Pekan ini saya mengadakan praktikum Uji kandungan boraks pada bahan makanan di kelas 6. Praktikum yang dilakukan untuk menunjang materi yang sedang dipelajari, yaitu tentang pengawetan bahan makanan. Setelah mencari-cari dan bertanya-tanya mengenai informasi tentang cara uji kandungan boraks yang sederhana, maka diketemukanlah uji kandungan boraks dengan menggunakan kunyit. Karena kunyit memiliki senyawa yang dapat bereaksi dengan boraks. Berikut alat dan bahan, serta langkah kerja uji kandungan boraks dengan menggunakan kunyit.
Alat dan bahan yang dibutuhkan: Kertas saring, air kunyit, boraks, pipet tetes, gelas plastik, cobek+ulekan, dan bahan-bahan makanan yang akan diuji coba, seperti bakso, tahu, sosis, mie basah, dan lainnya.
Langkah kerja: Buat kertas indikator dengan cara mencelupkan kertas saring ke dalam air kunyit, lalu diangin-anginkan sampai kering. Inilah yang akan menjadi kertas indikator ada kandungan borak atau tidak pada bahan makanan Pre-test: dengan menggunakan pipet, teteskan air pada kertas indikator, maka tidak akan terjadi perubahan warna. Lalu larutkan sedikit borak pada air, kemudian teteskan pada kertas saring maka akan terjadi perubahan warna menjadi merah kecoklatan pada kertas indikator. Warna merah kecoklatan inilah yang akan menjadi indikator adanya kandungan boraks. Selanjutnya, lumatkan salah satu bahan makanan (misalnya tahu) dengan menggunakan cobek dan ulekan sampai halus dan beri sedikit air. Setelah itu, masukkan ke dalam gelas plastik. Lalu, letakkan potongan kertas indicator ke dalam gelas sehingga mengenai bahan makanan yang sedang diuji. Perhatikan apakah terjadi perubahan warna pada kertas indikator atau tidak. Apabila terjadi perubahan warna pada kertas indikator, berarti bahan makanan yang diuji mengandung boraks. Bila tidak terjadi perubahan warna, maka insyaalloh bahan makanan tersebut tidak mengandung boraks dan aman untuk dikonsumsi. Lanjutkan dengan menguji bahan makanan lainnya (misalnya sosis dan bakso). Tapi, perlu diperhatikan, sebelum memulai proses pelumatan bahan makanan dengan menggunakan cobek+ulekan, maka cobek+ulekan yang telah digunakan untuk bahan makanan yang sebelumnya harus dicuci bersih terlebih dahulu agar tidak terjadi kontaminasi silang antara dengan bahan makanan berikutnya.
Judul : Pemeriksaan Formalin Tujuan : Untuk mengetahui formalin pada sampel makanan
Alat : 1. Labu Kjeldahl 7. Neraca analitik 2. Pendingin 8. Tabung reaksi 3. Destilation set 9. Selang 4. Alu dan Mortil 10. Gelas ukur 5. Pipet ukur 11. Kompor listrik 6. Balb 12. Erlenmeyer Bahan : 1. Sampel (mie ayam) 4. Aquadest 2. Asam Fosfat (H3PO4) 5. Air kran 3. Larutan asam kromatofat
Cara Kerja : 1. Timbang 100 gr sampel (mie) ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan neraca analitik 2. Haluskan (tumbuk) sampel dengan alu dan mortil 3. Tambahkan 100 ml aquadest hingga sampel menjadi cair/encer 4. Masukkan sampel ke dalam labu kjeldahl, lalu tambahkan 1 ml asam fosfat (H3PO4) 5. Hubungkan labu kjeldahl dengan pendingin yang dipakai untuk destilasi. Pendingin dihubungkan dengan selang yang berhubungan dengan kran untuk memasukkan air dan selang pada ujung satunya untuk keluarnya air. Pada ujung keluarnya air hasil destilasi diberi erlenmeyer. 6. Nyalakan air kran kemudian nyalakan kompor listrik 7. Secara perlahan sampel didestilasi sehingga diperoleh destilat sebanyak 10 ml. 8. Masukkan 5 ml asam khormatofat ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan 1 ml destilat 9. Campur larutan tersebut sampai homogen 10. Amati perubahan warna yang terjadi, apabila berubah warna menjadi ungu berarti sampel positif formalin. Apabila belum berubah warna menjadi ungu, masukkan ke dalam pemanas yang mendidih selama 15 menit. Amati kembali perubahan warna yang terjadi, apabila sampel berubah warna menjadi ungu, berarti sampel positif formalin.
Hasil Pemeriksaan : Dari pengamatan sampel makanan mie produk X, terjadi perubahan warna sampel menjadi ungu pekat, sehingga sampel positif mengandung formalin.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, sampel makanan mie produk X mengandung formalin, dengan kadar formalin yang tinggi karena warna ungu pekat. Judul : Pemeriksaan Asam Salisilat Pada Saos Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya Asam salisilat pada saos tomat
Alat dan Bahan : 1. Corong pisah 8. Kompor 2. Gelas ukur 25 ml 9. Pipet tetes 3. Pipet ukur 10. Sampel Saos tomat Del monte 50 gr 4. Beaker glass 11. Aquadest 5. Erlenmeyer 12. Hcl (1 : 3) 6. Statif 13. Larutan Fecl3 7. Cruistang 14. Eter
Cara Kerja : 1. Timbang 50 gr sampel ke dalam erlenmeyer dengan menggunkan neraca analitik. 2. Masukkan sampel ke dalam corong pisah. 3. Tambahkan 5 ml Hcl (1 : 3) ke dalam corong pisah. 4. Tambahkan 25 ml ether ke dalam corong pisah, lalu homogenkan sampai kedua lapisan memisah 5. keluarkan endapan sampel yang diperiksa dari corong pisah. 6. Cuci dan tambahkan 5 ml aquadest sampai dengan lapisan atas bening/bersih. 7. Bila sudah bersih, pindahkan cairan hasil ekstrasi ke dalam erlenmeyer. 8. Uapkan cairan dalam erlenmeyer diatas penangas air (dalam beaker glass yang berisi air yang 9. sudah dihangatkan dengan panas 40-50C selama 15 menit). 10. Bila sudah terjadi residu, tambahkan 1 tetes larutan Fecl3 6,5%. 11. Amati perubahan warna yang terjadi, apabila berubah warna menjadi ungu/violet berarti sampel dinyatakan positif Asam Salisilat.
Hasil Pemeriksaan : sampel saos, positif Asam salisilat karena terjadi perubahan warna mejadi warna pink. Kesimpulan : Dari hasil pengamatan pada sampel saos tomat Del M terjadi perubahan warna menjadi warna pink, sehingga sampel mengandung Asam Salisilat walaupun dengan kadar yang rendah. Judul : Pemeriksaan merkuri pada kosmetik Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya merkuri pada kosmetik
Alat : 1. Batang Pengaduk 2. Api Bunsen 3. Pinset 4. Balb 5. Pipet 6. Erlenmeyer/Gelas ukur
Bahan : 1. Kawat tembaga 2. Bedak Pixy 3. Amplas 4. Aquadest 50 ml 5. HCl pekat 20 ml
Cara kerja : 1. Potong kawat tembaga sepanjang 7 cm. 2. Ujung kawat tembaga di amplas hingga warna tembaga berubah. 3. Timbang 50 gr sampel (seadanya). 4. Masukkan ke dalam erlenmeyer 20 ml. 5. Tambahkan 50 ml aquadest, lalu tambahkan 20 ml HCl pekat. 6. Kawat tembaga yang sudah di amplas celupkan ke dalam cairan/larutan. 7. Bakar kawat tembaga, jika ada warna perak pada api berarti sampel positif merkuri.
Hasil Pemeriksaan : Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, dari sampel bedak X terdapat warna hiaju pada api, tidak ada warna perak pada nyala api, sehingga bedak X negatif merkuri.
Kesimpulan : Berdasarkan pemeriksaan merkuri yang kami lakukan, tidak terdapat kandungan merkuri pada sampel bedak X, karena warna api hijau, tidak berwarna perak. Judul : Pemeriksaan Asam Cyanida Pada Singkong Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya cyanida pada singkong
Alat dan Bahan : 1. Tabung reaksi 6. Kertas uji asam pikrat 2. Neraca analitik 7. Asam tartat 10% 3. Gelas ukur 8. Larutan natrium karbonat jenuh 4. Pipet tetes 9. Aquadest 5. Waterbath 10. Sampel
Cara Kerja : 1. Buatlah larutan jenuh asam pikrat dalam petridish. 2. Buat potongan kertas saring kemudian celupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, lalu keringkan. 3. Buatlah larutan asam tartat 10% (10 gr asam tartat dalam 100 ml aquadest). 4. Timbang 100 mg sampel (singkong), masukkan ke dalam tabung reaksi. 5. Tambahkan 10 ml asam tartat 10%, dan letakkan kertas uji asam pikrat yang sudah kering diatas tabung reaksi. 6. Tetesi kertas uji dengan natrium karbonat jenuh sebanyak 1 tetes. 7. Hangatkan tabung reaksi diatas waterbath atau beaker glass berisi air yang sudah dihangatkan pada suhu 40-50C selama 15 menit. 8. Amati perubahan warna yang terjadi. Jika pada kertas uji terbentuk warna merah muda, maka sampel positif cyanida.
Hasil Pemeriksaan : Singkong yang diambil dari Pasar X negatif mengandung cyanida karena pada kertas uji asam pikrat tidak terbentuk warna merah muda.
Kesimpulan : Dari hasil pemeriksaan pada sampel singkong yang diambil dari pasar X tidak mengandung cyanida, karena pada kertas uji asam pikrat tidak terbentuk warna merah muda. Titrasi Asam-Basa
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Jika larutan bakunya asam disebut asidimetri dan jika larutan bakunya basa disebut alkalimetri.
Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan : N = Normalitas V = Volume M = Molaritas n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH (pada basa)
Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu :
1. Asam kuat - Basa kuat
2. Asam kuat - Basa lemah
3. Asam lemah - Basa kuat
4. Asam kuat - Garam dari asam lemah
5. Basa kuat - Garam dari basa lemah Cara Melakukan Titrasi Asam Basa
1. Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku dimasukkan ke dalam buret yang telah ditera
2. Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah (gelas kimia atau erlenmeyer).Ditempatkan tepat dibawah buret berisi titran
3. Tambahkan indikator yang sesuai pada titrat, misalnya, indikator fenoftalien
4. Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri tegak, wadah titrat tepat dibawah ujung buret, dan tempatkan sehelai kertas putih atau tissu putih di bawah wadah titrat
5. Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan sedikit demi sedikit) sampai larutan di dalam gelas kimia menunjukkan perubahan warna dan diperoleh titik akhir titrasi. Hentikan titrasi !
Indikator Asam Basa
>> Indikator asam basa adalah asam lemah atau basa lemah (senyawa organik) yang dalam larutannya warna molekul-molekulnya berbeda dengan warna ion-ionnya
>> Zat indikator dapat berupa asam atau basa yang larut, stabil, dan menunjukkan perubahan warna yang kuat.
>> Indikator asam-basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH
Beberapa indikator asam basa
Indikator Perubahan warna Pelarut
Asam Basa
Thimol biru Merah Kuning Air
Metil kuning Merah Kuning Etanol 90%
Metil jingga Merah Kuning-jingga Air
Metil merah Merah Kuning Air
Bromtimol biru Kuning Biru Air
Fenolftalein Tak berwarna Merah-ungu Etanol 70%
thimolftalein Tak berwarna biru Etanol 90% CARA MELAKUKAN TITRASI HOME Untuk melakukan titrasi, kita harus menyiapkan terlebih dahulu peralatan yang dibutuhkan.
Selain itu, kita juga harus menyiapkan larutan baku, yaitu larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya. Di laboratorium, konsentrasi larutan baku biasanya sangat pekat. Untuk menghemat penggunaan, larutan baku dapat diencerkan dengan cara penambahan aquades dengan volume tertentu.
Larutan baku yang konsentrasinya telah diketahui biasanya ditempatkan dalm buret, dan disebut larutan penitrasi. Konsentrasi larutan penitrasi harus sudah diketahui. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya, ditempatkan dalam labu titrasi, dan disebut larutan yang dititrasi. Volume larutan yang akan dititrasi harus sudah diketahui.
Selanjutnya, ke dalam larutan yang akan dititrasi diteteskan indikator asam-basa. Penempatan larutan dalam buret dan labu titrasi boleh ditukar. Larutan baku boleh dijadikan larutan penitrasi dan boleh juga dijadikan larutan yang akan dititrasi.
Teteskan larutan penitrasi perlahan-lahan ke dalam larutan yang akan dititrasi. Penetesan dihentikan jika sudah tercapai titik akhir titrasi, yaitu saat zat dalam larutan yang dititrasi tepat habis bereaksi dengan zat dalam larutan penitrasi. Titik akhir titrasi diketahui dari perubahan warna larutan indikator. Tepat pada saat seluruh zat habis bereaksi, larutan indicator segeraberubah warna, dan pada saat inilah penetesan dari buret harus segera dihentikan.