa juga dilaporkan terjadi di Papua Nugini dan sampai sekarang masih menjadi daerah endemik.9,10 Etiologi Stadium larva dari Taenia solium

Morfologi Taenia solium: skoleks (a); proglotida dewasa dengan organ kelamin yang berkembang (tanda panah hitam menunjukkan lubang genital) (b); proglotida gravid yang berisi penuh telur infektif (c); Cysticercus cellulosae (d) Manifestasi klinis Manifestasi klinis sistiserkosis tergantung lokasi dan jumlah kista,serta respon pejamu.Bila hanya terdapat sedikit lesi dan terletak di lokasi yang tidak fatal misalnya otot ataupun di daerah otak ,infeksi tersebut dapat terjadi tanpa gejala.Namun perubahan berhubungan dengan masa hidup kista di jaringan.Manifestasi utama dari neurosistiserkosis adalah kejang (70-90%) ,sakit kepala,peningkatan intracranial,dan gangguan status mental.Hanya sedikit yang menunjukan kelumpuhan saraf cranial maupun gejala fokal lainnya.1,2,9 Bentuk manifestasi klinis : Infeksi inaktif dengan gejala utama sakit kepala,kejang,dan psikosis Infeksi aktif terdiri atas neurosistiserkosis parenkimal aktif dan ensefalitis sisterkal Neurosistisekosis ekstraparenkimal

Bentuk lain : sistiserkal spinal,sistiserkal oftalmika,migren,defek neurokognitif,dan lainlain

Diagnosis Untuk menegakkan diagnosis sistiserkosis maka diperlukan beberapa kriteria yaitu : Kriteria mayor yaitu penemuan berdasarkan pencitraan dengan ditemukan sisitiserkus yang berukuran 0,5-2 cm dan pada pemeriksaan laboratorium ditemukan antibody spesifik anti sistiserkal menggunakan teknik WesternBlot. Kriteria minor,yaitu kejang,peningkatan tekanan intracranial,kalsifikasi intraserebral,nodul subkutan,atau hilangnya lesi setelah pengobatan anti parasit Kombinasi dua kriteria mayor atau satu kriteria minor ditambah dengan riwayat pajanan digunakan untuk menegakkan diagnosis.1,5

Infiltrasi Cysticercus cellulosae pada organ tubuh: otak manusia (tanda panah hitam menunjukkan gilus otak, lingkaran merah menunjukkan Cysticercus cellulosae) (a) dan otot jantung babi (tanda panah putih menunjukkan Cysticercus cellulosae) (b)

Pengobatan Terapi sistiserkosis berbeda tiap individu berdasarkan pathogenesis penyakitnya.Hal yang perlu diperhatikan adalah lokasi kista,gejala seperti kejang dan hidrosefalus,viabilitas kista dan derajat respon peradangan pejamu.1,6,8,11 Pada infeksi inaktif pasien dapat diterapi untuk mengatasi gejala kejang apabila terdapat hidrosefalus maka dipertimbangkan untuk operasi pembuatan shunt.Pengobatan antiparasit tidak diperlukan karena tidak ada parasit yang hidup pada pasien.Penderita neurosistiserkosis aktif memerlukan pengobatan tambahan untuk mengatasi kista hidup,gejala,dan reaksi obat akibat pengobatannya sendiri.Obat yang digunakan adalah Preziquantel (50-100 mg/kgBB) dalam 3 dosis selama 14 hari,Albendazol (15 mg/kgBB dalam 2-3 dosis) selama 8 hari,Korikosteroid (1030 mg Deksametason perhari atau 60 mg prednisone,dilanjutkan dengan Tappering off saat akan pemberhentian pemakaian dan juga pemakaian antikonvulsi seperti Feniotin.Pemberian kortikosteroid bertujuan untuk mengatasi peradangan setelah pemberian Preziquantel dan mencegah peradangan yang dapat mengancam jiwa pada ensefalitis sistiserkal.1,2,6 Pada neurosistiserkosis Parenkim pengobatan yang dianjurkan adalah albendazol (15 mg/kgBB/hari secara oral selama 7 hari atau lebih).Bertujuan untuk meringankan kejang dan menghancurkan seluruh kista diberikan bersamaan dengan Deksametason (0,1 mg/kgBB/hari) minimal selama 1 minggu pertama terapi.Pilihan lain adalah Praziquantel (25 mg/kgBB/hari 3kali sehari,oral,dengan interval 2 jam) atau dosis standar (50-100 mg/kgBB/hari selama 15 hari).1,2,6 Pada neurosistiserkosis subaraknoid dosis optimal dan durasi terapi belum ada.Penggunaan Albendazol (15 mg/kgBB/hari selama 4 minggu) menunjukan hasil yang baik namun perlu pengulangan yang berulang.Untuk antiradang dapat digunakan prednisone (60 mg/hari selama 10 hari) dan tapering off 5 mg/hari selama 5 hari. 1,2,6 Pada komplikasi serebrovaskular belum ditemukan adanya standar penatalaksanaan.Saat ini pengobatan diberikan bersama kortikosteroid untuk mengurangi peradangan(deksametason 16-24 mg/hari selama kondisi akut dan prednisone oral 1mg/kgBB/hari untuk jangka panjang.1,2 Pencegahan Pencegahan transmisi dengan 12 : Meningkatkan sanitasi lingkungan Memasak daging sampai matang, dan bukan setengah matang Memasak air minum hingga matang Mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari kamar mandi Upaya terbaru adalah dengan vaksinasi pada babi

Daftar pustaka 1.Sutanto,Inge dkk Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat ,Balai Penerbit FKUI.Jakarta : 2008 2.S.Long Sarah,Pickering Larry K,Prober G Charles.Principle and Practice of Pediatric Infectious Disease Third Edition Churchill Living Stone 3.Dalimunthe Wisma,Siregar Charles.Treatment of Intestinal Helminthiasis Mebendazole only or Mebendazole Pyrantel Pamoate?.Pediatrica Indonesia.volume 47: 2007 4.Sembiring Tiansa,Kamelia Evi.Albendazole Versus Combined Pyrantel Pamoate-Mebendazole in The Treatment of Mixed Infection of Soil Transmitted Helminthiasis.Pediatrica Indonesia volume 42 : 2002 5.Garchia HH,Evans CAW,Nash TE,Takayanagui OM,White AC,Botero D,et al.Current consensus guideline for threatment of neurocysticercosis.Cilin Microbiovol Rev 2002 October,15(4):747-56 6.Garcia HH,Del Brutto OH,Nash TE,White AC.New concepts in the diagnosis anda management of neurocysticercosis.AM J Trop Med Hyg 2005;72(1):3-9 7.Verastegui M,Gilman RH,Garcia HH,Jeri C,et al.Prevalence of antibodies to unique Taenia solium oncosphere antigens in taeniasis and human and porcein cysticercosis.AM J Trop Med Hyg 2003;69 (4):438-44 8.White AC.Neurocycticercosis : A major cause of neurological disease worldwide.Clin Inf Dis 1997;24:101-5 9.Margono SS,Ito A,Sato MO.Taenia Solium in Papua,Indonesia in 2001:detection of human worm carries.J.Helmint 2003 ;77:39-42 10.Wandra T,Subahar R,Simanjuntak GM.Resurgence of case of epileptic seizures and burn associated with cycticercosis in Assologaima,Jayawijaya,Irian Jaya Indonesia,1991-5.Trans Roy Soc Trop Med Hyg 2000;94:46-50 11.White AC.Neurocysticercosis.Cur Treat Opt In Inf Dis 2000;2:78-87 12.Gonzales AE,Gauci CG,Barber D.Vaccination neurocysticercosis.Am J Trop Med Hyg 2005;72 (6):837-9 of pigs to control human

Anda mungkin juga menyukai