PENDAHULUAN
Dalam pertemuan pertama ini dibahas kasus tentang seorangibu berusia 42
tahun, bernama Ny Ina Christina,pekerjaan seorang arsitek pengusaha property. Dia
mengeluhkan penampilannya yang tidak menarik karena gigi seri pertama atasnya
yang terlihat pendek dan mengalami keausan pada ujung giginya. Pasien juga
memiliki keluhan lain yaitu pada saat tersenyum gusinya terlalu banyak terlihat.
Pasien menginginkan gigi dan gusinya untuk dirawat dan diperbaiki agar dapat
memiliki senyum yang lebih menarik.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai tentang keluhan utama pasien.
Pemeriksaan ekstraoral dan intraoral, analisis kasus pasien, dan diagnosa serta
diagnosa bandingnya. Pada akhir makalah ini juga akan dibahas mengenai rencana
perawatan terhadap pasien yang akan dilakukan serta prognosisnya.
1.1.
oral habit), atau bahkan pasien pernah mengalami trauma yang mengakibatkan gigi
anteriornya mengalami abrasi yang cukup parah.Setelah melakukan anamnesis,
didapat bahwa beberapa belas tahun lalu pasien mengalami kecelakaan sepeda motor.
Gigi seri kedua kanan atas patah setengah mahkota dan telah dirawat dan diperbaiki
dengan mahkota porselen pfm, gigi seri pertama kiri dan kanan mengalami patah tepi
insisalnya hanya melibatkan struktur email,telah dilakukan perbaikan dengan
tambalan sewarna gigi, sekarang bahan tambalannya sudah habis/lepas.Pasien pun
tidak memiliki kelainan sistemik.
Pasien juga memiliki keluhan lain yaitu pada saat tersenyum gusinya terlalu
banyak terlihat. Pasien menginginkan gigi dan gusinya untuk dirawat dan diperbaiki
agar dapat memiliki senyum yang lebih menarik.Pasien memiliki kelainan gummy
smile. Untuk mengatasi hal ini diperlukan crown lengthening yang akan dijelaskan
lebih lanjut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pemeriksaan Klinis
Inspeksi
Inspeksi dilakukan dengan mengamati keadaan wajah pasien apakah
terdapat kelainan dan pembengkakan. Dalam kasus II ini pasien terlihat sehat
tidak tampak kelainan pada wajahnya
ii)
yang mulus (smooth), kasar (unsmooth), bunyi keletuk sendi (clicking), atau
kretek sendi (crepitation).
Biasanya kelainan yang terjadi pada TMJ diakibatkan karena fungsi
stomatognatik yang tidak baik, dalam kasus II ini TMJ dan pergerakan
mandibular dalam keadaan yang normal.
Cara Pemeriksaan Sendi Temporo Mandibula :
a)
Digital
dengan
menempatkan
jari
pada
kondil
dan
b)
Gambar: Sendi temporomandibular dalam keadaan normal saat fase membuka dan
menutup mulut & Gambaran radiografi
a.
Keadaan umum
Oral Hygiene sedang.
b.
Status gigi
Terlihat atrisi tepi insisal struktur email gigi atas dan bawah region
1.3-2.3, 3.3-4.3
c.
Ginggiva
Untuk mengetahui apakah di ginggiva terdapat kelainan, salah satunya
1 mm Gingivitis ringan
Dalam kasus II ini, saat diprobing gigi 1.1, 2.1 pada permukaan labial
3mm Pada saat tersenyum gusi terlihat lebih banyak sehingga gigi terlihat
lebih pendek.
Keterangan gambar:
1.
Pada poket gusi (pembesaran gusi)
d.
2.
3.
Oklusi
Deep bite/steep bite : terlihat dari analisis model
2.2.
Atrisi
2.2.1.
Definisi
Etiologi
Atrisi sangat sering terjadi pada permukaan atas gigi akibat kebiasaan
mengunyah yang salah dan kebiasaan menggerakkan gigi yang berulang-ulang.
Selain itu gangguan ini dapat pula disebabkan oleh kebiasaan mengisap tembakau,
menggigit
kuku,
mengunyah
sirih,
atau
menggunakan tusuk gigi yang berlebihan. Penyebab lainnya adalah suatu kebias
aan yang disebut bruxism, yaitu menggeser-geser gigi atau mengerat -ngerat gigi
sehingga
terdengar
bunyi
yang mengilukan. Biasanya hal ini dilakukan tanpa disadari misalnya pada saat
tidur. Martin, 1990 (dalam Wijaya, 1996:5) mengemukakan, kehausan gigi sangat
bergantung
pada jenis makanan. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang keras akan mem
percepat terjadinya keausan.Selain itu maloklusi gigi serta bentuk gigi yang abnormal
dapat menyebabkan atrisi pada gigi.
Menurut Touminen, 1991 (dalam Wijaya, 1996:7), atrisi terjadi akibat
proses fisikgesekan antara gigi, sehingga permukaan gigi terkikis. Sedang Gross
man membedakan penyebab atrisi, erosi, dan abrasi sebagai berikut: atrisi dan abrasi
terjadi akibat faktor fisik dalam kategori mekanis yang berhubungan dengan
pemakaian.
Sedangkan
penyebab
terjadinya
erosi
adalah
bahan
kimia.
Pada
populasi
berpangan
halus,
morfologi
puncak
mahkota
gigi
posterior pada umumnya bentuk aslinya masih bertahan, hanya sedikit terdapat atrisi
(Reynolds, 1970; Ramfjord & Ash, 1971; Wise, 1977; Neiburger, 1977 dalam
Koerniati, 2006:126 ). Di Cina, ada usia tua, kehilangan gigi, kerusakan
jaringan periodontal dan atrisi gigi sangat signifikan ditemukan pada orang kota
lebih tinggi dari pada orang pinggiran (Sakashita et al., 1997 dalam Koerniati,
2006:126). Pada laki -laki dewasa yang tin ggal di pinggiran lebih banyak ditemukan
atrisi dari pada yang tinggal di kota. Hal ini disebabkan oleh sikat gigi dan tekanan
mekanik termasuk juga karena makanan yang keras (Sauther et al., 2002 dalam
Koerniati, 2006:127).
2.2.3.
Perawatan
2.3.
Gummy Smile
2.3.1.
Definisi
Etiologi
1)
3)
10
4)
2.3.4.
Rencana Perawatan
Kelainan I : Gummy smile dan probbing > 3mm di gigi 1.1 dan 2.1
Tehnik
gingivektomi
merupakan
salah
satu
prosedur
crown
12
2.4.
Maloklusi
2.4.1.
Definisi
Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang menyimpang
dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal, maloklusi dapat
disebabkan karena tidak ada keseimbangan dentofasial.
Keseimbangan dentofasial ini tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi beberapa
faktor saling mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah keturunan,
lingkungan, pertumbuhan dan perkembangan, etnik, fungsional, patologi.
2.4.2.
Etiologi
Etiologi maloklusi dibagi atas dua golongan yaitu faktor luar atau faktor
umum dan faktor dalam atau faktor lokal. Hal yang termasuk faktor luar yaitu
herediter, kelainan kongenital, perkembangan atau pertumbuhan yang salah pada
13
masa prenatal dan posnatal, malnutrisi, kebiasaan jelek, sikap tubuh, trauma, dan
penyakit-penyakit dan keadaan metabolik yang menyebabkan adanya predisposisi ke
arah maloklusi seperti ketidakseimbangan kelenjar endokrin, gangguan metabolis,
penyakit-penyakit infeksi.
Hal yang termasuk faktor dalam adalah anomali jumlah gigi seperti adanya
gigi berlebihan (dens supernumeralis) atau tidak adanya gigi (anodontis), anomali
ukuran gigi, anomali bentuk gigi, frenulum labii yang abnormal, kehilangan dini gigi
desidui, persistensi gigi desidui, jalan erupsi abnormal, ankylosis dan karies gigi.
2.4.3.
Dental
1. Angles
classification
2. Incisor
1. ANB
angle
Komprehensif
(steriner
analysis)
2. Incisor classification
classification
3. Canine
3. Canine classification
classification
14
1. ProffitAckerman
2.4.4.
Klasifikasi Angle
Dasar klasifikasi ini adalah hubungan molar 1 dan keselarasan gigi yang
relatif pada garis oklusi.Klasifikasi Angle membagi oklusi dalam empat
kelompok.
A. Maloklusi kelas I
Pada maloklusi kelas I, lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah
mempunyai hubungan mesio-distal yang normal. Dimana mesio-buccal
cusp M1 RA beroklusi dengan mesio buccal groove M1 RB, dan distal
C RA kontak dengan mesial P1 RB dan mesial C RA kontak dengan
distal C RB.
15
B. Maloklusi Kelas II
Pada maloklusi kelas II, gigi-gigi dan lengkungan gigi rahang bawah
terletak lebih distal dari keadaan normal dalam hubungannya dengan
gigi-gigi dan lengkungan gigi dirahang atas. Mesio buccal cusp dari M1
rahang bawah terletak lebih kedistal dibandingkan dengan posisi pada
kelas I sehingga berkontak dengan buccal groove M1 rahang atas
Kelas II divisi 1
Incisive atas protrusi
Lengkungan gigi rahang atas yang dalam dan sempit, dan
bentuk palatum yang tinggi
Perkembangan mandibula kurang
Deep overbite/over jet
Full mouth appearance
Otot bibir hipotonus
Tekanan dari otot-otot yang abnormal
Bibir atas pendek dan naik ke atas
16
Kelas II divisi 2
Deepbite
17
18
Ada 3 tipe:
Tipe 1:
19
2.4.5.
2.5.
Pada deep bite dapat menggunakan pelat landasan ortodonti dengan menggunakan
bite plane/bite riser. Berikut cara pemakaiannya.
2.5.1.
-
Indikasi pemakaian :
20
2.5.2.
Kontra indikasi :
2.5.3.
-
Gigi-gigi anterior bawah akan tertekan pada saat menguyah sehingga terjadi
intrusi
2.5.4.
-
Bite plane posterior : Plat peninggi gigitan ini berupa plat dengan perluasan
yang berbentuk penebalan di permukaan oklusal gigi-gigi posterior kanan dan
21
Bite plane anterior : Plat dengan dataran gigitan diregio anterior berfungsi
untuk mencegah kontak oklusal gigi posterior sehingga gigi-gigi tersebut
dapat elongasi, dan dapat mengintrusi gigi-gigi anterior bawah.
2.6.
Restorasi Estetik
2.6.1.
Penambalan Komposit
Indikasi Komposit
1. Usia pasien.
Semakin muda usia pasien, semakin penting untuk meminimalisasi
hilangnya enamel dan dentin. Restorasi komposit direk merupakan
material paling konservatif yang tersedia saat ini.
2. Gigi mana yang akan direstorasi
22
stabilitas
oklusal
merupakan
yang
pilihan
baik,
karena
serta
mudah
kekuatannya,
direk
lebih
menguntungan
dibandingkan
indirek
Cara Restorasi
-
2.6.2.
Crown Lengthening
Crown lengthening adalah prosedur bedah untuk membuat mahkota
ditujukan
untuk
menghilangkan
jaringan
periodontal
untuk
25
Tehnik
gingivektomi
merupakan
salah
satu
prosedur
crown
Recounturing Gingiva
26
gingiva
yang
akan
dihilangkan.
Pengangkatan
jaringan
Desain Flap
Flap dibuat di bagian fasial gigi dengan bentuk sulkuklar
Reseksi Tulang
Reseksi tulang biasanya dilakukan dengan menggunakan chisel.
Setelah dilakukan reseksi, prob dimasukkan untuk mendapatkan kepastian
27
ruang 2 mm lebar biologic antara margin gingiva yang baru dibuat dan
krista alveolaris.
Penjahitan
Setelah pembedahan selesai, dilakukan penjahitan.Penyembuhan dan
stabilitas dimensi jaringan yang baik dapat dicapai dalam waktu kira-kira
10 minggu.
28
Pemanjangan
mahkota
gigi
biasayana
dilakukan
untuk
29
Gummy smile
Senyum yang simetris dianggap estetis dan ideal dimana harus
30
Excessive bleeding
Selama pembedahan, dapat terjadiny pendarahan hebat pada
pasien,yang dapat berhenti beberapa jam setalah prosedur. Biasanya,
pendarahan akan berhenti 40-60 menit setelah pembedahan. Namun
pada beberapa pasien mungkin bisa lebih lama.Pemberian koagulan
dapat dilakukan dengan kondisi pasien demikian.
Infeksi
Dengan tanda-tanda;
a. pembengkakan
b. kemerahan
c. adanya demam
d. nyeri hebat
e. akumulasi pus
f. warna jaringan gusi yang terang
31
DAFTAR PUSTAKA
32