BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Umumnya sebuah kenderaan bermotor baru dapat berjalan, apabila
daya dan putaran yang dihasilkan oleh mesin sebagai sumber penggerak
dapat diteruskan keroda-rodanya. Mesin dan roda-roda itu mempunyai jarak
tertentu, untuk menghubungkannya dibuatlah suatu sistem transmisi yang
dapat meneruskan putaran dan daya dari mesin terhadap roda-roda sehingga
bergerak.
Seiring dengan laju perkembangan teknologi, para ahli mesin dituntut
untuk merancang sistem pemutusan dan pemindahan daya dan putaran yang
meliputi kopling, roda gigi, dan rantai. Pada sebuah kendaraan atau mesin,
kopling memegang peranan penting, sebab sebelum kopling ditemukan
motor dimatikan dengan mematikan mesinnya, tetapi setelah kopling
ditemukan motor , pemindahan dan pemutusan daya dan putaran dapat
dilakukan dengan aman dan mudah tanpa terlebih dahulu mematikan
mesinnya.
Pada posisi awalnya, kopling itu telah menghubungkan poros engkol
dengan poros sistem roda gigi. Pada saat-saat diperlukan kopling harus dapat
membebaskan hubungan antara poros engkol dengan poros sistem roda gigi
itu. Kopling berfungsi untuk memutus-hubungkan gerak putar poros engkol
keporos sistem roda gigi yang sedang diam atau berputar lambat dengan
halus dan tanpa ada sentakan, memindahkan torsi maksimum bagi mesin
untuk mengkopelnya ke transmisi tanpa kehilangan kecepatannya, dan
memisahkan hubungan mesin dan trasmisi dengan cepat, saat satu atau
kedua-duanya sedang berputar untuk penggantian gigi atau berhenti
mendadak.
1.2
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, maka perumusan
masalah dalam perencanaan ulang kopling ini adalah :
1. Perencanaan Poros.
2. Perancangan Spline.
3. Perancangan Naaf.
4. Perancangan Plat Gesek.
5. Perancangan Paku Keling
6. Perancangan Pegas
7. Perancangan Baut.
8. Perancangan Bantalan dari Kopling Plat Tunggal ( SUZUKI ERTIGA )
1.3
Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan Makalah Rancang Ulang Kopling ini adalah
untuk memperluas pengetahuan mengenai elemen mesin, khususnya
mengenai Kopling Plat Tunggal dan komponen-komponennya. Memahami
sistem pemutusan, penerusan daya dan putaran pada sistem kopling
kenderaan bermotor roda empat. Dimana pada sistem kopling ini daya dan
putaran dihubungkan melalui sebuah mekanisme pemutus dan penerus
putaran dari poros input ke poros output yang dilakukan tanpa mematikan
mesin dan tidak menimbulkan slip yang membahayakan.
Tujuan lain dari penulisan Makalah Rancangan ini adalah guna
melengkapi nilai Tugas Rancangan Elemen Mesin.
1.4
Batasan masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang perencanaan
poros, perancangan spline, perancangan naaf, perancangan plat gesek,
perancangan paku keling, perancangan pegas, perancangan baut, dan
perancangan bantalan dari jenis Kopling Plat Tunggal mobil SUZUKI
ERTIGA dengan spesifikasi daya 95 PS dan putaran 6000 rpm.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian kopling
Setiap mesin dirancang dan dibuat untuk memberikan fungsi-fungsi
tertentu yang dapat meringankan pekerjaan manusia. Untuk dapat
memberikan fungsi tersebut sebuah mesin memerlukan kerja sama dari
berbagai komponen yang bekerja menurut suatu mekanisme. Sebagai
penggerak dari mekanisme tersebut dapat digunakan tenaga manusia atau
hewan secara langsung (terutama untuk mesin-mesin yang sederhana), tetapi
karena berbagai alasan sebagian besar mesin menggunakan motor penggerak
(engine), yang bisa berupa motor bakar (bensin maupun diesel) ataupun
motor listrik. Motor-motor tersebut pada umumnya memberikan daya dalam
bentuk putaran pada sebuah poros, yang disebut sebagai poros penggerak.
Untuk memanfaatkannya maka daya putaran tersebut harus dapat diteruskan
dari poros penggerak ke poros yang digerakkan, yang selanjutnya akan
meneruskan ke seluruh komponen dalam mekanisme. Sebagai penyambung
antara poros penggerak dan poros yang digerakkan maka digunakanlah
kopling.
Secara umum kopling dapat dibedakan atas dua, yaitu kopling tetap
dan kopling tak tetap. Perbedaan antara keduanya adalah bahwa pada
kopling tetap kedua poros selalu dalam keadaaan terhubung, sedangkan pada
kopling tak tetap kedua poros dapat dihubungkan dan dilepaskan pada saat
diam ataupun bekerja sesuai dengan kebutuhan.
2.2
BAB III
STUDI PUSTAKA
3.1
fc
1,2 - 2,0
0,8 - 1,2
Daya normal
1,0 - 1,5
Untuk perancangan poros ini diambil daya maksimum sebagai daya rencana
dengan faktor koreksi sebesar fc = 1,2 maka :
Pd = 1,2 x 70,87 kW
Pd = 85,044 kW
3.1.2 Analisa beban
Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban
berupa momen puntir. Oleh sebab itu dalam penentuan ukuran-ukuran utama
dari poros akan dihitung berdasarkan beban puntir serta kemungkinankemungkinan kejutan/tumbukan dalam pembebanan, seperti pada saat motor
mulai berjalan.
Besarnya momen puntir yang dikerjakan pada poros dapat dihitung
dari
.......(elemen mesin,sularso,hal 7 )
di mana :
85,044
6000
T = 13805,476 kg.mm
T = 9,74 X 105
Lambang
Perlakuan
Panas
Dilunakkan
S35C-D
Kekerasan
HRC
HB
(HRB)
Diameter
(mm)
Kekuatan
Tarik
(kg/mm2)
20 atau kurang
58 - 79
(84) - 23
21 80
53 - 69
(73) - 17
144 216
Tanpa
dilunakkan
Dilunakkan
S45C-D
Tanpa
dilunakkan
Dilunakkan
S55C-D
Tanpa
dilunakkan
20 atau kurang
63 - 82
(87) - 25
21 80
58 - 72
(84) - 19
160 225
20 atau kurang
65 - 86
(89) - 27
21 80
60 - 76
(85) - 22
166 238
20 atau kurang
71 - 91
12 - 30
21 80
66 - 81
(90) - 24
183 253
20 atau kurang
72 - 93
14 - 31
21 80
67 - 83
10 - 26
188 260
20 atau kurang
80 - 101
19 - 34
21 80
75 - 91
16 - 30
213 285
Dimana :
Untuk harga Sf2 diambil sebesar 2,5 maka tegangan geser izin bahan
jenis S55C-D adalah :
(
Ukuran
nominal
standar
pasak
b, b,
bxh
dan b
2x2
0,16-
6-20
1,2
1,0
0,5
3x3
0,25
6-36
1,8
1,4
0,9
4x4
8-45
2,5
1,8
1,2
5x5
10-56
3,0
2,3
1,7
6x6
0,25-
14-70
3,5
2,8
2,2
(7 x 7)
0,40
16-80
4,0
3,0
8x8
18-90
4,0
3,3
10 x 8
10
22-110
5,0
12 x 8
12
28-140
14 x 9
14
36-160
(15 x 10)
15
16 x 10
16
18 x 11
Ukuran standar h
Pasak prismatic
Pasak
Pasak luncur
tirus
7,2
10
Ukuran
C
Standar
t
0,4010,2
l*
0,60
17-22
0,25
20-25
2,4
22-30
3,3
2,4
30-38
5,0
3,3
2,4
38-44
5,5
3,8
2,9
44-50
0,250,40
50-55
4,3
50-58
7,0
4,4
3,4
58-65
56-220
7,5
4,9
3,9
65-75
63-250
9,0
5,4
4,4
75-85
22
14
32
3,5
0,16
22 x 14
32 x 18
3,0
0,08-
3,4
12
5,0
5,5
8,0
5,0
8,5
0,40-
80-90
85-95
95-
5,4
110
6,4
110-
70-280
8,0
70-280
9,0
5,4
4,4
16
80-320
10,0
6,4
18
90-360
11,0
7,4
0,80
d**
20
28
0,16-
20 x 12
28 x 16
tirus
12-17
50-200
14
luncur
11
25
prismatis
Diameter poros
yang dapat dipakai
10-12
18
25 x 14
dan
10
24
Pasak
8-10
6,0
(24 x 16)
Pasak
5,0
0,60-
Pasak
6-8
45-180
16,2
referensi
Lebih dari
40-180
16
Ukuran standar t
8,0
0,60
130
10
Jari-jari filet
Alur pasak
di mana :
11
3.1.8 Penentuan diameter poros, bahan poros, jari-jari filet, ukuran pasak dan alur
pasak.
( baik )
Maka :
Bahan poros
Diameter poros
Jari-jari filet
Pasak
Alur pasak
3.2
= 35 mm
= S30C-D
=
= 1,5 mm
= 10 x 8
= 8 x 5,0 x 0,45
Perancangan spline
Putaran dari poros penggerak akan diteruskan ke flywheel dan plat
gesek melalui plat penekan. Dengan berputarnya plat gesek maka poros
yang digerakkan akan ikut berputar dengan perantaraan naaf dan spline.
Fungsi spline adalah sama dengan pasak, yaitu meneruskan daya dan
putaran dari poros ke kompone-komponen lain yang terhubung dengannya,
ataupun sebaliknya. Perbedaannya adalah spline menyatu atau menjadi
bagian dari poros sedangkan pasak merupakan komponen yang terpisah dari
poros dan memerlukan alur pada poros untuk pemasangannya. Selain itu
jumlah spline pada suatu konstruksi telah tertentu (berdasarkan standar
SAE).
12
not
H Under Load
D
Under Load
H
d
0,075D
0,850D
0,125D
0,750D
0,241D
0,050D
0,900D
0,075D
0,850D
0,100D
0,800D
0,250D
10
0,045D
0,910D
0,070D
0,860D
0,095D
0,810D
0,156D
16
0,045D
0,910D
0,070D
0,860D
0,095D
0,810D
0,098D
13
D d 40,7 35
18,92 mm
4
4
.
3.2.4 Pemilihan bahan
Karena spline menyatu dengan poros maka bahannya adalah sama
dengan bahan untuk poros, yaitu baja jenis S55C-D dengan kekuatan tarik
b = 91 kg/mm2.
3.2.5 Pemeriksaan kekuatan spline
Pemeriksaan kekuatan untuk spline dilakukan terhadap dua jenis
kemungkinan kegagalan, yaitu kegagalan oleh tegangan tumbuk t dan
kegagalan oleh tegangan geser g.
a. Pemeriksaan Terhadap Kegagalan Oleh Tegangan Tumbuk
Tegangan tumbuk pada spline dapat diperoleh dari
P=
F
...................................( Statika , Ferdinan F Beer, hal 151 )
i.h.w
di mana :
P
F
i
h
w
798,46
10 2 ,85 6 ,35
= 4,41 kg/mm2
14
Jika tegangan tumbuk yang bekerja t lebih kecil dari tegangan tumbuk
izin ti, maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap tegangan
tumbuk. Tegangan tumbuk izin untuk bahan S55C-D adalah
91
P t
9 ,1 kg/mm2
i
10
g
F
i
w
L
Perancangan naaf
Terkadang ukuran spline dan naaf disamakan dalam suatu rancangan,
namun dalam kondisi yang sebenarnya terdapat perbedaan ukuran yang
sangat kecil antara spline dan naaf. Walaupun perbedaannya adalah kecil
tetapi dapat menjadi sangat berpengaruh apabila mesin tersebut memerlukan
ketelitian yang tinggi atau bekerja pada putaran tinggi. Oleh karena
pertimbangan kemungkinan putaran mesin yang tinggi maka ukuran naaf
akan dihitung tersendiri berdasarkan pada ukuran spline dalam bab
sebelumnya.
15
Gambar.4.2 Naaf
Keterangan Gambar :
D = diameter luar naaf
w = lebar gigi naaf
d = diameter dalam naaf
h = tinggi gigi naaf
L = panjang naaf
Ukuran naaf untuk berbagai kondisi operasi telah ditetapkan dalam standar SAE di
mana adalah sama dengan ukuran untuk spline. Ukuran-ukuran tersebut dapat
dilihat pada Tabel sebelumnya.
16
maka :
D
=
= 25,76 mm
0,156 0,156
h
= 0,070 . D = 0,070 . 41,22 mm = 2,88 mm
d
= 0,860 . D = 0,860 . 41,22 mm = 35,45 mm
Sedangkan panjang naaf diperoleh dari :
3
3
D
( 41,22 )
L
=
55 ,73 mm
2
2
d
( 35 ,45 )
dan jari-jari rata-rata naaf adalah
D d 41,22 35 ,45
rm =
= 19,17 mm
4
4
17
F
i .h .l
di mana:
P
F
i
h
L
758
10 2 ,88 55 ,73
= 0,47 kg/mm2
91
P t
9 ,1 kg/mm2
i
10
g
F
i
w
L
758
10 6 ,43 55 ,73
0 ,21 kg/mm2
Jika tegangan geser yang bekerja g lebih kecil dari tegangan geser
izin gi, maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap tegangan
geser. Tegangan geser izin untuk bahan S55C-D adalah :
gi 0 ,8 t 0 ,8 9 ,1 5 ,25 kg/mm2
18
3.4
19
Tabel 3.5 Koefisien gesek antara berbagai permukaan beserta tekanan yang
diizinkan
pa
Bahan Permukaan Kontak
(kg/mm2)
Kering
Dilumasi
Besi cor dan besi cor
0,10 - 0,20
0,08 - 0,12
0,09 - 0,17
0,10 - 0,20
0,10 - 0,20
0,05 - 0,08
0,35 - 0,65
0,007 - 0,07
0,05 - 0,10
0,05 - 0,10
0,005 - 0,03
)
(
di mana :
F =
Mg =
D =
d =
p =
20
Karena bagian bidang gesek yang terlalu dekat pada sumbu poros
hanya mempunyai pengaruh yang kecil saja pada pemindahan momen, maka
besarnya perbandingan d/D jarang lebih kecil dari 0,5. Untuk perancangan
plat gesek ini perbandingan d/D diambil sebesar 0,6. Dengan memasukkan
harga-harga yang diketahui maka diperoleh gaya F yang dinyatakan dalam
D sebesar 3,08.10-3.D2 .
2
2
D - (0,6D) p
4
0,5
2
2
D - 0,36D 0,0385
4
-3
2
3,08 10 D
> Mp
>
kgmm
287 mm
Dalam perancangan plat gesek ini diameter luar plat gesek D diambil
sebesar
287 mm. Dengan memasukkan harga ini ke data yang telah
diketahui di atas diperoleh:
D
= 287 mm
d
= 0,6 D
= 0,6 . 287 = 172,2 mm
b
Dd
2
287 172 ,2
2
57 ,4 mm
Untuk menentukan tebal plat gesek yang sesuai, terlebih dahulu perlu
diketahui besarnya daya yang hilang akibat gesekan, yang mana dapat
diperoleh dari :
Pg
Mg D.n t z
.Machine and Design,hal 425)
5
9,74 10 3600
21
di mana :
Pg =
Mg =
n =
t
z
=
=
3
286 6000 0 ,3 200
5
9 ,74 10 3600
= 1,4795 kW
= 1,104 ps
Lp Pg
Ag Wk
di mana :
A =
=
=
=
=
=
D2 d 2
4
= 287 2 172 ,2 2
4
A = 41382,2 mm2
= 414 cm2
5000 1,104
414 8
= 1,67cm 1,7 cm
= 17 mm
Perancangan baut
22
Pada konstruksi kopling Kijang Innova digunakan tiga jenis baut pengikat,
yaitu:
1.Baut pengikat poros penggerak dengan flywheel
2.Baut pengikat pegas matahari dengan plat penekan
3.Baut pengikat flywheel dengan penutup (cover) kopling.
Perancangan dari ketiga jenis baut tersebut akan diuraikan dalam bagian
berikut.
3.5.1 Baut pengikat poros penggerak dengan flywheel
Jumlah baut yang dipakai pada ikatan poros penggerak dengan
flywheel ini adalah 4 buah. Prosedur perancangan untuk baut ini meliputi:
analisa gaya, analisa tegangan, pemilihan bahan, dan penentuan ukuran baut.
Mp
n1 R1
di mana :
...............(Statika,Ferdinan F Beer,hal)
Maka :
F
14532 ,08
53 ,43 kg
4 X 68
F1
4
d12
di mana:
maka diperoleh:
23
53,43
68 ,06
2
d
0 ,577
= 0,577 x 5,25
= 3,03 kg/mm2
24
14532,08
4 100
36,33 kg
Ft 2
0,9656
4
0,2414 kg
F
4
d2
F
4
d2
36,33
d2
4
46,28
d2
0,2414
d2
4
0,31
d2
25
t = 5,25 kg/mm2
g = 3,03 kg/mm2
3.5.10 Penentuan ukuran
Agar konstruksi aman maka harus dipenuhi:
1. untuk tegangan geser :
g g
36,33
d
3,03
d 3,46mm
Dari kedua hasil yang diperoleh diambil harga batas terbesar sehingga
harga yang memenuhi adalah :
d 3,46 mm
Dalam perencanaan ini diambil harga d = 8 mm.
3.5.11 Baut pengikat flywheel dengan penutup kopling
Jumlah baut yang dipakai pada ikatan flywheel dengan penutup
kopling adalah sebanyak 9 buah. Prosedur perancangan untuk baut ini
adalah sebagai berikut :
3.5.12 Analisa gaya
Gaya geser yang bekerja pada tiap baut diperoleh dari
F
Mp
nR
26
dengan n adalah jumlah baut, yaitu 8 buah; serta R adalah jarak sumbu baut
ke sumbu poros, yaitu sebesar 140 mm. Maka harga F adalah
F
14532,08
9 140
11,53 kg
d2
4
11,53
d2
4
14,7
d2
g
g
14,7
3,03
2
d
d 2,2 mm
Perancangan bantalan
27
di mana :
VN
Untuk :
(DN 2 - dN 2 ) LN
28
Maka :
-6
19353,52
0,151kg
VL
4 DL 2 d L 2 bL
Untuk :
maka :
VL
280 2 100 2 16
4
= 859104 mm3
2
2
Dg d g bg
g
Untuk :
maka:
Vg =
287 2 172,2 2 17
4
= 703497 mm3
29
3. WP = berat poros
WP = P . VP
P = massa jenis bahan poros, untuk bahan baja S55C-D
besarnya adalah 7,810-6 kg/mm3
di mana:
4
Untuk :
Maka :
.d p .L p
dP = diameter poros
LP = panjang poros
VP =
= 35 mm
= 200 mm
2
.35 .200
= 192325 mm3
Maka berat poros adalah :
Wp = 7,8 . 10-6 . 192325
= 1,5 kg
RA = gaya reaksi pada bantalan A
RB = gaya reaksi pada bantalan B
L1 = 50 mm
L2 = 50 mm
L3 = 100 mm
Dari keseimbangan statik diperoleh:
MA = 0
RB ( L1+L2+L3 ) WP ( L1+L2 ) ( WN+WG ) L1 = 0
RB ( 50+50+100 ) 1,5 ( 50+50 ) ( 0,151+8,58 ) 50 = 0
200 RB 150 436,55 = 0
RB = 2,93 kg
Y= 0
RA + RB ( WN+WG ) WP = 0
RA + 2,93 ( 0,151 + 8,58 ) 1,5 = 0
RA = 7,3 kg
Dari kedua gaya reaksi RA dan RB diambil harga terbesar sebagai
resultan gaya radial Fr yang nilainya sama dengan gaya reaksi di A yaitu :
Fr = RA = 7,3 kg
sedangkan resultan gaya aksialnya adalah
Fa = 0
3.6.2 Penentuan Beban Ekivalen Statik dan Dinamik
Beban ekivalen statik diperoleh dari :
Po = Xo Fr + Yo Fa
Atau
Po = Xo Fr
30
di mana :
Maka :
Po = 0,6 . 7,3 = 4,38 kg
Maka yang diambil adalah P0 = 7,3 kg
Untuk beban ekivalen dinamik diperoleh dari
P = X.V.Fr + Y Fa
di mana :
Maka :
P = 1 . 1 . 7,3 + 0 . 0 = 7,3 kg
3.6.3 Penentuan Basic Static Load Rating dan Basic Dynamic Load Rating
Besar basic static load rating adalah sebanding dengan beban ekivalen
statik, sehingga :
Co = P o
Sedangkan untuk basic dynamic load rating dapat diperoleh dari :
C = P . L1/3
di mana : C = basic dynamic load rating (kg)
P = beban ekivalen dinamik, yaitu sebesar 7,3 kg
L = umur bantalan yang dinyatakan dalam juta putarannya,
direncanakan untuk 15000 jam.
Maka :
31
diameter lubang
basic static load rating
basic dynamic load rating
kecepatan putaran maksimum
:d
: C0
:C
:n
= 35 mm
7,3 kg
180 kg
4200 rpm
Dari katalog dipilih bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal
dengan nomor 6306 yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
diameter luar
: D = 60 mm
diameter lubang
: d = 30 mm
lebar
: b = 15 mm
basic static load rating
: C0= 154 kg
basic dynamic load rating
: C = 230 kg
kecepatan putaran maksimum
: n = 9500 rpm
3.6.5 Bantalan Pembebas
Bantalan yang digunakan sebagai bantalan pembebas (release bearing)
adalah bantalan bola aksial satu arah dengan bidang rata (single direction
thrust ball bearing with flat back face).
-3
kg
32
3.6.9 Penentuan Basic Static Load Rating dan Basic Dynamic Load Rating
Sesuai dengan prosedur perhitungan pada bab sebelumnya maka basic
static load rating diperoleh sebesar
C0 P 0
0,0025 kg
dan untuk umur bantalan sebesar 15000 jam maka basic dynamic load rating
diperoleh sebesar
C P L1/3
0,0135 (15000)1/3
0,23 kg
3.6.10 Pemilihan Bantalan
Dari perhitungan-perhitungan di atas serta data dari bab-bab
sebelumnya maka bantalan yang dipilih harus memenuhi syarat-syarat
berikut:
diameter lubang
: d = 40 mm
basic static load rating
: C0 2,5 10 -3 kg
basic dynamic load rating
: C 0,23 kg
kecepatan putaran maksimum
: n 4200 rpm
Dari katalog dipilih bantalan bola aksial satu arah dengan bidang rata
dengan nomor A-SD 3020 yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
diameter luar
: D = 70 mm
diameter lubang
: d = 40 mm
lebar
: b = 15 mm
basic static load rating
: C0= 1,1 kg
basic dynamic load rating
: C = 24 kg
kecepatan putaran maksimum
: n = 7200 rpm
33
3.7
Pd = 1,2 x 74,6 kW
Pd = 89,52 kW
34
Untuk harga Sf2 diambil sebesar 2,5 maka tegangan geser izin bahan jenis
S55C-D adalah :
(
Dimana :
35
36
Dimana :
F = gaya tangensial,
b = lebar pasak sebaiknya antar 25-35% dari
l = panjan g pasak, 10,9 mm
, maka 10,5
Maka :
)
F
= gaya tangensial,
l
= panjan pasak, 15,2 mm
t dan t = kedalaman alur pasak pada poros dan naaf, 3,3 mm
37
3.8
Pd = 1,2 x 74,6 kW
Pd = 89,52 kW
38
89,52
6000
T = 14532,08 kg.mm ..(pers.1)
T = 9,74 X 105
) .....(Elemen Mesin,sularso,hal 62 )
= diameter dalam (mm)
= diameter luar (mm)
p = tekanan rata-rata pada bidang gesek, 0,02 kg/mm\
F = gaya yang mengakibatkan tekanan
= 0,8 mm
Maka :
(
Jari-jari rata-rata :
(
2. Diameter dalam :
39
BAB IV
KESIMPULAN
Sebagai penutup diberikan kesimpulan dan ringkasan dari elemen-elemen
mesin yang terdapat pada konstruksi kopling SUZUKI ERTIGA sesuai dengan
perhitungan/perancangan pada bab-bab sebelumnya.
1. Poros transmisi
Daya
Putaran
Diameter
Bahan
: N = 95 PS
: n = 6000 rpm
: ds = 35 mm
: baja S55C-D
2. Spline
Diameter luar
Diameter dalam
Tinggi
Lebar
Panjang
: D = 40 mm
: d = 35 mm
: h = 2,85 mm
: w = 6,35 mm
: L = 55,03 mm
40
Bahan
: baja S55C-D
3. Naaf
Diameter luar
Diameter dalam
Tinggi
Lebar
Panjang
Bahan
: D = 41,22
: d = 35,45
: h = 2,88
: w = 6,43
: L = 55,73
: S55C-D
4. Plat gesek
Diameter luar
Diameter dalam
Lebar
Tebal
Bahan
: D = 287 mm
: d = 172,2 mm
: b = 57,4 mm
: a = 17
mm
: asbes dan besi cor
mm
mm
mm
mm
mm
5. Baut
a. Baut pengikat poros penggerak dengan flywheel
Diameter
: d1 = 10 mm
Bahan
: baja ST 24
b. Baut pengikat pegas matahari dengan plat penekan
Diameter
: d2 = 8 mm
Bahan
: baja ST 24
c. Baut pengikat flywheel dengan penutup kopling
Diameter
: d3 = 8 mm
Bahan
: baja ST 24
6. Bantalan
a. Bantalan pendukung poros
Tipe
41
:
: