Anda di halaman 1dari 13

TERMODINAMIKA DAN PANAS A.

Termodinamika Dan Panas Termodinamika berasal dari dua kata yaitu thermal (yang berkenaan dengan panas) dan dinamika (yang berkenaan dengan pergerakan). Jadi termodinamika adalah ilmu mengenal fenomena-fenomena tentang ensersi yang berubah-ubah karena pengaliran panas dan usaha yang dilakukan. Misalnya suatu benda dinaikkan suhunya maka timbul pemuaian atau penyusutan ; pada termo elemen akan membangkitkan gaya gerak listrik. Pada proses ini terdapat suatu pemindahan panas dan juga bekerja sesuatu gaya yang mengalami perpindahan yang mengakibatkan gaya yang mengalami perpindahan yang mengakibatkan terlaksananya suatu usaha. HUKUM TERMODINAMIKA Termodinamika adalah suatu pengetahuan tentang transformasi energi dalam usaha. Walaupun kerja/usaha dapat ditranformasi secara komplit ke dalam energi dalam, namun energi dalam tidak dapat ditransformasikan secara komplit ke dalam usaha. Hal ini disebabkan adanya hukum termodinamika kedua yang membatasinya. Dalam mempelajari termodinamika ini dikenal ada 4 hukum termodinamika yaitu : a. Hukum ke nol termodinamika (oleh R.H.Fowler) b. Hukum pertama termodinamika c. Hukum kedua termodinamika

d. Hukum ketiga termodinamika

Pada pembahasan ini akan lebih mudah bila menggunakan matematik tetapi sering terasa sulit untuk dimengerti. Oleh karena banyak hal diperlukan imaginasi dan banyak kaitan dengan zatzat. Oleh karena itu dalam pembahasan dipakai gas sebagai contoh oleh karena gas mempunyai sifat sederhana.

a. HUKUM KE NOL TERMODINAMIKA Dalam keadaan adiabatik suatu gas ideal dalam ruangan tertutup pemuain sangat lambat, tidak ada panas yang dimasukkan maupun dilepaskan. Dari proses ini mka diperoleh : dE = -pdv

Pada uraian hukum I termodinamika : dE = n Cv. dT

maka : n Cv. dT = -pdv

Apabila mempergunakan hukum gas ideal untuk mencari harga P sebagai fungsi T dan V (PV = nRT) maka :

b. HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA misalnya suatu zat di rubah dari keadaan I ke keadaan ke 2 menurut lintasan tertentu maka panas Q yang diberikan itu akan di serap dan menyebabkan usaha sebesar W (yang diukur dalam satuan panas).

Dengan demikian dapat dikatakan energi untuk bekerja sebesar : E= Q W atau Q= E W Ini disebut hukum termodinamika yang menyatakan suatu proses penambahan panas dan kerja yang dilakukan sedangkan perubahan energi suatu zat tak tergantung pada lintasan. Jadi hukum pertama termodinamika membahas berapa besar energi yang diserap atau bebas.

Panas Q

Keadaan E1

Q proses

Keadaan E2

Usaha W c. HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA carnot berpendapat bahawa dalam mesin kalor terjadi proses dimana energi panas diambil oleh sejumlah energi mekanik tetapi selang waktu tertentu jumlah panas yang masuk mesin sama dengan yang keluar. Pendapat ini jelas tidak benar. Oleh karena kenyataannya panas yang

dikeluarkan mesin kurang dari panas yang di berikan ke mesin. Namun demikian carnot telah berhasil

memperoleh perumusan yang tepat tentang hukum 2 termodinamika ini dan tentang daya guna maksimal dari mesin-mesin kalor yang bekerja antara dua suhu tertentu. Misalnya pada proses adiabatik gas itu tidak menerima ataupun memberi kalor. Jika selama proses isotermal pada T1 gas itu akan memberikan kalor sebesar Q1 dan selama proses isotermal pada T2 gas itu akan menerima kalor sebesar Q1 d. HUKUM KETIGA TERMODINAMIKA interpretasi statistik dari entrophy adalah suatu pengukuran yang menyimpang dari suatu sistem. Jika suhu diturunkan lebih lanjut segala sistem masuk kedalam orde besar. Vibrasi suatu kristal secara graduil akan mati seraya atom-atom berada pada temperatur absolut 0. Demikian pula kemungkinan vibrasi suatu zat padat akan berhenti. Nerrst (1906) telah melakukan eksperimen pada temperatur absolut 0 , beliau mengambil dua kesimpulan dari percobaan ini yang kemudian diberi nama hukum termodinamika 3

a) Lim ( ) T = 0 T= 0 Pada T = 0.K (nol absolut) perubahan entropi adalah sama dengan konstan. b) Lim ( T=0 Pada T = nol mutlak maka koefisien dari seluruh subtansi cenderung pada nol. )

Termodinamika kesetimbangan kimia Arah reaksi spontan Suatu reaksi kimia selalu menjalani tiga keadaan, yaitu spontan (irreversible), setimbang (reversible), dan tidak spontan. Jika dimisalkan pereaksi AB dan CD serta hasil reaksi AC dan BD, maka ketiga keadaan itu adalah 1. a AB + b CD 2. a AB + b CD 3. a AB + b CD a AB + b CD c AC + d BD (spontan) c AC + d BD (setimbang) c AC + d BD (tidak spontan) c AC + d BD (tidak spontan)

menurut persamaan 3.28, pada keadaan (1) G <0, keadaan (2) G= 0 dan keadaan (3) G > 0. Hal ini menunjukan bahwa dalam reaksi kimia terjadi perubahan G. Proses spontan adalah

pengurangan G sampai nol (seimbang), dan setelah itu reaksi tidak spontan karena reaksi baik ke kiri maupun ke kanan akan memperbesar G. Nilai G selama reaksi berlangsung adalah selisih

energi bebas hasil reaksi (GH) dengan pereaksinya (GP). VaAB + bCD cAC + dCD G = GH - GP

a AB

b CD

c AC

d BD

Gp

GH = G/n). Demikian

Dengan AB disebut potensial kimia AB yaitu energi bebas tiap nol A ( juga CD, AC,dan

BD, masing-masing disebut potensial kimia CD, AC, dan BD. Nilai mutlak

potensial kimia tersebut tidak diketahui, tetapi nilai relatifnya dapat dihitung yang disebut juga energi bebas pembentukan. Dalam suatu reaksi pada mulanya hanya mengandung pereaksi (AB dan CD) sehingga G GP -0. Selama reaksi berlangsung,pereaksi berkurang dan hasil reaksi bertambah, maka nilai G p turun dan GH naik, dan akhirnya sama atau G 0. Pada keadaan ini disebut keadaan setimbang. Letak keadaan setimbang ini ada yang condong ke hasil reaksi atau ke pereaksi. Hal ini dapat ditentukan dari nilai G reaksi. Kesetimbangan akan condong ke hasil reaksi (kanan) bila G sehingga G
o o H o

jauh lebih besar daripada G

o P

negatif. Artinya sebagian besar pereaksi berubah menjadi hasil reaksi. Reaksi
o P o H o

semacam ini disebut reaksi berkesudahan, atau seolah-olah semua pereaksi habis. Sebaliknya, keadaan kesetimbangan condong kearah pereaksi bila G jauh lebih kecil daripada G atau G

positif. Artinya, hanya sedikit sekali pereaksi yang bereaksi sehingga seolah-olah tidak ada reaksi atau tidak bereaksi. Kedua contoh diatas menunjukan bahwa reaksi selalu menuju ke keadaa setimbang. Hubungan G dan KP Konstanta kesetimbangan dapat diketahui dari hasil pengukuran atau perhitungan. Dengan mengukur tekanan parsial atau kosentrasi komponen kesetimbangan, baik pereaksi maupun hasil reaksi, dapatlah dicari nilai KP atau Kc, seperti yang telah kita bahas. Selain itu , KP atau Kc dapat pula dihitung dari nilai G reaksi. Pada pasal 3.6 telah dikemukakan cara menghitung G reaksi dengan menganggap semua zat yang terlibat dalah reaksi (pereaksi dan hasil reaksi) sebanyak satu mol. Menurut persamaan 8.1, pada
o o o

kesetimbangan kimia, mol masing-masing zat boleh berbeda, tetapi memenuhi nilai konstanta kesetimbangan. Oleh sebab itu tiap zat dalam keadaan setimbang dapat digambarkan sebagai berikut: aAB + bCH cAC + dBD

standar setimbang
o

a G

o AB

b G

o CD

c G

o AC

d G

o BD

G =..... G=.....

a GAB

b GCD

c GAC

d GBD

G dapat dihitung dari nilai energi pembentukan senyawa,sedangkan

Gharus dihitung dari energi

bebas masing-masing komponen pada keadaan yang setimbang. Caranya adalah dengan menggunakan persamaan persamaan 8.12 yang diturunkan sebagai berikut.

GP

GH

Enertgi bebas

Menurut hukum I termodinamika U = q - p V, dan bentuk diferensial adalah dU = dq pdV B. Panas Dan Temperatur Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Empat macam termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit dan Kelvin. Perbandingan antara satu jenis termometer dengan termometer lainnya mengikuti: C:R:(F-32) = 5:4:9 dan K=C - 273.(derajat) Karena dar Kelvin ke derajat Celsius, Kelvin dimulai dari 273 derajat, bukan dari -273 derajat. Dan derajat Celsius dimulai dari 0 derajat. Suhu Kelvin sama perbandingan nya dengan derajat Celsius yaitu 5:5, maka dari itu, untuk mengubah suhu tersebut ke suhu yang lain, sebaiknya

menggunakan atau mengubahnya ke derajat Celsius terlebih dahulu, karena jika kita menggunakan Kelvin akan lebih rumit untuk mengubahnya ke suhu yang lain. Contoh: K=R 4/5X[300-273] Alat Ukur Suhu Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara kuantitatif, kita dapat mengetahuinya dengan menggunakan termometer. Suhu dapat diukur dengan menggunakan termometer yang berisi air raksa atau alkohol. Kata termometer ini diambil dari dua kata yaitu thermo yang artinya panas dan meter yang artinya mengukur (to measure). Termometer yang sering digunakan : Termometer yang biasanya digunakan untuk mengukur suhu sebagai berikut:

1. Termometer bulb (air raksa atau alkohol) Menggunakan gelembung besar (bulb) pada ujung bawah tempat menampung cairan, dan tabung sempit (lubang kapiler) untuk menekankan perubahan volume atau tempat pemuaian cairan. Berdasar pada prinsip suatu cairan volumenya berubah sesuai temperatur. Cairan yang diisikan kadang-kadang alkohol yang berwarna tetapi juga bisa cairan metalik yang disebut merkuri, keduanya memuai bila dipanaskan dan menyusut bila didinginkan Ada nomor disepanjang tuba gelas yang menjadi tanda besaran temperatur. Keutungan termometer bulb antara lain tidak memerlukan alat bantu, relatif murah, tidak mudah terkontaminasi bahan kimia sehingga cocok untuk laboratorium kimia, dan konduktivitas panas rendah. Kelemahan termometer bulb antara lain mudah pecah, mudah terkontaminasi cairan (alkohol atau merkuri), kontaminasi gelas/kaca, dan prosedur pengukuran yang rumit (pencelupan). Penggunaan thermometer bulb harus melindungi bulb dari benturan dan menghindari pengukuran yang melebihi skala termometer. Sumber kesalahan termometer bulb: - time constant effect, waktu yang diperlukan konduksi panas dari luar ke tengah batang kapiler - thermal capacity effect, apabila massa yang diukur relatif kecil, akan banyak panas yang diserap oleh termometer dan mengurangi suhu sebenarnya - cairan (alkohol, merkuri) yang terputus - kesalahan pembacaan - kesalahan pencelupan

2. Termometer spring Menggunakan sebuah coil (pelat pipih) yang terbuat dari logam yang sensitif terhadap panas, pada ujung spring terdapat pointer. Bila udara panas, coil (logam) mengembang sehingga pointer bergerak naik, sedangkan bila udara dingin logam mengkerut pointer bergerak turun. Secara umum termometer ini paling rendah keakuratannya di banding termometer bulb dan digital. Penggunaan termometer spring harus selalu melindungi pipa kapiler dan ujung sensor (probe) terhadap benturan/ gesekan. Selain itu, pemakaiannya tidak boleh melebihi suhu skala dan harus diletakkan di tempat yang tidak terpengaruh getaran.

3. Termometer non kontak Termometer infra merah, mendeteksi temperatur secara optik selama objek diamati, radiasi energi sinar infra merah diukur, dan disajikan sebagai suhu, dengan mengetahui jumlah energi infra merah yang dipancarkan oleh objek dan emisinya, temperatur objek dapat dibedakan.

4. Termometer elektronik Ada dua jenis yang digunakan di pengolahan, yakni thermocouple dan resistance thermometer. Biasanya, industri menggunakan nominal resistan 100 ohm pada 0 C sehingga disebut sebagai sensor Pt-100. Pt adalah simbol untuk platinum, sensivitas standar sensor 100 ohm adalah nominal 0.385 ohm/C, RTDs dengan sensivitas 0.375 dan 0.392 ohm/C juga tersedia. Satuan Suhu Mengacu pada SI, satuan suhu adalah Kelvin (K). Skala-skala lain adalah Celsius, Fahrenheit, dan Reamur. Pada skala Celsius, 0 C adalah titik dimana air membeku dan 100 C adalah titik didih air pada tekanan 1 atmosfer. Skala ini adalah yang paling sering digunakan di dunia. Skala Celsius juga sama dengan Kelvin sehingga cara mengubahnya ke Kelvin cukup ditambahkan 273 (atau 273.15 untuk lebih tepatnya). Skala Fahrenheit adalah skala umum yang dipakai di Amerika Serikat. Suhu air membeku adalah 32 F dan titik didih air adalah 212 F. Sebagai satuan baku, Kelvin tidak memerlukan tanda derajat dalam penulisannya. Misalnya cukup ditulis suhu 20 K saja, tidak perlu 20 K.

Mengubah Skala Suhu Cara mudah untuk mengubah dari Celsius, Fahrenheit, dan Reamur adalah dengan mengingat perbandingan C:F:R = 5:9:4. Caranya, adalah (Skala tujuan)/(Skala awal)xSuhu. Dari Celsius ke Fahrenheit setelah menggunakan cara itu, ditambahkan 77 F pada skala Celsius adalah 5/9 x (77-32) = 25

Perlu untuk kita ketahui bersama bahwa dibumi ini pernah tercatat suhu paling dingin. Suhu paling dingin di bumi pernah dicatat di Stasiun Vostok, Antarktika pada 21 Juli 1983 dengan suhu 89,2 C.

C. Pemuaian Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian terjadi pada 3 zat yaitu pemuaian pada zat padat, pada zat cair, dan pada zat gas. Pemuaian pada zat padat ada 3 jenis yaitu pemuaian panjang (untuk satu demensi), pemuaian luas (dua dimensi) dan pemuaian volume (untuk tiga dimensi). Sedangkan pada zat cair dan zat gas

hanya terjadi pemuaian volume saja, khusus pada zat gas biasanya diambil nilai koofisien muai volumenya sama dengan 1/273.

Pemuaian panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu benda karena menerima kalor. Pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal sangat kecil dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut. Sehingga lebar dan tebal dianggap tidak ada. Contoh benda yang hanya mengalami pemuaian panjang saja adalah kawat kecil yang panjang sekali. Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang awal benda, koefisien muai panjang dan besar perubahan suhu. Koefisien muai panjang suatu benda sendiri dipengaruhi oleh jenis benda atau jenis bahan. Secara matematis persamaan yang digunakan untuk menentukan pertambahan panjang benda setelah dipanaskan pada suhu tertentu adalah

Bila ingin menentukan panjang akhir setelah pemanasan maka digunakan persamaan sebagai berikut

Yang perlu diperhatikan adalah didala rumus tersebut banyak sekali menggunakan lambang sehingga menyulitkan dalam menghapal. Disarankan untuk sering menggunakan rumus tersebut dalam mengerjakan soal dan tidak perlu dihapal. Pemuaian luas adalah pertambahan ukuran luas suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian luas terjadi pada benda yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, sedangkan tebalnya sangat kecil dan dianggap tidak ada. Contoh benda yang mempunyai pemuaian luas adalah lempeng besi yang lebar sekali dan tipis.

Seperti halnya pada pemuian luas faktor yang mempengaruhi pemuaian luas adalah luas awal, koefisien muai luas, dan perubahan suhu. Karena sebenarnya pemuaian luas itu merupakan pemuian panjang yang ditinjau dari dua dimensi maka koefisien muai luas besarnya sama dengan 2 kali koefisien muai panjang. Pada perguruan tinggi nanti akan dibahas bagaimana perumusan sehingga diperoleh bahwa koefisien muai luas sama dengan 2 kali koefisien muai panjang. Untuk menentukan pertambahan luas dan volume akhir digunakan persamaan sebagai berikut :

Pemuaian volume adalah pertambahan ukuran volume suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian volume terjadi benda yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan tebal. Contoh benda yang mempunyai pemuaian volume adalah kubus, air dan udara. Volume merupakan bentuk lain dari panjang dalam 3 dimensi karena itu untuk menentukan koefisien muai volume sama dengan 3 kali koefisien muai panjang. Sebagaimana yang telah dijelskan diatas bahwa khusus gas koefisien muai volumenya sama dengan 1/273 Persamaan yang digunakan untuk menentukan pertambahan volume dan volume akhir suatu benda tidak jauh beda pada perumusan sebelum. Hanya saja beda pada lambangnya saja. Perumusannya adalah

D. pengaturan temperatur dalam tubuh Tubuh memiliki suhu yang konstan oleh karena itu tubuh akan megandung energi panas simpanan yang pada dasarnya konstan selama kita hidup. Namun saat aktivitas metabolik terhenti pada kematian, panas simpanan akan menurun dengan kecepatan tertentu sampai tubuh sama dinginnya dengan suhu lingkungan. Oleh karena itu suhu tubuh seseorang yang baru meninggal dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian. Walaupun suhu tubuh normal sering disebut sebesar 37 C, atau 98,6 , hanya sebagian kecil orang benar-benar memiliki suhu tubuh seperti itu. Apabila kita mengukur suhu sejumlah besar orang sehat, kita akan memperoleh distribusi suhu, dan hampir semua orang berada dalam rentang 0,5 (~ 1 ) dari suhu normal. Suhu rektum biasanya lebih tinggi 0,5 (~ 1 ) daripada suhu oral.

Suhu bergantung pada waktu, lebih rendah dipagi hari; suhu lingkungan ; serta tingkat aktivitas fisik yang baru dilakukan, ketebalan baju, dan kesehatan individu. Suhu rektum setelah olahraga berat dapat mencapai 40 .

Panas dihasilkan diberbagai organ dan jaringan tubuh, sebagian besar panas dibebaskan melalui permukaan kulit. Hampir semua pengeluaran panas terjadi melalui radiasi, konveksi dan penguapan (evaporasi) keringat. Selain itu, tubuh juga mengalami pendinginan saat udara inspirasi yang dingin dihangatkan dan udara ekspirasi dilembabkan. Makan makanan panas atau dingin juga dapat mendinginkan atau memanaskan tubuh. Agar dapat mempertahankan suhu mendekati nilai normal, maka tubuh harus memilki termostat yang lebih baik daripada termostat rumah. Hipotalamus otak memiliki termostat tubuh. Apabila suhu unti meningkat, misalnya akibat olahraga berat,

hipotalamus akan memicu vasodilatasi, yaitu pembuluh darah didekat permukaan melebar dan menyalurkan lebih banyak darah dan panas ke kulit. Hal ini meningkatkan suhu kulit sehingga memicu pengeluaran keringat dan pengeluaran panas melalui radiasi. Kedua reaksi ini meningkatkan pengeluaran panas ke lingkungan. Apabila lingkungan eksternal menyebabkan suhu kulit turun dibawah suhu normal, seperti berenang di air dingin, termoreseptor dikulit memberi tahu hipotalamus sehingga menyebabkan tubuh menggigil, peningkatan aktivitas otot involunter ini adalah upaya untuk meningkatkan suhu inti. Kecepatan produksi panas tubuh untuk makanan sejumlah 2400 kkal / hari (dengan menganggap bahwa tidak terjadi perubahan berat badan) adalah sekitar 1,7 kkal/ mnt atau 120 J/ dtk (120w). Apabila ingin mempertahankan suhunya agar konstan, tubuh perlu mengeluarkan panas dengan kecepatan yang setara. Faktor lainnya adalah aktivitas fisik tubuh, luas tubuh yang terbuka, dan jumlah insulator pada tubuh (lemak atau baju).

1. Pengeluaran Panas Melalui Radiasi Sekitar 60% panas yang hilang dari seseorang yang tidak berpakaian dalam sebuah ruangan yang bersuhu normal terjadi melalui proses radiasi. Proses radiasi merupakan metode pemindahan panas yang tidak bergantung pada zat apapun, misalnya pada pergerakan molekul. Energi pancaran infra-merah merupakan suatu bentuk panas dan dipancarkan melalui ruang dalam bentuk gelombang yang disebut dengan gelombang elektromagnetik dapat dilewatkan melalui suatu ruang hampa udara dengan cara tersebut. Panas yang berasal dari sinar matahari dilewatkan melalui suatu kehampaan.

Radiasi infra-merah menyebabkan kita merasa hangat dipantai pada siang hari yang cerah, tetapi radiasi ini dapat berkurang akibat terhalang awan. Lagi pula, radiasi semacam ini tidak menyebabkan luka bakar matahari. Sebaliknya radiasi ultraviolet, yang tidak menghangatkan tubuh kita, tidak terpengaruh oleh awan dan dapat menyebabkan luka bakar matahari baik dihari yang cerah maupun berawan

2. Pengeluaran Panas Melalui Konveksi Panas dipindahkan dari permukaan tubuh ke dalam lingkungan selama semua aktivitas tersebut berlangsung tetapi ada bebrapa aktivitas diantaranya yang dapat memindahkan dengan lebih baik. Prosedur apapun yang terlibat dalam pergerakan udara, terutama pergerakan udara diatas air, sering diapakai sebagai cara yang sederhana dan efektif untuk membantu penurunan suhu. Prosesyang terlibat disebut konveksi. Contoh, jika penghangat ruangan dinyalakan, udara diatas penghangat menjadi panas. Keadaan tersebut menyebabkan molekul udara memperoleh lebih banyak energi dan lebih sering membentur dinding wadah sehingga tekanan yang dikeluarkan gas bertambah. Kejadian itu menyababkan gas yang panas itu memuai dan menjadi kurang rapat dibandingkan udara dingin dalam ruang asehingga udara dingin bergerak keatas. Seiring pergerakan itu, udara dingin akan menggantikan udara yang telah dihangatkan sehingga membentuk suatu siklus yang disebut sebagai arus konveksi. Keluarnya panas tubuh berlangsung sama dengan pola contoh diatas. Panas dihantarkan menjauhi permukaan kedalam molekul udara terdekat yang akan naik jika dihangatkan. Walau berlangsung secara konstan, proses konveksi ini sebenarnya tidak cukup cepat dan tidak memanfaatkan volume udara yang besar yang dapat memberikan banyak manfaat bagi seorang pasien yang suhu tubuhnya naik.

3. Pengeluaran Panas Melalui Evaporasi Evaporasi atau penguapan merupakan salah satu proses yang menyebabkan pengeluaran panas selama berkeringat (diaforesis). Pada proses penguapan ini melibatkan pengubahan pada kondisi karena suatu zat dipandang berubah bentuk cair menjadi uap. Agar proses tersebut dapat berlangsung, molekul pada zat memerlukan energi panas yang sangat besar. Energi panas tersebut kemudian dimanifestasikan sebagai laju gerakan yang begitu besar dari molekul. Pada akhirnya akan muncul situasi yang didalamnya molekul bergear dengan sangat keras. Kerasnya getaran tersebut menyebabkan molekul dapat mengalahkan daya tarik yang menahannya dalam kesatuan dan akhirnya saling berpencar. Molekul sekarang membentuk suatu gas. Proses ini hanya terjadi pada permukaan suatu cairan yang menguap, kebalikan dari mendidih, yang berlangsung pada semua cairan. Cairan yang menguap akan menjadi dingin karena cairan itu memasok panas molekul yang menguap. Jika ada sumber alternatif yang dapat digunakan untuk memasok panas mis. Pada tubuh manusia yang membutuhkan pendinginan, maka persyaratan tersebut dapat terpenuhi. Saat kita berkeringat dan keringat kita menguap, sebagian energi panas yang dibutuhkan untuk

pengapandipasok oleh tubuh, yang berarti tubuh menjadi dingin. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan adalah area permukaan, suhu cairan, jenis cairan, arus konveksi dan kelembaban udara.

E. Perpindahan panas dalam tubuh Panas dipindahkan (keluar atau didapat) atau dari tubuh dalam empat cara : 1. konduksi 2. konveksi 3. radiasi 4. evaporasi Pada pasien yang mengalami peningkatan suhu menegah, misalnya sampai 38,4 , metode

yang digunakan adalah pendinginan permukaan, dimulai dengan metode yang paling sederhana, misalnya membuka selimut dan melepas pakaian luar, mungkin sampai hanya menggunakan selimut yang ripis atau pakaian dalam. Jika mungkin kita harus menjaga agar suhu ruang tetap berada dibawah suhu tubuh dan peningkatan sirkulasi udara disekitar tubuh merupakan bantuan yang penting. Jika suhu pasien tetap naik, atau tidak turun, mungkin diperlukan perlakuan yang lebih aktif atau cermat, mis. Mandi, sponging dan menggunakan kompres atau perangkat pendingin khusus seperti selimut hipotermik.

DAFTAR PUSTAKA Cree,Laurie(2007),sains dalam keperawatan, Jakarta: EGC Cameron, R John (2006), Fisika Tubuh Manusia, Jakarta : EGC Fisika Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai