Anda di halaman 1dari 163

FUAD HARWADI, ST.

, MT

REKLAMASI MENURUT DEFINISI adalah suatu


pekerjaan penimbunan tanah dengan skala
volume dan luasan yang sangat besar, pada suatu
kawasan atau lahan yang relatif masih kosong dan
berair, misalnya di kawasan pantai, daerah rawarawa, suatu lokasi di laut, ditengah sungai yang
lebar, ataupun di danau.

PROBLEMA UTAMA DARI REKLAMASI


tersebut
umumnya
berkisar
pada
permasalahan tanah, yaitu perlunya
perbaikan- tanah asli, perlunya pemakaian
vertical drains, preloading dan juga
permasalahan settlement & sliding. Oleh
karena itu pembahasan disini akan lebih
ditekankan pada aspek mekanika tanah

atau geoteknik.

Pekerjaan reklamasi ini sesungguhnya tidak


dapat dipisah-pisahkan dengan pekerjaan
pengerukan (dredging) dan AMDAL, terutama
bila sumber material (quarry) dari reklamasi itu
terletak di dasar laut ataupun dipulau tertentu.
Namun untuk penjelasan detail tentang teknik
pengerukan tersebut dan juga tentang AMDAL,
akan disusun disiplin ilmu maupun Diktat
tersendiri oleh Penulis yang lain.

PANTAI INDAH KAPUK (PIK)

2700 Ha dan 1000 Ha


berada di lahan hutan
lindung/mangrov
Departemen Kehutanan.
Untuk Reklamasi dibuat
Keppres 52 /1995 dan
dilakukan
oleh
10
perusahaan.
Baru dikeluarkan AMDAL
7 tahun kemudian

The PALM JUMAERAH


DUBAI

PULAU NIPAH
(KEP.RIAU INDONESIA)

Pulau Nipa ( nipah), pada awalnya tahun 2000an sudah


nyaris tenggelam, karena pasirnya di keruk dan di jual
ke Singapura. Bayangkan harga pasir yang satu
kubiknya setara dengan harga beras satu kilogram.
Maka pelan tapi pasti pulau Nipa kian sirna. Kemhan
melihat pulau ini sangat strategis karena lokasi dan
posisinya sebagai salah satu titik dasar perbatasan
Indonesia-Singaoura. Maka Kemhan mengusulkan dan
melakukan kampanye untuk segera mereklamasinya.

Pemerintah kemudian menyepakati agar Departemen


PU melakukan reklamasi. Maka mulai tahun 2004
proses reklamasi dimulai dan berahir tahun 2008. Akhir
2008, proses reklamasi selesai dikerjakan dengan
biaya reklamasi lebih dari 300 milyar rupiah.
Luas Pulau Nipa saat ini sekitar 60 hektar. Beberapa
fasilitas yang sudah dibangun, antara lain, pos TNI
Angkatan Laut, dermaga, dan mercusuar. Namun,
sarana listrik dan air bersih masih terbatas. Listrik
mengandalkan genset. Air bersih mengandalkan air
hujan.

PULAU SENTOSA
(SINGAPORE)

DOKUMEN YG HARUS DISIAPKAN


DALAM PROYEK REKLAMASI :
1.

GAMBAR RENCANA, minimal berisikan :


* Layout dan lokasi proyek reklamasi (lengkap berkoordinat).
* Peta contour daratan dari rencana reklamasi, yang
menunjukkan elevasi-elevasi permukaan tanah timbunan.
* Potongan-potongan melintang dan memanjang, di beberapa
posisi yang penting
* Typical cross section dari tanggul dan timbunan reklamasi.
* Layout posisi pemasangan vertical drains (bila memakai
PvD).
* Metoda atau tahapan pelaksanaan phisik reklamasi
* Layout posisi soil instruments untuk monitoring evolusi dari
parameter-parameter tanah selama dan setelah Penimbunan,
* Detail-detail untuk beberapa fasilrtas pelengkap lainnya,
yang ada di proyek reklamasi tersebut.

2. RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT, berisikan


Syarat-syarat Pelelangan :
* Syarat-syarat Umum Pelaksanaan
* Syarat-syarat Administrasi (Umum dan Khusus)
* Syarat-syarat Teknis Pelaksanaan

3. RENCANA ANGGARAN BIAYA (Engineering Estimate)

4. DAFTAR VOLUME PEKERIAAN (Bill of Quantity)

5. FINAL DESIGN REPORT.

1. SOIL INVESTIGATION
Langkah awal didalam melakukan proses perencanaan reklamasi
(studi ataupun detailed engineering design), adalah melakukan
survey atau kegiatan sebagai berikut :
a. Survey pengenalan lokasi proyek.
b. Survey pasang-surut air laut, sungai, tinggi gelombang dan arus
c. Bathimetric survey (pengukuran kedalaman dasar laut).
d. Topographic survey (bila lokasi reklamasi bukan di laut)
e. Penyelidikan tanah
f. Survey quarry (sumber material reklamasi).
g. Survey harga satuan bahan dan upah kerja.

Beberapa tujuan terhadap hasil yang diperoleh dari survey tersebut


diatas, adalah :

Menentukan tinggi (elevasi) permukaan rencana timbunan


reklamasi (misal : + 4.00 m LWS).

Menentukan elevasi minimal permukaan tanggul sebagai shore


protection (misal ; + 4.50 m LWS).

Menentukan bentuk atau layout kawasan reklamasi

Menghitung besarnya tegangan atau beban yang bekerja pada


tanah asli, settlement dan sliding.

Menghitung volume timbunan reklamasi.

Menghitung rencana anggaran biaya pelaksanaan phisik

Dan lain-lain seperti fasilitas penunjang yang ada hubungannya


dengan reklamasi.

Khusus untuk soil investigation, ada beberapa test


lapangan dan laboratorium yang umum dilakukan yaitu .
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Standard Penetration Test (SPT) .


Cone Penetration Test (Sondir).
Pressuremeter Test.
Vane ShearTest.
Boring untuk Undisturbed Samples.
Volumetric & Gravimetric.
Atterberg Limits,
Analisa Ayakan dan Sedimentasi Hydrometer.
Triaxial Test (UU, CU & CD).
Direct Shear Test.
Consolidation Oedometric Test.

2.

SOIL IMPROVEMENT
Kondisi tanah asli yang akan direklamasi, umumnya tergolong jenis
tanah jelek yaitu lempung lunak (soft clay) yang "compressible",
walaupun di beberapa lokasi tidak tertutup kemungkinan berupa
tanah baik yaitu pasir.
Soil improvement (perbaikan tanah) itu sendiri, sesungguhnya
adalah merupakan bagian dari proses pelaksanaan suatu proyek
(misal : reklamasi pantai), yang perlu direalisir apabila ternyata
tanah tersebut tidak memenuhi syarat ditinjau dari aspek daya
dukungnya, stabilitasnya ataupun perilakunya.
Untuk memilih metoda perbaikan tanah yang tepat dan juga
ekonomis, harus mempertimbangkan juga unsur-unsur lainnya,
seperti :
- Contractor qualification ( tingkat kemampuan dan bonafiditas
Kontraktor).
- Waktu pelaksanaan dan waktu aksinya (Tingkat kecepatan
berfungsinya).
- Pengaruh atau akibatnya terhadap lingkungan disekitarnya.
- Biaya relatif.

Preloading
- Soil weight only
- With Vertical Drains
- With net of drainage
- With electro osmose

Electro Consolidation
Stone Column
Cement Column
Freezing
Piling
- Piling only
- With Horizontal Drainage

Explosive
Vibroflotation
Impregnation
Substitution

Untuk kasus reklamasi pantai diatas tanah


lempung, umumnya menggunakan jaringan
vertical drains (kadangkala dikombinasikan
dengan metoda preloading) sebagai salah
satu cara untuk mempercepat proses
settlement tanah asli.
sedangkan pemadatan
terhadap timbunan reklamasi yang didominasi
oleh material pasir, dapat digunakan
vibroflotation (vibration deep compaction),
Dynamic Compaction, dsb

Material timbunan reklamasi ini tidak boleh berupa :


1.

Pasir halus berbutir homogen 100 %, atau

2.

Material yang kandungan lempungnya terlalu banyak ( 20 %).

Material pasir halus berbutir homogen 100 % pada suatu timbunan reklamasi di laut atau di
kawasan yang tergenang air, dapat menderita "liquefacfion" apabila terjadi seismik (gempa).
Liquefaction pasir menurut definisi adalah naiknya harga tegangan air pori (u) hingga sama
dengan harga tegangan "overburden" nya (), sehingga harga tegangan efectifnya () dan
kekuatan geser dari pasir tersebut () menjadi NOL.

= C + ( u ) tg

C = 0 (untuk pasir)

= - u , bila = u ---- LIQUAFACTION


Apabila demikian maka tanah timbunan tersebut akan runtuh atau rupture.

Sebaliknya, apabila pada material timbunan tersebut terlampau banyak


kandungan lempungya, maka dapat mengakibatkan instabilitas (akibat kembang
susut yang besar, settlement/pemampatan yang besar, mudah bergerak, daya
dukung tanah rendah, dan lain-lain) didalam diri timbunan reklamasi itu sendiri.
Hal ini akan lebih diperparah lagi dengan adanya kasus atau perilaku yang
sama pada lapisan tanah aslinya yang soft clay.

Material untuk timbunan reklamasi itu sendiri, menurut SETRA &


LCPC (1976) dapat diklasifikasikan menjadi 17 (tujuh belas) kelas,
yaitu dari Al s/d D4,

Material reklamasi yang umumnya dipakai adalah yang


berklasifikasi . B1, B2, B3 & B4
(Tabel 3.1 . Soil classification of the Reclamation Materials)

Dalam realisasi pelaksanaan penimbunan reklamasi,


biasanya persyaratan teknis tersebut disederhanakan atau
dibuat praktis, menjadi :

Berupa tanah pasir bercampur kerikil dan sedikit lanau


Harus bersih dan bebas dari bahan organis dan kotoran
Diameter butiran maksimum = 20 mm.
Porsentase material berdiameter halus yaitu yang lebih kecil
dari 0,08 mm, adalah lebih kecil dari 20 %.
Relative Density (Dr ) timbunan minimum = 80 % untuk zone
diatas muka air pasang, dan minimum = 60 % pada zona
dibawah muka air pasang
Koefisien permeabilitas ( k ) minimum = 1 x 10-5 m/s

Sumber material (quarry)timbunan reklamasi ini dapat


diperoleh dari :
dasar laut
pulau tertentu
daratan . bukit, gunung
dasar sungai
dasar danau.

Untuk itu diperlukan sekali survey quarry


pada tahap studi ataupun perencanaan. Yang
perlu diidentifikasi disini adalah :
Kwalitas material reklamasi
Jumlah atau volume material yang tersedia

Peralatan vanq digunakan Jenis dan jumlah peralatan untuk pelaksanaan


reklamasi tergantung sekali dari :
Sumber material (quarry), di laut atau di darat.
Lokasi reklamasi, di laut, di pantai. di rawa-rawa, dan sebagainya.

Apabila quarry tersebut terletak di darat (sungai, bukit) maka peralatanperalatan yang diperlukan lebih didominasioleh peralatan daratan, seperti :
Armada dump truck ( -- 6 ton ), untuk pengangkut.
Motor grader, crawler tractor, tire loader dan yang sejenis untuk
pemindah dan tanah/material.
Tandem roller, vibrating roller, dan lain-lain untuk pemadatan.
Excavator dengan fungsi yang dapat diubah-ubah, misalnya : backhoe,
clamshell, shovel, dan lain-lain.

Apabila quarry tersebut terletak di dasar laut, atau di pulau yang harus
menyeberangi lautan, maka type-type peralatan yang umum dipakai adalah
sebagaimana yang tertera dalam Tabel 4.1 : "Type peralatan untuk
pekerjaan reklamasi dan pelindung pantai".

TYPICAL CROSS SECTION TIMBUNAN DAN TANGGUL

Timbunan reklamasi di laut atau di kawasan yang berair (apalagi yang


bergelombang), umumnya memakar tanggul dari susunan batu kosongan
sebagai shore protection. Batu-batu tersebut mempunyai persyaratan :

o
o
o
o
o
o

Berat minimal (dihitung), baik untuk lapisan primer maupun lapisan inti (kg).
Sifat batuannya harus keras,
Bersih,
Permukaan tidak rata dan tidak licin (syarat interlocking yang baik),
Berat volume lebih besar dari 2,3
Serta sifat ketahanan terhadap sodium sulfat maximum 10 %.

JADWAL PELAKSANAAN RELATIF REKLAMASI


Pekerjaan reklamasi laut atau pantai, sebagian besar quarrynya berasal dari dasar
laut atau dari pulau tertentu yang menyeberangi laut. Walaupun quarry yang
berlokasi di daratan adakalanya tersedia, biasanya alternatif ini jarang direalisir
karena beberapa pertimbangan kerugian sebagai berikut :
Memerlukan armada angkutan darat (dump truck) yang sangat banyak.
Menganggu kebersihan kota atau desa yang dilewatinya (banyak tanah dan
pasir yang tumpah berceceran disepanjang jalan).
Menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Ongkos angkut material dengan dump truck, mudah dipermainkan oleh para
spekulan atau sindikat.
Menyebabkan kerusakan jalan-jalan yang dilaluinya.
Waktu pelaksanaan mulai dari transportasi darat hingga ke temporary dumping
area relatif lama.
Oleh karena alasan di atas, maka disini lebih diprioritaskan pemberian contoh untuk
suatu pekerlaan reklamasi yang sumber materialnya berasal dari dasar laut / sungai,
sehingga secara makro adalah merupakan kombinasi pekerjaan dredging &
reclamation.

a) PEKERJAAN PERSIAPAN ( Gambar 4.4 ).


Meliputi pekerjaan : perijinan lokasi Shunting Yard di darat, mobilisasi peralatan,
pemasangan rambu-rambu dan patok batas areal reklamasi, rambu-rambu untuk
posisi areal quarry pengerukan.
Shunting Yard (= Plant Area) dapat dicari di sekitar pantai. Mobilisasi peralatan
dapat diawali dengan kapal keruknya.

Rambu-rambu dan tanda batas dapat berupa tiang kayu atau bambu yang
ditancapkan pada sisi luar areal reklamasi atau pengerukan dapat juga dipakai
bola-bola yang diikat dengan beton dan ditenggelamkan pada posisi tepat di
ujung-ujung bangunan atau tepi lokasi.
Penggunaan peralatan posisioning berupa EDM (Electronic Data Measurement)
atau Total Station merupakan keharusan agar setiap posisi dapat ditentukan
dengan tepat.

Jalan
Rambu/Patok
Lebar Area Reklamasi ( 300 m)
+ 1.80 m LWS

Beton Pemberat

SEA BED

b) PEMBERSIHAN LAPANGAN ( Gambar 4.5 ).


Sebelum reklamasi dilaksanakan, perairan pantai perlu dibersihkan dari bahanbahan organik dan anorganik berupa sampah kota, bangkai pohon, kapal karam
dan lain sebagainya.

+ 1.80 m LWS

- 1.50 m LWS

Pembersihan bahan-bahan organik


(bangkai pohon, kapal karam, dll)

c) PEMASANGAN TANGGUL BAWAH ( Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 ).


Sand Bag (= karung pasir) berupa karung PVC kapasitas 50 kg diisi penuh dengan
pasir dan ditata sepanjang perairan yang ditentukan. Pemasangan awal adalah di
area stock Piling yang berukuran 50 m pada posisi sebagaimana ( Gambar 4.6 ).
Selanjutnya pemasangan sand bag adalah sepanjang seluruh areal tepi reklamasi.
Pemasukan pasir ke dalam karung harus dapat menggunakan mesin, sedang
penempatannya di laut hanya dapat dilakukan secara manual ( Gambar 4.7 ).

200 m

100 m

AREA
RENCANA
STOCK PILING

+ 1.80 m LWS

- 1.50 m LWS

3.00

Sand bag

d) PEKERJAAN PENGERUKAN ( Gambar 4.8 ).


Peralatan keruk paling sesuai adalah jenis Trailing Suction Hopper Dredger. Proses
pengerukan dimulai dengan mengeruk dan membuang lapisan tanah lunak. Setelah
sampai pada tanah bergradasi baik dari jenis pasir halus dapat ditransportasikan ke
lokasi reklamasi. Penumpahannya dilakukan dengan menyemprotkan melalui pipa
apung yang tersedia.
GOSONG
MALALEGA
Kapal Keruk

Barge

Lintasan Barge
Kapal
Keruk

Pipa penyalur
Stockpiling
Area

Kapal Keruk Trailling Suction Hopper Dredger (TSHD)

SPUT BARGE
KAPAL KERUK (TSHD)
TAMPAK DEPAN

TAMPAK SAMPING

Kapal Keruk (TSHD)

SPUT BARGE

TAMPAK ATAS

e. PENGADAAN SFOCK PILING AREA ( Gambar 4 9 ).


Stock Piling Area ini sangat penting diadakan agar pekerjaan pengerukan dapat
berlangsung kontinyu tanpa terhambat kecepatan pekerjaan lain, khususnya
pemasangan sand bags. Seluruh material untuk reklamasi dapat dibuang pada
areal ini, selanjutnya dengan bantuan sejumlah Buldozer atau Motor Grader
diratakan ke areal sekelilingnya.

Laut

Overflow
Material
Reklamasi

Laut

BULDOZER
Sand Bag

f. PENGADAAN INSTRUMENT SOIL MONITORING ( Gambar 4.10 ).


Hal ini perlu dilakukan, karena untuk perhitungan volume reklamasi, untuk
mengetahui terjadinya settlement dan sliding. Dalam pelaksanaan pembuatan
tanggul dan reklamasi perlu diperhatikan kemiringan (slope) timbunan supaya tidak
terjadi sliding (kelongsoran).
Untuk soil monitoring selama reklamasi akan dipasang alafalat sebagai berikut :
- Settlement Plate
- Tassometermultipoint
- lnclinometer
- Piezometer

g). PEKERJAAN PENGURUGAN REKLAMASI ( Gambar 4.11 ),


Merupakan kegiatan penuangan dan yang ditentukan dalam dokumen gambar
rencana. Pengurugan dilakukan tanpa pemadatan sampai elevasi 1,80 m LWS
(sekedar contoh).
Pengurugan dilakukan dengan menggunakan barge atau disemprot yang langsung
menuangkan material reklamasi ke area reklamasi. Hal ini dilakukan terus menerus
sampai diatas muka air yang dilanjutkan dengan perataan serta pemadatan. Untuk
lapisan reklamasi dibawah muka air tidak perlu dipadatkan. Untuk perataan muka
tanah hasil reklamasi digunakan Buldozer, sedangkan pemadatannya dengan
temper/mesin gilas yang bergetar dan alat pemadat lainnya. Dalam pemadatan
tersebut harus mencapai nilai CBR yang disyaratkan.

h). PEMASANGAN VERTICAL DRAIN ( Gambar 4.12 ).


Pabricated Vertical Drain (PVD) dipasang untuk mempercepat penurunan.
Lembaran Vertical Drain ditanam ke dalam lapisan tanah dengan
menggunakan alat pancang dilengkapi dengan bentuk "mandref khusus.
Vertical Drain melekat pada alat pancang dalam bentuk rol, dan akan
dipotong per segmen bila selesai dipancang.

i). PEMASANGAN TANGGUL ATAS ( Gambar 4.13 ).


Untuk dapat memulai mereklamasi lapisan selanjutnya, tanggul karung pasir
(Sand bag) perlu dipertinggi sampai elevasi akhir.

j). PEMASANGAN SETTLEMENT PLATE ( Gambar 4.14 )


Pada pelapisan urugan diatas elevasi + 1,80 m LWS (pada contoh) setelah
dipasangi Vertical Drain perlu ditambah dengan settlement plate baru.
Pemasangannya diletakkan berseling jarak dengan settlement plate dibawahnya'
Meletakkan settlement plate harus pada lapisan yang rata, diusahakan agar dapat
berdiri tegak lurus dan harus dihindarkan dari digilas atau ditabrak peralatan
pemadatan.

k). PEMASANGAN HORIZONTAL DRAIN ( Gambar 4.15 )


Agar air dari limpahan Vertical Drain dapat keluar dengan cepat, maka diatas ujung
Vertical Drain dilapisi lapisan pasir kasar sebagai media drainage horizontal'
Tebal lapisan pasir 50 cm, dari jenis kualitas pasir bergradasi baik dan
berkualitas baik.

l). REKLAMASI BAGIAN ATAS ( Gambar 4 .16 )


Diatas elevasi pasir drarnage lapisan tanah reklamasi ditimbun tiap lapis
setebal 50 cm dan diPadatkan'

m). PEKERIAAN PEMADATAN (Gambar 4.17 )


Peralatan pemadatan digunakan Pneumatic Tyred Ralter sebesar 5 ton Jumlah
Lintasan dan kecepatan alat bergantung hasil test lapangan.

Pemadatan harus hati-hati agar tidak menyebabkan rusaknya peralatan


pengamatan tanah (soil monitoring).

n). PEMASANGAN GEOTEXTILE ( Gambar 4.18 )


Dilakukan bila pekerjaan reklamasi mencapai + 3,00 m LWS (angka sekedar
contoh). Geotextile digelar mulai dari posisi Berm dari tanggul nantinya ditarik ke
atas hingga tepi timbunan sand bag lalu dilipat ke atas, tanpa perlu meratakan
lerengnya Secara khusus. Kebutuhan panjang geotextile dapat disesuaikan
langsung di lapangan, demikian juga untuk arah melebarkannya harus langsung
dijahit di tempat.

o). PEMASANGAN BERM, SECONDARY LAYER & PRIMARY LAYER (Gambar 4.19)
Berm perlu dipasang secepatnya setelah geotextile bagian bawah sudah berada pada
posisi nya. Ditata berbentuk gundukan trapesium.
Secondary layer berupa batuan kecil sampai sedang seberat maksimum 20 kg ditata
secara random diatas geotextile sampai setebal t=50 cm.
Diikuti pemasangan lapisan primer (primary layer) dengan batu besar (max. 60 kg)
Setebal t=90 cm sepanjang tepi,
Pemasangan batuan ini diusahakan serapi mungkin sehingga sela antar batuan terisi
seluruhnya.

GEOTEXTILE
PRIMARY LAYER (BATU KALI 1,2 2 TON )
SECONDARY LAYER (BATU KALI 120 200 KG )

CORE ( QUARRY 6 10 KG )
PASIR URUG

TINGGI TIMBUNAN PADA SAAT PELAKSANAAN


Tinggi timbunan reklamasi pada saat pelaksanaan phisik tidaklah sama dengan
tinggi timbunan rencana Jadi misalnya tinggi timbunan reklamasi menurut rencana
adalah + 3.50 m LWS, maka tinggi timbunan total pada saat pelaksanaan
penimbunan haruslah lebih tinggi lagi, yaitu dengan mempertimbangkan adanya
penurunan tanah asli (soil settlement) yang akan terjadi sebagai akibat adanya
timbunan reklamasi tersebut.
Apabila hal ini tidak dipatuhi, maka pasti dalam kurun waktu tertentu (bisa
bulanan, bisa tahunan) elevasi final dari permukaan tanah hasil reklamasi, akan
menjadi lebih kecil dari + 3.50 m LWS. Kejadian ini tentunya tidak dikehendaki.

Penentuan dari tinggi timbunan final pada saat pelaksanaan phisik (dengan
mempertimbangkan adanya settlement), dapat diiihat pada Gambar 4.28,
cara ini adalah merupakan CARA GRAFIS.
yaitu dengan mencari titik potong antara : kurva S, versus Hn
dengan kurva Hn - H versus Hn

HR

Timbunan Reklamasi

SC

Compressible Soil

Substratum

Sc = besarnya consolidation settlement (variable). lmmediate setlement


apabila pengaruhnya kecil, dapat diabaikan.
H = tinggi timbunan rencana (fixed)
HR = tinggi timbunan pada saat pelaksanaan (variable).
Hf = tinggi timbunan final pada saat pelaksanaan phisik.

St = Si + Scp + Scs + Slat

St
Si
Scp
Scs
Slat
Scs
Slat

Giroud (1973), menyajikan metode perhitungan besarnya penurunan tanah segera


(short term condition) dari suatu timbunan tanah di atas lapisan compressible soil
(Gambar 5.1), dengan nilai koefisien POISSON sekitar 0,5.

Si
a, a
H

rH, rH
E

a2

a a

rH

a
a

rH

Si

.H

= Immediat settlement di titik M, sejarak x dari sumbu vertical symetris timbunan


reklamasi
= Lihat Gambar 5.1
= Tinggi timbunan reklamasi
= Berat volume material timbunan reklamasi
= Koefisien yang diperoleh dari grafik pada Gambar 5.1, dengan langkah sbb :
rH --- diperoleh dari h/a dan x/a
rH --- diperoleh dari h/a dan x/a
= Modulus elastis dari YOUNG
- Lempung lunak
E = 1380 - 3450 kN/m2
= 0,15 - 0,25
- Lempung keras
E = 5865 - 1380 kN/m2
= 0,20 - 0,50
- Pasir Lepas
E = 10350 - 27600 kN/m2
= 0,20 - 0,40
- Pasir Padat
E = 34500 - 69000 kN/m2
= 0,25 - 0,45

- 0,2

10

x/a

x / a

0,5

CL

a
a

a
H

1,5

M
x
h

Soil Compressible

SUBSTRATUM INCOMPRESSIBLE
2,5

Gambar 5.1 : Grafik Perhitungan Immediate Settlement (Giroud, 1973)


rH & rH

Apabila tanahnya berlapis-lapis tidak homogen, maka


harga E yang diambil adalah harga rata-ratanya

( Dm . h ) / Em = i ( Di . Hi ) / Ei

Dm
Di
h
hi
Ei

= Harga rata-rata tegangan deviator ( qrata-rata) dalam lapisan


lempung total dibawah sumbu symetris timbunan.
= Tegangan deviator di lapisan i
= Tebal total lapisan lempung
= Tebal lapisan I
= Modulus elastis dari YOUNG di lapisan I

Tegangan deviator = ( 1 - 3 ) = Force / Section


Dimana 2 = 3 ( Triaxial Klasik )

Selain Giroud (1973), penyajian suatu formula sederhana


untuk menghitung besarnya immediat settlement dari
tanah yang berlapis-lapis dikemukan juga oleh BIAREZ.

Si

q
hi
Ei

q . i

hi
Ei

= Tegangan yang bekerja pada permukaan tanah (surcharge)


= Tebal lapisan I
= Modulus elastis dari Oedometrik di lapisan i = 1 / 1
( Gambar 5.3) diperoleh dari test konsolidasi

Korelasi antara modulus YOUNG dengan modulus Oedometrik :

22
E = E 1 1-
Formula yang lain :

E = 2,3 c

1-e
Cc

Besarnya amplitudo penurunan tanah akibat


konsolidasi primer (SCP) dari tanah lempung ini,
tergantung dari kondisi sejarah tanahnya yaitu :

NC

OC

NORMALLY CONSOLIDATION
SCP

Scp

Cc .H

log 1 + 0
=
1 + e0

Cc
H

e0

= Consolidation primair
settlement
= Compression index
= Depth of Clay layer
= Initial void ratio
= Surcharge
= Overburden pressure
efective

OVER CONSOLIDATION

Apabila

Scp

= Consolidation primair
settlement
= Compression index
= Swelling index
= Depth of Clay layer
= Initial void ratio
= Surcharge
= Overburden pressure
efective
= Preconsolidation
pressure efective

SCP

Cs .H

log 1 + 0
=
1 + e0

Cc
Cs
H

e0

0
c

Apabila

+ >

Cc .H
+
Cs .H
log +
log
=

1 + e0
1 + e0
C

Scp

Apabila tanahnya berlapis-lapis tidak homogen, maka


formula SCP dapat dilakukan di setiap lapisan sehingga
totalnya adalah :

SCP
Cc
Hi

e0
i
0i

=
=
=
=

Consolidation primair settlement


Compression index
Depth sub layer i
Initial void ratio
= Surcharge on sub layer i
= Overburden pressure efective on sub layer i

Scp =

Cc .H1
i
log 1 + 0i
1 + e0

c.1

DEPTH of CLAY LAYER

Tebal lapisan lempung (H) yang diperhitungkan adalah yang masih bisa mengalami proses
konsolidasi primer.

Hard Clay ( N-SPT > 30 ), umumnya dapat dianggap sudah tidak mengalami proses
konsolidasi primer sehingga tidak perlu diperhitungkan sebagai bagian dari tebal
lapisan lempung lunak (H).

c.2

SURCHARGE

Surcharge yang dimaksud adalah besarnya beban yang bekerja diatas permukaan tanah
asli (Compressible soil ) dalam satuan tegangan.

= timbunan . htinggi timbunan

Bila Timbunannya terendam air, maka dipakai harga

Untuk memperhitungkan besarnya

b/z =

tegangan vertikal ( ) yang


diterima oleh suatu titik tinjau
tertentu di dalam lapisan tanah
asli, OSTERBERG menyajikannya
dalam suatu grafik dari koefisien
pengaruh I (Gambar 5.2).
Koefisien I tersebut dipengaruhi
oleh : a, b, dan z yang merupakan
karakteristik geoteknik dari bentuk
timbunan reklamasi dan kedalaman
titik tinjau.

= . h.

Jadi

CL
a

2I

A
z

Note :
Koefisien I dikalikan dua, karena yang
disajikan oleh grafik OSTERBERG tersebut
adalah harga I untuk separuh dari lebar
timbunan total.
a/z

c.3

COMPRESSION & SWELLING INDEX

Harga Compression Index (Cc) dan Sewlling index (Cs) diperoleh dari grafik hasil
Oedometer test, yaitu yang merupakan hubungan antara angka pori dengan tegangan
vertikal dalam skala logaritma ( log ).. Lihat Gambar 5.3.

Cs atau Cg = 1/5 -- 1/10 Cc

c.4

VOID RATIO

Angka Pori Inisial (e0) diperoleh dari hasil test laboratorium (Volumetric & Gravimetric)

c.5

Overburden Pressure

Overburden pressure efective ( 0 ) adalah merupakan tegangan vertikal efektif dari


tanah asli, yaitu :

c.6

PRECONSOLIDATION PRESSURE

Tegangan prakonsolidasi (C) efektif diperoleh dari hasil Oedometer test, yaitu dari
grafik hubungan e versus log v ( gambar 5.3)

Untuk kasus ini,


besarnya
consolidation
settlement tetap
dihitung seperti
perumusan
sebelumnya, hanya
saja besarnya beban
yang bekerja ( ),
disesuaikan
sebagaimana metode
pentahapan
penimbunannya
tersebut.
Gambar 5.4.
menunjukan evolusi
besarnya settlement
yang terjadi sebagai
akibat penimbunan
bertahap, dalam
fungsi waktu (bulan
atau tahun)

Besarnya penurunan tanah pada waktu tertentu, h (t), dapat dicari


sebagai berikut :

h (t) = U(t)

h final

Dengan :
U(t)
= Derajat konsolidasi pada waktu tertentu (%)
h
= Besarnya settlement final (total)

a = 351 m
a = 345 m

+ 3,00 LWS
HR

HWL + 2,00 LWS


LWS

H
Sea bed

-8,00

14,27 m

Lapisan 1 ( very soft & soft clayey silt )

15,32 m

Lapisan 2 ( medium & dense Sandy Silt )

22,4 m
Lapisan 3 ( very dense Lime Stone)

A. PRIMER SETTLEMENT(Scp)
Elevasi Timbunan
HR
(m)

LWS
8

HWL
10

'o+'

Koreksi OSTERBERG (I)

0.5

0.5

0.5

0.5

0.5

0.5

0.5

0.5

0.5

'o

' = g' x H x 2 I (Kpa)

64

80

98

116

134

152

170

188

206

SETTLEMENT
LAPIS

h =

H x Cc
(1+e o)

log

+3.0 LWS +4.0 LWS +5.0 LWS +6.0 LWS +7.0 LWS +8.0 LWS +9.0 LWS
11
12
13
14
15
16
17

h1 = 2.267

log

42.84+'
42.84

h1

(m)

0.900

1.037

1.172

1.290

1.396

1.491

1.578

1.658

1.732

h2 = 1.572

log

154.56+'
154.56

h2

(m)

0.237

0.285

0.335

0.382

0.426

0.468

0.506

0.543

0.578

Scp

(m)

1.136

1.322

1.507

1.672

1.822

1.959

2.085

2.202

2.310

'o pada titik A = 7.14 x (16-10)


= 42.84
'o pada titik B = 14.27 x (16-10)+7.66 (19-10) = 154.56

(Kpa)

PRIMER SETLEMENT

(Kpa)

a = 351 m

B. IMMEDIATE SETTLEMENT (Si)


Immediate settlement dapat dihitung menggunakan Formula dari GIROUD (1973) atau BIAREZ. Pada perhitungan ini, formula yang digunakan adalah Formula BIAREZ
Elevasi Timbunan
HR
(m)

SETTLEMENT
LAPIS

hi
E oed

h = g 'timb .Htimb

h2 =

80

98

116

134

152

170

188

206

(m)

0.422

0.476

0.526

0.567

0.601

0.631

0.656

0.677

0.696

h2
E oed

h2

(m)

0.260

0.308

0.356

0.399

0.438

0.473

0.505

0.534

0.561

Si

(m)

0.682

0.784

0.882

0.967

1.040

1.104

1.161

1.211

1.257

64

h1

g 'timb .H timb

1 e
Cc

+3.0 LWS +4.0 LWS +5.0 LWS +6.0 LWS +7.0 LWS +8.0 LWS +9.0 LWS
11
12
13
14
15
16
17

IMMEDIATE SETLEMENT

E oed 2 . 3 '

g'timb.Htimb

HWL
10

h1
E oed

h1 = g 'timb .H timb

LWS
8

a = 351 m

C. RANGKUMAN HASIL PERHITUNGAN PADA TITIK A


Tinggi Timbunan Rencana =

+3.00 m LWS

atau H = 11 m dari seabed

HR

Scp

Si

Stotal

HR-H

8
10
11
12
13
14
15
16
17

1.136
1.322
1.507
1.672
1.822
1.959
2.085
2.202
2.310

0.682
0.784
0.882
0.967
1.040
1.104
1.161
1.211
1.257

1.818
2.106
2.389
2.639
2.862
3.063
3.245
3.413
3.567

0
1
2
3
4
5
6

a = 351 m

BUAT GRAFIK KORELASI PADA TITIK A

Htimb (HR) vs Settlement (St)

Total Settlement, St (m)

D.

0
5

10

11

12

13

14

15

16

17

Tinggi Timbunan, HR (m)


Gambar 1
Kurava Korelasi Antara Htimb (HR) dengan Settlement (St)

18

19

20

a = 351 m

Total Settlement, St dan HR-H (m)

(St) (HR)
Vs
(HR-H) - (HR)

St VS HR
HR-H VS HR

Htimb =14.2 m

0
5

10

11

12

13

14

15

16

Tinggi Timbunan, HR (m)


Gambar 2
Kurva Hubungan Antara Sc Vs Hr dan HR Vs HR-H

17

18

19

20

a = 351 m

a). Lamanya Penurunan Tanah (Konsolidasi)


Menurut Terzaghi dalam Das (1990) Lama waktu konsolidasi dicari dng
persamaan :

t
Tv
Cv
Hd

=
=
=
=

Lamanya penurunan tanah


Faktor waktu, tergantung dari derajat konsolidasi (U)
Koefisien konsolidasi vertikal ( cm2/s atau m2/s )
Panjang aliran air drainage di dalam tanah

Lamanya penurunan (t) tersebut diatas dapat pula dicari berdasarkan cara grafis
pada Gambar yang disajikan oleh J.P BRU (1983) di buku Wahyudi (1997).
Catatan : mois
= bulan
ans
= tahun
H yang dimaksud adalah Hd atau Hdr

a = 351 m

b). Parameter Tanah Utk Lamanya Penurunan Konsolidasi


b.1). Faktor Waktu (Tv)
Faktor waktu adalah merupakan fungsi langsung dari derajat konsolidasi
(U %) dan bentuk dari distribusi tegangan air pori (u) di dalam tanah (aliran
satu arah atau dua arah). Gambar 5.6 menyajikan kurva U versus Tv guna
mencari faktor waktu secara grafis.
Apabila distribusi tegangan air porinya merata (homogen) maka hubungan
Tv dan U bisa digunakan seperti tabel dibawah ini.

U (%)

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Tv

0,008

0,031

0,071

0,126

0,197

0,287

0,403

0,567

0,848

a = 351 m

a = 351 m

b). Parameter Tanah Utk Lamanya Penurunan Konsolidasi


b.2). Panjang Aliran Drainage (Hd)
Jika tebal lapisan compressible adalah H, maka panjang aliran drainage
adalah Hd, dimana :

Hd = H

bila arah aliran air selama proses konsolidasi adalah dua


arah (ke atas dan ke bawah)

Hd

bila arah drainage adalah satu arah (ke atas atau ke bawah).
Hal ini terjadi bila di atas atau di bawah lapisan compressible
merupakan lapisan yang kedap air.

= H

a = 351 m

b). Parameter Tanah Utk Lamanya Penurunan Konsolidasi


b.3). Koefesien Konsolidasi Vertikal (Cv)
Koefisien konsolidasi vertikal (Cv) diperoleh dari grafik korelasi antara
besarnya penurunan tanah dengan waktu (t) berdasarkan hasil konsolidasi
oedometric test (Gambar 5.7), yaitu :
, /
=

Apabila lapisan tanah homogen dan mempunyai beberapa nilai Cv, maka
harga Cv yang digunakan dalam perencanaan adalah harga Cv rata-rata
(ABSI, 1965)

rata-rata =

+ 2 + .+
1
2

Dimana H = Tebal total lapisan compressible


Hi
= Tebal lapisan compressible lapisan-i
Cvi
= Harga Cv lapisan-i

a = 351 m

Example

a = 351 m

Perhitungan Lama Waktu Konsolidasi

Example

a = 351 m

Example

a = 351 m

Poinconnement

a = 351 m

Poinconnement

Poinconnement

Sliding
Rotasional

Sliding
Rotasional

Sliding
Rotasional

Sliding
Rotasional

Untuk memperhitungkan stabilitas


lereng terhadap RUPTURE SIRCULAIR
(Sliding rotasional) sekarang sudah
banyak program komputer seperti
STABL, STABR, NIXEX, TROLLS dan
GEOSLOPE, dll :

WEIGHT of ROCK and


DIKE DIMENSION

Armour Layer

WEIGHT of ROCK and


DIKE DIMENSION

Cross Section

WEIGHT of ROCK and


DIKE DIMENSION

Depth of Layers

WEIGHT of ROCK and


DIKE DIMENSION

Elevation of
Top Dike

PRELOADING
& SURCHARGE

PRELOADING
& SURCHARGE

PRELOADING
& SURCHARGE

PRELOADING
& SURCHARGE

PRELOADING
& SURCHARGE

PRELOADING
& SURCHARGE

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

Gambar 6.3. Typical vertcal drain installation for a highway embankment

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

Gambar 6.5. Derajat Konsolidasi Ur dalam fungsi Tr dan n = D/d (Barron)

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

Gambar 6.8. Disturbance factor


(Fs) for typical parameters.
Us Depart. Of Trans.,(1986)

VERTIAL DRAINS

Gambar 6.9. Typical values of


vertical discharge capacity.
(US Depart. Of Trans., 1986)

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

VERTIAL DRAINS

TEKNIK PELAKSANAAN

GEOSYNTHETIC

GEOSYNTHETIC

GEOSYNTHETIC

Gambar 6.13. Sifat-sifat Utama dikaitkan dng type penggunaan geosynthetic

GEOSYNTHETIC

GEOSYNTHETIC

GEOSYNTHETIC

GEOTEXTILE

GEOSYNTHETIC

GEOMEMBRANE

GEOSYNTHETIC

GEOGRID

GEOSYNTHETIC

GEOCOMPOSITE

GEOSYNTHETIC

Anda mungkin juga menyukai