Anda di halaman 1dari 65

From: "Pergerakan Suluh Indonesia" <suluh_indonesia@telkom.

net Sent: Wednesday, July 21, 2004 9:46 PM Subject: PERMINTAAN DUKUNGAN JARINGAN/BERITA MEDIA On Sun, 18 Jul 2004 01:13:26 +0700 "ota" <edwalhisultra@telkom.net wrote: Salam Lestari Kawan Ota saya pikir kawan-kawan pers akan banyak membantu kalau kita banyak mengadakan interaksi dan komunikasi dengan mereka. kami pikir upaya yang harus kita lakukan salah satunya adalah terus menekang dan memberikan support kepihak kejaksaan dan kehakiman agar tidak diinterpensi oleh Pemda Muna dan kroni - kroninya. dukungan masyarakat Muna dan masyarakat Sultra juga perlu digalang untuk menambah daya dobrak untuk mengusut tuntas Kasus Jati Muna diambang kepunahan saya sedikit menkritis Walhi Sultra, sekarang ini Walhi Sultra berada ditepian dan cenderung untuk "berjalan sendiri". sepertinya kita harus duduk bersama untuk membicarakan dan merefleksikan berjalan Walhi Sultra dua tahun terakhir. Salam Run Sekretariat Kepada Yth: 1.. Kawan-kawan aktifis/ Jaringan peduli Lingkungan Hidup, 2.. Kawan-kawan aktifis Pers Nasional

Di tempat PERMINTAAN DUKUNGAN KAMPANYE/PELIPUTAN/PEMBERITAAN Saat ini, di di Pengadilan Negeri Kabupaten Muna sedang berlangsung proses persidangan kasus korupsi Jati terbesar di Sulawesi Tenggara, yang sudah dijadikan tersangka bahkan sedang ditahan di Rutan Raha , antara lain; masing-masing Kadishut Muna La Ode Atie Malefu, Bendahara Pemda Muna, AliKudu dan Ketua Pelelangan Jati Ilegal jati, Simon Mashuri. Dari persidangan yang berjalan, ke tiga tersangka/tahan tersebut, selalu

mengungkapkan bahwa, perlakuan mereka lakukan, ATAS PERINTAH BUPATI MUNA, RIDWAN BAE, yang biasa disebut dengan Mr'X' sebagai pelaku utama. Namun, Bupati Muna RIDWAN BAE, di Sulawesi Tenggara diketahui sebagai Bupati yang kuat bahkan hamper separoh pejabat dan aparat hokum dapat diperdaya beliau, dan juga selalu menggunakan kekuatan Preman untuk mengancam dan menteror/mengintimidasi lawan-lawan politiknya. Bahkan RIDWAN BAE, dianggap orang yang paling loyal memberikan sumbangan kepada Partai GOLKAR secara nasional. Bahkan saat Kajati Sultra Antasari Ashar, pertama mengespos/mengusut kasus ini, RIDWAN BAE, menggunakan peran DPP GOLKAR pergi melakukan loby di Jakarta untuk segera memindahkan/mengganti Kajati Sultra Antasari Ashar, karena dianggap Kajati Sultra dianggap tidak dapat bekerjasama dan berbahaya bagi dirinya, yang selama ini sebagai dalang pelaku korupsi di Kabupaten Muna tentang Jati illegal.

Kasus Korupsi Jati Muna, di sulawesi Tenggara adalah saat menjadi isu dan perhatian utama, bahkan telah menjadi berita-berita utama media local Kendari Pos dan Kendari Ekspres. Tetapi persoalan ini, bahkan tidak pernah dapat terekspos DI MEDIA NASIONAL. Kami juga, bingung, kok kasus yang begitu besar, bahkan KADISHUT sudah di di RUTAN-kan, tapi Koresponden Media Nasional yang ada di Sulawesi Tenggara tidak tertarik untuk memberitakannya sebagai berita nasional, Ada APA INI.

Permintaan kami adalah: Adakah MEDIA NASIONAL yang ada di luar Sulawesi Tenggara yang bias membantu meliput MEGA KASUS KORUPSI JATI ini, kemudian dapat diberitakan di BERITA NASIONAL. Padahal, koresponden Media cetak dan elektronik nasional seperti; Kompas, Tempo, Metro, SCTV, TPI ada di Sulawesi Tenggara. TOLONG DIBANTU dan dikomunikasikan dengan kawan-kawan MEDIA Nasional yang mau/masih perduli dengan persoalan KORUPSI SDA. Sebab, kasus ini jika terungkap jelas, maka yang akan ikut jadi tersangka adalah BUPATI & WAKIL BUPATI MUNA, dan beberapa pengusaha yang berasal dari luar Sulawesi Tenggara, oknum Aparat Hukum, DPRD II

& Provinsi, serta pejabat teras Sulawesi Tenggara. Untuk kepentingan validitas data sebagai berita awal, kami kirimkan data terkini berkenaan dengan kasus korupsi Jati di Muna tersebut (lih. Attachment) Kendari, 17 Juli 2004 LA ODE OTA ED-WALHI Sulawesi Tenggara Kantor: Jalan Woltermongisidi No. 130, Desa Langgea Kecamatan Ranomeeto-Konawe Selatan, Telp. 0401-394950,395515,08124255667, email:edwalhisultra@telkom.net,sultra@walhi.or.id,walengkabola@telkom.net

From: "Pergerakan Suluh Indonesia" <suluh_indonesia@telkom.net Sent: Saturday, July 24, 2004 11:16 PM Subject: PERMINTAAN DUKUNGAN JARINGAN/BERITA MEDIA kawan OTA mungkin kita tidak terlalu mencurigai atau menyudutkan kawan-kawan pers "kalau saya boleh mencermati sedikit pernyataan bung dengan pertanyaan "Ada apa ini" seolah kita terlalu curiga dengan independensi pers. saya cuma mau mengingatkan kita semua bahwa salah satu kekuatan NGO dalam melakukan advokasi adalah jaringan dan aliansi yang kuat dan solit. jaringan bukan hanya untuk memadamkan api yang telah membara melainkan ibarat air yang mampu menghancurkan batu sekeras apapun walau hanya tetes demi tetes. boss kalau ada alamat para pihak yang mau dituju semisal kejati untuk diberi dukungan atas pengusutan kasus, bupati untuk presur atau pernyataan sikap, dan pengadilan negeri muna untuk presur pula, kami akan mengirim langsung kesasaran. dan buat bung ota kami salut atas upaya dan kritisnya terhadap kasusu korupsi jati muna, kami siap mendukung segala bentuk aksi yang nantinya berkembang salam Asia

From: "yascita" <yascita@kendari.wasantara.net.id Sent: Thursday, July 29, 2004 10:29 AM Subject: Kapolda Temukan Timbunan Jati di Dasar Laut Message http://www.yascita.or.id/news/34.htm Kapolda Temukan Timbunan Jati di Dasar Laut Kendari, KP. Perdagangan kayu jati di Muna ternyata sudah menggunakan cara-cara yang ama cerdik dan lihai. Tebangan jati, yang ditemukan aparat di lapangan lalu kemudian di lelang boleh di kata hanyalah ujung-ujung jati. Batang bawah jati tersebut sebagian telah diamankan oknum tertentu untuk diantarpulaukan. Seperti halnya dalam temuan Polda Sultra di Pulau Balu, Kecamatan Tikep, Muna. Ratusan kubik kayu jati kwalitas tinggi dengan diameter 50 cm ke atas ditemukan, di dasar laut Pulau Balu. Kayu-kayu itu siap di kapalkan ke Bone, Sulawesi Selatan bahkan sampai ke Surabaya, Jawa Timur. Kata sebuah sumber, pengangkutan kayu-kayu ini cukup rapi dalam mengelabui aparat. Beberapa batang jati diangkut dalam satu ikatan lalu di tarik dengan kapal.Jika kemudian bertemu dengan patroli laut, mereka langsung memutuskan tali penarik jati. Dengan demikian jatinya tenggelam. "Kalau anda melihat kapal atau perahu tempel tanpa muatan sementara jalannya pelan sekali, itu artinya kapal tersebut manarik gelondongan kayu jati, " kata seorang warga yang berdiam di pesisir Tampa-Napabalano yang terkenal banyak jatinya. Kayu-kayu yang siap diseludupkan itu ditemukan langsung oleh Kapolda Sultra, Brigjend. Teuku Ashikin Husein saat terjun langsung ke lapangan menyelidiki kasus jati dan IPKTM Muna beberapa pekan lalu. Temuan ini tentu saja mengagetkan Ashikin karena jika ditotal, kayu jati yang panjang mencapai 4 meter dengan diameter 40 cm ke atas bisa berharga ratusan juta rupiah jika bisa keluar dari Pulau Balu. "Hampir semua masyarakat di Pulau itu tahu soal kayu-kayu ini hanya mereka ikut menikmati hasilnya juga," terang Kapolda kemarin saat berdialog dengan sejumlah elemen prodemokrasi di kantornya. Warga di pulau itu lanjut Ashikin adalah yang mengatur lalu lintas kapal yang akan masuk dan keluar pulau itu untuk mengangkut kayu-kayu itu. Hasil pertemuan Kapolda dengan warga terungkap bila jati yang oleh Ashikin diistilahkan jati cakep itu adalah bagian batang pohon yang bentuknya lebih bagus. Sementara yang ditemukan aparat di lapangan lalu kemudian di lelang hanyalah bagian batang pohon dari tengah sampai tempat tumbuhnya dahan. Saya sudah cegah penyeludupan kayu-kayu itu dengan emnempatkan patroli air di Kepulauan itu," tambah Kapolda. Beliau menambahkan, mata rantai penyeludupan ini tengah ditelusurinya dan telah menyiapkan tim untuk mengusut kasus ini. Dia berharap agara masyarakat dan pemerintah setempat bisa membantu polisi mencegah penjualan kayu-kayu ilegal itu ke luar daerah, meski itu sulit karena warga di pulau Balu sebagaian

menjadikan ini sebagai pencaharian. Langkah polisi selanjutnya, kata Kapolda, dalam waktu dekat yakni akan menggerakkan petugas untuk mengangkat semua kayu-kayu itu ke permukaan untuk diserahkan ke Pemkab Muna. Kata Ashikin, Bupati Muna, Ridwan Bae sudah menyatakan kesediannya untuk membantu polisi mengangkat kayu-kayu itu termasuk pendanaannya yang bila ditotalkan mencapai Rp. 200 juta.(abi) Source: Kendari Pos Salam, YASCITA Jl. Tanukila No. 01 Kendari-Sultra Ph/Fax : 0401-391485 www.yascita.or.id ============================ From: "walhisultra" <edwalhisultra@telkom.net To: <communitygallery@yahoogroups.com Sent: Tuesday, August 31, 2004 6:39 PM Subject: [communitygallery] sekilas tentang Penghancuran Hutan Jati Muna Kami dibantu untuk disebarkan... ota, POTRET KETIDAKADILAN NEGARA TERHADAP MASYARAKAT MUNA PADA PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM HUTAN JATI DIKABUPATEN MUNA Sekilas singkat terhadap kondisi sosial muna pada pengerukan pengelolaan hutan Jati Muna Jati Muna merupakan kawasan Hutan Rakyat diperkirakan ada sejak tahun 1530 M, Bahkan masih ada 1 pohon jati Alam tertuah di dunia (endemik) yang di perkirakan telah berumur 450 tahun, yang masih tumbuh di cagar alam Napabalano seluas 9,2Ha. Areal Jati Muna (alam+tanaman) ada 50,9% dari total 4,888 km2 luas wilayah Kabupaten Muna. Secara turun temurun dikelola pemerintah local swapraja/swatantra Tingkat II Muna.kebijakan pengelolaan jati Muna di mulai 1901-1904; Masuknya Maskapai Partikelir belanda, thn 1905-1907; Maskapai Vejahoma, Tahun 1908 Pemerintah Hindia Belanda. Nanti 1950. pemerintah Indonesia mengambil alih pengelolaan. Tahun 1968-2000,

pengelolaan diambil alih pemerintah Sultra. Tahun 2000 Bupati Muna Ridwan BAE, dengan Perda No. 17/2000, mendirikan Dishut Muna. areal jati 9000Ha. (sumber:Data statistik dishut Tk.I/Sultra/2000. Estimasi WALHI Sultra; ambillah angka tertinggi tahun 2004 tersisa 500Ha, dikalikan dengan harga lelang lokal (Rp.2.000.000/m3 dikalikan 250m3/Ha), Berati masyarakat muna harusnya sekarang mempunyai PAD sebanyak Rp. 4.250 Miliar. Nah pertanyaannya kemana ini? Adakah masyarakat muna yang kaya dari jatinya? Yang dibanggakan adalah hanya PAD Muna yang umumnya berasal dari hasil lelang jati temuan. Pertanyaan public, biaya eksploitasi tersedia di APBD per tahun dibawah kemana, kenapa dana hasil lelang yang dibagi-bagi? Berdasarkan penelusuran cerita masyarakat Muna oleh WALHI Sultra & SWAMI (1999-2003), Jati Muna ada 2 jenis, yaitu Jati Alam yang tumbuh sejak tahun 1530-an dan jati tanaman ditanam (budidaya) sejak 1911M. Pada masa itu, Pohon Jati Alam ditanam pada tempat tertentu yang dijadikan batas administrasi/wilayah kekuasaan kerajaan (teritorial). Sedangkan Jati Budidaya adalah hutan jati yang ditanam masyarakat lokal (Muna) mengenalnya dengan istilah &#8220;KULIDAWA&#8221; (kayu jawa) yang ditanam dilahan-lahan rakyat dengan menggunakan sistem Kultur Jaringan (budidaya), atau dikenal dengan istilah KULITIRI. Bibitnya dipungut dari biji/buah jati alam yang ada di Muna. Sepengetahuan masyarakat, sejak Kabupaten Muna menjadi daerah otonom tahun 1963, belum ada areal atau kawasan yang secara jelas hutan jati ditanam pihak pemerintah. Tapi, dari cerita-cerita masyarakat, pemkab muna hanya melakukan &#8220;PENJARANGAN&#8221; pohon jati yang terdapat di kawasan-kawasan yang didapatkan tumbuh hutan jati dilahan-lahan rakyat yang ada. Karena, masyarakat banyak peladang bepindah, buah/bijih jati jatuh akan tumbuh sendiri setelah terjadi pembakaran pada lahan tersebut (sulapi). PENJARANGAN sendiri berbeda dengan REBOISASI apalagi istilah PENANAMAN. Penjarangan adalah bentuk ekploitasi hutan jati menggunakan dana APBD yang tersedia di Pemerintah Kabupaten Muna. Sedangkan kayu hasil kohon/kayu penjarangan itu sendiri setelah ditebang di kumpulkan ke TPK kemudian dilelang secara resmi dan hasil keuangannya disetorkan pada kas negara. Pertanyaannya, dimana dana hasil penjarangan tersebut selama ini dan dimana kawasan yang masuk dalam anggaran reboisasi itu? Lalu bagaimana pula soal kompensasi (ganti untung) akan hak-hak masyarakat muna terhadap tegakan jati

diatas lahan rakyat tersebut? Generasi tidak pernah mau tau itu. Berdasarkan tatanan adat di Kabupaten Muna, sistem penguasaan lahan (tenurial) masyarakat muna diatur berdasarkan peraturan Dewan SARA yang berfungsi mengesahkan hukum normatif (formal/resmi) pemerintahan kerajaan. Lalu, bagaimana pengaturan pemkab terhadap KASASI, OME, KATANDAKI, dan KAINDEA, dll. Kenapa, masyarakat muna kehilangan hak untuk mengelola hutan jati, sekalipun untuk bangunan rumah? Bahkan tanah ladang seperti, OME, KAINDEA, KATANDAKI, DAN KASASI, yang karena miskin dan tidak memiliki keluarga penguasa, Lahan yang sudah tidak memiliki sasksi-saksi hidup, sekalipun dibuktikan dengan kuburan dan tanaman jangka panjang ditumbuhi pohon jati, serta merta diambil alih dan diklaim menjadi lahan negara (penguasa)? Bahkan secara ekstrem bila ditemukan masyarakat menebang/mengambil memanfaatkan 1 (satu) batang jati, pun untuk kebutuhan rumah, selalu dituduh perambah, kemudian ditahan dan penjarakan? Di satu sisi, jika ada kelompok masyarakat memiliki kroni penguasa, begitu mudah mengeksploitasi, menjual, dan mendapatkan dan bahkan membagi-bagi dana hasil jati. Yang diperoleh dari istilah &#8220;Kayu Temuan&#8221;, IPKTM, MOU, SAKO, Lelang, IPHH, dll, seterusnya itu. Ada sekitar 40% masyarakat Muna yang menyambung hidup keluarganya, bekerja kuli bangunan, tukang becak, pembantu dan penjaga tokoh, penjual ikan keliling, numpang dilahan-lahan orang berpindah ke Kendari. Serta mayoritas angka 15 ribu TKI ilegal Sultra yang harus mencari hidup adalah masyarakat muna. Dimana perhatian Negara? Toh punya rumah permanen karena usaha sendiri dan bukan karena fasilitas negara. Pola Kekuasan di Muna cenderung sangat otoriter. Akibatnya, pelayan negara (PNS) patuh karena takut diintimidasi dan dipindahkan tugaskan secara tiba-tiba. Ini komplikasi sosial yang berkelanjutan. Potretnya, oknum pengusaha luar muna, muspida dan keluarga pejabatlah yang memiliki akses atas pekerjaan, peluang untuk hidup termasuk pemanfaatan hutan jati. Kongkalingkong pengambilan basis hak material ini, sangat sulit dikontrol public. Masyarakat lokal begitu trauma dan ketakutan jika berhadapan pejabat pemerintah. Apalagi mau melakukan kontrol terhadap Pemerintahan. Masyarakat lokal, hanya dapat mengeluh bisik-bisik, namun tidak berani melakukan kritikan secara langsung. Karena, jika didengar dan

diketahui masyarakat melakukan protes, maka resikonya adalah kekerasan fisik, ancaman, intimidasi secara berkelanjutan. Di sisi lain pihak-pihak tertentu melihat ini sebagai potensi dan peluang melakukan melakukan proses pembodohan sosial. Karena ruang kerja yang diciptakan pemkab muna selama ini begitu kecil, alternatif paling mudah adalah negosiasi, jadi pemborong, dan melebur menjadi elemen sekunder, jadi penetrasi kekuasaan dengan harapan punya peluang jadi bagian dari pemerintahan (PNS). Pihak-pihak yang memiliki kesempatan dan peluang tersebut terlihat begitu enjoy dari apa yang didapatkan dengan negosiasi kekuasaan. Artinya, dekat dan melebur menjadi bagian dari kekuasaan di Muna adalah akan terbuka peluang untuk jaminan hidup, jika tidak resikonya adalah &#8220;selamatkan diri masing-masing&#8221;. Karena itu, Saat WALHI Sultra melakukan gerakan penyadaran sosial atas keadilan dalam pengelolaan SDA dengan melaporkan dan mempublikasikan dokumen yang didapatkan atas dugaan korupsi dan kejahatan kehutanan dan lingkungan terorganisir terhadap Bupati Muna Ridwan BAE dan Muspida, selaku pejabat public, banyak kroni, keluarga, PNS, Muspida, serta anggota KPU Muna, oknum Dosen dan Mahasiswa (secara umum dari Unoversitas Haluoleo)...... selaku pencari kerja dan mencari peluang hidup melakukan kontra terhadap gerakan keadilan sosial yang dibangun WALHI Sultra dan elemen prodem lainnya. Ini sungguh fenomenal, munculnya ledakan ribuan dukungan PNS terhadap Bupati Muna. Dimana para algojo Konflik ini berawal dari pada kecemburuan sosial yang terbuka dan berkembang menjadi dilema politik dan strata sosial yang tidak seimbang dan tidak adil. Akibatnya masyarakat Muna sebagian besar merantau ke berbagai daerah, Kendari, Sulsel, Maluku, Papua, serta tersebar se-nusantara, bahkan paling banyak menjadi tenaga kerja ilegal Malaysia. Awal tahun 1999, Kehadiran SWAMI sebagai Ornop yang melakukan advokasi kebijakan lingkungan, mendapat rekasi dari kroni, keluarga dan pejabat (muspida). Penguasa menganggap berbahaya bagi peluang dan kesempatan yang diciptakan selama ini. Faktanya, April tahun 2000, saat SWAMI bersama masyarakat Kontu melakukan advokasi memboikot pemuatan log jati di pelabuhan raha yang akan diantar-pulaukan ke Surabaya, mengakibatkan 9 aktifis SWAMI dan masyarakat dijebloskan dipenjara Rutan Raha selama 4 s/d 9 bulan. Saat itu, Drs. Badrun Raona selaku Pjs. Bupati Muna, dan pengelolaan hutan jati masih

kewenangan PD.Perhutanda, atas nama pemerintahan provinsi sulawesi tenggara. skema programnya Bupati Muna, Ridwan BAE, mengeluarkan Instruksi No. 11 Tahun 2001, tanggal 16 November 2001 untuk mengekploitasi kayu jati, rimba dan pemanfaatan tunggak/ujung jati pada lokasi hutan tanaman industri (HTI), penjarangan pinus serta pengumpulan kayu tebangan liar masyarakat dalam kawasan hutan dan kayu yang berasal dari lahan milik masyarakat seluas 2.000 Ha, dan surat bupati no. 522.21/2927 tanggal 8 oktober 2002 yang dilaksanakan secara swakelola oleh dinas kehutanan kabupaten muna. Segala biaya dan anggaran terhadap kegiatan tersebut dibebankan pada APBD Muna tahun 2001 dan 2002. Tapi, eksploitasi terhambat karena sebagian besar kawasan tersebut banyak ditempati masyarakat petani yang tidak mau dipindahkan dari kebun dan rumahnya, yang sudah hidup lama ditempat tersebut. Tanggal 5 Januari 2003, Bupati memerintahkan tim terpadu melakukan penggusuran, pembakaran rumah gubuk, intimidasi terhadap 1.300-an KK sebagian besar masyarakat adat Watoputih di yang sedang berkebun pada kawasan Kontu, Patu-patu, Wawesa, Lasukara-Muna. Belakangan WALHI sultra mengetahui bahwa besar dugaan penggusuran dan pembakaran rumah warga petani di kontu atas konsekuensi MOU nomor. 211/2649/DKM yang telah ditandatngani La Ode Arief Aty Malefu selaku kadis kehutanan dan Ridwan BAE selaku bupati muna atas nama Pemkab Muna serta Suyanto Harsono selaku Dirut PT. Usaha Loka, jalan Peltu Sudjono No. 12 Malang Jawa Timur. Karena berbagai usaha masyarakat ingin dialog tetapi Bupati Muna Tidak mau masyarakat sekitar 1300-an warga kontu juga sudah tidak mau meninggalkan kebun dan rumah tempat tinggal mereka. Kemudian Bupati Muna mengeluarkan skenario &#8220;politicking&#8221; kepada warga kontu, bahwa kawasan tersebut adalah kawasan Hutan Lindung penyangga air Jompi, berdasarkan Kepmenhut 454 tahun 1999. Keputusan ini adalah diduga premature karena, karena tidak pernah diketahui masyarakat setempat, dan draft pengusulannya tidak ditandatangani beberapa pihak yaitu antaranya, Bada Pertanahan Nasional Kabupaten Muna, Dirjen Badan Inventarisasi Hutan, serta Menteri Kehutanan RI. Tanggal 27 Januari 2003, pihak aparat menculik paksa masyarakat yang sedang makan di rumahnya, kemudian menahan, serta memenjarakan 4 warga petani di kontu masing-masing; La Wai, La Panda, La Ode Radio, La Ntohe, di penjarakan sampai dengan tanggal 5 November 2003. Ke 4 masyarakat dipenjarakan. Tetapi aneh bin ajaib tuduhan

kepada waraga berubah dalam persidangan &#8220;dari Tuduhan Melakukan perambahan dalam Hutan Lindung, dirubah menjadi melakukan perambahan dalam Hutan Negara&#8221;. Ini diduga, skenario Bupati Muna Ridwan BAE, dari mau mengeksploitasi jati kerjasama dengan PT. Usaha Lokal Malang, berubah menjadi tuduhan merambah kawasan lindung kemudian berubah merambah kawasan negara. Tanggal 31 Januari 2003, WALHI Sultra mengeluarkan pernyataan pers di media lokal Kendari Pos, bahwa Bupati Muna Ridwan BAE melakukan eksploitasi jati demi kekayaan pribadi dan kroni. Sehari setelah itu, Bupati Muna Ridwan BAE mengeluarkan surat keputusan No. 778 tahun 2003 tentang Pencabutan instruksi Bupati No. 11 tahun 2001. Entahlah. Tanggal 19 February 2003, Tim Komnas HAM MM. Billah bersama ED WALHI Sultra, SWAMI dan beberapa LSM di kawasan Kontu-Muna, sehari bertemu dengan masyarakat korban, dikagetkan dengan informasi masyarakat bahwa tim terpadu sedang mengangkut kayu jati temuan ditempat pertemuan sehari sebelumnya. Rasa keheranan dan Keingintahuan Tim Komnas HAM, kemudian datang melakukan dialog langsung dengan aparat selaku Panitia Pengawasan Hutan yang sedang melakukan pengangkutan Jati temuan (Ilegal), yang sudah diberi legalitas KAYU TEMUAN. MM. Saat, Tim Komnas HAM,MM. Billah dimintai komentarnya oleh wartawan lokal di Muna, mengatakan &#8220;Ada dugaan kuat ada hubungan antara penangkapan, pemenjaraan 4 warga, pembakaran rumah-rumah masyarakat Kontu dengan proses kebijakan ilegal logging hutan jati selama ini di Muna&#8221;. Diduga berawal dari situ, tanggal 13 April 2004, Kajati Sultra Antasari Ashar, menurunkan tim penyidikan dan menangkap Drs. La Ode Arif Ati Malefu (Kepala Dinas kehutanan), menyusul Simon Masturi (Ketua Lelang Jati) dan La Udi Kudu (Bendahara Pemerintah Kabupaten Muna), dan resmi di jadikan tersangka, (sekarang sedang proses sidang dipengadilan negeri Raha). Dari proses penyelidikan Tim Kajati Sultra, ditemukan banyak kejanggalan. Ada banyak slip dan kuitansi pembayaran, daftar nama dan nota oknum pejabat mengambil dana hasil lelang, serta rekening titipan atas petunjuk Bupati Muna Ridwan BAE, yang dananya diduga diberikan kepada pihak-pihak yang tidak berhak , serta tidak dimasukan dalam kas negara. Dalam persaksian dipersidangan Drs. La Ode Arif Ati Malefu (Kepala Dinas kehutanan), menyusul Simon Masturi (Ketua Lelang Jati) dan La Udi Kudu (Bendahara Pemerintah Kabupaten Muna), menyatakan &#8216;membuat rekening

titipan atas petunjuk Bupati Muna RIDWAN BAE dan disposisi Wakil Bupati Muna Drs. Syaris. AS. Ketiganya bekerja berdasarkan Kebijakan Bupati Muna melalui; SK. No : 11/2001 tentang Pengumpulan Kayu Jati dan Eksploitasi, No : 412/2001 untuk Harga Dasar Lelang Kayu,, No : 778/2001 untuk Penetapan Harga Uang Pengganti,, No : 420/2002 untuk Panitia Lelang, No : 782/2002 untuk Pembagian uang Pengganti&#8221;. Tindak lanjut advokasi kasus dugaan korupsi & ilegal logging (penebangan liar) Jati Muna, pada tanggal 3 Agustus 2004, di Jakarta, melakukan komprensi Pers. Tanggal 4 Agustus 2004, melaporkan dugaan korupsi Bupati Muna ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Jakarta. Karena ada dana hasil lelang kayu jati temuan disimpan pada rekening titipan buan dalam kas negara, serta dibagi-bagikan kepada kalangan pejabat yang tidak berhak. Juga tidak diketahui dana eksploitasi hutan jati yang disiapkan dalam APBD tidak diketahui, kemana. Kemudian tanggal 9 Agustus 2004, ED WALHI Sultra melakukan pernyataan pers lokal(kendari pos) mengungkap data daftar pembayaran dana intensif hasil lelang kayu temuan jati muna, berdasakan dokumen tanggal 1 Oktober 2003, ketua lelang jati temuan , Simon Mahuri telah mengeluarkan sejumlah uang pada kelompok pimpinan daerah, Panitia lelang, Muspida dan staff, serta dipinjamkan kepada kalangan tetentu, seperti model Koperasi Simpan Pinjam. Darimana Kayu Jati Yang Dilelang Pemkab Muna? Modus seama ini adalah sebelum melakukan eksploitasi Kayu Jati, Bupati Muna Ridwan BAE, menyiapkan perangkat kebijakan yang seakan-seakan resmi. Yaitu membuat aturan-aturan sendiri Pelaksanaan lelang &#8216;Kayu Temuan&#8217; berdasarkan SK Bupati No : 11/2001 tentang Pengumpulan Kayu Jati dan Eksploitasi, No : 412/2001 tentang Harga Dasar Lelang Kayu, No : 778/2001, Penetapan Harga Uang Pengganti, dan No : 420/2002, Panitia Lelang, serta No : 782/2002, tentang Pembagian uang Pengganti. Kemudian oknum-oknum tertentu membangun mata rantai untuk melakukan penebangan kayu dengan konpensasi tertentu, yang bertugas melakukan tebang tinggal. Lalu oknum oknum jejaring tersebut menyampaika kepada Aparat dinas Kehutanan (BKPH)/petugas untuk datang mengumpulkan, mengopname (menghitung batang, kubikasi, dan labelisasi) kayu-kayu tebangan tersebut, kemudian

mengklaim kayu tersebut sebagai KAYU TEMUAN (KT). BKPH bersama Panitia Pengawasan Hutan (bentukan Pemkab Muna) kemudian mengangkut KT ke Tempat Penampungan Kayu (TPK). Atas temuan KT, BKPH mendapat fee sebesar Rp. 25.000/m3 dari Panitia Pengawasan Hutan (Fakta persidangan). Keamanan Kayu temuan di TPK menjadi tanggungjawab Dishut. ....Proses ini tidak diketahui siapa pemiliknya,tidak pernah diumumkan ke public....tapi langsung disampaikan pada pihak pelelangan untuk dilelang... ....dalam kurun waktu 1-3 bulan (sambil menungu kayu banyak), atas permintaan Dishut pihak kantor lelang negara melakukan pelelangan KT. Dan ini tanpa memberitahukan terlebih dahulu pihak kejaksaan setempat, sesuai KEP. MENHUT NO. 319/1997, dimana seharusnya sebelum Lelang Dishut selaku Pemohon Lelang minta petunjuk kepada Kejaksaan Setempat&#8217;. Itu tidak dilakukan. Sehingga diduga dana jati inilah yang dikatakan sebagai PAD Pemkab Muna. Fakta: Risalah Lelang KT; tahun 2002,2003, sebanyak 12.470,2982 M3 dengan harga Rp. 16.317.825.000. Penetapan harga jual kayu yang dilelang berdasarkan SK. Bupati Muna No. 782 tahun 2002. Dalam SK tersebut disebutkan besarnya harga dasar lelang kayu jati logs (A.III) sebesar Rp. 2.038.036 / M3. dalam SK yang sama juga disebutkan besarnya biaya pengganti yang harus dibayar oleh pemenang lelang sebesar Rp. 280.500 / M3. sedangkan besarnya uang letak yang dibebankan pada pemenang lelang ditetapkan sebesar 7,5% dari harga pembelian kayu/pelelangan.

Ada beberapa hal yang menjadi tuntutan terhadap permasalahan ini; 1. Mendesak KPK untuk segera melakukan pemeriksaan Kepada Bupati Muna Ridwan BAE, Wakil Bupati Muna Drs. Syarif, AS, Ketua & Ketua & Anggota DPRD Muna, Muspida Pemkab Muna atas dugaan persekongkolan korupsi pada Dana Hasil Lelang, penggunaan dana eksploitasi jati pada APBD 2002-2003 dan penyalagunaan Jabatan atas terjadinya secara terus menerus ilegal loging Hutan Jati di Kabupaten Muna, 2. Mendesak PPATK untuk membentuk tim memeriksa muspida Pemkab Muna Sulawesi Tenggara karena diduga telah melakukan tindak kejahatan pencucian uang pada hasil pelelangan kayu jati di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara yang dimasukkan dalam kas titipan dan tidak dimasukan dalam kas negara, 3. Meminta Presiden untuk mengeluarkan perintah

pemeriksaan dan penahanan dan penonaktifan terhadap Ridwan BAE selaku Bupati dan Drs. Syarif AS, selaku Wakil Bupati Muna, karena besar dugaan telah melakukan korupsi pada hasil lelang kayu jati dan penyalagunaan jabatan sebagai Bupati & Wakil Bupati di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara

REAKSI BALIK BUPATI MUNA RIDWAN BAE & PIHAK-PIHAK YANG DIDUGA TERLIBAT MENGAMBIL DAN MENERIMA DANA INSENTIF HASIL LELANG KAYU JATI TEMUAN DI KABUPATEN MUNA

1. Malam, Tanggal 8 Agustus 2004, Ajudan Bupati Muna Ridwan BAE; Marjanuddin menelpon ED WALHI Sultra, menggunakan No. HP. 0811425588, dan mengatakan &#8216;kenapa kau katakan Bupati Muna Korupsi. Kamu dimana? Ini saya lagi baca koran, Mereka lagi diatas sama istrinya. Maunya orang lain saja, Tidak bisakah kau tidak usah tulis namamu. saya hanya beritahu kamu, toh untuk kalian juga. &#8220;Kenapakah kau laporkan bahwa Ridwan Korupsi! Itu kan laporannya dia orang Aliase. Saya katakan bahwa, &#8220; Aku ini ED Walhi Sultra, wajib melakukan advokasi. Kasus ini adalah Kasus Lingkungan. Kami punya data tentang itu&#8221;. Ini soal kehidupan banyak orang&#8221;. 2. Tanggal 10 Agustus 2004, Informasi dari SWAMI Muna yang didengar melalui Saleng, Bahwa Bupati Muna Ridwan BAE, di Kegiatan serah terima DAMDIM Muna di Gedung Galampano-Raha, Ridwan meminta Kapolres Muna untuk menangkap La Ode Ota, 3. Tanggal 11 Agustus 2004, Informasi dari SWAMI Muna melalui Toto Suharto selaku Ketua FKKPPI Kab Muna, Bupati memerintahkan Aparatnya untuk menangkap ED WALHI Sultra (La Ode Ota) untuk menyerahkan kepada Polres Muna, 4. Tanggal 12 Agustus 2004, Keluarga (anak dan menantu Ketua DPRD Muna) dengan menggunakan No. HP................. Masing-masing; melakukan ancaman dan teror kepada ED WALHI Sultra, dengan bahasa&#8221; Saya tunggu di Raha, akan saya potong lasomu dan mengeluarkan isi perutmu&#8221;, dan mengucapkan salam terakhir semoga keluargamu dilindungi tuhan yang maha esa. Juga kata sdr. Taufan Bessy (Menantu ketua DPRD Muna) kepada di kantor SWAMI Muna &#8220;jika ota ada diraha sini, saya juga langsung pukul&#8221;.

5. Malam, tanggal 14 Agustus 2004, Lili Maradala resmi melaporkan ED Walhi Sultra; La Ode Ota , karena telah mencemarkan nama baik orang tuanya salaku Ketua DPRD Muna, kemudian termuat pada koran lokal kendari pos, tanggal 16 Agustus 2004, 6. Tanggal 18 Agustus 2004, di media lokal kendari ekspres; mahasiswa Haloleo yang mengatasnamakan diri GEMAPERDA, masing-masing bernama: Moch. Firman Saleh dan La Ode Mbuna, yang membela mati-matian Bupati Muna Ridwan BAE dan meminta kepada Kapolda Sultra untuk segera melakukan penangkapan terhadap La Ode Ota (ED WALHI Sultra) serta meminta keterangan dan bukti-bukti atas tuduhannya terhadap pemkab Muna, 7. Tanggal 18 Agustus 2004, sekitar 30 orang kelompok pendukung Bupati Muna Ridwan melakukan demo di Kajati dan Kapolda Sultra. Mereka menamakan diri Forum Pemerhati Muna Kota Kendari (FPM-KK). Mereka terdiri dari; Korlap; La Saraba, SE (Alumni Unhalu), Purnama Ramadhan selaku Anggota KPU Muna, Para Dosen Universitas Haluoleo, masing-masing; Drs. La Taena, Msi, Salimin, SH dosen FKIP, Drs. Bahtiar, M.Si dosen Fisip, La Ode Abdul Halim Momo, S.Pd, M.Pd dosen FKIP, Seorang PNS di Muna La Ode Abdul Asis, Sp, beberapa mahasiswa Universitas Haluoleo. Mereka melakukan demo menggunakan kenderaan yang diduga Mobil KPU Muna dengan No. Polisi B 2063 EQ yang dikendarai oleh Purnama Ramadan. Dalam orasinya mereka mendesak kejaksaan maupun Kapolda untuk segera memeriksa La Ode Ota, SWAMI, Mara Sultra dan kelompok prodeokrasi lainnya yang terlibat penfitnahan terhadap Bupati Muna. Menurut La Saraba, proses lelang kayu jati sudah sesuai dengan prosedure aturan sehingga legal dan legitimid. 8. Tanggal 19 Agustus 2004, Di Raha, diperkirakan 5.000-an pendukung Bupati Muna, Ridwan BAE melakukan aksi di gedung DPRD Muna, mengatasnamakan Aliansi Mayarakat Muna Untuk Keadilan (AMMuK), ini melalui beberapa korlapnya, mengaku kalau kedatangan mereka di DPRD Muna, yakni gerakan spontanitas akibat penghinaan Bupati Muna oleh LSM Swami dan Walhi Sultra. Ada hal yang menarik demo kali ini. Dimana seluruh massa tidak berjalan kaki, melainkan menumpang kendaraan roda empat dan roda dua. Para oratornya juga kebanyakan Pegawai Negeri bahkan ada pejabat atas nama La Kuanto (Kabag Pemdes Pemkab Muna). Pantauan Swami, kendaraan roda empat yang ditumpangi demonstran kurang lebih 50 Unit. Begitu pula dengan kendaraan roda dua kurang lebih 100 unit. Demo yang

berawal dari stadion mini, kemudian jalan menuju Bay Pass lalu membelok kearah Jl. Basuki Rahmat, seterusnya jl. Lakilaponto, Jl. Laode Abd Kudus, Jl. Paelangkuta seterusnya menuju Rumah kediaman Bupati Muna Ridwan BAE (bukan rumah jabatan), selanjutnya di Jl Gatot Subroto dan berakhir di kantor DPRD Muna, Mereka meneriakan yel-yel salah seorang orator, Andi April (seorang PNS di Muna) secara tegas meminta kepada Kepolisian untuk menangkap Ir La Ode Ota dan Kadhafi dari LSM Swami Muna. Salinan Pernyataan Sikap AMMUK: &#8226; Laporan WALHI Sultra dan SWAMI Muna sebagaimana dituduhkan diatas adalah tidak benar dan menyesatkan karena tidak didukung data-data yang akurat hanya berdasarkan asumsi-asumsi tanpa memahami secara utuh laporan pertanggungjawaban Bupati Muna Tahun 2002 dan tahun 2003 tentang pendapatan hasil lelang kayu jati. &#8226; Mendesak kepada kepolisian untuk menangkap dan mengadili aktifis WALHI Sultra dan SWAMI Muna yang memberikan laporan dan tuduhan korupsi Bupati Muna. Tuduhan tersebut adalah fitnah dan pencemaran nama baik sehingga layak penangkapan dilakukan, sebagai bentuk pertanggungjawaban moral dan hukum terhadap masyarakat muna. &#8226; Mendesak kepada DPRD Kab. Muna segera membentuk &#8216;tim klarifikasi&#8221; untuk memberikan penjelasan kepada media massa lokal, nasional, Indonesian Corruption Watch (ICW) serta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sehubungan dengan laporan pertanggungjawaban Bupati Muna khususnya yang berkaitan dengan tuduhan korupsi pedapatan hasil lelang kayu jati. &#8226; Meminta kepada Kejaksaan Negeri Raha untuk menegakkan supremasi Hukum tanpa pandang bulu termasuk pihak-pihak yang melakukan tuduhan korupsi kepada Bupati Muna. &#8226; Mendesak kepada WALHI Sultra dan SWAMI Muna serta ICW yang telah mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menindak Bupati Muna segera mencabut laporannya dan mempublikasikan kepada semua media massa berita laporan 3 lembaga tersebut. &#8226; Jika 5 poin tuntutan diatas tidak diindahkan maka AMMuk akan melakukan aksi yang lebih besar lagi. &#8226; Meminta kepada seluruh masyarakat Muna di seluruh Indonesia agar tidak terprovokasi dengan tuduhan korupsi Bupati Muna karena issu tersebut berdimensi politik dan upaya menggangu kosentrasi kinerja pemerintah yang

berdampak pada ekselerasi pembangunan Kabupaten Muna. &#8226; Menghimbau kepada semua elemen masyarakat agar tidak melakukan intervensi dalam penegakkan supremasi hukum dan mafia peradilan yang berimplikasi pada rusaknya tatanan hukum di Kabupaten Muna. 1. Tanggal 21 Agustus 2004, Bupati Muna Ridwan BAE, di Kendari melakukan Komprensi Pers. Terakhir kali, Simon, bendahara lelang juga mengatakan hal sama dalam sidang. &#8220; saya memang menerima uang itu, jumlanya Rp 2 juta, &#8220; aku Bupati Muna, Ridwan BAE di Kendari. Sabtu lalu didepan sejumlah wartawan lokal di Kendari. Tapi Ridwan menegaskan bila uang itu adalah haknya seperti diatur dalam SK 420 tentang lelang jati muna. Ia juga meluruskan jika dalam SK-nya tidak dikenal istilah uang insentif tapi uang pengamanan. Saya masih ingat waktu Simon datang membawa uang itu, jumlahnya Rp 2 juta, waktu itu saya sempat tanya apakah uang itu halal? Aturannya sudah benar atau tidak? Simon bilang waktu itu, potong leher saya pak, kalau uang ini bukan hak bapak. Aturannya ada dan ini benar-banar hak bapak. Jadi saya terima uang itu &#8220; beber Ridwan BAE. Lapor polisi, Ridwan betul-betul terganggu dengan sejumlah LSM yang menudingnya korupsi lelang jati. Agar masalhnya tak berlarut, Bupati Muna itu sedang menyiapkan gugatan dan laporan terhadap LSM itu ke penegak hukum. &#8220;apa yang mereka tuduhkan, sangat...sangat...sangat tidak benar, &#8220; tampik Ridwan. Ia menegaskan dirinya tidak mungkin mengkorup uang daerahnya. Alasannya, saat ini semua daerah berebut uang dari pusat dan naif sekali ila uang di kas juga digerogoti. 2. Tanggal, 23 Agustus 2004, Berita koran lokal Kendari Ekspres, Pemkab akan gugat Walhi&#8212;Swami. DPRD Muna menggelar rapat khusus, Sabtu (21/8) sebagai jawaban pernyataan sikap koalisi Ornop dan LSM Pro pemerintah atas nama Aliansi Masyarakat Muna Untuk Keadilan (AMMUK) saat berunjuk rasa Kamis (19/8) lalu. Bersamaan, Pemkab Muna melalui Kabag Hukumnya, La Ode Andi Muna SH MM, melakukan pertemuan khusus dengan Polres Muna membahas langkah gugatan pada ED Walhi Sultra, Ir La Ode Ota dan LSM Swami Muna terkait press release di salah satu media lokal yang mengindikasikan keterlibatan Bupati Muna dalam korupsi lelang kayu jati. Andi muna bertemu Kasat Reskrim Polres Muna, AKP La Ode Kadimu sekitar pukul 11.30 wita. Sebelum itu, Kadimu

dikonfirmasi pagi harinya menandaskan, tuntutan para demonstran belum bisa diproses secara hukum karena baru pernyataan sikap para demosntran. &#8220;kita tunggu laporan resmi dari korban yang dirugikan akibat Press release tersebut, dalam hal ini Pemkab Muna,&#8221; katanya. Dalam pertemuan tersebut, kata Kadimu, Kabag Hukum Pemkab datang membawa sejumlah data sebagai bukti awal bantahan terkait tuduhan Walhi dan Swami. &#8220;laporan gugatan secara resmi akan menyusul. Sementara ini dia (Andi Muna, red) mengatakan masih akan susun laporanya,&#8221; jelas Kadimu. Sikap pemerintah sendiri kelihatanya masih belum jelas. Pernyataan resmi Pemkab Muna dikeluarkan Kabag Humas Pemkab Muna, Drs Amirudin sabtu lalu justru mengungkapkan pemerintah bahkan belum berniat mengambil tindakan,&#8221;belum ada tindakan Pemkab. Demo kan ditujukan pada DPRD dan Kepolisian. Jadi yang harus mengambil sikap atas itu harusnya Kepolisian dan Dewan,&#8221; ujarnya, saat ditemui dikantor Bupati yang baru dibilangan Sidodadi. Sementara itu, kalau kepolisian bersikap menunggu laporan gugatan secara resmi, maka DPRD Muna melalui rapat paripurna khusus bersama eksekutif dipimpin Kabag Keuangan Zakaruddin SE Msi yang digelar sabtu lalu juga tidak melahirkan kebijakan berarti. Rapat selama dua jam itu hanya berakhir dengan keputusan dewan membuat tim kecil guna menjawab surat pernyataan AMMUK yang menghendaki klarifikasi hasil lelang dalam APBD TA 2002-2203. Selain mencari digit mana dalam APBD yang memposkan hasil lelang, rapat yang dipimpin Wakil Ketua DPRD Muna, Karjani menolak mencampuri kasus lelang yang kini sedang dalam proses hukum di PN. Terungkap, anggota Dewan sendiri ternyata tidak seorangpun tahu hasil lelang dimasukkan di pos mana dalam APBD. Karena itu, Eksekuitf yang dipimpin Kabag Keuangan Pemerintah kabupaten Muna di periksa layaknya terdakwa dalam sidang dipengadilan. R4/B/MUR,

3. Tanggal 24 Agustus 2004, melalui Berita Sikilas Indonesia Bupati Muna Ridwan BAE, di Kendari, mengatakan akan menggugat ICW dan WALHI Sultra katena telah mencemarkan nama baik Bupati dan Pemkab Muna. 4. Tanggal 24 Agustus 2004, Malam, ED WALHI mendapatkan surat salinan surat dari Pemkab Muna yang ditandatangani Sekretaris Daerah Drs. H. La Ode Kilo (Nip. 590 002 689), perihal Somasi (keberatan) Pemberitaan atau Penyiaran ditujukan kepada; Direktur ICW, Direktur Radio Elshinta, Direktur TV 7, Suara Pembaruan di Jakarta serta Kendari TV, Harian Kendari Pos, Harian Kendari Ekspres, Harian Media Sultra, WALHI Sultra di kendari, serta LSM SWAMI Muna di Raha, dengan Point-point sebagai berikut: &#8226; Tuduhan yang diberitakan atau ditayangkan, bahwa Bupati Muna telah melakukan korupsi sebesar 7,160 miliar rupiah itu sangat tidak benar an telah menimbulkan keresahan yang tidak terhingga bukan saja kepada Bupati Muna tetapi juga kepada Pemerintah Daerah dan jajarannya bahkan ditengah masyarakat Kabupaten muna. &#8226; Apabila ingin melakukan pemberitaan atau penyiaran hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan Pemerintah Daerah sebelumnya harus dikonfirmasikan terlebih dahulu agar tidak menimbulkan keresahan ditengah masyarakat. &#8226; Atas pemberitaan atau penyiaran yang telah dilakukan selama ini, Bupati Muna beserta jajaran Pemerintah aerah Kabupaten Muna sangat tersinggung dan keberatan, &#8226; Kepada pihak mass media diminta agar segera mnghentikan atau tidak lagi memberitahukan tuduhan korupsi yang ditujukan kepada Bupati Muna, &#8226; Kepada pihak mass media yang telah memberitakan dan menyiarkan tuduhan korupsi tersebut diminta untuk memberkan sumber atau asal informasi dan data kepada Pemerintah Daerah. &#8226; Apabila keberatan ini tidak diindahkan, maka Pemerintah Daerah tidak segan-segan untuk melakukan langkah proses hukum.

On Tue, 31 Aug 2004 16:50:26 +0700 "Happy Devyanto" <happy@inrr.org wrote: Semua Saling Berkorelasi : Dunia yang Makin Memudar Krisis lingkungan global memerlukan pendekatan holistik, berdasarkan kenyataan bahwa seluruh kehidupan di bumi adalah dikeramatkan dan saling berhubungan. Degradasi, pencemaran, polusi dan seluruh "penyakit-penyakit" yang mengancam bumi dan kehidupan mengungkapkan gambaran isu yang sama bahwa terlalu banyak manusia, mengkonsumsi sumberdaya berlebihan, disaat menghilangnya rasa "menyatu" dengan bumi. Bumi dan air, hutan, udara dan lautan memperoleh sedikit manfaat dan memperoleh perlakuan sedikit lebih baik dibanding tempat sampah. Aktivis lingkungan melakukan kegiatan bernilai pada masing-masing isu seperti isu perubahan iklim, konservasi hutan dan air dan racun. Ada alasan-alasan tertentu untuk memfokuskan pada isu-isu yang dapat ditelaah dan dikelola dalam sebuah isolasi. Solusi lebih mudah dan tidak terlalu intrusif, membuat mereka sendiri berada pada kebijakan-kebijakan reformis yang tidak mengancam posisi (status quo). Tampaknya tidak mungkin memisahkan isu lingkungan yang ada di bumi menjadi bagian-bagian tersendiri, karena bagaimanapun sektor-sektor lainnya saling berkait. Semisal isu hutan tidak dapat dipisahkan dan tidak lestari jika masalah perubahan iklim tidak disampaikan. Demikian pula dengan masalah tanah akan terus tererosi dan air menghilang sejalan dengan hilangnya hutan dan lahan basah. Banjir yang terjadi di Asia dan Haiti baru-baru ini menggambarkan keterpurukan yang komprehensif atas sistem-sistem ekologis secara keseluruhan di dunia ini. Ada perubahan iklim yang membawa hujan secara berkala, limpasan air di muka bumi diperburuk oleh pengelolaan

lahan yang memprihatinkan dan hebatnya penderitaan umat manusia menghasilkan penurunan lebih jauh daripada kualitas ekologi. Banyak studi terkini yang menunjukkan bahwa polusi udara adalah bersifat global semisal Amerika menerima polusi Asia disaat Amerika memberikan polusi pada Eropa. Dunia yang sedang dalam cobaan memang memerlukan sentuhan agar terselamatkan. Ekologi global secara keseluruhan -yang menurut penulis lebih suka untuk mengangkat Gaia - adalah sistem yang berpasangan secara ketat, berkomposisi atas subsistem ekologi yang mengolah energi dan zat-zat nutrisi. Yang akhirnya mengikis perangkat ekologis dari kompleksitas yang luar biasa yang membuat kehidupan menjadi mungkin. Perangkat fotosintesis menghasilkan oksigen pada saat mengkonsumsi karbodioksida, dan hewan-hewan melakukan hal yang sebaliknya melengkapi perputaran itu. Lautan dan ekosistem mahluk hidup berpengaruh dan dipengaruhi oleh cuaca. Air adalah "darah hidup" dari seluruh kehidupan.

Kekeliruan sistem ekologis darimanapun akan berpengaruh secara keseluruhan. Kenyataan bahwa hutan berhubungan dengan keberadaan kasat mata setiap sistem ekologis lainnya, dan selanjutnya telah mendorong konservasionis hutan menjadi seorang penggiat kelestarian ekologis global. Hutan, cuaca, air dan lautan - dan bumi secara keseluruhan - akan dapat dilestarikan jika ada penitikberatan terhadap gambaran besar dan interaksi antara isu-isu yang disampaikan di sini. Kemanusiaan tidak dapat melanjutkan untuk mendukung penciptaan dan mengkonsumsi jika bumi bukanlah sesuatu. Bumi bukan sesuatu - spesies yang lain dan kemunculan proses-proses ekosistem membuat kemanusiaan dan kelompok masyarakat memungkinkan. Ada fisik nyata dan keterbatasan biologis pada kapasitas bumi yang dapat menyediakan makanan dan menjaga lingkungan berhabitat untuk para manusia. Peningkatan jumlah manusia yang sedang dihadapi dengan kenyataan ini sementara pasokan air tersendat-sendat, pola iklim memudar, tanah menjadi gurun dan lautan dibuat tidak berkehidupan.

Walau banyak inisiatif-inisiatif yang dikembangkan, Tidak kurang inisiatif-inisiatif menyelamatkan dunia bergulir dimana mana dan kemana-mana. Satu hal yang mungkin menjadi perhatian dalam lingkup nasional ini adalah mengembangkan informasi Menempuh perjalanan untuk terjadinya sebuah perubahan adalah sebuah upaya. Demikian pula upaya-upaya menyelamatkan bumi. Perilaku sekecil apapun juga yang mendukung pelestarian dan penyelamatan sumberdaya alam patut dihargai. Kemiskinan yang masih menjadi kendala pembangunan memang harus dihadapi dengan seksama. Memberantas kemiskinan tidak semudah membalik telapak tangan karena perlu upaya-upaya tambahan untuk memberantasnya. Kita yakin bahwa pemerintah berupaya keras untuk mengurangi jumlah kaum miskin tadi. Kaum miskin di Indonesia bukan hanya diukur dari jumlah mata uang yang dihasilkan dan daya beli penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun juga ditandai dengan kemampuannya memperoleh alternatif dan jalan terhadap sumber-sumber kehidupannya. Pada sebuah upaya reformasi barangkali mempertimbangkan hal-hal kecil yang mungkin dapat berpengaruh terhadap proses perubahan tersebut adalah luar biasa juga.... Referensi : "Everything and Everyone is Connected" by Dr. Glen Barry, August 19, 2004. NGO-Forestry-Sector-Partnership Currently, it is about 680 milisters join in this initiative. The members' background are varied from NGOs, university representatives, government, research institutions, journalists and the rest are civil society mem bers. The non governmental organization forestry sector partnership (NFP) is a post NGO-DFF initiative to link different forestry-related initiatives across Indonesia. Many initiatives have been emerging among forestry-related activists which would be better linked and communicated in a more integrative way. Dialogue forum is an alternative to raise attention and togetherness. No specific estimation which and how effective dialogue format is used to be but at least something have been initiated in a more realistic way.

NFP is very thankful to whom are giving inputs either suggestion, wishing or input of improvement to this mailing list existing. Wishing to get inputs and cooperation among forestry activists in keeping communication by not raising suspicious feeling on one's/organization's existing is our spirit to keep positive thinking among ourselves. Being positive thinking with our pressumption of innocence spirit to practice "toward Sustainable Forest Management" will be appreciated. The NGO-Forestry-sector partnership program will be in line with collaboration and cooperation spirit toward better partnership among either Indonesian NGOs or other responsible groups in forestry sector to achieve the same goal. Cordially yours, Happy Tarumadevyanto happy@inrr.org, happy.devyanto@cbn.net.id NGO-Forestry Sector Partnership Cell : +62 812 91 855 94 Fax : +62 21 572 02 19 From: "Yayasan SWAMI " <swami_muna@telkom.net To: <paticipatory@yahoogroups.com Cc: <lingkungan@yahoogroups.com; <communitygallery@yahoogroups.com; <kebijakan_partisipatif@yahoogroups.com Sent: Sunday, September 12, 2004 11:08 AM Subject: [communitygallery] KEJAHATAN TERORGANISIR EKSPLOITASI HUTAN Kawan-kawan.... Mungkin ada yang memberi saran untuk kasus yang satu ini... Kasus korupsi jati muna kini sudah memasuki tahap akhir persidangan di Pengadilan Negeri Raha. Namun demikian terdapat kemungkinan-kemungkinan lain yang terjadi terkait dengan putusan pengadilan nantinya. Sebab sampai dengan saat ini belum ada keberanian dari Kejaksaan Tinggi Sultra yang memegang kendali kasus ini, untuk memeriksa Bupati Muna sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terjadinya dugaan korupsi dana lelang kayu jati muna. Sebaliknya fakta-fakta dipersidangan (dari pernyataan saksi-saksi) sudah sangat kuat alasan bagi Kejaksaan Tinggi Sultra dan anggota DPRD untuk diperiksa terkit

dengan kasus tersebut. Bahkan lebih kurang 10 dipersidangan menyatakan bertanggungjawab pada Bupati Muna atas dasar Instruksi Bupati No. 11/2001 tentang pelaksanaan eksploitasi kayu jati, dan SK Bupati No. 420/2002 tentang pembentukan panitia lelang. Fakta persidangan lainnya, Hakim telah memerintahkan jaksa untuk menyita aturan-aturan tersebut, dan memerintahkan agar JPU menghadirkan Bupati Muna dan anggota DPRD Muna sebagai saksi dipengadilan. Untuk mengawal kasus tersebut, SWAMI dan beberapa organisasi masyarakat sipil di Kendari dan Muna kemudian membentuk Jaringan Advokasi Jati Sulawesi Tenggara (JAJS).Dalam perkembangannya, oleh masyarakat lokal, kasus tersebut cenderung diabaikan karena beberapa hal : &#8226; Pengusutan Korupsi lelang jati Muna yang sedang berjalan di PN Raha adalah momentum paling tepat untuk membongkar berbagai kejahatan yang ada didalam sisitem pengelolaan hutan jati di Kabupaten Muna selama ini, seperti kejahatan lingkungan/kehutanan, kejahatan kemanusian dan kejahatan korupsi. Namun selama ini kasus korupsi hanya dipahami secara politik terutama dikalangan masyarakat level grass roots. Isu korupsi dana lelang kayu jati Muna dianggap sebagai isu politik untuk menjatuhkan kekuasaan Bupati Muna Ridwan BAE. Terjadi politisasi isu/wacana yang dilakukan oleh pihak-pihak yang pro dengan kekuasaan. &#8226; Isu korupsi dana lelang jati muna masih sangat elitis, wacana &#8220;membongkar kejahatan terorganisir eksploitasi kayu jati muna&#8221; hanya dipahami oleh segelintir orang terutama kalangan LSM dan kalangan masyarakat menengah saja. Masayarakat cenderung mengambil sikap pasif terutama pada pada level masyarakat akar rumput. Juga adanya polarisasi gerakan ditingkat Organisasi Masyarakat Sipil/NGO lokal. Lemahnya pemahaman masyarakat lokal terhadap isu kejahatan lingkungan/kehutanan, kejahatan kemanusiaan dan kejahatan korupsi dalam praktek eksploitasi kayu jati muna menjadi kendala dalam membangun gerakan yang lebih besar sampai ketingkat basis. Akibatnya tidak ada sikap kritis yang signifikan dikalangan rakyat dalam mendukung proses pengusutan kejahatan eksploitasi kayu jati Muna yang kini sedang diusung oleh JAJ - Sultra. Diperparah lagi lemahnya distribusi dan sosialisasi informasi kepada publik sehingga tidak menyentuh kepentingan rakyat secara langsung.

Dipihak lain, Rdwan BAE sebagai Bupati Muna semakin gencar melakukan klarifikasi kepada masyarakat lokal melalui pertemuan-pertemuan formal maupun melalui media bahwa dirinya tidak melakukan korupsi sebagaimana yang dituduhkan oleh SWAMI, Walhi Sultra dan ICW terkait dengan laporan beberapa NGO tersebut ke KPK Jakarta. Ada upaya-upaya yang dilakukan oleh Bupati dan Pemkab Muna serta para pendukungnya untuk mengaburkan persoalan yang sedang menjadi fokus yakni korupsi lelang kayu jati. Pertama, mengaitkan kasus ini dengan mementum politik pemilihan langsung kepala daerah tahun 2005. Opini yang dikembangkan adalah bahwa apa yang dilakukan oleh SWAMI dan NGO lainnya merupakan gerakan politik untuk menghalangi dirinya (Bupati Muna Ridwan BAE) mencalonkan diri menjadi Bupati periode kedua kalinya. Kedua, membangun opini publik tentang pertentangan antara golongan bagsawan dan non bangsawan. Dimana golongan bangsaan hari ini berusaha untuk merebut posisi kekuasaan politik sebagai Bupati Muna. Jika wacana tersebut terus dikembangkan oleh Bupati Muna Ridwan BAE, maka ancaman konflik sosial akan menjadi bom waktu yang akan segera meledak di Pulau Muna. Ketiga, bahwa hasil lelang kayu jati bukan dikorupsi, tapi sudah di laporkan dalam LPJ dan sudah habis dibelanjakan untuk kepentingan pembangunan daerah. Keempat, Bupati Muna mendorong Pemkab Muna melakukan somasi kepada media lokal/nasional, SWAMI dan Walhi Sultra. Akibatnya media massa lokal berada dalam tekanan pihak Pemkab Muna atas somasi tersebut. Kecenderungannya sekarang pers lokal tidak ingin mengambil resiko hukum berhadapan dengan Bupati Muna sehingga ttidak lagi mengakomodir berita-berita yang di banngun oleh kalangan NGO terkait dengan kasus korupsi kayu jati muna. Kelima, Bupati Muna mendorong Pemkab Muna melaporkan La Ode Ota (ED Walhi Sultra), M. Kadhafi dan Ihlas Muhammad (aktivis SWAMI) ke Polres Muna dengan dasar melakukan pencemaran nama baik terhadap Bupati Muna. Laporan tersebut kini sedang di proses di tingkat Polres dengan pemeriksaan awal saksi-saksi. Sementara tiga orang yang dilaporkan itu belum menerima surat panggilan dari Polres Muna. Alasan Bupati yang dikembangkan Bupati bahwa pencemaran terhadap Bupati menyebabkan investor tidak mau berinvestais di Muna, masyarakat menjadi resah, instabilitas pemerintahan daerah dll. Keenam, Bupati Muna mendorong Pemkab Muna untuk

menggerakan para PNS, Camat, Kades, dan Guru untuk berdemonstrasi menuntut penangkapan terhadap La Od Ota cs. Juga menggerakan tokoh-tokoh masyarakat dengan kekuatan uangnya. PNS dincama akan dipecat, guru diancam di pindahkan dilokai terpencil jika tidak bergeraka membela Bupati Muna. Ketujuh, Pemkab Muna membangun opini melalui media bahwa jati muna tidak sama dengan didaerah lain, karena jati muna dikelola secara swapraja. Hal ini sudah dilakukan oleh Asisten II Pemkab Muna (La Bunga Baka) dan Kabag Humas Pemkab Muna (Drs. Amiruddin) dengan mengirimkan beberapa tulisan yang dimuat di halaman opini media lokal secara bersambung. Oleh karena itu dalam mengusung gerakan yang lebih besar, dilakukan pembagian peran bagi semua NGO yang tergabung di Jaringan Advokasi Jati &#8211; Sultra (JAJS). Khusus untuk persoalan litigasi yang akan dilakukan didasarkan juga pada pertimbangan bahwa hal itu akan menjadi alat bagi Institusi Pembelaan Rakyat (IPR) Sultra yang baru dibentuk untuk merebut mandat publik Sultra. Karena IPR dasarnya dibentuk untuk kepentingan advokasi/litigasi kasus-kasus yang menjadikan rakyat sebagai pemilik sumber daya alam menjadi korban dari ketidakdilan dan kekuasaan. IPR juga telah ditunjuk untuk melakukan pendampingan hukum terhadap La Ode Ota sc terkait dengan laporan Pemkab Muna perhal pencemarn nama baik Bupati Muna. Untuk melakukan langkah litigasi itu, IPR telah memiliki 3 orang sumber daya sebagai Tim Kuasa Hukum yaitu Harun Lesse SH, Safarullah SH dan Alaxni R Pasaribu SH. Sementara proses hukum yang akan ditempuh JAJS (class action atau legal standing) tidak akan mempengaruhi kasus korupsi yang sedang dalam proses pengadilan. Jaringan Avokasi Jati &#8211;Sultra bersama Eknas Walhi dan ICW juga sudah lapor ke KPK dan menunggu hasil dan reaksi tindak lanjut dari KPK. JAJS juga akan terus membangun kampanye melalui media tentang korupsi yang dilakukan oleh Ridwan BAE sebagai Bupati Muna.

salam Ihlas Muhammad From: "Yayasan SWAMI " <swami_muna@telkom.net To: <shklist@yahoogroups.com

Cc: <communitygallery@yahoogroups.com Sent: Tuesday, September 14, 2004 7:08 PM Subject: [communitygallery] Re: [Lingk] KEJAHATAN TERORGANISIR EKSPLOITASI HUTAN On Sun, 12 Sep 2004 11:08:44 +0700 "Yayasan SWAMI " <swami_muna@telkom.net wrote: Kawan-kawan.... Mungkin ada yang memberi saran untuk kasus yang satu ini... Kasus korupsi jati muna kini sudah memasuki tahap akhir persidangan di Pengadilan Negeri Raha. Namun demikian terdapat kemungkinan-kemungkinan lain yang terjadi terkait dengan putusan pengadilan nantinya. Sebab sampai dengan saat ini belum ada keberanian dari Kejaksaan Tinggi Sultra yang memegang kendali kasus ini, untuk memeriksa Bupati Muna sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terjadinya dugaan korupsi dana lelang kayu jati muna. Sebaliknya fakta-fakta dipersidangan (dari pernyataan saksi-saksi) sudah sangat kuat alasan bagi Kejaksaan Tinggi Sultra dan anggota DPRD untuk diperiksa terkit dengan kasus tersebut. Bahkan lebih kurang 10 dipersidangan menyatakan bertanggungjawab pada Bupati Muna atas dasar Instruksi Bupati No. 11/2001 tentang pelaksanaan eksploitasi kayu jati, dan SK Bupati No. 420/2002 tentang pembentukan panitia lelang. Fakta persidangan lainnya, Hakim telah memerintahkan jaksa untuk menyita aturan-aturan tersebut, dan memerintahkan agar JPU menghadirkan Bupati Muna dan anggota DPRD Muna sebagai saksi dipengadilan. Untuk mengawal kasus tersebut, SWAMI dan beberapa organisasi masyarakat sipil di Kendari dan Muna kemudian membentuk Jaringan Advokasi Jati Sulawesi Tenggara (JAJS).Dalam perkembangannya, oleh masyarakat lokal, kasus tersebut cenderung diabaikan karena beberapa hal : &#8226; Pengusutan Korupsi lelang jati Muna yang sedang berjalan di PN Raha adalah momentum paling tepat untuk

membongkar berbagai kejahatan yang ada didalam sisitem pengelolaan hutan jati di Kabupaten Muna selama ini, seperti kejahatan lingkungan/kehutanan, kejahatan kemanusian dan kejahatan korupsi. Namun selama ini kasus korupsi hanya dipahami secara politik terutama dikalangan masyarakat level grass roots. Isu korupsi dana lelang kayu jati Muna dianggap sebagai isu politik untuk menjatuhkan kekuasaan Bupati Muna Ridwan BAE. Terjadi politisasi isu/wacana yang dilakukan oleh pihak-pihak yang pro dengan kekuasaan. &#8226; Isu korupsi dana lelang jati muna masih sangat elitis, wacana &#8220;membongkar kejahatan terorganisir eksploitasi kayu jati muna&#8221; hanya dipahami oleh segelintir orang terutama kalangan LSM dan kalangan masyarakat menengah saja. Masayarakat cenderung mengambil sikap pasif terutama pada pada level masyarakat akar rumput. Juga adanya polarisasi gerakan ditingkat Organisasi Masyarakat Sipil/NGO lokal. Lemahnya pemahaman masyarakat lokal terhadap isu kejahatan lingkungan/kehutanan, kejahatan kemanusiaan dan kejahatan korupsi dalam praktek eksploitasi kayu jati muna menjadi kendala dalam membangun gerakan yang lebih besar sampai ketingkat basis. Akibatnya tidak ada sikap kritis yang signifikan dikalangan rakyat dalam mendukung proses pengusutan kejahatan eksploitasi kayu jati Muna yang kini sedang diusung oleh JAJ - Sultra. Diperparah lagi lemahnya distribusi dan sosialisasi informasi kepada publik sehingga tidak menyentuh kepentingan rakyat secara langsung. Dipihak lain, Rdwan BAE sebagai Bupati Muna semakin gencar melakukan klarifikasi kepada masyarakat lokal melalui pertemuan-pertemuan formal maupun melalui media bahwa dirinya tidak melakukan korupsi sebagaimana yang dituduhkan oleh SWAMI, Walhi Sultra dan ICW terkait dengan laporan beberapa NGO tersebut ke KPK Jakarta. Ada

upaya-upaya yang dilakukan oleh Bupati dan Pemkab Muna serta para pendukungnya untuk mengaburkan persoalan yang sedang menjadi fokus yakni korupsi lelang kayu jati. Pertama, mengaitkan kasus ini dengan mementum politik pemilihan langsung kepala daerah tahun 2005. Opini yang dikembangkan adalah bahwa apa yang dilakukan oleh SWAMI dan NGO lainnya merupakan gerakan politik untuk menghalangi dirinya (Bupati Muna Ridwan BAE) mencalonkan diri menjadi Bupati periode kedua kalinya. Kedua, membangun opini publik tentang pertentangan antara golongan bagsawan dan non bangsawan. Dimana golongan bangsaan hari ini berusaha untuk merebut posisi kekuasaan politik sebagai Bupati Muna. Jika wacana tersebut terus dikembangkan oleh Bupati Muna Ridwan BAE, maka ancaman konflik sosial akan menjadi bom waktu yang akan segera meledak di Pulau Muna. Ketiga, bahwa hasil lelang kayu jati bukan dikorupsi, tapi sudah di laporkan dalam LPJ dan sudah habis dibelanjakan untuk kepentingan pembangunan daerah. Keempat, Bupati Muna mendorong Pemkab Muna melakukan somasi kepada media lokal/nasional, SWAMI dan Walhi Sultra. Akibatnya media massa lokal berada dalam tekanan pihak Pemkab Muna atas somasi tersebut. Kecenderungannya sekarang pers lokal tidak ingin mengambil resiko hukum berhadapan dengan Bupati Muna sehingga ttidak lagi mengakomodir berita-berita yang di banngun oleh kalangan NGO terkait dengan kasus korupsi kayu jati muna. Kelima, Bupati Muna mendorong Pemkab Muna melaporkan La Ode Ota (ED Walhi Sultra), M. Kadhafi dan Ihlas Muhammad (aktivis SWAMI) ke Polres Muna dengan dasar melakukan pencemaran nama baik terhadap Bupati Muna. Laporan tersebut kini sedang di proses di tingkat Polres dengan pemeriksaan awal saksi-saksi. Sementara tiga orang yang dilaporkan itu belum menerima surat panggilan dari Polres Muna. Alasan Bupati yang dikembangkan Bupati bahwa pencemaran terhadap Bupati menyebabkan investor tidak mau berinvestais di Muna, masyarakat menjadi resah, instabilitas pemerintahan daerah dll. Keenam, Bupati Muna mendorong Pemkab Muna untuk menggerakan para PNS, Camat, Kades, dan Guru untuk berdemonstrasi menuntut penangkapan terhadap La Od Ota

cs. Juga menggerakan tokoh-tokoh masyarakat dengan kekuatan uangnya. PNS dincama akan dipecat, guru diancam di pindahkan dilokai terpencil jika tidak bergeraka membela Bupati Muna. Ketujuh, Pemkab Muna membangun opini melalui media bahwa jati muna tidak sama dengan didaerah lain, karena jati muna dikelola secara swapraja. Hal ini sudah dilakukan oleh Asisten II Pemkab Muna (La Bunga Baka) dan Kabag Humas Pemkab Muna (Drs. Amiruddin) dengan mengirimkan beberapa tulisan yang dimuat di halaman opini media lokal secara bersambung. Oleh karena itu dalam mengusung gerakan yang lebih besar, dilakukan pembagian peran bagi semua NGO yang tergabung di Jaringan Advokasi Jati &#8211; Sultra (JAJS). Khusus untuk persoalan litigasi yang akan dilakukan didasarkan juga pada pertimbangan bahwa hal itu akan menjadi alat bagi Institusi Pembelaan Rakyat (IPR) Sultra yang baru dibentuk untuk merebut mandat publik Sultra. Karena IPR dasarnya dibentuk untuk kepentingan advokasi/litigasi kasus-kasus yang menjadikan rakyat sebagai pemilik sumber daya alam menjadi korban dari ketidakdilan dan kekuasaan. IPR juga telah ditunjuk untuk melakukan pendampingan hukum terhadap La Ode Ota sc terkait dengan laporan Pemkab Muna perhal pencemarn nama baik Bupati Muna. Untuk melakukan langkah litigasi itu, IPR telah memiliki 3 orang sumber daya sebagai Tim Kuasa Hukum yaitu Harun Lesse SH, Safarullah SH dan Alaxni R Pasaribu SH. Sementara proses hukum yang akan ditempuh JAJS (class action atau legal standing) tidak akan mempengaruhi kasus korupsi yang sedang dalam proses pengadilan. Jaringan Avokasi Jati &#8211;Sultra bersama Eknas Walhi dan ICW juga sudah lapor ke KPK dan menunggu hasil dan reaksi tindak lanjut dari KPK. JAJS juga akan terus membangun kampanye melalui media tentang korupsi yang dilakukan oleh Ridwan BAE sebagai Bupati Muna.

salam Ihlas Muhammad

From: "Yones Koanfora Pellokila" <pellokilay@cbn.net.id> To: <communitygallery@yahoogroups.com>; <shklist@yahoogroups.com> Cc: <communitygallery@yahoogroups.com> Sent: Wednesday, September 15, 2004 6:04 PM Subject: Re: [communitygallery] Re: [Lingk] KEJAHATAN TERORGANISIR EKSPLOITASI HUTAN Dear Ihlas, salah satu masalah utama yang dikemukakan dalam email mu ini adalah tentang kurang (hampir tidak adanya) dukungan publik, terutama "komunitas akar rumput" terhadap penyelesaian kasus korupsi jadi di Muna. Sayangnya dalam solusi yang dipaparkan juga dalam email ini, tidak ada strategi dan kegiatan yang berorientasi pada penggalangan dan pelibatan dukungan publik melalui berbagai kegiatan alternatif yang seharusnya bisa dilakukan oleh teman-teman dan jaringan terutama di Sulawesi Tenggara. Benar bahwa proses litigasi di pengadilan bisa diurus oleh IPR sedangkan pelaporan ke KPK di level nasional bisa diurus oleh Walhi dan ICW. Masalahnya, urusan ke pengadilan dan ke KPK itu tetap saja tidak akan menghasilkan dukungan dan tekanan publik terhadap penyelesaian kasus korupsi itu. Karena ke dua urusan tersebut ada pada ruang dan level yang berbeda. Untuk itu, saran saya JAJS harus menggalang dukungan publik melalui berbagai pendekatan dan media (alat maksudnya) untuk mendukung Kejaksaan dan mengawasi Pengadilan mengurus masalah tersebut. Dengan demikian, penanganan kasus korupsi tersebut dapat dilakukan secara berlapis langsung dan tidak langsung di level nasional, provinsi dan kabupaten yang melibatkan KPK, Kejaksaan, Pengadilan, Ornop, Mass Media dan juga rakyat pada umumnya. BTW, setahu saya tidak semua media di Sulawesi Tenggara menjadi melempeM karena mendapatkan ancaman somasi tersebut. Masih ada media yang cukup kritis seperti TV Kendari dan Radio Swara Alam milik teman-teman Yascita.

MARI !!!, SERUKAN DAN TERAPKAN HUKUMAN MATI BAGI PARA KORUPTOR. salam, Yones From: "Yayasan SWAMI " <swami_muna@telkom.net> To: <communitygallery@yahoogroups.com>; <shklist@yahoogroups.com>

Sent: Sunday, September 19, 2004 9:08 AM Subject: Re: [communitygallery] Re: [Lingk] KEJAHATAN TERORGANISIR EKSPLOITASI HUTAN Bung Jones Terima kasih atas saran yang diberikan pada JAJS........ Dari diskusi-diskusi yang dilakukan oleh JAJS selama ini sebenarnya sudah melahirkan rumusan strategi kerja yang harus dilakukan dalam rangka membangun gerakan sosial dengan memanfaatkan momentum kasus korupsi yang sedang diproses dipengadilan. Termasuk tindakan alternatif yang perlu segera dilakukan untuk membangun dukungan publik yang lebih besar mulai dari level masyarakat akar rumput sampai dengan masyarakat level menengah. Apa yang disebut oleh Bung Jones tentang strategi alternatif itu sebenarnya sudah diagendakan oleh JAJS, bahkan ada sebagian dari agenda itu sudah dilakukan seperti memperkuat kampanye di media lokal, presure terhadap Kajati, PN Raha dan menggalang dukungan dari kawan-kawan mahasiswa. Pembagian peran untuk melakukan agenda itu juga sudah dilakukan diantara kawan-kawan yang tergabung dalam JAJS. Paling tidak ada tiga hal pokok yang menjadi perhatian kawan-kawan yaitu pengorganisasian strategis di tingkat basis, mempersiapkan langkah-langkah litigasi dan kampanye publik. Pembagian peran diantara kawan-kawan yang tergabung di JAJS juga dilakukan berdasarkan isu utama yang hendak angkat kepermukaan. Ada 3 isu pokok yang dapat disarikan adalah kejahatan ekonomi (korupsi), kejahatan kemanusiaan (HAM) dan kejahatan lingkungan (kehutanan). Siapa-siapa yang harus mengawal isu-isu pokok itu juga sudah clear. Khusus untuk 3 isu pokok itu, berangkat dari fenomona yang berkembang dimasyarakat. Yang menjadi perhatian publik semata melihat isu korupsinya, sementara yang terjadi atas kasus eksploitasi jati muna tidak saja korupsi, ada isu lain yang jauh lebih besar dampaknya bagi masyarakat lokal yaitu kejahatan kemanusiaan dan kejahatan lingkungan/kehutanan. Bahwa isu korupsi hanya sebagai momentum untuk mengungkap rangkaian kejahatan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan Pemkab Muna selama ini. Salah satu hal yang juga menjadi perhatian JAJS adalah bangunan wacana korupsi lelang kayu jati yang diributkan

saat ini jangan sampai hanya merupakan &#8220;kegenitan&#8221; para aktivis NGO. Inipun tidak luput dari bahan evaluasi selama ini, dan tanggapan kawan-kawanpun mengakui kelemahan itu. Artinya bahwa yang mempersoalkan masalah kayu jati hanya kalangan NGO, itu realitas dan dipetanyakan di mana-mana, sementara masyarakat lokal yang menjadi korban langsung eskploitasi kayu jati terus diam. Usut demi usut, kelemahannya adalah ada ketidakpahaman (ketimpangan informasi) masyarakat terhadap kasus ini. Akibatnya lagi-lagi dimanfaatkan oleh pihak pro pemerintah sebagai isu politik dalam rangka suksesi Bupati Muna tahun 2005 nanti. Diperkuat lagi dengan klarifikasi Bupati Muna yang sudah dilakukan di mana-mana hingga di pelosok desa. Akhirnya masyarakat tambah aproiri dengan gerakan yang dibangun oleh NGO. Pada tingkat implementasi memang masih terdapat banyak kekurangan sehingga setiap saat diakukan evaluasi internal gerakan JAJS. Beberapa waktu lalu kita sudah lakukan aksi &#8220;camping ditengah kota&#8221; didepan kantor Kejati Sultra selama 3 hari. Masalah logistik gerakan juga tak luput dari bahan diskusi JAJS, karena itu juga menjadi masalah sisipan. Mohan maaf, karena persoalan "suplemen x" kadang-kadang berpengaruh terhadap energi gerakan. Tapi jangan sampai "suplemen x" itu kemudian diper-Tuhan-kan, itu yang tidak logis. Itu yang dirisaukan oleh Bang Ota, bahwa suplemen itu jangan sampai menghambat gerakan. Yang perlu saya sampaikan juga bahwa di tingkat media massa lokal (Harian Kendari Pos dan Kendari Ekspres) ada sikap pro dan kontra. Ini terungkap setelah dilakukan diskusi dengan beberapa wartawan yang selama ini melakukan back up terhadap gerakan JAJS. Bahwa ternyata somasi Bupati Muna terhadap kawan-kawan pers cukup ampuh untuk meredam opini publik. Kalau Kendari TV dan Radio Swara Alam tidak ada masalah. Kembali lagi bahwa gerakan yang akan dibangun adalah pada 3 level tempat yaitu Kabupaten, Propinsi dan Jakarta. Pada Level Propinsi (Kendari) sudah cukup kuat, tapi yang kita harapkan menjadi lebih kuat adalah gerakan di tingkat kabupaten sebagai basis komunitas masyarakat (korban langsung). Peran SWAMI sebagai motor gerakan advokasi dilevel Kabupaten Muna (masyarakat lokal) sudah cukup maksimal dengan tenaga yang dimiliki. walupun masih ada kekurangan yang terus dievaluasi. Kawan-kawan sudah menghadapi teror siang dan malam, tapi itulah resikonya berhdapan dengan penguasa

salam Ihlas From: "swami" <swami_muna@telkom.net> To: <skhlist@yahoogroups.com> Cc: <ngoforum@yahoogroups.com>; <lingkungan@yahoogroups.com>; <kebijakan_partisipatif@yahoogroups.com>; "'ornopindonesia@yahoogroups.com'" <Ornopindonesia@yahoogroups.com>; <communitygallery@yahoogroups.com>; <participatory@yahoogroups.com>; <seagrassroot@yahoogroups.com> Sent: Thursday, September 23, 2004 12:35 PM Subject: [communitygallery] RE: [cumakita] Minta dukungan ttg Pernyataan bersama

KAWAN-KAWAN...mohon disebarkan Berikan dukungannya atas kasus ini, dengan cara mencatat nama lembaganya dan individu lengkap dengan alamatnya masing-masing, pada bagian paling bawah pernyataan bersama ini. Kemudian dikirimkan kembali pada kami. ED WALHI Sultra La Ode Ota

PERNYATAAN BERSAMA TENTANG PENGUSUTAN SECARA TUNTAS DUGAAN KEJAHATAN LINGKUNGAN, EKONOMI DAN KEMANUSIAAN YANG DILAKUKAN BUPATI MUNA (RIDWAN BAE) PADA KASUS HANCURNYA HUTAN jATI DI KABUPATEN MUNA SULAWESI TENGGARA

Kepada Yth: 1. Menteri Kehutanan Republik Indonesia di Jakarta 2. Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia di Jakarta 3. Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di Jakarta, 4. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta, 5. Kepala Kepolisian Republik Indonesia di Jakarta, 6. Kepala Kejaksaan Agung Republik Indonesia di Jakarta, 7. Anggota DPR/DPD yang terpilih Utusan Sulawesi Tenggara,

Salam adil dan lestari,

Hutan Jati (Tectona grandis) di Kabupaten Muna merupakan hutan murni, sebagai akibat peladangan penduduk. Eksploitasi Hutan Jati Di kabupaten Muna Sulawesi Tenggara dari zaman Pra sejarah (11 Maret 1910) sampai Indonesia Merdeka (1950-2004), dilakukan sepihak oleh pemerintah dan tidak berpihak kepada kepentingan rakyat dan ekologi di Kabupaten Muna.Serta Hasilnya hanya dinikmati oknum pejabat tertentu. Khususnya, di masa Otonomi daerah, dengan berlindung dibawah kekuasaanya, Pemkab dan Bupati Muna Ridwan BAE dapat dikatakan telah melakukan beberapa hal; 1. Kejahatan lingkungan; Dapat dikatakan, Pemerintah Kabupaten Muna secara kelembagaan telah melegalisasi praktek illegal logging sebanyak 12,4 ribuan m3. Kekayaan seluruh masyarakat Muna (public) seperti potensi sumber daya hutan jati dilegalkan sebagai Kayu Jati temuan (timber aundring), yang diklaim sebagai hasil pembalakan tak bertuan diduga merupakan rekayasa. Pola-pola pencucian kayu bagi indikator PAD, mengancam kelestarian potensi spesies jati dan keseimbangan lingkungan di Kabupaten Muna. Praktek represif eksploitasi hutan jati milik seluruh rakyat Muna, diperkirakan telah menghancurkan sisa tegakan kayu jati selama ini sebanyak 4.000Ha (Data: Statistik Dishut Tk.I/2000). 2. Kejahatan Ekonomi, Pemasukan negara dari Reboisasi dan hasil pelelangan 'kayu jati temuan' yang dilegalisasi Bupati Muna tahun 2002 dan 2003, tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada publik sebagai alat kesejahteraan masyarakat Muna. Sehingga menguatkan adanya dugaan praktek korupsi 11. 6 miliaran rupiah yang berpotensi merugikan keuangan Negara. Pemkab Muna telah mengabaikan peraturan yang berlaku dan membuat aturan semau Bupati Muna sendiri, terutama asas-asas dan prosedur pelelangan sebagaimana telah diatur dalam KEPMENHUT No 319 tahun 1997. Pemkab dapat dikatakan tidak berpihak kepada rakyat Muna, tetapi hanya memberikan keleluasaan kepada perusahaan-perusahaan besar untuk mengelola kayu jati. Akibatnya juga telah dan atau akan mematikan sumber-sumber penghidupan lebih dari 200 kelompok pengrajin kecil dan seluruh rakyat di Kabupaten Muna, (Sumber:JAJS, 2004) 3. Kejahatan Kemanusiaan, Ada gejala bahwa Bupati Muna telah membangun Rezim kekuasaan otoriter & kroni. Menyebarkan rasa takut kepada aparatnya (PNS) dengan jalan mempersiapkan 'polisi sipil' dan kelompok penetrasi dari kalangan tertentu sebagai operator pengamanan kekuasaan untuk menghentikan kontrol public. Kondisi tersebut berimplikasi kepada munculnya pola baru kekerasan kemanusian di Kabupaten Muna, yang melanggar prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia, seperti, (lih. Tabel) TABEL, KEJAHATAN KEMANUSIAAN

a) Diduga kuat telah memerintahkan tim terpadu untuk melakukan penggusuran, pembakaran rumah gubuk, dan intimidasi terhadap 1000-an KK, yang sedang berkebun pada kawasan Kontu, Patu-patu, Wawesa, dan Lasukara Kecamatan Katobu di Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara, (sumber:SWAMI, 2003). b) Diduga kuat telah memerintahkan aparatnya untuk melakukan, penculikan, penangkapan, Penahanan dan Pemenjaraan kepada 4 warga petani di kontu masing-masing; La Wai, La Panda, La Ode Radio, La Ntohe, dengan tuduhan merambah kawasan hutan lindung. Pada hal kebijakan tersebut adalah 'politicking' kepada warga petani. Bahkan pihak Majelis Hakim Pengadilan Negeri Muna tidak mampu membuktikan, bahwa kawasan tersebut adalah kawasan Hutan Lindung penyangga air Jompi, berdasarkan Kepmenhut 454 tahun 1999,(Sumber:Tim Kuasa Hukum Kontu-SWAMI, 2003). c) Diduga kuat telah menfasilitasi dan mebiayai beberapa orang timklarifikasi Masyarakat Kabupaten Muna, masing-masing; sdr. Zahrir Baitul dan La Isnain Kimi, untuk melakukan klarifikasi tuduhan dugaan korupsi ke Indonesian Corruption Watch (ICW) dan Komisi Pemerantasan Korupsi (KPK)-Jakarta, pada tanggal 18-19 Agustus 2004. Mereka menyampaikan kepada ICW bahwa "gerakan beberapa NGO (Walhi Sultra dan SWAMI) yang menuduh Bupati Muna Ridwan BAE melakukan korupsi dana lelang kayu jati temuan, dilatarbelakangi kekecewaan dan kecenburuan kalangan bangsawan dan non bangsawan dikabupaten Muna", Sumber:ICW,2004). d) Diduga kuat dengan kekuasaanya telah menekan aparat Pemkab Muna untuk memobilisasi dan memberikan informasi tidak sepatutnya pada 5000-an orang PNS di beberapa tempat untuk melakukan upacara adat. Tiba di suatu tempat massa PNS diarahkan melakukan aksi/demo di Kantor Polres Muna dan DPRD Muna, berakibat terhentinya pelayanan public (tidak bekerja) selama 1 (satu) hari untuk mendukung Bupati Muna Ridwan BAE dan mendesakan pada aparat polres Muna untuk menekan NGO's menangkap Aktifis WALHI Sulawesi Tenggara, La Ode Ota,cs, karena dinilai telah mencemarkan nama baik Bupati Muna,(Sumber:SWAMI 2004). e) Diduga kuat dengan kekuasaannya telah menekan Sekretaris Daerah Pemkab Muna Drs. H. La Ode Kilo (Nip. 590 002 689), atas nama Pemkab Muna melakukan intimidasi kepada; Direktur Radio Elshinta, Direktur TV 7, Suara Pembaruan di Jakarta serta Kendari TV, Harian Kendari Pos, Harian Kendari Ekspres, Harian Media Sultra, melalui surat Somasi; tanggal 19 Agustus 2004, dimana salah satu pointnya, bahwa " Kepada pihak mass media diminta agar segera mnghentikan atau tidak lagi memberitahukan tuduhan korupsi yang ditujukan kepada Bupati Muna",(Sumber:WALHI Sultra,2004). f) Diduga kuat dengan kekuasaannya telah menekan dan mendesakan Kepala Bagian Hukum Pemkab Muna La Ode Andi Muna, SH, untuk melaporkan segera melaporkan Aktifis WALHI Sulawesi Tenggara, La Ode Ota ,cs, kepada Polres Muna, karena dinilai telah mencemarkan nama baik Pemkab Muna, (Sumber:SWAMI,2004). Tanggal, 20 September 2004.

Tembusan di sampaikan kepada: 1. Ketua DPRD Sulawesi Tenggara di Kendari, 2. Gubernur Sulawesi Tenggara di Kendari, 3. Kapolda Sulawesi Tenggara di Kendari, 4. Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara di Kendari, 5. Ketua BPKP Sul;awesi Tenggara di Kendari, 6. Anggota DPRD Kabupaten Muna (yang terpilih 2004) di Raha, Pihak-pihak Lembaga maupun Individu yang mendukung pernyataan bersama sesuai urutan dibawah ini: A. Daftar lembaga-lembaga yang pendukung pernyataan bersama ini: 1. ED WALHI Sulawesi Tenggara; 2. Inda Fatinaware (Eksekutif Daerah Walhi Sulsel) 3. 4. Rasak Salim (Dir. Eksekutif Yayasan SWAMI) 5. Mang Denny (ED Walhi Jabar) 6. Walhi Jogyakarta 7. ...... 8. ...... 9. ...... 10. ....... dst...

B. Daftar Individu yang pendukung pernyataan bersama ini: 1. Ahmad Farid (Pendegelang - Banten) 2. 3. 4. 5. 6. dst.....

From: "YSBB" <ysbb@telkom.net> To: <lingkungan@yahoogroups.com>; <skhlist@yahoogroups.com> Cc: <ngoforum@yahoogroups.com>; <lingkungan@yahoogroups.com>; <kebijakan_partisipatif@yahoogroups.com>; "'ornopindonesia@yahoogroups.com'" <Ornopindonesia@yahoogroups.com>; <communitygallery@yahoogroups.com>; <participatory@yahoogroups.com>; <seagrassroot@yahoogroups.com> Sent: Friday, September 24, 2004 2:56 AM

Subject: [communitygallery] Re: [Lingk] RE: [cumakita] Minta dukungan ttg Pernyataan bersama Dear Ota, Masih ingat saya kawan (Ambo Tang/Sunan Tamalanrea)? Kawan-kawan mendukung, segera diupdate: a. Lembaga 1. Yulyan Atma DM (Yayasan Sejahtera Bina Bangsa -YSBB) 2. Marwan R. Hussein (Yayasan Madani) 3. Soewarno Sudirman (Yayasan Danau Tempe) 4. Aris (Komunitas Lokal Pinggiran - KLOP) 5. Baharuddin Thamrin (KSM Barombong) 6. Kartini (Komunitas Non Partisan Indonesia) 7. Buya Nasir (Pusat Al-Husainy Tosora -PAHAT)

b. Individu: 1. Ambo Tang (Makassar) 2. Ikrar Idrus (Makassar) 3. Nurwahdaniah (Makassar) 4. Yusni Bte Yunus (Makassar) 5. Muh Ichwan (Selayar) 6. Ardiansyah Rahim (Wajo) 7. Ambo Ufe (Wajo) 8. Khaeruddin (Wajo) 9. Andi Muspida (Wajo) 10. Ambo Enre (Wajo) 11. Bustan (Wajo) 12. Darmawangsa (Wajo) 13. Nuzuluddin (Barru) 14. Wahyuddin (Gowa) 15. Muh. Hasbi (Soppeng) 16. Agustan Nawir (Bone) 17. Saifuddin Ahmad (Luwu Raya) 18. Acil (Polewali - Sulawesi Barat) 19. Kasman (Makassar) 20. Abdul Salam (Jakarta) 21. Syafaruddin (Maros)

Sekali berhenti berarti mati!

Ambo Tang ___________________________ YAYASAN SEJAHTERA BINA BANGSA (YSBB) Kompleks BTP M-517 Makassar, 90245 Kontak Person: Abi (081342370545) dan Opu (08124123655) Phone: 0411-5054608 Fax : 0411-4773651 E-mail: ysbb@telkom.net From: "fikornop" <fikornop@indosat.net.id> To: <communitygallery@yahoogroups.com>; <ornopindonesia@yahoogroups.com>; <skhlist@yahoogroups.com> Cc: <ngoforum@yahoogroups.com>; <lingkungan@yahoogroups.com>; <kebijakan_partisipatif@yahoogroups.com>; <participatory@yahoogroups.com>; <seagrassroot@yahoogroups.com> Sent: Sunday, September 26, 2004 7:48 PM Subject: RE: [communitygallery] Re: [ornopindonesia] RE: [cumakita] Minta dukungan ttg Pernyataan bersama

-----Original Message----From: Betang Borneo [mailto:betang@palangkaraya.wasantara.net.id] Sent: 23 September 2004 18:25 To: ornopindonesia@yahoogroups.com; skhlist@yahoogroups.com Cc: ngoforum@yahoogroups.com; lingkungan@yahoogroups.com; kebijakan_partisipatif@yahoogroups.com; 'ornopindonesia@yahoogroups.com'; communitygallery@yahoogroups.com; participatory@yahoogroups.com; seagrassroot@yahoogroups.com Subject: [communitygallery] Re: [ornopindonesia] RE: [cumakita] Minta dukungan ttg Pernyataan bersama Bung Ota catatkan nama lembaga dan saya pribadi sebagai yang mendukung gerakan kawan2... Satriadi From: "edwalhisultra" <edwalhisultra@telkom.net> To: <cumakita@yahoogroups.com> Cc: "Milis Community Gallery" <communitygallery@yahoogroups.com>; <somasi_sultra@yahoogroups.com>; <walhinews@yahoogroups.com>; <NGO-forestrysector-partnership@yahoogroups.com> Sent: Sunday, October 03, 2004 11:32 AM Subject: [communitygallery] Dukungan pernyataan bersama

Kawan-kawan.... Trima kasih atas dukungan kawan-kawan semua (list dukungan bisa dilihat di bagian bawah), namun jika ada yang belum sempat menyampaikannya, kami masih membuka peluang untuk dukungan kawan-kawan atas pernyataan berikut sampai tanggal 10 Oktober 2004. salam Ota PERNYATAAN BERSAMA TENTANG PENGUSUTAN SECARA TUNTAS DUGAAN KEJAHATAN LINGKUNGAN, EKONOMI DAN KEMANUSIAAN YANG DILAKUKAN BUPATI MUNA (RIDWAN BAE) PADA KASUS HANCURNYA HUTAN jATI DI KABUPATEN MUNA SULAWESI TENGGARA

Kepada Yth: 1. Menteri Kehutanan Republik Indonesia di Jakarta 2. Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia di Jakarta 3. Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di Jakarta, 4. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta, 5. Kepala Kepolisian Republik Indonesia di Jakarta, 6. Kepala Kejaksaan Agung Republik Indonesia di Jakarta, 7. Anggota DPR/DPD yang terpilih Utusan Sulawesi Tenggara,

Salam adil dan lestari, Hutan Jati (Tectona grandis) di Kabupaten Muna merupakan hutan murni, sebagai akibat peladangan penduduk. Eksploitasi Hutan Jati Di kabupaten Muna Sulawesi Tenggara dari zaman Pra sejarah (11 Maret 1910) sampai Indonesia Merdeka (1950-2004), dilakukan sepihak oleh pemerintah dan tidak berpihak kepada kepentingan rakyat dan ekologi di Kabupaten Muna.Serta Hasilnya hanya dinikmati oknum pejabat tertentu. Khususnya, di masa Otonomi daerah, dengan berlindung dibawah kekuasaanya, Pemkab dan Bupati Muna Ridwan BAE dapat dikatakan telah melakukan beberapa hal; 1. Kejahatan lingkungan; Dapat dikatakan, Pemerintah Kabupaten Muna secara kelembagaan telah melegalisasi praktek illegal logging sebanyak 12,4 ribuan m3. Kekayaan seluruh masyarakat Muna (public) seperti potensi sumber daya hutan jati dilegalkan sebagai Kayu Jati temuan (timber aundring), yang

diklaim sebagai hasil pembalakan tak bertuan diduga merupakan rekayasa. Pola-pola pencucian kayu bagi indikator PAD, mengancam kelestarian potensi spesies jati dan keseimbangan lingkungan di Kabupaten Muna. Praktek represif eksploitasi hutan jati milik seluruh rakyat Muna, diperkirakan telah menghancurkan sisa tegakan kayu jati selama ini sebanyak 4.000Ha (Data: Statistik Dishut Tk.I/2000). 2. Kejahatan Ekonomi, Pemasukan negara dari Reboisasi dan hasil pelelangan kayu jati temuan yang dilegalisasi Bupati Muna tahun 2002 dan 2003, tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada publik sebagai alat kesejahteraan masyarakat Muna. Sehingga menguatkan adanya dugaan praktek korupsi 11. 6 miliaran rupiah yang berpotensi merugikan keuangan Negara. Pemkab Muna telah mengabaikan peraturan yang berlaku dan membuat aturan semau Bupati Muna sendiri, terutama asas-asas dan prosedur pelelangan sebagaimana telah diatur dalam KEPMENHUT No 319 tahun 1997. Pemkab dapat dikatakan tidak berpihak kepada rakyat Muna, tetapi hanya memberikan keleluasaan kepada perusahaan-perusahaan besar untuk mengelola kayu jati. Akibatnya juga telah dan atau akan mematikan sumber-sumber penghidupan lebih dari 200 kelompok pengrajin kecil dan seluruh rakyat di Kabupaten Muna, (Sumber:JAJS, 2004) 3. Kejahatan Kemanusiaan, Ada gejala bahwa Bupati Muna telah membangun Rezim kekuasaan otoriter & kroni. Menyebarkan rasa takut kepada aparatnya (PNS) dengan jalan mempersiapkan polisi sipil dan kelompok penetrasi dari kalangan tertentu sebagai operator pengamanan kekuasaan untuk menghentikan kontrol public. Kondisi tersebut berimplikasi kepada munculnya pola baru kekerasan kemanusian di Kabupaten Muna, yang melanggar prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia, seperti, (lih. Tabel) TABEL, KEJAHATAN KEMANUSIAAN a) Diduga kuat telah memerintahkan tim terpadu untuk melakukan penggusuran, pembakaran rumah gubuk, dan intimidasi terhadap 1000-an KK, yang sedang berkebun pada kawasan Kontu, Patu-patu, Wawesa, dan Lasukara Kecamatan Katobu di Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara, (sumber:SWAMI, 2003). b) Diduga kuat telah memerintahkan aparatnya untuk melakukan, penculikan, penangkapan, Penahanan dan Pemenjaraan kepada 4 warga petani di kontu masing-masing; La Wai, La Panda, La Ode Radio, La Ntohe, dengan tuduhan merambah kawasan hutan lindung. Pada hal kebijakan tersebut adalah politicking kepada warga petani. Bahkan pihak Majelis Hakim Pengadilan Negeri Muna tidak mampu membuktikan, bahwa kawasan tersebut adalah kawasan Hutan Lindung penyangga air Jompi, berdasarkan Kepmenhut 454 tahun 1999,(Sumber:Tim Kuasa Hukum Kontu-SWAMI, 2003). c) Diduga kuat telah menfasilitasi dan mebiayai beberapa orang timklarifikasi Masyarakat Kabupaten Muna, masing-masing; sdr. Zahrir Baitul dan La Isnain Kimi, untuk melakukan klarifikasi tuduhan dugaan korupsi ke Indonesian Corruption Watch (ICW) dan Komisi Pemerantasan Korupsi (KPK)-Jakarta, pada tanggal 18-19 Agustus 2004. Mereka menyampaikan kepada ICW bahwa gerakan beberapa NGO (Walhi Sultra dan SWAMI) yang menuduh Bupati

Muna Ridwan BAE melakukan korupsi dana lelang kayu jati temuan, dilatarbelakangi kekecewaan dan kecenburuan kalangan bangsawan dan non bangsawan dikabupaten Muna, Sumber:ICW,2004). d) Diduga kuat dengan kekuasaanya telah menekan aparat Pemkab Muna untuk memobilisasi dan memberikan informasi tidak sepatutnya pada 5000-an orang PNS di beberapa tempat untuk melakukan upacara adat. Tiba di suatu tempat massa PNS diarahkan melakukan aksi/demo di Kantor Polres Muna dan DPRD Muna, berakibat terhentinya pelayanan public (tidak bekerja) selama 1 (satu) hari untuk mendukung Bupati Muna Ridwan BAE dan mendesakan pada aparat polres Muna untuk menekan NGOs menangkap Aktifis WALHI Sulawesi Tenggara, La Ode Ota,cs, karena dinilai telah mencemarkan nama baik Bupati Muna,(Sumber:SWAMI 2004). e) Diduga kuat dengan kekuasaannya telah menekan Sekretaris Daerah Pemkab Muna Drs. H. La Ode Kilo (Nip. 590 002 689), atas nama Pemkab Muna melakukan intimidasi kepada; Direktur Radio Elshinta, Direktur TV 7, Suara Pembaruan di Jakarta serta Kendari TV, Harian Kendari Pos, Harian Kendari Ekspres, Harian Media Sultra, melalui surat Somasi; tanggal 19 Agustus 2004, dimana salah satu pointnya, bahwa Kepada pihak mass media diminta agar segera mnghentikan atau tidak lagi memberitahukan tuduhan korupsi yang ditujukan kepada Bupati Muna,(Sumber:WALHI Sultra,2004). f) Diduga kuat dengan kekuasaannya telah menekan dan mendesakan Kepala Bagian Hukum Pemkab Muna La Ode Andi Muna, SH, untuk melaporkan segera melaporkan Aktifis WALHI Sulawesi Tenggara, La Ode Ota ,cs, kepada Polres Muna, karena dinilai telah mencemarkan nama baik Pemkab Muna, (Sumber:SWAMI,2004). Tanggal, 20 September 2004. Tembusan di sampaikan kepada: 1. Ketua DPRD Sulawesi Tenggara di Kendari, 2. Gubernur Sulawesi Tenggara di Kendari, 3. Kapolda Sulawesi Tenggara di Kendari, 4. Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara di Kendari, 5. Ketua BPKP Sul;awesi Tenggara di Kendari, 6. Anggota DPRD Kabupaten Muna (yang terpilih 2004) di Raha, Pihak-pihak Lembaga maupun Individu yang mendukung pernyataan bersama sesuai urutan dibawah ini: A. Daftar lembaga-lembaga yang pendukung pernyataan bersama ini: 1. ED WALHI Sulawesi Tenggara; 2. Inda Fatinaware (Eksekutif Daerah Walhi Sulsel) 3. Walhi Kalbar 4. Yayasan SWAMI 5. ED Walhi Jabar 6. Yayasan Kanopi Bengkulu 7. Padi Indonesia

8. PEMA Paser 9. Walhi Kalsel 10. Walhi Jogyakarta 11. INSAN (Kota Baru Kalsel) 12. Persatuan Masyarakat Adat Kalsel 13. CAPPA 14. PSHK ODA - Jambi 15. Kelompok Tani Penyabungan (Jambi) 16. Yayasan Keadilan Rakyat Jambi 17. YCBM Jambi 18. JaIS Jambi 19. Betang Borneo Kalimantan Tengah 20. LAPPAR Makassar 21. KPA ARKADIA UIN Jakarta 22. ED Walhi Sumatera Utara 23. Urban Poor Consortium Jakarta 24. Serikat Becak Jabotabek 25. Jaringan Rakyat Miskin Kota Jakarta 26. Urban Poor Linkage (Jakarta, Palu, Jogyakarta, Garut, Tasikmalaya, Lampung, Palembang, Solo, Surabaya, Makassar) 27. Yayasan Sejahtera Bina Bangsa -YSBB 28. Yayasan Madani 29. Yayasan Danau Tempe 30. Komunitas Lokal Pinggiran KLOP 31. KSM Barombong 32. Komunitas Non Partisan Indonesia 33. Pusat Al-Husainy Tosora PAHAT 34. Peduli Indonesia (Mojokerto - Jawa Timur) 35. Ikatan Alumni Asrama Ekasari, IPB 36. YPSDI Surabaya 37. INDONESIA PROCUREMENT WATCH (IPW) 38. CEPSIS Indonesia 39. dan seterusnya...

B. Daftar Individu yang pendukung pernyataan bersama ini: 1. Ahmad Farid (Pendegelang - Banten) 2. Suparlan (Jogyakarta) 3. Ara Sumantri (Jogyakarta) 4. Purwanti (Jogyakarta) 5. Arif Setiawan (Jogyakarta) 6. Ahdiat Mahbara (Kalsel) 7. Nordiyani (Kalsel) 8. Dedi Ratih (Kalsel)

9. Rahmat Sumarlin (Kalsel) 10. Ari (Kalsel) 11. Eko DJ (Kalsel) 12. Hening Parlan (Jakarta Selatan) 13. Inda Fatinaware 14. Johanes RJ 15. Rasak Salim 16. Mang Denny 17. Kariawanto 18. Koesnadi Wirasapoetra 19. Berry Nahdian Forqan 20. Sofyan 21. Rivani Nur 22. Helmi 23. Edy Zuhdi 24. Fahmi E Siregar 25. Sultoni 26. Satriadi 27. Botghel Arsyad 28. Alien KH 29. Yulyan Atma DM 30. Marwan R. Hussein 33. Soewarno Sudirman 34. Aris 35. Baharuddin Thamrin 36. Kartini 37. Buya Nasir 38. Ambo Tang (Makassar) 39. Ikrar Idrus (Makassar) 40. Nurwahdaniah (Makassar) 41. Yusni Bte Yunus (Makassar) 42. Muh Ichwan (Selayar) 43. Ardiansyah Rahim (Wajo) 44. Ambo Ufe (Wajo) 45. Khaeruddin (Wajo) 46. Andi Muspida (Wajo) 47. Ambo Enre (Wajo) 48. Bustan (Wajo) 49. Darmawangsa (Wajo) 50. Nuzuluddin (Barru) 51. Wahyuddin (Gowa) 52. Muh. Hasbi (Soppeng) 53. Agustan Nawir (Bone) 54. Saifuddin Ahmad (Luwu Raya) 55. Acil (Polewali - Sulawesi Barat) 56. Kasman (Makassar)

57. Abdul Salam (Jakarta) 58. Syafaruddin (Maros) 59. Syafruddin Ngulma Simeulue (Jawa Timur) 60. Mohammad Djauhari (Bogor) 61. Rhido Jusmadi 62. Anung Karyadi 63. Ali Akbar (Bengkulu) 64. Muslimin B. Putra (Makassar) From: "Pergerakan Suluh Indonesia" <suluh_indonesia@telkom.net> To: <communitygallery@yahoogroups.com> Sent: Thursday, October 07, 2004 9:34 PM Subject: Re: [communitygallery] Dukungan pernyataan bersama

Salam Lestari kawan JAJS akan mengadakan diskusi tgl 8 oktober 2004 disekretariat Pegerakan SULUH Indonesia (PSI), mengenai rencana Aksi tgl 11 Oktober 2004 tentang Kasus Jati Muna, tempat diskusi dipilih di PSI atas keputusan rapat tgl 6 oktober di sekretatiat bersama JAJS di IPR . kami tunggu kehadiran kawan-kawan Salam Run From: "erwin" <erwin@walhi.or.id> To: <walhinews@yahoogroups.com>; <cumakita@yahoogroups.com>; <lingkungan@yahoogroups.com>; <advokasi_demokratik@yahoogroups.com>; <communitygallery@yahoogroups.com>; <genputih@yahoogroups.com>; <kebunpetani@yahoogroups.com>; <bulukumba@yahoogroups.com>; <Tapal_Publik@yahoogroups.com>; <ppiindia@yahoogroups.com> Cc: "la epa epa" <fitra_kendari@yahoo.com> Sent: Monday, October 18, 2004 7:11 PM Subject: [communitygallery] BOM di Rumah Aktivis Kendari--beberapa berita kawan-kawan,

untuk kedua kalinya bom diledakan di rumah aktivis prodem di kendari sulawesi tenggara (sultra). nampaknya, tahun2 mendatang, teror bom jadi pilihan baru bagi pihak penguasa dan

pengusaha untuk menekan gerakan para penggiat demokrasi guna memuluskan koalisi busuk mereka. kita prihatin.

salam,

/eu ===

http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=477&_dad=portal30&_schema=PORTAL3 0&pared_id=324807&patop_id=W51 Bom meledak di rumah ketua LSM di Kendari KENDARI (Antara): Sebuah bom yang diduga jenis molotov meledak di kediaman Ketua LSM Majelis Amanat Rakyat (Mara), Hidayatullah di Jalan Made Sabara III di Kendari hari ini sekitar pukul 03:30 Wita. Ledakan bom tersebut memecahkan kaca jendela kamar tamu dan dua kamar tidur. Namun tidak ada korban jiwa, walaupun saat ledakan di dalam rumah, Hidayatullah, Istri (Yuyun) bersama anaknya (Yayuk) sedang tidur.

http://jkt1.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2004/bulan/10/tgl/12/time/10346/id news/222865/idkanal/10 KENDARI DI BOM TAK ADA KORBAN Sebuah ledakan bom meledak di rumah Ketua LSM Majelis Amanat Rakyat (MARA) Kendari, Sulewesi Tenggara, Hidayatullah pada tanggal 12 Oktober 2004 sekitar pukul 03.30 wita... http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0410/13/daerah/1324248.htm Bom Rakitan Guncang Rumah Aktivis di Sultra Kendari, Kompas - Sebuah bom rakitan meledak di sudut luar rumah Hidayatullah (36) yang terletak di Jalan Made Sabara III No 15, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (12/10) pukul 03.45 Wita. Tidak ada korban jiwa dalam insiden itu meski tiga kaca

jendela depan dan kaca ventilasi dua kamar tidur rumah tersebut pecah berantakan. Hidayatullah, aktivis prodemokrasi yang sehari sebelumnya memimpin unjuk rasa di kantor Kejaksaan Tinggi dan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Tenggara mengaku nyaris terkena pecahan kaca ventilasi di kamar tidurnya. Pecahan kaca itu menerjang kelambu yang digunakan bersama istrinya, Yuyun (25), dan anak mereka, Yayuk Indah Maharani (4) di kamar tersebut. "Kalau tak terhalang kain kelambu, pecahan kaca itu pasti mengenai salah satu dari kami," tutur Hidayatullah. http://www.tempo.co.id/hg/nusa/sulawesi/2004/10/13/brk,20041013-23,id.html Polisi Sita Dua Mobil Diduga untuk Pengeboman Rabu, 13 Oktober 2004 | 16:57 WIB TEMPO Interaktif, Kendari:Dua unit mobil masing-masing jenis Kijang Grand Extra DT 16 E dan Taft DT 77 yang diduga kuat ditumpangi para pelaku yang meledakkan bom di rumah Ketua Majelis Amanat Rakyat (MARA) Sulawesi Tenggara Hidayatullah sekitar pukul 03.45 dini hari kemarin (12/10) disita polisi.

From: "erwin" <erwin@walhi.or.id> To: <cumakita@yahoogroups.com>; <walhinews@yahoogroups.com>; <communitygallery@yahoogroups.com>; <lingkungan@yahoogroups.com>; <ppiindia@yahoogroups.com>; <infosawit@yahoogroups.com> Sent: Tuesday, October 19, 2004 11:03 PM Subject: [communitygallery] Sikap WALHI terhadap BOM di Rumah HIDAYATULLAH--Aktivis di Kendari Sultra

EKSEKUTIF NASIONAL

Jakarta, 19 Oktober 2004

Nomor Lampiran Hal

: 481/KPP/WALHI/X/2004 :: Kasus Teror Bom dan Kekerasan Terhadap Aktivis di Kendari

Kepada Yang Terhormat: BRIGJEND POLISI DRS. TENGKU ASHIKIN HUSEIN KAPOLDA SULAWESI TENGGARA Jl. D.I. PANJAITAN NO.1 KENDARI FAX: 0401- 394093 "Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu" (Pasal 30 UU No.39/1999 tentang HAM)

Salam Adil dan Lestari,

Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) telah menerima pengaduan yang disampaikan langsung oleh korban melalui telepon, short messages servis (SMS) dan E-mail, serta laporan pengaduan langsung ke kantor kami yang disampaikan Eksekutif Daerah WALHI Sulawesi Tenggara, tentang telah terjadinya peristiwa teror dan kekerasan terhadap aktivis pro-demokrasi atas nama HIDAYATULLAH (26), Ketua organisasi Majelis Amanat Rakyat (MARA) Sulawesi Tenggara di Kendari. Tindakan teror dan kekerasan dilakukan dalam bentuk melakukan pemboman yang ditujukan ke rumah kediaman korban di Jalan Made Shabara III No.15 Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

Dalam laporannya disampaikan hal-hal yang pada pokoknya sebagai berikut: 1.. Bahwa pada hari Senin, 11 Oktober 2004, korban bersama para aktivis prodemokrasi, anti Korupsi dan aktivis Lingkungan Hidup yang tergabung dalam Koalisi

Elemen Demokrasi untuk Transparansi Anggaran (KUDETA) Sultra dan Jaringan Advokasi Jati Sultra (JAJS) dengan jumlah sekitar 50 orang menggelar aksi demonstrasi damai bertempat di kantor Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara, kemudian dilanjutkan ke kantor DPRD Propinsi Sulawesi Tenggara. Tuntutan peserta aksi yaitu: 1.. Mendesak Kepala Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sultra agar segera menuntaskan kasus KKN dalam lelang kayu Jati di Kabupaten Muna; 2.. Mendesak Kepala Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sultra untuk meneruskan Penyidikan terhadap dugaan kuat terjadinya Politik Uang (money politic) pada pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulawesi Tenggara periode 2002 - 2007 pada bulan September - Oktober 2002. Pemilihan yang mana telah menetapkan ALI MAZI, SH dan DRS. YUSRAN SILONDAE sebagai pasangan Gubernur dan Wagub Sulawesi Tenggara terpilih; 3.. Mendesak Kepala Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sultra segera menuntaskan kasus Korupsi Ketua dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota Kendari, serta melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan kasus tersebut; 4.. Mendesak kepada Ketua dan Anggota DPRD Sulawesi Tenggara untuk segera meninjau kembali dan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh investasi pengusaha Tomy Winata di Sulawesi Tenggara. 2. Bahwa dalam aksi tersebut, korban bersama para peserta aksi juga telah menyerahkan hasil analisis dan investigasi yang dilakukan oleh KUDETA Sultra dan JAJS terhadap berbagai kasus tersebut di atas, baik kepada pihak Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara, maupun pada pihak DPRD Sulawesi Tenggara. 3. Bahwa pada sekitar pukul 13.00 Wita kegiatan aksi berakhir dan selanjutnya massa aksi kembali ke sekretariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kendari. Di tempat ini, para peserta aksi melanjutkan kegiatan dengan berdiskusi, hingga pukul 22.00 Wita. 4. Bahwa pada sekitar pukul 22.30 Wita, korban meninggalkan sekretariat HMI Cabang Kendari untuk kembali ke rumahnya di kawasan Jalan Made Shabara III Kota Kendari. Setiba di rumahnya korban langsung istirahat tidur. 5. Bahwa selanjutnya pada dini hari hari Selasa, 12 Oktober 2004, sekitar pukul 03.30 wita korban dikejutkan dengan suara ledakan keras yang bersumber dari halaman depan rumahnya. Korban yang saat itu sedang tidur bersama istrinya, YUYUN (25) beserta anaknya, YAYUK INDAH MAHARANI (4), sangat terkejut bahkan sempat shock dengan ledakan tersebut. Yang ternyata setelah dilihat dan diperiksa ternyata ledakan tersebut tepat di rumah mereka, tepatnya menghancurkan ruang tamu depan serta kamar tidur yang mereka tempati. Seluruh kaca di bagian depan rumah korban hancur berantakan, demikian juga beberapa perabotan yang ada di ruang tamu. Suara ledakan terdengar keras hingga jarak sekitar 5 (lima) kilometer dari lokasi kejadian. Perkiraan sementara jenis bom berasal dari jenis rakitan atau jenis bom yang biasanya digunakan para nelayan untuk mencari ikan (bom ikan). 6. Bahwa terhadap peristiwa ini, aparat kepolisian dari Tim JIHANDAK Mapolda Sulawesi Tenggara, Polres Kota Kendari serta dibantu oleh Tim Laboratorium Forensik (LABFOR) Polda Sulawesi Selatan, telah melakukan serangkaian pemeriksaan di lokasi

kejadian (TKP), memeriksa para saksi korban dan beberapa saksi lain, yang diduga mengetahui saat peristiwa tersebut terjadi. Bahkan dua unit mobil masing-masing jenis Kijang Grand Extra DT 16 E dan Taft DT 77 yang diduga kuat ditumpangi para pelaku yang meledakkan bom di rumah korban, disita polisi (Tempo Interaktif Rabu, 13 Oktober 2004). Namun, hingga kini belum ada perkembangan yang berarti, menyangkut Tersangka dan motif pelakunya.

LATAR BELAKANG

7. Bahwa korban selama ini aktif dalam gerakan pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang terjadi di Sulawesi Tenggara melalui organisasi Majelis Amanat Rakyat (MARA) Sultra dan Koalisi Elemen Demokrasi untuk Transparansi Anggaran (KUDETA) Sultra. Di samping itu korban juga dikenal sebagai aktivis demokrasi dan lingkungan hidup yang giat menyuarakan kuatnya jaringan mafia kayu (khususnya Jati) di Sultra, melalui wadah Jaringan Advokasi Jati Sultra (JAJS) bersama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Tenggara. 8. Bahwa di samping itu juga, aktivitas korban selama ini yang terus menyuarakan terdapat dugaan kuat telah terjadinya kecurangan dalam bentuk Politik Uang (money politic) dalam proses Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulawesi Tenggara periode 2002 2004. Aktifitas politik yang mengharuskan korban senantiasa dihadapkan pada teror dan ancaman-yang langsung maupun tidak langsung-terhadap keselamatan hidup korban bersama keluarganya, serta kerabat-kerabat di lembaganya, dalam beraktifitas sehari-hari. 9. Bahwa berdasarkan laporan korban, teror dan ancaman kekerasan dalam bentuk bom yang ditujukan ke rumah kediaman korban, bukan terjadi baru kali ini saja. Tercatat, setahun yang lalu, pada hari Selasa, 16 September 2003, di tempat yang sama, sebuah bom juga meledak dan menghancurkan bagian depan rumah korban. Saat bom meledak jam menunjukan waktu yang sama, sekitar 03.30 Wita. Bahkan daya ledak dan daya rusaknya lebih besar dari ledakan yang kedua. Terhadap peristiwa pemboman ini, korban juga sudah melaporkannya kepada pihak kepolisian di Mapolresta Kendari, namun hingga terjadi peristiwa pemboman yang kedua kalinya, pihak aparat kepolisian belum juga menemukan pelaku peledakan, serta motif yang ada di balik peristiwa tersebut. Terkesan adanya upaya yang tidak serius dari pihak kepolisian untuk Penyelidikan maupun Penyidikan kasus tersebut. 10. Terhadap berbagai pemaparan di atas, kami menyatakan sikap: (a) Mengecam keras tindakan teror dan pemboman yang telah terjadi di rumah kediaman HIDAYATULLAH, serta setiap bentuk dan tindakan kekerasan maupun ancaman terhadap para pekerja dan penggiat advokasi demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup. Sebab, kerja-kerja mereka didasarkan pada jaminan Undang-Undang. Pasal 16 Undang-undang No.39/1999 tentang Hak Asasi Manusia menegaskan, "Setiap

orang berhak untuk melakukan pekerjaan sosial dan kebijakan, mendirikan organisasi untuk itu, termasuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, serta menghimpun dana untuk maksud tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan". Di samping itu, jaminan terhadap keselamatan pribadi dan keluarganya, dalam Pasal 29 ayat (1) UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia menegaskan, " Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan hak miliknya". (b) Mendesak Kepada pihak aparat Kepolisian di jajaran Mapolda Sulawesi Tenggara agar SEGERA mengusut tuntas 2 (dua) kasus pemboman tersebut, dan selanjutnya menyampaikan secara transparan kepada publik tentang para pelaku, motif dan jaringan yang ada di belakangnya. 11. Di samping itu, kami juga meminta klarifikasi resmi dari pihak Mapolda Sulawesi Tenggara, terhadap langkah-langkah yang sudah dilakukan terkait dengan 2 (dua) kali peristiwa teror dan pemboman di rumah kediaman HIDAYATULLAH. Termasuk di dalamnya, kami harapkan adanya klarifikasi terhadap langkah-langkah preventif yang sudah atau akan diambil guna mencegah terulangnya kasus-kasus serupa di masa depan. Klarifikasi ini penting bagi kami guna mendapatkan keterangan yang berimbang dan proporsional dari semua pihak. Apalagi peristiwa ini menyangkut jaminan bagi keberlangsungan kerja-kerja aktivis jaringan kami yang ada di Sulawesi Tenggara; untuk pemberantasan KKN, menegakkan demokrasi, hak atas Lingkungan Hidup dan Hak Asasi Manusia lainnya.

Demikian surat ini kami sampaikan, untuk dapat diperiksa. Atas perhatian dan kerjasama yang baik kami sampaikan terima kasih.

Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI),

ttd

Isna Hertati, SH Koordinator Legal Officer

Tembusan: 1. Kapolri di Jakarta

U.p. Kabareskrim Mabes POLRI 2. Kementrian Hukum & HAM di Jakarta

U.p. Dirjen Perlindungan HAM 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kejaksaan Agung di Jakarta Ketua Komnas HAM di Jakarta Koordinator KontraS di Jakarta Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) di Jakarta Ketua Yayasan LBH Indonesia di Jakarta Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI) di Jakarta Direktur Lembaga Studi & Advokasi Masyarakat (ELSAM) di Jakarta

10. Koordinator Nasional TAPAL di Jakarta 11. Gubernur Sultra di Kendari 12. Ketua DPRD Sulawesi Tenggara di Kendari 13. Kepala Kejaksaan Tinggi Sultra di Kendari 14. Kapolresta Kendari di Kendari 15. Eksekutif Daerah WALHI Sulawesi Tenggara di Kendari 16. Koordinator Jaringan Advokasi Jati Sultra (JAJS) di Kendari 17. Arsip From: "toli-toli" <sptn@telkom.net> To: <communitygallery@yahoogroups.com> Sent: Wednesday, October 20, 2004 11:50 PM Subject: Re: [communitygallery] BOM di Rumah Aktivis Kendari--beberapa berita

Kami dari Solidaritas Perjuangan Tani-Nelayan (SPTN) Kabupaten Toli-Toli-Sulawesi tengah mengutuk keras atas kejadian yang menimpa aktivis gerakan rakyat Ketua LSM Majelis Amanat Rakyat (MARA) Kendari, Sulewesi Tenggara, Hidayatullah pada tanggal 12 Oktober 2004 sekitar pukul 03.30 wita. Bagaimanapun juga kekuatan rakyat tidak dapat dikalahkan, mereka telah kalah dalam menghadapi aktivis gerakan rakyat. Bagi kawan-kawan semua di MARA, kejadian ini merupakan bukti bahwa rakyat dan kawan-kawan semua telah memang menghadapi semua cara-cara Picik dari rejim fasis. Semoga tetap dalam ketabahan, kami berdoa untukmu kawan, kita adalah satu, satu dalam cita-cita. Dari Usman Ketua SPTN From: "Pergerakan Suluh Indonesia" <suluh_indonesia@telkom.net> To: <communitygallery@yahoogroups.com> Sent: Tuesday, October 19, 2004 6:56 PM Subject: Re: [communitygallery] BOM di Rumah Aktivis Kendari--beberapa berita

perkembangan terakhir mengenai kasusu bom dirumah kawan Hidayat belum terungkap hingga hari ini, pihak kepolisisn telah memeriksa beberapa orang yang dicurigai atas kejadian ini 1. memeriksa pemilik kendaraan yang sebelum meletusnya bom mondarmandir didepan rumah korban. 2. belum adanya keterangan jelas atau keterangan yang menurut kepolisian mencurigakan untuk dilakukan pengusutan lebih lanjut. 3 Memeriksa Saudara Aca Halami menyangkut soal insiden yang terjadi pada saat aksi presur di dewan. Saudara Aco adalah anak dari salah satu anggota dewan yang mengatakan bahwa kawan2 yang aksi saat itu adalah binatang karena seolah-olah menghalangi beliau untuk melakukan sholat lohor. kawan-kawan hingga hari ini hanya bisa merabah-rabah pelaku namun belum ada bukti jelas untuk melaporkan beberpa orang/kelompok yang dicurigai kepada pihak kepolisisan. sebab kami paham bahwa ini adalah rekayasa birokrasi yang memiliki kepentingan yang sama. analisa ini

tentu tidak lepas dari beberpa issu yang selama ini kawan-kawan aliansi prodem lakukan. diantaranya adalah 1. Mengusut kembali kasus Money Politik pemilihan guberbur 2003 2. Mengusut kasus korupsi jati muna dan menangkap pelaku kejahatan lingkungan. 3. Memeriksa kembali pelaku korupsi Didewan untuk segera diperadilankan. untuk sementara itu perkembangan yang terjadi dalam kasus "bom aktivis prodem" salam ASIA

From: "Yayasan SWAMI" <swami_muna@telkom.net> To: <masyarakatsipil@yahoogroups.com> Cc: <milis@tifafoundation.org>; <communitygallery@yahoogroups.com>; <cumakita@yahoogroups.com> Sent: Friday, February 18, 2005 12:42 AM Subject: [communitygallery] Analisis Korupsi dana lelang kayu jati muna kawan-kawan, Berikut ini kami kirimkan draft hasil analisis kasus korupsi dana lelang kayu jati muna yang di duga kuat melibatkan Bupati MUna RIdwan BAE. Analisis ini dilakukan Jaringan Advokasi Jati Sulawesi Tenggara bersama ICW, Fitra, Walhi (eknas) dantelah dilaporkan kepada KPK dan KEjaksaan Agung di Jakarta. Perkembangan kasus ini sekarang sudah dilakukan vonis terhadap 3 orang tersangka masing-masing Kadishhut Muna, Ketua Panitia LElang, dan BEndahara lelang. Namun orang yang paling bertannggung jawab terhadap kasus ini yakni Bupati Muna tidak kunjung diperiksa oleh pihak kejakasaan setempat. padahal dalam proses persidangan dipengadilan negeri raha, hakim telah beberapa kali memerintahkan JPU untuk menghadirkan Bupati Muna sebagai saksi atas dasar keterangan beberapa orang saksi. ditambah lagi keterangan para terdakwah dipengadilan yang menguatkan dugaan keterlibatan Bupati Muna dalam kasus tersebut. dalam salinan amar putusan pengadilan negri raha (halaman 385) juga memuat kalimat bahwa "untuk menuntaskan kasus korupsi dana lelang kayu jati muna, maka Bupati Muna harus dipriksa. anehnya kejaksaan tinggi Sultra malah mengeluarkan pendapat di media lokal bahwa belum cukup bukti untuk memeriksa bupati muna. hal ini berbeda dengan hasil analisi Kajati Sultra Antasari Azhar saat itu (Antasari Azhar adalah kajati yang pertama

mengangkat kasus ini, lalu kemudian di mutasi ke Sumatera barat). dokumen analisa kaejati sultra saat itu kami lampirkan di draft laporan yang kami buat. setelah dilaporkan ke KPK, KPK kemudian merekondasikan kepada Kejagung untuk mengusut tuntas kasus ini. tapi sudah sekitar 4 bulan kejagung tidak juga menindaaklanjuti kasus ini. ada dugaan kuat bahwa Bupati Muna telah menyogok aparat hukum mulai dari tingkat lokal (kejari, kejati) sampai di Kejagung, hinggal kasus ini sengaja diperlambat yang pada akhirnya akan di petieskan.

salam From: "Yayasan SWAMI" <swami_muna@telkom.net> To: <cumakita@yahoogroups.com> Cc: <communitygallery@yahoogroups.com>; <lingkungan@yahoogroups.com>; <milis@tifafoundation.org>; <somasi_sultra@yahoogroups.com> Sent: Tuesday, April 12, 2005 4:23 PM Subject: [communitygallery] siaran pers illegal logging

SIARAN PERS YAYASAN SWAMI

IZIN USAHA INDUSTRI PENGOLAH KAYU JATI HARUS DICABUT

Kondisi hutan jati di kabupaten Muna dan Konawe Selatan semakin hari kian menyusut drastis. Bahkan di Kabupaten Muna saat ini para penebang liar sudah mulai melirik pohon-pohon jati Muna yang ada dikawasan Cagar Alam Napabalano. Dalam catatan hasil investigasi SWAMI ada sekitar 2000 ha hutan jati yang sudah berhasil digunduli oleh para penebang liar sejak 2003 - 2004. Lokasinya tersebar di beberapa titik yaitu hutan jati (kultir) Tongkuno, kawasan hutan jati Warangga dan kawasan hutan jati eks HTI di Bonea dan Tampo. Berdasarkan hasil investigasi SWAMI, kurang lebih 20 meter kubik per hari kayu jati muna yang diolah secara ilegal selama kurun 2003 - 2004. Artinya bahwa ada sekitar 65.000 meter kubik kayu jati yang sudah hilang selama kurun waktu tersebut. Kalau di kalkulasi dalam rupiah dengan harga kayu jati 1,5 juta per meter kubik, maka rakyat Muna telah kehilangan kekayaan berupa uang tunai senilai 97,5 miliyar rupiah dalam 1 tahun terakhir.

Data hasil pantauan SWAMI di Kabupaten Muna, terdapat sejumlah perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Muna yang diduga kuat menjadi penadah kayu-kayu jati ilegal yaitu CV Nurtiba, PT Usaha Loka, PT Fajar Alam, PT Jati Timber Indonusa, CV Wiron,

PT Jati Lestari. Namun 3 besar perusahaan yang diduga keras sebagai penampung kayU jati muna ilegal adalah CV Nurtiba, PT Usaha Loka dan PT Fajar Alam. Perusahaanperusahaan inilah yang selama ini mengolah (membeli atau menjual, menerima titipan, menyimpan atau memiliki) kayu-kayu jati ilegal. Perusahaan-perusahaan ini diduga mendapatkan stok kayu jati ilegal dari para penebang liar. Beberapa kasus temuan masyarakat bahkan temuan anggota DPRD setempat sudah ada, menunjukan bahwa perusahaan-perusahaan itu mengambil peran dalam proses terjadinya penebangan liar.

UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan Inpres No. 4 tahun 2005 tentang pemberantasan penebangan kayu secara ilegal sudah cukup jelas dan tegas memerintahkan kepada pihak-pihak terkait untuk memngambil tindakan. Namun sampai saa ini tidak satupun pihak-pihak yang diperinthakan melakukan tugasnya masing-masing. Khusus pencurian kayu jati muna yang di bawa ke perusahaan-perusahaan kayu di Kabupaten Muna terus terjadi. Persolannya sekarang adalah kinerja dan watak para pengambil kebijakan dan aparat penegak hukum serta instansi terkait dalam menjalankan aturan tersebut.

Kebijakan pemerintah Kabupaten Muna di Era Ridwan BAE juga cenderung memberi ruang kepada para pengusaha kayu untuk mengeksploitasi kayu jati. Orang menebang bukan atas nama perusahaan, tapi kemudian kayu-kayu tabangan liar itu kemudian di tampung dan dijual kepada perusaahaan. Ini jelas sebuah kejahatan. Pemda Muna juga misalnya telah beberapa kali membentuk tim pengamanan dan pengawasan hutan jati namun yang dilakukan adalah mengumpulkan dan mengamankannya sampai ke perusahaan kayu yang ada, akhirnya kebijakan itu menjadi sia-sia, bahkan tidak bermanfaat dan hanya menghamburkan uang daerah. Anehnya ketika Pemda ditanya soal itu, mereka menjawab dengan enteng bahwa pemda sudah berusaha dengan berbagai kebijakan yang ada. Setiap tahun dibentuk tim pengamnan kayu jati, tidak jelas hasil yang diharapkan dari proposal pengamanan hutan jati itu. Setiap hari kerjanya cuma mengumpulkan kayu jati hasil tebangan liar, menangkap mobil dan sopir mobil, buruh mobil dan sebagainya sementara orang berdasinya tidak pernah tertangkap. Kerja ini yang dimaksud sia-sia. Artinya bahwa tidak ada niat baik pemerintah daerah Muna untuk benar-benar serius menangani ilegal logging kayu jati Muna. Karena faktanya bahwa ilegal logging itu dilegalisasi oleh Pemda dan telah dilegitimasi untuk meningkatkan PAD.

Solusi Kritis Jika mau benar-benar berniat menyelamatkan hutan jati dari aktivitas ilegal logging maka langkah langkah yang harus dilakukan adalah : Pertama yang harus segera dilakukan adalah Pemda mencabut/membekukan ijin

perusahaan perusahaan pengolah hasil hutan yang beroperasi di daerah-daerah potensial penghaasil hutan terutama kayu jati. Selama ini perusahaan- perusahaan itu diberi ijin dan rekomendasi untuk beroperasi. Target utamanya adalah mengolah kayu jati sebanyakbanyaknya, namun tidak disertai pengawasan yang ketat terhadap ijin operasi mereka. Sebaliknya Pemda juga tidak pernah melakukan transparansi kepada publik tentang perusahaan-perusahaan mana yang diberi ijin termasuk batasan kapasitas produksinya. Kedua adalah melakukan audit secara ketat dan terbuka dengan melibatkan para pihak (instansi terkait, kepolisian dan masyarakat/LSM) terhadap semua perusahaan itu. Sebab ada amanat UU dan Inpres yang harus dijalankan. Dalam UU No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan khusunya pasal 50 ayat 3 huruf f secara tegas menyatakan bahwa " setiap orang dilarang menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang dimabil atau dipungut secara tidak sah". Pasal ini kemudia nkembali dipertegas dalam Inpres No 0 tahun 2005 tentang pemberantasan penebangan kayu secara ilegal. Ketiga adalah mengefektifkan peran masyarakat. Peran masyarakat untuk terlibat dalam pengawasan juga di jamin dalam UU No. 41 tahun 1999 itu dan Inpres no 4 tahun 2005. Tapi masyarakat tidak pernah dilibatkan secara formal. Namun ketika masyarakat mengambil inisiatif untuk melakukan pengawasan secara swadaya, malah dikatakan mengambil alih peran institusi terkait seperti kehutanan dan kepolisian. Inpres No 4 tahun 2005 juga telah memberi ruang kepada massyarakat untuk terlibat, bahkan masyarakat di jamin untuk diberikan insentif (bonus) jika menemukan dan melaporkan kasus-kasus iegal logging. From: "Yayasan SWAMI" <swami_muna@telkom.net> To: <cumakita@yahoogroups.com> Cc: <communitygallery@yahoogroups.com> Sent: Wednesday, April 13, 2005 2:47 PM Subject: [communitygallery] Ribuan kubik kayu ditangkap

KENDARI POS KAMIS 14 APRIL 2005-04-13 RIBUAN KUBIK KAYU OLAHAN DISEGEL POLISI Kendari, KP Tiga tempat penjualan kayu di Kota Kendari kemarin di segel Polda Sultra. Tempat tersebut diduga kuat menjual kayu-kayu hasil ilegal logging dari berbagai lokasi. Selain itu, para pemilik usaha juga tak mengantongi Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH). Lokasi-lokasi penjualan kayu itu semuanya ada di jalan Saranani Kendari. Masingmasing UD Sinar Marwah, UD Moramo. Sementara satu tempat alinnya tak punya nama

usaha. Pusat penjualan itu langsung di beri police line untuk sementara, sedangkan para pemiliknya langsung dibawa ke Polda untuk menjalani pemeriksaan. Penggerebekan terhadap tempat penjualan itu dilakukan sekitar pukul 13.00 Wita oleh tim Resmob Polda Sultra dibawah pimpinan Kanitnya Bripda Salmon Siala. Mereka bergerak atas instruksi Kapolda yang menegarai banyaknya kayu olahan yang masuk ke pusat penjualan tanpa dilengkapi dokumen resmi. Di UD Sinar Marwah, pemiliknya Andi Arman hanya bisa memperlihatkan dokumen surat izin usaha perdagangan yang dikeluarkan oleh Disperindag. Itupun sudah kadaluarsa. Sementara SKSHH tak bisa ia tunjukan. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, ia dibawa ke Mapolda. Hingga berita ini turun, belum ada konfirmasi ke pihak Polda apa saja hasil pemeriksaan tersebut. Sama halnya dengan dua tempat lainnya. Semuanya hanya bisa menunjukan surat usaha perdagangan. Sementara SKSHH tak dikantongi. Mereka pun di gelandang ke Polda. Sementara kayu-kayu dagangan di segel polisi sebagai bukti. Ada banyak jenis kayu yang didapati bermasalah dan tanpa dokumen. Mulai dari kayu kelas I dan II. Semuanya dipasok dari berbagai daerah di Sultra. Yang menarik berdasarkan pengakuan Andi Arman dan NY Nunung, pemilik UD Sinar Marwah dan UD Moramo, kayu-kayu itu di datangkan oleh oknum-oknum polisi dan tentara. Mereka hanya menerima pasokan. " tidak ada dari masyarakat kayu-kayu ini pak," kata Andi Arman. Bahasa itu sama dengan ucapan NY Nunung. Pemilik UD Moramo ini mengaku semua kayu-kayu yang ia jual didatangkan dari oknum-oknum tentara dan polisi. Mereka hanya membeli dan sudah dalam bentuk olahan yang siap dijual. Ia mengaku tidak tahu menahu urusan illegal logging karena yang memasik adalah aparat. (abi) From: "Yayasan SWAMI" <swami_muna@telkom.net> To: <cumakita@yahoogroups.com> Cc: <communitygallery@yahoogroups.com> Sent: Wednesday, April 13, 2005 3:11 PM Subject: [communitygallery] Tim DPRD temukan tumpukan jati ilegal Informasi singkat.............. Tim komisi B DPRD Muna menemukan tumpukan jati ilegal saat melakukan kujungan lapangan di beberapa sawmill di Kab. Muna. Jati yang ditemukan berjumlah 5 kubik (bebas hati). Tim DPRD dipimpin oleh Harlin Barisala dan 3 orang anggota masingmasing Mahmud Muhammad, La Ode Samuna dan LM Dasnah. Kayu ilegal tersebut langsung di amankan oleh Dishut Muna. Tumpukan jati ilegal itu diemukan saat kunjungan kerja DPRD Rabu tanggal 30 Maret 2005 pukul 14.00 Wita. Pengakuan karyawan CV Nurtiba saat itu adalah bahwa kayu jati tersebut adalah ilegal karena tidak memiliki dokumen.

Sebelumnya Ketua DPRD Muna Hj Wa Ode Zaenab Hibi menemukan tumpukan jati ilegal di kawasan hutan Jompi tanggal 28 Maret 2005 sebanyak 23 batang.. Kayu-kayu tersebut kemudian dibuatkan berita acara penemuan barang bukti ke Dishut Muna dengan dissaksikan anggota Pol PP dan anggota Polhut Muna.

salam Kadhafi From: "swami muna" <swami_muna@telkom.net> To: <cumakita@yahoogroups.com> Cc: <communitygallery@yahoogroups.com>; <lingkungan@yahoogroups.com>; <shklist@yahoogroups.com>; <milis@tifafoundation.org> Sent: Saturday, April 16, 2005 1:00 PM Subject: [communitygallery] Release PRoyek GNRHL Press Release GERAKAN TANAM JATI SEJUTA POHON = PROYEK GNRHL RAWAN KORUPSI DAN RAWAN KONFLIK

Sebuah obsesi yang menyejukan hati masyarakat Muna jika pemerintah memiliki niat baik untuk merehabilitasi kawasan hutan jati yang sudah semakin rusak. Pemerintah daerah Kabupaten Muna ternyata punya program untuk menghijaukan kembali Pulau Muna dengan pohon-pohon jati dengan program penanaman sejuta pohon jati.

Dalam konteks keinginan untuk menanam jati sebenarnya sudah merupakan tradisi masyarakat Muna yang turun temurun. Hal ini terlihat ketika pohon-pohon jati tumbuh di dembarang tampat baik di kebun-kebun rakyat maupun di kawasan tertentu yang kemudian diklaim sebagai kawasan hutan negara. Rencana Pemkab Muna untuk menggalakan gerakan menanam jati sejuta pohon mengandung dimennsi sosial politik yang cukup tinggi, ditengah sorotan tajam terjadap kinerja Pemda yang mengeksploitasi kawasan hutan jatu secara membabi buta.

Sudah sering kita mendengarakan, bahkan sejak kejayaan orde baru, gerakan rehabilitasi dan reboisasi kawasan hutan menjadi sebuah program nasional. Tahun 2004 kemudian

pemerintah pusat menggalakan program nasional bidang kehutanan dengan nama Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Namun di beberapa daerah di Sultra, program nasional tersebut ditangkap sebagai sebuah proyek dengan anggaran yang cukup pesar. Substansi progrmanya kemudian ditinggalkan, sementara yang ditinjolkan adalah nilai uangnya yang miliaran rupiah. Sayangnya program GNRHL juga cenderung tertutup atau tidak transparan kepada publik.

Dalam beberapa kasus yang ditemukan di lapangan, program GNRHL cukup rentan terhadap konflik baik pada saat program tersebut disosialiasikan maupun prediksi konflik jangka panjang. Khusus di Kabupaten Muna, program GNRHL sejatinya difokuskan pada wilayah-wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), namun faktanya program tersebut di alihkan ke wilayah-pedesaan pedesaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan DAS yang ada di Kabupaten Muna, yakni DAS Tiworo dan DAS Jompi. Dipihak lain, proyek GNRHL juga dipaksakan untuk dilaksanakan di daerah-daerah yang masih terkait dengan konflik agraria seperti misalnya di kawasan Kontu. Sampai saat ini masyarakat yang berkebun di kawasan kontu tetap melakukan penolakan terhadap proyek tersebut.

GNRHL tidak layak disebut sebagai gerakan nasional., tetapi hanya sekedar proyek berlevel nasional. Bandingkan GNRHL dengan gerakan pramuka dan Gerakan Keluarga Berencana. Dibandingkan dengan gerakan KB, GNRHL sekarang ini tahapnya hanya pada tahap memasukan IUD ke dalam vagina perempuan usia subur secara paksa, bahkan tentara juga ikutan bikin program KB manunggal. Itu dulu, sekarang kejadian itu ada di GNRHL. Program ini hanyalah ganti baju dari reboisasi. Substansinya tetap sama, yakni okupasi lahan-lahan rakyat di dalam dan sekitar hutan, serta anggota komunitas setempat hanyalah dijadikan buruh atau kuli semata.

Proyek gerhan menyalahi ketentuan dan syarat-syarat peruntukannya. Lokasi proyek yang seharusnya ditujukan pada wilayah-wilayah DAS dan sekitarnya, namun dalam pelaksnaannya dilakukan diatas kebun-kebun rakyat baik lahan komunal maupun lahan milik perseorangan. Prosedur pelaksanaan proyek gerhan cenderung tidak mengikuti ketentuan yang ditatapkan namun mengambil jalan pintas. Fakta ini yang terjadi di Kabupaten Muna, dan bisa jadi juga terjadi di Kabupaten lain di wilayah Sulawesi Tenggara. Bahkan dari informasi yang diperoleh dari Propinsi lain, proyek GNRHL atau disebut gerhan tidak banyak menyumbang manfaat bagi keberlanjutan sistem pengelolaan kehutanan dan kesejahteraan rakyat terutama komunitas yang sangat tergantung pada hasil hutan (komunitas pesisir hutan).

Proyek gerhan diduga menjadi ajang korupsi baru di lingkup dinas kehutanan Kabupaten

karena dilaksanakan secara tidak transparan kepada publik. Lokasi-lokasi proyek gerhan tidak di informasikan kepada publik. Alokasi dana untuk proyek gerhan juga tidak ditransparansikan kepada publik, bahkan hanya diketahui secara sepihak terutama hanya oleh pengelola proyek.

Proyek gerhan dipaksakan untuk dilakukan di atas lahan milik rakyat. Akibatnya memancing konflik horisontal antara rakyat yang sepakat dengan rakyat yang tidak sepakat. Konflik juga dipicu oleh penentuan lokasi proyek/program oleh pihak dinas kehutanan yang tidak tepat misalnya dilokasi-lokasi perkebunan rakyat (tanah komunal) dalam istilah adat Muna di sebut "omme". Konflik jangka panjang juga akan terjadi ketika tanaman yang ditananam memasuki masa produksi. Kerena lahan-lahan yang menjadi lokasi proyek secara totomatis akan diklaim oleh pemerintah sebagai milik pemerintah. Kasus seperti ini sama dengan kronologis kasus yang terjadi di kawasan kontu saat ini. Konflik akan terjadi antara rakyat versus pemerintah daerah terutama pada lokasi-lokasi proyek yang dilakukan diatas lahan-lahan komunal milik rakyat.

Proyek gerhan mengancam keberlanjutan hidup rakyat di kampung-kampung. Kerena jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman monokultur (jati muna) yang dapat bernilai ekonomi ketika mencapai umur 40 - 50 tahun. Sementara kebiasan rakyat selama ini menamani kebunnya dengan tanaman jangka pendek (musiman) terutama jagung. Sehingga ketika tamanan jati berumur 5 tahun keatas, secara otomatis lahan lokasi proyek tidak bisa lagi ditanami dengan jagung.

Secar teknis pelaksanaan proyek, Fasilitator proyek GNRHL yang bekerja dilapangan tidak cukup serius memberikan pemahaman kepada rakyat tentang keberadaan program tersebut. Fasilitator cenderung bekerja berdasarkan alur proyek yang ditntukan oleh dinas kehutanan sehingga indikator pemahaman rakyat terhadap proyek tidak di indahkan. Proyek gerhan di sosialisasikan oleh pihak fasilitator di balai-balai desa dan hanya diikuti oleh minoritas masyarakat yang ada di desa/kampung tempat proyek tersebut akan dilaksanakan. Kerja fasilitator lapangan seperti ini juga cenderung memicu konflik horisontal karena masyarakat dipetakan pada dua kelompok yakni antara yang sepakat dengan yang tidak sepakat dengan proyek.

Dari kecenderungan dan fakta proyek GNRHL yang dilaksanakan di Kabupaten Muna selama ini cukup berasalan jika proyek tersebut hanya menguntungkan dinas dan pihak kontraktor proyek. Oleh karena itu, rakyat harus berhati-hari dengan proyek tersebut, dan jika cenderung tidak menguntungkan maka rakyat berhak menolak proyek itu. Beebrapa daerah di Pulau Jawa, rakyat sudah melakukan penolakan atas proyek GNRHL karena

tidak sesuai dengan kepentingan dan keberlajutan hidup mereka.

Berkaca pada proyek GNRHL di Kabupaten Muna yang gagal dan dipaksakan, maka gerakan penanaman sejuta pohon jati untuk merehabilitasi kawasan hutan jati juga akan mengalami hal yang sama. Karena yang namanya proyek pasti ada uangnya, dan hal itu yang menjadi fokus perhatuan pengelola proyek. Karena uangnya besar maka, kesempatan korupsinya juga besar oleh karena tidak transparan dan dikelola oleh birokrasi yang korup.

Gerakan tanam jati sejuta pohon dan GNRHL juga membuka ruang konflik untuk masa 20 atau 30 tahun kedepan. Ini terkait dengan kebijakan pengelolaan hutan yang tidak adil, amburadul dan hanya berpihak pada pemilik modal. Disamping itu potensi konflik akan muncul dari klaim kawasan hutan yang dilakukan Pemda termasuk tata ruang kawasan hutan juga tidak dilakukan secara partisipatif. Contoh kasus yang terjadi saat ini adalah konflik yang terjadi di Kawasan Kontu (Kec. Katobu) dan Desa Latompe (Kec. Lawa) Kabupaten Muna.

Kontak person : Muammar Kadhafi (0815 247 42283) From: "swami muna" <swami_muna@telkom.net> To: <cumakita@yahoogroups.com> Cc: <lingkungan@yahoogroups.com>; <communitygallery@yahoogroups.com>; "shklist@yahoogroups.co" <shklist@yahoogroups.com>; <milis@tifafoundation.org> Sent: Monday, April 18, 2005 11:42 AM Subject: [communitygallery] PENGELOLAAH HUTAN JATI MUNA Press Release WASPADAI KEBIJAKAN PENGELOLAAH HUTAN JATI MUNA (IPKTM JILID II)

Pemerintah daerah Kabupaten Muna tetap saja menggenjot pemasukan terbesar dari eksploitasi sumber daya hutan (jati). Ini terlihat dari besaran pendapatan dari sector kehutanan dalam RAPBD tahun 2005 sebesar Rp 12 miliar. Tahun 2004 pendapatan dari sekotr kehutanan hanya sekitar 8, 725 miliar. Padahal kita tahu sendiri, kondisi hutan jati

di Kabupaten Muna sedah semakin kritis, semua kawasan hutan jati yang selama ini di klaim sebagai kawsan hutan negara, nyaris tidak lagi menyisakan tegakan kayu jati. Sepertinya kayu jati masih saja menjadi andalan pendapatan daerah. Jika itu dilakukan maka tanaman jati akan segera hilang dari pulau Muna.

Dalam RAPBD tahun 2005, terdapat IPKTM sebanyak 7 - 9 buah dan anehnya seluruh IPKTM yang ada itu belum di transparansikan kepada public termasuk kepada DPRD. Hasil monitoring SWAMI terhadap keberadaan IPKTM di Kabupaten Muna selama kurun waktu 2001 - 2004, terdapat berbagai penyimpangan dalam prakteknya. Estimasi SWAMI bahwa hanya sekitar 10 persen IPKTM (dari 69 buah IPKTM) yang berjalan normal atau tanpa penyimpangan, selebihnya IPKTM hanya dijadikan legitimasi untuk membabat hutan jati dengan berbagai modus. Indikasi ini menguatkan satu kesimpulan bahwa salah satu penyumbang terbesar hancurnya hutan jati di Kabupaten Muna adalah IPKTM. Yang diuntungakn dari IPKTM itu selain para mafia kayu jati yang disokong kekuasan dan birokrasi, juga perusahaan-perusahaan asing (luar daerah) yang beredar di Kabupaten Muna.

Dalam RAPBD tahun 2005 juga terdapat target pendapatan dari pemanfaatan tunggak kayu jati sebesar 7 miliar. Satu hal yang perlu di garis bawahi adalah pemanfaatan tunggak. Kita kembali di ingatkan dengan Instruksi Bupati No. 11 tahun 2001 yang menjadi alas hukum munculnya MoU No. 211/2649/DKM antara Dinas Kehutanan Kabupaten Muna dengan PT. Usaha Loka Malang tentang pengolahan/pemanfaatan tunggak kayu jati pada areal kawasan hutan produksi. Ketika tegakan jati sudah tidak mencukupi stok produksi perusahaan-perusahaan kayu setempat, kini Pemkab mulai membuat kebijakan baru untuk mengeksploitasi tunggak yang tersisa dari praktek ilegal logging selama ini.

Kebijakan ini akan menjadi ancaman baru dalam pengelolaan hutan di Kabupaten Muna. selain tidak transparan, juga akan beresiko besar terhadap tegakan pemusnahan tegakan hutan jati yang masih tersisa beberapa pohon. Nilai ekonominya pengelolaan dan pemanfaatan tunggak kayu jati terhadap rakyat yang memiliki segudang tunggak kayu jati di kebun-kebun mereka juga belum jelas, karena kebijakan ini kemungkinan akan di kelola oleh kontraktor dari luar daerah yang bekerja sama dengan perusahaan yang selama ini sudah ada di Kabupaten Muna. Alas hukumnya jelas akan menggunakan Perda No. 4 tahun 2001 tentang retribusi IPKTM.

Kebijakan IPKTM jilid satu sudah jelas telah menyimpang dari substasninya, yang kemudian menjadi alas hukum untuk membabat tegakan kayu jati muna. Pengelolaan dan

pemanfaatan tunggak kayu jati muna merupakan kebijakan IPKTM jilid dua untuk melakukan land clearing terhadap potensi kayu jati yang masih tersisa. Kita tahu persis karakter dari kebijakan itu, Pemda sangat lihai dalam membuat kebijakan tapi juga sangat lemah dalam pengawasannya. Apalagi tidak ada jaminan dari Pemda bahwa kebijakan IPKTM jilid dua itu tidak menyimpang dari substasninya. Kasus demi kasus dari kebijakan IPKTM jilid satu sudah cukup membuka mata masyarakat Muna bahwa kebijakan itu penuh dengan penyimpangan, rekayasa dan mafia yang luar bisa besar.

Yang pasti rakyat akan di imin-imingi dengan besaran nilai jual tunggak jati yang tidak rasional dan tidak menguntungkan itu. Walaupun kita belum mengetahui berapa nilai jual yang di tetapkan pemerintah daerah untuk setiap tunggak jati, tapi sudah dapat dipastikan tidak akan menguntungkan. Paling-paling tidak lebih dari 1 juta per tunggak, atau bisa jadi dibawah Rp 500 ribu rupiah. Sementara nilai jual tunggak jati di pasar luar daerah maupun pasar internasional cukup mahal antara 2 - 3 juta per tunggak. Yang untung besar adalah perusahaan, rakyat hanya dapat seper delapannya dari harga sesungguhnya.

Jika benar-benar Pemda ingin mengsejahterakan rakyatnya, mengapa sistem pengelolaan dan sistem pemanfaatannya tidak di serahkan kepada masyarakat sendiri dengan menghidupakan pengrajin-pengrajin lokal. Sistem ini akan lebih menguntungkan rakyat ketimbang menyerahkan pengelolaan dan pemanfaatannya kepada pihak kontraktor atau perusahaan yang ada.

========================== Yayasan SWAMI Jl. Paelangkuta No 54 Raha - Sulawesi Tenggara Tlp. (0403) 21511 From: "Yayasan SWAMI" <swami_muna@telkom.net> Sent: Thursday, April 21, 2005 8:47 AM Subject: [communitygallery] Money laundry di Sultra Kendari Ekspres, Selasa 19 April 2005

Kapolda : Monei Loundry, Ada Enggak Ya ?

Raha, Kepres - Kapolda Sultra, Brigjen Pol Drs. Edhi Susilo SH MBA menyakinkan tidak ada money loundry ( pencucian uang red) di Muna. Sebagai mana diketahui, Walhi Sultra melalui divisi media dan kampanye, Muamar Kadafi, mensinyalir indikasi adanya money loundry atau pencucian uang melalui hasil illegal loging. Sewmentara itu Kapolres Muna, AKBP Drs. Wahab Saroni, SH juga menyakinkan paska operasi gurita, IPKTM di Muna dilaporkan sudah tertip./ Diceat usai acara ramah tamah di Mapolres Muna dalalm rangkayan kunker Kapolda Sultra dua hari di Muna, Edi Susilo tertawa saat dikonfirmasi soal money loundry. Kapolda justru balik bertanya, money loundry lewat apa. " Ada nggak yah, itu lima ratus juta keatas seandainya hari ini Rp 500 juta masuk, besok Rp 500 juta masuk, nah iru baru dicuragai," katanya. Saat ditanya soal IPKTM, Edhi Susilo sempat bingun, padahal saat joy sama Kapolda masih dipegang oleh Brigjen Pol Drs.T Ashikin Husein dam ketika Edhi Susilo masih menjadi Wakapolda, Polda Sultra sempat mengusut IPKTM dua kabupaten Muna dan Bombana, bahkan srmpat beberapa orang ditahan sebagai tersangka. Belakangan kasus ini endingnya tidak jelas. Ironinya, Edhi Susilo mengaku tidak tahu menahu. Karena itu, pertanyaan ini dijawab Kapolres Muna, Wahab Saroni yang kebetulan mendampingi Kapolda. " Di Muna IPKTM kita intesifkan tapi karena adanya operasi itu ( Operasi Gurit, Red) sekarang sudah tertip, tapi tetap kita penyelidikan terus, jelas Wahab Saroni. Menyusul penjelasan Wahab Saroni, Kapolda menegaskan," kita tegakkan saja. Sudalah jangan jangan mencari dalih illegal lalu di legalkan. Saya tetap konsisten kalau ada tetap kita tindak, katanya. Selai itu Edhi Susilo, menegaskan komitmennya menekan pencurian kayu jati di Muna . Kendari tidak punya strategis khusus, namun pihaknya akan mengembangkan model patroli yang intensis. Selaim patroli pengamanan Jati, secara simultan kepolisian akan menggiatkan operasi pekat ( penyakit masyarakat) antara lain berhubungan dengan kameko mulai dari pembuat miras sampai peminum kameko. Termasuk judi, premanisme, pekerja seks komersial (PSK) liar. Sebab menurut Kapolda, ada hubungan erat antara miras dan pencurian kayu jati. Untuk penangana illegal loging di Muna Kapolda mengakui tidak ada kerja sama khusus dalam bentuk MoU seperti operasi di Papua antara Kpolri dan Menhut. From: "Setiono, Bambang (CIFOR)" <B.SETIONO@CGIAR.ORG>

Sent: Thursday, April 21, 2005 3:06 PM Subject: [communitygallery] RE: [Lingk] Money laundry di Sultra

Teman-teman Yth. Kapolda Sultra ini ngak ngerti rezim Money Laundering. Berapapun besarnya kejahatan asalkan melewati perbankan atau lembaga keuangan lainnya seperti perusahaan asuransi dan Bank BPR sudah dapat dikatakan terjadi pencucian uang. Apa di Sultra tidak ada korupsi dan kejahatan yang menghasilkan uang? Sepertinya tidak mungkin kan. Jadi pasti ada pencucian uang. Informasi ini sudah sampai ke tangan PPATK. Mereka mungkin nanti yang "menegur" Polda Sultra. Terima kasih. Salam, Bambang Setiono CIFOR

Anda mungkin juga menyukai