Anda di halaman 1dari 18

Ratu nur annisa / 1102010233

Hepatoselular karsinoma
1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN HEPATOSELULAR KARSINOMA
DEFINISI
Kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu kanker yang timbul dari hati. Ia juga dikenal
sebagai kanker hati primer atau hepatoma. Hati terbentuk dari tipe-tipe sel yang berbeda (contohnya,
pembuluh-pembuluh empedu,

pembuluh-pembuluh darah,

dan sel-sel

penyimpan

lemak).

Bagaimanapun, sel-sel hati (hepatocytes) membentuk sampai 80% dari jaringan hati. Jadi, mayoritas
dari kanker-kanker hati primer (lebih dari 90 sampai 95%) timbul dari sel-sel hati dan disebut kanker
hepatoselular (hepatocellular cancer) atau Karsinoma (carcinoma)
Hepatoma (karsinoma hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari sel-sel hati. Hepatoma
merupakan kanker hati primer yang paling sering ditemukan. Tumor ini merupakan tumor ganas
primer pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor
jaringan lainnya.
EPIDEMIOLOGI
Distribusi Frekuensi
a. Distribusi Frekuensi Menurut Orang
Kanker hati dapat terjadi pada semua golongan usia, tetapi jarang ditemukan pada usia muda,
kecuali di wilayah yang endemik infeksi virus hepatitis B (HBV) serta banyak transmisi HBV secara
perinatal. Umumnya dengan wilayah insiden HBV tinggi, umur penderita kanker hati 10-20 tahun
lebih muda daripada umur penderita di wilayah yang insidennya lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh
infeksi HBV sebagai salah satu penyebab kanker hati, banyak ditularkan pada masa perinatal.22
Menurut penelitian Yang dkk. (2002) di Taiwan yang menggunakan desain cohort, proporsi penderita
kanker hati pada interval usia 40-59 tahun yaitu 55,54 %, usia < 40 tahun yaitu 27,26%, dan usia >59
tahun yaitu 17,2 %.23 Di Indonesia kanker hati banyak ditemukan pada usia 40-50 tahun.20 Menurut
penelitian Rifai A. (1995-1998) di RS Wahidin Semarang dengan menggunakan desain cohort, usia
rata-rata kejadian penyakit kanker hati adalah 47,5 tahun dengan rasio pria dengan wanita
Pada umumnya pria lebih banyak menderita kanker hati daripada wanita, dengan perbandingan
masing-masing negara yang berbeda-beda.21 Berdasarkan data Globocan (2002), di negara-negara
maju rasio penderita kanker hati pria : wanita yaitu 3,3 : 1 sedangkan di negara-negara berkembang
2,5 : 1.4 Kejadian kanker hati lebih tinggi pada pria, bisa disebabkan karena laki-laki lebih banyak
terpajan oleh faktor risiko kanker hati seperti virus hepatitis dan alkohol.
b. Distribusi Frekuensi Menurut Tempat
Secara geografis di dunia terdapat tiga kelompok wilayah kanker hati yaitu wilayah tingkat insiden
rendah (kurang dari tiga kasus) ; menengah (tiga hingga sepuluh kasus) ; dan tinggi (lebih dari
sepuluh kasus per 100.000 penduduk). Tingkat insiden tertinggi tercatat di Asia Timur dan Asia
Tenggara serta di Afrika Tengah sedangkan yang terendah di Amerika Tengah. Sekitar 80% kasus
1

Ratu nur annisa / 1102010233


Hepatoselular karsinoma
kanker hati di dunia berada di negara berkembang seperti Asia Timur dan Asia Tenggara serta Afrika
Tengah yang juga diketahui sebagai wilayah dengan prevalensi tinggi virus hepatitis.
c. Distribusi Frekuensi Menurut Waktu
WHO tahun 2000 melaporkan IR kanker hati di dunia yaitu 9 per 100.000 penduduk.9 Tahun 1999 IR
kanker hati pada pria : wanita di Amerika Tengah 2,06 : 1,64 per 100.000 penduduk, di Afrika Tengah
24,21 : 12,98 per 100.000 penduduk, di Asia Timur 35,46 : 12,66 per 100.000 penduduk, dan di Asia
Tenggara 18,35 : 5,7 per 100.000 penduduk.25 Di Jepang (2002) IR kanker hati pada pria sebesar 24
per Universitas Sumatera Utara
100.000 penduduk dan di Filipina yaitu 21 per 100.000 penduduk. 26Di Indonesia (2002) IR kanker
hati pada pria : wanita yaitu 20 : 6 per 100.000 penduduk .
FAKTOR RESIKO
a. Alkohol
Sirosis yang disebabkan oleh konsumsi alkohol yang kronis adalah hubungan yang paling umum dari
kanker hati di dunia (negara-negara) yang telah berkembang.
Tatacara yang biasa adalah suatu individu dengan sirosis akhoholik yang telah menghentikan minum
untuk waktu 10 tahun, dan kemudian mengembangkan kanker hati. Itu agaknya tidak umum untuk
pecandu minuman alkohol yang minum secara aktif untuk mengembangkan kanker hati. Yang terjadi
adalah bahwa ketika minum alkohol dihentikan, sel-sel hati mencoba untuk sembuh dengan
regenerasi/reproduksi. Adalah selama regenerasi yang aktif ini bahwa suatu perubahan genetik
(mutasi) yang menghasilkan kanker dapat terjadi, yang menerangkan kejadian kanker hati setelah
minum alkohol dihentikan.
Pasien-pasien yang minum secara aktif adalah lebih mungkin untuk meninggal dari komplikasikomplikasi yang tidak berhubungan dengan kanker dari penyakit hati alkoholik (contohnya gagal
hati). Tentu saja, pasien-pasien dengan sirosis alkoholik yang meninggal dari kanker hati adalah kirakira 10 tahun lebih tua daripada pasien-pasien yang meninggal dari penyebab-penyebab yang bukan
kanker. Akhirnya, seperti dicatat diatas, alkohol menambah pada risiko mengembangkan kanker hati
pada pasien-pasien dengan infeksi-infeksi virus hepatitis C atau virus hepatitis B yang kronis.
b. Obat-Obat Terlarang, Obat-Obatan, dan Kimia-Kimia
Tidak ada obat-obat yang menyebabkan kanker hati, namun hormon-hormon wanita (estrogens) dan
steroid-steroid pembentuk protein (anabolic) dihubungkan dengan pengembangan hepatic adenomas.
Ini adalah tumor-tumor hati yang ramah/jinak yang mungkin mempunyai potensi untuk menjadi ganas
(bersifat kanker). Jadi, pada beberapa individu-individu, hepatic adenoma dapat berkembang menjadi
kanker.
Kimia-kimia tertentu dikaitkan dengan tipe-tipe lain dari kanker yang ditemukan pada hati.
Contohnya, thorotrast, suatu agen kontras yang dahulu digunakan untuk pencitraan (imaging),
2

Ratu nur annisa / 1102010233


Hepatoselular karsinoma
menyebabkan suatu kanker dari pembuluh-pembuluh darah dalam hati yang disebut hepatic
angiosarcoma. Juga, vinyl chloride, suatu senyawa yang digunakan dalam industri plastik, dapat
menyebabkan hepatic angiosarcomas yang tampak beberapa tahun setelah paparan.
Faktor Determinan Terjadinya Kanker Hati
a. Host
Kejadian kanker dapat menyerang semua usia dan golongan. Meskipun demikian, risiko kanker lebih
besar saat orang telah berusia lebih dari 40 tahun.27. Berdasarkan jenis kelamin, kejadian kanker hati
lebih banyak ditemukan pada pria.21 Menurut penelitian Hadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin yang
menggunakan desain case series, umur rata-rata penderita kanker hati yaitu 50,3 dan berdasarkan jenis
kelamin, tertinggi pada pria dengan proporsi 81,38% dan terendah pada wanita dengan proporsi
18,62%.28
b. Agent
b.1 Sirosis Hati
Sirosis hati merupakan faktor risiko utama kanker hati di dunia dan melatarbelakangi lebih dari 80%
kasus kanker hati. Setiap tahun 3-5% dari pasien sirosis hati akan menderita kanker hati, dan kanker
hati merupakan salah satu penyebab kematian pada sirosis hati.21 Pada tahun 2002, PMR sirosis hati
di dunia yaitu 1,7%.11 Waktu yang dibutuhkan dari sirosis hati untuk berkembang menjadi kanker
hati sekitar 3 tahun.20
Konsumsi alkohol merupakan salah satu faktor risiko terjadinya sirosis hati. Penggunaan alkohol
sebagai minuman, saat ini sangat meningkat di masyarakat. Peminum berat alkohol (>50-70 gr/ hari
dan berlangsung lama) berisiko untuk menderita kanker hati melalui sirosis hati alkoholik.
Mekanisme penyakit hati akibat konsumsi alkohol masih belum pasti, diperkirakan mekanismenya
yaitu sel hati mengalami fibrosis dan destruksi protein yang berkepanjangan akibat metabolisme
alkohol yang menghasilkan acetaldehyde. Fibrosis yang terjadi merangsang pembentukan kolagen.
Regenenerasi sel tetap terjadi tetapi tidak dapat mengimbangi kerusakan sel. Penimbunan kolagen
terus berlanjut, ukuran hati mengecil, berbenjol-benjol dan mengeras sehingga terjadi sirosis hati.
Sirosis hati dijumpai di seluruh negara, tetapi kejadiannya berbeda-beda tiap negara, di negara Barat
etiologi sirosis hati tersering diakibatkan oleh alkohol.21. Menurut penelitian Coon dkk. (2008) di
Nottingham dengan desain cohort, RR pada peminum alkohol 2,34 untuk terkena kanker hati, RR
HBV yaitu 6,41 dan RR HCV yaitu 1,39.29 Sedangkan di Indonesia terutama diakibatkan infeksi
virus hepatitis B dan C. Virus hepatitis B menyebabkan sirosis hati sebesar 40-50%, virus hepatitis C
sebesar 30-40% dan 10-20% penyebabnya tidak diketahui.
Menurut penelitian Rasyid (2006) di Medan dengan menggunakan desain case series, pada 483
penderita kanker hati ditemukan 232 orang (63%) menderita sirosis hati, 91 orang hepatitis B (25%)
dan 44 orang (12%) hepatitis C, dengan jumlah seluruhnya 367 orang (76%). Sedangkan 116 orang
lagi (24%) tidak berhubungan sama sekali dengan sirosis hati, hepatitis B ataupun hepatitis C.30 Dari
3

Ratu nur annisa / 1102010233


Hepatoselular karsinoma
hasil penelitian Nurhasni (2007) di RS Haji Medan dengan desain case series pada 164 penderita
sirosis hati, 35 orang (21,3%) sudah mengalami komplikasi kanker hati.
b.2 Hepatitis B dan C
Hubungan antara infeksi HBV dan HCV dengan timbulnya kanker hati terbukti. Sebagian besar
wilayah yang hiperendemik HBV menunjukkan angka kejadian kanker hati yang tinggi.22
Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia, tahun 2003 IR hepatitis B di Indonesia yaitu 14 per
100.000 penduduk. Dan tahun 2005 di Sumatera Utara PR hepatitis B yaitu 52 per 100.000
penduduk.12 Pada tahun 2008, PR hepatitis C di Indonesia 3 per 100.000 penduduk, dengan PR
tertinggi di provinsi DKI Jakarta yaitu 31 per 100.000 penduduk.32
Berdasarkan penelitian Greten dkk. (2005) di Jerman pada 389 penderita kanker hati tahun 19982003, penderita pria yaitu 309 orang (79,43%) dan wanita yaitu 80 orang (20,57%). Penderita dengan
riwayat penyakit sebelumnya hepatitis B yaitu 57 orang (14,6%), hepatitis C yaitu 78 orang (20,05%),
hepatitis B dan C yaitu 7 orang, hemokromatosis yaitu 17 orang (4,37%), dan sisanya tidak
berhubungan dengan riwayat penyakit sebelumnya.33 Menurut penelitian Nouso dkk. (2008) di
Jepang dengan desain cohort, RR penderita hepatitis C untuk terkena kanker hati 0,96 sedangkan RR
penderita hepatitis B adalah 1,1.34
Karsinogenisitas HBV dan HCV pada hati terjadi melalui proses inisiasi, promosi, dan progresi.
Inisiasi diawali dengan integrasi virus hepatitis ke dalam hepatosit yang menimbulkan kelainan
kromosom sehingga mengubah sifat-sifat asli hati dan menghambat aktifitas sel penekan tumor. Virus
hepatitis terintegrasi meluas ke sel hati karena sudah kebal terhadap respon imunitas. Pada tahap
promosi terjadi proses nekrosis dan kematian sel akibat dari aktifitas virus hepatitis yang diikuti
Universitas Sumatera Utara
regenerasi berulang kali. Pada tahap progresi sel-sel telah mengalami transformasi keganasan dan
mengalami replikasi lebih lanjut.
b.3 Aflatoksin
Aflatoksin B1 adalah zat racun yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus, sering ditemukan pada
jenis polong-polongan yang sudah menghitam dan mengeriput serta produk olahannya yang
kadaluarsa seperti kacang tanah, kacang kedelai, keju dll. Aflatoksin terbentuk dalam makanan yang
disimpan berbulan-bulan di lingkungan panas dan lembab. Mekanisme karsinogenisitas aflatoksin
sehingga dapat meningkatkan kejadian kanker hati yaitu dengan menghasilkan mutasi-mutasi gen, di
mana mutasi gen tersebut bekerja menggangu fungsi penekan tumor. Menurut penelitian Gameell dkk.
(2009) di Mesir dengan menggunakan desain penelitian case control, terdapat korelasi positif antara
kejadian kanker hati dengan kadar aflatoksin dalam tubuh (p<0,01) yaitu terjadi peningkatan kadar
aflatoksin pada penderita kanker hati.
b.4 Hemokromatosis
Hemokromatosis adalah kelainan genetik yang diturunkan yaitu kecenderungan untuk menyerap
jumlah besi yang berlebihan dari makanan di mana unsur-unsur beracun tersebut akan terakumulasi
4

Ratu nur annisa / 1102010233


Hepatoselular karsinoma
dalam hati sehingga menyebabkan kerusakan hati termasuk kanker hati.38 Kanker hati akan
berkembang sampai dengan 30% dari pasien-pasien dengan hemokromatis keturunan. Pasien yang
mempunyai risiko yang paling besar adalah hemokromatosis yang disertai dengan sirosis hati.
Pengangkatan efektif kelebihan besi (perawatan hemokromatosis) tidak akan mengurangi risiko
menderita kanker hati jika sudah disertai sirosis hati.
c. Environment
Lingkungan fisik di Indonesia yang berada pada iklim tropis, ideal untuk suhu pertumbuhan jamur
Aspergillus flavus penghasil aflatoksin yaitu tumbuh di tempat yang lembab dan panas.39 Selain itu,
lingkungan psikologis secara tidak langsung juga memberikan andil dalam perkembangan penyakit
kanker misalnya adanya stress, tekanan dan konflik dapat menimbulkan kecemasan, insomnia, dan
tidak nafsu makan yang pada akhirnya akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga penyakit mudah
menyerang.
KLASIFIKASI
Berdasarkan pengamatan secara makroskopis kanker hati terdiri atas 3 bentuk yaitu :
a. Tipe noduler, berbentuk multi noduler, biasanya hati membesar dengan nodul yang bermacammacam besar dan bentuknya dan sering disertai sirosis.
b. Tipe masif, bentuk masif yang besar pada salah satu lobus dengan hanya 1 nodul saja, tumor
besar tersebut sering terdapat di lobus kanan dan pada lobus lainnya dijumpai tumor kecil.
c. Tipe difus, umumnya besar hati terdapat dalam batas normal tapi seluruhnya terisi oleh sel-sel
kanker dan kadang-kadang susah dibedakan dengan sirosis portal.
Menurut WHO secara histologik tipe kanker hati berdasarkan struktur sel tumor dibedakan atas
trabecular (sinusoidal), pseudoglandula (asiner), compact (padat), dan serous.
Menurut sumber penyebab, Sherlock mengklasifikasikan kanker hati yaitu :
a. Karsinoma hepatoseluler : merupakan tumor ganas yang berasal dari hepatosit. Dari semua
tumor ganas yang pernah didiagnosis, 85% merupakan karsinoma hepatoseluler.
b. Kholangiokarsinoma : merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel saluran empedu, sekitar
10% dan 5% nya adalah tumor hati lainnya.
c. Sarkoma : merupakan tumor ganas yang berasal dari jaringan ikat hati.
d. Hemangioblastoma : merupakan tumor ganas yang berasal dari jaringan pembuluh darah.
Tingkat Penyakit (Stadium) Kanker Hati
Stadium

Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm yang terbatas hanya


pada salah satu segment tetapi bukan di segment I hati.

II

Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas


5

Ratu nur annisa / 1102010233


Hepatoselular karsinoma
pada segment I atau multi-fokal tumor terbatas pada
lobus kanan atau lobus kiri hati.
III

Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV)


atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumor
dengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah
(vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi
hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.

IV

Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan


dan lobus kiri hati.
- atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah
hati (intra hepaticvaskuler) ataupun pembuluh empedu
biliary duct)
- atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar
hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah
vena limpa (vena lienalis)

MANIFESTASI KLINIS
Pada permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, dan banyak tanpa keluhan. Lebih dari 75% tidak
memberikan gejala-gejala khas. Ada penderita yang sudah ada kanker yang besar sampai 10 cm pun
tidak merasakan apa-apa. Keluhan utama yang sering adalah keluhan sakit perut atau rasa penuh
ataupun ada rasa bengkak di perut kanan atas dan nafsu makan berkurang, berat badan menurun, dan
rasa lemas. Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunan cairan dalam rongga
perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam, demam, bengkak kaki, kuning, muntah, gatal,
muntah darah, perdarahan dari dubur, dan lain-lain
Pada fase subklinis belum ditemukan gejala yang jelas pada penderita, berikut gejala yang ditemukan
pada fase klinis yaitu :
a. Nyeri abdomen kanan atas
Penderita kanker hati stadium lanjut sering datang berobat karena tidak nyaman dengan nyeri di
abdomen kanan atas. Nyeri umumnya bersifat tumpul atau menusuk, intermitten atau kontinu,
sebagian area hati terasa terbebat kencang karena pertumbuhan tumor yang cepat.
b. Massa abdomen atas : pemeriksaan fisik menemukan splenomegali
Kanker hati lobus kanan dapat menyebabkan batas atas hati bergeser ke atas, pemeriksaan fisik
menemukan hepatomegali di bawah arcus costae tapi tanpa nodul.
c. Perut kembung timbul karena massa tumor sangat besar dan gangguan fungsi hati.
6

Ratu nur annisa / 1102010233


Hepatoselular karsinoma
d. noreksia : timbul karena fungsi hati terganggu, tumor mendesak saluran gastrointestin
e. Letih, mengurus : dapat disebabkan metabolit dari tumor ganas dan berkurangnya masukan
makanan.
f. Demam : timbul karena nekrosis tumor, disertai infeksi dan metabolit tumor, umumnya tidak
disertai menggigil.
g. Icterus : tampil sebagai kuningnya sklera dan kulit, biasanya sudah stadium lanjut, juga karena
sumbat kanker di saluran empedu atau tumor mendesak saluran hingga timbul icterus.
h. Ascites juga merupakan stadium lanjut, secara klinis ditemukan perut membuncit sering disertai
odeme di kedua tungkai.
i. Lainnya : selain itu terdapat kecenderungan perdarahan, diare, nyeri bahu belakang, kulit gatal
dan lainnya, manifestasi sirosis hati seperti splenomegali, venodilatasi dinding abdomen. Pada
stadium akhir sering timbul metastase paru, tulang, dan organ lain.
PATOFISIOLOGI

Ratu nur annisa / 1102010233


Hepatoselular karsinoma

DIAGNOSIS
Kriteria diagnosa Kanker Hati Selular (KHS) menurut PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia),
yaitu:
1. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.
8

Ratu nur annisa / 1102010233


Hepatoselular karsinoma
2. AFP (Alphafetoprotein) yang meningkat lebih dari 500 mg per ml.
3. Ultrasonography (USG), Nuclear Medicine, Computed Tomography Scann (CT Scann), Magnetic
Resonance Imaging (MRI), Angiography, ataupun Positron Emission Tomography (PET) yang
menunjukkan adanya KHS.
4. Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya KHS.
5. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan KHS.
Diagnosa KHS didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau hanya satu yaitu kriteria
empat atau lima.
Anamnesis
Keluhan utama
Keluhan utama Tuan X (60 tahun) ialah rasa penuh di abdomen, lesu, lemah dan nafsu makan
berkurang serta berat badan menurun.
Riwayat Penyakit Sekarang

Apakah terdapat nyeri pada bagian abdomen dan lama nyerinya?

Terdapat demam atau tidak, lama demam, munculnya pada waktu kapan?

Apakah urin berwarna gelap seperti air teh?

Apakah warna tinja keputihan seperti dempul?

Apakah kulit terasa gatal?

Riwayat Penyakit Dahulu

Adakah riwayat ikterus sebelumnya?

Pernah sakit kuning (hepatitis) atau kontak dengan penderita hepatitis?

Adakah riwayat transfusi darah, cabut gigi, dan pembuatan tato dalam 6 bulan terakhir?

Adakah pasien makan makanan kurang bersih dalam sebulan terakhir?

Adakah riwayat batu empedu?

Adakah riwayat pemakaian obat dalam jangka waktu lama?

Adakah riwayat pemakaian obat jarum suntik?

Adakah riwayat berhubungan sex bebas?

Adakah riwayat minum alcohol?

Riwayat Penyakit Keluarga

Penting ditanyakan khususnya pada pasien dengan ikterus yang tidak dapat ditemukan penyebabnya ;
yang mungkin disebabkan karena defisiensi enzim, gangguan aktivasi enzim, atau idiopatik. Keadaan
ini sering ditemukan pada anak bayi dengan ikterus yang patologis (sind. Gilbert, sind. Crigler-najjar,
anemia hemolitik) dan wanita hamil atau sedang minum pil KB yang sebelumnya tidak pernah
mengalami ikterus (sind. Dubin-Johnson).

Ratu nur annisa / 1102010233


Hepatoselular karsinoma
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pada penderita penyakit hepatobilier maka pada sebagian besar pasien nampak kulit dan sclera yang
berwarna kekuningan. Kelainan yang sering terjadi terletak pada kuadran kanan atas. Mula mula
dilihat bagaimana kulit (baik itu warna maupun dilatasi vena yang biasa diakibatkan keadaan sirosis
hepar). Setelah itu dengan melihat bentuk yaitu simetris atau tidak dan mendatar atau menonjol. Tidak
simetris disebabkan oleh pembesaran organ, tumor, kista, dll. Lihat perut pasien apakah membuncit
atau tidak (jika membuncit mungkin terjadi pembesaran hepar atau asites). Pada keadaan tertentu
didapatkan caput medusae, spider nevi dan pembuluh darah kolateral. Keadaan tersebut disebabkan
oleh hipertensi portal. Pada gangguan hepar mungkin terdapat pula ginekomasti.
Palpasi
Lebih diutamakan pemeriksaan di kuadran kanan atas. Dapat dilakukan pula Murphys sign untuk
menilai kolesistisis. Selain itu yang terpenting untuk dilaporkan ialah bagaimana deskripsi dari hepar.
Apakah terjadi hepatomegali, konsistensi, tepi, permukaan juga dilaporkan. Selain palpasi pada hepar,
juga dilakukan palpasi ada lien. Apakah terdapat splenomegali? Hal tersebut mungkin terjadi oleh
hipertensi portal. Pada keganasan hepar yang didapatkan ialah pembesaran hati (hepatomegali),
konsistensi keras, tepi tumpul dan permukaan berbenjol.
Perkusi
Pada perkusi hepar maka dapat ditentukan apakah terjadi pembesaran hepar (hepatomegali) atau hepar
mengecil (sirosis hepatis).
Auskultasi
Pada kelainan hepar yang dapat terdengar ialah Bruit hepar yaitu suara yang menunjukkan indikasi ke
arah karsinoma hepar atau hepatitis alcoholic. Suara bruit ini mirip dengan suara murmur pada paru
yang sama-sama diakibatkan oleh aliran turbulen pada organ. Suara lainnya ialah Venous hum yaitu
adanya suara sistolik dan diastolic seperti humming. Suara ini mengindikasikan sirkulasi kolateral
pada sirosis hepatis. Friction Rub ialah mengindikasikan adanya inflamasi pada permukaan peritoneal
dari organ misalnya adanya tumor, setelah biopsy. Adanya bruit hepar bersamaan dengan friction rub
mengindikasikan kuat adanya carcinoma pada hepar.
Pemeriksaan asites
Asites adalah satu kondisi dimana terdapat akumulasi cairan berlebih yang mengisi rongga peritoneal.
Pemeriksaan asites dengan cara shifting dullness atau dengan undulasi. Pada keganasan mungkin
didapatkan asites karena sebelum terjadi hepatoma biasanya didahului oleh sirosis hepatis.
Pemeriksaan penunjang
a.Alphafetoprotein
Sensitivitas Alphafetoprotein (AFP) untuk mendiagnosa KHS 60% 70%, artinya hanya pada 60%
70% saja dari penderita kanker hati ini menunjukkan peninggian nilai AFP, sedangkan pada 30%
40% penderita nilai AFP nya normal. Spesifitas AFP hanya berkisar 60% artinya bila ada pasien yang
diperiksa darahnya dijumpai AFP yang tinggi, belum bisa dipastikan hanya mempunyai kanker hati ini
sebab AFP juga dapat meninggi pada keadaan bukan kanker hati seperti pada sirrhosis hati dan
hepatitis kronik, kanker testis, dan terratoma.
b.AJH (aspirasi jarum halus)
Biopsi aspirasi dengan jarum halus (fine needle aspiration biopsy) terutama ditujukan untuk menilai
apakah suatu lesi yang ditemukan pada pemeriksaan radiologi imaging dan laboratorium AFP itu
10

Ratu nur annisa / 1102010233


Hepatoselular karsinoma
benar pasti suatu hepatoma. Tindakan biopsi aspirasi yang dilakukan oleh ahli patologi anatomi ini
hendaknya dipandu oleh seorang ahli radiologi dengan menggunakan peralatan ultrasonografi atau CT
scann fluoroscopy sehingga hasil yang diperoleh akurat. Cara melakukan biopsi dengan dituntun oleh
USG ataupun CT scann mudah, aman, dan dapat ditolerir oleh pasien dan tumor yang akan dibiopsi
dapat terlihat jelas pada layar televisi berikut dengan jarum biopsi yang berjalan persis menuju tumor,
sehingga jelaslah hasil yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik dan akurasi yang tinggi karena
benar jaringan tumor ini yang diambil oleh jarum biopsi itu dan bukanlah jaringan sehat di sekitar
tumor.
c.Gambaran Radiologi
Kanker hepato selular ini bisa dijumpai di dalam hati berupa benjolan berbentuk kebulatan (nodule)
satu buah, dua buah atau lebih atau bisa sangat banyak dan diffuse (merata) pada seluruh hati atau
berkelompok di dalam hati kanan atau kiri membentuk benjolan besar yang bisa berkapsul. dapat
mendeteksi tumor dengan diameter kurang dari 1 cm dan dapatlah menjawab semua pertanyaan
seputar kanker ini antara lain berapa banyak nodule yang dijumpai, berapa segment hati-kah yang
terkena, bagaimana aliran darah ke kanker yang dilihat itu apakah sangat banyak (lebih ganas),
apakah sedang (tidak begitu ganas) atau hanya sedikit (kurang ganas), yang penting lagi apakah ada
sel tumor ganas ini yang sudah berada di dalam aliran darah vena porta, apakah sudah ada sirrhosis
hati, dan apakah kanker ini sudah berpindah keluar dari hati (metastase) ke organ-organ tubuh lainnya.
Kesemua jawaban inilah yang menentukan stadium kankernya, apakah pasien ini menderita kanker
hati stadium dini atau stadium lanjut dan juga menentukan tingkat keganasan kankernya sehingga
dengan demikian dapatlah ditaksir apakah penderita dapat disembuhkan sehingga bisa hidup lama
ataukah sudah memang tak tertolong lagi dan tak dapat bertahan hidup lebih lama lagi dari 6 bulan.
Radiologi mempunyai banyak peralatanan seperti Ultrasonography (USG), Color Doppler Flow
Imaging Ultrasonography, Computerized Tomography Scann (CT Scann), Magnetic Resonance
Imaging (MRI), Angiography, Scintigraphy dan Positron Emission Tomography (PET) yang
menggunakan radio isotop. Pemilihan alat mana saja yang akan digunakan apakah dengan satu alat
sudah cukup atau memang perlu digunakan beberapa alat yang dipilih dari sederetan alat-alat ini dapat
disesuaikan dengan kondisi penderita(10).
i.Ultrasonography (USG)
Dengan USG hitam putih (grey scale) yang sederhana (conventional) hati yang normal tampak warna
ke-abuan dan texture merata (homogen). Bila ada kanker langsung dapat terlihat jelas berupa benjolan
(nodule) berwarna kehitaman, atau berwarna kehitaman campur keputihan dan jumlahnya bervariasi
pada tiap pasien bisa satu, dua atau lebih atau banyak sekali dan merata pada seluruh hati, ataukah
satu nodule yang besar dan berkapsul atau tidak berkapsul. Sayangnya USG conventional hanya dapat
memperlihatkan benjolan kanker hati diameter 2 cm 3 cm saja. Tapi bila USG conventional ini
dilengkapi dengan perangkat lunak harmonik system bisa mendeteksi benjolan kanker diameter 1 cm
2 cm13, namun nilai akurasi ketepatan diagnosanya hanya 60%. Rendahnya nilai akurasi ini
disebabkan walaupun USG conventional ini dapat mendeteksi adanya benjolan kanker namun tak
dapat melihat adanya pembuluh darah baru (neo-vascular).
Neo-vascular merupakan ciri khas kanker yaitu pembuluh darah yang terbentuk sejalan dengan
pertumbuhan kanker yang gunanya untuk menghantarkan makanan dan oksigen ke kanker itu.
Semakin banyak neo-vascular ini semakin ganas kankernya. Walaupun USG color yang sudah dapat
memberikan warna dan mampu memperlihatkan pembuluh darah di sekeliling nodule tetapi belum
dapat memastikan keberadaan neovascular sehingga dengan demikian akurasi diagnostik hanya
sedikit bertambah menjadi berkisar 60% 70%. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, kini
sudah ada alat USG yang lebih canggih dan lebih lengkap lagi yaitu Color Doppler Flow Imaging
(CDFI) yaitu USG yang selain mampu melihat pembuluh darah di sekitar kanker juga mampu pula
memperlihatkan kecepatan dan arah aliran darah di dalam pembuluh darah itu, sehingga dapat
ditentukan resistensi index dan pulsatily index yang dengan demikian sudah dapat memastikan apakah
pembuluh darah yang mengelilingi nodule itu adalah benar neo-vascularisasi dan berapa banyak
11

Ratu nur annisa / 1102010233


Hepatoselular karsinoma
adanya. Dengan dapat dipastikan keberadaan neo-vascularisasi ini maka akurasi diagnosa kanker
meningkat jadi 80%. Neo-vascularisasi yang baru terbentuk yang memang ada tapi belum terlihat
dengan teknik CDFI ini masih bisa dilihat dengan cara diberikan suntikan zat kontras pada penderita
sewaktu dilakukan pemeriksaan CDFI USG, zat kontras itu mampu menembus masuk ke dalam neovascularisasi yang menyusup di dalam nodule. Dengan demikian akurasi diagnosa meningkat menjadi
90% dan lebih-lebih lagi dapat mendeteksi kanker berukuran lebih kecil dari 1 cm.
Dengan Color Doppler Flow Imaging USG ini juga memungkinkan kita melihat apakah ada portal
vein tumor thrombosis yaitu sel-sel kanker (tumor thrombus) yang lepas dan masuk ke dalam vena
Porta. Penting sekali memastikan keberadaan tumor thrombus di dalam vena porta ini karena
thrombus ini dapat menyumbat aliran darah. Pada keadaan normal semua makanan yang telah
dicernakan oleh usus akan dihantarkan ke hati oleh vena porta ini. Bila vena ini tersumbat oleh tumor
thrombus maka hati tidak menerima nutrisi lagi dengan kata lain hati tak dapat makanan lagi sehingga
sel-sel hati akan mati (necrosis) secara perlahan tetapi pasti dan ini sangat membahayakan penderita
karena dapat terjadi gagal hati (liver failure). Tumor thrombus ini bisa ukurannya besar sehingga
menutup seluruh lumen vena porta, bisa kecil, dan hanya menutup sebahagian lumen saja sehingga
masih bisa ada aliran darah di dalam vena porta ini. Dari hasil USG ini sudah bisa diarahkan dengan
tepat tindakan pengobatan apa yang paling sesuai dan bermanfaat untuk penderita apakah akan
dilakukan operasi membuang sebahagian hati (reseksi hepatektomi partial) atau tidak, apakah bisa diembolisasi atau tidak ataukah hanya dilakukan infuse kemoterapi intra-arterial saja. Tapi bila sudah
jelas terdapat tumor thrombus di dalam vena porta dan sudah pula menyumbat vena ini, maka
tindakan operatif dan embolisasi sudah hampir tidak berarti lagi dan satusatunya cara untuk
menyelamatkan penderita adalah dengan cara transplantasi hati (liver transplantation).
Ii CT Scan
CT scann sebagai pelengkap yang dapat menilai seluruh segmen hati dalam satu potongan gambar
yang dengan USG gambar hati itu hanya bisa dibuat sebagian-sebagian saja. CT scann sudah dapat
membuat gambar kanker dalam tiga dimensi dan empat dimensi dengan sangat jelas dan dapat pula
memperlihatkan hubungan kanker ini dengan jaringan tubuh sekitarnya.
iii.Angiografy
Dicadangkan hanya untuk penderita kanker hati-nya yang dari hasil pemeriksaan USG dan CT scann
diperkirakan masih ada tindakan terapi bedah atau non-bedah masih yang mungkin dilakukan untuk
menyelamatkan penderita. Pada setiap pasien yang akan menjalani operasi reseksi hati harus
dilakukan pemeriksaan angiografi. Dengan angiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker yang
sebenarnya. Kanker yang kita lihat dengan USG yang diperkirakan kecil sesuai dengan ukuran pada
USG bisa saja ukuran sebenarnya dua atau tiga kali lebih besar. Angigrafi bisa memperlihatkan
ukuran kanker yang sebenarnya. Lebih lengkap lagi bila dilakukan CT angiography yang dapat
memperjelas batas antara kanker dan jaringan sehat di sekitarnya sehingga ahli bedah sewaktu
melakukan operasi membuang kanker hati itu tahu menentukan di mana harus dibuat batas
sayatannya(14).
iv.MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Pemeriksaan dengan MRI ini langsung dipilih sebagai alternatif bila ada gambaran CT scann yang
meragukan atau pada penderita yang ada risiko bahaya radiasi sinar X dan pada penderita yang ada
kontraindikasi (risiko bahaya) pemberian zat contrast sehingga pemeriksaan CT angiography tak
memungkinkan padahal diperlukan gambar peta pembuluh darah. MRI yang dilengkapi dengan
perangkat lunak Magnetic Resonance Angiography (MRA) sudah pula mampu menampilkan dan
membuat peta pembuluh darah kanker hati ini. Sayangnya ongkos pemeriksaan dengan MRI dan
MRA ini mahal, sehingga selalu CT scan yang merupakan pilihan pertama.
v.PET (Positron Emission Tomography)

12

Ratu nur annisa / 1102010233


Hepatoselular karsinoma
Salah satu teknologi terkini peralatan kedokteran radiologi adalah Positron Emission Tomography
(PET) yang merupakan alat pendiagnosis kanker menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal
sebagai flourine18 atau Fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu mendiagnosa kanker dengan cepat
dan dalam stadium dini. Caranya, pasien disuntik dengan glukosa radioaktif untuk mendiagnosis selsel kanker di dalam tubuh. Cairan glukosa ini akan bermetabolisme di dalam tubuh dan memunculkan
respons terhadap sel-sel yang terkena kanker. PET dapat menetapkan tingkat atau stadium kanker hati
sehingga tindakan lanjut penanganan kanker ini serta pengobatannya menjadi lebih mudah. Di
samping itu juga dapat melihat metastase (penyebaran).
DIAGNOSIS BANDING
Hepatocellular adenoma
Hepatocellular adenoma merupakan tumor jinak pada hati. Pada tumor ini tidak ditemukan sirosis.
Pada jaringannya mirip dengan jaringan normal. Tumor ini berhubungan dengan anabolic steroid.
Tumor ini jarang ditemukan, dapat berkembang menjadi hepatocellular carcinoma.
Sirosis hepatis
Sirosis hepatis disebabkan oleh banyak factor. Pada sirosis hepar tidak akan teraba oleh karena
fibrosis. Gambaran radiologi menunjukkan hepar yang mengecil, adanya pelebaran vena, dan
permukaan yang berbenjol (waving).
Kista hydatid
Kista hydatid disebabkan oleh Echinococcus sp. Gejala yang timbul karena desakan kista hydatid
dapat menekan duktus bilier dan vena porta, cairan yang dapat menimbulkan alergi, jika kista tersebut
pecah maka cairan kista dapat masuk ke peredaran darah yang dapat menimbulkan syok anafilaktik.
Kadang kala kista hydatid tumbuh seperti tumor ganas. Kista hydatid dapat didiagnosa dengan tes
imunologi. Pada radiologi tampak seperti daughter cyst dan kalsifikasi (crushed egg shell
calcification).
Hemangioma (cavernosa)
Hemangioma merupakan tumor jinak pada pembuluh darah. Tumor ini berasal dari mesodermal.
Hemangioma ditemukan di lobus kanan hepar. Gejala yang ditimbulkan ialah nyeri pada kuadran
kanan atas bila lesi yang ada lebih dari 5 cm dan menyebabkan hemoragik dan thrombosis.
Manifestasi klinik sering adanya gambaran eritema pada kulit karena vasodilatasi dari pembuluh
darah. Pada CT-scan memberi gambaran Venus Lake.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi akibat dari karsinoma hepatoselular menurut pilemone (2000):
a. Hipertensi
b. Hiperbilirubinemia
c. Ensefalopati hepatikterjadi pada kegagalan hari beratyang disebabkan oleh akumulasi
ammonia serta metabolic toksin.
d. Kerusakan jaringan parenkin hati yang meluas yang menyebabkan serosis hepatis.
TERAPI
Pengobatan non-bedah
Meskipun pendekatan multidispliner terhadap KHS dapat meningkatkan hasil reseksi dan orthotopic
liver transplantation, tetapi kebanyakan penderita tidak memenuhi persyaratan untuk terapi operasi
karena stadium tumor yang telah lanjut, derajatsirosis yang berat, atau keduanya. Oleh karena itu,
13

Ratu nur annisa / 1102010233


Hepatoselular karsinoma
terapi non-bedah merupakan pilihan untuk pengobatan penyakit ini. Beberapa alternatifpengobatan
non-bedah karsinoma hati meliputi:
a. Percutaneous ethanol injection (PEI)
PEI pertama kali diperkenalkan padatahun 1986.(11) Teknik terapi PEI dilaporkan memberikan hasil
sebaik reseksi untuk KHS yang kecil. Kerugian dari cara ini adalah tingkat rekurensi lokal yang tinggi
dan kebutuhan akan sesi terapi berulang kali (multipel) agar didapatkan ablasi lengkap dari l e s i .
(10) PEI dilakukan dengan cara menyuntikkan per kutan etanol murni (95%) Siregar Non bedah
karsinoma hati ke dalam tumor dengan panduan radiologisuntuk mendapatkan efek nekrosis dari
tumor. Tindakan ini efektif untuk tumor berukuran kecil (<3 cm). Untuk penderita-penderita dengan
asites, koagulopati sedang atau berat dan lesi permukaan, PEI tidak dianjurkan. Efek PEI adalah
demam, sakit di daerah suntikan, perdarahan intrahepatik dan perdarahan peritoneal.
b. Chemoembolism
Transcatheter arterial chemoembolism dapat digunakan sebagai terapi lokal (targeted
chemoembolism) atau regional (segmental, lobar chemoembolism) tergantung dari ukuran, jumlah
dan distribusi lesi. Kemoembolisme dianggap terapi baku untuk KHS yang tidak dapat dilakukan
reseksi. Lipoidol diberikan dengan obat kemoterapi yang kemudian akan terkonsentrasi di dalam sel
tumor tetapi secara aktif dibersihkan dari sel-sel yang non-maligna. Pada cara ini, terjadi
devaskularisasi terhadap tumor sehingga menghentikan suplai nutrisi dan oksigen ke jaringan tumor
dan mengakibatkan terjadinya nekrosis tumor akibat vasokonstriksi arteri hepatika. Dengan teknik ini
didapatkan respon yang lebih baik dibandingkan kemoterapi arterial atau sistemik. Selain lipoidol
dapat juga digunakan gelfoam dan kolagen. Efek samping yang sering terjadi antara lain adalah
demam, nausea, vomitus, sakit di daerah abdominal. Kemoembolisasi pada penderita-penderita
dengan karsinoma hepatoseluler yang tidak dapat direseksi dilaporkan menunjukkan reduksi dari
pertumbuhan tumor tetapi tidak memberikan peningkatan survival. Efikasi yang terbatas dari
kemoembolisasi pada penderita KHS dengan tumor yang besar dan tidak dapat direseksi dapat
dijelaskan oleh adanya sel-sel tumor yang tetap hidup setelah terapi, terutama dengan adanya invasi
vaskuler, adanya anak nodul kecil-kecil, dan adanya trombi tumor. Kemoembolisasi efektif untuk
tumor kecil tunggal dengan hipervaskularisasi. Respons yang lebih besar dan derajat survival yang
lebih tinggi diperoleh bilamana kemoembolism diikuti dengan PEI.
c. Kemoterapi sistemik
Pemberian terapi dengan anti-tumor ternyata dapat memperpanjang hidup penderita. Sitostatika yang
sering dipakai sampai saat ini adalah 5-fluoro uracil (5-FU). Zat ini dapat diberikan secara sistematik
atau secara lokal (intra-arteri). Sitostatika lain yang sering digunakan adalah adriamisin(doxorubicin
HCl) atau adriblastina. Dosis yang diberikan adalah 60-70 mg/m2 luas badan yang diberikan secara
intra-vena setiap 3 minggu sekali atau dapat juga diberikan dengan dosis 20-25 mg/m2 luas badan
selama 3 hari berturut-turut dan diberikan setiap 3 minggu sekali. Adriamisin sebagai obat tunggal
sangat efektif dengan peningkatan survival rate sebesar 25% dibandingkan bila tidak diberi terapi.
Penggunaan kombinasi sisplatin, IFN-2B, adriamisin dan 5-FU yang diberikan secara sistematik
pada penderita KHS memberikan rerspon yang sangat baik untuk tumor hati dan ekstrahepatik.
Dengan rejimen seperti ini ternyata 18% penderita yang awalnya tidak dapat dieseksi dapat direseksi
dan 50% menunjukkan remisi histologis yang sempurna. Namun demikian, kombinasi di atas tidak
dapat ditoleransi penderita-penderita sirosis lanjut.
d. Kemoterapi intra-arterial (transcatheter arterial chemotherapy)
Pengobatan karsinoma hati dengan sitostatika ternyata kurang memberikan manfaat yang diharapkan.
Respon parsial hanya mencapai 25% saja. Pemberian 5-FU ternyata tidak memperpanjang usia
penderita. Oleh karenanya diberikan sitostatika secara intra-arterial dengan beberapa keuntungan
seperti misalnya, konsentrasi sitostatika lebih tinggi pada target (tumor), mengurangi toksisitas
sistemik dan kontak antara obat dengan tumor berlangsung lebih lama. Pada teknik ini kateter
14

Ratu nur annisa / 1102010233


Hepatoselular karsinoma
dimasukkan per kutaneus ke dalam arteri brachialis atau a. femoralis atau melalui laparotomi ke arteri
hepatika, kemudian obat sitostatika disuntikkan secara perlahan-lahan selama 10-30 menit. Sitostatika
yang disuntikkan adalah mitomisin C 10-20 mg dikombinasikan dengan adriablastiina 10-20 mg
dicampur dengan 100- 200 ml larutan garam faal. Pemberian sitostatika diulang satu bulan kemudian
sambil mengevaluasi hasil pengobatan sebelumnya. Efek samping dari cara pengobatan di atas
tersebut dapat berupa demam, septikemia, perdarahan, trombosis, emboli udara. Kontraindikasi dari
kemoterapi intra-arterial adalah kaheksia, asites yang intraktabel, dan gangguan faal hati berat.
e. Radiasi
Terapi radiasi jarang digunakan sebagai terapi tunggal dan tidak banyak perannya sebab karsinoma
hati tidak sensitif terhadap radiasi dan sel-sel hati yang normal sangat peka terhadap radiasi. Terapi
radiasi dengan menggunakan 50 Gy untuk membunuh sel-sel kanker hati dapat menyebabkan
radiation induced hepatitis. Dosis yang diberikan umumnya berkisar antara 30-35 Gy dan diberikan
selama 3-4 minggu. Meskipun demikian, penderita biasanya meninggal dalam kurun waktu 6 bulan.
karena survival-nya pendek. Teknik baru yang dengan proton therapy adalah teknik yang
menggunakan partikel bermuatan positif untuk menghantar energi membunuh sel-sel tumor dengan
cedera minimal pada jaringan hati yang nonneoplastik. Dengan proton therapy dosis 70- 80 Gy sangat
aman karena sel target adalah hanya sel tumor. Ukuran tumor dapat berkurang sampai 50% dari
sebelumnya, dan efek samping yang terjadi sangat minimal sehingga memberikan kualitas hidup yang
lebih baik.
f. Tamofixen
Tamofixen digunakan pada penderitapenderita KHS dengan sirosis lanjut, tetapi tidak meningkatkan
survival. Tamofixen dapat dikombinasikan dengan etoposide dan menunjukkan perbaikan serta
memberikan toksisitas rendah dan bermanfaat sebagai terapi paliatif. Secara in vitro, tamofixen
bermakna meningkatkan efek sitotoksik doxorubisin pada KHS. Kombinasi antara tamofixen dengan
doxorubisin ternyata tidak memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tamofixen tunggal.
g. Injeksi asam asetat perkutaneus
Prinsip dan cara kerja metode ini sama dengan injeksi etanol perkutan, hanya saja zat yang
disuntikkan adalah larutan asam asetat 15-50%. Pemberian pada penderita KHS dengan tumor yang
berdiameter <3 cm menunjukkan survival rate 1 tahun sebesar 93%, 2 tahun sebesar 86%, 3 tahun
sebesar 83% dan 4 tahun sebesar 64%. Efek samping tidak dijumpai.
PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis kanker hati adalah jelek. Tanpa pengobatan terjadi kematian rata-rata
sesudah 6-7 bulan sejak keluhan pertama. Dengan pengobatan hidup penderita dapat diperpanjang
sekitar 11-42 bulan. Menurut penelitian Hadi penderita kanker hati yang ditemukan pada stadium dini,
masa hidup penderita dapat lebih dari 6 tahun. Manifestasi terakhir sebelum kematian dapat berupa
koma hepatikum, perdarahan masif berupa hematemesis dan melena, syok yang didahului oleh
perasaan nyeri yang hebat di daerah hati. Nyeri yang hebat tersebut bisa disebabkan oleh pecahnya
tumor.
PENCEGAHAN
Hepatoselular carcinoma pada Asia sering disebabkan oleh hepatitis virus. Hal yang perlu dilakukan
adalah memberikan vaksin Hepatitis B, mencegah penularan Hepatitis B dan C, pencegahan secara
vertikal, dan mencegah perkembangan virus pada kronic hepatitis. Merubah gaya hidup juga
dibutuhkan pada alcoholic steatohepatitis maupun non-alkoholic hepatitis. Sirosis yang diakibatkan
oleh aflatoxin dan hemokromatosis pun harus dicegah.
Vaksinasi hepatitis B

15

Ratu nur annisa / 1102010233


Hepatoselular karsinoma
Pemberian vaksinasi hepatitis B memberikan makna yang besar pada pencegahan hepatoma. Di
Indonesia sebagian besar penderita hepatoma disebabkan oleh hepatitis B. Vaksinasi secara dini
merupakan hal yang penting karena semakin muda usia terkena hepatitis B maka semakin besar
kemungkinan menjadi hepatitis B kronik yang nantinya dapat berkembang menjadi hepatoma.
Pencegahan penularan hepatitis B dan C
Di Negara berkembang termasuk Indonesia tingkat penularan hepatitis B dan C sangat tinggi hal ini
disebabkan karena sanitasi dan tingkat steril yang kurang pada pelayanan kesehatan. Hepatitis B dan
C ditularkan melalui darah. Penularan melalui darah dengan cara :

Hubungan seksual

Penggunaan jarum suntik pada pengguna narkoba

Perawatan gigi

Pembuatan tattoo

Piercing

Akupuntur

Pencegahan secara vertikal


Penularan secara transversal disebabkan dari ibu dengan HBsAg positif yang sedang hamil. Maka
yang perlu dilakukan adalah pemberian lamivudin pada ibu untuk menekan virus dan pemberian
IgHBV dan kemudian pemberian vaksin pada perinatal.
Mencegah perkembangan virus pada kronik hepatitis
Untuk mencegah hepatoma maka yang harus dilakukan ialah pengobatan Hepatitis B dengan cara
kombinasi antara peg-interferon dengan lamivudin. Pengobatan hepatitis C dengan kombinasi antara
peg-interferon dengan ribavirin.
Pencegahan alcoholic steatohepatitis dan non-alkoholic steatohepatitis
Untuk mencegah ini maka yang perlu dilakukan ialah gaya hidup sehat. Antara lain dengan membatasi
minum alcohol, tidak merokok, diet makanan sehat, mengurangi makanan berlemak, dan rajin
berolahraga.
Mencegah sirosis akibat hemokromatosis
Hemokromatosis merupakan penyakit yang disebabkan kelainan genetic sehingga distribusi Fe yang
menumpuk pada hepar. Untuk mencegah sirosis akibat penyakit tersebut ialah melakukan flebotomi.
Mencegah sirosis akibat Aflatoxin
Aflatoxin dihasilkan oleh Aspergillus flavus. Berarti untuk mencegah ini maka dilakukan fungisida
untuk Aspergillus tetapi membutuhkan biaya yang mahal sehingga sulit untuk diterapkan di Negara
berkembang seperti di Indonesia. Jika sudah memakan makanan yang mengandung aflatoksin maka
diberikan Oltipraz (antischistosoma). Obat ini bekerja dengan cara mendetoksikasi dengan cara
menghasilkan serum aflatoksin-albumin. Chlorophyllin juga memberikan hasil yang baik pada pasien
ini. Chlorophyllin merupakan obat yang lebih murah dibandingkan dengan Oltipraz.
2. MEMAHAMI DAN
MENURUT ISLAM

MENJELASKAN

16

HUKUM

TRANSPALANTASI

ORGAN

Ratu nur annisa / 1102010233


Hepatoselular karsinoma
Transplantasi adalah pemindahan organ tubuh dari orang sehat atau mayat yang organ
tubuhnya mempunyai daya hidup dan sehat kepada tubuh orang lain yang memiliki organ
tubuh yang tidak berfungsi lagi sehingga resipien (penerima organ tubuh) dapat bertahan
hidup secara sehat.
Dalam islam transplantasi bisa dikategorikan urusan duniawi. Karena jika kita amati, tidak
ada dalil baik dari Al Quran ataupun hadits.
Lalu bagaimana hukum mendonorkan organ tubuh untuk di transplantasi?
Allah berfirman:
Dan tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS. Al-Maidah 5 :2)
Dari firman tersebut maka mendonorkan organ tubuh untuk ditransplantasi itu boleh. Namun
perlu diperhatikan,dalam mendonorkan organ,organ tersebut bukanlah organ vital,yang jika
organ tersebut di ambil maka akan menimbulkan kematian bagi pendonor.
Ada dua jenis donor organ:
A.

Donor organ ketika pendonor masih hidup

Donor seperti ini dibolehkan dengan syarat. Yaitu, donor tersebut tidak mengakibatkan
kematian si pendonor. Misalnya, dia mendonorkan jantung, limpha atau paru-parunya. Hal ini
akan mengakibatkan kematian pada diri si pendonor. Padahal manusia tidak boleh membunuh
dirinya, atau membiarkan orang lain membunuh dirinya; meski dengan kerelaannya.
Allah Swt berfirman:
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. (QS an-Nisa [4]: 29).
Selanjutnya Allah Swt berfirman:
Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di
antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. (QS al-Anam [6]: 151)
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA yang mengatakan
bahwa Rasulullah SAW bersabda :
Siapa saja yang menjatuhkan diri dari sebuah gunung dan membunuh dirinya sendiri, maka
dia akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam.
dan janganlah kamu menjerumuskan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. (QS. AlBaqarah 2: 195)
B.

Donor organ ketika pendonor telah meninggal

Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat para ulama fiqh. Sebagian ulama madzhab Maliki
dan Adz-Dzahiri yang berpendapat bahwa npemanfaatan organ tubuh mayat tidak boleh
didilakukan dengan landasan sabda Rosulullah Rasulullah saw., Memotong tulang mayat
sama dengan memotong tulang manusia ketika masih hidup. (HR. Abu Daud). Jadi, mayat
harus dihormati sebagaimana ia dihormati semasa hidupnya.

17

Ratu nur annisa / 1102010233


Hepatoselular karsinoma
Jumhur ulama fiqh yang terdiri dari sebagian ulama Madzhab Hanafi,Maliki,Syafli dan
Hambali berpendapat bahwa memanfaatkan organ tubuh manusia sebagai pengobatan
dibolehkan dalam keadaan darurat. Menurut mereka hadits riwayat Abu Dawud tersebut
berlaku jika dolakukan semena-mena tapa manfaat. Apabila dilakukan untuk pengobatan itu
tidak dilarang karena hadits yang memerintahkan seseorang untuk mengobati penyakitnya
lebih banyak dan lebih meyakinkan daripada hadits Abu Daud tersebut.
Transplantasi ini dapat di lakukan dengan syarat si pendonor telah mewariskan sebelum ia
meninggal atau dari ahli warisnya(jika sudah wafat).
Namun ada pula yang berpendapat bahwa hukum pemilikan terhadap tubuh manusia setelah
dia mati. Merupakan suatu hal yang tidak diragukan lagi bahwa setelah kematiannya, manusia
telah keluar dari kepemilikan serta kekuasaannya terhadap semua hal; baik harta, tubuh,
maupun istrinya. Dengan demikian, dia tidak lagi memiliki hak terhadap tubuhnya.memang di
bolehkan untuk harta namun itu di khususkan hanya untuk harta bukan untuk anggota badan.
Menurut saya, daam keadaan darurat diperbolehkan,dengan asar:
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang
yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan
terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
[2:173]
Hal ini di karenakan demi menyembuhkan penyakit,kerena Allah menurunkan suatu penyakit
beserta obatnya. Dan dalam syariat islam menuntut umatnya agarseluruh penyakit harus di
obati,angan membiarkan penyakit bersarang di tubuh kita yang dapat berakibat fatal,yaitu
kematian. Sesuai dengan firman Allah SWT:
Dan janganlah kamu membunuh dirimu.sesungguhnya Allah sangat belas kasihan padamu.
(QS an-Nisa [4]: 29)

18

Anda mungkin juga menyukai