A.Pengertian
Tiroidektomi adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua
atau sebagian dari kelenjar tiroid. Klasifikasi dari tiroidektomi adalah total
tiroidektomi dan nyaris total tiroidektomi. Indikasi dilakukan tiroidektomi adalah
gondok, kanker tiroid, hipertiroidisme, gejala obstruksi,
B.Klasifikasi
Tiroidektomi terbagi atas
1. Tiroidektomi total
Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang menjalani
tindakan ini harus mendapat terapi hormone pengganti yang besar dosisnya
beragam pada setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia, pekerjaan, dan
aktifitas (Rumahorbo,1999).
1. Tiroidektomi sub total
Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebagian kelenjar tiroid. Lobus kiri atau
kanan yang mengalami pembesaran diangkat dan diharapkan kelenjar yang masih
tersisa masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hormone-hormon tiroid
sehingga tidak diperlukan terapi penggantian hormon (Rumahorbo,1999).
1. A.
Perawatan pre-operasi
Perawatan yang tepat dapat dilakukan pada pasian pre-oprerasi pada tiroidektomi
adalah :
1. Kadar hormon tiroid harus diupayakan dalam keadaan normal
2. Pemberian obat antitiroid masih tetap dipertahankan disamping menurunkan
kadar hormon darah
3. Masalah jantung juga sudah harus teratasi
Distress
pernapasan
iii.
Hipokalsemia akibat pengangkatan paratiroid yang ditandai dengan tetani
iv.
Kerusakan
saraf laryngeal
Pendidikan Kesehatan
Memberikan pemahaman pada setiap obat atau prosedur yang akan dilaksanakan
pada anggota keluarga pasien, seperti :
1. Penggunaan obat-obatan. Konsistensi waktu sangat perlu diperhatikan
2. Gunakan kipas angin/van atau ruangan ber AC agar klien dapat beristirahat
3. Pada klien dengan tiroidektomi total atau penggunaan obat antitiroid, jelaskan
tanda hipotiroidisme dan hipertiroidisme
4. Jelaskan pada keluarga penyebab emosi yang labil pada klien dan bantu
mereka untuk dapat menerima dan mengadaptasinya.
5. Ajarkan untuk followup secara teratur ketempat pelayanan terdekat
Pengkajian
1.
1.
1.
1.
Respirasi
Kepatenan jalan napas
Kedalaman
Frekuensi
Bunyi napas
Sirkulasi
tanda-tanda vital : T/D, suhu, nadi
kondisi kulit : dingin, basah
sianotis
Neurologi
tingkat respons
neurosensori
fungsi bicara
kualitas dan tonasi
Drainase
Mengantisipasi perdarahan :
Perhatikan cairan drainase yang keluar khususnya 24 jam pertama pasca
operasi.
Inspeksi balutan luka
1. Kenyamanan
Tipe nyeri dan lokasi
Mual dan muntah
Perubahan posisi yang dibutuhkan
1. Keselamatan
Kebutuhan akan pagar tempat tidur
1. Peralatan
diperiksa untuk fungsi yang baik
II.
Rencana Keperawatan
i.
Diagnosa Keperawatan I
Bersihkan jalan napas tak efektif yang b/d obstruksi akibat perdarahan atau edema
daerah insisi.
Tujuan :
Intervensi Keperawatan :
iii.
Diagnosa Keperawatan III
Nyeri yang berhubungan dengan insisi pada kelenjar tiroid
Tujuan :
Klien mengalami nyeri yang minimal.
Intervensi Keperawatan :
III.
Evaluasi
Evaluasi di sesuaikan dengan kriteria hasil yang ingin dicapai :
Aspirasi dicegah
Mampu menciptakan metode komunikasi di mana kebutuhan dapat dipahami
Mengalami nyeri yang minimal
Cidera dengan komplikasi minimal
BAB III
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
Tiroidektomi adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua
atau sebagian dari kelenjar tiroid. Klasifikasi dari tiroidektomi adalah total
tiroidektomi dan nyaris total tiroidektomi. Indikasi dilakukan tiroidektomi adalah
gondok, kanker tiroid, hipertiroidisme, gejala obstruksi,
1. B.
Saran
Bagi perawat dapat di harapkan melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
prosedur yang ada..
DAFTAR PUSTAKA
Rumahorbo, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Endokrin. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Cabang Jakarta. 2008. Penatalaksanaan
Penyakit-penyakit Tiroid bagi Dokter. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
| Tinggalkan Komentar
MACAM HORMON
Posted on 04/04/2013
beberapa macam HORMON MANUSIA dan FUNGSINYA
hormon merupakan zat kimia yang diproduksi oleh sel-sel kelenjar ( kelenjar endokrin
) dan mempunyai peranan strategis bagi kelangsungan hidup mahkluk hidup tak
terkecuali manusia.
Secara umum , hormon di dalam tubuh berfungsi dalam mengkoordinasi kan prosesproses fisiologis dalam tubuh kita.
Setidaknya ada 3 fungsi utama dari sistem hormon, yaitu :
1. mempertahankan keseimbangan tubuh
2. merespons stress pada tubuh secara tepat
3. mengatur pertumbuhan dan perkembangan tubuh Ada banyak jenis hormon
yang disekresi kan oleh kelenjar endokrin, dengan beragam funggsi serta
peranan masing-masing. Pelajari tabel di bawah ini.
Tabel berbagai macam hormon pada manusia beserta fungsinya.
No Nama hormone Fungsinya
1. Anti Diuretik Hormone ( ADH ) Meningkatkan absorbsi air dr tubulus ginjal dan
meningkatkan tekanan darah
2. Oksitosin Merangsang kontraksi uterus, pengeluaran air susu
3. Growth Hormone
( GH ) Merangsang pertumbuhan tulang dan otot, meningkatkan sintesis
protein,mobilisasi lemak, menurunkan metabolisme karbohidrat
4. Prolaktin Meningkatkan perkembangan payudara selama kehamilan dan produksi
air susu setelah kelahiran
5. Tiroid Stimulating Hormone ( TSH ) Merangsang produksi dan sekresi hormon tiroid
6. Adenocorticotropic Hormone ( ACTH ) Merangsang sekresi dan produksi hormon
steroid dan korteks adrenal
7 Luteinizing hormon ( LH ) Merangsang pertumbuhan korpus luteum, ovulasi,
produksi esterogen dan progesteron ( pd wanita )
Merangsang sekresi testosteron, perkembangan jaringan interstisial ( pd pria )
8 Folicel stimulating hormone Merangsang pertumbuhan folikel telur dan ovulasi ( pd.
Wanita )
Merangsang produksi sperma ( pd pria )
9 Melanosit stimulating hormone Bersama dg ACTH terlibat dalam pembentukan kulit
menyebabkan penyakit Adison dengan gejala kulit merah dan dapat menimbulkan
kematian.
Bagian medulla (dalam) menghasilkan hormone epirefrin atau adrenalin. Fungsinya
memacu aktifitas jantung, mengerutkan otot polos pada arteri, menyebabkan
tekanan darah naik, mengendurkan otot polos bronkiolus sehingga melapangkan
pernafasan, mempercepat pengubahan glikogen menjadi glukosa.
6. Kelenjar Lambung
Menghasilkan hormone gastrin, fungsinya merangsang keluarnya getah-getah
lambung.
7. Kelenjar usus
Usus halus mengeluarkan hormone sekretin yang memacu sekresi getah usus dan
getah pancreas dan hormone kolesistokinin yang memacu sekresi getah empedu dan
pancreas.
8. Kelenjar pancreas
Menghasilkan hormone insulin yang bekerja secara antagonis dengan hormone
adrenalin yaitu mengubah gula darah (glukosa) menjadi glikogen dihati. Kekurangan
hormone ini menyebabkan timbulnya penyakit gula (diabetes mellitus)
9. Kelenjar timus (kacangan)
Merrupakan penimbunan hormone somatotrof (perttumbuhan). Kekurangan hormone
ini akan menyebabkan kretinisma dan bila kelebihan akan menyebabkan gigantisme
dan akromegali.
10. Kelenjar kelamin
Pada pria akan menghasilkan kelenjar kelamin pria (testes) yang menghasilkan
hormone androgen dan testosterone. Pada wanita akan menghasilkan kelenjar
kelamin wanita (ovarium) menghasilkan hormone oestrogen dan progesterone.
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2141380hormon/#ixzz29Rz6WQ9f
| Tinggalkan Komentar
ASKEP RECTUM
Posted on 04/04/2013
BAB I
PENDAHULUAN
1. A.
LATAR BELAKANG
Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau rektum relatif
umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe paling
umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit budaya
barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di
negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar
dibanding kan kanker rektal. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan
pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan
riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip.
Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir. Insidens
kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon
asendens dan desendens meningkat.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari jumlah
tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat
diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup
di bawah lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam
diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka
waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan
perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah
teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam
keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, rotein dan
daging serta rendah serat.
BAB II
PEMBAHASAN
1. 1.
DEFINISI
Ca. Rectum adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum. Karsinoma Recti
merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus
menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak
terkendali. Karsinoma rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi yang
biasanya berasal dari kelenjar sekretorik lapisan mukosa sebagian besar kanker
kolostomy berawal dari polip yang sudah ada sebelumnya. Karsinoma Rektum
merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid besar, yang tumbuh ke dalam
lumen dan dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular (Price
and Wilson, 1994, hal 419).
.
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis anorektal.
Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian ampula dan
sfingter. Bagian sfingter disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus
levator ani dan fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian ampula terbentang dari sakrum
ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Panjang rrektum berkisa
10-15 cm, dengan keliling 15 cm pada recto-sigmoid junction dan 35 cm pada bagian
ampula yang terluas. Pada orang dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan :
mukosa, submukosa, muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa.
Perdarahan arteri daerah anorektum berasal dari arteri hemoroidalis superior, media,
dan inferior. Arteri hemoroidalis superior yang merupakan kelanjutan dari a.
mesenterika inferior, arteri ini bercabang 2 kiri dan kanan. Arteri hemoroidalis
merupakan cabang a. iliaka interna, arteri hemoroidalis inferior cabang dari a.
pudenda interna. Vena hemoroidalis superior berasal dari plexus hemoroidalis
internus dan berjalan ke arah kranial ke dalam v. mesenterika inferior dan seterusnya
melalui v. lienalis menuju v. porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan alam
rongga perut menentukan tekanan di dalamnya. Karsinoma rektum dapat menyebar
sebagai embolus vena ke dalam hati. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah
ke v. pudenda interna, v. iliaka interna dan sistem vena kava.
Pembuluh limfe daerah anorektum membentuk pleksus halus yang mengalirkan
isinya menuju kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya mengalir ke kelenjar limfe
iliaka. Infeksi dan tumor ganas pada daerah anorektal dapat mengakibatkan
limfadenopati inguinal. Pembuluh rekrum di atas garis anorektum berjalan seiring
dengan v. hemoroidalis seuperior dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior
dan aorta.
3. ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko telah
teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat
penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah
serat.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123 ).
a.
Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding
dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.
Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma)
dapat menjadi kanker.
b.
Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang
menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit
Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
c.
Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal
dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan
riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai
tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
d. Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar,
khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.
e. Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi
lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar
terkena kanker colorectal.
f. Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih
tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia
50 tahun ke atas.
4. GEJALA KLINIS
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
5. FAKTOR RESIKO
Kanker yang ditemukan pada kolon dan rektum 16 % di antaranya
menyerang recti terutama terjadi di negara-negara maju dan lebih tinggi pada lakilaki daripada wanita. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi sebagai berikut:
a.
Kebiasaan diet rendah serat.
b.
c.
d.
Faktor genetik.
6. KLASIFIKASI
Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau
rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk kanker colorectal Stadium 0.
Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum. Tumor belum
tumbuh menembus dinding.
Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolon atau
rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan di sekitarnya, tapi sel-sel
kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening,
Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tapi
belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau
paru-paru.
Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali
setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi. Penyakit ini dapat
kambuh kembali dalam kolon atau rectum, atau di bagian tubuh yang lain.
Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma dibagi menjadi :
Kelas A
Kelas B
Kelas C
Kelas D
7. PATOFISIOLOGI
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a)
a.
b.
c.
Ampula rektum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang dapat teraba
ataupun tidak.
b)
Foto sinar X Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini akan
tampak filling defect biasanya sepanjang 5 6 cm berbentuk anular atau apple core.
Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.
c)
Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA)Pemeriksaan CEA dapat dilakukan,
meskipun antigen CEA mungkin bukan indikator yang dapat dipercaya dalam
mendiagnosa kanker karena tidak semua lesi menyekresi CEA.
d)
Tes-tes Khusus
a.
Proktosigmoidoskopi Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai menderita
karsinoma usus besar. Jika tumor terletak di bawah, bisa terlihat langsung. Karsinoma
kolon di bagian proksimal sering berhubungan dengan adanya polip pada daerah
rektosigmoid.
b.
Sistoskopi Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang
mencurigai invasi keganasan ke kandung kencing.
e)
Tes darah samar pada feses/kotoran (Fecal Occult Blood Test FOBT):Terkadang
kanker atau polip mengeluarkan darah, dan FOBT dapat mendeteksi jumlah darah
yang sangat sedikit dalam kotoran. Karena tes ini hanya mendeteksi darah, tes-tes
lain dibutuhkan untuk menemukan sumber darah tersebut. Kondisi jinak
(seperti hemoroid), juga bisa menyebabkan darah dalam kotoran.
f)
Sigmoidoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan bagian bawah kolon
dengan tabung cahaya (sigmoidoskop). Jika ditemukan polip (pertumbuhan jinak
yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
g)
Kolonoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan seluruh kolon dengan
menggunakan tabung panjang bercahaya (kolonoskop). Jika ditemukan polip
(pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
h)
Enema barium kontras ganda (Double-contrast barium enema): Prosedur ini
mencakup pengisian kolon dan rektum dengan bahan cair putih (barium) untuk
meningkatkan kualitas gambar sinar X. Dengan demikian, ketidaknormalan (seperti
polip) dapat terlihat dengan jelas.
9. PENATALAKSANAAN
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum menurut Mansjoer, et al, (2000) adalah :
a)
Low anterior resection / anterior resection. Insisi lewat abdomen. kolon kiri atau
sigmoid dibuat anastomosis dengan rektum.
b)
c)
Reseksi abdomino perineal / amputasi rekti (Milles Procedure). Bagian Distal
sigmoid, rektosigmoid, dan rektum direseksi, kemudian dibuat end kolostomi.
d)
Pull through operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat dapat menyebabkan
komplikasi antara lain inkontinensia alvie.
e)
Fulgurasi (elektrokogulasi) untuk tumor yang keluar dari anus dan unresektabel.
a.inoperabel
b.operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus tunika
muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
a)
Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut.
Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6 siklus.
b)
c)
d)
Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel
hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama
pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada stadium lanjut
obat sitostatika tidak meberikan hasil yang memuaskan.
10.
KOMPLIKASI
Obstruksi usus adalah penyumbatan parsial atau lengkap dari usus yang
menyebabkan kegagalan dari isi usus untuk melewati usus.
b)
c)
perdarahan
d)
Syok
Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat gangguan
peredaran darah atau hilangnya cairan tubuh secara berlebihan.
11. ASKEP
Pengkajian
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang :
a)
Perasaan lelah
b)
Nyeri abdomen atau rectal dan karakternya ( lokasi, frekuensi, durasi,
berhubungan dengan makan atau defekasi )
c)
d)
Deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah
atau mucus.
e)
f)
Riwayat keluarga dari penyakit kolorektal dan terapi obat saat ini
Kebiasaan diet ( masukan lemak, serat & konsumsi alcohol ) juga riwayat
g)
penurunan BB.
b)
Palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat
Inspeksi specimen terhadap karakter dan adanya darah
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama yang mencakup,
adalah sebagai berikut :
a)
b)
c)
d)
Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan anoreksia
Resiko kekurangan volume cairan b/d muntah dan dehidrasi Ansietas b/d rencana
pembedahan dan diagnosis kanker Kurang pengetahuan mengenai diagnosa,
prosedur pembedahan, dan perawatan diri setelah pulang
e)
Kerusakan integritas kulit b/d insisi bedah ( abdominoperineal ), pembentukan
stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
f)
2.Menghilangkan Nyeri
Analgesic diberikan sesuai resep
Lingkungan dibuat kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan lampu, mematikan
TV atau radio, dan membatasi pengunjung dan telepon bila diinginkan oleh pasien
Tindakan kenyamanan tambahan ditawarkan : perubahan posisi, gosokan punggung,
dan teknik relaksasi.
Ubah dan jadwalkan aktivitas untuk memungkinkan periode tirah baring yang
adekuat dalam upaya untuk menurunkan keletihn pasien.
Terapi komponendarah diberikan sesuai resep bila pasien menderita anemia berat.
Apabila transfusi darah diberikan, pedoman keamanan umum dan kebijakan institusi
mengenai tindakan pengamanan harus diikuti.
Aktivitas post op ditingkatkan dan toleransi dipantau.
6.Menurunkan Ansietas
Kaji tingkat ansietas pasien serta mekanisme koping yang digunakan Upaya
pemberian dukungan, mencakup pemberian privasi bila diinginkan dan
menginstruksikan pasien untuk latihan relaksasi Luangkan waktu untuk
mendengarkan ungkapan, kesedihan atau pertanyaan yang diajukan oleh pasien.
Atur pertemuan dengan rohaniawan bila pasien menginginkannya, dengan dokter
bila pasien mengharapkan diskusi pengobatan atau prognosis.
Penderita stoma lain dapat diminta untuk berkunjung bila pasien mengungkapkan
minat untuk berbicara dengan mereka.
Untuk meningkatkan kenyamanan pasien, perawat harus mengutamakan relaksasi
dan perilaku empati.
Jawab pertanyaan pasien dengan jujur dan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami.
Setiap informasi dari dokter harus dijelaskan, bila perlu. Kadang kadang kecemasan
berkurang, bila pasien mengetahui persiapan fisik yang diperlukan selama periode
pra op dan mengetahui kemungkinan post op. beberapa pasien akan lebih senang
jika diperbolehkan untuk melihat hasil pemeriksaan, sementara yang lain memilih
untuk tidak mengetahuinya.
7.Mencegah Infeksi
Berikan antibiotic seperti kanamisin sulfat ( Kantrex ), eritromisin (Erythromycin), dan
Neomisin Sulfat sesuai resep, untuk mengurangi bakteri usus dalam rangka
persiapan pembedahan usus. Preparat diberikan per oral untuk mengurangi
kandungan bakteri kolon dan melunakkan serta menurunkan bulk dari isi kolon.
Selian itu, usus juga dapat dibersihkan dengan enema, atau irigasi kolon.
8.Pendidikan Pasien Pra Operatif
Kaji tingkat kebutuhan pasien tentang diagnosis, prognosis, prosedur bedah, dan
tingkat fungsi yang diinginkan pasca op.
Informasi yang diperlukan pasien tentang persiapan fisik untuk pembedahan,
penampilan dan perawatan yang diharapkan dari luka pasca op, teknik perawatan
kolostomi, pembatasan diet, control nyeri, dan penatalaksanaan obat dimsukkan ke
dalam materi penyuluhan.
DAFTAR PUSTAKA
| Tinggalkan Komentar
Pengertian
Benda asing di jalan napas merupakan masalah klinis yang memiliki tantangan
tersendiri, ekstraksi benda asing jalan napas bukanlah suatu prosedur yang mudah
dan memerlukan keterampilan serta pengalaman dari tenaga kesehatan lainnya
yang melakukannya.
Masuknya benda asing ke dalam laring, trakea/bronkus terjadi ketika benda berada di
dalam mulut penderita, penderita menghirup nafas ( inspirasi ) dengan mulut terbuka
(waktu tertawa atau menangis ), sehingga benda tersebut terhisap masuk ke dalam
laring atau trakea / bronkus.
Tujuan mengatasinya yaitu supaya jalan nafas tidak terhalang oleh benda asing
tersebut. Dan menghilangkan obstruksi di jalan napas atas yang disebabkan oleh
benda asing & yg ditandai oleh beberapa atau semua dari tanda dan gejala berikut
ini:
4. Posisi tangan yg tepat merupakan hal penting untuk menghindari cedera pada
organ-organ yang ada dibawahnya selama dilakukan chest thrust.
Peralatan
1. Suction oral, jika tersedia.
2. Magill atau Kelly forcep dan laryngoscope (utk mengeluarkan benda asing
yg dapat dilihat di jalan napas atas).
Persiapan Klien:
1. Posisi klienduduk, berdiri atau supine.
2. Suction semua darah/mukus yg terlihat dimulut klien.
3. Keluarkan semua gigi yg rusak/tanggal.
4. Siapkan utk dilakukan penanganan jalan napas yg definitif, misalnya
cricothyrotomi.
3. Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringoskopi
dan jika tampak utamakan mengekstraksi benda asing tersebut menggunakan Kelly
atau Megil forcep.
1. Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan
laringoskopi dan jika tampak utamakan mengekstraksi benda asing tersebut
menggunakan Kelly atau Megil forcep.
Tahapan Prosedur Back Blow & Chest Thrust (untuk Bayi <>
1. Bayi diposisikan prone diatas lengan bawah anda, dimana kepala bayi lebih
rendah dari pada badannya.
2. Topang kepala bayi dengan memegang rahang bayi.
3. Lakukan 5 kali back blow dengan kuat antara tulang belikat menggunakan
tumit tangan anda.
4. Putar bayi ke posisi supine, topang kepala dan leher bayi dan posisikan di atas
paha.
5. Tentukan lokasi jari setingkat dibawah nipple bayi. Tempatkan jari tengah anda
pada sternum dampingi dengan jari manis.
6. Lakukan chest thrust dengan cepat.
7. Ulangi langkah 1-6 sampai benda asing keluar atau hilangnya kesadaran.
8. Jika bayi kehilangan kesadaran, buka jalan napas dan buang benda asing jika
ia terlihat. Hindari melakukan usapan jari secara membuta pada bayi dan
anak, karena benda asing dapat terdorong lebih jauh ke dalam jalan napas.
Tahapan Prosedur Back Blow & Chest Thrust (untuk Anak 1-8 th)
Attention.
Back blow tidak direkomendasikan pada pasien diatas usia bayi. Sapuan jari
membuta harus dihindari pada bayi dan anak, sebab kemungkinan dapat
mendorong benda asing lebih kebelakang ke dalam jalan napas.
Komplikasi
1. Nyeri abdomen, ekimosis
2. Mual, muntah
3. Fraktur iga
Makan perlahan
Potong makanan menjadi kecil-kecil
Kunyah mkanan hingga halus
Jangan mengobrol dan tertawa saat mengunyah
Pastikan gigi/gigi palsu anda baik
Duduk saat makan
Jaga makanan/mainan yang berukuran kecil/keras seperti kacang, agar jauh
dari jangkauan
8. anak di bawah 3 tahun
9. Larang anak berjalan atau lari saat makan utk menurunkan kemungkinan
aspirasi
| Tinggalkan Komentar
ASKEP Nefrosklerosis
Posted on 04/04/2013
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi
Nefrosklerosis adalah pengerasan atau sklerosis arteri ginjal akibat hipertensi yang
lama.Penyakit ini menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal dan bercak nekrosis
parenkim renal.Kadang-kadang terjadi fibrosis dan glomerulus rusak.
v Penyebab:
Nefrosklerosis maligna merupakan suatu keadaan yang lebih berat, yang terjadi
bersamaan dengan hipertensi maligna.
Hipertensi maligna paling sering terjadi akibat tekanan darah tinggi yang tidak
terkendali,tetapi juga bisa terjadi akibat:
Glomerulonefritis
Gagal ginjal kronis
Penyempitan arteri renalis (hipertensi vaskuler renalis)
Peradangan pembuluh darah ginjal (vaskulitis renalis)
Kelainan hormonal (misalnya feokromositoma), sindroma Conn atau sindroma
Cushing).
v Gejala:
Gejala-gejalanya disebabkan oleh cedera di otak, jantung dan ginjal akibat tekanan
darah tinggi yang berat; tekanan diastolik biasanya lebih tinggi dari 130 mmHg.
Gejalanya berupa:
Gelisah.
Linglung.
Mengantuk.
Penglihatan kabur.
Sakit kepala.
Mual.
Muntah.
Hematuria makroskopik.
Proteinuria berat.
Peningkatan kreatinin plasma
1. Nefrosklerosis benigna
Biasanya ditemukan pada dewasa lanjut.
Penyebabnya:Nefrosklerosis benigna ini sering dihubungkan dengan
arterisklerosis/usia tua dan hipertensi.
Gejalanya
asien dengan nefrosklerosis benigna jarang mengeluh gejala
renal,gejala yang muncul:
Proteinuria ringan
Nokturia
2.3. Diagnosa
Akibat kelainan fungsi ginjal maka:
2.4. Pengobatan
Tekanan darah sangat tinggi dapat diatasi dengan pengaturan diet dan obatobatan. Penderita yang mengalami gagal ginjal progresif menjalani dialisa.
2.5. Prognosis
Jika keadaan ini tidak diobati,sekitar 50% penderita meninggal dalam waktu 6
bulan dan sisanya meninggal dalam waktu 1 tahun. Sekitar 60% kematian terjadi
akibat gagal ginjal,20%karena gagal jantung,20% karena stroke dan 1% karena
serangan jantung(infark miokard).
Menurunkan tekanan darah dan mengobati gagal ginjal akan menurunkan angka
kematian,terutama yang disebabkan oleh gagal ginjal,gagal jantung dan stroke.
2.6. Pencegahan
Pengawasan tekanan darah secara ketat pada orang-oarang yang cenderung
menderita hipetensi akan menurunkan resiko terjadinya nefrosklerosis.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1. A.
Pengkajian
2. Aktifitas /istirahat
Gejala:
-
Kelemahan malaise.
Kelelahan ekstrem.
Tanda:
Kelemahan otot.
Kehilangan tonus.
1. Sirkulasi
Gejala:Riwayat hipertensi lama atau berat
Tanda:
Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak
tangan.
-
Disritmia jantung.
1. Integritas ego
Gejala:
-
Tanda:
-
Menolak.
Ansietas.
Takut.
Marah.
Perubahan kepribadian.
Mudah terangsang.
1. Eliminasi
Gejala:Penurunan frekuensi urin,nokturia, proteinuria.
Tanda:
-
1. Makanan/cairan
Gejala:
-
Anoreksia, mual/muntah
Tanda:
-
1. Neurosensori
Gejala:
Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada sakit kepala,
penglihatan kabur.
Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitas bawah (neuropati
perifer).
Tanda:
Gangguan status mental, contohnya ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan
memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, penurunan lapang perhatian, stupor,
koma.
-
Gejala:
-
Sakit kepala.
Nyeri panggul.
Tanda:
-
Perilaku berhati-hati/distraksi.
Gelisah
1. Pernapasan
Gejala:
-
Dispnea.
Nafas pendek.
Nokturnal paroksismal.
Tanda:
-
Dispnea.
1. Seksualitas
Gejala:
-
Amenorea.
Infertilitas.
Penurunan libido
1. Interaksi sosial
Gejala:Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran dalam keluarga
-
1. Penyuluhan
Riwayat hipertensi.
1. B.
Diagnosa Keperawatan
2. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi cairan dan
natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal.
3. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksi,
mual, muntah.
4. Resiko tinggi terjadi kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan
berlebihan (fase diuretik).
5. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume
sirkulasi, ketidakseimbangan elektrolit.
6. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia,
retensi produk sampah dan prosedur dialisa.
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
b.d keterbatasan kognitif, kurang terpajan, misintepretasi informasi.
1. C.
1.
Intervensi
2. BB stabil.
3. Tanda vital dalam batas normal.
4. Tidak ada edema.
Intervensi :
Mandiri
Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
dialisis.
10. Penggunana obat (antasida)
mengandung magnesium dapat
mengakibatkan hipermagnesemia,
potensial disfungsi neuromuskular
dan risiko henti napas/jantung.
11. Perubahan pada fungsi
eletromekanis dapat menjadi bukti
pada respons terhadap
berlanjutnya gagal
ginjal/akumulasi toksin dan
ketidakseimbangan elektrolit.
12. Pucat mungkin menunjukkan
vasokonstriksi atau anemia.
Sianosis mungkin berhubungan
dengan kongesti paru dan gagal
jantung.
13. Neuromuskular indikator
hipokalemia, yang dapat juga
mempengaruhi kontraktilitas
danfungsi jantung.
Kolaborasi
Rasional
1. Awasi hasil laboratorium : Elektrolit
(Na, K, Ca, Mg), BUN, creatinin.
2. Berikan oksigen dan obat-obatan
sesuai indikasi.
3. Siapkan dialysis
1.
Selama fase oliguria,
hiperkalemia dapat terjadi
tetapi menjadi hipokalemia
pada fase diuretik atau
perbaikan; selain efek pada
jantung defisit kalsium
meningkatkan efek toksik
kalium; dialisis atau pemberian
kalsium diperlukan untuk
melawan efek depresif SSP dari
peningkatan kadar magnesium.
2.
Memaksimalkan sedian
oksigen untuk kebutuhan
miokardial untuk menurunkan
kerja jantung dan hipoksia
selular.
3.
Dindikasi untuk distrimia
menetap, gagal jantung
progresif yang tidak responsif
terhadap terapi lain.
Intervensi :
Mandiri
1. Kaji tingkat kelelahan, tidur,
istirahat.
2. Kaji kemampuan toleransi
aktivitas.
3. Identifikasi faktor yang
menimbulkan keletihan.
4. Rencanakan periode
istirahat adekuat.
5. Berikan bantuan ADL dan
ambulasi.
6. Tingkatkan aktivitas sesuai
toleransi, anjurkan aktifitas
alternative sambil istirahat
Rasional
Kolaborasi
Intervensi :
Mandiri
1. kaji ulang penyakit, prognosis, dan
faktor pencetus bila diketahui.
2. Jelaskan tingkat fungsi ginjal setelah
episode alut berlalu.
3. Diskusiskan dialisis ginjal atau
transplantasi bila ini merupakan bagian
yang mungkin akan dilakukan di masa
mendatang.
4. Kaji ulang rencana diet/ pembatasan.
Rasional
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarths textbook of medicalsurgical
nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli
diterbitkan tahun 1996)
Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical surgical nursing. Alih bahasa : Setyono,
J. Jakarta: Salemba Medika; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1999)
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC;
2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th
Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun
1992)
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for
planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta: EGC; 2000
(Buku asli diterbitkan tahun 1993)
Suyono, S, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2001
| Tinggalkan Komentar
MAKALAH EKLAMSIA
Posted on 04/04/2013
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. A. Defenisi
Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai
dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang
terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan
( Manuaba, 1998 ).
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menunjukkan
tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya
biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar,
1998 ).
Eklampsia berasal dari bahasa yunani dan berarti Halilintar. Kata tersebut dipakai
karena seolah- olah gejala- gejala eklampsia timbul dengan tiba tiba tanpa
didahului oleh tanda tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada
umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda tanda pre
eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejangan yang
diikuti oleh koma. Tergantumg dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia
gravidarum, eklampsia parturientum dan eklampsia puerperale. Perlu dikemukakan
bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama kemudian.
Eklampsia adalah preaklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul
bukan akibat dari kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 : 310 ; 1999).
Pre eklamsi dan eklamsi adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung
disebabkan oleh kehamilan. Pre eklamsi dan eklamsi hampir secara eksklusif
merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita usia subur
dengan umur ekstrem, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang
berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara biasanya dijumpai pada keadaankeadaan : kehamilan multifetal dan hidrop fetalis, penyakit vaskuler, termasuk
hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus, penyakit ginjal
1. B. Etiologi
Apa yang menjadi penyebab preeclampsia dan eklampsia sampai sekarang belum
diketahui. Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan
tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun
teori-teori tersebut antara lain :
1. D.
Manifestasi Klinis
Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti
dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut
terus menerus dan tidak berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit
kepala lain
Gangguan penglihatan a pasien akan melihat kilatan-kilatan
cahaya, pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara
Iritabel a ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik
atau gangguan lainnya
Nyeri perut a nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan
muntah
Gangguan pernafasan sampai cyanosis
Terjadi gangguan kesadaran
Pada preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah.
1. E.
Klasifikasi
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
1. Preeklampsia Ringan
Bila disertai keadaan sebagai berikut:
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik
30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau
lebih per minggu.
Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada
urin kateter atau midstream.
b. Preeklampsia Berat
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30
1. Faktor Resiko
Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia
remaja dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1. Komplikasi
Kompliksai yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi ini biasanya
terjadi pada Preeklamsia dan Eklamsia.
Solutio plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi
akut dan lebih sering terjadi pada Preeklamsia.
Hipofibrinogenemia,terjadi pada Preeklamsi berat.
Hemolisis. Penderita dengan Preeklamsi berat kadang-kadang menunjukkan
gejala klinis hemolisis yang dikenal ikterus. Belum diketahui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.
Perdarahan otak, kelainan mata (kehilangan penglihatan sementara)
Edem paru-paru, nekrosis hati, kelainan ginjal
1. H. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat,
aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan pre eklamsi
a.
Pencegahan
Pemeriksaan antenatal teratur dan bermutu serta teliti, mengenal tandatanda sedini mungkin (pre elkamsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang
cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre eklamsi kalau ada
faktor-faktor peredisposisi.
b.
Penanganan
Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu.
d.
Segera setelah pemberian sulfas magnesium kedua, dilakukan induksi dipakai
oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
e.
Kala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum dan forsep, jadi wanita
dilarang mengedan
f.
Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi pendarahan disebsbkan
atonia uteri.
h.
2. Penatalaksanaan eklamsi
Prinsip penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan tujuan
menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya
dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan.
a.
b. Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk mencegah
kejang-kejang
selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan pethidin
100 mg atau luminal 200mg atau morfin 10mg.
c.
Dalam kamar isolasi: tenang, lampu redup- tidak terang, jauh dari kebisingan
dan rangsangan.
Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit: tensi, nadi, respirasi, suhu
badan, reflek, dan dieresis diukur. Kalau dapat dilakukan funduskopi sekali sehari.
Juga dicatat kesadaran dan jumlah kejang.
Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada umumnya 2 liter
dalam 24 jam.
Diperiksa kadar protein urine 24 jam kuantitatif
f.
Penatalaksanaan pengobatan
1.
Sulfas Magnesium injeksi MgSO4% dosis 4 gram IV perlahan-lahan selama 510menit, kemudian disusul dengan suntikan IM dosis 8 gram. Jika tidak ada
kontraindikasi suntikan IM diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam. Pemberian ini
dilakukan sampai 24jam setelah konvulsi berakhir atau setelah persalinan, bila tidak
ada kontraindikasi(pernapasan,reflek, dan diuresis). Harus tersedia kalsium glukonas
sebagai ntidotum. Kegunaan MgSO4 adalah:
Mengurangi kepekaan syaraf pusat untuk mencegah konvulsi
Menambah diuresis, kecuali bila ada anuria
Menurunkan pernafasan yang cepat
2.
Pentotal sodium
Valium (diazepam)
Dengan dosis 40 gr dalam 500cc glukosa 10% dengan tetesan 30 tetes permenit.
Seterusnya berikan setiap 2 jam 10mg dalam infus atau suntikan IM, sampai tidak
ada kejang. Obat ini cukup aman.
4.
Litik koktil
Ada 2 macam kombinasi obat:
Largatil (100mg)+ phenergen(50mg)+phetidin (100mg)
Phetidin (100mg)+Chorpromazin(50mg)+Promezatin(50mg)
Dilarutkan dalam glukosa 5% 500cc dan diberikan secara infuse tetes IV 4 jumlah
tetesan disesuaikan dengan serangan kejang dan tensi penderita.
5.
Sfonograf
Pertama kali morfin 20mg SC
jam stelah 1 MgSO415 % 40cc SC
2jam setelah 1 morfin 20 mg SC
5 jam setelah 1 MgSO4 15% 20-40cc SC
11 jam setelah 1 MgSO4 15% 10cc SC
19 jam setelah 1 MgSO4 15% 10cc SC Lama pengobatan 19 jam , cara ini
sekarang sudah jarang dipakai.
g.
Pemberian antibiotika
Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika dosis tinggi setiap hari Penisilin
prokain 1,2-2,4 juta satuan.
h.
Penanganan Obstetrik
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. A.
Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
1. Data subyektif :
2. Data Obyektif :
Riwayat kehamilan
Riwayat
kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan
dengan pre eklampsia atau eklampsia sebelumnya.
Riwayat penyakit
Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu
atau saudara perempuan meningkatkan resiko empat sampai delapan kali.
Pola nutrisi
Jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan.
Pemeriksaan penunjang :
1. B.
No
Analisa Data
Data
Masalah
Etiologi
DS :
DO :
1.
2.
DS :
TD : 140/90 mmHg
Udem pada kedua ekstremitas Perfusi jaringan
Hb :11 gr %
Cidera pada janin
Klien mengatakan sempat
minum obat dan jamu peluntur
kehamilan tetapi tidak berhasil.
Hipertensi, Vasospasme
Fetal distress
DO :
DS :
3.
DO :
TD : 140/90 mmHg
kehamilan 39-40 mg,
Hb : 11 gr %
Reduksi urine (-)
Gerakan janin < 10x/jam.
kecemasan
Ancaman cidera pada
bayi
DS :
DO :
4.
1. C.
Diagnosa Keperawatan
Kurang informasi
Kurang pengetahuan
1.
2.
3.
4.
No Diagnose keperawatan
1.
2.
Perubahan perfusi
jaringan b.d.
Hipertensi,
Vasospasme siklik,
Edema serebral.
Resiko tinggi cedera
pada janin b/d fetal
distress.
Tujuan
Intervensi
Rasional
Kecemasan b/d
Ansietas dapat
ancaman cedera pada teratasi dengan
bayi sebelum lahir.
Kriteria hasil:
1- Tampak rileks,
dapat istirahat
dengan tepat.
2- Menunjukkan
ketrampilan
pemecahan
masalah.
1.1. Membantu
menentukan jenis
intervensi yang
diperlukan.
2. 2. Membuat perasaan
terbuka dan bekerja
sama untuk
memberikan informasi
yang akan membantu
mengatasi masalah.
3. 3. Keterlibatan
meningkatka perasaan
berbagi, manguatkan
33. Dorong orang
perasaan berguna,
terdekat
memberikan
berpartisipasi dalam kesempatan untuk
asuhan, sesuai
mengakui kemampuan
indikasi.
individu dan
memperkecil rasa takut
karena ketidaktahuan.
1. E.
Evaluasi
Ibu dan janin tidak menderita gejala sisa akibat per eklampsia atau
penatalaksanaannya
Ibu tidak akan mengalami eklampsia atau komplikasi yang berat
Janin tidak akan mengalami distress
Bayi baru lahir akan dilahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu efek akibat
penyakit maternal dan penatalaksanaannya
Ibu akan melahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu akibat pada kondisi
dan penatalaksanaannya
Keluarga akan mampu berkoping secara efektif terhadap keadaan ibu yang
beresiko tinggi, penatalaksanaan dan hasil akhirnya.
Jika hasil akhir bagi ibu atau bagi janin tidak menguntungkan, keluarga dibantu untuk
mengatasi kehilangan dan kesedihan.
BAB IV
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odema, dan protein
urine yang timbul karena kehamilan, penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke3 kehamilan. Preeklampsia juga merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat
menyebabkan kematian pada ibu dan bayi pada masa ante, intra dan post partum.
Preeklamsi berakibat fatal jika tidak segera ditindak. Ia merusak plasenta sehingga
menyebabkan bayi lahir dalam keadaan tidak bernyawa, atau lahir prematur,
penyakit ini juga membahayakan ginjal ibu hamil. Pada beberapa kasus, bisa
menyebabkan ibu hamil mengalami koma. Pre eklamsi adalah timbulnya hipertensi
disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu
atau segera setelah persalinan. Pre eklamsi dan eklamsi adalah penyakit pada wanita
hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan.
Pre eklamsi dan eklamsi hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara.
Biasanya terdapat pada wanita usia subur dengan umur ekstrem, yaitu pada remaja
belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara
biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan : kehamilan multifetal dan hidrop fetalis,
penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus,
penyakit ginjal.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . EGC : Jakarta.
Persis Mary Hamilton, (1995). Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, EGC : Jakarta.
Price, Silvia A. 2006. Patofisiologi, volume 2. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Ramli Ahmad, dkk. 2000. Kamus Kedokteran. Djambatan : Jakarta.
| Tinggalkan Komentar
COUGH
Posted on 04/04/2013
COUGH
1. A. Definition
Coughing is the bodys way of removing foreign material or mucus from the lungs
and upper airway passages or of reacting to an irritated airway. A cough is only a
symptom, not a disease.
1. B.
Causes
Recent upper airway infections, such as the common cold and flu, can cause coughs.
Other common causes include:
1. C. Pathophysiology
A cough is a protective reflex in healthy individuals which is influenced
by psychological factors. The cough reflex is initiated by stimulation of two different
classes of afferent nerves, namely the myelinated rapidly adapting receptors, and
nonmyelinated C-fibers with endings in the lungs. However it is not certain that the
stimulation of nonmyelinated C-fibers leads to cough with a reflex as its meant
in physiology (with its own five components): this stimulation may cause mast
cells degranulation (through an asso-assonic reflex) and edema which may work as a
stimulus for rapidly adapting receptors.
1. D. Classification
A cough can be classified by its duration, character, quality, and timing. The duration
can be either acute (of sudden onset) if it is present less than three
weeks, subacute if it is present between three and eight weeks, andchronic when
lasting longer than eight weeks. A cough can be non-productive (dry) or productive
(when sputumis coughed up).
1. Productive coughs
A productive cough produces phlegm or mucus (sputum). The mucus may have
drained down the back of the throat from the nose or sinuses or may have come up
from the lungs. A productive cough generally should not be suppressed-it clears
mucus from the lungs. There are many causes of a productive cough, such as:
1. Nonproductive coughs
A nonproductive cough is dry and does not produce sputum. A dry, hacking cough
may develop toward the end of a cold or after exposure to an irritant, such as dust or
smoke. There are many causes of a nonproductive cough, such as:
Viral illnesses. After a common cold, a dry cough may last several weeks
longer than other symptoms and often gets worse at night.
Bronchospasm. A nonproductive cough, particularly at night, may mean
spasms in the bronchial tubes (bronchospasm) caused by irritation.
Allergies. Frequent sneezing is also a common symptom of allergic rhinitis.
Medicines called ACE inhibitors that are used to control high blood pressure.
Examples of ACE inhibitors include captopril (Capoten), enalapril maleate
(Vasotec), and lisinopril (Prinivil, Zestril, or Zestoretic).
Exposure to dust, fumes, and chemicals in the work environment.
Asthma. A chronic dry cough may be a sign of mild asthma. Other symptoms
may include wheezing, shortness of breath, or a feeling of tightness in the
chest. For more information, see the topic Asthma in Teens and Adults.
Blockage of the airway by an inhaled object, such as food or a pill.
1. E.
Symptom
The symptoms are
1. F.
Impact
If left untreated, excessive coughing leads to certain effects.
1.
2.
3.
4.
Urinary incontinence
Dizziness
Headache
Rib Fractures
1. G.
1.
Sollution
Dont smoke and stay away from secondhand smoke.
2.
3.
4.
5.
6.
If you have seasonal allergies like hay fever, stay indoors during days
when airborne allergens are high. If possible, keep the windows closed and
use an air conditioner. Avoid fans that draw in air from outdoors. Shower
and change your clothes after being outside.
If you have allergies year round, cover your pillows and mattress with
dust mite covers, use an air purifier, and avoid pets and other triggers.
Drink water very much
Take medicine
When it worsens, consult to a doctor
1. H.
1.
Conclusion
A cough can be classified by its duration, character, quality, and
timing.
2.
Recent upper airway infections, such as the common cold and flu, can
cause coughs.
3.
The symptoms are high fever with stiff muscles of the body, sneezing,
nasal congestion, and sore throat.
4.
Prevention : dont smoke, drink water very much, shower and change
your clothes after being outside, and take medicine.
| Tinggalkan Komentar
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta
previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya.
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah
usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit
kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan
karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan
yang berlangsung banyak , mereka datang untuk mendapatkan pertolongan.
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada
permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan
anterpartum apapun penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke rumah sakit
yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi . Perdarahan anterpartum
diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya maupun dari
aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan
janinnya.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
1.
Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir
(prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta
yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau
sebagian ostium internum.
Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian
bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan
saat pembentukan segmen bawah rahim.
2.
Etiologi
Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat
diterangkan . bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada
desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa ,
tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke
plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya
normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau
menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada
primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan
dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada grandemultipara
yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara
yang berumur kurang dari 25 tahun.
3.
Patofisiologi
Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu
saat sekmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya
terjadi pada trimester ke tiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan. Pelebaran sekmen bawah uterus dan pembukaan servik menyababkan
sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan
sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkankarena adanya
ketidakmampuan selaput otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada
plasenta letak normal.
b.
Plasenta Previa Lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta.
4.
Gejala Klinis
Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada mayoritas
(70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina setelah minggu
ke 20 kehamilan adalah karakteristik dari placenta previa. Biasanya perdarahan tidak
menyakitkan, namun ia dapat dihubungkan dengan kontraksi-kontraksi kandungan
dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup dalam keparahan dari ringan sampai
parah.
Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis dari placenta previa.
Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada dinding perut) atau
transvaginal (dengan probe yang dimasukan kedalam vagina namun jauh dari mulut
serviks) mungkin dilakukan, tergantung pada lokasi dari placenta. Adakalanya kedua
tipe-tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu. Adalah penting bahwa
pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan fisik dari pelvis pada
wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai, karena pemeriksaan fisik pelvic
mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih jauh.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang keluar
melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir triwulan kedua.
Ibu dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala)
sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu
banyak dan berwarna merah segar. Pada umumnya perdarahan pertama terjadi
tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan seksual dapat menjadi
faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena pembesaran dari rahim sehingga
menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta dengan dinding rahim. Koagulapati
jarang terjadi pada plasenta previa. Jika didapatkan kecurigaan terjadinya plasenta
previa pada ibu hamil, maka pemeriksaan Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam
vagina) oleh dokter tidak boleh dilakukan kecuali di meja operasi mengingat risiko
perdarahan hebat yang mungkin terjadi.
5.
Komplikasi
Pemeriksaan diagnostik
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Episode pendarahan significan yang pertama biasanya terjadi di rumah pasien, dan
biasanya tidak berat. Pasien harus dirawat dirumah sakit dan tidak dilakukan
pemeriksaan vagina, karena akan mencetuskan perdarahan yang sangat berat.
Dirumah sakit TTV pasien diperiksa, dinilai jumlah darah yang keluar, dandilakukan
close match. Kehilangan darah yang banyak memerlukan transfusi. Dilakukan palpasi
abdomen untuk menentukan umur kehamilan janin, presentasi,dan posisinya.
Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan segara setelah masuk, untuk mengkonfirmasi
diagnosis Penatalaksanaan selajutnya tergantung pada perdarahan dan
umur kehamilan janin. Dalam kasus perdarahan hebat, diperlukan tindakan darurat
untuk melahirkan bayi (dan plasenta) tanpa memperhitungkan umur kehamilan janin.
Jika perdarahan tidak hebat, perawatan kehamilan dapat dibenarkan jika
umur kehamilan janin kurang dari 36 minggu. Karena perdarahan ini cenderung
berulang,ibu harus tetap dirawat di RS. Episode perdarahan berat mungkin
mengharuskan pengeluaran janin darurat, namum pada kebanyakan kasus
kehamilan dapat dilanjutkan hingga 36 minggu ; kemudian pilihan melahirkan
bergantung padaapakah derajat plasenta previanya minor atau mayor. Wanita yag
memiliki derajat plasenta previa minor dapat memilih menunggu kelahiran sampai
term atau denganinduksi persalinan, asalkan kondisinya sesuai. Plasenta previa
derajat mayor ditangani dengan seksio seksarae pada waktu yang ditentukan oleh
pasien ataudokter, meskipun biasanya dilakukan sebelum tanggal yang disepakati,
karena perdarahan berat dapat terjadi setiap saat
b.
Penatalaksanaan keperawatan
B.
1.
Pengkajian
a.
Pengumpulan data
1)
Anamnesa
a)
Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medicalrecord dll.
b)
Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
Inspeksi
d)
Palpasi abdomen
Riwayat Kesehatan
a)
Riwayat Obstetri
b)
Riwayat mensturasi
Riwayat Kontrasepsi
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek
buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan
trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan
3)
Pemeriksaan fisik
a)
Umum
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
(5) Leher
(6) Buah dada / payudara
-
Diafragma meningga.
(8) Abdomen
-
(9) Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick)
-
Hipertropi epithelium
b)
Khusus
Diagnosa keperawatan
a.
Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah
yang besar.
b.
Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan
mengenai efek perdarahan dan menejemennya.
c.
Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah
abnormal, kerusakan system imun.
3.
No
Rencana keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil
Intervensi
Setelah dilakukkanya
tindakan keperawatan 2
X 24 jam diharapkan
penurunan kardiak
output tidak terjadi atau
1. Kaji dan catat
teratasi dengan kriteria
TTV, TD serta jumlah
hasil :
perdarahan.
Rasional
o Volume darah
intravaskuler dan
Penurunan
kardiak output dapat
kardiak output diperbaiki sampai nadi, 2. Bantu pemberian
berhubungan tekanan darah, nilai
pelayanan kesehatan
dengan
hemodinamik, serta nilai atau mulai sarankan
perdarahan
laboratorium
terapi cairan IV atau
dalam jumlah menunjukkan tanda
terapi transfusi darah
1 yang besar
normal
sesuai kebutuhan.
Memperbaiki volume
vaskuler membutuhkan
terapi IV dan intervensi
farmakologi. Kehilangan
volume darah harus
diperbaiki untuk mencegah
komplikasi seperti infeksi,
gangguan janin dan
gangguan vital ibu hamil.
2 Ansietas
berhubungan
dengan
kurangnya
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24
diharapkan ansietas
1. Terapi bersama
pasangan dan
menyatakan
mempersiapkan pasangan
untuk menanggulangi
situasi yang tidak
diharapkan.
perasaan.
Kriteria evaluasi :
Menunjukkan profil
darah dengan hitung
SDP, Hb, dan
pemeriksaan koagulasi
DBN normal.
2. Catat suhu,
hitung SDP, dan bau
serta warna rabas
Heparin dapat digunakan
vagina, dapatkan
kultur bila dibutuhkan. pada KID di kasus
kematian janin, atau
kematian satu janin pada
3. Catat
kehamilan multiple, atau
masukan/haluaran
untukmemblok siklus
urin. Catat berat jenis pembekuan dengan
urin.
melindungi factor-faktor
pembekuan dan
4. Berikan heparin, menurunkan hemoragi
bila diindikasikan
Pelaksanaan
5.
Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana
kegiatan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian.
6.
Penkes
Plasenta previa merupakan perdarahan di trimester ketiga dan jika tidak mendapat
penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok dan kematian. Asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan komplikasi Plasenta previa dikategorikan pada
asuhan keperawatan pada lingkup emergensi obstetri. Maka untuk meminimalkan
keterlambatan tahap III yaitu tidak adekuatnya penanganan di fasilitas kesehatan
diperlukan perawat yang sudah melalui pendidikan formal seperti perawat spesialis
keperawatan maternitas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Saran
Bagi Mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius
FKUI .Jakarta
Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan
Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Murah, Manoe dkk. 199. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi.
Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta.
Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta.
| Tinggalkan Komentar
ABSES RENAL
Posted on 04/04/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri.
Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel
yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam
melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri,
sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk
nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses ginjal adalah salah satu yang terbatas pada ginjal dan disebabkan baik oleh
bakteri dari infeksi bepergian ke ginjal melalui aliran darah atau infeksi saluran
kemih bepergian ke ginjal dan kemudian menyebar ke jaringan ginjal.
Abses ginjal adalah penyakit yang sangat tidak biasa, tetapi umumnya terjadi
sebagai akibat dar i masalah umum seperti radang ginjal, penyakit batu dan refluks
vesicoureteral. Kadang-kadang, abses ginjal dapat berkembang dari sumber infeksi
di setiap area tubuh . Abses kulit multiple dan penyalah gunaan obat intravena juga
dapat menjadi sumber abses ginjal. Infeksi saluran kemih yang rumit terkait
dengan batu, kehamilan, kandung kemih neurogenik dan diabetes mellitus juga
menempatkan seseorang pada risiko untuk abses ginjal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan
keperawatan abses renal .
1. Tujuan Khusus
Menjelaskan defenisi, etioogi, patofisiologi dari abses renal
Menjelaskan klasifikasi, manifestasi klinis dan penatalaksanaan dari abses
renal
Menjelaskan asuhan keperawatan dari abses renal
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri.
Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel
yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam
melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri,
sel darah putih akan mati.
Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga
tersebut.
Abses Ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi. Ditandai dengan pembentukan
sejumlah bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang disebabkan oleh
infeksi yang menjalar ke jaringan ginjal melalui aliran darah.
Penyakit Abses ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari suatu infeksi
yang terbawa ke ginjal melalui aliran darah atau akibat suatu infeksi saluran kemih
yang terbawa ke ginjal dan menyebar ke dalam jaringan ginjal.
B. Etiologi
bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum
yang tidak steril
bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:
C. Patofisiologi
Abses ginjal hasil dari penyebaran hematogen kortikal bakteri dari fokus
extrarenal utama infeksi. Staphylococcus aureus adalah agen etiologi dalam 90%
kasus abses kortikal. Sebaliknya, abses corticomedullary ginjal berkembang sebagai
infeksi menaik oleh organisme yang telah diisolasi dari urin. Keterlibatan parenkim
ginjal yang parah dalam kombinasi dengan abses corticomedullary lebih mungkin
untuk memperluas pada kapsul ginjal dan berlubang, sehingga membentuk abses
perinephric. Ginjal corticomedullary infeksi termasuk proses infeksi bawah akut dan
kronis ginjal.
D. Manifestasi klinis
demam, menggigil.
nyeri di punggung sebelah bawah
Nyeri tekan
Nyeri perut
nyeri ketika berkemih,
air kemih mengandung darah (kadang-kadang).
E.Pemeriksaan diagnostic
rontgen,
USG,
CT scan
MRI
F. Penatalaksanaan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. identitas pasien :
Nama
jenis kelamin
Usia
Alamat
agama, dan lain- lain
b. riwayat kesehatan
d. Pemeriksaan penunjang
Pada laboratorium didapatkan:
-Leukosit +
-Eritrosit +
-Urinalisis (Urine meningkat)
- darah + Dalam urin
C. Intervensi
Dx 1
-Kaji intensitas nyeri (skala 1-10).
-Atur posisi yang nyaman bagi pasien
-Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/prilaku)
-Ajarkan klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa
nyerinya
Dx 2
-pantau tanda-tanda vital
-berikan posisi yang nyaman, batasi pengujung bila perlu
-kaji dan catat respon pasien
Dx 3
-Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang proses penyakit
-Beri informasi yang sesuai tentang prosedur perawatan dari tindakan yang diberikan
selama dan sesudah sembuh.
-Bantu kebutuhan kebersihan perawatan diri sampai mampu mandiri.
-Rawat kebersihan kulit dan lakukan prosedur perawatan luka, infus, kateterisasi
secara steril
Dx 4
- Awasi konsumsi makanan/cairan dan hitung intake per hari
- Batasi pemberian cairan, garam, kalium peroral (makan dan minum) .
- Menjelaskan tentang pembatasan makan yang diberikan