Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENGANTAR PEMANFAATAN BATUBARA


PENGHILANGAN PENGGOTOR BATUBARA (COAL BENEFICATION)

Oleh:
KELOMPOK III
1. Edi Setiawan (1102405/2011)
2. Fajria An-najmi (1102402/2011)
3. James Andreas Manurung (1106897/2011)
4. Reynold Montana Pardosi (110332/2011)

Dosen Mata Kuliah: Dr. Rijal Abdullah, S.T, M.T

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya tim penyusun dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
Penghilangan Pengotor Batubara (Coal Benefication) sebagai salah satu syarat
memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Pemanfaatan Batubara pada Prodi S1
Teknik Pertambangan, Universitas Negeri Padang.
Pada kesempatan ini tim penyusun juga ingin menyampaikan rasa terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta
dukungan baik secara moril maupun material.
Segenap tim penyusun dengan segala keterbatasannya menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu tim
penyusun menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, tim penyusun berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebaik-baiknya.

Padang, September 2014

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah......................................................................................... 2
C. Batasan Masalah .............................................................................................. 2
D. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
E. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
F. Manfaat Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Batubara dan Persebarannya di Indonesia ....................................................... 4
B. Pengotor dalam Batubara (Impurities in Coal) ................................................ 5
C. Coal Benefication dan Tahapannya ................................................................. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 19
B. Saran ............................................................................................................ 200
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 191

ii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Batubara Sub-bitumen Indonesia .......................................................... 4
Gambar 2. Distribution of Indonesia Coal (Geological Agency, 2010) ................. 5
Gambar 3. Skema Komposisi Batubara (Ward, 1984) ............................................ 5
Gambar 4. Mineral Matter (Pirit Kristalin) Tersebar dan Menyatu dalam Maseral
Batubara ............................................................................................... 6
Gambar 5. Coal Benefication Chain ....................................................................... 8
Gambar 6. Jaw Crusher .......................................................................................... 9
Gambar 7. Gyratory Cone Crusher ....................................................................... 10
Gambar 8. Stationary Screen ................................................................................ 10
Gambar 9. Moving Grizzly .................................................................................... 11
Gambar 10. Jig Washing ....................................................................................... 12
Gambar 11. Jig Tampak Samping pada Saat Suction ........................................... 13
Gambar 12. Jig Tampak Samping Saat Pultion .................................................... 13
Gambar 13. Dense Medium Separator .................................................................. 14
Gambar 14. Dense Medium Bath .......................................................................... 15
Gambar 15. Skema Cyclone .................................................................................. 15
Gambar 16. Skema dan Cara Kerja Dense Medium Cyclone................................ 16
Gambar 17. Skema Alat Flotation ........................................................................ 17
Gambar 18. Dryer Machine .................................................................................. 18

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan dan Jenis Alat Prymary serta Secondary Crushing ................. 9

iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batubara adalah satu endapan sedimen tersusun atas unsur karbon (C),
hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), dan sulfur (S). Dalam proses
pembentukannya batubara diselipi batuan yang mengandung mineral. Bersama
dengan moisture, mineral ini merupakan pengotor bagi batubara sehingga
dalam pemanfaatannya, kandungan kedua materi ini sangat berpengaruh. Dari
ketiga jenis pemanfaatan batubara, yaitu sebagai pembuat kokas, bahan bakar,
dan batubara konversi, pengotor ini harus diperhitungkan dan diupayakan
untuk dihilangkan karena semakin tinggi kandungan pengotor, maka semakin
rendah kandungan karbon, dan semakin rendah pula nilai panas (kalori)
batubara tersebut.
Proses penghilangan pengotor dalam batubara ini disebut pencucian
batubara (coal benefication atau coal preparation). Prinsip pencucian batubara
adalah memisahkan fraksi batubara yang mengandung ash tinggi (density-nya
tinggi) dari fraksi batubara yang mengandung ash rendah (density-nya relatif
kecil). Teknik atau cara pencucian dipilih terutama dipengaruhi oleh ukuran
fraksi batubara hasil penggerusan dengan crusher dan kandungan pengotor
dalam batubara itu sendiri. Batubara ukuran 0,5 mm sampai 30 mm biasanya
dibersihkan dengan cara dense medium separation, ukuran yang lebih kecil
dari 0,5 mm dibersihkan dengan cara froth floatation dan cyclone. Untuk
rentang ukuran fraksi yang lebih luas dapat dipakai jig washing, cara pencucian
yang paling tua, murah dan paling banyak dipakai. Batubara hasil pencucian
ini disebut washed coal atau clean coal.
Pencucian batubara penting selain sebagai upaya meningkatkan nilai
kalor batubara yang berimbas pada peningkatan harga jual, juga penting untuk
menurunkan biaya transportasi, memperkecil persoalan gas buangan, dan
menjadikan sifat kimia dan fisika batubara lebih homogen.

2
B. Identifikasi Masalah
Memberikan pemahaman yang baik mengenai teknik-teknik dan proses
dalam coal benefication penting dilakukan bagi seorang calon engineer
tambang. Pemahaman menyeluruh mengenai coal benefication sebagai upaya
peningkatan mutu dan harga jual batubara diharapkan akan memberi
kontribusi terhadap pertambangan batubara di Indonesia dan akhirnya turut
berkontribusi terhadap kemajuan pembangunan Indonesia.
C. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, biaya, dan kemampuan tim penyusun, maka
selanjutnya masalah yang akan dibahas terbatas mengenai coal benefication
sebagai upaya peningkatan mutu dan harga jual batubara.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini diajukan dalam bentuk
pertanyaan (questions) sebagai berikut:
1. Apa itu batubara? Bagaimana persebaran batubara di Indonesia?
2. Apa itu coal impurities? Bagaimana coal impurities terbentuk? Bagaimana
pengaruh coal impurities terhadap kualitas batubara?
3. Apa itu coal benefication? Seberapa perlu coal benefication dilakukan?
Bagaimana coal benefication dilakukan?
E. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi Tugas Mata
Kuliah Pengantar Pemanfaatan Batubara dengan dosen pengampu Bpk. Dr.
Rijal Abdullah, S.T, M.T disamping dalam upaya pembelajaran dan
pengenalan mengenai coal benefication secara lebih mendalam.
F. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Praktis
Bagi tim penyusun, seluruh rangkaian kegiatan penyusunan makalah
diharapkan dapat memantapkan pemahaman mengenai teknik-teknik dan
proses dalam coal benefication.

3
2. Manfaat Akademis
Bagi civitas akademika Universitas Negeri Padang, khususnya di
Teknik Pertambangan, makalah ini diharapkan dapat menjadi dokumen
yang berguna untuk dijadikan acuan pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Batubara dan Persebarannya di Indonesia
Istilah batubara merupakan hasil terjemahan dari coal. Disebut batubara
karena dapat dibakar seperti halnya arang kayu (charcoal). Menurut Elliot
(1981), batubara ialah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah
heterogen yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen
sebagai unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat
lain, yaitu senyawa anorganik pembentuk ash tersebar sebagai partikel zat
mineral terpisah-pisah di seluruh senyawa batubara. Beberapa jenis batubara
meleleh dan menjadi plastis apabila dipanaskan, tetapi meninggalkan suatu
residu yang disebut kokas. Batubara dapat dibakar untuk membangkitkan uap
dan dikarbonisasikan untuk membuat bahan bakar cair atau dihidrogenasikan
untuk membuat metan. Gas sistetis atau bahan bakar berupa gas dapat
diproduksi sebagai produk utama dengan jalan gasifikasi sempurna dari
batubara dengan oksigen dan uap atau udara dan uap.

Gambar 1. Batubara Sub-bitumen Indonesia


Batubara Indonesia umumnya berada pada perbatasan batubara subbitumen dan bitumen berumur Tersier atau bahkan Tersier muda. Sampai
tahun 2010, dari hasil eksplorasi beberapa lembaga pemerintah dan kontraktor
tambang batubara telah diketahui bahwa sumber daya batubara Indonesia
jumlahnya sekitar 105.187 miliar ton dengan total cadangan 21.131 miliar ton.
Penyebaran batubara Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Distribution of Indonesia Coal (Geological Agency, 2010)


B. Pengotor dalam Batubara (Impurities in Coal)
Di samping unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, belerang, dan
nitrogen, di dalam batubara ditemukan pula unsur-unsur logam yang berasal
dari pengotor batubara, yaitu lapisan batuan yang terisisip dan terperangkap
di antara lapisan batubara.
Secara kimia, batubara tersusun atas tiga komponen utama, yaitu:
1. Air yang terikat secara fisika, dapat dihilangkan pada suhu sampai 105 oC
disebut moisture.
2. Senyawa batubara atau coal substance atau coal matter, yaitu senyawa
organik yang terutama terdiri atas atom karbon, hidrogen, oksigen, sulfur,
dan nitrogen.
3. Zat mineral atau mineral matter, yaitu senyawa anorganik yang merupakan
pengotor dalam batubara.

Gambar 3. Skema Komposisi Batubara (Ward, 1984)

Gambar 4. Mineral Matter (Pirit Kristalin) Tersebar dan Menyatu dalam


Maseral Batubara (Dok. Komang Anggayana & Agus Haris W.)
Keberadaan moisture dan mineral matter dalam batubara menurunkan
nilai fixed carbon sehingga menurunkan nilai kalor batubara. Oleh sebab itu,
moisture dan mineral matter perlu diminimalisir melalui proses coal
benefication.
1. Moisture
Dalam batubara, moisture paling sedikitnya terdiri atas satu senyawa
tunggal. Wujudnya dapat berbentuk air yang mengalir dengan cepat,
senyawa teradsorpsi, atau senyawa yang terikat secara kimia.
Moisture didefinisikan sebagai air yang dapat dihilangkan bila
batubara dipanaskan sampai 105 oC. Di dalam standar ASTM, moisture
terbagi atas moisture bawaan (inherent moisture) dan moisture permukaan
(surface moisture). Moisture bawaan menyatakan banyaknya kandungan
air yang mengisi pori-pori kapiler batubara, sedangkan moisture
permukaaan menyatakan banyaknya air yang teradsorpsi pada saat saat
batubara ditambang dan diproses.
Moisture permukaan (free atau surfaace moisture) dapat dihilangkan
dengan cara batubara diangin-anginkan. Batubara hasil dari proses ini
disebut dalam kondisi air dried (kering udara).
Moisture bawaan ditentukan besarannya dengan cara air dried sample
dipanaskan di dalam tungku pada suhu 105 110 oC. Batubara hasil dari
proses ini disebut dalam kondisi air dried basis.
2. Mineral Matter
Mineral matter terdiri atas komponen-komponen yang dapat
dibedakan secara kimia dan fisika. Mineral matter (zat mineral) terdiri dari
ash dan zat anorganik yang mudah menguap (anorganic volatile matter).
Apabila batubara dibakar akan terbentuk ash yang terdiri dari berbagai

7
oksida logam pembentuk batuan, sedangkan anorganic volatile matter
akan pecah menjadi gas karbondioksida (dari karbonat-karbonat), sulfur
(dari pirit), dan air yang menguap dari lempung.
Mineral matter adalah salah satu komponen utama dalam batubara,
oleh sebab itu tidak ada batubara yang benar-benar bebas ash dan sulfur.
Abu (ash) adalah bahan anorganik yang terkandung dalam batubara
sebagai pengotor, abu dapat berupa abu bawaan (abu yang terbentuk
bersamaan dengan terbentuknya batubara) atau extraneous ash (abu
material anorganik yang terbawa pada saat proses penambangan). Abu
batubara umumnya berkomposisi SiO2, Al2O3, TiO2, Fe2O3, CaO, MgO,
Na2O, dan K2O. Kadar abu (ash content) ditentukan dengan membakar
sampel batubara di dalam tungku bersuhu 815 oC yang diiringi dengan
pengaliran udara secara lambat.
Selain kadar ash, kandungan sulfur juga penting sebagai parameter
dalam penggunaan batubara sebagai bahan bakar. Kandungan sulfur dalam
batubara dapat berupa:
a. Sulfur organik yang terikat dalam rantai hidrokarbon dan terbentuk
bersama dengan proses pembentukan batubara.
b. Sebagai mineral sulfida dalam komponen anorganik, umumnya berupa
pirit.
c. Sebagai mineral sulfat, umumnya besi atau kalsium sulfat dan
merupakan hasil oksidasi mineral sulfida.
Kandungan sulfur dalam batubara dapat ditentukan di laboratorium dengan
Eschka method dan high temperatur method.
C. Coal Benefication dan Tahapannya
Coal benefication adalah suatu proses untuk menaikkan kualitas batubara
dengan cara mengurangi kadar abu dan belerang, berdasarkan perbedaan sifat
fisik antara batubara dengan mineral matter. Tujuan coal benefication secara
umum antara lain:
1. Meminimalkan biaya transportasi.
2. Menghindari timbulnya masalah pada proses selanjutnya.
3. Untuk memenuhi persyaratan konsumen.
4. Untuk memenuhi persyaratan supaya tidak mengganggu lingkungan pada
saat dimanfaatkan.

8
Tahapan dalam coal benefication meliputi proses communition,
screening, washing, dan drying. Coal benefication chain diperlihatkan oleh
gambar di bawah ini.

Gambar 5. Coal Benefication Chain


Tahapan-tahapan dalam proses coal benefication dijelaskan lebih detail
sebagai berikut:
1. Communition (pengecilan ukuran)
Communition merupakan tahap penghalusan atau pengecilan ukuran
batubara melalui proses crushing dengan dibantu alat crusher. Pada tahap
ini sejumlah moisture batubara akan berkurang melalui proses evaporasi
atau penguapan.
Berdasarkan ukuran material masukan (feed) dan ukuran produk yang
diinginkan, crushing dibagi atas primary crushing dan secondary crushing.
Perbedaan antara keduanya dan pilihan alat yang dapat digunakan
ditunjukkan oleh Tabel 1 di bawah ini.

9
Tabel 1. Perbedaan dan Jenis Alat Prymary serta Secondary Crushing
Klasifikasi
Prymary
Crushing

Alat

Feed
(Inch)

Product
(Inch)

12 - 60

46

6-8

- 3/8

a. Jaw Crusher
b. Gyratory Crusher
a. Gyratory Cone
Crusher

Secondary
Crushing

b. Roll Crusher
c. Gravity Stamp Mill
d. Hammer Mill

Pada usaha coal benefication di Indonesia umum hanya melakukan


prymary crushing dengan pilihan alat jaw crusher atau gyratory crusher,
terkecuali jika batubara diperlukan untuk analisis laboratorium sehingga
perlu diperkecil lagi ukuran fraksinya dengan secondary crushing.
Spesifikasi dan cara kerja jaw crusher dan gyratory crusher dijelaskan
sebagai berikut:
a. Jaw Crusher
Jaw crusher terdiri dari dua pelat yang saling berhadapan
membentuk sudut kecil ke arah bawah yang dapat membuka dan
menutup rahang seperti rahang binatang (jaw), salah satu jaw diam
tertahan pada crusher frame (kerangka jaw crusher) disebut fixed jaw,
sedang yang satu lagi ditahan pada sumbunya dan dapat bergerak
sedikit mendekat dan menjauh pada fixed jaw disebut swing jaw.
Batubara (feed) akan masuk diantara kedua kedua jaw dan akan terjepit
hancur saat jaw mendekat dan akan dilepaskan pada saat jaw menjauh.

Gambar 6. Jaw Crusher

10
b. Gyratory Crusher
Gyratory crusher dipakai untuk memecah batuan berbentuk
bongkah besar maupun kecil dan memiliki kapasitas lebih besar dari
jaw crusher. Pada gyratory crusher, penghancuran berjalan terus
menerus selama inner shell (dinding dalam) berputar pada as-nya.

Gambar 7. Gyratory Cone Crusher


2. Screening (Penyeragaman Ukuran)
Screening

adalah

pemisahan

butiran-butiran

secara

mekanis

berdasarkan ukuran fraksi. Tujuan screening antara lain:


a. Mencegah material kasar masuk ke dalam tahap berikutnya.
b. Mencegah material kecil masuk kembali ke dalam crusher sehingga
efisiensi crusher meningkat.
c. Mendapatkan produk dengan ukuran tertentu sesuai permintaan pasar.
Berdasarkan cara kerjanya, screen atau ayakan dapat dibagi atas dua
macam, yakni:
a. Stationary screen
Saringan diam yang umum digunakan menyaring material berat dan
besar, biasanya terdiri dari susunan batang besi yang disebut grizzly atau
berbentuk kawat yang disebut sieve bend.

Gambar 8. Stationary Screen

11
b. Moving screen
Saringan dengan permukaan saringan yang bergerak sehingga
terjadi kontak antara screen surface dengan batubara. Jenis-jenis
moving screen dapat berupa moving grizzly, revolving screen, shaking
screen, dan vibrating screen. Pada permukaan moving screen sengaja
dibuat miring supaya material mudah bergerak.

Gambar 9. Moving Grizzly


Dari proses screening hasil yang diperoleh dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Fraksi +125 mm atau tertahan pada pengayak berukuran 125 mm
digunakan untuk operasi kominusi.
b. Fraksi -125 mm atau lolos pada pengayak berukuran 125 mm
digunakan untuk operasi pencucian dengan alat jig.
c. Fraksi -125 mm +6 mm untuk operasi pencucian dengan alat dense
medium bath.
d. Fraksi -50 mm +0,5 mm untuk operasi pencucian dengan alat dense
medium separator.
e. Fraksi -0,5 mm untuk operasi pencucian dengan alat flotasi.
3. Washing coal (pencucian batubara)
Proses pencucian dapat menggunakan dua prinsip pemisahan, yaitu:
a. Pemisahan batubara murni dengan pengotornya berdasarkan perbedaan
densitasnya. Batubara murni mempunyai densitas sekitar 1,3 sedangkan
pengotornya mempunyai densitas relatif di atas 2,2.
b. Pemisahan batubara murni dengan pengotornya berdasarkan sifat
ketertarikan permukaannya terhadap air. Batubara mempunyai sifat
tidak tertarik terhadap air (hydrophobic), sementara pengotornya
bersifat tertarik terhadap air (hydrophilic).

12
Metode pencucian batubara yang umum dipilih dalam skala industri di
Indonesia, antara lain sebagai berikut:
a. Jig washing
Jig merupakan salah satu alat pemisahan yang berdasarkan
perbedaan berat jenis, bekerja secara mekanis yang menggunakan
adanya perbedaan kemampuan menerobos dari butiran yang akan
dipisahkan terhadap suatu lapisan pemisah (bed). Secara umum jig
merupakan suatu tangki terbuka yang berisi air dengan saringan
horizontal terletak pada bagian atasnya dimana terdapat lapisan
pemisah.
Tangki jig

dilengkapi dengan lubang pengeluaran konsentrat

(spigot) pada bagian bawahnya. Di samping itu jig juga memiliki suatu
mekanisme penyebab terjadinya tekanan (pulsion) yang diimbangi
dengan pemakaian air tambahan.

Gambar 10. Jig Washing


Ketika terjadi pulsion maka bed akan terdorong naik, sehingga
batuan pada lapisan bed akan merenggang karena adanya tekanan.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh material berat untuk menerobos bed
masuk ke tangki sebagai refuse materials sedangkan material ringan
akan terbawa oleh aliran horizontal diatas permukaan bed dan akan
terkumpul sebagai clean coal. Pada saat terjadi suction, bed menutup
kembali sehingga material berat berukuran besar dan material ringan
berukuran besar tidak berpeluang masuk ke tangki. Material berat
berukuran besar akan mengendap diatas bed untuk menunggu
kesempatan pulsion berikutnya, sedangkan material ringan berukuran
besar akan terbawa aliran arus horizontal.

13

Gambar 11. Jig Tampak Samping pada Saat Suction

Gambar 12. Jig Tampak Samping Saat Pultion


b. Dense medium separator
Dense Medium Separator atau DMS merupakan alat pemisah
mineral dan batubara berdasarkan specific gravity (SG) yang dikenal
juga dengan proses sink and float (tenggelam dan terapung). Specific
gravity media yang digunakan untuk pemisahan DMS merupakan
specific gravity medium, yaitu terletak di antara specific gravity material
tenggelam dan material terapung. Media ini bercampur dengan air dan
untuk membentuk media ini digunakan magnetite atau ferrosilicon.
DMS digunakan untuk pemisahan batubara dengan syarat tidak boleh
ada material halus karena jika material ini bersatu dengan air akan
membentuk density yang tinggi dan lebih kental. Proses ini
menghasilkan dua produk, yaitu:
1) Sink product, batubara berat dengan density besar dan mengandung
banyak pengotor.
2) Float

products,

batubara

mengandung sedikit pengotor.

ringan

yang dikehendaki

karena

14
Media pemisah yang dapat dipakai untuk dense medium separator
antara lain:
1) Air + magnetit halus dengan kerapatan 1,25 2,20 ton/m3.
2) Air + ferrosilikon dengan kerapatan 2,90 3,40 ton/m3.
3) Air + magnetit + ferrosilikon dengan kerapatan 2,20 2,90 ton/m3.
4) Larutan berat seperti tetra bromo ethana (BJ 2,96), bromoform (BJ
2,85), dan methylene iodida (BJ 3,32).

Gambar 13. Dense Medium Separator


Untuk pencucian batubara dengan ukuran fraksi besar (> 150 mm)
dengan volume besar dapat digunakan dense medium bath. Dense
medium bath menghasilkan tiga produk akhir yaitu batubara bersih,
reject, dan middling.
Di dalam bak di dense medium bath, batubara bersih akan terapung
dan mengalir menuju ke ujung pembuangan bak untuk kemudian
dikeluarkan. Setelah meninggalkan bak, media dipisahkan dari batubara
bersih dengan cara melewatkannya di atas pengayak drain lalu
disemprot dengan air untuk membilas sisa media yang masih tertinggal
sehingga diperoleh produk yang tidak terkontaminasi. Setelah
dipisahkan dan dibilas, batu bara bersih diremuk untuk memperoleh
ukuran sesuai dengan kebutuhan pasar. Material reject dibilas di
pengayak sebelum dibuang, agar media yang terbawa bisa diambil
kembali.

15

Gambar 14. Dense Medium Bath


c. Cyclone
Cyclone adalah alat untuk melakukan klasifikasi dengan
memanfaatkan gaya sentrifugal. Klasifikasi adalah proses pemisahan
partikel berdasarkan kecepatan pengendapannya dalam suatu media. Di
dalam cyclone, umpan akan terbagi menjadi dua bagian yaitu overflow
dan underflow. Overflow dikumpulkan pada sebuah tabung yang disebut
vortex finder yang letaknya di tengah menembus bagian atas cyclone.
Underflow dikeluarkan melalui sebuah lubang di ujung bawah kerucut.
Tempat keluarnya underflow dinamakan sebagai apex atau spigot.

Gambar 15. Skema Cyclone


Batubara memiliki berat jenis antara 1,35-1,5, sedangkan pengotor
atau reject memiliki spesific gravity sebesar 2,1-2,3. Siklon mampu
memisahkan batubara secara efektif sampai ukuran yang relatif kecil,
siklon juga dapat memisahkan batubara halus di dalam suspensi air pada

16
ukuran partikel 02 mm, alatnya disebut siklon klasifikasi (classifying
cyclone). Untuk pencucian batubara, jenis siklon yang digunakan adalah
siklon media berat (dense medium cyclone). Siklon ini menggunakan
media berat yang sama dengan yang dipakai di dalam bak media berat,
yaitu menggunakan media magnetit. Kedua alat ini sangat efisien dan
mampu membersihkan partikel batubara sampai ukuran 0,5 mm.
Gaya

gravitasi

pada

cyclone sangat

sedikit

pengaruhnya

dibandingkan dengan gaya-gaya lain. Karenanya, cyclone dapat bekerja


hampir dalam segala posisi dan bahkan dapat dioperasikan secara
terbalik, yakni apex berada di atas. Gaya-gaya utama yang bekerja di
dalam cyclone adalah gaya sentrifugal dan gaya drag. Setiap partikel
yang ada dalam cyclone akan mengalami dua gaya yang saling
berlawanan arah tersebut. Gaya sentrifugal mengarah ke luar sedangkan
gaya drag mengarah ke dalam. Partikel besar akan mengalami gaya
sentrifugal yang lebih besar dibandingkan gaya drag sehingga akan
terlempar ke arah dinding, mengikuti arus spiral ke arah bawah dan
keluar melalui lubang apex sebagai underflow. Hal yang sebaliknya
terjadi pada partikel kecil, gaya sentrifugal tidak cukup kuat untuk
mendorong partikel ke arah luar sehingga bergerak di spiral dalam yang
bergerak ke atas dan keluar sebagai overflow.

Gambar 16. Skema dan Cara Kerja Dense Medium Cyclone

17
d. Flotation
Flotasi adalah suatu proses dimana padatan dan cairan atau zat
terlarut dibawa ke permukaan larutan dengan penggunaan gelembung
udara. Faktorfaktor yang mempengaruhi flotasi adalah ukuran
partikel, pH larutan, surfaktan, koagulan, laju udara, ukuran gelembung
udara, ketebalan lapisan buih, serta penambahan reagen kimia. Macammacam sel flotasi, yaitu agitation cell, sub aeration cell, pneumatic cell,
vacum and pressure cell, dan cascade cell.
Material dapat dibedakan atas hidrofobik (benci air) yang mudah
melekat pada gelembung udara dan hidrofilik (suka air) yang tidak
mudah melekat pada gelembung udara. Batubara merupakan partikel
hidrofobik, sedangkan pengotornya adalah partikel hidrofilik. Partikel
partikel yang basah (hidrofilik) tidak mengapung dan cenderung tetap
berada dalam fasa air. Di lain pihak, partikelpartikel hidropobik
menempel pada gelembung dan naik ke permukaan, terpisah dengan
partikel hidrofilik.

Gambar 17. Skema Alat Flotation


4. Drying atau dewatering (pengeringan)
Proses pencucian batubara selalu menggunakan air sebagai media
untuk pemisahan dan pengangkutan. Sebelum dikirim ke konsumen, air
yang terdapat pada batubara harus dikurangi hingga tingkat tertentu.
Air dalam batubara menimbulkan beberapa kerugian diantaranya
mengurangi nilai kalor dalam batubara, mengurangi efisiensi karbonisasi
dalam pembuatan kokas, dan mengakibatkan terjadinya sticking dan
bridging. Oleh karena itu, tujuan proses dewatering adalah:

18
a. Mengambil kembali air dalam tailing dari hasil flotasi untuk digunakan
kembali (reuse water).
b. Mengambil padatan reject dalam tailing dari hasil flotasi.
c. Mengurangi jumlah kolam tailing (tailing pond).
Perlu diingat, air yang dapat dihilangkan pada tahap ini hanyalah free
moisture, bukan inherent moisture. Cara pengeringan dapat menggunakan
mesin atau tanpa mesin. Mesin untuk pengeringan batubara disebut dryer
machine. Dryer machine bekerja dengan cara mendorong penguapan air
sampai titik maksimal melalui pemberian uap panas pada batubara.

Gambar 18. Dryer Machine

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari keseluruhan isi makalah, dapat disimpulkan bahwa:
1. Batubara ialah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah heterogen
yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen sebagai unsur
utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan.
2. Dalam proses pembentukannya, batubara diselipi batuan yang mengandung
mineral. Bersama dengan moisture, mineral ini merupakan pengotor bagi
batubara. Pengotor ini harus diperhitungkan dan diupayakan untuk
dihilangkan karena semakin tinggi kandungan pengotor, maka semakin
rendah kandungan karbon, dan semakin rendah pula nilai panas (kalori)
batubara tersebut.
3. Proses penghilangan pengotor dalam batubara ini disebut pencucian batubara
(coal benefication atau coal preparation). Prinsip pencucian batubara adalah
memisahkan fraksi batubara yang mengandung ash tinggi (density-nya
tinggi) dari fraksi batubara yang mengandung ash rendah (density-nya relatif
kecil).
4. Teknik pencucian batubara dipilih terutama dipengaruhi oleh ukuran fraksi
batubara hasil penggerusan dengan crusher dan kandungan pengotor dalam
batubara. Batubara ukuran 0,5 mm sampai 30 mm biasanya dibersihkan
dengan cara dense medium separation, ukuran yang lebih kecil dari 0,5 mm
dibersihkan dengan cara froth floatation dan cyclone. Untuk rentang ukuran
fraksi yang lebih luas dapat dipakai jig washing. Batubara hasil pencucian
ini disebut washed coal atau clean coal.
5. Pencucian batubara penting selain sebagai upaya meningkatkan nilai kalor
batubara yang berimbas pada peningkatan harga jual, juga penting untuk
menurunkan biaya transportasi, memperkecil persoalan gas buangan, dan
menjadikan sifat kimia dan fisika batubara lebih homogen.

19

20

B. Saran
Pencucian batubara merupakan kegiatan vital bagi industri penambangan
batubara. Untuk itu, pembangunan coal washing plant perlu direncanakan
bahkan sebelum kegiatan penambangan itu sendiri dimulai dan perlu
direncanakan

sesuai data-data yang termutakhirkan. Selain itu, pencucian

batubara harus dilihat sebagai upaya pengurangan polusi lingkungan, sehingga


kegiatan ini perlu didukung dan diawasi pelaksanaannya.
Perlu juga diingat, batubara merupakan sumber daya yang tidak dapat
diperbarui. Untuk itu diperlukan kebijaksanaan dalam pengelolaan dan
pemanfaatannya. Penambangan yang dilakukan harus merupakan penambangan
yang berkelanjutan bukan sekadar penambangan sporadis.

DAFTAR PUSTAKA
Air Polution Control Division. 1998. Inspector Guidance Manual: Coal
Preparation Plants. Colorado: Stationary Sources Branch.
Arif Zulkifli. 2012. Pengolahan dan Pencucian Batubara atau Treatment and
Washing of Coal (www.bangazul.com, online, diakses pada 23 September
2014).
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara. 2014. Overview of Indonesias
Energy Sector and Recent Development in The Coal Sector.
Komang Anggayana. Handout Matakuliah Eksplorasi Batubara. Bandung: ITB.
Muchjidin. 2006. Pengendalian Mutu dalam Industri Batubara. Bandung:
Penerbit ITB.

21

Anda mungkin juga menyukai