Anda di halaman 1dari 26

BAB I PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Diabetes Melitus ( DM ) atau kencing manis pertama kali diperkenalkan oleh pakar kesehatan Yunani, yaitu Celcus dan Areteus. Diabetes mellitus dalam bahasa Latin diartikan sebagai diabetes artinya terus-menerus, dan mellitus artinya manis ( Hartini Sri, 2009 ). Data terakhir dari WHO setelah diadakan penelitian dinegara berkembang peningkatan tertinggi jumlah pasien diabetes melitus terjadi dinegara Asia Tenggara termasuk Indonesia dan hasil penelitian Departemen Kesehatan yang dipublikasikan pada 2008 sebesar 5,7% yang berarti lebih dari 12 juta penduduk Indonesia menderita diabetes melitus, serta merupakan peringkat ketujuh Negara dengan jumlah pengidap diabetes melitus terbanyak pada penduduk dewasa diseluruh dunia 1995 dan 2025 ( Junaidi Iskandar, 2009 ). American Diabetes Association ( ADA ) 2005, Diabetes Melitus ( DM ) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes melitus berhubungan dengan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan dari beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah ( Soegondo Sidartawan, 2009 ). Penyebab terbesar pada diabetes melitus adalah peranan dari Diabetes Melitus yangtergantung dengan insulin ( DMTI ) dan Diabetes Melitus yang tidak tergantung dengan insulin ( DMTII ) ( Sudoyo Aru, 2006 ).

Insulin dihasilkan oleh pankreas yang berperan menjaga kadar gula dalam darah selalu dalam batas aman. Fungsi insulin dalam metabolism ialah mengubah glukosa menjadi energi dan sintesa lemak. Bila insulin tubuh rendah maka mengakibatkan terjadinya kelebihan gula dalam darah, yang disebut hiperglikemia. Kelebihan gula akan dikeluarkan melalui air seni, karena itu sebut kencing manis. Zat keton dan asam yang berlebihan dapat menyebabkan rasa haus yang berlebihan sehingga penderita merasa haus yang terus-menerus. Kurangnya insulin maka tubuh tidak bisa mendapatkan energi yang cukup dari glukosa, sehingga tubuh akan mencari zat-zat lain didalam tubuh untuk diubah menjadi energi yaitu lemak dan protein, bila keadaan ini berlangsung terus-menerus maka tubuh akan kelihatan kurus dan mengalami penurunan berat badan ( Junaidi Iskandar , 2009 ).

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi perumusan masalah adalah bagaimana Diabetes Melitus dapat menurunkan berat badan secara drastis.

I.3 Tujuan Masalah


I.3.I Tujuan Umum Untuk mengetahui Diabetes Melitus dapat menurunkan berat badan secara drastis. I.3.2 Tujuan khusus I.3.2.1 untuk mengetahui apa itu Diabetes Melitus I.3.2.2 untuk mengetahui diagnosa Diabetes Melitus I.3.2.3 untuk mengetahui dan memahami penanganan serta pelaksanaan terhadap Diabetes Melitus yang menyebabkan penurunan berat badan secara drastis

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang diharapkan dari tulisan ini antara lain: a. Penulis memahami apa yang menjadi tujuan yang akan dicapai dalam tulisan ini. b. Kiranya melalui membaca tulisan ini, pembaca dapat menambah wawasan dan pengetahuannya mengenai diabetes melitus yang dapat menurunkan berat badan secara drastis dan penanganan yang sesuai dengan standar dokter umum. c. Begitu juga untuk teman-teman atau junior sejawat kiranya tulisan ini dapat menginspirasi penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes 2.1.1. Definisi Berdasarkan sebuah catatan zaman Mesir Kuno tahun 1550 oleh seorang ahli Mesir Kuno dari Jerman, George Ebers, yang kemudian disebut sebagai The Ebers Papyrus. Arateus dari Cappoplocig pada abad ke-2 menggunakan istilah Diabetes yang berarti Siphon dalam bahasa Yunani yaitu air yang terus-menerus keluar melalui tubuh manusia atau banyak kencing. Istilah Melitus dalam bahasa latin dan Yunani berarti manis atau madu ( Candra Hans, 2008 ). 2.1.2. Etiologi Terjadinya Diabetes bila tubuh tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup agar kadar gula dalam darah dapat dipertahankan, atau bila tidak respon terhadap insulin. Diabetes disebabkan oleh dua faktor yang utama, yaitu faktor karena berlebihnya mengkonsumsi gula, makanan berlemak dan berkolesterol, namun rendah akan serat dan vitamin. Faktor yang kedua yaitu karena keturunan, tetapi faktor usia dan kegemukan juga mempengaruhi terjadinya diabetes. Pola makan yang tidak baikdan tidak terkontrol dengan benar dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara karbohidrat dan kandungan zat lainnya yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berakibat tingginya kandungan gula dalam tubuh yang melebihi kapasitas dari kerja pankreas ( Candra Hans, 2008 ).

2.1.3 Epidemiologi Diabetes merupakan satu dari penyakit kronik lainnya yang sering ditemukan pada abad ke-21 ini. Laporan Statistik International Diabetes Federation ( IDF ) menyebutkan sudah 230 juta penduduk dunia yang mengidap diabetes, angka ini bertambah 7 juta jiwa pertahumnya, diperkirakan pada 2025 akan ada 350 juta penduduk penderita diabetes melitus. Indonesia sudah 4,5 juta pengidap diabetes melitus pada 1995 yaitu nomor tujuh terbanyak didunia yang sekarang meningkat sampai 8,4 juta, diperkirakan pula pada tahun 2025 akan ada 12,4 juta orang atau berada pada peringkat kelima terbanyak didunia. Di Amerika kematian akibat diabetes mencapi 200.000 orang pertahunnya, sedangkan diabetes merupakan penyebab kematian keempat terbesar didunia karena setiap tahunnya 3,2 juta jiwa, berarti ada satu orang per sepuluh detiknya atau enam orang permenitnya meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan diabetes ( Candra Hans, 2008 ).

2.1.4 Klasifikasi American Diabetes Association/World Health Organitation ( ADA/WHO) ada empat macam diabetes yang dikelompokkan yaitu : ( Iskandar, 2009 ) 1. Diabetes tipe I ( DMTI ) : kerusakan sel beta pankreas karena reaksi autoimun, pada tipe ini insulin tidak diproduksi, sehingga pengidap selalu bergantung pada pemberian insulin jangka panjang atau seumur hidup. 2. Diabetes tipe 2 ( DMTII ) : resistensi insulin, sehingga jumlah reseptor insulin pada permukaan sel berkurang walaupun tidak berkurang jumlah insulinnya. Ini yang menyebabkan glukosa tidak

dapat masuk kedalam sel insulin yang telah tersedia. Pada tipe ini tidak tergantung pada pemakaian insulin jangka panjang atau seumur hidup. 3. Diabetes melitus tipe spesifik : dikarenakan kelainan genetik spesifik seperti penyakit pankreas, dan gangguan endokrin lainnya. Juga dapat terjadi karena infeksi, virus, kimia, dan efek obat-obatan. 4. Diabetes kehamilan : ini terjadi hanya pada saat kehamilan saja. Berdasarkan karakteristik dapat digunakan untuk membedakan diabetes tipe I dan diabetes tipe II, karena kedua tipe diabetes ini paling sering ditemukan,yaitu : Diabetes Tipe I : Mudah terjadi ketoasidosis Pengobatan harus dengan insulin Biasanya kelihatan kurus Biasanya pada usia muda Riwayat keluarga diabetes positif 10% 30-50% kembar identik terkena Diabetes Tipe II : Tidak mudah terjadi ketoasidosis Pengobatan tidak harus dengan insulin Gemuk/tidak gemuk Biasanya diatas 45 tahun Riwayat keluarga positif pada 30% Kurang lebih kembar identik terkena

2.1.5. Faktor Resiko Faktor resiko yang harus dikenal bila timbulnya diabetes, kita harus dapat mendiagnosa sendini mungkin, serta dapat menanganinya. Faktor-faktor resiko tersebut yaitu : 2.1.5.1 Keturunan Bila ayah, ibu, kakak, atau adik mengidap diabetes, sangat besar kemungkinan mengidap diabetes dibandingkan bila kakek, nenek, atau saudara ibu atau ayah kita. Pada diabetes tipe I 3-5% didapat dari kedua orang tua atau saudara yang menderita diabetes melitus, sementara 35-40% didapat karena kembar satu telur . pada diabetes melitus tipe II 90% didapat karena kembar satu telur, 50% didapat dari kedua orang tua yang menderita diabetes melitus, 40% didapat hanya pada satu orang tua saja yang menderita diabetes melitus ( Candra Hans, 2008 ). 2.1.5.2 .Ras atau Etnis Ada beberapa ras tertentu yaitu suku Indian di Amerika, Hispanik, dan orang Amerika di Afrika, memiliki resiko lebih besar terkena diabetes melitus tipe II yang dulunya mereka bekerja sebagai petani atau pemburu yang banyak melakukan aktifitas fisik dan biasanya kurus. Sekarang semakin sedikit melakukan aktifitas fisik dan banyak makan sampai obesitas, diabetes melitus, dan tekanan darah tinggi. Diabetes melitus tipe I pada suku Firlandia mencapai 40% dari populasinya dan 20% pada suku Maori di Selandia Baru, serta dinegara Eropa seperti Norwegia, Irlandia, Swedia, Denmark, dan Scotlandia ( Candra hans, 2008 ). 2.1.5.3.Obesitas Makin banyak jaringan lemak didalam tubuh dan otot akan membuat kerja insulin menjadi resisten terutama bila lemak terkumpul didaerah perut, lemak akan memblokir kerja dari insulin sehingga glukosa

tidak dapat diangkut kedalam sel serta menumpuk di pembuluh darah. Bila menurunkan berat badan maka akan membuat glukosa darah menjadi lebih baik bahkan sampai normal. Penurunan berat badan sedikit apapun akan sangat bermanfaat untuk menurunkan kadar glukosa darah ( Candra Hans, 2008 ). 2.1.5.4.Sindrom Metabolik Menurut World Health Organitation ( WHO ) dan National Cholesterol Education Program : Adult Treatment Panel III ( NCEP ATP III ), orang menderita metabolic syndrome adalah mereka yang punya kelainan seperti : tekanan darah > 160/90 mmHg, trigliserida darah >150mg/dl, kolesterol HDL ( High Density Lipid ) <40 mg/dl, obesitas

sentral dengasn BMI >30, lingkar pinggang >120cm pada laaki-laki dan >88cm pada perempuan ( Candra Hans, 2008 ). 2.1.5.5.Kurang Gerak Badan Semakin kita kurang menggerakkan badan maka akan semakin mudah pula seseorang terkena diabetes, karena bila seseorang berolahraga dan beraktifitas maka akan merubah glukosa menjadi insulin sehingga peredaran darah lebih baik serta dapat mengontrol berat badan. Bila bertambah masa otot maka otot akan meresap glukosa darah. ( Candra Hans, 2008 ) 2.1.5.6.Usia Seiring bertambahnya usia maka akan semakin meninggkat pula resiko diabetes, serta kurangnya pergerakkan dan masa otot, serta semakin bertambahnya berat badan. ( Candra Hans, 2008 ) 2.1.5.7.Riwayat Diabetes pada Kehamilan Diabetes kehamilan dapat terjadi 2-5% pada ibu hamil, biasanya diabetes akan hilang setelah bayi lahir tetapi lebih dari setengahnya akan

terkena diabetes dikemudian hari, oleh sebab itu setiap ibu hamil harus diperiksa glukosa darahnya. Bayi yang lahir dengan berat badan >4kg dari ibu hamil diabetes sangat besar kemungkinan bila siibu mengidap diabetes tipe II nantinya. ( Hans Candra, 2008 )

2.1.5.8.Pemakaian Obat-obatan Mendapatkan suntikan maupun tablet golongan kortikosteroid, misalnya : Prednison, Oradexon, Kenacort, Rheumacyl, Kortison, Hidrokortison, dan lainya. ( Hans Candra, 2008 ) 2.1.5.9.Infeksi Kasus pada anak penderita diabetes tipe I sering terjadi infeksi flu atau batukyang berulang terus-menerus. Diketahui penyebabnya adalah virus seperti mumps dan coxsackie yang dapat merusak sel pankreas serta menimbulkan diabetes. Keadaan ini sangat sering tanpa disadari dan tidak diwaspadai tiba-tiba kondisi sianak merosot, kejang, atau koma karena glukosa darahnya tinggi. Maka anak ini harus disuntuk insulin ( Tjokroprawira Askandar, 2006 ). Tes gula dalam urin positif sangat dapat membantu kita dalam menegakkan diagnosa diabetes melitus.

2.1.6.Patogenesa Pankreas adalah organ yang memproduksi hormon insulin, kelenjar pankreas khusus didalamnya dinamakan sel beta dan dikenal sebagai pulau-pulau Langerhans. Tiap pankreas mengandung kurang lebih 100000 pulau Langerhans dan setiap pulaunya berisi 100 sel beta. Selain sel beta pankreas yang sangat berperan ada juga sel delta yang mengandung somastostatin dan ada juga sel alfa yang memproduksi glukagon dan

bekerja untuk meningkatkan kadar gula dalam darah. Insulin yang dikeluarkan sel beta akan membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel yang kemudian akan diubah menjadi energi atau tenaga ( Soegondo Sidartawan, 2009 ). Energi pada manusia berasal dari makanan yang kita makan dalam kehidupan sehari-hari yaitu karbohidrat ( gula dan tepung-tepungan ), protein ( asam amino ), lemak ( asam lemak ). Pengelolahan bahan

makanan yang masuk dimulai dari mulut sampai kelambung yang kemudian menjadi bahan dasar makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino, lemak menjadi asam lemak. Zat makanan ketiganya akan diserap didalam usus yang kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan diedarkan keseluruh tubuh sebagai bahan bakar tetapi harus memasuki sel terlebih dahulu yang akhirnya timbullah tenaga. Sel sel tubuh yang jumlahnya bermiliaran bisa diibaratkan suatu ruangan tempat pengelolahan gula yang memiliki pintu dan harus mempunyai kunci khusus. Kunci untuk memasukkan gula kedalam sel adalah insulin sedangkan lubang kuncinya adalah reseptor insulin ( Hartini Sri, 2009 ). Hormon yang dilepaskan oleh pankreas adalah insulin yang letaknya di rongga perut dekat dengan usus serta merupakan zat utama yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah normalnya. Insulin ini juga berfungsi untuk mengubah gula darah menjadi gula otot dan disimpan kedalam sel serta jaringan, yang kemudian digunakan untuk menghasilkan energi sebagai cadangan energy dalam bentuk gula otot. Peningkatan kadar gula dalam darah setelah makan dan minum merangsang pancreas untuk mengeluarkan insulin, maka kadar gula dalam daeah akan turun perlahan-lahan. Pada saat melakukan aktivitas fisik kadar gula darah juga bisa menurun karena otot menggunakan glukosa untuk energi ( Iskandar, 2009 ).

Apabila gula yang masuk kedalam sel tidak mencukupi maka tubuh akan mengelolah zat-zat lain untuk diubah menjadi energi yaitu lemak dan protein. Penggunaan dan penghancuran lemak serta protein ini dapat menyebabkan turunnya berat badan apabila terjadi dalam jangka waktu yang lama. Patogenesis Diabetes Melitus Tipe I Pada diabetes tipe I produksi insulin tidak ada . ini disebabkan oleh karena adanya reaksi otoimun. Individu yang rentan terhadap diabetes tipe I terdapat adanya ICA ( Islet Cell Antibody ) yang meningkat kadarnya oleh karena beberapa faktor pencetus seperti virus cocsackie, rubella, cyitomegalovirus, herpes, dan lainnya sehingga menimbulkan peradangan pada sel beta. Hanya sel beta yang diserang disini, sementara sel alfa dan sel delta tetap utuh ( Soegondo Sidartawan, 2009 ).

Patogenesa Diabetes melitus Tipe II Pada diabetes melitus tipe II ditandai dengan adanya resistensi insulin dan penurunan fungsi sel beta, yang pada akhirnya terjadi kerusakantotal pada sel beta karena sudah tidak mampu lagi mengkompensasi resistensi insulin hingga kadar gula dalam darah meningkat dan fungsi sel beta menurun. Saat seperti inilah dapat terdiagnosa diabetes. 2.1.7. Gejala Klinis Adanya penyakit diabetes pada awalnya sering sekali tanpa disadari oleh para penderita. Ada beberapa keluhan dan gejala yang sering didapati pada penderita diabetes melitus, yaitu : 1. Keluhan Klasik 1.1 Poliuria

Poliuria ( sering buang air kecil ) terutama pada malam hari. Bila kadar gula darah melebihi ambang batas ginjal ( > 180mg/Dl ) yang akan keluar bersamaan dengan urin. Agar gula yang ada pada air kencing tidak terlalu pekat maka tubuh akan memberikan pasokan air yang berlebihan, sehingga tubuh akan memberikan sinyal untuk banyak minum, dan akan membuat orang sering kencing, termasuk pada malam hari yang dapat mengganggu tidur ( Hartini Sri, 2009 ). 1.2 Pilidipsi Polidipsi ( rasa haus yang sering dan ingin minum sebanyakbanyaknya ). Urin tadi yang banyak keluar member sinyal pada tubuh bahwa sudah banyak kekurangan air/kekeringan ( dehidrasi ), maka timbulah rasa haus yang membuat orang terus-menerus ingin selalu minum ( Hartini Sri, 2009 ).

1.3 Polifagi Polifagi (nafsu makan meningkat tetapi kurang tenaga ). Pemasukan gula kedalam sel-sel tubuh kurang sehingga energi yang dibutuhkan pun berkurang, yang membuat orang merasa kurang tenaga. Tidak diubahnya glukosa menjadi energi juga membuat badan menjadi lemas. Otak memberikan sinyal bahwa kurang energi karena kurang makan, maka timbulah rasa lapar agar meningkatkan nafsu makan, perasaan ingin selalu makan pun akan timbul, makan makanan yang enakenak secara terus-terusan dan banyak, inilah yang membuat orang terus menerus ingin mengemil ( Hartini Sri, 2009 ). Selain yang disebutkan diatas ada juga gejala klinis yang lainnya yang dapat ditemukan pada diabetes mellitus yaitu berat badan yang turun secara drastis dan menjadikan orang kurus. Kurang insulin dan kurang energi, maka tubuh akan memberi sinyal untuk segera mengelolah zat lain

yang dapat dipakai selain glukosa didalam tubuh untuk diubah menjadi energi yaitu protein dan lemak. Bila terus-menerus kekurangan insulin dan kekurangan energi sehingga menggunakan protein dan lemak secara terusmenerus pula dengan jangka waktu yang lama, maka berat badan orang tersebut dapat turun secara drastis dan akan kelihatan kurus ( Hartini Sri, 2009 ). 1.2.Keluhan Lain Kerusakan saraf yang disebabkan oleh kadar glukosa dalam darah yang meningkat merusak dinding pembuluh darah dan akan mengganggu nutrisi pada saraf. Karena yang rusak adalah saraf sensoris maka keluhan yang muncul adalah rasa kesemutan dan tidak berasa, terutama pada kaki dan tangan. Selanjutnya bisa menimbulkan rasa nyeri pada tubuh, betis, dan lengan, bahkan terasa seperti terbakar. Gangguan penglihatan pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kaca matanya berulang-ulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik. Sebagian masalah yang sangat serius yang disebabkan diabetes ini adalah kerusakan pada retina ( retinopati ). Perubahan

kecil pada retina berlangsung lama beberapa tahun sehingga penderita tidak menyadarinya. Dalam hal ini retina mungkin sudah rusak saat diabetes berhasil terdiagnosa. Pada kasus tertentu lensa mata rusak secara permanen ( katarak ) ketika diabetes diluar kendali. Kerusakan ini dapat diobati dengan cara menghilangkan katarak dengan menggantinya dengan lensa buatan. Gatal atau bisul merupakan kelainan pada kulit, biasanya terjadi didaerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul pada hal yang sangat sepele seperti luka lecet karena memakai sepatu yang sempit atau karena tertusuk peniti.

Gusi merah dan bengkak terjadi kerena kemampuan rongga mulut menjadi lemah akibat infeksi, dan gigi mudah tanggal serta tampak tidak rata. Mudah kena infeksi karena lekosit ( sel darah putih ) yang biasanya dipakai untuk melawan infeksi tidak dapat berfungsi dengan baik jika glukosa dalam darah meninggkat. Gatal pada kemaluan karena infeksi jamur yang sangat menyukai suasana kadar glukosa dalam darah meningkat. Vagina mudah terinfeksi oleh jamur, mengeluarkan cairan kental putih kekuningan ( keputihan ) serta timbul rasa gatal. Gangguan lainya adalah seperti mudah mengantuk, mudah merasa lemas, serta gangguan ereksi. 2.1.8 Diagnosa Untuk dapat mendiagnosa diabetes melitus dapat ditegakkan dengan melihat gejala-gejalanya seperti diatas yaitu : polidipsi, polifagi, poliuri, dan sebagainya serta dari hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula dalam darah meninggkat. Dianjurkan untuk mendiagnosis adalah dengan pemeriksaan enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Bila memastikan diagnose diabetes melitus pemeriksaan darah dilakukan dilaboratorium khusus yang terpercaya ( yang melakukan program pemantauan kendali mutu secara teratur ) dapat juga dilakukan pemeriksaan dengan kondisi setempat yaitu dengan menggunakan bahan darah utuh, vena, ataupun kapiler dengan memperhatikan beberapa criteria diagnostic yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Untuk pemantauan hasil dari pengobatan dapat digunakan darah kapiler untuk diperiksa. Perbedaan antara uji diagnostic pada diabetes melitus dengan pemeriksaan penyaring. Untuk pengujian diagnostic diabetes melitus

dilakukan pada mereka yang menunjukkan gajala atau tanda dari diabetes melitus, sedangkan pada pemeriksaan penyaring dilakukan untuk tujuan mengindentivikasi mereka yang tidak menunjukkan gejala, tetapi mempunyai resiko diabetes melitus. Sangat sering sekali uji disgnostik ini dilakukan kemudian pada mereka yang hasil pemeriksaan penyaringnya positif untuk diagnose pasti definitif. Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok dengan salah satu resiko diabetes melitus sebagai berikut 1. Usia lebih atau sama dengan 45 tahun 2. Usia lebih muda dengan Indeks Masa Tubuh ( IMT ) lebih dari 23kg/m2, dan disertai dengan faktor resiko yaitu : Kebiasaan tidak aktif Turunan pertama dari orang tua dengan diabetes melitus Riwayat melehirkan bayi dengan berat badan lahir bayi > 4kg, atau riwayat diabetes gestasional Hipertensi ( 140/90 ) mmHg Riawayat abortus berulang Kolesterol HDL kurang dari sama dengan 35mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl Adanya riwayat toleransi glukosa yang terganggu ( TGT ) atau glukosa darah puasa terganggu ( GDPT ) sebelumnya. Memiliki riwayat penyakit kardivaskuler. Perlu diingat bila resiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringan negative, pemeriksaan penyaring ulangan dilakukan tiap tahun, sedangkan pada mereka yang berusia > 45 tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun. ( Aru, 2006 ) Pemeriksaan penyaringan yang khusus ditujukan untuk diabetes melitus pada penduduk umumnya ( mass screaning ) tidak dianjurkan karena selain biayanya yang mahal, rencana tindak lanjut bagi mereka

yang positif belum ada. Tetapi mereka mendapatkan kesempatan untuk pemeriksaan penyaringan bersamaan dengan penyakit yang lainnya ( general check-up ) adanya pemeriksaan penyaringan untuk diabetes melitus dalam rangkaian pemeriksaan itu sangat dianjurkan sekali. Pada pemeriksaan penyaring berguna untuk membedakan mana yang pasien dengan diabetes melitus, toleransi glukosanya terganggu ( TGT ) dan glukosa darah puasanya terganggu ( GDPT ), sehingga dapat melakukan tindakan apa yang tepat dan harus dilakukan untuk mereka. Pasien dengan TGT atau GDPT merupakan awal dari tahapan sementara untuk menuju diabetes melitus. Bila setelah 5 sampai 10 tahun kemudian sepertiga kelompok TGT akan berkembang menjadi diabetes melitus. Sepertiga tetap TGT dan sepertiga lainnya kembali normal. Adanya TGT sering berkaitan dengan resistensi insulin. Pada kelompok TGT iniresiko terjadinya arterosklerosis lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok normal. TGT sering berkaitan dengan penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan hiperglikemia. Pemeriksaan penyaringan dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar gula darah sewaktu dan kadar gula darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan uji toleransi glukosa oral ( TTGO ) stansar. Kadar gula darah sewaktu dan puasa sebagai patokkan penyaring dan diagnose pada diabetes melitus. Bila kadar gula darah sewaktu dari plasma vena < 110mmHg dan pada daerah kapiler hasilnya < 90 maka ini bukan diabetes melitus, begitu juga pada kadar glukosa darah puasa dari plasma vena < 110 mmHg dan pada daerah kapiler hasilnya < 90 maka ini juga bukan diabetes melitus. Apabila kadar glukosa sewaktu dari plasma vena 90- 199 mmHg dan kadar glukosa darah puasa dari plasma vena 110-125 mmHg serta kadar glukosa darah puasa pada darah kapiler 90-109 mmHg ini belum pasti diabetes melitus.

Dikatakan diabetes melitus apabila kadar glukosa darah sewaktu plasma vena dan darah kapiler lebih darai sama dengan 200mmHg. Sedangkan pada glukosa darah puasa dari plasma vena lebih dari sama dengan 126 mmHg dan pada darah kapiler lebih dari sama dengan 110mmHg. Beberapa langkah-langkah untuk menegakkan diagnose diabetes melitus dan gangguan toleransi glukosa. Umumnya diperkirakan dengan keluhan yang sangat dering ditemukan pada diabetes melitus ialah polidipsi, polifagi, poliuri, dan penurunan berat badan. Keluhan lainnya yang mungkin dijumpai atau dikemukakan oleh pasian adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritas vulvae pada pasien wanita. Bila keluhannya khas, pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu lebih dari sama dengan 200mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosa pada diabetes melitus. Pada hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa lebih dari sama dengan 126mg/dl juga dapat dijadikan diagnosa pada diabetes melitus. Untuk kelompok keluhan khas dari diabetes melitus dan hasil pemeriksaan kadar glukosa dalam darah pada glukosa darah puasa ( GDP ) lebih dari sama dengan 126mg/dl atau glukosa darah sewaktu > 200mg/dl sudah dipastikan diabetes melitus. Tetapi apabila hasil pemeriksaan GDP < 126 atau GDS < 200 harus melakukan pemeriksaan ulang GDS atau GDP dan setelah pemeriksaan itu hasilnya GDP < 126 atau GDS lebih dari sama dengan 200 berarti sudah pasti diabetes. Tetapi bila hasil pemeriksaannya GDP < 126 atau GDS <200 perLu diadakan pemeriksaa TTGO, setelah di tes hasilnya >200 maka sudah pasti diabetes melitus, tetapi bila 140-199 berarti toleransi glukosanya terganggu, dan apabila < 140 berarti glukosa darah puasa terganggu. Sementara untuk kelompok keluhan tidak ada dan hasil pemeriksaan kadar glukosa dalam darah pada gula darah puasa ( GDP )

lebih dari sama dengan 126 atau GDS >200 maka harus dilakukan opemeriksaan ulang GDS atau GDP dan bila hasilnya GDP > 126 atau GDS lebih dari sama dengan 200 sudah pasti diabetes melitus, tetapi bila pada pemeriksaan ulang ini GDP < 126 atau GDS < 200 perlu dilakukan pemeriksaan TTGO setelah opemeriksaan TTGO ini > 200 berarti sudah pasti diabetes melitus, tetapi bila 140-199 berarti toleransi glukosa terganggu, bila <140 maka glukosa darah puasa terganggu. Bila pada tanpa keluhan tadi hasil pemeriksaan GDP 100-125 atau GDS 140-199 maka dilakukan pemeriksaan TTGO apabila hasilnya >200 maka sudah pasti diabetes melitus, tetapi bila 140-199 berarti toleransi glukosanya terganggu, sementara apabila hasinya < 140 maka glukosa darah puasa terganggu. Sementara bila GDP <100 atau GDS < 140 berarti normal. Cara pelaksanaan TTGO ( WHO, 1994 ) : Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari hari ( dengan karbohidrat yang cukup ) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa. Berpuasa paling sedikit 8 jam ( mulai malam hari ) sebelum pemeriksaan minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan. Diperksa kadar glukosa darah puasa. Diberikan glikosa 75 gram ( orang dewasa ) atau 1,75 gram/kgBB ( anak anak ), dilarutkan dalam air 250 ml dan meminumnya dalam waktu 5 menit. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai. Diperiksa kadar gula darah 2 jam sesudah beban glukosa. Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok. ( Soegondo Sidartawan, 2009 )

Dikatakan pasti diabetes melitus bila kadar gula dalam darah sesudah puasa selama 8-10 jam lebih dari sama dengan 126mg/dl atau pada TTGO ( test toleransi glukosa oral ) kadar gula darah 2 jam sesudah minum 75 gram glukosa khusus lebih dari sama dengan 200mg/dl.

ABSTRAKSI
Nama : Betryk Mindola SMB NIM : 207210185 Judul : Penurunan Berat Badan Secara Drastis Skripsi Fakultas Kedokteran Kata kunci : Diabetes Melitus dapat Menurunkan Berat Badan Secara Drastis Penurunan berat badan secara drastis pada diabetes melitus terjadi karena kurang insulin dan kurang energi. Ketika tubuh tidak mendapatkan cukup energy dari bahan makanan yang mengandung gula karena kurang insulin, sehingga tubuh mengolah zat-zat lain yang dapat diubah menjadi energi seperti lemak dan protein. Bila berlangsung cukup lama maka berat badan dapat turun secara drastis dan tampak kurus. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui diabetes melitus itu dapat menurunkan berat badan secara drastis.

ABSTRACT
Keywords: Diabetes Mellitus can Lose Weight Drastically Drastic weight loss in diabetes mellitus occurs because less insulin and less energy. When the body does not get enough energy from food that contains sugar from lack of insulin, so the body process other substances that can be converted into energy as fat and protein. if it lasts long enough weight to drop dramatically, and looks skinny. This paper aims to find out that diabetes can lose weight drastically.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul PENURUNAN BERAT BADAN SECARA DRASTIS. Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan yang masih harus diperbaiki baik isi maupun bahasanya , untuk itu penulis mengharapkan masukan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi memperkaya skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberi bantuan baik langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan berbahagia ini penulis tidak lupa menghaturkan penghargaan dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat ibu dr. Christina J.R.E.L.Tobing, SpPD atas kesediaan beliau dengan sepenuh hati meluangkan waktu dan pikirannya kepada penulis . Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak Dr. Thomson P. Nadapdap, Ms, selaku rektor Universitas Methodist Indonesia . 2. Ibu dr. Christina J.R.E.L.Tobing,SpPD, selaku dosen pembimbing skripsi penulis. 3. Kepada orangtua yang tercinta atas segala dukungan yang diberikan baik moril maupun material ayahanda Selamat Jian Sembiring dan ibunda tercinta Bangkumuli Peranginnangin, Spd. 4. Kepada teman-teman sejawat yang telah mendukung memberi saran yang dapat membangun skripsi saya menjadi lebih baik lagi. Dalam kesempatan yang berbahagia ini secara khusus dengan hormat dan rasa sayang sedalam-dalamnya penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada kedua orang tua penulis ayahanda Selamat jian Sembiring tiada kata yang lebih indah untuk di ucapkan selain rasa haru dan terima kasih yang sebesar-besarnya hanya doa yang bisa penulis persembahkan semoga Tuhan

Yang Maha Esa yang selalu menyertai. Ibunda tercinta Bangkumuli Peranginnangin, Spd berkat pengorbanan kedua orang tua penulis baik moril dan materil serta kesabaran memberikan nasehat, dukungan semangat serta doa sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga besar yang telah memberikan motivasi dan semangat terutama saat penulis membutuhkannya. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

Medan, 24 Maret 2011 Penulis

Betryk Mindola SMB

UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA FAKULTAS KEDOKTERAN

Diabetes Melitus dapat Menurunkan Berat Badan Secara Drastis

Disusun Oleh :

Nama NIM Pembimbing

: : :

BETRYK MINDOLA SMB 207210185 dr. Christina J.R.E.L.Tobing, SpPD

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

MEDAN 2011

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama N.I.M. Jurusan Fakultas Judul Skripsi

: Betryk Mindola SMB : 207210185 : Kedokteran Umum : Kedokteran UMI Medan : Diabetes Melitus dapat Menurunkan Berat Badan secara Drastis

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Fakultas Kedokteran UMI Medan.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.

Penulis, 24 Maret 2011

( Betryk Mindola SMB )

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. Halaman Pernyataan......................................................................................... Halaman Pengesahan ....................................................................................... Abstraksi .......................................................................................................... Kata Pengantar ................................................................................................. Daftar Isi...........................................................................................................

i ii iii iv v vii

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................ 1 3 3 4

BAB 2

PEMBAHASAN 2.1. Kesulitan makan pada anak ................................................... 2.1.1. Pengertian.................................................................. 2.1.2. Epidemiologi ............................................................. 2.1.3. Penyebab kesulitan makan pada anak ....................... 5 5 5 7

BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan ........................................................................... 22 22

3.2.

Saran

...................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

25

Anda mungkin juga menyukai