Anda di halaman 1dari 1

ini artikel pada membicarakan bab TERTIPU DLM AMAL (GHURUR) Ditipu akibat perbuatan seseorang mungkin itu

biasa, namun ditipu (tertipu) oleh perbuatan diri sendiri itu yang luar biasa. Dan yg lebih luar biasa lagi ketertipuan ini timbul tanpa kesadaraan dan disaat kita melaksanakan suatu kebaikan (ketaatan). Agama menyebutnya ghurur. Penyakit ini bisa menyerang semua orang, entah itu orang yg memiliki ilmu pengetahuan, ahli ibadah, kaum sufi, orang kaya dan juga orang awam. Ada yang tahu ilmu dan mau mengajarkannya kepada orang lain, namun ia sendiri tidak mampu mengamalkannya. Misal, ceramah mengajak orang lain berbuat kebaikan, namun ia tidak melaksanakannya. Dakwah yang baik itu bukan memperbaiki orang lain, tapi memperbaiki diri. Orang semacam ini sungguh tertipu. Ia bagaikan lilin, menerangi yang lain namun dirinya terbakar. Ada yang mengutip kitab-kitab dlm ceramahnya (khutbah), karena ingin dibilang sangat pandai dan rendah hati. Ada yg begitu gembira dan semangat sekali bila dapat melaksanakan shalat dhuha, shalat malam, puasa sunnah dan perkara-perkara sunnah lainnya, tetapi dia tidak pernah merasakan nikmatnya perkara fardhu (wajib) bahkan tidak atau sering alpa melaksanakannya. Ada yg berambisi dan bersemangat untuk membangun rumah ibadah, jambatan, sekolah kemudian mengukirkan namanama mereka pd batu prasasti agar nama mereka senantiasa diingat dan dikenang. Ada orang kaya (mampu) sangat berambisi melakukan ibadah haji berkali-kali (haji sunnah) , sedangkan masih ada saudara dan tetangganya yg kelaparan. Tangisan dalam ibadah juga bisa menipu. Ada yang menangis kebetulan karena Tuhan, tapi ada kegembiraan ketika diketahui orang lain. Ada ibadah yang lama, tapi ingin menyaingi orang di sebelahnya. Ada yang membaca kitab suci atau azan dengan bagusnya, namun ingin pamer keindahan suaranya. Ada yg meminjamkan uang kepada orang yg membutuhkan, namun dengan harapan ada bunganya atau balas budi. Ada yg membuat dan menepati janji dengan seseorang, namun meninggalkan kewajiban sholat jumatnya. Ada yg marah kepada orang tua karena pakaiannya terkena najis, padahal menghindari diri dari menyakiti orang tua adalah lebih penting daripada menghindarkan najis tsb. Masih banyak contoh benturan atau perlawanan antara larangan dan ketaatan. Orang yang tidak menjaga urutan priority keutamaan dalam semua persoalan diatas, maka dia akan tertipu dan kebaikan (ketaatan) nya tsb akan menjelma menjadi kemaksiatan (larangan) karena meninggalkan kebaikan (ketaatan) yg wajib dan lebih penting. Kenapa sampai tertipu? Sebab orientasi tujuan kita makhluk, bukan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Tahu. Semakin kita ingin dinilai makhluk (orang), maka semakin tertipu diri kita. Menyuruh orang lain sabar, belum tentu kita sabar. Sebelum kita berlatih mengamalkannya. Dengan berkata, belum tentu kita mendapatkan apa yang kita katakan. Jadi semua ketaatan, kebaikan dan amalan berpeluang tertipu, kalau belum Tuhan yang menjadi tujuannya. Maka kita harus berjuang keras agar kita masuk ketitik yakin, bahwa Tuhan Maha Tahu segalanya dan akan memperhitungkan semua yang kita lakukan. Waspada dan teliti pd setiap GERAK dan DIAM. Wassalam.

Anda mungkin juga menyukai