Anda di halaman 1dari 28

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam bidang farmasi, analisis suatu sediaan obat dilakukan
secara

kualitatif maupun

kuantitatif. Analisis farmasi

kualitatif

merupakan analisis sediaan farmasi untuk mengidentifikasi suatu


senyawa yang terkandung dalam suatu sediaan, sedangkan analisis
secara kuantitatif digunakan untuk menentukan kadar kandungan
senyawa dari suatu sediaan.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kadar
suatu senyawa dalam suatu sediaan obat, baik menggunakan
instrumen yang lebih kompleks seperti spektrofotometri UV-Visible
atau menggunakan metode sederhana seperti metode ekstraksi. Pada
percobaan ini, penetapan kadar papaverin-fenobarbital dilakukan
secara ekstraksi cair-cair.
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan subtansi atau zat
dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Ekstraksi dapat digolongkan berdasarkan bentuk campuran yang
diestraksi dan proses pelaksanaanya.
Papaverin Hidroklorida merupakan obat yang mempunyai
sedikit aksi analgesik. Selain itu, juga digunakan sebagai relaksasi
otot polos pada penyakit peripheral vascular, thromboangittis
obliterans dan terapi spasme koroner, usus, ureter, dan biliary colic,
Hj. SHINTIA NURFHADILAH
150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

dan dysmenorrhoea. Juga digunakan untuk pencegahan setelah


operatif pulmonary collapse dan sebagai bahan dari spray digunakan
untuk menyerang asma.
Fenobarbital adalah obat antikonvulsan turunan barbiturat
yang efektif dalam mengatasi epilepsi pada dosis subhipnotis,
senyawa turunan barbiturat memiliki aktivitas farmakologis yakni
sebagai

hipnotik-sedativ,

dimana

hipnotik

artinya

berkhasiat

menidurkan dan sedativ artinya berkhasiat menenangkan.


Dalam percobaan ini, metode pemisahan dilakukan dengan
ekstraksi cair-cair yaitu dengan menggunakan perbandingan antara
dua pelarut yang tidak saling bercampur. Kemudian dilakukan
penentuan koefisien distribusi dan kadar papaverin dan fenobarbital
dari ekstrak yang diperoleh melalui metode pemisahan secara
ekstraksi cair-cair.
I.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud praktikum ini adalah untuk mengetahuai
jumlah atau kadar dari sediaan obat papaverin dan fenobarbital secara
ekstraksi cair-cair.
I.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan
berapa banyak kadar papaverin dan fenobarbital secara ekstraksi caircair.

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Teori Umum
Ilmu kimia farmasi analisis kuantitatif dapat didefinisikan
sebagai penerapan berbagai metode dan prosedur kimia analisis
kuantitatif untuk melakukan analisis secara kuantitatif terhadap bahanbahan atau sediaan yang digunakan dalam farmasi, obat dalam
jaringan tubuh dan sebagainya (Rohman, 2008).
Analisa kuantitatif berkaitan dengan penetapan beberapa
banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat
yang ditetapkan tersebut, yang sering kali dinyatakan sebagai
konstituen atau analit, menyusun sebagian kecil atau sebagian besar
sampel yang di analisis (Underwood, 2002).
Kimia analisis kuantitatif adalah metode dasar perbedaan
metode analisisi atau diklasifikasikan dengan dasar skala analisisinya
(Khopkar,1990).
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi (Dirjen POM, 1995). Tablet dapat dibuat
dengan berbagai ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, waktu
hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian
tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989).
Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang paling banyak
digunakan. Sebagian besar tablet dibuat dengan metode kompresi
Hj. SHINTIA NURFHADILAH
150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

atau pengempaan, yaitu dengan cara memberikan tekanan tinggi


pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Selain dengan
metode kompresi, tablet juga dapat dibuat dengan metode cetak, yaitu
dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah
ke dalam lubang cetakan (Dirjen POM, 1995). Untuk mengevaluasi
kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet harus dipantau
pada setiap tablet atau batch (Lachman, dkk, 1994).
Dalam penetapan kadar zat berkhasiat pada sediaan tablet
biasanya menggunakan 20 tablet yang kemudian dihitung, ditimbang
dan kemudian diserbukkan. Sejumlah serbuk tablet yang digunakan
dalam penetapan mewakili seluruh tablet maka, harus ditimbang
seksama.

Kadar

zat

berkhasiat

tertera

pada

masing-masing

monografi, baik persyaratan maupun cara penetapannya (Siregar,


2008).
Ektraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan berdasarkan
transfer suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang
tidak saling bercampur. Menurut Nerst, zat terlarut akan terdistribusi
pada kedua solvent sehingga perbandingan konsentrasi pada kedua
solvent tersebut tetap untuk tekanan dan suhu yang tetap (Khopkar,
1990).
Ekstraksi

pelarut

terutama

digunakan

bila

pemisahan

campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya


karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi


cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran
secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua
fasa cair itu sesempurna mungkin (Khopkar, 1990).
Ekstraksi cair-cair dengan pengkelat logam adalah salah satu
aplikasi utama ekstraksi cair-cair yaitu ekstraksi selektif ionlogam
menggunakan

bahan

pengkelat.

Sayangnya

beberapa

bahan

pengkelat memiliki keterbatasan kelarutan dalam air atau subyek


untuk hidrolisis atau oksidasi udara dalam larutan berair. Karena
alasan ini bahan pengkelat ditambahkan ke pelarut organik sebagai
ganti fasa air. Bahan pengkelat diekstrak ke fasa air yang reaksinya
membentuk kompleks logam-ligan yang stabil dengan ion logam.
Kompleks logam-ligan kemudian terekstrak ke fasa organik. Efisiensi
ekstraksi ion logam bergantung pada pH (Khopkar, 1990).
Bila suatu zat-zat membagi diri antara kedua cairan yang tidak
dapat bercampur, ada satu hubungan yang pasti antara konsentrasi
zat pelarut dalam kedua fase pada kesetimbangan. Nernst pertama
kali memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukum distribusi
yang menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya
antara dua cairan yang tak dapat bercampur sedemikian rupa
sehingga angka banding konsentrasi pada keseimbangan adalah
konstanta pada temperatur tertentu (Underwood, 1986).

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum


partisi yang menyatakan bahwa pada konsentrasi dan tekanan yang
konstan, analit akan terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama
diantara dua pelarut yang saling tidak campur. Perbandingan
konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2 fase disebut dengan
koefisien distribusi atau koefisien partisi (KD) dan diekspresikan
dengan rumus berikut (Sudjadi, 2012):
KD =

[ S ] org
[ S ] aq

Dimana KD adalah sebuah tetapan yand dikenal dengan


koefisien distribusi atau partisi. Harga K D tidak bergantung pada
konsentrasi total solut pada kedua fase, tetap bergantung pada suhu,
jenis kedua pelarut dan solut. Hukum Nernst dalam bentuknya yang
sederhana hanya berlaku untuk larutan encer dan keadaan solut
sama atau tidak mengalami perubahan kedua dalam pelarut. Hukum
ini tidak berlaku jika solut yang terdistribusi mengalami asosiasi atau
disosiasi pada fase pelarut (Yazid, 2005).
Menurut Khopkar (2008) mekanisme reaksi di bagi atas tiga
tahap, antara lain :
a.

Pembentukan

kompleks

tidak

bermuatan

yang

merupakan

golongan ekstraksi.
b.

Distribusi dari kompleks yang terekstraksi.

c.

Interaksinya yang mungkin dalam fase organik.


Hj. SHINTIA NURFHADILAH
150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

Papaverin HCl memiliki efek spasmolitik pada otot polos. Efek


spasmolitik utamanya terjadi pada pembuluh darah termasuk
pembuluh darah arteri koroner, serebral, paru, dan perifer, serta
merelaksasi otot polos pada bronkus, saluran cerna, ureter, dan
saluran

kemih.

Papaverin

merelaksasi

otot

jantung

dengan

menghambat stimulasi otot jantung secara langsung, memperpanjang


periode refraksi, dan menghambat konduksi. Papaverin memiliki efek
minimum pada kerja sistem saraf pusat, namun pada dosis tinggi
dapat menimbulkan efek depresan pada beberapa pasien. Papaverin
juga memiliki efek yang lemah untuk meningkatkan aktivitas Cachannel Bloker pada dosis tinggi. Papaverin memiliki efek analgesik
yang lemah (AHFS Drug Information, 2004).
Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara
ekstensif sebagai hipnotik dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk
beberapa penggunaan

yang

spesifik, barbiturat telah

banyak

digantikan oleh benzodiazepin yang lebih aman (Ganiswara, 2007).


Secara kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat.
Asam barbiturat (2,4,6-trioksoheksahidropirirmidin) merupakan hasil
reaksi kondensasi antara urea dengan asam malonat (Ganiswara,
2007).
Asam barbiturat sendiri tidak menyebabkan depresi SSP, efek
hipnotik dan sedatif serta efek lainnya ditimbulkan bila pada posisi 5
ada gugusan alkil atau aril (Ganiswara, 2007).

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

Fenobarbital asam 5,5 fenil etil barbiturat merupakan


senyawa organik pertama yang digunakan dalam pengobatan
antikonvulsi, kerjanya membatasi perjalanan aktivitas bangkitan dan
menaikkan ambang rangsang. Fenobarbital masih merupakan obat
antikonvulsi pilihan karena masih efektif dapat diatasi dengan
pemberian stimulasi sentral tanpa mengurangi efek antikonvulsinya
(Sulistia, 2009).
II.2 Uraian Sampel
a. Fenobarbital (Dirjen POM, 1979: 481)
Nama resmi

: PHENOBARBITALUM

Nama lain

: Fenobarbital, luminal

RM/BM

: C12H12N2O3/ 232,24

Rumus struktur

Pemeriaan

: Hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau,


rasa agak pahit

Kelarutan

: Sangat sukar larut dalam air, larut dalam


etanol (95%)P, dalam eter P, dalam larutan
alkali hidroksida dan dalam larutan alkali
karbonat

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Persen Kadar

: 19,0 % - 21,0%

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

Kegunaan
: Sebagai sampel
b. Papaverin HCl (Dirjen POM, 1979: 472)
Nama Resmi

: PAPAVERINI HYDROCHLORIDUM

Nama Lain

: Papaverina Hidroklorida

RM/BM

: C20H21NO4.HCl/375,86

Rumus Struktur

Pemerian

: Hablur atau serbuk hablur; putih; tidak


berbau; rasa pahit, kemudian pedas.

Kelarutan

: Larut dalam lebih kurang 40 bagian air, dan


dalam lebih kurang 120 bagian etanol (95%)
P; larut dalam kloroform P; praktis tidak larut
dalam eter.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

: Sebagai sampel

II.2 Uraian Bahan


a. Alkohol (Dirjen POM, 1979: 65)
Nama Resmi

: AETHANOLUM

Nama Lain

: Etanol

RM/BM

: C2H5OH/47,07

Rumus Struktur

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

Pemerian

: Cairan tak berwarna, jernih mudah menguap,


mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar, memberikan nyala biru yang tak
berasap.

Kelarutan

:Bercampur dengan air dan praktis bercampur


dengan semua pelarut organik

Penyimpanan

:Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari


cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.

Kegunaan
:Sebagai antiseptik.
b. Asam Klorida (Dirjen POM, 1979: 53)
Nama Resmi
:ACIDUM HYRDOCHLORIDUM
Nama Lain
:Asam Klorida
RM/BM
:HCl/36,46
Rumus Struktur :H-Cl
Pemerian
:Cairan, tidak berwarna, berasap,
merangsang.

Jika

diencerkan

bau

dengan

bagian air, asap dan bau hilang.


Penyimpanan
:Dalam wada tertutup rapat
c. Aquadest (Dirjen POM, 1979: 96)
Nama Resmi

:AQUA DESTILLATA

Nama Lain

:Air suling

RM/BM

:H2O/18,02

Rumus Struktur

:H-O-H

Pemerian

:Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


tidak

Penyimpanan

mempunyai rasa

: Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan
: Pelarut
d. Eter (Dirjen POM, 1979: 66)
Hj. SHINTIA NURFHADILAH
150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

Nama Resmi

: AETHER ANAESTHETICUS

Nama Lain

: Eter

Rumus molekul

: C4H10O

Berat Molekul

: 74,12

Rumus Struktur

Pemerian

: Cairan transparan, tudak berwarna, bau khas,


rasa manis dan membakar, sangat mudah
menguap, sangat mudah terbakar, campuran
uapnya

dengan

oksigen,

udara

atau

dinitrogen oksida, pada kadar tertentu dapat


meledak.
Kelarutan

: Larut dalam 10 bagian air, dapat bercampur


dengan etanol (95%)P, dengan kloroform P,
dengan minyak lemak, dan dengan minyak
atsiri.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari


cahaya, di tempat sejuk.

Kegunaan
: Sebagai fase organik Fenobarbital
e. Kloroform (Dirjen POM, 1979: 151)
Nama resmi

: CHLOROFORM

Nama lain

: Kloroform

RM / BM

:CHCl3 / 119,38

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

Rumus Struktur

Pemerian

:Cairan tidak berwarna, mudah menguap, bau


khas, rasa manis dan membakar

Kelarutan

:Larut dalam lebih kurang 200 bagian air,


mudah larut dalam etanol mutlak P, dalam eter
P, dalam sebagian besar pelarut organik,
dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.

Penyimpanan

:Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan
:Sebagai fase organik Papaverin
f. Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979: 412)
Nama Resmi

:NATRII HYDROXYDUM

Nama Lain

:Natrium Hidroksida

RM/BM

:NaOH/40,00

Rumus Struktur

:Na-OH

Pemerian

:Bentuk batang, butiran, massa hablur atau


keping,

kering,

keras,

rapuh,

dan

menunjukkan susunan hablur; putih, mudah


meleleh, mudah basah, sangat alkalis dan
korosif segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan

:Sangat mudah larut dalam air dan etanol


(95%)P.

Penyimpanan

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

:Dalam wadah tertutup baik.

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

Kegunaan
:Sebagai bahan tambahan
g. Natrium Klorida (Dirjen POM, 1979: 403)
Nama Resmi

:NATRII CHLORIDUM

Nama Lain

:Natrium klorida

RM/BM

:NaCl/58,44

Rumus Struktur

:Na-Cl

Pemerian

:Hablur heksahedral, tidak berwarna, serbuk


hablur putih, tidak berbau, rasa asin.

Kelarutan

:Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian


air mendidih, dan lebih kurang 10 bagian
gliserol P, sukar larut dalam etanol (95%)P

Penyimpanan

:Dalam wadah tertutup baik.

II.3 Prosedur Kerja (Anonim, 2015)


a. Penentuan Koefisien Distribusi Papaverin
Siapkan fase air dengan mencampur 100 ml air, 50 ml
NaOH 1 N dan 30 mg NaCl. Kocok campuran ini dalam corong
pisah dengan 50 ml kloroform sampai setimbang, pisahkan kedua
fasa.
Timbang seksama 200 mg papaverin HCl masukkan dalam
corong pisah, tambahkan 25 ml fasa air yang baru dibuat tadi
untuk melarutkan papaverin. Selanjutnya, tambahkan 25 ml fasa
kloroform lalu kocok sampai setimbang.
Pisahkan kedua fasa dan kumpulkan fasa kloroform secara
kuantitatif dalam gelas kimia, uapkan pelarutnya di atas
waterbath/oven sampai berat konstan, dan timbang berat

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

papaverin dalam fasa kloroform. Adapun berat papaverin dalam


fasa air diperoleh dari pengurangan dari jumlah sampel yang
ditimbang mula-mula. Hitunglah koefisien distribusi papaverin.
b. Penentuan Koefisien Distribusi Fenobarbital
Pipet 50 ml fasa air yang telah disiapkan tadi (pada
penentuan koefisien distribusi papaverin) asamkan dengan HCl
pekat secukupnya sampai pH 4. Kocok campuran ini dengan 50
ml eter di dalam corong pisah sampai setimbang, lalu pisahkan
kedua fasa.
Timbang seksama 200 mg fenobarbital Na. Masukkan
dalam corong pisah, tambahkan 25 ml fasa air yang baru dibuat
untuk melarutkan fenobarbital. Setelah itu tambahkan 25 ml eter
lalu kocok sampai setimbang.
Pisahkan fasa eter secara kuantitatif dalam gelas kimia,
uapkan pelarutnya di atas waterbath/oven sampai berat konstan,
dan timbang berat fenobarbital dalam eter. Adapun berat
fenobarbital dalam fasa air diperoleh dari pengurangan dari jumlah
sampel yang ditimbang mula-mula. Hitunglah koefisien distribusi
fenobarbital.
c. Penetapan Kadar Sediaan (Campuran Papaverin-Fenobarbital)
Sebelum ekstraksi dilakukan, lebih dahulu dihitung jumlah
(n) kali ekstraksi serta porsi volume pengekstrak yang digunakan
untuk mengekstraksi sediaan (campuran papaverin-fenobarbital)
sampai diperoleh hasil ekstraksi 99,9%. Gunakan koefisien
distribusi (KD) dari masing-masing zat sesuai hasil yang diperoleh
pada point (1) dan (2).
Hj. SHINTIA NURFHADILAH
150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

Prosedur. Timbang 20 tablet tentukan berat rata-rata tiap


tablet. Tablet digerus sempat halus, kemudian diambil sebanyak 1
gram untuk dianalisis, misalkan sediaan tablet mengandung 20
mg fenobarbital dan 40 mg papaverin HCl serta bahan lain hingga
diperoleh berat tablet. Larutkan serbuk tablet dalam corong pisah
yang berisi 30 ml air, 15 ml NaOH 1 N dan 9 gram NaCl (volume
akhir larutan 50 ml). Tambahakan pelarut organik (sesuai prosedur
sebelumya) sebanyak porsi volume penyari dan jumlah (n)
penyarian untuk memperoleh hasil sari ektraksi sekitar 99,9%.
Kumpulkan masing-masing fasa organik dalam gelas kimia
dan uapkan pelarutnya diatas waterbath/oven sampai berat
konstan. Hitunglah berat papaverin HCl dan Fenobarbitaldalam
sediaan tersebut dan tentukan persentasenya.

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum tersebut adalah
batang pengaduk, botol semprot, corong pisah 250 mL, cawan
porselin, erlenmeyer, gegep kayu, gelas ukur 100 mL, gelas kimia
50, gelas kimia 250 mL, gelas kimia 500 mL, lumpang dan alu,
timbangan analitik, penangas air, pinset dan sendok tanduk.
III.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum tersebut
adalah aquades, aluminium foil, dietileter, HCl, kloroform, NaOH 1 N,
NaCl, sediaan obat papaverin HCl, sediaan obat fenobarbital.
III.3 Cara Kerja
a. Penentuan Koefisien Distribusi Papaverin
Disiapkan alat dan bahan, dibuat fase air berisi campuran
(100 ml air, 50 ml NaOH 1 N dan 30 mg NaCl) dimasukkan ke
dalam corong pisah, ditambahkan 50 ml kloroform kemudian
dikocok sampai seimbang, dipisahkan kedua fasa tersebut.
Ditimbang rata-rata 10 tablet papaverin HCl digerus sampai halus,
kemudian ditimbang sebanyak 200 mg dan dimasukkan ke dalam
corong

pisah,

ditambahkan

25

ml

fasa

air,

selanjutnya

ditambahkan 25 ml fasa kloroform lalu kocok sampai seimbang,


dipisahkan kedua fasa tersebut dalam wadah, diambil fase
Hj. SHINTIA NURFHADILAH
150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

kloroform dan uapkan di atas penangas air, ditimbang dan hitung


koefisien distribusi papaverin.
b. Penentuan Koefisien Distribusi Fenobarbital
Dipipet 50 ml fasa air yang telah disiapkan tadi (pada
penentuan koefisien distribusi papaverin) asamkan dengan HCl
pekat secukupnya sampai pH 4, masukkan di dalam corong
pisah. Ditambahkan 50 ml eter, dikocok sampai seimbang, lalu
dipisahkan kedua fasa tersebut. Ditimbang rata-rata 10 tablet
papaverin HCl digerus sampai halus, ditimbang seksama 200 mg
fenobarbital Na. Dimasukkan dalam corong pisah, ditambahkan
25 ml fasa air, ditambahkan 25 ml eter lalu dikocok sampai
seimbang. Dipisahkan kedua fasa tersebut dalam wadah, diambil
fase eter dan diuapkan di atas penangas air, ditimbang dan hitung
koefisien distribusi fenobarbital.
c. Penetapan Kadar Sediaan (Campuran Papaverin-Fenobarbital)
Dari masing-masing sediaan papaverin dan fenobarbital yang
telah digerus tadi, ditimbang sebanyak 1 gram dimasukkan ke
dalam corong pisah, tambahkan 20 mg fenobarbital, 40 mg
papaverin dan 7,5 mL NaOH. Kemudian dicukupkan volumenya
hingga 25 ml. Ditambahkan pelarut organik (dietileter/kloroform)
dan dikocok. Dikumpulkan masing-masing fasa organik dalam
wadah dan uapkan pelarutnya diatas penangas air sampai berat
konstan. Dihitung berat papaverin HCl dan Fenobarbital dalam
sediaan tersebut dan ditentukan persen kadar.

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Pengamatan
Kelompo

Sampel

k
I
II

Papaverin HCl
(Kloroform)
Fenobarbital
(Eter)
Papaverin-

III

Fenobarbital
(Eter)
Papaverin-

IV

Fenobarbital
(Kloroform)

Berat Sampel

Koefisien
Distribusi (KD)

Kadar Obat

200 mg

0,340

200 mg

0,152

31,168 %

537,374 %

40 mg
Papaverin +
20 mg
Fenobarbital
40 mg
Papaverin +
20 mg
Fenobarbital

IV.2 Perhitungan
Penentuan Koefisien Distribusi Papaverin HCl
Diketahui : sampel papaverin 200 mg
a = Berat capor kosong (31148,0 mg)
b = Berat capor + isi papaverin dalam kloroform
setelah
diuapkan (31206,4 mg)
Ditanyakan: c= Berat papaverin dalam kloroform
Jawab :
c

=ba
= 31206,4 mg 31148,0 mg
= 58,4 mg

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

Jadi, berat papaverin dalam fasa kloroform yaitu 58,4 mg.


Untuk menentukan berat papaverin dalam fasa air yaitu 200 mg
58,4 mg = 171,6 mg. Jadi berat papaverin dalam fasa air adalah
171,6 mg.
Untuk

menentukan

koefisien

distribusi

(K D)

digunakan

persamaan :
(KD) =

[ c ] org
[ c ] air

58,4
171,6

= 0,340

Jadi, jumlah koefisien distribusi yang didapat untuk sampel


papaverin dalam fasa kloroform dan fasa air adalah 0,340.
Penentuan Koefisien Distribusi Fenobarbital
Diketahui : sampel papaverin 200 mg
a = Berat capor kosong (54320,1 mg)
b = Berat capor + isi papaverin dalam kloroform
setelah
diuapkan (54346,6 mg)
Ditanyakan: c= Berat papaverin dalam eter
Jawab :
c

=ba
= 54346,6 mg 54320,1 mg
= 26,5 mg

Jadi, berat fenobarbital dalam fasa eter yaitu 26,5 mg. Untuk
menentukan berat fenobarbital dalam fasa air yaitu 200 mg 26,5
mg = 173,5 mg. Jadi berat fenobarbital dalam fasa air adalah 173,5
mg.
Untuk

menentukan

koefisien

distribusi

(K D)

digunakan

persamaan :
Hj. SHINTIA NURFHADILAH
150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

(KD) =

[ c ] org
[ c ] air

26,5
173,5

= 0,152

Jadi, jumlah koefisien distribusi yang didapat untuk sampel


fenobarbital dalam fasa eter dan fasa air adalah 0,152.
Penentuan Kadar Campuran Papaverin-Fenobarbital (Eter)
berat 5 tablet papaverin
Berat rata-rata tablet =
5

Berat sampel (BS)

126,36
5

berat serbuk analisis


BT (berat tablet)

etiket

% kadar obat

= 25,272 mg

20
25,272

berat obat hasil ekstraksi


BS(berat sampel)

7,4 mg
23,7416 mg

kadar obat pada

30 = 23,7416 mg

100 %

100 %

= 31,168 %
Penentuan Kadar Campuran Papaverin-Fenobarbital (Kloroform)
berat 5 tablet fenobarbital
Berat rata-rata tablet =
5
193,3
5

=
Berat sampel (BS)

etiket

% kadar obat
Hj. SHINTIA NURFHADILAH
150 2012 0149

= 38,66 mg

berat serbuk analisis


BT (berat tablet)

40
38,66

berat obat hasil ekstraksi


BS(berat sampel)

kadar obat pada

40 = 41,3864 mg

100 %

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

222,4 mg
41,3864 mg

100 %

= 537,374 %
IV.3 Pembahasan
Pada praktikum ini, penetapan kadar sediaan papaverin dan
fenobarbital dilakukan dengan metode ekstraksi cair-cair yaitu
pemisahan suatu zat dengan menggunakan dua pelarut yang tidak
saling bercampur, dalam hal ini digunakan air dan pelarut organik.
Papaverin Hidroklorida merupakan obat yang mempunyai
sedikit aksi analgesik. Selain itu, juga digunakan sebagai relaksasi
otot polos pada penyakit peripheral vascular, thromboangittis
obliterans dan terapi spasme koroner, usus, ureter, dan biliary colic,
dan dysmenorrhoea. Juga digunakan untuk pencegahan setelah
operatif pulmonary collapse dan sebagai bahan dari spray digunakan
untuk menyerang asma.
Fenobarbital adalah obat antikonvulsan turunan barbiturat
yang efektif dalam mengatasi epilepsi pada dosis subhipnotis,
senyawa turunan barbiturat memiliki aktivitas farmakologis yakni
sebagai

hipnotik-sedativ,

dimana

hipnotik

artinya

berkhasiat

menidurkan dan sedativ artinya berkhasiat menenangkan.


Ekstraksi

cair

merupakan

metode

pemisahan

atau

pengambilan zat terlarut dalam larutan (biasanya dalam air) dengan


menggunakan pelarut lain (biasanya organik). Ekstraksi cair dapat
juga disebut ekstraksi pelarut.
Hj. SHINTIA NURFHADILAH
150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk praperlakuan


sampel atau clean up sampel untuk memisahkan analit-analit dari
komponen-komponen matriks yang mungkin mengganggu pada saat
kuantifikasi atau deteksi-deteksi analit.
Untuk cara penentuan koefisien distribusi dari papaverin
pertama-tama disiapkan fase air dengan mencampur 100 ml air, 50
ml NaOH 1 N dan 30 mg NaCl, dimasukkan ke dalam corong pisah
dan ditambahkan 50 ml kloroform karena berdasarkan literatur
sediaan papaverin HCl larut dalam kloroform, kemudian dikocok
sampai seimbang, dipisahkan kedua fasa tersebut. Selanjutnya,
ditimbang papaverin HCl 200 mg dari 10 tablet yang telah digerus
sampai halus, kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah dan
ditambahkan 25 ml fasa air untuk melarutkan papaverin, selanjutnya
ditambahkan 25 ml fasa kloroform lalu kocok sampai seimbang,
dipisahkan kedua fasa tersebut dalam wadah. Dikumpulkan fase
kloroform dan diuapkan di waterbath atau oven hingga mencapai
berat konstan, kemudian ditimbang berat papaverin dalam fase
kloroform.

Berat

papaverin

dalam

fasa

air,

diperoleh

dari

pengurangan berat sampel yang ditimbang mula-mula dengan berat


sampel setelah diuapkan 171,6 mg dan berat papaverin dalam fase
kloroform adalah 58,4 mg, sehingga diperoleh koefisien distribusi
(KD) dari papaverin HCl adalah 0,340.

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

Untuk

cara

penentuan

koefisien

distribusi

fenobarbital,

dilakukan dengan cara memipet 50 ml fasa air yang telah disiapkan


pada penentuan koefisien distribusi papaverin, kemudian diasamkan
dengan HCl pekat secukupnya sampai pH 4 dan dimasukkan ke
dalam corong pisah. Dikocok campuran tersebut dengan 50 ml eter
karena berdasarkan literatur sediaan fenobarbital larut dalam eter
hingga mencapai keadaan yang setimbang, lalu dipisahkan kedua
fase tersebut. Selanjutnya, ditimbang fenobarbital Na 200 mg dari 10
tablet yang telah digerus sampai halus. Dimasukkan dalam corong
pisah, dilarutkan dengan menambahkan 25 ml fasa air, kemudian
ditambahkan 25 ml eter lalu dikocok sampai seimbang, dipisahkan
kedua fasa tersebut. Diambil fase eter dan uapkan di atas penangas
air hingga mencapai berat konstan, ditimbang berat fenobarbital Na
dalam fase eter. Berat fenobarbital Na dalam fasa air, diperoleh dari
pengurangan berat sampel yang ditimbang mula-mula dengan berat
sampel setelah diuapkan yaitu 173,5 mg dan berat fenobarbital
dalam fase eter adalah 26,5 mg, sehingga diperoleh koefisien
distribusi (KD) dari fenobarbital adalah 0,152.
Untuk penetapan

kadar sediaan (campuran papaverin-

fenobarbital), pertama timbang 20 tablet tentukan berat rata-rata dari


10 tablet tersebut. Tablet digerus sampai halus, kemudian dambil
sebanyak 100 mg, kemudian larutkan serbuk tablet dalam corong
pisah yang berisi 30 ml air, 15 ml NaOH 1 N dan 9 gram NaCl, lalu

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

tambahkan pelarut organik eter sebanyak 25 ml. kumpulkan masingmasing fase organik dan uapkan pelarutnya di atas penangas air
atau oven, lalu dihitung berat sampel yang diperoleh dan kadar
papaverin dan fenobarbital dari sediaan. Kemudian penetapan kadar
sediaan diulang dengan menggunakan pelarut organik yang berbeda
yaitu kloroform. Kadar sediaan yang diperoleh dengan pelarut eter
adalah 31,168%, berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi III
papaverin HCl mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih
dari 100,5% dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan, sehingga
dapat dikatakan bahwa kadar papaverin HCl tidak memenuhi
persyaratan kadar seperti yang tercantum dalam literatur. Kadar
sediaan

untuk

pelarut

organik

kloroform

adalah

537,374%,

berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi III fenobarbital mengandung


tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan, sehingga dapat dikatakan
bahwa kadar fenobarbital tidak memenuhi persyaratan kadar seperti
yang tercantum dalam literatur.

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh
KD papaverin 0,340 dan K D fenobarbital 0,152. Sedangkan untuk
kadar dari sediaan (campuran papaverin-fenobarbital) dengan pelarut
organik dietileter adalah 31,168% dan kadar sediaan dengan pelarut
organik kloroform adalah 537,374%, dari kadar sediaan papaverinfenobarbital yang diperoleh baik dengan pelarut organik eter maupun
kloroform tidak memenuhi persyaratan seperti yang tercantum dalam
Farmakope Indonesia Edisi III dengan kadar papaverin HCl adalah
tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 100,5%, sedangkan
kadar untuk fenobarbital adalah tidak kurang dari 98,0% dan tidak
lebih dari 101,0%.
V.2 Saran
Sebaiknya prkatikan lebih berhati-hati dalam praktikum agar
mengurangi kecelakaan kerja dalam praktikum.

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

DAFTAR PUSTAKA
Ansel C, Howard. 2008. Pengantar Bentk Sediaan Farmasi. UIP: Jakarta.
Day, R. A. Dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif.
Erlangga: Jakarta.

Dirjen POM. 1979 .Farmakope Indonesia Edisi III . Depkes RI: Jakarta.
Khopkar.S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik . UI Press: Jakarta.
Lachman, Leon. 2008. Teori dan Praktek Industri. UI Press; Jakarta.
Sudjadi. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Tim Dosen Kimia Farmasi. 2015. Penuntun Praktikum Analisis Farmasi
Kuantitatif. Fakultas Farmasi UMI: Makassar.
Yazid,. E,. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Andi: Yogyakarta.

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

LAMPIRAN
Gambar Hasil Praktikum Kelompok I

Fasa air
Fasa
kloroform

Hasil setelah
penguapan.

Gambar Hasil Praktikum Kelompok II

Fasa air
Fasa eter

Hasil setelah
penguapan.

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

PENETAPAN KADAR PAPAVERIN-FENOBARBITAL

Gambar Hasil Praktikum Kelompok III

Fasa air
Fasa eter

Hasil setelah
penguapan.

Gambar Hasil Praktikum Kelompok IV

Fasa air
Fasa
kloroform

Hasil setelah
penguapan.

Hj. SHINTIA NURFHADILAH


150 2012 0149

RIFKY SALDI A. WAHID, S.Farm

Anda mungkin juga menyukai