Anda di halaman 1dari 12

A. Identitas Lembaga 1. Nama Lembag 2. Alamat : Rifka Annisa : Jln.

Jambon IV, Kompleks Jatimulyo Indah Yogyakarta 55242 Indonesia 3. No.Telp/Faks 4. Email 5. WEB 6. Sosial Media a. Facebook b. Twitter : Rifka Annisa WCC : @RAWCC : +62-274 -553333 (hunting) : rifka@rifka-annisa.org : //www.rifka-annisa.org

B. Sejarah Rifka Annisa yang berarti 'Teman Perempuan' adalah organisasi non pemerintah yang berkomitmen pada penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Didirikan pada 26 Agustus 1993, organisasi ini diinisiasi oleh beberapa aktivis perempuan: Suwarni Angesti Rahayu, Sri Kusyuniati, Latifah Iskandar, Desti Murdijana, Sitoresmi Prabuningrat dan Musrini Daruslan. Rifka Annisa hadir karena keprihatinan yang dalam pada kecenderungan budaya patriarki yang pada satu sisi memperkuat posisi laki-laki tetapi di sisi lain memperlemah posisi perempuan. Akibatnya, perempuan rentan mengalami kekerasan baik fisik, psikis, ekonomi, sosial, maupun seksual seperti pelecehan dan perkosaan. Adanya persoalan kekerasan berbasis gender yang muncul di masyarakat mendorong kami untuk melakukan kerja-kerja dalam rangka penghapusan kekerasan terhadap perempuan.

C. Visi Mewujudkan tatanan masyarakat yang adil gender yang tidak mentolerir kekerasan terhadap perempuan melalui prinsip keadilan sosial, kesadaran dan kepedulian, kemandirian, integritas yang baik dan memelihara kearifan lokal.

D. Misi Mengorganisir perempuan secara khusus dan masyarakat secara umum untuk menghapuskan kekerasan terhadap perempuan dan menciptakan masyarakat yang adil gender melalui pemberdayaan perempuan korban kekerasan, termasuk di dalamnya anakanak, lanjut usia, dan difabel, meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat melalui pendidikan kritis dan penguatan jaringan.

E. Program Rifka Annisa meyakini bahwa kekerasan terhadap perempuan terjadi karena adanya berbagai faktor yang saling mendukung. Rifka Annisa menggunakan kerangka kerja ekologis (ecological framework) untuk memahami penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Secara sederhana, kerangka kerja ekologis ini digambarkan sebagai 5 lingkaran konsentris yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Lingkaran yang paling dalam pada kerangka ekologis adalah riwayat biologis dan personal yang dibawa masing-masing individu ke dalam tingkah laku mereka dalam suatu hubungan. Lingkaran kedua merupakan konteks yang paling dekat di mana kekerasan acapkali terjadi, yaitu keluarga atau kenalan dan hubungan dekat lainnya. Lingkaran ketiga adalah institusi dan struktur sosial, baik formal maupun informal, di mana hubungan tertanam dalam bentuk pertetanggaan, di tempat kerja, jaringan sosial dan kelompok kemitraan. Lingkaran keempat adalah lingkungan ekonomi dan sosial, termasuk norma-norma budaya dan sistem hukum negara. Sedangkan lingkaran paling luar adalah lingkungan ekonomi dan sosial global, institusi dan struktur sosial global, jaringan global dan kelompok kemitraan bilateral atau global.

Kerangka kerja ekologis inilah yang menjadi landasan gerakan Rifka Annisa dalam upaya menghapuskan kekerasan terhadap perempuan dan mewujudkan tatanan sosial yang berkeadilan sosial gender (social-gender justice). Program-program Rifka Annisa dimaksudkan untuk melakukan intervensi pada setiap penyebab kekerasan terhadap perempuan serta ketidakadilan sosial-gender sebagaimana digambarkan oleh lima lingkaran konsentris dalam kerangka kerja ekologis tersebut, yaitu pada level individu, keluarga, komunitas hingga negara dan struktur global. Rifka Annisa menyadari bahwa ketidakadilan dan ketidak setaraan gender serta kekerasan terhadap perempuan merupakan persoalan sosial yang dihadapi oleh perempuan dan sekaligus laki-laki. Keduanya sama-sama tidak diuntungkan oleh situasi tersebut. Dalam sistem budaya patriarkhi, laki-laki akan lebih rentan menjadi pelaku, sedangkan perempuan rentan menjadi korban. Karenanya keadilan dan kesetaraan gender tidak bisa diwujudkan hanya dengan melibatkan perempuan saja. Pendekatan pemberdayaan yang hanya berfokus pada perempuan saja terbukti kurang efektif mana

kala tidak ada dukungan dari laki-laki, baik pada level keluarga, lingkungan maupun masyarakat secara lebih luas. Keadilan dan kesetaraan gender baru mungkin terjadi bila perempuan dan laki-laki bekerjasama untuk mewujudkan perubahan dimana laki-laki dan perempuan saling menguatkan, menghargai dan menghormati. Program-program dan kegiatan Rifka Annisa didesain berdasarkan perspektif ini, agar laki-laki dan perempuan saling bekerjasama untuk mewujudkan tatanan sosial yang berkeadilan sosial gender tanpa kekerasan terhadap perempuan.

1. Pendampingan Bagi Perempuan dan Konseling Perubahan Perilaku Laki-laki

Pendampingan dalam konteks ini adalah aktivitas baik secara hukum maupun secara psikologis yang dimulai dari level terkecil, yaitu individu. Pendampingan ini dilakukan dengan memperkuat dan memberdayakan korban baik secara psikologis, hukum maupun sosial, serta membekali klien dengan pengetahuan dan keterampilan agar terhindar dari situasi kekerasan. Pendampingan bias dilakukan melalui tatap muka, surat, surat elektronik, serta telepon. Pendampingan bagi perempuan korban kekerasan berbasis gender ber tujuan mengantarkan perempuan sampai tahap berdaya. Keberdayaan ditandai dengan kontrol diri dan tanggung jawab yang makin meningkat, keinginan untuk berubah, bahagia, menghargai diri sendiri, bersemangat, serta kemampuan mengontrol emosi. Selain itu juga terlihat adanya pemahaman akan situasi yang dihadapi, tidak menyalahkan diri sendiri, harga diri yang meningkat, dan keseimbangan emosi. Tanda lainnya, klien mampu menerima manfaat dari intervensi atau upaya-upaya yang dilakukan konselor. Klien perempuan yang sudah berdaya mempunyai andil dalam usaha pemutusan rantai kekerasan. Pasalnya, ia mempunyai penghargaan diri yang lebih baik, mengetahui kriteria pasangan yang baik sehingga muncul generasi baru yang tidak berhubungan dengan rantai kekerasan antargenerasi. Ia juga bisa mendidik generasi yang dilahirkannya untuk tidak meniru kekerasan dari pelaku, dan mengajarkan relasi setara kepada pasangan. Selain melakukan pendampingan pada klien perempuan, Rifka Annisa juga melakukan konseling perubahan perilaku bagi laki-laki dalam konteks kekerasan dalam

rumah tangga maupun kekerasan terhadap perempuan berbasis gender lainnya. Pemutusan rantai kekerasan akan lebih efektif apabila dilakukan oleh kedua pihak, baik korban maupun pelaku. Konseling bagi laki-laki ini dimaksudkan untuk meningkatkan tanggung jawab laki-laki terhadap tindakan yang dilakukannya, serta mentransformasikan cara pandang sikap dan perilaku laki-laki agar lebih adil gender, menghargai perempuan, supportive serta anti kekerasan. Oleh karena itu, perubahan perilaku pada pasangan turut membantu dalam upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Rifka Annisa percaya bahwa sebagaimana perilaku itu dibentuk melalui proses belajar dan pembiasaan, maka perilaku juga bisa diubah melalui proses belajar dan pembiasaan yang positif, diantaranya dengan mengajak laki-laki untuk memahami dirinya sendiri, berkomunikasi secara efektif, mengelola marah, membangun relasi intim dan setara, menjadi ayah (fathering), menghindari perilaku kekerasan, dan sikap-sikap positif lainnya. Kerja-kerja pendampingan tidak hanya terbatas konseling individual, tetapi juga menyiapkan sistem dukungan di lingkungan klien. Sistem dukungan adalah sebuah cara untuk melibatkan orang atau sekelompok orang di luar korban untuk mendukung proses pemberdayaan korban. Harapannya, sistem ini bisa bekerja secara mandiri sekaligus meningkatkan kepedulian masyarakat. Konselor hanya berperan melakukan monitoring dan sebagai tempat berkonsultasi. Berikut ini kerja-kerja yang berkaitan dengan pendampingan:

a. Konseling Psikologis Konseling psikologis adalah pendampingan bagi perempuan dan anak korban kekerasan dengan fokus pemulihan kondisi psikologis. b. Konsultasi dan pendampingan hukum Pendampingan ini diberikan kepada perempuan dan anak dalam penyelesaian masalah, khususnya proses hukum. Pada kasus-kasus pidana dilakukan

pendampingan langsung, sedangkan pada kasus perdata pendampingan yang dilakukan bersifat tidak langsung.

c. Rumah aman Rumah aman ditujukan untuk perempuan yang rentan mengalami kekerasan, atau perempuan korban kekerasan yang terancam keselamatannya, terlebih bagi klien yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga dan komunitas.

d. Layanan penjangkauan. Layanan ini berupa konseling dengan cara menjangkau klien yang tidak bisa mengakses layanan secara langsung di kantor Rifka Annisa.

e. Konseling perubahan perilaku untuk laki-laki. Klien laki-laki bisa datang dengan inisiatif sendiri atau berupa mandatory counseling oleh putusan pengadilan atau aparat penegak hukum dengan tujuan menghentikan atau mencegah perilaku kekerasan.

f. Kelompok dukungan atau Support group. Klien dikumpulkan untuk saling menguatkan dan mendukung satu sama lain untuk mendorong perubahan perilaku. Materi-materi untuk keperluan support group disesuaikan dengan karakteristik kelompok.

2. Penelitian dan Pelatihan Seiring berkembangnya isu penghapusan kekerasan terhadap perempuan, kebutuhan akan penguasaan, pengembangan wacana, dan keterampilan terkait isu tersebut semakin meningkat. Riset, fasilitasi riset, maupun pelatihan yang diadakan diharapkan dapat mendorong pengembangan kajian perempuan dan gender serta mampu menyediakan jawaban atas pemecahan masalah yang berhubungan dengan upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan yang semakin berkembang. Hal itulah yang mendasari adanya program khusus yang menangani riset dan pelatihan untuk pengembangan sumberdaya bagi penghapusan kekerasan terhadap perempuan yang menyediakan berbagai layanan dan kegiatan seperti:

a. Layanan konsultansi. Rifka Annisa menyediakan layanan konsultansi untuk beberapa program seperti kajian, penelitian, evaluasi atau penguatan kapasitas. Rifka Annisa memiliki kelompok ahli di berbagai bidang seperti gender, isu perempuan dan anak, advokasi dan pengorganisasian masyarakat. Program layanan ini memungkinkan Rifka Annisa untuk berbagi keahlian dengan organisasi-organisasi lain dan kelompok-kelompok masyarakat termasuk mengenai strategic planning, manajemen WCC, perencanaan, monitoring dan evaluasi, gender audit, dll.

b. Layanan fasilitasi. Permintaan fasilitasi datang dari berbagai instansi atau komunitas. Tema yang diajukan beragam, misal tentang pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan berbasis gender, sosialisasi gender, konseling, dan pelibatan laki-laki. Tema dan rincian kegiatan yang akan dilaksanakan dapat didiskusikan bersama sebelum kegiatan sehingga mendapatkan hasil yang optimal.

c. Program magang. Program magang terbuka untuk berbagai instansi atau individu yang tertarik untuk penelitian atau memperdalam pengetahuan yang terkait dengan studi perempuan, pusat krisis untuk korban perempuan, pengorganisasian masyarakat dan advokasi, maupun pelibatan laki-laki.

3. Penelitian dan fasilitasi penelitian. Program ini bertujuan mendukung gagasan-gagasan penghapusan kekerasan terhadap perempuan, termasuk mengenai pelibatan laki-laki dalam keadilan dan kesetaraan gender dengan penelitian tentang maskulinitas. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan diantaranya adalah mengenai monitoring implementasi Undang-undang Perlindungan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UUPKDRT) di tujuh provinsi (2007), penelitian berbasis populasi (survey) tentang kesehatan dan kekerasan dalam rumah tangga di Purworejo (2002) yang diterbitkan dengan judul Silence for the Sake of Harmony, penelitian tentang maskulinitas laki-laki jawa yang diterbitkan dengan judul

Menjadi Lakilaki (2007), penelitian berbasis populasi tentang kesehatan dan maskulinitas laki-laki di tiga kota (Purworejo, Jakarta, dan Jayapura) tahun 2012/2013.

4. Pembuatan modul. Modul merupakan panduan untuk melakukan aktivitas tertentu seperti konseling atau berbagai aktivitas lain terkait program-program yang mendukung gagasan-gagasan penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Beberapa contoh modul yang dihasilkan berupa modul konseling laki-laki dan perempuan, modul pelatihan pendamping sebaya, modul pendampingan buruh migran, modul advokasi, modul kegiatan diskusi 2 jam di komunitas tentang penyadaran gender untuk laki-laki, serta modul analisis gender.

5. Assistensi Teknis (tehnical assistance). Asistensi merupakan tindak lanjut dari pelatihan dan magang. Rifka Annisa membantu teman-teman di daerah lain untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat sebelumnya, seperti pendampingan kasusbaik hukum dan psikologinya, manajemen pusat krisis, serta manajemen administrasi atau keuangannya.

6. Pelatihan. Berbagai pelatihan dilakukan untuk berbagi keahlian dengan organisasi-organisasi lain dan kelompok-kelompok masyarakat dalam usaha penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Beberapa contoh pelatihan yang dilakukan adalah pelatihan gender, analisis gender, konseling untuk korban dan pelaku, advokasi, manajemen women crisis centre, training of trainer konselor laki-laki, pelatihan monitoring dan evaluasi klien yang mengalami kekerasan, serta pelatihan pendamping sebaya.

7. Pengorganisasian Masyarakat dan Advokasi Korban kekerasan umumnya berada di tengah-tengah masyarakat. Oleh sebab itu, upaya-upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan tak cukup hanya dilakukan oleh lembaga pusat krisis. Namun, masyarakat yang terdiri dari komunitas-komunitas

justru berperan penting dalam upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Mereka dapat menjadi motor penggerak utama yang efektif dalam isu tersebut. Komunitas atau kelompok-kelompok masyarakat yang peduli akan kesetaraan gender dan mengerti pentingnya penghapusan kekerasan terhadap perempuan akan melahirkan dampak positif yang luar biasa, termasuk dalam penanganan kasus, karena korban mendapatkan dukungan positif dari lingkungannya. Agar sebuah komunitas mampu menjadi penggerak dalam upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan, dibutuhkan kerja-kerja pengorganisasian dalam bentuk pendampingan komunitas. Pendampingan dilakukan dengan tujuan agar masyarakat dapat mempunyai kesadaran tentang kesetaraan gender serta kesadaran untuk tidak melakukan kekerasan terhadap perempuan. Kelompok yang selama ini didampingi yaitu Paguyuban Bangun Tresno di Dusun Kadisoro, Gilangharjo, Pandak, Bantul serta Kelompok Sida Rukun di Dusun Klisat, Srihardono, Pundong, Bantul. Kelompok-kelompok tersebut aktif mengadakan diskusi, pendampingan kasus, kampanye budaya dan pelatihan-pelatihan. Pada taraf lanjut, komunitas-komunitas dampingan diharapkan bisa menjadi pusat krisis berbasis komunitas yang mampu menyelesaikan persoalan-persoalan terkait kasus kekerasan terhadap perempuan di wilayahnya. Contoh pusat krisis berbasis komunitas atau community based crisis center (CBCC) dampingan Rifka Annisa adalah Kelompok Mudi Lestarining Budi, Playen, Gunungkidul serta Huriya Maisya, Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta. Mereka melakukan monitoring, pencegahan, serta mampu melakukan penanganan awal pada perempuan korban. Rifka Annisa berperan sebagai pendamping yang melakukan capacity building serta membantu membangun jaringan antara kelompok CBCC dengan lembaga terkait, misal dengan puskesmas serta kepolisian setempat. Selain bergerak dalam persoalan-persoalan yang terjadi di lingkungan masyarakat, pengorganisasian masyarakat juga dibutuhkan dalam tataran kebijakan yang berhubungan dengan kerja advokasi. Advokasi merupakan upaya guna mendorong munculnya suatu kebijakan atau merubah kebijakan yang ada. Pengorganisasian dibutuhkan untuk mengorganisir kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan

langsung terhadap kebijakan yang sedang diadvokasi, sehingga mendukung jalannya kerja advokasi itu sendiri. Contoh kerja advokasi yang dilakukan adalah adanya inisiasi layanan tripartit antara rumah sakit, Kepolisian dan Rifka Annisa pada 1999 yang merupakan cikal bakal lahirnya layanan terpadu bagi korban kekerasan; berhasil disahkannya Undang-undang Perlindungan Kekerasan Dalam Rumah Tangga; Peraturan Walikota No 62 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pelayanan terpadu bagi korban kekerasan berbasis gender dan trafficking; Revisi Buku Petunjuk Teknis dan Administrasi bagi Hakim Peradilan Agama; serta Peraturan Daerah No. 25 Tahun 2012 tentang Perlindungan Perempuan dan Anak korban Kekerasan di Gunungkidul. Dalam melakukan advokasi kami berjejaring dengan organisasi yang lain seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM), Pemerintah, masyarakat, universitas dan lembaga lainnya yang terkait. Selain itu kami juga melakukan kampanye tentang pentingnya disahkannya RUU tersebut dengan melakukan aksi bersama. Setelah upaya tujuh tahun lamanya, undang-undang tersebut berhasil di sahkan.

8. Kampanye Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan

Kampanye bertujuan untuk melakukan penyadaran baik bagi kelompok perempuan maupun laki-laki. Di sisi perempuan, isi kampanye difokuskan pada dalam pemahaman hak-hak korban, sedangkan dari sisi laki-laki diutamakan tentang maskulinitas dan kesadaran untuk peduli dalam upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Media kampanye yang digunakan beragam, baik cetak maupun elektronik mulai dari leaflet, buklet poster, film, radio serta televisi. Media tersebut digunakan dengan tujuan sebagai penyadaran kritis bagi masyarakat sehingga pada akhirnya mereka dapat ikut terlibat dalam upaya-upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Berikut ini bentuk-bentuk kampanye yang dilakukan Rifka Annisa:

9. Rifka Goes to School & Campus. Program sosialisasi yang rutin dilakukan tiap bulan ini bertujuan mengenalkan materi-materi dasar yang berkaitan dengan isu gender. Tujuannya, peserta didik dapat mengenali, mencegah, serta mengerti langkah-langkah yang dilakukan apabila terdapat peristiwa kekerasan. Permintaan sosialisasi berasal dari sekolah atau inisiatif dari lembaga.

10. Siaran Radio dan Televisi. Televisi dan radio merupakan media yang akrab dan efektif menjangkau masyarakat, sehingga merupakan salah satu media yang strategis untuk mengampanyekan isu-isu anti kekerasan terhadap perempuan.

11. Rifka Media. Rifka media merupakan majalah yang digunakan sebagai media pembelajaran dan sumber rujukan untuk isu-isu gender dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Majalah yang sudah ada sejak 1998 itu terbit tiga bulan sekali.

12. Laman dan Media Sosial. Adanya media yang setiap saat bisa diakses penting untuk memperluas jangkauan informasi. Salah satu caranya adalah melalui sistem daring, seperti laman (website), blog, akun facebook dan twitter. Informasi-informasi terkait kegiatan, isu gender, dan upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan senantiasa disebarluaskan dan diperbarui lewat media tersebut.

13. Kertas Posisi atau Policy Brief. Divisi ini juga gemar menjalin jaringan kerja serta bekerja dengan media massa untuk meluaskan isu-isu penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Oleh sebab itu, secara berkala dikeluarkan sikap yang diambil Rifka Annisa yang berangkat dari kasuskasus yang menjadi sorotan publik. Kasus tersebut diulas secara mendalam dalam bentuk policy brief.

14. Rilis Media. Rilis berangkat dari kegiatan yang sedang diadakan Rifka Annisa. Rilis yang juga ditujukan untuk media itu berisi tentang latar belakang, gambaran atau detail kegiatan.

15. Peringatan Acara yang Berkaitan dengan Isu-isu Perempuan. Pada Hari Perempuan Internasional, Hari Kartini, Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Rifka Annisa kerap mengadakan berbagai acara. Tujuannya, meningkatkan perhatian masyarakat untuk terlibat dalam upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan, sekaligus memperkenalkan layanan Rifka Annisa secara lebih luas kepada masyarakat.

16. Diskusi Rutin Media. Diskusi yang dilakukan secara rutin berguna untuk menambah wacana tentang penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Acara ini mengundang pembicara dari luar maupun dalam Rifka Annisa dan terbuka untuk umum.

17. Penerimaan Kunjungan Tamu. Sebagai Pusat Krisis Perempuan yang pertama, Rifka Annisa banyak dirujuk sebagai tujuan kunjungan, baik dari instansi, institusi pendidikan baik dalam maupun luar negeri. Kunjungan tersebut diisi dengan materi-materi tentang manajemen Pusat Krisis, upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan, serta kerja-kerja yang dijalankan Rifka Annisa.

18. Rannisakustik. Rannisakustik merupakan komunitas musik yang berkampanye dengan

menyebarkan isu penghapusan kekerasan terhadap perempuan berbasis gender. Grup ini telah melakukan berbagai pementasan, workshop pembuatan lagu, serta rutin mengisi di acara Rifka Goes to School.

Anda mungkin juga menyukai