, MT
atau geoteknik.
PULAU NIPAH
(KEP.RIAU INDONESIA)
PULAU SENTOSA
(SINGAPORE)
1. SOIL INVESTIGATION
Langkah awal didalam melakukan proses perencanaan reklamasi
(studi ataupun detailed engineering design), adalah melakukan
survey atau kegiatan sebagai berikut :
a. Survey pengenalan lokasi proyek.
b. Survey pasang-surut air laut, sungai, tinggi gelombang dan arus
c. Bathimetric survey (pengukuran kedalaman dasar laut).
d. Topographic survey (bila lokasi reklamasi bukan di laut)
e. Penyelidikan tanah
f. Survey quarry (sumber material reklamasi).
g. Survey harga satuan bahan dan upah kerja.
2.
SOIL IMPROVEMENT
Kondisi tanah asli yang akan direklamasi, umumnya tergolong jenis
tanah jelek yaitu lempung lunak (soft clay) yang "compressible",
walaupun di beberapa lokasi tidak tertutup kemungkinan berupa
tanah baik yaitu pasir.
Soil improvement (perbaikan tanah) itu sendiri, sesungguhnya
adalah merupakan bagian dari proses pelaksanaan suatu proyek
(misal : reklamasi pantai), yang perlu direalisir apabila ternyata
tanah tersebut tidak memenuhi syarat ditinjau dari aspek daya
dukungnya, stabilitasnya ataupun perilakunya.
Untuk memilih metoda perbaikan tanah yang tepat dan juga
ekonomis, harus mempertimbangkan juga unsur-unsur lainnya,
seperti :
- Contractor qualification ( tingkat kemampuan dan bonafiditas
Kontraktor).
- Waktu pelaksanaan dan waktu aksinya (Tingkat kecepatan
berfungsinya).
- Pengaruh atau akibatnya terhadap lingkungan disekitarnya.
- Biaya relatif.
Preloading
- Soil weight only
- With Vertical Drains
- With net of drainage
- With electro osmose
Electro Consolidation
Stone Column
Cement Column
Freezing
Piling
- Piling only
- With Horizontal Drainage
Explosive
Vibroflotation
Impregnation
Substitution
2.
Material pasir halus berbutir homogen 100 % pada suatu timbunan reklamasi di laut atau di
kawasan yang tergenang air, dapat menderita "liquefacfion" apabila terjadi seismik (gempa).
Liquefaction pasir menurut definisi adalah naiknya harga tegangan air pori (u) hingga sama
dengan harga tegangan "overburden" nya (), sehingga harga tegangan efectifnya () dan
kekuatan geser dari pasir tersebut () menjadi NOL.
= C + ( u ) tg
C = 0 (untuk pasir)
Apabila quarry tersebut terletak di darat (sungai, bukit) maka peralatanperalatan yang diperlukan lebih didominasioleh peralatan daratan, seperti :
Armada dump truck ( -- 6 ton ), untuk pengangkut.
Motor grader, crawler tractor, tire loader dan yang sejenis untuk
pemindah dan tanah/material.
Tandem roller, vibrating roller, dan lain-lain untuk pemadatan.
Excavator dengan fungsi yang dapat diubah-ubah, misalnya : backhoe,
clamshell, shovel, dan lain-lain.
Apabila quarry tersebut terletak di dasar laut, atau di pulau yang harus
menyeberangi lautan, maka type-type peralatan yang umum dipakai adalah
sebagaimana yang tertera dalam Tabel 4.1 : "Type peralatan untuk
pekerjaan reklamasi dan pelindung pantai".
o
o
o
o
o
o
Berat minimal (dihitung), baik untuk lapisan primer maupun lapisan inti (kg).
Sifat batuannya harus keras,
Bersih,
Permukaan tidak rata dan tidak licin (syarat interlocking yang baik),
Berat volume lebih besar dari 2,3
Serta sifat ketahanan terhadap sodium sulfat maximum 10 %.
Rambu-rambu dan tanda batas dapat berupa tiang kayu atau bambu yang
ditancapkan pada sisi luar areal reklamasi atau pengerukan dapat juga dipakai
bola-bola yang diikat dengan beton dan ditenggelamkan pada posisi tepat di
ujung-ujung bangunan atau tepi lokasi.
Penggunaan peralatan posisioning berupa EDM (Electronic Data Measurement)
atau Total Station merupakan keharusan agar setiap posisi dapat ditentukan
dengan tepat.
Jalan
Rambu/Patok
Lebar Area Reklamasi ( 300 m)
+ 1.80 m LWS
Beton Pemberat
SEA BED
+ 1.80 m LWS
- 1.50 m LWS
200 m
100 m
AREA
RENCANA
STOCK PILING
+ 1.80 m LWS
- 1.50 m LWS
3.00
Sand bag
Barge
Lintasan Barge
Kapal
Keruk
Pipa penyalur
Stockpiling
Area
SPUT BARGE
KAPAL KERUK (TSHD)
TAMPAK DEPAN
TAMPAK SAMPING
SPUT BARGE
TAMPAK ATAS
Laut
Overflow
Material
Reklamasi
Laut
BULDOZER
Sand Bag
o). PEMASANGAN BERM, SECONDARY LAYER & PRIMARY LAYER (Gambar 4.19)
Berm perlu dipasang secepatnya setelah geotextile bagian bawah sudah berada pada
posisi nya. Ditata berbentuk gundukan trapesium.
Secondary layer berupa batuan kecil sampai sedang seberat maksimum 20 kg ditata
secara random diatas geotextile sampai setebal t=50 cm.
Diikuti pemasangan lapisan primer (primary layer) dengan batu besar (max. 60 kg)
Setebal t=90 cm sepanjang tepi,
Pemasangan batuan ini diusahakan serapi mungkin sehingga sela antar batuan terisi
seluruhnya.
GEOTEXTILE
PRIMARY LAYER (BATU KALI 1,2 2 TON )
SECONDARY LAYER (BATU KALI 120 200 KG )
CORE ( QUARRY 6 10 KG )
PASIR URUG
Penentuan dari tinggi timbunan final pada saat pelaksanaan phisik (dengan
mempertimbangkan adanya settlement), dapat diiihat pada Gambar 4.28,
cara ini adalah merupakan CARA GRAFIS.
yaitu dengan mencari titik potong antara : kurva S, versus Hn
dengan kurva Hn - H versus Hn
HR
Timbunan Reklamasi
SC
Compressible Soil
Substratum
St
Si
Scp
Scs
Slat
Scs
Slat
Si
a, a
H
rH, rH
E
a2
a a
rH
a
a
rH
Si
.H
- 0,2
10
x/a
x / a
0,5
CL
a
a
a
H
1,5
M
x
h
Soil Compressible
SUBSTRATUM INCOMPRESSIBLE
2,5
( Dm . h ) / Em = i ( Di . Hi ) / Ei
Dm
Di
h
hi
Ei
Si
q
hi
Ei
q . i
hi
Ei
22
E = E 1 1-
Formula yang lain :
E = 2,3 c
1-e
Cc
NC
OC
NORMALLY CONSOLIDATION
SCP
Scp
Cc .H
log 1 + 0
=
1 + e0
Cc
H
e0
= Consolidation primair
settlement
= Compression index
= Depth of Clay layer
= Initial void ratio
= Surcharge
= Overburden pressure
efective
OVER CONSOLIDATION
Apabila
Scp
= Consolidation primair
settlement
= Compression index
= Swelling index
= Depth of Clay layer
= Initial void ratio
= Surcharge
= Overburden pressure
efective
= Preconsolidation
pressure efective
SCP
Cs .H
log 1 + 0
=
1 + e0
Cc
Cs
H
e0
0
c
Apabila
+ >
Cc .H
+
Cs .H
log +
log
=
1 + e0
1 + e0
C
Scp
SCP
Cc
Hi
e0
i
0i
=
=
=
=
Scp =
Cc .H1
i
log 1 + 0i
1 + e0
c.1
Tebal lapisan lempung (H) yang diperhitungkan adalah yang masih bisa mengalami proses
konsolidasi primer.
Hard Clay ( N-SPT > 30 ), umumnya dapat dianggap sudah tidak mengalami proses
konsolidasi primer sehingga tidak perlu diperhitungkan sebagai bagian dari tebal
lapisan lempung lunak (H).
c.2
SURCHARGE
Surcharge yang dimaksud adalah besarnya beban yang bekerja diatas permukaan tanah
asli (Compressible soil ) dalam satuan tegangan.
b/z =
= . h.
Jadi
CL
a
2I
A
z
Note :
Koefisien I dikalikan dua, karena yang
disajikan oleh grafik OSTERBERG tersebut
adalah harga I untuk separuh dari lebar
timbunan total.
a/z
c.3
Harga Compression Index (Cc) dan Sewlling index (Cs) diperoleh dari grafik hasil
Oedometer test, yaitu yang merupakan hubungan antara angka pori dengan tegangan
vertikal dalam skala logaritma ( log ).. Lihat Gambar 5.3.
c.4
VOID RATIO
Angka Pori Inisial (e0) diperoleh dari hasil test laboratorium (Volumetric & Gravimetric)
c.5
Overburden Pressure
c.6
PRECONSOLIDATION PRESSURE
Tegangan prakonsolidasi (C) efektif diperoleh dari hasil Oedometer test, yaitu dari
grafik hubungan e versus log v ( gambar 5.3)
h (t) = U(t)
h final
Dengan :
U(t)
= Derajat konsolidasi pada waktu tertentu (%)
h
= Besarnya settlement final (total)
a = 351 m
a = 345 m
+ 3,00 LWS
HR
H
Sea bed
-8,00
14,27 m
15,32 m
22,4 m
Lapisan 3 ( very dense Lime Stone)
A. PRIMER SETTLEMENT(Scp)
Elevasi Timbunan
HR
(m)
LWS
8
HWL
10
'o+'
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
'o
64
80
98
116
134
152
170
188
206
SETTLEMENT
LAPIS
h =
H x Cc
(1+e o)
log
+3.0 LWS +4.0 LWS +5.0 LWS +6.0 LWS +7.0 LWS +8.0 LWS +9.0 LWS
11
12
13
14
15
16
17
h1 = 2.267
log
42.84+'
42.84
h1
(m)
0.900
1.037
1.172
1.290
1.396
1.491
1.578
1.658
1.732
h2 = 1.572
log
154.56+'
154.56
h2
(m)
0.237
0.285
0.335
0.382
0.426
0.468
0.506
0.543
0.578
Scp
(m)
1.136
1.322
1.507
1.672
1.822
1.959
2.085
2.202
2.310
(Kpa)
PRIMER SETLEMENT
(Kpa)
a = 351 m
SETTLEMENT
LAPIS
hi
E oed
h = g 'timb .Htimb
h2 =
80
98
116
134
152
170
188
206
(m)
0.422
0.476
0.526
0.567
0.601
0.631
0.656
0.677
0.696
h2
E oed
h2
(m)
0.260
0.308
0.356
0.399
0.438
0.473
0.505
0.534
0.561
Si
(m)
0.682
0.784
0.882
0.967
1.040
1.104
1.161
1.211
1.257
64
h1
g 'timb .H timb
1 e
Cc
+3.0 LWS +4.0 LWS +5.0 LWS +6.0 LWS +7.0 LWS +8.0 LWS +9.0 LWS
11
12
13
14
15
16
17
IMMEDIATE SETLEMENT
E oed 2 . 3 '
g'timb.Htimb
HWL
10
h1
E oed
h1 = g 'timb .H timb
LWS
8
a = 351 m
+3.00 m LWS
HR
Scp
Si
Stotal
HR-H
8
10
11
12
13
14
15
16
17
1.136
1.322
1.507
1.672
1.822
1.959
2.085
2.202
2.310
0.682
0.784
0.882
0.967
1.040
1.104
1.161
1.211
1.257
1.818
2.106
2.389
2.639
2.862
3.063
3.245
3.413
3.567
0
1
2
3
4
5
6
a = 351 m
D.
0
5
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
a = 351 m
(St) (HR)
Vs
(HR-H) - (HR)
St VS HR
HR-H VS HR
Htimb =14.2 m
0
5
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
a = 351 m
t
Tv
Cv
Hd
=
=
=
=
Lamanya penurunan (t) tersebut diatas dapat pula dicari berdasarkan cara grafis
pada Gambar yang disajikan oleh J.P BRU (1983) di buku Wahyudi (1997).
Catatan : mois
= bulan
ans
= tahun
H yang dimaksud adalah Hd atau Hdr
a = 351 m
U (%)
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Tv
0,008
0,031
0,071
0,126
0,197
0,287
0,403
0,567
0,848
a = 351 m
a = 351 m
Hd = H
Hd
bila arah drainage adalah satu arah (ke atas atau ke bawah).
Hal ini terjadi bila di atas atau di bawah lapisan compressible
merupakan lapisan yang kedap air.
= H
a = 351 m
Apabila lapisan tanah homogen dan mempunyai beberapa nilai Cv, maka
harga Cv yang digunakan dalam perencanaan adalah harga Cv rata-rata
(ABSI, 1965)
rata-rata =
+ 2 + .+
1
2
a = 351 m
Example
a = 351 m
Example
a = 351 m
Example
a = 351 m
Poinconnement
a = 351 m
Poinconnement
Poinconnement
Sliding
Rotasional
Sliding
Rotasional
Sliding
Rotasional
Sliding
Rotasional
Armour Layer
Cross Section
Depth of Layers
Elevation of
Top Dike
PRELOADING
& SURCHARGE
PRELOADING
& SURCHARGE
PRELOADING
& SURCHARGE
PRELOADING
& SURCHARGE
PRELOADING
& SURCHARGE
PRELOADING
& SURCHARGE
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
VERTIAL DRAINS
TEKNIK PELAKSANAAN
GEOSYNTHETIC
GEOSYNTHETIC
GEOSYNTHETIC
GEOSYNTHETIC
GEOSYNTHETIC
GEOSYNTHETIC
GEOTEXTILE
GEOSYNTHETIC
GEOMEMBRANE
GEOSYNTHETIC
GEOGRID
GEOSYNTHETIC
GEOCOMPOSITE
GEOSYNTHETIC