Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
Dalam pertemuan pertama ini dibahas kasus tentang seorangibu berusia 42
tahun, bernama Ny Ina Christina,pekerjaan seorang arsitek pengusaha property. Dia
mengeluhkan penampilannya yang tidak menarik karena gigi seri pertama atasnya
yang terlihat pendek dan mengalami keausan pada ujung giginya. Pasien juga
memiliki keluhan lain yaitu pada saat tersenyum gusinya terlalu banyak terlihat.
Pasien menginginkan gigi dan gusinya untuk dirawat dan diperbaiki agar dapat
memiliki senyum yang lebih menarik.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai tentang keluhan utama pasien.
Pemeriksaan ekstraoral dan intraoral, analisis kasus pasien, dan diagnosa serta
diagnosa bandingnya. Pada akhir makalah ini juga akan dibahas mengenai rencana
perawatan terhadap pasien yang akan dilakukan serta prognosisnya.

1.1.

Tinjauan Kasus dan Ananmesis


Pasien seorang ibu 42 tahun,bernama Ny Ina Christina,pekerjaan seorang

arsitek pengusaha property. Dia mengeluhkan penampilannya yang tidak menarik


karena gigi seri pertama atasnya yang terlihat pendek dan mengalami keausan pada
ujung giginya. Awalnya kita perlu melakukan pemeriksaan yang komprehensif yang
berhubungan dengan kondisi pasien,apakah pasien memiliki kebiasaan buruk (bad

oral habit), atau bahkan pasien pernah mengalami trauma yang mengakibatkan gigi
anteriornya mengalami abrasi yang cukup parah.Setelah melakukan anamnesis,
didapat bahwa beberapa belas tahun lalu pasien mengalami kecelakaan sepeda motor.
Gigi seri kedua kanan atas patah setengah mahkota dan telah dirawat dan diperbaiki
dengan mahkota porselen pfm, gigi seri pertama kiri dan kanan mengalami patah tepi
insisalnya hanya melibatkan struktur email,telah dilakukan perbaikan dengan
tambalan sewarna gigi, sekarang bahan tambalannya sudah habis/lepas.Pasien pun
tidak memiliki kelainan sistemik.
Pasien juga memiliki keluhan lain yaitu pada saat tersenyum gusinya terlalu
banyak terlihat. Pasien menginginkan gigi dan gusinya untuk dirawat dan diperbaiki
agar dapat memiliki senyum yang lebih menarik.Pasien memiliki kelainan gummy
smile. Untuk mengatasi hal ini diperlukan crown lengthening yang akan dijelaskan
lebih lanjut.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Pemeriksaan Klinis

2.1.1. Pemeriksaan Ekstra Oral


Merupakan pemeriksaan yang dilakukan di daerah sekitar mulut bagian luar.
Meliputi bibir, hidung, mata, telinga, wajah, kepala, dan leher. Hal ini dilakukan
untuk mendeteksi kelainan baik secara visual maupun kelainan yang teraba saat
palpasi.
Pemeriksaan luar mulut yang dilakukan pada kasus II ini adalah inspeksi dan
palpasi. Hal ini untuk mengetahui apakah ada pembengkakan wajah dan kelainan
TMJ yang diakibatkan sesuai keluhan utama dan keluhan penyerta dari pasien.
i)

Inspeksi
Inspeksi dilakukan dengan mengamati keadaan wajah pasien apakah

terdapat kelainan dan pembengkakan. Dalam kasus II ini pasien terlihat sehat
tidak tampak kelainan pada wajahnya
ii)

Sendi Rahang (Temporo Mandibular Joint/TMJ)


Sendi rahang diperiksa untuk mengetahui adanya pergerakan sendi

yang mulus (smooth), kasar (unsmooth), bunyi keletuk sendi (clicking), atau
kretek sendi (crepitation).
Biasanya kelainan yang terjadi pada TMJ diakibatkan karena fungsi
stomatognatik yang tidak baik, dalam kasus II ini TMJ dan pergerakan
mandibular dalam keadaan yang normal.
Cara Pemeriksaan Sendi Temporo Mandibula :
a)

Digital

dengan

menempatkan

jari

pada

kondil

dan

instruksikanpasien melaksanakan semua gerakan. Pada saat ini,


rasakan adanya lompatan atau gerakan-gerakan yang tidak teratur.

b)

Auskultatif atau Auditoris dengan mendengarkan ketika pasien

melakukan gerakan-gerakan. Banyak pasien dengan atau tanpa


keluhan menunjukkan bunyi keletuk atau kretek sendi yang bisa
terdengar. Hal ini menunjukkan adanya masalah pada diskus atau
ligamen sendi; sesuatu yang dapat dijadikan peringatan terhadap akan
terjadinya kesulitan.
c)

Visual, dengan memperhatikan/mengamati kondil ketika

bagian ini menggerakkan kulit pelindungnya. Adanya hentakan pada


lompatan biasanya dapat terlihat pada regio kulit sekitar letak kondil.
Bila hal ini terjadi, biasanya menunjukkan adanya abnormalitas.

Gambar: Sendi temporomandibular dalam keadaan normal saat fase membuka dan
menutup mulut & Gambaran radiografi

Gambar: Kliking saat pembukaan dan penutupan mulut.

2.1.2. Pemeriksaan Intra Oral


Merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap gigi, gusi, lidah, palatum,
dasar mulut, pipi, mukosa mulut, uvula, tonsil, dan jaringan lain di dalam mulut.
Namun, yang diperiksa pada kasus ini adalah :

a.

Keadaan umum
Oral Hygiene sedang.

b.

Status gigi
Terlihat atrisi tepi insisal struktur email gigi atas dan bawah region

1.3-2.3, 3.3-4.3
c.

Ginggiva
Untuk mengetahui apakah di ginggiva terdapat kelainan, salah satunya

dapat dilakuakn dengan probing.

Probing digunakan untuk Mengukur

kedalaman sulkus gusi normal dan poket periodontal.Adapun kalibrasi skala


pada probe adalah dalam milimeter. Dengan ketentuan 1 garis probe = 1mm
dan Klasifikasinya :

1 mm Gingivitis ringan

2-3 mm Gingivitis sedang

>3 mm Kelainan Periodontal

>5mm Periodontal berat

Dalam kasus II ini, saat diprobing gigi 1.1, 2.1 pada permukaan labial
3mm Pada saat tersenyum gusi terlihat lebih banyak sehingga gigi terlihat
lebih pendek.

Keterangan gambar:
1.
Pada poket gusi (pembesaran gusi)

d.

2.

Pada poket periodontal (hilangnyaperlekatan)

3.

Poket periodontal dan resesi

Oklusi
Deep bite/steep bite : terlihat dari analisis model

2.2.

Atrisi
2.2.1.

Definisi

Atrisi gigi didefinisikan sebagai keausan permukaan oklusal gigi secara


bertahap yang berhubungan dengan gerakan-gerakan pengunyahan. Secara umum
atrisi gigi adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyatakan hilangnya suatu
substansi gigi secara bertahap pada permukaan oklusal dan proksimal gigi karena
proses mekanis yang terjadi secara fisiologis akibat pengunyahan. Atrisi gigi ini dapat
terjadi pada insisal, oklusal dan proksimal dari gigi.
2.2.2.

Etiologi

Atrisi sangat sering terjadi pada permukaan atas gigi akibat kebiasaan
mengunyah yang salah dan kebiasaan menggerakkan gigi yang berulang-ulang.

Selain itu gangguan ini dapat pula disebabkan oleh kebiasaan mengisap tembakau,
menggigit

kuku,

mengunyah

sirih,

atau

menggunakan tusuk gigi yang berlebihan. Penyebab lainnya adalah suatu kebias
aan yang disebut bruxism, yaitu menggeser-geser gigi atau mengerat -ngerat gigi
sehingga

terdengar

bunyi

yang mengilukan. Biasanya hal ini dilakukan tanpa disadari misalnya pada saat
tidur. Martin, 1990 (dalam Wijaya, 1996:5) mengemukakan, kehausan gigi sangat
bergantung
pada jenis makanan. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang keras akan mem
percepat terjadinya keausan.Selain itu maloklusi gigi serta bentuk gigi yang abnormal
dapat menyebabkan atrisi pada gigi.
Menurut Touminen, 1991 (dalam Wijaya, 1996:7), atrisi terjadi akibat
proses fisikgesekan antara gigi, sehingga permukaan gigi terkikis. Sedang Gross
man membedakan penyebab atrisi, erosi, dan abrasi sebagai berikut: atrisi dan abrasi
terjadi akibat faktor fisik dalam kategori mekanis yang berhubungan dengan
pemakaian.

Sedangkan

penyebab

terjadinya

erosi

adalah

bahan

kimia.

Colby,1971 (dalam Wijaya, 1996:7) mengatakan bahwa atrisi selalu melibatkan


permukaan yang berfungsi dan dapat menjadi lebih parah bila terdapat bruxism. Dari
berbagai pengertian tentang atrisi, abrasi, dan erosi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian atrisi, abrasi, dan erosi pada dasarnya sama dengan apa yang di
kemukakan oleh Watson.

Pada

populasi

berpangan

halus,

morfologi

puncak

mahkota

gigi

posterior pada umumnya bentuk aslinya masih bertahan, hanya sedikit terdapat atrisi
(Reynolds, 1970; Ramfjord & Ash, 1971; Wise, 1977; Neiburger, 1977 dalam
Koerniati, 2006:126 ). Di Cina, ada usia tua, kehilangan gigi, kerusakan
jaringan periodontal dan atrisi gigi sangat signifikan ditemukan pada orang kota
lebih tinggi dari pada orang pinggiran (Sakashita et al., 1997 dalam Koerniati,
2006:126). Pada laki -laki dewasa yang tin ggal di pinggiran lebih banyak ditemukan
atrisi dari pada yang tinggal di kota. Hal ini disebabkan oleh sikat gigi dan tekanan
mekanik termasuk juga karena makanan yang keras (Sauther et al., 2002 dalam
Koerniati, 2006:127).
2.2.3.

Perawatan

Pada atrisi, perawatan tidak perlu dilakukan apabila pembentukan dentin


sekunder seimbang dengan terjadinya atrisi. Ketika mahkota sudah aus dan mencapai
margin gingiva, gigi tiruan dapat dibuat untuk meningkatkan fungsi.Tambalan
komposit merupakan pilihan utama untuk kasus kelainan pada gigi yang memerlukan
estetika, seperti pada gigi anterior. Pada gigi yang hanya melibatkan struktur email
bisa langsung ditambal dengan bahan tambal yang sewarna gigi. Hal ini sangat
penting karena estetika sangat dibutuhkan pada gigi anterior, jadi pemilihan bahan
tambal sewarna gigi harus teliti dan penambalan harus dilakukan serapi mungkin.
Sehingga ketika tambalan sudah dilakukan, idak terlihat palsu.

2.3.

Gummy Smile
2.3.1.

Definisi

Gummy smile berhubungan dengan adanya garis senyum yang terbentuk


sewaktu seseorang tersenyum. Berdasarkan posisi bibir atas terhadap banyaknya
gingival dan mahkota klinis gigi anterior maksila yang terlihat, maka bentuk senyum
dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu bentuk senyum dengan garis bibir rendah, bentuk
senyum dengan garis bibir sedang/menengah dan bentuk senyum dengan garis bibir
tinggi. Dari ketiga tipe tersebut, gummy smile berhubungan dengan garis bibir yang
tinggi dimana gingival terlihat berlebihan dan mahkota klinis incisivus anterior
terlihat secara keseluruhan.
2.3.2.

Etiologi

Gummy smile dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :


1) Pertumbuhab vertical maksila yang berlebihan ( Vertical Maxillary
Excess/ VME)
2) Bibir atas pendek
3) Malposisi gigi
4) Kombinasi dari beberapa faktor diatas
2.3.3.

Tipe Gummy Smile

Gummy smile diklasifikasikan menurut jumlah jaringan gusi yang menutupi


struktur gigi ketika tersenyum.Jumlah ini dapat diukur dengan menghitung panjang
gigi. Klasifikasi gummy smile terdiri dari mild, moderate,advanceddan severe
gummy smile.
9

1)

Mild Gummy Smile


Jaringan gusi yang terlihat kurang dari 25% kali panjangnya dari

keseluruhan panjang gigi yang terlihat ketika tersenyum.

Mild Gummy Smile


(gummysmilecorrection.com)
2)
Moderate Gummy Smile
Jaringan gusi yang terlihat 25% - 50% kali panjangnya dari
keseluruhan panjang gigi yang terlihat ketika tersenyum.

Moderate Gummy Smile


(gummysmilecorrection.com)

3)

Advanced Gummy Smile


Jaringan gusi yang terlihat 50% - 100% kali panjangnya dari

keseluruhan panjang gigi yang terlihat ketika tersenyum.

10

Advanced Gummy Smile


(gummysmilecorrection.com)

4)

Severe Gummy Smile


Jaringan gusi yang terlihat lebih dari 100% kali panjangnya dari

keseluruhan panjang gigi yang terlihat ketika tersenyum.

Severe Gummy Smile


(gummysmilecorrection.com)

2.3.4.

Rencana Perawatan
Kelainan I : Gummy smile dan probbing > 3mm di gigi 1.1 dan 2.1

Rencana Perawatan : Crown Lengthening


Crown lengthening adalah prosedur bedah untuk membuat mahkota
klinis gigi terlihat untuk mencegah penempatan margin / batas mahkota ke
daerah bilogical width. Biological width dipakai untuk menjelaskan daerah
epitelium junction dan jaringan konektiv yang melekat pada permukaan akar
(Carranzas, 2003) . Jadi, maksudnya crown lengthening merupakan suatu
11

prosedur bedah untuk menghilangkan daerah biological width yang menempel


pada area mahkota klinis gigi karena daerah biological width seharusnya
menempel pada permukaan akar.

Tehnik

gingivektomi

merupakan

salah

satu

prosedur

crown

lengthineng. Gingivektomi bisa digunakan untuk mengeliminasi jaringan yang


membentuk poket atau dinding sulkus. Tehnik ini bukan memanjangkan
mahkota klinis gigi. Secara definisi, mahkota klinis gigi adalah bagian antara
mahkota gigi sampai alveolar crest. Gingivektomi sendiri bukan merupakan
prosedur bedah crown-lengthening yang sesungguhnya, karena tidak
melibatkan alveolar bone.
Jadi, pada kasus ini kelainannya berupa Gummy Smile dan probbing
lebih dari 3mm pada gigi 1.1 dan 2.1 sehingga dibutuhkan prosedur
gingivektomi untuk membuang gusi yang berlebih.
Tehnik gingivektomi:

12

1. Kedalaman dan morfologi poket atau jaringan yang akan dibuang


ditentukan dengan probing lalu tandai dengan menggunakan jepitan
penanda poket (pocket-marking tweezers).
2. Jaringan yang berlebih yang akan dibuang dihilangkan dengan cara in toto
dengan incisi 45o pada sumbu axis gigi.
3. Alat penyeka steril (kapas, tisu) digunakaan untuk mengontrol pendarahan
sebelum pembalut periodontal digunakan untuk menutupi area luka.

2.4.

Maloklusi
2.4.1.

Definisi

Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang menyimpang
dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal, maloklusi dapat
disebabkan karena tidak ada keseimbangan dentofasial.
Keseimbangan dentofasial ini tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi beberapa
faktor saling mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah keturunan,
lingkungan, pertumbuhan dan perkembangan, etnik, fungsional, patologi.
2.4.2.

Etiologi

Etiologi maloklusi dibagi atas dua golongan yaitu faktor luar atau faktor
umum dan faktor dalam atau faktor lokal. Hal yang termasuk faktor luar yaitu
herediter, kelainan kongenital, perkembangan atau pertumbuhan yang salah pada

13

masa prenatal dan posnatal, malnutrisi, kebiasaan jelek, sikap tubuh, trauma, dan
penyakit-penyakit dan keadaan metabolik yang menyebabkan adanya predisposisi ke
arah maloklusi seperti ketidakseimbangan kelenjar endokrin, gangguan metabolis,
penyakit-penyakit infeksi.
Hal yang termasuk faktor dalam adalah anomali jumlah gigi seperti adanya
gigi berlebihan (dens supernumeralis) atau tidak adanya gigi (anodontis), anomali
ukuran gigi, anomali bentuk gigi, frenulum labii yang abnormal, kehilangan dini gigi
desidui, persistensi gigi desidui, jalan erupsi abnormal, ankylosis dan karies gigi.
2.4.3.
Dental

Sistem Klasifikasi Maloklusi


Skeletal

1. Angles
classification

2. Incisor

1. ANB

angle

Komprehensif
(steriner

analysis)

2. Incisor classification

classification

3. Canine

3. Canine classification

classification

14

1. ProffitAckerman

2.4.4.

Klasifikasi Angle

Dasar klasifikasi ini adalah hubungan molar 1 dan keselarasan gigi yang
relatif pada garis oklusi.Klasifikasi Angle membagi oklusi dalam empat
kelompok.
A. Maloklusi kelas I
Pada maloklusi kelas I, lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah
mempunyai hubungan mesio-distal yang normal. Dimana mesio-buccal
cusp M1 RA beroklusi dengan mesio buccal groove M1 RB, dan distal
C RA kontak dengan mesial P1 RB dan mesial C RA kontak dengan
distal C RB.

Dewey membagi maloklusi kelas I menjadi 5 tipe:


Tipe 1: crowding anterior.
Tipe 2: protrusion anterior.
Tipe 3: crossbite anterior.
Tipe 4: crossbite posterior.
Tipe 5: mesial drifting posterior

15

B. Maloklusi Kelas II
Pada maloklusi kelas II, gigi-gigi dan lengkungan gigi rahang bawah
terletak lebih distal dari keadaan normal dalam hubungannya dengan
gigi-gigi dan lengkungan gigi dirahang atas. Mesio buccal cusp dari M1
rahang bawah terletak lebih kedistal dibandingkan dengan posisi pada
kelas I sehingga berkontak dengan buccal groove M1 rahang atas

Dewey membagi menjadi 2 divisi:

Kelas II divisi 1
Incisive atas protrusi
Lengkungan gigi rahang atas yang dalam dan sempit, dan
bentuk palatum yang tinggi
Perkembangan mandibula kurang
Deep overbite/over jet
Full mouth appearance
Otot bibir hipotonus
Tekanan dari otot-otot yang abnormal
Bibir atas pendek dan naik ke atas

16

Mento labial sulcus dalam


Facial prognatism
Bone stabilitynya baik
Perkembangan rongga hidung tidak baik
Pertumbuhan transversal dan perkembangan gigi buruk
facial deformity

Kelas II divisi 2

Bilateral distal incisive atas retrusi/steep bite

Lengkungan gigi atas tidak begitu sempit tetapi datar


dibagian depan

Gigi-gigi incisivus rahang atas mengenai gingiva labial


insisif rahang bawah

Otot bibir hipertonus

Bibir atas normal

Deepbite

Perkembangan mandibula hampir normal

Perkembangan rongga hidung normal

17

Bone stabilitynya tidak stabil

Bagian mesial insisif lateral menutupi sebagian bagian distal


insisif sentral

Pertumbuhan transversal normal kecuali bagian depan atas


lengkung gigi tampak datar, pertumbuhan vertikal buruk

Tidak membuat muka cacat


Maloklusi kelas II divisi 2 perawatannya lebih sukar daripada

maloklusi kelas II divisi 1, tetapi maloklusi II divisi 2 tidak membuat


cacat muka.

C. Maloklusi Kelas III


Pada maloklusi kelas III, gigi-gigi dan lengkung gigi rahang
bawah terletak lebih mesial daripada normalnya dalam hubungannya
dengan gigi-gigi dan lengkung gigi atas.Mesio buccal cusp M1 rahang
atas beroklusi dengan pada buccal embrasure yang terletak antara M1
dan M2 rahang bawah.

18

Ada 3 tipe:

Tipe 1:

Hubungan incisive edge to edge. Gigitan

anterior edge to edge. Pada rahang bawah edge to edge


ini disebabkan oleh gigi-gigi yang berjejal dan inklinasi
RB condong ke lingual.

Tipe 2: Hubungan incisiv normal. Hubungan gigi-gigi


insisif rahang atas dengan rahang bawah tampak normal.
Hubungan gigi insisif rahang bawah lebih condong ke
lingual dibandingkan tipe 1 disertai gigi-gigi insisif dan
kaninus rahang bawah yang berjejal.

Tipe 3: Hubungan incisive crossbite. Tipe ini merupakan


gambaran khas mendibula yang besar.Bentuk profil muka
cekung, dagu menonjol ke depan dan gigitan bersilang
gigi anterior (cross bite anterior).

19

2.4.5.

Kelainan II : Maloklusi Klasifikasi Angle Kelas II divisi 2

Rencana Perawatan : Removable Orthodontic


Pada case 2, pasien tidak mengeluhkan mengenai susunan gigi
geliginya. Namun, setelah diperiksa, ternyata pasien mengalamai kelainan
maloklusi klasifikasi angle kelas II divisi 2. sebagai dokter gigi kita hanya
bisa memberi saran kepada pasien ingin dirawat atau tidak. Apabila pasien
ingin dirawat, perawatannya bisa menggunakan removable orthodontic
menggunakan labial bow untuk mengurangi deep bite.

2.5.

Desain alat Orthodonti dan Aktivasi Alat

Pada deep bite dapat menggunakan pelat landasan ortodonti dengan menggunakan
bite plane/bite riser. Berikut cara pemakaiannya.
2.5.1.
-

Indikasi pemakaian :

Pada perawatan maloklusi yang disertai dengan overbite yang berlebihan


(deep overbite atau excessive overbite).

Untuk perawatan sendi rahang/TMJ (Temporo Mandibular Joint) yang terasa


sakit akibat gangguan dimensi vertikal karena adanya oklusi gigi yang salah.

Untuk merawat gigitan terbalik (cross bite) diregio anterior

Untuk menghilangkan kebiasaan jelek (bad habit) seperti kerot (night


grinding /bruxism).

20

2.5.2.

Kontra indikasi :

Jika overbite lebih kecil dari normal/gigitan dangkal (shalow bite).

Pada kasus gigitan tepi lawan tepi (edge to edge bite)

Pada kasus gigitan terbuka ( open bite)

2.5.3.
-

Mekanisme kerja dari bite plane :

Memberi kesempatan pada rahang bawah untuk tumbuh dan berkembang ke


arah anterior. Kedudukan madibula ini setelah maju akan difiksasi oleh
oklusi gigi-gigi yang telah elongasi, jaringan disekitar mulut dan
pertumbuhan kondilus.

Memberi kemungkinan perkembangan lengkung mandibula pada regio


interkaninus.

Memberi kesempatan gigi-gigi di regio posterior untuk berelongasi, besar


elongasi yang dapat dicapai dibatasi oleh besar-kecilnya free way space
pasien

Gigi-gigi anterior bawah akan tertekan pada saat menguyah sehingga terjadi
intrusi

Pada peninggi gigitan diregio posterior dapat membebaskan gigi-gigi anterior


yang terkunci karena cross bite untuk dikoreksi dengan pir-pir pembantu.

2.5.4.
-

Menurut letaknya peninggi gigitan bite plane dibedakan atas :

Bite plane posterior : Plat peninggi gigitan ini berupa plat dengan perluasan
yang berbentuk penebalan di permukaan oklusal gigi-gigi posterior kanan dan
21

kiri, berfungsi untuk mencegah kontak oklusal gigi-gigi anterior sehingga


gigi-gigi yang cross bite/malposisi diregio anterior dapat dikoreksi dengan
pir-pir pembantu/auxilliary springs. Peninggi gigitan posterior bukan untuk
mengintrusi gigi-gigi posterior.

Bite plane anterior : Plat dengan dataran gigitan diregio anterior berfungsi
untuk mencegah kontak oklusal gigi posterior sehingga gigi-gigi tersebut
dapat elongasi, dan dapat mengintrusi gigi-gigi anterior bawah.

2.6.

Restorasi Estetik
2.6.1.

Penambalan Komposit

Indikasi Komposit
1. Usia pasien.
Semakin muda usia pasien, semakin penting untuk meminimalisasi
hilangnya enamel dan dentin. Restorasi komposit direk merupakan
material paling konservatif yang tersedia saat ini.
2. Gigi mana yang akan direstorasi

22

Suatu defek kecil dapat dirawat dengan tambalan yang kecil


pula.Apabila defek yang cukup besar atau diperlukan estetik yang
baik, restorasi ceramic indirek atau mahkota keramik dapat
dipertimbangkan.
3. Tujuan
Misalnya apabila yang dicari merupakan tujuan estetik, maka
komposit dapat menjadi material pilihan untuk restorasi.
4. Gaya oklusal
Apabila komposisi gigi sudah hancur karena gaya oklusal, diperlukan
material konvensional lain seperti ceramic atau metal.
5. Material
Dokter gigi harus dapat memilih material yang memenuhi kebutuhan
estetik, memiliki
dilakukan.Komposit

stabilitas

oklusal

merupakan

yang

pilihan

baik,
karena

serta

mudah

kekuatannya,

kehalusannya, serta tersedia dapat berbagai warna, opasitas, dan


kualitas.
6. Bonding
Bonding system dapat menghidarkan fraktur kohesiv pada restorasi
komposit.
7. Oral Hygiene
Seluruh margin harus bebas dari plak, karena dapat menurunkan
kemampuan bonding komposit pada dentin.
23

8. Kemampuan dokter gigi


Pemahaman akan dokter gigi sangat penting karena komposit
merupakan material yang dipilih karena keuntungan estetiknya. Serta
harus sesuai dengan kebutuhan fisikal dan psikologis pasien.
9. Ekonomi
Komposit

direk

lebih

menguntungan

dibandingkan

indirek

filling.Pasien biasa memilih komposit untuk menghindari tingginya


biaya, apabila sudah dibandingkan dengan tipe restorasi lainnya.
10. Pemilihan komposit
Hybrid komposit dipilih karena stabilitas dan kekuatannya yang
tinggi.Microfilled komposit dipilih karena lebih mudah untuk dipoles,
namun lebih rentan tergadap fraktur.Dokter gigi harus memilih
komposit yang memberikan nilai estetik terbaik serta emenuhi
kebutuhan fungsional pasien.

Cara Restorasi
-

Preparasi gigi tersebut, dibuat agar bentuknya mudah direstorasi.

Menyesuaikan warna gigi dengan shade guide komposit

Membersihkan gigi dan dikeringkan, dentin yang terbuka diberi lapisan


pelindung varnish atau semen base

Aplikasikan etsa, kemudian biarkan selama 15-30 detik, semprotkan dengan


air, kemudian keringkan.
24

Aplikasikan bonding agent, biarkan selama 15 detik, semprot dengan udara,


kemudian sinari dengan light curing selama 20 detik.

Komposit diaplikasikan selapis demi selapis, kemudian lakukan pengukiran


bentuk mahkota gigi, setelah bentuk sempurna, sinari dengan halogen selama
20-40 detik lapis demi lapis.

2.6.2.

Crown Lengthening
Crown lengthening adalah prosedur bedah untuk membuat mahkota

klinis gigi terlihat untuk mencegah penempatan margin / batas mahkota ke


daerah biological width. Biological width dipakai untuk menjelaskan daerah
epitelium junction dan jaringan konektiv yang melekat pada permukaan akar.
Bisa jg dikatakan crown lengthening merupakan prosedur pembedahan
yang

ditujukan

untuk

menghilangkan

jaringan

periodontal

untuk

meningkatkan ketinggian dari mahkota klinis.


Menurut Richard E Walton dan Torabinejad dalam bukunya crown
lengthening adalah prosedur bedah yang dipakai untuk menambah panjang
struktur gigi supragingival untuk tujuan restorasi maupun estetik. Prosedur
dasarnya adalah dengan menggeser tepi gingiva ke arah apeks dan/ atau
mengurang tulang servikal.

25

Tehnik

gingivektomi

merupakan

salah

satu

prosedur

crown

lengthineng. Gingivektomi bisa digunakan untuk mengeliminasi jaringan yang


membentuk poket atau dinding sulkus. Tehnik ini bukan memanjangkan
mahkota klinis gigi. Secara definisi, mahkota klinis gigi adalah bagian antara
mahkota gigi sampai alveolar crest. Gingivektomi sendiri bukan merupakan
prosedur bedah crown-lengthening yang sesungguhnya, karena tidak
melibatkan alveolar bone.
Tehnik gingivektomi:
4. Kedalaman dan morfologi poket atau jaringan yang akan dibuang
ditentukan dengan probing lalu tandai dengan menggunakan jepitan
penanda poket (pocket-marking tweezers).
5. Jaringan yang berlebih yang akan dibuang dihilangkan dengan cara in toto
dengan incisi 45o pada sumbu axis gigi.
6. Alat penyeka steril (kapas, tisu) digunakaan untuk mengontrol pendarahan
sebelum pembalut periodontal digunakan untuk menutupi area luka.
Prosedur crown lengthening
-

Recounturing Gingiva
26

Prosedur ini dilakukan dengan membuat titik-titik perdarahan pada


level

gingiva

yang

akan

dihilangkan.

Pengangkatan

jaringan

menggunakan scalpel no. 15.Untuk membuat kontur gingiva yang natural,


tinggi kontur gingiva gigi incisivus sentral dan kaninus ke arah distal dari
midline gigi dan untuk incisivus lateralis dibuat pada midline
gigi.Rekonturing

kembali margin gingiva dapat dilakukan hingga ke

mesial molar pertama maksila tergantung batas horizontal senyum pasien.


-

Evaluasi Lebar Biologik


Kira-kira 2mm ruangan dibutuhkan antara dasar sulkus dan tulang
alveolar untuk perlekatan.Bila perlu lebar biologik ditambah dengan
memindahkan margin gingiva sehingga sulkus lebih dekat ke puncak
tulang.Bila antara margin gingiva yang baru dibuat dan puncak tulang
belum mencapai 2mm, maka reseksi tulang dapat dilakukan.

Desain Flap
Flap dibuat di bagian fasial gigi dengan bentuk sulkuklar

Reseksi Tulang
Reseksi tulang biasanya dilakukan dengan menggunakan chisel.
Setelah dilakukan reseksi, prob dimasukkan untuk mendapatkan kepastian

27

ruang 2 mm lebar biologic antara margin gingiva yang baru dibuat dan
krista alveolaris.

Penjahitan
Setelah pembedahan selesai, dilakukan penjahitan.Penyembuhan dan
stabilitas dimensi jaringan yang baik dapat dicapai dalam waktu kira-kira
10 minggu.

Indikasi crown lengthening


a. Kebutuhan restorative
-

Untuk menambah ketinggian dari mahkota klinis yang hilang


karena karies ataupun fraktur gigi

Untuk memudahkan akses pada subgingival karies.

Untuk memudahkan akses pada perforasi pada 1/3 mahkota akar


gigi.

Untuk merelokasi margin dari restorasi yang menimpa lebar


biologis

28

Pemanjangan

mahkota

gigi

biasayana

dilakukan

untuk

merestorasi gigi dengan defek subgingiva seperti karies,perforasi atau


resorpsi. Tepi/margin restorasi yang menekan attachment aparatus
dapat mengakibatkan inflamasi, nyeri dan hilangnya perlekatan
periodontium.Tepi restorasi tidak boleh diletakkan dekat atau pada
puncak tulang alveolus.Lebih baik, paling tidak terdapat 2mm
permukaan akar antara puncak tulang alveolus dengan restorasi sesuai
dengan konsep lebar biologis.
Lebar biologis mempunyai dua komponen yang terletak lebih ke
servikal dari tepi puncak tulang alveolus, masing-masing lebarnya
sekitar 1mm: (1) perlekatan jaringan ikat dan (2) perlekatan epitel.
Kedalam sulkus bervariasi.

29

Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan


perawatan yakni luas dan letak fraktur,perforasi,karies,panjang akar,
dukungan periodontium, kedaan periodontium gigi tetanga,posisi gigi
dan estetik.
b. Estetik
-

Gigi yang pendek

Kontur gingiva yang tidak rata

Gummy smile
Senyum yang simetris dianggap estetis dan ideal dimana harus

ada 1mm gingiva yang telihat saat tersenyum. Proporsi panjang


mahkota juga penting, panjang gigi sentral harus sama dengan gigi
taring dan gigi incisivus lateral sedikit lebih pendek dari keduanya.
Kemiringannya pun harus diperhatikan.
Faktor kosmetik atau mahkota klinis yang pendek yang dapat
diperpanjang untuk meningkatkan retensi dan penampilan.
Kontraindikasi
Crown lengthening tidak dilakukan pada gigi dengan panjang
mahkota klinis yang sudah panjang, karena dapat mengganggu estetik,
dengan hasilnya terdapat black triangle.
Pasien dengan oral hygiene buruk, serta pada perokok.
Komplikasi

30

Kemungkinan terjadinya gangguan estetik karena black triangle

Sensitivitas pada akar


Sensitif terhadap makanan dan minuman panas ataupun dingin.

Mobility pada gigi


Dengan adanya pengambilan jaringan tulang, ini sangat membuka
kemungkinan untuk terjadinya kegoyangan pada gigi.

Excessive bleeding
Selama pembedahan, dapat terjadiny pendarahan hebat pada
pasien,yang dapat berhenti beberapa jam setalah prosedur. Biasanya,
pendarahan akan berhenti 40-60 menit setelah pembedahan. Namun
pada beberapa pasien mungkin bisa lebih lama.Pemberian koagulan
dapat dilakukan dengan kondisi pasien demikian.

Infeksi
Dengan tanda-tanda;
a. pembengkakan
b. kemerahan
c. adanya demam
d. nyeri hebat
e. akumulasi pus
f. warna jaringan gusi yang terang

31

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Orthodontic


Lab Skill.Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.
Carranza, F.A. 1990. Glickmans Clinical Periodontology. ed. Philadelphia: WB
Saunders Company.
Klaus H, Rateitschak M Edith, et all. 1985. Color Atlas of Periodontology. New
York. Thieme Inc.
Robert, Moyer C. 1988. Orthodontic.4th Edition. Chicago: Year Book Medical
Publisher.

32

Anda mungkin juga menyukai