BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2. Fungsi Rangka
1.500
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot, dan banyak aliran
listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Disini potensial aksi
menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang
telah tersimpan di dalam retikulum ini.
7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin,
yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan
menghasilkan proses kontaksi.
8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali di dalam retikulum
sarkoplasma oleh pompa membran Ca++, dan ion-ion ini tetap disimpan dalam
retikulum sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi; pengeluaran ion kalsium
dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti (Sloane, 2004).
B. Sistem rangka
Rangka manusia dewasa tersususn dari 206 tulang yang membentuk suatu kerangka
tubuh yang kokoh. Sistem rangka tersusun atas tulang tulang dan struktur lain yang
menyusun suatu rangka. (Scanlon & Sanders,2007)
Ada empat jenis tulang yaitu Tulang Panjang, Tulang Pendek, Tulang Pipih dan
Tulang ireguler.
1. Tulang Panjang, bentuknya silindris dan panjang seperti batang/Diafisis. Tersusun
atas tulang kompakta, dengan kedua ujungnya berbentuk bulat/Epifisis. Diafisis
memiliki lapisan luar berupa tulang kompakta yang mengelilingi sebuah rongga
tengah yang disebut kanal medula yang mengandung sumsum tulang kuning. Sumsum
kuning terdiri dari lemak dan pembuluh darah, tetapi eritrosit tidak begitu banyak.
Epifisis terdiri dari tulang spongiosa yang mengandung sumsum tulang merah yang
isinya sama seperti sumsum kuning dan dibungkus oleh selapis tipis tulang kompakta.
Bagian luar tulang panjang dilapisi oleh jaringan fibrosa kuat yang disebut
Periosteum. Lapisan ini kaya dengan pembuluh darah yang menembus tulang. Ada 3
kelompok pembuluh darah yang menyuplai tulang panjang :
a. Sejumlah arteri kecil menembus tulang kompakta untuk menyuplai kanal dan sistem
harvers.
b. Arteri besar banyak menembus tulang kompakta untuk menyuplai tulang spongiosa
dan sumsum merah didalamnya.
c. Terdapat arteri nutrien yang masuk melalui lubang besar pada tulang yang disebut
foramen nutrien.
7
Periosteum memberi nutrisi pada tulang dibawahnya melalui pembuluh darah. Jika
periosteum rusak, maka tulang dibawahnya akan mati. Periosteum berperan untuk
pertambahan ketebalan tulang melalui kerja Osteoblas. Periosteum berfungsi protektif
dan merupakan tempat pelekatan Tendon. Periosteum tidak ditemukan pada
permukaan sendi dan digantikan oleh tulang rawan hialin/ tulang rawan sendi.
Contoh, tulang panjang : Femur dan Humerus
2. Tulang Pendek, strukturnya hampir sama dengan tulang panjang namun bagian distal
lebih kecil daripada bagian proksimal serta berukuran lebih pendek
Contoh, Karpal
3. Tulang Pipih, bentuknya pipih dan berisikan sel pembentuk darah.
Contoh, Tengkorak, panggul dan Sternum
4. Tulang Ireguler, mempunyai bentuk yang unik sesuai dengan fungsinya.
Contoh, Vertebra, telinga tengah, tulang muka (Scanlon & Sanders,2007)
fosfatase alkali yang berperan penting dalam pengendapan kalsium dan fosfat
kedalam matriks tulang.
2. Osteosit, adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintrasan untuk pertukaran
kimiawi melalui tulang yang padat.
3. Osteoklas, sel sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang
dapat diabsorbsi. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecah matriks dan
beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas
kedalam darah. (Scanlon & Sanders,2007)
8
10
Bursae, adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung, yang digunakan diatas
bagian yang bergerak (mis, antara kulit dan tulang antara tendon dan tulang/ otot).
Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak. (Corwin,2001)
10
11
Kapsul sendi menutupi diskus artikularis. Kapsul ini pada bagian atas
menempel pada rim fossa glenoidalis dan eminensia artikularis. Pada bagian bawah
menempel pada leher kondilus (Dipoyono, 2008).
e. Ligamen-ligamen sendi
Ligamen merupakan jaringan ikat fibrous avaskuler yang kuat. Ada tiga
ligamen yang berkaitan dengan TMJ, yaitu ligamen temporomandibula, ligamen
sphenomandibula, dan ligamen stilomandibula (Dipoyono, 2008).
f. Membran sinovial
Membran sinovial adalah membran sekretori khusus yang menyediakan
nutrien, pelumasan dan pembersihan untuk permukaan-permukaan sendi.
Permukaan artikular dari sendi dilumasi dan mendapat makanan dari cairan
sinovial yang dikeluarkan ke kompartemen sendi oleh membran sinovial. Membran
sinovial membatasi permukaan dalam kapsul dan diteruskan dari kapsul ke bagianbagian tulang dari sendi sampai ke pinggir permukaan artikular (Dipoyono, 2008).
g. Otot-otot mastikasi
TMJ juga dikontrol oleh otot, terutama otot pengunyahan, yang terletak di
sekitar rahang dan sendi temporomandibula yaitu otot maseter, otot temporalis, otot
pterigoideus lateralis dan otot pterigoideus madialis (Dipoyono, 2008).
2.4.2 Biomekanik pada Sistem TemporoMandibular Joint
Pergerakan mandibula merupakan hal yang kompleks. Hal ini merupakan
gabungan dari rotasi dan translasi yang terjadi secara tiga dimensi.
a. Pergerakan rotasi
Dalam sistem mastikasi rotasi terjadi ketika mulut membuka dan menutup
pada titik sumbu yang tetap dalam kondilus. Dengan kata lain gigi terpisah dan
dapat teroklusi kembali tanpa adanya perubahan posisi dari kondilus. Pada
sendi temporomandibular, rotasi terjadi sebagai pergerakan antara permukaan
superior-inferior sendi. Dengan dengan demikian rotasi adalah pergerakan
antara permukaan superior kondilus dengan permukaan inferior dari diskus
artikularis. Pergerakan rotasi dari mandibula dapat terjadi pada tiga bidang
(Hayati, 2009).
b. Pergerakan Translasi
Pergerakan translasi dapat didefinisikan sebagai pergerakan dimana setiap
titik dari objek yang bergerak secara simultan mempunyai kecepatan dan arah
yang sama. Pada sistem mastikasi, translasi terjadi ketika mandibula bergerak
maju seperti pada protusi. Baik gigi, kondilus dan ramus semua bergerak pada
11
12
arah yang sama ke derajat yang sama. Pada pergerakan normal (rotasi dan
translasi) terjadi secara simultan dengan kata lain ketika mandibula berotasi
pada satu atau lebih aksis setiap aksis bertranslasi (berubah orientasi) (Hayati,
2009).
c. Pergerakan tiga dimensi
Ketika otot berkontraksi dan menggerakkan mandibula ke arah kanan,
kondilus kiri terdorong ke luar dari posisi relasi sentralnya. Ketika kondilus
kiri mengelilingi di anterior dari aksis frontal kondilus kanan, ia berhadapan
dengan lengkung posterior dan eminensia artikularis yang menyebabkan
pergerakan inferior dari kondilus di sekeliling aksis sagital dengan resultan
kemiringan pada aksis frontal. Hal ini terjadi dalam envelop of motion dan
dikontrol oleh sistem neuromuskulatur untuk mencegah perlukaan pada
struktur oral (Hayati, 2009).
2.4.3 Otot yang berperan dalam pergerakan TemporoMandibular Joint
a) Musculus bucinator, berfungsi sebagai kompresi (daya tekan) pipih dan retraksi
(gerakan menarik kembali) sudut mulut.
b) Musculus pterigoideus lateralis, persyarafan ramus mandibularis nervi trigemini,
berfungsi menonjolkan mandibula, membuka rahang, dan menggerakan mandibula
dari sisi ke sisi.
c) Musculus pterigoideus medialis, persyarafan ramus mandibularis nervi trigemini,
bertfungsi untuk menutup rahang.
d) Musculus Masseter, berfungsi sebagai pengatup rahang.
2.4.4 Jenis Dislokasi dan Fraktur dalam TemporoMandibular Joint
Dislokasi TMJ adalah pergeseran condylus dari lokasinya yang normal di fossa
mandibularis. Terdapat berbagai jenis dislokasi yang dapat terjadi melalui mekanisme
traumatik atau nontraumatik. Jenis dislokasi dibedakan berdasarkan letak condylus relatif
terhadap fossa articularis tulang temporal (Hayati, 2009).
a. Dislokasi anterior
Pada dislokasi tipe ini terjadi perubahan posisi condylus menjadi anterior
terhadap articularis tulang temporal. Dislokasi anterior terjadi akibat interupsi pada
sekuens nirmal kontraksi otot pada saat mulut tertutup setelah membuka dengan
ekstrim. Muskulus masseter dan temporalis mengangkat mandibula sebelum
muskulus pterygoid lateral berelaksasi, mengakibatkan condylus mandibularis
12
13
tertarik ke arah anterior ke tonjolan tulang dan keluar dari fossa temporalis.
Spasme muskulus masseter, temporalis, dan pterygoid menyebabkan trismus dan
menahan condylus tidak dapat kembali ke fossa temporalis. Dislokasi jenis ini
dapat unilateral atau bilateral. Dislokai tersebut dibedakan menjadi akut, kronis
rekuren, atau kronik (Hayati, 2009).
b. Dislokasi posterior biasanya terjadi akibat trauma fisik langsung pada dagu.
Condylus mandibularis tertekan ke posterior ke arah mastoid. Jejas pada meatus
acusticus externum akibat condylus dapat terjadi pada dislokasi tipe ini (Hayati,
2009).
c. Dislokasi superior terjadi akibat trauma fisik langsung pada mulut yang sedang
berada dalam posisi terbuka. Sudut mandibula pada posisi ini menjadi predisposisi
pergeseran condylus ke arah superior dan dapat mengakibatkan kelumpuhan
nervus facialis, kontrusio serebri, atau gangguan pendengaran (Hayati, 2009).
d. Dislokasi Lateral biasanya terkait dengan fraktur mandibula. Condylus bergeser
ke arah lateral dan superior serta sering dapat dipalpasi pada permukaan temporal
(Hayati, 2009).
Fraktur berarti bahwa tulang mengalami kerusakan. Ada beberapa tipe fraktur yang
klasifikasinya didasarkan pada luas permukaan : (Scanlon & Sanders,2007)
a. Fraktur Sederhana (Tertutup), bagian yang rusak masih dalam posisi anatomis normal
dan kerusakan tidak menembus kulit
b. Fraktur Compound (Terbuka), bagian ujung tulang yang rusak mengalami pergeseran
dan menembus kulit. Kerusakan yang ekstensif terjadi pada sekeliling pembuluh
darah, saraf dan otot.
c. Fraktur Kominutif, bagian tulang yang retak hancur beberapa menjadi serpihan
serpihan atau pecahan tulang.
2.4.4 Perawatan pada gangguan TemporoMandibular Joint
A. Rencana Perawatan
Agar seorang dokter gigi dapat melakukan perawatan pada kelainan TMJ dengan
hasil yang baik, maka sebaiknya dokter gigi membuat rencana perawatan, yaitu:
1. Pemeriksaan dan Diagnosa.
Pemeriksaan meliputi anamnesa yaitu keterangan sosial dan pekerjaan, keluhan
yang ada sekarang, sifat dan gejala (rasa sakit, bunyi, disfungsi), kapan timbulnya
gejala, faktor pendorong, faktor pendukung, pola gejala, riwayat kesehatan masa
13
14
lalu, serta riwayat keadaan gigi. Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah
memeriksa rentang pergerakan, bunyi sendi, rasa sakit, pemeriksaan intra oral,
dan pemeriksaan radiografi.
2. Perawatan Aktif.
Meliputi perawatan lanjutan yang dilakukan yaitu:
A. Perawatan gejala
Perawatan yang segera dan efisisen tidak hanya dapat meredakan
penderitannya tetapi juga membantu mengembalikan rasa percaya diri pasien.
Yang harus dilakukan dalam perawatan gejala adalah :
1. Menenangkan pasien. Merupakan cara yang harus dan selalu digunakan,
karena pasien menganggap ini keadaan yang berbahaya, jadi tugas seorang
dokter adalah menjelaskan tentang kelainan ini agar pasien merasa tenang. Dan
katakan setidaknya diperlukan beberapa kali kunjungan untuk hasil yang lebih
baik.
2. Mengistirahatkan rahang. Pada kunjungan pertama biasanya hanya digunakan
untuk diagnosa dan menenangkan pasien. Tapi dokter juga harus memberi
nasihat agar pasien mengistirahatkan rahangnya dari kerja-kerja yang dapat
memperparah keadaan seperti, mengunyah makanan yang terlalu keras,
menguap dan bereteriak.
3. Pemberian obat-obatan. Pemberian analgetik seperti aspirin dan parasetamol
untuk mengurangi rasa sakit umum digunakan. Selain itu pemberian penenang
seperti diazepam juga lebih baik digunakan pada malam hari menjelang tidur,
untuk menghindari kebiasaan bruxism pada malam hari dan menghindari
kekakuan otot dipagi hari. Bila terdapat perubahan degenerasi sendi analgetik
yang lebih kuat dapat digunakan seperti antiartritik contohnya adalah
indomethacin.
4. Latihan. Tujuan dari perawatan dengan latihan adalah untuk merangsang fungsi
mandibula. Sebagai contoh dapat dilakuakan kegiatan seperti dibawah ini.
a. Pasien diminta mengistirahatkan otot.
b. Pada posisi rahang yang istirahat pasien diminta untuk membuka mulut.
Buatlah garis vertikal dari filtrum sampai ke mentalis. Lalu secara
perlahan suruh pasien membuka mulut sambil memiringkan mandibula
kearah samping. Hati-hati jangan sampai memajukan mandibula.
14
15
Rang
ka
Sendi
Ligam
en
Tendo
n
Fasia
TemporoMandi
bular joint
Pergerakan
Rotasi
Pergerakan
Translasi
Membuka
BAB III
Pergerakan
3 Dimensi
Menutup
KONSEP MAPPING
M.
Pterygoide
us lateralis
berkontrak
15
M.
Pterygoide
us Medialis
berkontrak
16
3.1 Hipotesa
Sistem Muskuloskeletal berhubungan dengan TemporoMandibular Joint
BAB IV
PEMBAHASAN
16
17
Sistem Muskuloskeletal terdiri dari tulang, sendi, otot dan struktur pendukung lainya
(tendon, ligamen, fasia dan bursae), untuk kedokteran gigi kita banyak belajar mengenai
Axial skeleton yg terdiri dari kerangka tengkorak, kepala, leher, kolumna vertebrae dan
tulang iga.
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kompakta/ kortikal/ padat dan kanselus/ spongiosa/
berongga. Tulang padat terdiri dari Sistem Havers, dan sistem havers sendiri terdiri dari
kanal havers yang mengandung pembuluh darah, saraf, pembuluh limfe, lamela
(lempengan tulang yang mengelilingi kanal sentral), kaluna (ruang diantara lamela yang
mengandung sel sel tulang atau osteosit dan saluran limfe), dan kanalikuli (saluran kecil
yang menghubungkan lakuna dan kanal sentral. Saluran ini mengandung pembuluh limfe
yang membawa nutrien dan oksigen ke osteosit). Tulang spongiosa terlihat berlubang
lubang, jika dilihat dengan mikroskop. Kanal havers terlihat lebih besar dan mengandung
lebih sedikit lamela.
Saat sel otot berkontraksi, sel tersebut memendek dan menarik tulang untuk
menghasilkan suatu gerakan. Setiap otot rangka tersusun atas ribuan sel sel otot, yang
juga biasa disebut serabut otot. Otot melekat pada tulang melalui tendon, tendon sendiri
tersusun atas jaringan ikat fibrosa yang amat kuat dan menyatu dengan fasia dan
membungkus otot dengan periosteum, yaitu jaringan membran ikat fibrosa yang
membungkus tulang. Otot otot tersusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan
berbagai gerakan.
Temporomandibular joint adalah salah satu dari dua sendi yang terletak di tiap sisi kepala
yang komponen tulangnya adalah kondilus dari mandibula dan fosa glenoid atau fosa
artikularis dari tulang temporal. Temporomandibular berkenaan dengan tulang temporal
dan mandibula yang terletak di tulang kepala. Komponen penyusunya berupa kondilus
mandibula, diskus artikularis, fossa glenoidalis, kapsul sendi, membran sinoval, ligamen,
otot otot dan pembuluh darah didalamnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
17
18
Sistem MuskuloSkeletal terdiri dari otot otot dan tulang yang menunjang setiap
pergerakan tubuh manusia. Otot berfungsi menggerakan tulang dan tulang berfungsi
melindungi setiap organ dan memberi bentuk tubuh. Didalam Sistem Muskuloskeletal
terdapat TemporoMandibular Joint yang bekerja sebagai sendi yang sangat penting
dalam mastikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Scanlon C. Valerie, Sanders T. 2007. Buku Ajar Anatomi & Fisiologi, Edisi 3. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Corwin J. E. 2001. Patofisiologi. Jakarta. Penerbut Buku Kedokteran. EGC
18
19
19