Anda di halaman 1dari 2

Dukungan Psikologis Bagi Penyintas Kekerasan Seksual

Saat ini, kasus kekerasan seksual memang sudah tak asing bagi masyarakat Indonesia.
Kekerasan seksual terjadi tak mengenal usia dan tempat, termasuk di lingkungan perguruan
tinggi. Bahkan berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh Komnas Perempuan pada tahun
2021, korban pelecehan seksual didominasi oleh perempuan dengan rentang usia 18-24 tahun
yang dimana kebanyakan sedang menempuh jenjang pendidikan perguruan tinggi. Sebagai
mahasiswa, sudah sepatutnya untuk berpartisipasi dalam membantu para penyintas kekerasan
seksual serta membantu melakukan langkah pencegahan agar hal tersebut tak terjadi lagi.
Sangat penting bagi kita untuk mengetahui dan memahani peran dan fungsi mahasiswa. Peran
tersebut yaitu, “Moral Force” atau penguat moral yang berarti mahasiswa dinilai harus
mengetahui dan mampu menerapkan moral yang baik. Mahasiswa harus bisa menjadi contoh
atau panutan bagi masyarakat. Selain itu, mahasiswa memiliki peran “Social Control” yang
berarti mahasiswa sebagai pengontrol kehidupan sosial. Setelah mengetahui peran-peran
tersebut, mahasiswa diharapkan mampu mengimplementasikannya sehingga dapat
mewujudkan kampus yang bebas dari kekerasan seksual.
Definisi dari kekerasan seksual itu sendiri adalah perilaku menyerang tubuh atau secara
spesifik menyerang bagian reproduksi seseorang, merendahkan hingga menghina dengan
konotasi seksual, baik secara fisik maupun nonfisik. Lalu berdasarkan jenisnya, sexual
harassment dilakukan secara: fisik, nonfisik, verbal dan daring. Menurut Komnas Perempuan,
ada 15 bentuk perilaku kekerasan seksual beberapa diantaranya adalah perkosaan, ancaman
seksual, prostitusi paksa, pelecehan seksual, perkawinan paksa, diskriminasi dengan unsur
seksual dan dalih moralitas agama dan beberapa bentuk lainnya. Usikan seksual yang banyak
dihadapi pada masa kini yaitu perilaku merayu dan menggoda untuk memenuhi hasrat sang
pelaku.
Akibat yang dirasakan korban pelaku sexual harassment tidak sekedar mengenai masalah
fisik, melainkan juga berdampak pada kondisi psikologisnya. Gangguan psikologis yang
dialami yaitu gangguan emosional (mood) yang memburuk, gangguan perilaku (adanya
kesimpangan) dan gangguan kognisi. Perilaku individu korban kekerasan seksual cenderung
tertutup dan agresif. Mereka menjadi tidak percaya diri, sulit bersosialisasi, membenci dirinya
sendiri hingga mengarah ke perilaku self harm dan bahkan bisa sampai menimbulkan
keinginan untuk mengakhiri hidup. Dampak yang para korban rasakan bukanlah hal yang
bisa diremehkan. Kita perlu memberikan pendampingan dan dukungan untuk kesehatan
mental korban dengan menciptakan “ruang aman” bagi mereka. Kita juga perlu melakukan
pencegahan agar hal tersebut tidak terjadi lagi. Salah satu caranya adalah dengan
mencontohkan perilaku moral yang baik di lingkungan sekitar kita baik secara langsung
maupun dalam lingkup daring, memberikan pendampingan secara langsung dengan menjadi
pendengar yang baik bagi korban dan menemaninya ke psikolog atau psikiater. Selain itu
peran “Social Control” dapat kita implementasikan dengan meningkatkan awareness
masyarakat mengenai kejahatan seksual dan meningkatkan kepedulian terhadap para
korbannya.
Maka dari itu, memang sangat diperlukan adanya tindakan nyata perihal bantuan psikologis
bagi para penyintas kekerasan seksual. Pendampingan psikologis dapat dilakukan lebih
mendalam oleh para ahli agar tidak tercipta trauma berkepanjangan dan kita sebagai orang
awam juga bisa membantu mendampingi serta selalu menjadi garda terdepan dalam
memberikan dukungan kepada mereka.

Daftar Pustaka

Anindya, A., Dewi, Y., & Oentari, Z. D. (2020). Dampak Psikologis dan Upaya
Penanggulangan Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan. Terapan Informatika Nusantara,
138-139.
Deviana, J. (2023, Maret 31). Pencegahan kekerasan Seksual. Artikel DJKN.
Maulana, A. (2022, April 22). Ini Pendampingan yang Dilakukan Unpad terhadap Penyintas
Kekerasan Seksual. Berita Kampus.
Pranita, E. (2022, Desember 27). 15 Jenis Kekerasan Seksual Menurut Komnas Perempuan.
(B. K. Dewi, Ed.) Kompas Sains.
Prastiwi, M. (2023, Agustus 9). Ini 5 Peran Mahasiswa dalam Masyarakat, Calon Maba Cek.
(D. Ihsan, Ed.)

Anda mungkin juga menyukai