Bab 1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................I-1
BAB I. . PENDAHULUAN.............................................................................I-1
BAB II. PENGALAMAN PERUSAHAAN.........................................................II-1
2.1 Latar Belakang....................................................................................II-1
2.2 Jumlah Tenaga Kerja dan Peralatan....................................................II-1
2.3 Data Perusahaan PT. Maha Charisma Adiguna....................................II-2
2.3.1Lingkup Pelayanan PT. Maha Charisma Adiguna..........................II-5
2.4 Rekanan PT. Maha Charisma Adiguna.................................................II-6
2.5 Pengalaman PT. Maha Charisma.........................................................II-7
BAB XII............................................................................................LAPORAN
XII-1
12.1 Umum............................................................................................. XII-1
BAB I.
PENDAHULUAN
Dokumen Teknis ini sesuai dengan undangan panitia Pengadaan Jasa Konsultansi
Pengawasan Bidang Jalan dan Jembatan, yang sesuai dengan Kerangka Acuan
Kerja yang terdapat dalam Dokumen Pelelangan .
Dokumen Teknis untuk pekerjaan Pengawasan Teknis Pembangunan Jalan
Layang Non Tol Antasari - Blok M Stage I : Pasar Inpres Cipete Lapangan Mabak Blok M (Paket Prapanca) oleh PT. Maha Charisma
Adiguna ini mencakup antara lain pengalaman perusahaan, pemahaman
terhadap kerangka acuan kerja, tanggapan terhadap kerangka acuan kerja,
pendekatan dan metodologi pelaksanaan pekerjaan, rencana kerja, apresiasi
inovasi, jadual pelaksanaan pekerjaan dan lain-lain. Untuk keterangan lebih detail
dapat dilihat pada bab-bab selanjutnya.
Dokumen Teknis untuk Pengawasan Teknis Pembangunan Jalan Layang Non
Tol Antasari - Blok M Stage I : Pasar Inpres Cipete - Lapangan Mabak
Blok M (Paket Prapanca) yang disusun oleh PT. Maha Charisma Adiguna,
berisi bab-bab sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai isi pokok dokumen penawaran
teknis dan sistematika penyusunan dokumen teknis.
BAB II
PENGALAMAN PERUSAHAAN
Bab
kualifikasi,
pengalaman
kerja,
profil,
umum perusahaan,
struktur
organisasi,
BAB IV
BAB VI
APRESIASI INOVASI
Apresiasi Inovasi berisikan hal-hal khusus yang bisa ditambahkan
dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
BAB VI
rinci
mengenai
metode
pelaksanaan
pekerjaan
baik
BAB IX
BAB X
BAB XI
1.
Dokumen Pendukung
- Lampiran Pengalaman Perusahaan
2.
3.
Lain - Lain
BAB II.
PENGALAMAN PERUSAHAAN
II.1 Latar Belakang
PT. Maha Charisma Adiguna adalah salah satu konsultan nasional yang
didirikan pada tahun 1993 berkantor di Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur,
yang pada awal berdirinya bernama PT. Maha Charisma yang kemudian pada
tahun 2003 sesuai dengan perkembangan berganti nama dengan PT. Maha
Charisma Adiguna.
Suksesnya Pembangunan Nasional , tidak terlepas dari keberadaan dan
partisipasi masyarakat , salah satunya konsultan dan kontraktor nasional yang
mempunyai
kualifikasi
baik,
dalam
rangka
membantu
pemerintah
untuk
melaksanakan pembangunan.
Pada tahun 1994 PT. Maha Charisma Adiguna yang telah melaksanakan
berbagai jasa konsultansi, memperluas bidang jasa konsultansinya dengan ikut
serta
dalam
pekerjaan-pekerjaan
perencanaan
dan
pengawasan
teknik
(supervisi) seperti Pengawasan Teknik Jalan dan Jembatan serta Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan (Amdal),
Bendung, Embung dan Jaringan Irigasi di Propinsi Nusa Tenggara Timur dari
Departemen Pekerjaan Umum/Kimpraswil dan Pemda .
II.2 Jumlah Tenaga Kerja dan Peralatan
Jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh PT. Maha Charisma Adiguna sampai
saat ini sebanyak 71 orang yang terdiri dari :
-
tenaga ahli
staf administrasi
Tenaga Pendukung .
mengikuti
sertifikasi-sertifikasi
keahlian
dan
keanggotaannya
dengan
HPJI
: untuk
keahlian
dalam
bidang
sipil
sub
bidang
transportasi
IAGI
GIS
QA
Sedangkan Peralatan yang dimiliki oleh PT. Maha Charisma Adiguna antara
lain :
- Peralatan penyelidikan tanah
- Peralatan survey topografi
- Peralatan geologi
- Peralatan survey hidrologi
- Peralatan gambar
- Peralatan kantor
Dalam menjamin keakuratan peralatan yang nantinya berimbas pada ketelitian
pekerjaan, maka secara kontinyu dan berkala peralatan-peralatan tersebut
dikalibrasi ,sesuai standart .
Umum
Nama Perusahaan
Telpon
( 0380 ) 832225
Faxcimile
( 0380 ) 832225
2.
3.
Telpon
(022) 7508206
Faxcimile
(022) 7508206
Pengurus Perusahaan
Komisaris
Heriyanti Wulandari
Direktur
I Ketut Wijana , SE
Akte Perusahaan
a. Akte Pendirian
Nomor dan Tanggal Akte : No. 1 Tanggal . 11 September 1993
Notaris
b. Akte Perubahan
Nomor dan Tanggal Akte : No. 56 . Tanggal. 16 maret 1999
Notaris
c. Akte Perubahan
Nomor dan Tanggal Akte : No. 84 . Tanggal. 12 Desember 2003
Notaris
4.
: 25 / AN / PRB / PT / 2000
Tanggal
5.
: 19 Juli 2000
: 2413. 1 . 93 . 93 . 01450 . A
Tanggal
: 26 Agustus 1999
Masa Berlaku
NTT
6.
Tanggal
: 25 Juli 2008
Masa Berlaku
: 25 Juli 2011
8.
Tanggal
: 29 Mei 2008
9.
: 01.600.709.8 922.000
Bank
Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur.
Bank BNI 1946 Cabang Kupang
Bank Mandiri Cabang Kupang
Bank Bukopin Cabang Kupang
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten
10.
Keanggotaan Profesi
Persatuan Konsultan Indonesia ( PERKINDO )
Kegiatan
operasional
di
lapangan
yang
bergerak
dalam
bidang
Bidang Sipil :
Prasarana Keairan
Irigasi, Bendung dan Bendungan
Rawa, Sungai dan Pengendalian Banjir
Pengendalian Erosi/Konversi Tanah
Prasarana Transportasi
Jalan Jembatan, Simpang Susun & Terowongan
Teknik dan Pengendalian lalu Lintas
Jalan Kereta Api
Landasan
Pelabuhan dan Prasarana Angkutan SDP
Struktur Bangunan
Struktur Bangunan Ringan/Sederhana
Struktur Bangunan Berat/Tinggi
Konstruksi Tambang
Fasilitas Perminyakan Lepas Pantai
Sub Bidang Sipil Lainnya
study
Qualitec Graha, PT
Narasuma, PT
Mahkota Prima, CV
Siarplan Utama, PT
Sigma Engineeriing, PT
Kendali Handal, PT
Archivil, PT
Tata Bale, CV
Intereks Desain, CV
Techno 21, CV
Dwipa Mitra, CV
Indotec, PT
Instansi-instansi
Pemerintah
yang
telah
memberikan
kepercayaan
untuk
Paket Pekerjaan
2.
Proyek
Tahun Anggaran
2008
Nilai Proyek
981.237.950,00,-
Paket Pekerjaan
3.
Proyek
Tahun Anggaran
2008
Nilai Proyek
558.954.000,00
Paket Pekerjaan
Proyek
4.
Tahun Anggaran
2008
Nilai Proyek
265.798.000,00,-
Paket Pekerjaan
5.
Proyek
Tahun Anggaran
2008
Nilai Proyek
262.179.500,00
Paket Pekerjaan
6.
Proyek
Tahun Anggaran
2008
Nilai Proyek
666.099.500,00,-
Paket Pekerjaan
7.
Proyek
Tahun Anggaran
2007 - 2008
Nilai Proyek
9.646.791.000,00,- ( Sharing 30 % )
Paket Pekerjaan
8.
Proyek
Tahun Anggaran
2007
Nilai Proyek
629.205.500,00,-
Paket Pekerjaan
Proyek
Tahun Anggaran
2007
Nilai Proyek
615.479.700,00
9.
Paket Pekerjaan
Proyek
Tahun Anggaran
2006
Nilai Proyek
253.435.000,00,-
Proyek
Tahun Anggaran
2006
Nilai Proyek
383.000.000,00
Proyek
Tahun Anggaran
2006
Nilai Proyek
496.369.500,00,-
Proyek
Tahun Anggaran
2005
Nilai Proyek
411.537500,00,-
Proyek
Tahun Anggaran
2005
Nilai Proyek
246.972.000,00
Proyek
Tahun Anggaran
2003
Nilai Proyek
1.019.323.800,00,-
Proyek
Tahun Anggaran
2003
Nilai Proyek
272.972.700,00,-
Proyek
Tahun Anggaran
2003
Nilai Proyek
225.262.620,00,-
Proyek
Tahun Anggaran
2002
Nilai Proyek
297.665.000,00,-
Proyek
Tahun Anggaran
2002
Nilai Proyek
248.384.000,00,-
Proyek
Tahun Anggaran
2001
Nilai Proyek
169.950.000,00,-
Proyek
Tahun Anggaran
2001
Nilai Proyek
107.200.000,00,-
Proyek
Tahun Anggaran
2001
Nilai Proyek
74.990.000,00,-
Proyek
Tahun Anggaran
1999
Nilai Proyek
74.734.000,00,-
Proyek
Tahun Anggaran
1999
Nilai Proyek
98.615.000,00,-
Proyek
Proyek
SumTim.
Tahun Anggaran
1998
Nilai Proyek
54.740.000,00,-
Proyek
Tahun Anggaran
1998
Nilai Proyek
85.500.000,00,-
Pengawasan
Teknik
Jalan
Propinsi
di
kab.
Kupang.
Proyek
Tahun Anggaran
1998
Nilai Proyek
97.308.750,00,-
BAB III.
PEMAHAMAN KERANGKA ACUAN KERJA
III.1
Latar Belakang
Pembangunan fisik Jalan Layang Non Tol Pangeran Antasari - Blok M dimana pada
stage I yaitu penggal Pasar Inpres Cipete - Lapangan Mabak Blok M direncanakan
akan dimulal pada tahun anggaran 2010 dan selasai pada tahun 2012
dimaksudkan untuk memperlancar arus lalu lintas dengan cara memisahkan arus
lalu lintas menerus (through traffic) dengan arus lalu lintas lokal yang
rnempunyai tujuan ke Blok M dan Jalan Wijaya I. Dengan diproyeksikannya ruas
jalan eksisting hanya untuk melayani lalu lintas lokal diharapkan ruas Jalan
Pangeran Antasari - Blok M, yang kemudian terpecah ke Jalan Wijaya I dan ke
Jalan Sultan lskandarsyah - Trunojoyo menjadi Iebih lancar.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam managemen pelaksanaan kegiatan fisik
terdapat tiga unsur yang saling menunjang agar diperoleh hasil yang sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan. Unsur tersebut adalah Pengguna Jasa
(Owner) yang berperan sebagai pengendali teknis kegiatan. Penyedia Jasa
Pemborongan yang berperan sebagai pelaksana kegiatan dan Penyedia Jasa
Konsultansi yang berperan sebagai pihak pengawasan teknis (supervisi).
Sesuai dengan Surat Keputusan Gubemur Provinsi DKI Jakarta No. 1640/2009,
Pembangunan jalan layang ini dibagi atas 5 (lima) paket pekerjaan yaitu Paket
Pasar Cipete, Paket Cipete Utara, Paket Taman Brawijaya, Paket Prapanca dan
Paket Lapangan Mabak (Blok M). Keseluruhan paket-paket pekerjaan tersebut
merupakan satu kesatuan konstruksi yang dibangun pada saat bersamaan
sehingga diperlukan koordinasi pelaksanaan, balk di antara penyedia barang/jasa
maupun konsultan pengawas teknis.
Mengingat keterbatasan sumber daya manusia yang dirniliki pihak Pengguna
Jasa, apalagi pelaksanaan kegiatan stage I dari Jalan Layang Non Tol Pangeran
Antasari - Blok M ini terdiri dari 5 (lima) paket sebagaimana disebutkan diatas
dllaksanakan secara simultan, maka agar sinkronisasi teknis, waktu maupun
adininistrasi
berjalan
dengan
baik
sangat
diperlukan
koordinasi
yang
maka team penyedia jasa konsultansi harus terdiri dari Core Team dan Field Team
dimana core team berfungsi sebagai team, yang melakukan koordinasi terhadap
beberapa team konsultan supervisi yang lain dari beberapa paket kegiatan agar
terjaga sinkronisasi dari masing-masing paket secara
konsisten. Dalam Paket Prapanca ini Team Konsultan hanya terdiri dan field team
saja dan berfungsi sebagai team yang melakukan kegiatan supervisi khusus pada
paketnya sendiri namun untuk sinkronisasi dengan Paket Pasar Cipete, Paket
Lapangan Mabak, Paket Prapanca dan Paket Taman Brawjaya tetap harus
berkoordinasi dengan Core Team yang ada pada Paket Pasar Cipete.
Oleh sebab itu untuk mengakomodir hat tersebut maka team penyedia jasa
konsultansi harus terdiri dan Core Team dan Field Team dimana core team
berfungsi sebagai team yang melakukan koordinasi terhadap beberapa team
konsultan supervisi dan beberapa paket kegiatan agar terjaga sinkronisasi dan
masing-masing paket secara konsisten, sedangkan field team benfungsi sebagai
team yang melakukan kegiatan supervisi khusus pada paketnya sendiri.
III.2
Maksud
Maksud
dari
pekerjaan
ini
sesuai
KAK
adalah
sebagai
acuan
kegiatan
tentang
kemajuan
kegiatan
dan
segi
administrasi,
fisik
dan
memperoleh
suatu
hasil
produk
pelaksanaan
peningkatan
Provinsi
DKI
Jakarta
dalam
melakukan
Pengawasan
Teknik
dan
III.3
Dinas
Sasaran
Pekerjaan
Umum
Pemerintah
Provinsi
DKI
Jakarta,
melaksanakan
1.03.13.125
Kode Rekening
5.2.3.21.02
Pagu Anggaran
Rp. 6.458.500.000,00
Tahun Anggaran
2010
Kota Administrasi :
Jakarta Selatan
Kualifikasi
Non Kecil
Klasifikasi
(Sub Layanan)
III.5
Sumber Pendanaan
Untuk
pelaksanaan
kegiatan
ini
diperlukan
biaya
kurang
lebih
Rp.
6.458.500.000,00 (Enam Milyar Empat Ratus Lima Puluh Deapan Juta Lima
Ratus Ribu Rupiah) termasuk PPN dibiayai dari sumber pendanaan APBD Provinsi
DKI Jakarta Tahun Anggaran 2010-2012.
III.6 Lingkup Lokasi Kegiatan Data dan Fasilitas Penunjang Serta Alih
Pengetahuan
1.
Lingkup Kegiatan :
A. URAIAN UMUM
Lingkup kegiatan yang harus dllakukan Penyedia jasa konsultansi adalah
melaksanakan kegiatan pengawasan teknis/supervisi (field team) terhadap
kegiatan pembangunan Jalan Layang Non Tol Pangeran Antasari - Blok M paket
Prapanca sesuai dengan target waktu, mutu dan biaya yang telah ditentukan.
pekerjaan
fisik
yang
akan
dllaksanakan
oleh
penyedia
jasa
2.
i.
Pekerjaan drainase
j.
Lokasi Kegiatan :
Kegiatan jasa konsultansi ini dilaksanakan di antara Pangeran Antasari Blok
M (Stage 1 : Pasar Inpres Cipete Lapangan Mabak Blok M) Provinsi DKI
Jakarta di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ( peta terlampir )
3.
project
officer
(PO)
dalam
rangka
pelaksanaan
jasa
konsultansi .
d. Fasilitas
yang
disediakan
oleh
pengguna
jasa
yang
dapat
Alih Pengetahuan :
Apabila dipandang perlu oleh pengguna jasa , maka penyedia jasa harus
mengadakan pelatihan , kursus singkat , diskusi dan seminar terkait dengan
substansi pelaksanaan pekerjaan dalam rangka alih pengetahuan kepada staf
pelaksana kegiatan.
III.7 Metodologi
1.
2.
3.
b.
c.
Pelaksanaan
pengendalian
dan
pengawasan
oleh
Penyedia
jasa
Penyedia
jasa konsultansi
dapat
memberikan
sumbang
saran
jasa
konsultansi/konsultan
pengawas
diharuskan
menunjuk
Professional Staf
Team Leader
Chief Inspector
Inspector
Quantity Surveyor
Quality Controller
Supporting Staf
Secretary
Computer Operator
Administration
Cad Operator
Office Boy
diakreditasi.
b.
Membuat Riwayat Hidup (Curriculum Vitae) yang harus ditulis dengan teliti
dan benar, ditanda tangani oleh yang bersangkutan, diketahui oleh
Pimpinan Perusahaan dan dllampiri foto copy ijazah yang dipergunakan
sebagai dasar untuk perhitungan pengalaman kerja.
c.
d.
e.
f.
merinci
Re s i d e n t
penggunaan
Engineer
masing-masing
S t ru k tu r,
tenaga
Re s i d e n t
personil,
Engineer
mulai
d ar i
H i g h w ay
and
JUMLAH
(ORANG)
POSISI/ TUGAS
PERSYARATAN SKA
1. 1 (satu)
Team Leader
2. 1 (satu)
3. 1 (satu)
4. 1 (satu)
5. 3(tiga)
Chief Inspector/Junior
Resident Engineer
Quantity Surveyor
8. 3 (tiga)
Quality Controller
III.10 Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari pengawasan teknis Pengawasan Teknis
Pembangunan Jalan Layang Non Tol Antasari Blok M (Stage 1 : Pasar
Inpres Cipete Lapangan Mabak Blok M) Paket Prapanca (Multy Years)
ini adalah :
Terjaminnya mutu pelaksanaan pekerjaan Pengawasan Teknis Pembangunan
Jalan Layang Non Tol Antasari Blok M (Stage 1 : Pasar Inpres Cipete
PT. Maha Charisma Adiguna
Lapangan Mabak Blok M) Paket Prapanca (Multy Years), sehingga ketahanan dan
keawetan konstruksi sesuai dengan umur rencana konstruksi yang ditetapkan.
III.11 Laporan
Jenis Laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa adalah :
1)
a)
b)
2)
3)
tiap
uraian
pekerjaan,
sehingga
akan
didapat
prestasi
5)
(efektif
dan
efisien)
untuk
dipakai
pads
pekerjaan
yang
bersangkutan.
6)
laporan
Pelaksana
ini
mencakup
kegiatan/Site
Jumlah
Manager
tenaga
sampai
kerja,
dengan
dari
mulai
tukang,
serta
Laporan cuaca
Diisi laporan cuaca secara umum pads saat kegiatan pelaksanaan di
lapangan
8)
Kalender Kerja
9)
Laporan Bulanan
Dari hasil Laporan mingguan jika digabungkan akan menjadi suatu
Laporan Bulanan, sehngga dalam Laporan Bulanan ini, tidak berbeda
dengan Laporan Mingguan, yaitu berisi antara lain
a)
b)
Uraian kegiatan
c)
d)
e)
f)
Time schedule
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
Foto visual
antara
lain
memuat
tentang
pertimbangan/justifikasi
teknis
Pendahuluan
Gambar mengenai kegiatan yang dllaksanakan
b)
Lokasi kegiatan.
Gambar
pets
situasi,
potongan
melintang
dan
memanjang
c)
Adininistrasi Kontrak.
Data Kegiatan.
Laporan Laboratorium.
Kualitas/Quality Controller.
Uitzet/Peil Pengukuran.
d)
Keadaan Cuaca
e)
Organisasi Kegiatan
Struktur Organisasi.
f)
g)
Penyataan Biaya.
Biaya Tolal.
Kesimpulan.
BAB IV.
TANGGAPAN
TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA
IV.1
Latar belakang pekerjaan ini sudah jelas dan dapat dipahami oleh Konsultan
Supervisi yaitu adanya rencana Pembangunan fisik Jalan Layang Non Tol
Pangeran Antasari -
Cipete - Lapangan Mabak Blok M yang akan akan dimulal pada tahun anggaran
2010 dan selasai pada tahun 2012. Hal ini dimaksudkan untuk memperlancar
arus lalu lintas dengan cara memisahkan arus lalu lintas menerus (through
traffic) dengan arus lalu lintas lokal yang rnempunyai tujuan ke Blok M dan Jalan
Wijaya I. Dengan diproyeksikannya ruas jalan eksisting hanya untuk melayani lalu
lintas lokal diharapkan ruas Jalan Pangeran Antasari - Blok M, yang kemudian
terpecah ke Jalan Wijaya I dan ke Jalan Sultan lskandarsyah - Trunojoyo menjadi
Iebih lancar.
Peran Jasa Konsultansi dalam pekerjaan ini diharapkan dapat mengendalikan
Kuantitas dan Kualitas dari Pelaksanaan Fisik di Lapangan.
IV.2
IV.3
Jumlah dan Klasifikasi Personil yang dibutuhkan, sesuai yang tertuang dalam
Dokumen Lelang sudah sangat jelas.
Konsultan yakin dapat memobilisasi Personil yang diisyaratkan baik dari segi
Kualitas maupun Kuantitas,
Konsultan ini dapat tercapai dengan tepat waktu dan tepat guna.
BAB V.
APRESIASI INOVASI
V.1
Umum
V.2
Kebijaksanaan
Dinas
Pekerjaan
Umum
Propinsi
DKi
Jakarta
bertekad
untuk
pekerjaan Paket
Prapanca (Multy Years). Lokasi pekerjaan : Pasar Inpres Cipete sampai dengan
Lapangan Mabak Blok M untuk digunakan Dinas PU Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta dan Konsultan dalam memperoleh jaminan mutu produk maupun mutu
proses sesuai prosedur yang dipersyaratkan.
V.3
Maksud rencana mutu pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan mutu produk
pekerjaan dan mutu proses kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tujuan rencana mutu pekerjaan adalah untuk memantapakan tingkat mutu
produk maupun proses produksi melalui proses kegiatan yang terencana,
sistematis dan seragam,
Yang pada akhirnya akan memperoleh jaminan mutu/ keyakinan bahwa tingkat
mutu proses peleksanaan pengawasan benar-benar dapat sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan atau disepakati bersama.
Sasaran rencana mutu pekerjaan adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan spesifikasi guna memenuhi kendali
mutu.
Untuk menyikapi Quality Assurance seperti yang telah dijabarkan di atas,
konsultan
V.4
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pekerjaan Paket Pengawasan Teknis Pembangunan
Jalan Layang Non Tol Antasari Blok M (Stage 1 : Pasar Inpres
yang
perlu
disesuaikan
dengan
kondisi
lapangan
pada
saat
2.
Melakukan pengawasan detil secara terus menerus dan hari demi hari
terhadap seluruh kegiatan Kontraktor di lapangan.
Membuat
teguran
dan
nasehat
teknis
terhadap
permasalahan di lapangan.
penyelesaian
3.
hal
ini,
Konsultan
akan
melakukan
kegiatan-kegiatan
yang
mencakup
Tanggung Jawab
V.5
kriteria
tingkat
kesulitan
bagi
pekerjaan
bidang
Transportasi
Direktur Bina Teknik, bertanggung jawab atas :
- Penetapan pekerjaan yang termasuk dalam kriteria tingkat kesulitan
- Menetapkan pekerjaan pengawasan yang diusulkan proyek
- Subtansi pengarahan dan pemberian petunjuk untuk pembuatan,
penggunaan dan perubahan disain pekerjaan dengan tingkat
kesulitan tinggi
- Memberikan pengesahan suatu dokumen disain pekerjaan
- Menetapkan Kerangka Acuan Kerja (TOR) dan RAB .
Kepala Bidang Jalan dan Jembatan DPU Provinsi DKI Jakarta
rencana
dan
pemberian
petunjuk
untuk
pembuatan,
V.6
Penentuan
titik
referensi
pengukuran
adalah
adalah
sebelum
Pengujian bahan
dan
pekerjaan
terlaksana
adalah
pekerjaan
4.
dalam
menyelesaikan
permasalahan
yang
ada
6.
7.
Rencana Mutu Pekerjaan atau RMP adalah suatu rencana yang isinya
menguraikan rencana pelaksanaan pekerjaan sehingga mutu produk
maupun prosesnya memenuhi persyaratan yang telah disepakati.
8.
9.
10.
Laporan Akhir (Final Report) adalah laporan ini berupa ringkasan dari
seluruh kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikut kelengkapan data
penunjangnya
11.
12.
13.
14.
15.
16.
MULAI
PENGUMUMAN
/
UNDANGAN
LELANG
SALAH SATU
PENJELASAN TIPE
RENCANA MUTU
PENJELASAN
PEKERJAAN
/
AANWIZJING
KONSULTAN
MENGAJUKAN
PENAWARAN
EVALUASI
,
KL
RIFIKASI
PENETAPAN
PEMENANG
DATA KONSULTAN
,
ORGANISASI
, TANGGUNG
JAWAB,METODE
PELAKSANAAN
, ASOSIASI
,
TOR,PERSYARATAN PEKERJAAN
,
CE
KES
SUAIAN MUTU
VERIFIKASI DAN
PERSETUJUAN OLEH
PROYEK
PENYIAPAN
RENCANA MUTU
KERJA
PENYERAHAN
RENCANA MUTU
PEKERJAAN KE
PROYEK
PENYIAPAN
RENCANA MUTU
KERJA
AUDIT MUTU
PEKERJAAN
PROSES
PEMBUATAN
KONTRAK
KONTRAK
ARAHAN PROYEK
MENGGUNAKAN
PEDOMAN RENCANA
MUTU PEKERJAAN
REVISI RENCANA
MUTU PEKERJAAN
TEMUAN
TERSELESAIKAN
PROYEK BERDAYAKAN
PENGAWASAN KONSULTAN
,
MENAMBAH JUMLAH TEST
TEMUAN AUDIT
,
TINDAK LANJUT
PENYELESAIAN
SELESAI
BAGAN ALIR.1
RENCANA MUTU PEKERJAAN
PT. Maha Charisma Adiguna
V.7
A..
GEOMETRIK
geometri
jalan
meliputi
perencanaan
potongan
melintang,
interchange,
jalur
percepatan,
jalur
perlambatan,
pintu-gerbang,
Menteri
Permukiman
dan
Prasarana
Wilayah.
Nomor
Menteri
Perhubungan
No.
KM
53
Tahun
2000
tentang
Menteri
Pertambangan
dan
Energi
No.
01.P/14/MPE/1992
tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran
PT. Maha Charisma Adiguna
Kriteria Desain
Parameter Geometrik
1.
2.
Kecepatan Rencana
Parameter Potongan Melintang
Lebar Lajur Lalu Lintas
Lebar Bahu Luar
Lebar Bahu Dalam
Lebar Median (termasuk bahu dalam)
Kemiringan Melintang Normal Jalur Lalu lintas
Kemiringan Melintang Normal Bahu Luar
Tinggi Ruang Bebas Vertikal Minimum
Tinggi Ruang Bebas diatas Jalan Rel Kereta Api
Tinggi Ruang Bebas Vertikal Saluran Udara
Tegangan Tinggi/Extra Tinggi -PLN :
- SUTT 66 kV
- SUTT 150 kV
- SUTET 500 kV
Jarak Pandang
Pandang Henti Minimum
Parameter Alinemen Horizontal
Jari-jari Tikungan Minimum
Jari-jari Tikungan Minimum Dengan
Kemiringan Normal
Panjang Minimum Lengkung
3.
4.
Superelavasi Maksimum
Panjang Lengkung Peralihan Minimum
Parameter Clothoid Minimum
Jari-jari Tikungan Minimum Tanpa Lengkung
Peralihan
Kemiringan Permukaan Relatif Maksimum
Parameter Alinemen Vertikal
Landai Maksimum
Panjang Kritis Kelandaian
Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal :
- Cembung
- Cekung
5.
Satua
n
Kriteria Desain
Km/jam
80
m
m
m
m
%
%
m
m
3.60
3.00
1.50
5.50
2
4
5.10
6.50
m
m
m
8.00
9.00
15.00
110
m
m
400
3.500
m
%
m
m
m
1/200
%
M
6
500
m
m
4.500
3.000
70
Parameter Geometrik
Satuan
1.
2.
Kecepatan Rencana
Parameter Potongan Melintang
Lebar Lajur Lalu Lintas
Lebar Bahu Luar
Lebar Bahu Dalam
Lebar Median Minimum (termasuk
Km/jam
40
60
m
m
m
m
4.00
3.00
1.00
2.80
4.00
3.00
1.00
2.80
Lalu lintas
Tinggi Ruang Bebas Vertikal
5.10
5.10
40
75
m
m
50
800
140
2000
m
%
m
500/ atau 70
8
35
m
m
35
140
70
350
1/125
1/175
m
m
m
450
450
35
1400
1000
50
3.
4.
Minimum
Jarak Pandang
Jarak Pandang Henti Minimum
Parameter Alinemen Horizontal
Jari-jari Tikungan Minimum
Jari-jari Tikungan Minimum Dengan
Kemiringan Normal
Panjang Minimum Lengkung
Superelavasi Maksimum
Panjang Lengkung Peralihan
Kriteria Desain
Minimum
Parameter Clothoid Minimum
Jari-jari Tikungan Minimum Tanpa
Lengkung Peralihan
Kemiringan Permukaan Relatif
5.
Maksimum
Parameter Alinemen Vertikal
Landai Maksimum
Jari-jari Minimum Lengkung
Vertikal :
- Cembung
- Cekung
Panjang Minimum Lengkung
Vertikal
Tabel A.3 Standar Desain Geometrik Jalan Tol - Jalur Utama Pada Ramp Terminal
No.
1.
Uraian
Kecepatan Rencana Jalan Tol
Satuan
Kriteria Desain
km/jam
80
2.
700
- Cembung
6.000
- Cekung
Landai maksimum
m
%
4.000
4
80
50
160
50
3.
No.
Parameter Geometrik
1.
Kecepatan Rencana
2.
Satuan
Kriteria Desain
Km/jam
40
60
M
M
%
3.60
3.00
2
3.60
3.00
2
Bahu Luar
Tinggi Ruang Bebas Vertikal
5.10
5.10
M
M
40
150
75
250
100
200
disarankan
Jari-jari Tikungan Minimum
800
2000
m
%
m
Minimum
3.
Jarak Pandang
Jarak Pandang Henti Minimum
Jarak Pandang Menyiap
Minimum (undivided)
4.
Minimum
Parameter Clothoid Minimum
Jari-jari Tikungan Minimum
Tanpa Lengkung Peralihan
Kemiringan Permukaan Relatif
m
m
35
250
70
600
1/125
1/175
m
m
m
700
700
35
2000
1500
50
Maksimum
5.
Jalan
Jalan
Jalan
Km/jam
Arteri
60
Kab.
40
Desa
20
m
m
%
2 x 3.50
1.00
2
2 x 3.00
1.00
2
3.00/4.50
1.00
2
Jalur Lalulintas
Kemiringan Melintang Normal
Bahu Luar
Tinggi Ruang Bebas Vertikal
5.10
4.60
4.60
Minimum
Jarak Pandang
Jarak Pandang Henti
75
40
20
350
200
100
(undivided)
Parameter Alinemen Horizontal
Jari-jari Tikungan Minimum
Jari-jari Tikungan Minimum
m
m
110
2000
50
800
15
200
700/ dan
500/ dan
280/ dan
Superelavasi Maksimum
Panjang Lengkung Peralihan
%
m
atau 100
8
35
atau 70
10
35
atau 40
10
20
Minimum
Jari-jari Tikungan Tanpa
500
250
60
Lengkung Peralihan
Kemiringan Permukaan
1/175
1/125
1/75
10
10
m
m
m
2000
1500
80
700
700
40
200
200
20
No.
Parameter Geometrik
Satuan
1.
2.
Kecepatan Rencana
Parameter Potongan Melintang
Lebar Lajur Lalu Lintas
Lebar Bahu Luar
Kemiringan Melintang Normal
3.
4.
5.
Minimum
Jarak Pandang Menyiap
Relatif Maksimum
Parameter Alinemen Vertikal
Landai Maksimum
Jari-jari Minimum Lengkung
Vertikal :
- Cembung
- Cekung
Panjang Minimum Lengkung
Vertikal
40 kpj
50
<R
R<
70
70
<R
R<
85
85
<R
R<
105
105
<R
R<
130
130
<R
R<
165
165
<R
R<
210
210
<R
R<
200
200
<R
R<
405
405
<R
R<
800
e maks = 8 %
Superelevasi
(%)
80 kpj
415
<R
255
8
R<
500
R<
500
<R
325
7
R<
595
R<
595
<R
405
6
R<
720
R<
720
<R
500
5
R<
895
R<
895
<R
635
4
R<
1170
R<
1170
<R
840
3
R<
1665
R<
1665
<R
1210
2
R<
5000
R<
Penerapan rumus-rumus Standar Acuan No.
<R
325
<R
405
<R
500
<R
635
<R
840
<R
1210
<R
3500
60 kpj
135
R<
180
R<
240
R<
305
R<
395
R<
535
R<
785
R<
<R
180
<R
240
<R
305
<R
395
<R
535
<R
785
<R
2000
40 kpj
55
R<
80
R<
105
R<
145
R<
190
R<
265
R<
390
R<
<R
80
<R
105
<R
145
<R
190
<R
265
<R
390
<R
800
2, hal I-1
e maks = 6 %
Superelevasi
(%)
6
5
4
3
2
Penerapan
80 kpj
465
<R
280
<R
R<
615
R<
395
615
<R
395
<R
R<
810
R<
550
810
<R
550
<R
R<
1090
R<
770
1090
<R
770
<R
R<
1590
R<
1145
1590
<R
1145
<R
R<
5000
R<
3500
Rumus-rumus Standar Acuan No. 2. hal I-1
60 kpj
150
R<
220
R<
325
R<
480
R<
735
R<
<R
220
<R
325
<R
480
<R
735
<R
2000
40 kpj
80
R<
90
R<
145
R<
230
R<
360
R<
<R
90
<R
145
<R
230
<R
360
<R
800
40 kpj
<R
145
45
R<
<R
60
9
8
7
6
5
4
3
2
145
R<
185
R<
220
R<
270
R<
330
R<
420
R<
555
R<
800
R<
<R
185
<R
220
<R
270
<R
330
<R
420
<R
555
<R
800
<R
2000
60
R<
80
R<
100
R<
125
R<
160
R<
205
R<
275
R<
400
R<
<R
80
<R
100
<R
125
<R
160
<R
205
<R
275
<R
400
<R
800
e maks = 8 %
Superelevasi
(%)
8
7
6
5
4
3
2
60 kpj
125
R<
170
R<
225
R<
295
R<
390
R<
530
R<
725
R<
40 kpj
<R
170
<R
225
<R
295
<R
390
<R
530
<R
725
<R
2000
50
R<
70
R<
95
R<
130
R<
185
R<
255
R<
385
R<
<R
70
<R
95
<R
130
<R
185
<R
255
<R
385
<R
800
e maks = 6 %
Superelevasi
(%)
60 kpj
135
R<
200
R<
305
R<
575
R<
945
R<
6
5
4
3
2
40 kpj
<R
200
<R
305
<R
575
<R
945
<R
2000
55
R<
80
R<
130
R<
220
R<
355
R<
<R
80
<R
130
<R
220
<R
355
<R
800
Superelevasi (%)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
PT. Maha Charisma Adiguna
40 kpj
45
R<
70
R<
85
R<
110
R<
140
R<
180
R<
235
R<
325
R<
505
20 kpj
<R
70
<R
85
<R
110
<R
140
<R
180
<R
235
<R
325
<R
505
<R
15
R<
20
R<
25
R<
30
R<
40
R<
50
R<
65
R<
90
R<
135
<R
20
<R
25
<R
30
<R
40
<R
50
<R
65
<R
90
<R
135
<R
R<
800
R<
200
Gambar
Bab 22
JALAN KABUPATEN
2 LAJUR 2 ARAH
JALAN DESA
1 LAJUR 2 ARAH
Gambar Tipikal Potongan Melintang pada Jalan Arteri dan Jalan Nasional
B.
PERKERASAN
Perencanaan
Tebal
Perkerasan
Lentur,
Pt
T-01-2002-B,
jalan
sekurang-kurangnya
memenuhi
ketentuan
teknis
No
Damage
Factor
Gol 1
1.1
0,0005
Gol 2
1.2
0,3006
Gol 2
1.2L
0,3006
Bus Kecil
5a
Gol 2
1.2
0,3006
Bus Besar
5b
Gol 9
1.2
0.9723
Truck 2 as (H)
Gol 3
1.2H
2,4143
Truck 3 as
7a
Gol 4
1.2.2
2,3285
Trailer 4 as,
Gandengan
7b
Gol 6
1.2 + 2.2
6,5409
Truck s. trailer
7c
Gol 8
1.2.2 + 2.2
4,2155
Truck
Jenis kendaraan.
Damage factor.
Umur rencana.
Faktor distribusi lajur (DL), mengacu pada Tabel 2.2 (AASHTO 1993
hal II-9).
Tabel B.2 Faktor distribusi Lajur (DL)
Jumlah lajur
tiap arah
1
2
3
4
DL
(%)
100
80 100
60 80
50 75
Sumber
AASHTO
Rumus
umum
desain
traffic
dimana :
W18
LHRj
VDFj
DD
DL
N1
Nn
Traffic
Reliability
Serviceability
Drainage Coefficient
Umur rencana
Faktor distribusi arah
Faktor distribusi lajur
LHR pada tahun dibuka
Traffic design akhir umur rencana
Damage factor
Design ESAL
Serviceability
Loss
Tidak
Coba
Tebal Pelat
Cek
Equation
Ya
Tebal
Pelat Rencana
B.3.2. Reliability
Reliability : probabilitas bahwa perkerasan yang direncanakan akan
tetap memuaskan selama masa layannya.
Penetapan angka Reliability dari 50 % sampai 99,99 % menurut
AASHTO merupakan tingkat kehandalan desain untuk mengatasi,
mengakomodasi kemungkinan melesetnya besaran-besaran desain
yang dipakai. Semakin tinggi reliability yang dipakai semakin tinggi
tingkat mengatasi kemungkinan terjadinya selisih (deviasi) desain
dan kenyataan. Besaran-besaran desain yang terkait dengan ini
antara lain :
Peramalan lalu-lintas.
Pelaksanaan konstruksi.
Reliability : R (%)
Urban
Rural
85 99,9
80 99
80 95
50 80
80 99,9
75 95
75 95
50 80
ZR
-
0,000
0,253
0,524
0,674
0,841
1,037
1,282
1,340
1,405
1,476
1,555
1,645
1,751
1,881
2,054
2,327
3,090
3,750
B.3.3. Serviceability
Terminal serviceability index (pt) mengacu pada Tabel 2.5 Initial
serviceability untuk rigid pavement : po = 4,5 (diambil dari AASHTO
1993 halaman II-10).
Tabel B.5 Terminal serviceability index (pt)
pt
Percent of people
stating
unacceptable
3,0
2,5
2,0
12
55
85
: pt = 2,0
MR
19.4
MR = Modulus resilient
Koreksi Efective Modulus of Subgrade Reaction, menggunakan Grafik
pada Gambar B.2 (diambil dari AASHTO 1993 halaman II-42).
Gambar B.2.
LS
0.0 1.0
0.0 1.0
0.0 1.0
0.0 1.0
Lime Stabilized
(E = 20.000 70.000 psi)
1.0 3.0
1.0 3.0
2.0 3.0
pekerjaan.
Flexural
strength
di
Indonesia
umumnya digunakan :
Sc = 45 kg/cm2 = 640 psi.
B.3.7. Load Transfer
Load transfer Coefficient (J) mengacu pada Tabel 2.7
saat
ini
Asphalt
Shoulder
Load transfer
devices
Pavement type
1. Plain jointed &
Tied PPC
Yes
No
Yes
No
3.2
3.8 4.4
3.1
3.6 4.2
N/A
2.3 2.9
N/A
jointed reinforced
2. CRCP
2.9 3.2
Sumber : AASHTO 1993, hal. II-26
drainage
Excellent
Good
Fair
Poor
Very poor
2 jam
1 hari
1 minggu
1 bulan
Air tidak terbebaskan
<1%
15%
5 25 %
> 25 %
drainage
Excellent
Good
Fair
Poor
Very poor
1.25
1.20
1.15
1.10
1.00
1.20
1.15
1.10
1.00
0.90
1.20
1.15
1.10
1.00
0.90
1.15
1.10
1.00
0.90
0.80
1.15
1.10
1.00
0.90
0.80
1.10
1.00
0.90
0.80
0.70
1.10
1.00
0.90
0.80
0.70
PSI
Log10
4,51,5
Log10W18
ZRSo
7,35
Log(D+1)
0,06
+
1 +
7
1,624X10
(D+1)8
,46
Sc Cd x
PT. Maha Charisma Adiguna
D0,75 1,132
0,75
(Ec/k)0,25
B.4.2. Reliability
Reliability (R) mengacu pada Tabel 3 (mengacu pada AASHTO 1993
halaman II-9), standard normal deviate (Z R) mengacu pada Tabel 4
(mengacu pada AASHTO 1993 halaman I-62).
Standard deviation (So) untuk flexible pavement :
So = 0,40 0,50 (mengacu pada AASHTO 1993 halaman I-62).
Penetapan reliability sama seperti sub bab 3.2, kecuali S o = 0,45.
B.4.3. Serviceability
Terminal serviceability index (pt) mengacu pada Tabel 2.5.
Penetapan parameter serviceability :
Initial serviceability :
halaman II-10)
Gambar B.3 Bagan Alir Prosedur Perencanaan Perkerasan Lentur Dengan Metode AASHTO 1993
Traffic
Reliability
Serviceability
Umur rencana
Faktor distribusi arah
Faktor distribusi lajur
LHR pada tahun dibuka
Traffic design akhir umur rencana
Damage factor
Design ESAL
Initial serviceability
Terminal serviceability
Drainage Coefficient
CBR
Layer Coefficient
Resilient modulus
Tidak
Serviceability
Loss
Coba
Structure Number
Cek
Equation
Ya
Tebal
Perkerasan
= CR x CBR
(psi)
CR
MR
= 1.500 x CBR
MR
= A+BxR
MR
= 772 1.155
= 369 555
= R-value
772 1155
964 ; ambil : A = 1.000
2
369 555
B
462 ; ambil : B = 450
2
A
MR
MR
(Resilient)
Modulus
Asphalt
Concrete
Surface
Course
MR = 450.000 psi (diambil dari AASHTO 1993 halaman II-17).
B.4.5. Koefisien Drainase
1. Variabel faktor drainase
AASHTO
memberikan
variabel
untuk
menentukan
nilai
drainase :
terkena
air
sampai
tingkat
mendekati
jenuh
air
<1%
15%
5 25 %
> 25 %
drainage
Excellent
Good
Fair
Poor
Very poor
1.40
1.35
1.25
1.15
1.05
1.35
1.25
1.15
1.05
0.95
1.35
1.25
1.15
1.05
0.95
1.30
1.15
1.05
0.80
0.75
1.30
1.15
1.00
0.80
0.75
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
CBR = 80
CBR = 40
dimana :
SN
= Structural Number
ai
= Layer coefficient
Di
m2, m3
1. Structure Number 1
D1
SN 1
a1
2. Structure Number 2
D2
SN 2 SN1*
a 2 .m 2
SN*
3. Structure Number 3
SN 3 SN SN 1* SN *2
D3
SN 3
a 3 .m 3
SN1
SN2
Surface course
Base course
D1
D2
Subbase
course
SN3
D3
Subgrade
D1*
SN1
a1
D *2
SN 2 SN1*
a 2 .m 2
SN1* SN *2 SN 2
D *3
SN 3 SN1* SN *2
a 3 .m 3
Gambar B.4
Asphalt
Aggregate
Concrete
Base
< 50.000
50.001 150.000
150.001 500.000
500.001 2.000.000
2.000.001 7.000.000
> 7.000.000
1,0
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
inch
inch
inch
inch
inch
inch
4,0
4,0
4,0
6,0
6,0
6,0
inch
inch
inch
inch
inch
inch
PSI
log10
dimana :
W18
ZR
So
PSI
C.
MR
SN
= Structural Number.
C.1.
Standar Perencanaan
Dewan
Standarisasi
Nasional
Tata
Cara
Perencanaan
Drainase
C.2.
oleh
karena
itu
akan
dibahas
beberapa
pengertian
yang
3. Lengkung Intensitas
Lengkung Intensitas hujan adalah grafik yang menyatakan hubungan
antara
sukar
ditentukan,
maka
td
dapat
ditentukan
dengan
saluran
buatan
nilai
kecepatan
aliran
dapat
dimodifikasi
ditunjukkan
(meter/dt)
0,40
0,60
0,90
1,20
1,50
2,40
gambar
C.1 flow
chart
konsep
analisa
Mulai
Input Data
Hujan
Distribusi
Frequensi
Distribusi
Ditolak
Melengkapi
Data Hujan
Uji Distribusi
Distribusi
Diterima
Output
Data Hujan
Intensitas Hujan
Hujan Rata-rata
Hujan Efektif
Rangking Data
Hujan
Output
Hujan
Rencana
Tidak Normal
Uji Abnormal
Selesai
Data Normal
C.3.
R =
Dimana :
R
yang tidak lengkap, sehingga di dalam daftar hujan yang disusun ada
data hujan yang hilang. Untuk melengkapi data hujan yang hilang itu
dapat digunakan rumus sebagai berikut :
R
R
R
rA
rB
rC
r = 13
RB
RC
RA
Dimana :
R
= Curah
hujan
rata-rata
setahun
di
tempat
RA, RB, RC
3. Uji Abnormal
Nilai rata-rata curah hujan harian maksimum harus diuji secara statistik
terhadap nilai maksimum dan minimumnya. Pengujian dilakukan dengan
metode Iwai
(2)
2
X 2 X
Dimana :
X2
1
n
i 1
{ log (Xi + b) }2
Xo
1
n
1
m
i 1
log ( Xi + b )
i 1
bi
2
bi
X s .X t X 0
2. X 0 ( X s X t )
Xs
n
10
data pengamatan dengan nomor urut m (dari yang
terbesar ke yang terkecil).
Xt
4. Distribusi Frekwensi
Penggunaan distribusi frekwensi menggunakan tiga metode yaitu :
i) Distribusi Gumbel
Harga ekstrim distribusi gumbel adalah :
X T X YT Yn . S
Sn
Dimana :
XT
YT
= -ln ln
Yn
Tr x 1
Tr x
Sn
: Ck = 5,40
Log R = log R + KT . Sx
log R
Log R =
Sx
log R log R
n 1
n . log R log R
n 1 . n 2 . S x 3
Dimana :
RT
Sx
= deviasi standar.
kT
rata-rata logaritma x
Sx
deviasi standar
Uji kecocokan
Smirnov Kolmogorov,
distribusi
tertentu.
Pengujiannya
dilakukan
dengan
Pe =
100. m
(%)
n 1
Dimana :
Pe = probabilitas empiris
m = nomor urutan ranking data
n
= jumlah data
2
h
Oi Ei 2
i 1
Ei
Dimana :
Xh
jumlah sub-kelompok.
Oi
Ei
R24
24
24
tc
mm/jam
Dimana :
R24
tc
= Koefisien pengaliran
Catatan :
Penerapan rumus tersebut di atas dilakukan untuk daerah-daerah yang
mempunyai catchment area yang luas (daerah aliran sungai), dimana
agak menyulitkan untuk mendapatkan nilai-nilai koefisien pengaliran
yang eksak.
Nilai koefisien pengaliran dapat juga ditetapkan dengan meninjau kondisi
fisik, karakteristik tanah dan tata guna lahan lihat Tabel 3.2. KOEFISIEN
PENGALIRAN
Tabel D.2. Koefisien Pengaliran
No.
Jenis Permukaan
1.
Jalan Aspal
2.
Bahu Jalan
3.
Jalan Beton
4.
Talud Timbunan
5.
Daerah Perkotaan
6.
Daerah Pinggir Kota
7.
Daerah Pemukiman
8.
Taman & Kebun
9.
Daerah Persawahan
Koefisien
0,70 0,95
0,70 0,85
0,70 0,95
0,40 0,65
0,70 0,95
0,60 0,70
0,40 0,60
0,20 0,40
0,45 0,60
Catatan :
Penerapan nilai-nilai koefisien di atas digunakan untuk daerah-daerah
yang mempunyai catchment area yang sempit (kridor jalan utama)
PT. Maha Charisma Adiguna
C.4.
Dimana :
V = 1.02 0.0275 log A
= Factor Pembesar.
Variasi
Reduksi
Y
5
10
20
50
100
200
500
1000
1,5
2,25
2,97
3,90
4,60
5,30
6,21
6,91
300
1,27
1,54
1,84
2,30
2,72
3,20
3,92
4,58
600
1,24
1,48
1,75
2,18
2,57
3,01
3,70
4,32
900
1,22
1,44
1,70
2,10
2,47
2,89
3,56
4,16
1200
1,19
1,41
1,64
2,03
2,37
3,78
3,41
4,01
> 1500
1,17
1,37
1,59
1,96
2,27
2,66
3,27
3,85
Jenis Material
Periode
Ulang
(tahun)
Tinggi
Jagaan
1
2
3
4
Sungai besar
Sungai kecil/saluran
Gorong gorong
Saluran drainase jalan dan side ditch
100
50
25
5
2.0
1.0
0.5
0.3
T1 =
T2 =
T1 + T2
(
2
nd 0.167
X 3,28 X Lo x
)
3
s
L
60V
Dimana :
Tc
T1
T2
Lo
= Panjang saluran
nd
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Permukaan
Tanah
dan
Koefisien Pengaliran C*
0.70 0.95
0.40 0.70
0.40
0.10
0.70
0.60
0.70
0.60
0.60
0.40
0.40
0.20
0.45
0.70
0.75
0.65
0.20
0.85
0.75
0.95
0.70
0.90
0.60
0.60
0.40
0.60
0.80
0.90
daerah
pengaliran
terdiri
dari
beberapa
tipe
kondisi
permukaan yang mempunyai nilai C yang berbeda; harga C ratarata ditentukan dengan persamaan berikut :
C1 A1 C2 A2 C3 A3
A1 A2 A3
Dimana :
Cn
An
Q =
1
xC xl x A
3.6
Dimana :
Q =
C Adiguna
=
Koefisien Pengaliran
PT. Maha Charisma
A =
Sedangkan
pemeliharaan
dan
tipe
saluran
pelaksanaannya
dipilih
dengan
berdasarkan
tidak
kemudahan
mengesampingkan
Dimana:
QS
1
R 2 / 3 So1 / 2
nd
Dimana:
nd = koefisien kekasaran Manning
F
P
2
n
to [ 3,28 l d ]0,167
3
So
Dimana:
to = waktu pengaliran menuju saluran (men)
nd = koefisien hambatan
So = kemiringan aliran
Waktu
pengaliran
dalam
saluran
atau
time
of
flow
dihitung
L
(det)
V
L
td
(men)
V 60
td
Dimana :
td
2
n
L
[ 3,28 l d ]0 ,167
3
V 60
So
b. Koefisien Manning
Nilai koefisien Manning untuk analisa dasar perencanaan dapat dilihat
pada tabel 3.6. berikut:
Tabel C.6. Hubungan Kondisi Permukaan dengan
Koefisien Hambatan nd
No.
Nd
1
2
3
4
0.013
0.020
0.100
5
6
7
0.200
0.400
0.600
0.800
So (
V nd 2
)
R2 / 3
Dimana:
So = kemiringan aliran
V = kecepatan aliran (m/det)
nd = koefisien hambatan
Umumnya
digunakan
kemiringan
: 1
1,5
0,5 d
Dimana:
W = tinggi jagaan (m)
D = kedalaman air di saluran (m)
2. Saluran Pengumpul
Saluran Pengumpul (interceptor) ditempatkan pada daerah galian atau
timbunan yang cukup tinggi, diletakan pada bantarannya. Bentuk saluran
dapat didisain berbagai bentuk akan tetapi bentuk paling ideal adalah
bentuk segitiga, mengikuti bentuk blade dari backhoe.
Tinggi maksimal galian atau timbunan didapat dari perhitungan stabilitas
terhadap longsoran dan tergantung dari faktor kohesi serta sudut geser
material tanah dimana perhitungan ditinjau pada saat lereng baru selesai
dibangun.
= 3,6 H1/3 3
dimana :
b
= lebar bantaran ( m )
(chut
way)
digunakan
jika
elevasi
outlet
gorong-gorong
Perencanaan Kapasitas
1.
dengan :
= keliling basah, m
= gradien hidrulika, %
A = D2 -
= D2 -
360
r2 r2 Sin
Cos
2
2
2
2
Cos
. . D + D Sin
360
2
2
360
= D2 (1-
+ D2 Sin
Cos
(1)
untuk :
H = 0.8 D
0.3 D
=
Cos
D
2
= r Cos
Cos
= 0.6
= 106.26o ..
(2)
= D2 (
106.26
106.26
106.26
) + D2 Sin
Cos
360
2
2
= 0.6733 D2
Keliling basah P
P
= 2r-
x2r
360
= D (1-
)
360
Untuk :
H = 0.8 D ; = 106.26o
P = D (1 -
106.26
)
360
P = 2.213 D
Radius Hidraulika R
A
P
R =
0.6733 D 2
= 0.3042 D
2.2131 D
R =
Kapasitas Debit Qc
Qc
dengan :
Qc
A/P (m)
gradien hidraulik
2. Tipe Persegi
PT. Maha Charisma Adiguna
H
h
w
Hitungan perencanaan
Keliling basah P
P =W+2h
Radius hidraulik R
R =
A
P
Kapasitas debit Qc
Qc = 1/n . R2/3 . S1/2 . A
3.
Tipe Trapesium
f
1
H
h
Hitungan perencanaan
Keliling basah P
P=W+2h
1+m2
Radius hidraulik R
A
P
R =
1 M 2
Kapasitas debit Qc
1/n . R2/3 . S1/2 . A
Qc =
dengan :
f = tinggi jagaan
n = koefisien kekasaran Manning
S = kemiringan saluran
Pada tabel 3.7. disajikan kekasaran Manning untuk beberapa jenis
saluran. Kemiringan memanjang saluran samping berdasarkan SNI
03-3424-1994 adalah sebagai berikut :
Tanah asli
= 0% - 5%
Kerikil
= 0% - 7.5%
Pasangan
= 7.55 %
Sedangkan
kemiringan
memanjang
gorong-gorong
ditentukan
Tabel C.7.
No
.
Saluran Buatan
Saluran tanah, lurus teratur.
Saluran tanah yang dibuat dengan
excavator.
3. Saluran pada dinding batuan, lurus
teratur.
4. Saluran pada dinding batuan, tidak lurus,
tidak teratur.
PT. Maha Charisma Adiguna
1.
2.
Baik
Sekal
i
Baik
Sedan
g
Jelek
0.017
0.020
0.023
0.025
0.023
0.028
0.030
0.040
0.020
0.030
0.033
0.035
0.035
0.040
0.045
0.045
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
0.025
0.030
0.035
0.040
0.028
0.025
0.033
0.035
0.020
0.028
0.028
0.030
0.025
0.033
0.030
0.033
0.030
0.035
0.035
0.040
0.033
0.040
0.040
0.045
0.040
0.050
0.055
0.055
0.035
0.060
0.045
0.050
0.045
0.100
0.050
0.060
0.500
0.060
0.070
0.080
0.075
0.100
0.125
0.150
0.025
0.030
0.033
0.035
0.017
0.014
0.010
0.020
0.016
0.011
0.025
0.019
0.012
0.030
0.021
0.013
0.013
0.014
0.014
0.015
0.015
0.016
0.016
0.018
D.
Spesifikasi Pembangunan
Menurut spesifikasi Standard Pembebanan untuk jembatan, RSNI 2004 Bina
Marga, beban dan gaya yang digunakan dalam perhitungan tegangantegangan dalam konstruksi dikelompokkan menurut sumbernya kedalam
beberapa kelompok, yaitu:
a)
aksi tetap
b)
c)
aksi tetap, bekerja sepanjang waktu dan bersumber pada sifat bahan
jembatan, cara jembatan dibangun dan bangunan lain yang menempel
pada jembatan
b)
Beban sendiri
Beban mati
Pengaruh prategang
Tekanan tanah
c)
Beban Lajur D
Beban Truk T
Gaya Rem
Gaya Sentrifugal
Beban Tumbukan
Aksi lingkungan
Beban angin
Pengaruh gempa
Pengaruh temperatur
Penurunan
Klasifikasi ini digunakan bila aksi-aksi rencana digabung satu sama lainnya
mendapatkan
kombinasi
pembebanan
yang
akan
digunakan
dalam
b)
c)
Aksi
Pasal
No
Nama
Simbol
(1)
waktu
Daya
(3)
Layan
6.2
Berat Sendiri
PMS
Tetap
6.3
PMA
Tetap
Batas Ultimit K
Normal
1,0
1,0/1,3
* (3)
2,0/1,4
Terkurang
i
* (3)
0,7/0,8
(3)
(3)
(3)
6.4
Penyusutan & Rangkak
PSR
Tetap
1,0
1,0
N/A
6.5
Prategang
PPR
Tetap
1,0
1,0
N/A
6.6
Tekanan Tanah
PTA
Tetap
1,0
* (3)
* (3)
6.7
Beban Pelaksanaan Tetap
PPL
Tetap
1,0
1,25
0,8
7.3
Beban Lajur D
TTD
Tran
1,0
1,8
N/A
7.4
Beban Truk T
TTT
Tran
1,0
1,8
N/A
7.7
Gaya Rem
TTB
Tran
1,0
1,8
N/A
7.8
Gaya Sentrifugal
TTR
Tran
1,0
1,8
N/A
7.9
Beban trotoar
TTP
Tran
1,0
1,8
N/A
7.10
Beban-beban Tumbukan
TTC
Tran
* (3)
* (3)
N/A
8.2
Penurunan
PES
Tetap
1,0
N/A
N/A
8.3
Temperatur
TET
Tran
1,0
1,2
0,8
8.4
Aliran/Benda hanyutan
TEF
Tran
1,0
* (3)
N/A
8.5
Hidro/Daya apung
TEU
Tran
1,0
1,0
1,0
8.6
Angin
TEW
Tran
1,0
1,2
N/A
8.7
Gempa
TEQ
Tran
N/A
1,0
N/A
9.1
Gesekan
TBF
Tran
1,0
1,3
0,8
9.2
Getaran
TVI
Tran
1,0
N/A
N/A
9.3
Pelaksanaan
TCL
Tran
* (3)
* (3)
* (3)
CATATAN (1) Simbol yang terlihat hanya untuk beban nominal, simbol untuk beban
rencana menggunakan tanda bintang, untuk: PMS = berat sendiri nominal,
P*MS = berat sendiri rencana
Tran = transien
Untuk penjelasan lihat Pasal yang sesuai
CATATAN (4) N/A menandakan tidak dapat dipakai.
No.
Bahan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Berat/Satuan Isi
Campuran aluminium
Lapisan permukaan beraspal
Besi tuang
Timbunan tanah dipadatkan
Kerikil dipadatkan
Aspal beton
Beton ringan
Beton
Beton prategang
Beton bertulang
Timbal
Lempung lepas
Batu pasangan
Neoprin
Pasir kering
Pasir basah
Lumpur lunak
Baja
Kayu (ringan)
Kayu (keras)
Air murni
Air garam
Besi tempa
(kN/m3)
26.7
22.0
71.0
17.2
18.8-22.7
22.0
12.25-19.6
22.0-25.0
25.0-26.0
23.5-25.5
111
12.5
23.5
11.3
15.7-17.2
18.0-18.8
17.2
77.0
7.8
11.0
9.8
10.0
75.5
Kerapatan
Masa
(kg/m3)
2720
2240
7200
1760
1920-2320
2240
1250-2000
2240-2560
2560-2640
2400-2600
11 400
1280
2400
1150
1600-1760
1840-1920
1760
7850
800
1120
1000
1025
7680
Berat satuan isi yang dipakai sebagai pada desain jalan tol
adalah sebagai berikut :
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
2. Pengaruh Prategang
Prategang menyebabkan pengaruh sekunder pada komponenkomponen yang terkekang pada bangunan statis tidak tentu,
harus diperhitungkan baik pada batas daya layan ataupun batas
ultimit. Prategangan harus diperhitungkan sebelum (selama
pelaksanaan)
dan
sesudah
kehilangan
tegangan
dalam
bagian
tanah
dibelakang
dinding
penahan
harus
Faktor
(1)
Satu lajur
4,0 - 5,0
Dua arah,
5,5 - 8,25
2 (3)
tanpa median
11,3 - 15,0
8,25 - 11,25
11,3 - 15,0
15,1 - 18,75
Banyak arah
18,8 - 22,5
6
CATATAN (1) jembatan tipe lain, jumlah lajur lalu lintas rencana ditentukan
Instansi berwenang.
CATATAN (2) Lebar jalur kendaraan adalah jarak minimum antara kerb atau
rintangan
untuk
satu
arah
atau
jarak
antara
A.
Beban lajur D
a.)
Intensitas dari beban D, terdiri atas beban
tersebar merata (BTR) dan beban garis (BGT).
* Beban terbagi rata: BTR mempunyai intensitas q kPa,
q tergantung pada panjang total yang dibebani L seperti
berikut :
L 30 m : q = 9,0 kPa
L > 30 m : q = 9,0 (0.5+15/L) kPa
dengan pengertian :
q adalah intensitas beban BTR
L adalah panjang total jembatan yang dibebani
Panjang yang dibebani L adalah panjang total BTR yang
bekerja pada jembatan.
* Beban garis: Satu BGT dengan intensitas p kN/m harus
ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas pada
jembatan. Besarnya intensitas p adalah 49,0 kN/m.
b.)
Penyebaran beban "D" pada arah melintang
Beban "D" harus disusun pada arah melintang sedemikian
rupa sehingga menimbulkan momen maksimum.
BTR
BTR
Bab 76
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0
10
20
30
40
50
60
70
Panjang dibebani (m)
80
90
100
110
b
nl x 2,75
nl x 2,75
B.
antara
4,0
sampai
9,0
untuk
q = 9 kPa.
Gaya rem tidak boleh digunakan tanpa beban lalu lintas vertikal
bersangkutan.
500
400
300
200
100
0
0
50
100
150
200
250
Bentang (m)
yang
berada
pada
tikungan
harus
diperhitungkan
sentrifugal
harus
bekerja
secara
bersamaan
dengan
TT
bisa
diperkirakan
dari
pengujian
yang
dilakukan
Temperatur Jembatan
Rata-rata Maksimum
15C
40C
15C
40C
15C
45C
beton
di
atas
baja.
Lantai pelat baja di atas
gelagar, boks atau rangka
baja.
PT. Maha Charisma Adiguna
CATATAN (1) Temperatur jembatan rata-rata minimum bisa dikurangi 5C untuk lokasi
yang terletak pada ketinggian lebih besar dari 500 m diatas permukaan
laut.
Modulus Elastisitas
Akibat Suhu
MPa
Baja
Beton:
12 x 10 per C
200.000
10 x 10-6 per C
25.000
11 x 10 per C
34.000
Aluminium
24 x 10-6 per C
70.000
Bahan
-6
-6
a)
b)
Variasi
temperatur
jembatan
rata-rata
digunakan
dalam
dan
untuk
menghitung
beban
akibat
terjadinya
koefisien seret
Ad adalah
Periode Ulang
Faktor Beban
Banjir
20 tahun
1.0
100 tahun
2.0
50 tahun
1.5
50 tahun
1.0
20 tahun
1.5
Jembatan sementara
Jembatan besar dan penting harus ditentukan Instansi berwenang
Gorong-gorong tidak mencakup bangunan drainase
Bila pilar tipe dinding membuat sudut dengan arah aliran, gaya
angkat melintang cukup besar akan semakin meningkat. Harga
nominal dari gaya-gaya ini, dalam arah tegak lurus gaya seret,
adalah:
TEF = 0,5 CD ( Vs )2 AL [ kN ]
dengan pengertian :
VS
CD
AL
arah aliran
1,04
AD
(m2)
Jika tidak ada data yang lebih tepat, luas proyeksi benda hanyutan
bisa dihitung :
a)
b)
pada
pilar
diambil
setengah
dari
jumlah
bentang
yang
berdekatan.
Gaya akibat tumbukan dengan batang kayu dihitung
dengan menganggap batang dengan massa minimum sebesar
2 ton hanyut pada kecepatan aliran rencana harus bisa ditahan
dengan
gaya
maksimum
berdasarkan
lendutan
elastis
Va
adalah
yang
terperinci
mengenai
bentuk
Tipe
Pilar
d (m)
0.075
0.150
0.300
4.
b)
c)
5. Beban angin
Gaya nominal ultimit dan daya layan jembatan akibat angin
tergantung kecepatan angin rencana seperti berikut:
TEW = 0,0006 Cw (Vw)2 Ab
[ kN ]
dengan pengertian :
VW
adalah
kecepatan
angin
rencana
(m/s)
untuk
Ab
[ kN ]
CW
1.2
Tipe Jembatan
CW
2.1 (3)
b/d = 2.0
1.5 (3)
1.25 (3)
b/d 6.0
Bangunan atas rangka
1.2
b
=
lebar keseluruhan jembatan dihitung dari sisi luar sandaran
d
Lokasi
Sampai 5 km dari pantai
Daya layan
30 m/s
25 m/s
Ultimit
35 m/s
30 m/s
6. Pengaruh gempa
Pengaruh gempa rencana hanya ditinjau pada keadaan batas
ultimit.
Tabel D.10. Faktor beban akibat pengaruh gempa
FAKTOR BEBAN
JANGKA
WAKTU
Transien
1.0
dimana:
Kh = C S
dengan pengertian :
T*EQ
adalah Gaya geser dasar total dalam arah yang ditinjau (kN)
Kh
WT
Wtp/(g.Kp)
dengan pengertian :
T
WTP
adalah
berat
total
nominal
bangunan
atas
Gambar D.10. Koefisien geser dasar (C) plastis untuk analisis statis
Gambar D.11. Wilayah gempa Indonesia untuk periode ulang 500 tahun
PT. Maha Charisma Adiguna
Jenis Tanah
Teguh
3m
6m
Tanah Sedang
> 3 m sampai
25 m
> 6 m sampai 25
m
Tanah
Lunak
> 25 m
> 25 m
9m
> 9 m sampai 25 m
> 25 m
12 m
20 m
> 12 m sampai 30
m
> 20 m sampai 40
m
> 30 m
> 40 m
CATATAN (1) Ketentuan ini harus digunakan dengan mengabaikan apakah tiang
pancang diperpanjang sampai lapisan tanah keras yang lebih dalam
Gambar D.12.
"T"
"C"
"T"
"C"
"T"
"C"
0,40
0,80
0,40
0,70
0,40
0,60
0,20
0,13
0,17
0,11
0,14
0,10
0,10
0,10
0,40
1,20
0,40
1,10
0,40
0,90
0,40
0,75
0,40
0,80
0,23
0,13
0,21
0,11
0,18
0,10
0,15
0,10
0,12
0,10
0,06
0,06
0,60
1,50
0,60
1,70
0,55
1,30
0,60
0,95
0,60
1,50
0,60
0,80
0,23
0,13
0,21
0,11
0,18
0,10
0,15
0,10
0,12
0,10
0,07
0,06
No.
1
2
3
1,2
alternatif.
2. Seluruh
jembatan
permanen
lainnya
dimana
rute
alternatif
1,0
sementara
(misal:
Bailey)
dan
jembatan
yang
0,8
Jembatan dengan
Jembatan
(1)
Tipe A (3)
Tipe B (3)
PT. Maha Charisma Adiguna
(2)
1,0 F
1,15 F
1,3 F
1,0 F
1,15 F
1,3 F
Tipe C
3,0
3,0
3,0
CATATAN (1) Jembatan mungkin mempunyai tipe bangunan yang berbeda pada
arah melintang dan memanjang, & tipe bangunan yang sesuai harus
digunakan untuk masing-masing arah.
CATATAN (2) Yang dimaksud dalam tabel ini, beton prategang parsial mempunyai
prapenegangan yang cukup untuk kira-kira mengimbangi pengaruh
dari beban tetap rencana dan selebihnya diimbangi oleh tulangan
biasa.
F 1,00
: jembatan
daktail
(bangunan
atas
bersatu
dengan
(bangunan
atas
terpisah
dengan
bangunan bawah)
Tipe B
: jembatan
Tipe C
daktail
bangunan bawah)
jembatan tidak daktail (tanpa sendi plastis)
Daerah Gempa
Tanah Teguh
Tanah Sedang
Tanah Lunak
(1)
(2)
(2)
(2)
0,20
0,23
0,23
0,17
0,21
0,21
0,14
0,18
0,18
0,10
0,15
0,15
0,07
0,12
0,12
0,06
0,06
0,07
dan
sisa
struktur
dapat
mengikuti
simpangan
simpangan
tersebut,
maka
untuk
bagian
b)
Tipe Bangunan
Bangunan tipe dinding yg menahan air pd satu sisi
b/h 2
Kolom, dimana:
2 < b/h 3,1
PT. Maha Charisma Adiguna
0,38 kh I wo b2 h
dengan pengertian :
Kh adalah
seperti
adalah lebar dinding diambil tegak lurus dari arah gaya (m)
jembatan
dan
akibat
pejalan
kaki
pada
jembatan
getaran
menimbulkan
bahaya
dan
ketidaknyamanan
jembatan
penyeberangan
apabila
memenuhi
batasan-
b)
c)
5.
yang lentur
Perilaku dinamis jembatan dengan bentang lebih besar dari 100 m,
jembatan gantung dan struktur kabel (cable stayed) akibat
kendaraan,
angin
atau
beban
lainnya
harus
memperoleh
b)
bersamaan
Perencana
harus
dengan
beban
menentukan
pelaksanaan.
tingkat
Ahli
kemungkinan
Teknik
kejadian
yang
mempertimbangkan
bersangkutan.
pengaruh
Adalah
gempa
tidak
perlu
selama
untuk
pelaksanaan
konstruksi.
4.2.5. Kombinasi Beban
Kombinasi gaya untuk keadaan batas daya layan dan keadaan batas
ultimit. Aksi rencana digolongkan kedalam aksi tetap dan transien.
Kombinasi
beban
umumnya
didasarkan
kepada
beberapa
Simbol
PMS
Aksi Transien
Nama
Beban lajur "D"
Simbol
TTD
Beban mati
PMA
TTT
tambahan
PSR
Gaya rem
TTB
Penyusutan/rangkak
PPR
Gaya sentrifugal
TTR
Prategang
PPL
TTP
Beban tumbukan
TTC
Pengaruh
pelaksanaan tetap
PTA
Beban angin
TEW
Tekanan tanah
PES
Gempa
TEQ
Getaran
TVI
Gesekan pada
TBF
perletakan
TET
Pengaruh temperatur
TEF
Arus/hanyutan/tumbu
TEU
kan
TCL
Penurunan
Hidro/daya apung
Beban pelaksanaan
1. Pengaruh umur rencana
Faktor beban untuk keadaan batas ultimit didasarkan kepada umur
rencana jembatan 50 tahun.
Umur
Rencana
Jembatan sementara
20 tahun
1,0
0,87
Jembatan biasa
50 tahun
1,0
1,00
Jembatan khusus
100 tahun
1,0
1,10
(cat.2)
Kombinasi primer
lainnya)
Kombinasi primer
transien)
Beban lajur "D" yaitu TTD atau beban truk "T" yaitu TTT diperlukan
untuk membangkitkan gaya rem TTB dan gaya sentrifugal TTR pada
jembatan.
Kelayanan
3
4
5
X
X
O
O
X
O
O
O
O
O
O
O
O
X
X
O
O
O
O
Ultimit
3
4
X
X
O
O
X
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
Aksi Permanen :
Berat sendiri
Beban mati tambahan
Susut rangak
Pratekan
Pengaruh
beban
tetap
pelaksanaan
Tekanan tanah
Penurunan
Aksi Transien :
Beban lajur D atau beban truk
T
Gaya rem atau gaya sentrifugal
Beban pejalan kaki
Gesekan perletakan
Pengaruh suhu
PT. Maha Charisma Adiguna
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
X
O
O
X
O
O
O
O
X
O
O
X
O
O
X
X
(1) = aksi permanen x
aktip
x KBL + 1 beban o
beban aktif
KBL
(3) = aksi permanen x
KBL + beban aktif
x KBL + 1 beban o
KBL + 0,5 beban o KBL
+ 0,5 beban o KBL
Pada keadaan batas ultimit, tidak diadakan aksi transien lain untuk
kombinasi dengan aksi gempa. Beberapa aksi kemungkinan dapat
terjadi pada tingkat daya layan pada waktu yang sama dengan aksi
lainnya yang terjadi pada tingkat ultimit. Kemungkinan terjadinya
kombinasi seperti ini harus diperhitungkan, tetapi hanya satu aksi
pada tingkat daya layan yang dimasukkan pada kombinasi
pembebanan.
D.2.6. Tegangan Kerja Rencana
1. Umum
Dalam perencanaan tegangan kerja, beban nominal bekerja pada
jembatan dan satu faktor keamanan digunakan untuk menghitung
besarnya penurunan kekuatan atau perlawanan dari komponen
bangunan. Untuk perencanaan yang baik, hubungan berikut harus
dipenuhi. Tegangan Kerja Rencana
S* R*ws
dengan pengertian :
PT. Maha Charisma Adiguna
S*
S* = S
dengan pengertian :
S
adalah
perlawanan
atau
kekuatan
nominal
berdasarkan
b)
b)
maka
tegangan
yang
berlebihan
diperbolehkan
Aksi
Aksi tetap
1
X
2
X
3
X
4
X
5
X
6
X
7
X
Pengaruh temperatur
Arus/hanyutan/hidro/daya apung
Beban angin
Pengaruh gempa
Beban tumbukan
Beban pelaksanaan
Tegangan berlebihan yang
nil
25%
25%
40%
50%
30%
50%
diperbolehkan ros
dengan pengertian :
SR* adalah pengaruh total dari seluruh aksi rencana ultimit yang
menahan guling atau geseran di mana beban mati dihitung pada
nilai nominal (Faktor Beban = 1).
SN* adalah pengaruh total dari seluruh aksi rencana ultimit yang
menyebabkan guling atau geseran
SR adalah
pengaruh
total
dari
seluruh
aksi
nominal
yang
dari
seluruh
aksi
nominal
yang
total
ruang
bebas
untuk
memberi
keleluasan
terjadinya
Tipe tipe Girder yang digunakan pada proyek Rencana Teknik Akhir Jalan
Tol Boyolali-Solo adalah :
PC-I GIRDER dengan batasan sebagai berikut :
Bentang 10 15 m, H = 0,90 m
Bentang 15 20 m, H = 1,20 m
Bentang 20 25 m, H = 1,60 m
Bentang 25 30 m, H = 1,85 m
Bentang 30 40 m, H = 2,10 m
atau
C
L
D.5.2.
Baja Tulangan
Simbol
Titik Lelah
(Kg/Cm2)
Baja
tulangan BJTP
polos
Baja
BJTS 40/BJTD 40
2400
3900
tulangan
ulir
= Jumlah tulangan
D13
15
Selimut Beton :
Box Culvert
Box culvert untuk drainage antara 4 atau 5 cm (tergantung
dimensi tulangan)
Box culvert underpass 5 cm, kecuali pada bottom plate t=10 cm.
Overpass/underpass Bridge
Footing bagian bawah (bottom) menggunakan 10 cm sedangkan
pada bagian lainnya 7 cm.
Kolom 7 cm
Slab 3 cm
Presstressed concrete I girder tepi 2,5 cm, bawah 4 cm.
Wing wall 5 cm
Pier head antara 5 cm atau 7 cm
Panjang Penyaluran (lap splicing) Baja
Tulangan yang terpotong minimal adalah :
a.
b.
Kabel Prategang
nominal
(mm)
PC WIRE SWPR I
PC WIRE SWPR I
PC7 WIRE
Titik leleh
(kg/mm2)
Tegangan
tarik
(kg/mm2)
135
175
130
175
T 12,4
130
175
T 12,7
160
190
T 19,3
160
190
T 21,6
160
185
23
60
95
STRAND SWPR 7A
PC7 WIRE
STRAND SWPR 7B
PC7 WIRE
STRAND SWPR 19
PC7 WIRE
STRAND SWPR 19
PC7 WIRE 80/95
Pada
Proyek
Review
Desain
Jalan
Tol
Boyolali-Solo
digunakan
diperlukan
untuk
keberhasilan
tugas
konsultan
Pengawas
dalam
BAB VI.
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
VI.1 Umum
Pekerjaan Pengawasan Teknik Peningkatan Jalan dan Jembatan secara garis
besarnya mencakup kegiatan dan tahapan pekerjaan sebagai berikut :
Pekerjaan persiapan
Adapun tujuan dan sasaran pekerjaan pengawasan teknik ini adalah untuk
menjamin penyelesaian pekerjaan konstruksi yang baik dan memenuhi ketentuan
serta persyaratan di dalam Dokumen Kontrak, antara lain :
Tertib administrasi
Uraian detail terhadap rencana pendekatan teknis dan metodologi yang akan
dipergunakan dalam melaksanakan pekerjaan pengawasan teknis ini akan kami
bahas pada sub bab berikut ini.
1.
Koordinasi Awal
Dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi diperlukan koordinasi antara
pihak-pihak Kepala Bidang Jalan dan Jembatan DPU Provinsi DKI Jakarta,
Konsultan dan Kontraktor. Koordinasi kerja diperlukan untuk memperlancar
pelaksanaan pekerjaan serta pencapaian hasil pekerjaan sebaik-baiknya.
Untuk itu diperlukan kejelasan mengenai tugas, wewenang dan tanggung
jawab masing-masing pihak. Dalam hal ini, Konsultan Supervisi bertugas
membantu Kepala Bidang Jalan dan Jembatan DPU Provinsi DKI Jakarta
dalam pengawasan teknis, memberikan nasehat dan saran penyelesaian
permasalahan serta pengadministrasian proyek.
Selanjutnya koordinasi yang erat selama periode pelaksanan konstruksi
dilakukan dengan mengadakan pertemuan berkala secara teratur.
2.
3.
Persyaratan Kontrak
Spesifikasi Teknik
Gambar Rencana
Mobilisasi Kontraktor
Pelaksanaan konstruksi akan terselenggara dengan baik apabila didukung
dengan personil, peralatan dan perlengkapan teknis lainnya secara
lengkap dengan kondisi baik serta tepat waktu dalam pengadaannya.
Untuk itu Konsultan akan memeriksa dan memberikan sara-saran yang
mencakup proses mobilisasi sebagai berikut ini :
Selain dari pada itu, Konsultan akan mengevaluasi secara detil terhadap
Rencana
Kerja
Kontraktor seperti berikut :
PT. Maha
Charisma
Adiguna
Metoda pelaksanaan
Sistim pelaporan
Rapat Koordinasi
Pengukuran topografi
Korespondensi Proyek
1. Pengendalian Mutu
Kendali mutu merupakan salah satu aspek penting dalam pengawasan teknik ini,
Konsultan akan menggunakan metoda, langkah pengawasan serta sistim
pelaporan yang teliti sehingga dapat menjamin setiap pekerjaan konstruksi
terlaksana sesuai dengan Spesifikasi. Pekerjaan pengendalian mutu akan meliputi
kegiatan-kegiatan seperti berikut ini :
a) Penentuan titik referensi pengukuran
Sebelum pelaksanaan pekerjaan konstruksi dimulai, Konsultan bersama
dengan Kontraktor akan memeriksa semua patok bench mark sebagai titik
kontrol vertical dan horizontal. Untuk kemudahan pelaksanaan konstruksi
dapat dibuat patok bench mark tambahan.
Konsultan juga akan memeriksa ketepatan seluruh stake-out yang dibuat
Kontraktor. Setiap penyimpangan akan dicatat diselesaikan bersama dengan
Kontraktor. Seluruh data survey ini akan dirangkum dalam bentuk Buku
Lapangan
b) Pengujian bahan dan pekerjaan terlaksana
Pekerjan pengujian mutu dilakukan oleh Kontraktor dengan menggunakan
peralatan test dilapangan maupun laboratorium yang disediakan Kontraktor
serta mengikuti standart prosedur pengujian seperti yang tercantum di dalam
Dokumen Kontrak.
Pengujian mutu dilakukan secara rutin dengan mengambil contoh secara acak
pada
lokasi-lokasi
yang
ditentukan
Konsultan.
Secara
garis
besarnya
ini
antara
lain
berupa
tes
kepadatan,
analisa
butiran,
Konsultan
akan
mengawasi,
memeriksa
dan
mengevaluasi
setiap
konstruksi
terlaksana.
yang
Berdasarkan
akan
hasil
dipergunakan
pengujian
maupun
tersebut,
pekerjaan
Konsultan
akan
akan
membuat
koreksi-koreksi
dan
meminta
tambahan
memberikan
saran
pemecahan
permasalahan
atas
kekurangan-
akan
melakukan
setiap
usaha
pengendalian
biaya
yang
tanpa
mengakibatkan
keterlambatan
terhadap
kemajuan
pekerjaan.
Konsultan akan memeriksa surat penagihan pembayaran dari Kontraktor.
Jumlah pembayaran akan diteliti dan dihitung terhadap pekerjaan terlaksana
yang telah selesai dan diterima secara kwantitatif maupun kwalitatif yaitu
berdasarkan
hasil
pengukuran
dan
perhitungan
kwantitas
serta
hasil
pengujian mutu yang telah diperiksa dan disetujui Pemberi Tugas dan
Konsultan.
Konsultan akan menyiapkan sertifikat Pembayaran Bulanan atas pekerjaan
yang telah selesai dan disetujui. Sertifikat ini ditandatangani oleh Konsultan
dan Kontraktor dan diteruskan kepada Kepala Satker untuk pemeriksaan
terakhir serta persetujuan pembayaran.
PT. Maha Charisma Adiguna
metoda
pelaksanaan,
program
pengendalian
mutu,
penyediaan
tepat
permasalahannya,
memberikan
pengarahan
untuk
pekerjaan
mingguan
terlaksana,
penentuan
rencana
kerja
perbaikan.
Dengan
koordinasi
yang
baik
akan
dimungkinkan
5.
Koordinasi Kerja
Kontraktor
akan
dapat
dicapai
hasil
yang
sebaik-baiknya
dalam
a. Rapat Mingguan
Tim Konsultan
Rapat intern Konsultan dilakukan pada akhir pekan dan dihadiri oleh
tenaga ahli dan tenaga teknis Konsultan Supervisi. Tim akan membahas
segala aktivitas mingguan Konraktor yang mencakup pekerjaan pengujian,
hasil inspeksi pekerjaan, kemajuan pekerjaan, pengukuran kwantitas dan
permasalahan dilapangan serta menyiapkan agenda untuk pertemuan
mingguan dengan pihak Kontraktor.
b. Rapat Bulanan
Rapat ini dilakukan pada akhir atau awal bulan dan dihadiri oleh Kepala Dinas
PU Provinsi DKI Jakarta beserta Staf, tenaga ahli Konsultan dan tim inti
Kontraktor. Konsultan akan menyampaikan agenda rapat dan melaporkan
hasil pengawasan bulanan terhadap kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang
mencakup
masalah
kemajuan
pekerjaan,
kendali
mutu,
pengajuan
dalam
pelaksanaan
proses
Provisional
Hand
Over
yaitu
dalam
Uraian
Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat di atas permukaan
yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detil yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan,
dan memelihara lapis pondasi agregrat yang telah selesai sesuai dengan
yang disyaratkan. Pemrosesan harus meliputi , pemecahan, pengayakan,
pemisahan,
pencampuran
dan
operasi
lainnya
yang
perlu
untuk
Toleransi Dimensi
a)
Toleransi Tinggi
Permukaan
+ 0 cm
- 2 cm
Pondasi Bawah).
Permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk Lapis
+ 1 cm
- 1 cm
Jalan)
PT. Maha Charisma Adiguna
Memenuhi
Pasal 4.2.1.(3)
Catatan :
Lapis Pondasi Agregat A dan B diuraikan dalam Spesifikasi ini.
a) Pada permukaan semua Lapis Pondasi Agregat tidak boleh terdapat
ketidak-rataan yang dapat menampung air dan semua punggung (camber)
permukaan itu harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar.
b) Tebal total minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A dan Kelas B tidak boleh
kurang satu sentimeter dari tebal yang disyaratkan.
c) Tebal minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A tidak boleh kurang satu
sentimeter dari tebal yang disyaratkan.
d) Pada permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A yang disiapkan untuk
lapisan resap pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan
yang
terlepas
harus
dibuang
dengan
sikat
yang
keras,
maka
(AASHTO T 90 - 87)
SNI
03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan
(AASHTO T 96 - 87)
SK SNI M-01-1994-03
Tanah.
: Metode
Pengujian
Kepadatan
Lapangan
ii)
b)
i)
ii)
tersebut
dan
membuang
atau
menambahkan
bahan
b)
Lapis Pondasi Agregat yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal
rentang kadar air seperti yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.(3) atau
seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan
menggaru bahan tersebut yang dilanjutkan dengan penyemprotan air
dalam kuantitas yang cukup serta mencampurnya sampai rata.
c)
Lapis Pondasi Agregat yang terlalu basah untuk pemadatan seperti yang
ditentukan dalam rentang kadar air yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.
(3) atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki
dengan menggaru bahan tersebut secara berulang-ulang pada cuaca
kering dengan peralatan yang disetujui disertai waktu jeda dalam
pelaksanaannya. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai
tidak dapat diperoleh dengan cara tersebut di atas, maka Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut dibuang dan
diganti dengan bahan kering yang memenuhi ketentuan.
d)
kembali,
pembuangan
dan
penggantian
bahan,
atau
BAHAN
1) Sumber Bahan
Bahan Lapis Pondasi Agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui
sesuai dengan Seksi 1.11 Bahan dan Penyimpanan, dari Spesifikasi ini.
bila
berulang-ulang
dibasahi
dan
dikeringkan
tidak
boleh
digunakan.
Bilamana digunakan untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A maka untuk
agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 100 % berat
agregat kasar ini harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah.
(mm)
2
1
1
3/8
No.4
No.10
No.40
No.200
50
37,5
25,0
9,50
4,75
2,0
0,425
0,075
100
88 - 95
70 - 85
30 - 65
25 - 55
15 - 40
8 - 20
2-8
100
79 - 85
44 - 58
29 - 44
17 - 30
7 - 17
2-8
Kelas A
0 - 40 %
0-6
maks. 25
0 - 25
0-5%
min.90 %
Kelas B
0 - 40
%
0 - 10
0 - 35
0 - 5
%
min.35
%
6)
B.
pondasi
yang
disiapkan,
maka
lapisan
ini
harus
diselesaikan
sepenuhnya, sesuai dengan Seksi 3.3, 4.1, 4.2 atau 5.1 dari Spesifikasi
ini, sesuai pada lokasi dan jenis lapisan yang terdahulu.
c) Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat,
sesuai dengan butir (a) dan (b)
dalam
kondisi
tidak
rusak,
maka
harus
diperlukan
2)
Penghamparan
a) Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran
yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang
disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.(3). Kadar air dalam bahan harus
tersebar secara merata.
b) Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang
merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi
yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka
lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
c) Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu
metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel
agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki
atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.
d) Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali
ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak
boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
3)
Pemadatan
a)
b)
c)
Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada
dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas
kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang
ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified)
yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
d)
e)
Bahan
sepanjang
kerb,
tembok,
dan
tempat-tempat
yang
tak
Pengujian
a)
b)
Setelah
persetujuan
mutu
bahan
Lapis
Pondasi
Agregat
yang
dan
satu
(1)
penentuan
kepadatan
kering
maksimum
Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin
diperiksa, mengunakan SNI 03-2827-1992. Pengujian harus dilakukan
sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan
oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
C.
1)
Cara Pengukuran
a)
Lapis Pondasi Agregat harus diukur sebagai jumlah meter kubik dari
bahan yang sudah dipadatkan, lengkap di tempat dan diterima.
Volume yang diukur harus didasarkan atas penampang melintang yang
ditunjukkan pada Gambar bila tebal yang diperlukan merata, dan pada
penampang melintang yang disetujui Direksi Pekerjaan bila tebal yang
diperlukan tidak merata, dan panjangnya diukur secara mendatar
sepanjang sumbu jalan.
b)
Seksi
ini, tetapi
Penyiapan
atau Bahu Jalan yang ada menurut Seksi 3.3, 8.1 dan 8.2 dari
Spesifikasi ini.
2)
kuantitas
yang
akan
diukur
untuk
pembayaran
haruslah
Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar
pada Harga Satuan Kontrak per satuan pengukuran untuk masing masing
Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini dan termasuk dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, yang harga serta pembayarannya harus merupakan
kompensasi
penuh
untuk
pengadaan,
pemasokan,
pemadatan,
Nomor Mata
Pembayaran
Uraian
Satuan
Pengukuran
5.1.(1)
Meter Kubik
5.1.(2)
Meter Kubik
UMUM
1)
Uraian
Pekerjaan
aspal
pada
permukaan
yang
telah
disiapkan
sebelumnya
untuk
2)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Seksi
Seksi
Seksi
Seksi
Seksi
Seksi
Seksi
Seksi
Seksi
Seksi
Seksi
Seksi
1.8
1.9
1.11
4.1
4.2
5.1
5.4
6.3
6.4
6.5
8.1
8.2
penutup Aspal
3)
Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
Pd S-02-1995-03
AASHTO M20 - 70
AASHTO M140 - 88
AASHTO M226 - 80
:
:
:
Industrial Tachometers
Brirish Standards :
BS 3403
4)
5)
penyerap
(blotter
material),
atau
penyemprotan
tambahan
seperlunya. Setiap kerusakan kecil pada Lapis Resap Pengikat harus segera
PT. Maha Charisma Adiguna
diperbaiki menurut Seksi 8.1 dan Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini. Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan agar lubang yang besar atau kerusakan
lain yang terjadi dibongkar dan dipadatkan kembali atau penggantian
lapisan pondasi diikuti oleh pengerjaan kembali Lapis Resap Pengikat.
6)
a)
Lima liter contoh dari setiap bahan aspal yang diusulkan oleh
Kontraktor untuk digunakan dalam pekerjaaan dilengkapi sertifikat dari
pabrik pembuat-nya dan hasil pengujian seperti yang disyaratkan dalam
Pasal 1.11.1.(3).(c), diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai. Sertifikat
tersebut harus menjelas-kan bahwa bahan aspal tersebut memenuhi
ketentuan dari Spesifikasi dan jenis yang sesuai untuk bahan Lapis Resap
Pengikat atau Lapis Perekat, seperti yang ditentukan pada Pasal 6.1.2 dari
Spesifikasi ini.
b)
Catatan
kalibrasi
dari
semua
instrumen
dan
meteran
pengukur dan tongkat celup ukur untuk distributor aspal, seperti diuraikan
dalam Pasal
Tongkat
celup ukur, alat instrumen dan meteran pengukur harus dikalibrasi sampai
memenuhi akurasi, toleransi ketelitian dan ketentuan seperti diuraikan
dalam Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini dan tanggal pelaksanaan kalibrasi
harus tidak melebihi satu tahun sebelum pelaksanaan dimulai.
c)
d)
7)
a)
Bangunan-bangunan
tempat kerja (struktur, pepohonan dll.) harus dilindungi agar tidak menjadi
kotor karena percikan aspal.
c)
d)
8)
a)
Seksi
1.8, Pemeliharaan Lalu Lintas dan Pasal 6.1.5 dari Spesifikasi ini.
b)
BAHAN
1)
a)
b)
2)
a)
b)
3
1)
PERALATAN
Ketentuan Umum
Kontraktor harus melengkapi peralatannya terdiri dari penyapu mekanis
dan atau kompresor, distributor aspal, peralatan untuk memanaskan
bahan aspal dan peralatan yang sesuai untuk menyebarkan kelebihan
bahan aspal.
2)
a)
b)
c)
Alat
penyemprot,
harus
dirancang,
diperlengkapi,
dipelihara
dan
3)
Perlengkapan
Perlengkapan
distributor
aspal
harus
meliputi
sebuah
tachometer
Seluruh perlengkapan
pada
kecepatan kendaraan
Tachometer
5)
6)
a)
Direksi
Pekerjaan
kiner-janya
tidak
dapat
diterima
bila
dalam
pekerjaan.
Setiap
modifikasi
atau
penggantian
c)
penyemprotan
minimum
sepanjang
200
meter
harus
dapat
mencapai
takaran
sasaran
pemakaian
yang
telah
dihitung dari pembacaan tongkat ukur yang telah dikalibrasi, seperti yang
ditentukan dalam Pasal 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini. Untuk tujuan
pengujian ini minimum 70 persen dari kapasitas distributor aspal harus
disemprotkan.
7)
a)
b)
c)
PELAKSANAAN PEKERJAAN
1)
a)
b)
menurut Seksi 4.1, 4.2, 5.1, 5.4, 6.3, 6.4, atau 6.6 dari Spesifikasi ini yang
sesuai dengan lokasi dan jenis permukaan yang baru tersebut.
c)
d)
dengan
kombinasi keduanya.
permukaan
yang
memakai
sikat
mekanis
atau
kompresor
atau
benar-benar
bersih,
penyapuan
tambahan
harus
g)
h)
2)
a)
diperin-tahkan
oleh
Direksi
Pekerjaan,
bila
jenis
dari
permukaan yang akan disemprot atau jenis dari bahan aspal berubah.
Biasanya takaran pemakaian yang didapatkan akan berada dalam batasbatas sebagai berikut :
Lapis
Resap :
Pengikat
PT. Maha Charisma Adiguna
Sesuai dengan jenis permukaan yang akan menerima pelaburan dan jenis bahan aspal yang akan
dipakai. Lihat Tabel 6.1.4.(1) untuk jenis takaran
pemakaian lapis aspal.
b)
Aspal Cair
Aspal Emulsi
Aspal Emulsi
yang diencerkan
(1:1)
Catatan :
*
Aspal
Aspal
Aspal
Aspal
Aspal
Aspal
Jenis Aspal
cair, 25 pph minyak tanah
cair, 50 pph minyak tanah (MC-70)
cair, 75 pph minyak tanah (MC-30)
cair, 100 pph minyak tanah
cair, lebih dari 100 pph minyak ta-nah
emulsi atau
aspal emulsi yang di-
encerkan
Catatan :
Tindakan yang sangat hati-hati harus dilaksanakan bila memanaskan setiap aspal
cair.
PT. Maha Charisma Adiguna
c)
Frekuensi pemanasan yang berlebihan atau pemanasan yang berulangulang pada temperatur tinggi haruslah dihindari. Setiap bahan yang
menurut pendapat Direksi Pekerjaan, telah rusak akibat pemanasan
berlebihan harus ditolak dan harus diganti atas biaya Kontraktor.
3)
a)
Pelaksanaan Penyemprotan
Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan
penyemprotan harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap
Pengikat, batas-batas lokasi yang disemprot harus ditandai dengan cat
atau benang.
b)
Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan
aspal harus disemprot dengan batang penyemprot dengan kadar aspal
yang diperintahkan, kecuali jika penyemprotan dengan distributor tidaklah
praktis untuk lokasi yang sempit, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui
pemakaian penyemprot aspal tangan (hand sprayer).
Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan
yang telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian
batang semprot dan penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan
grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan.
c)
lebar yang ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang
ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti
permukaan yang lain.
d)
seluruh nosel bekerja dengan benar pada sepanjang bidang jalan yang
akan disemprot.
Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah
yang akan disemprot dengan demikian kecepatan lajunya dapat dijaga
konstan
sesuai
ketentuan,
agar
batang
semprot
mencapai
bahan
f)
g)
Toleransi
takaran
1 % dari volume
pemakaian
=
+ (4 % dari takaran yg
tangki
+ ------------------------
diperintahkan
---- )
Luas yang
disemprot
Takaran pemakaian yang dicapai harus telah dihitung sebelum lintasan
penyemprotan
berikutnya
dilaksanakan
dan
bila
perlu
diadakan
i)
j)
k)
5
1)
a) Kontraktor harus tetap memelihara permukaan yang telah diberi Lapis Resap
Pengikat atau Lapis Perekat sesuai standar yang ditetapkan dalam Pasal
6.1.1.(5) dari Spesifikasi ini sampai lapisan berikutnya dihampar. Lapisan
berikutnya hanya dapat dihampar setelah bahan resap pengikat telah
meresap sepenuhnya ke dalam lapis pondasi dan telah mengeras.
Untuk Lapis Resap Pengikat yang akan dilapisi Burtu atau Burda, waktu
penundaan harus sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan minimum dua hari dan tak boleh lebih dari empat belas hari, tergantung dari
lalu lintas, cuaca, bahan aspal dan bahan lapis pondasi yang digunakan.
b) Lalu lintas tidak diijinkan lewat sampai bahan aspal telah meresap dan
mengering serta tidak akan terkelupas akibat dilewati roda lalu lintas.
Dalam keadaan khusus, lalu lintas dapat diijinkan lewat sebelum waktu
PT. Maha Charisma Adiguna
tersebut, tetapi tidak boleh kurang dari empat jam setelah penghamparan
Lapis Resap Pengikat tersebut.
bersih, yang sesuai dengan ketentuan Pasal 6.1.2.(1).(b) dari Spesifikasi ini
harus dihampar sebelum lalu lintas diijinkan lewat.
Agregat penutup
harus disebar dari truk sedemikian rupa sehingga roda tidak melindas
bahan aspal yang belum tertutup agregat. Bila penghamparan agregat
penutup pada lajur yang sedang dikerjakan yang bersebelahan dengan
lajur yang belum dikerjakan, sebuah alur (strip) yang lebarnya paling
sedikit 20 cm sepanjang tepi sambungan harus dibiarkan tanpa tertutup
agregat, atau jika sampai tertutup harus dibuat tidak tertutup agregat bila
lajur kedua sedang dipersiapkan untuk ditangani, agar memungkinkan
tumpang tindih (overlap) bahan aspal sesuai dengan Pasal 6.1.4.(3).(d)
dari Spesifikasi ini. Pemakaian agregat penutup harus dilaksanakan
seminimum mungkin.
2)
Perekat
harus
disemprotkan
hanya
sebentar
sebelum
a)
b)
dari
distributor
aspal,
masing-masing
pada
saat
awal
c)
Sebelum
pelaksanaan
pekerjaan
penyemprotan
pada
Kontrak
tersebut;
ii)
iii)
d)
e)
Catatan
harian
yang
terinci
mengenai
pelaksanaan
b)
Resap Pengikat yang memenuhi ketentuan dan tidak akan diukur atau
dibayar secara terpisah.
c)
d)
2)
3)
Dasar Pembayaran
Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas harus dibayar menurut
Harga Satuan Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran
yang tercantum di bawah ini dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga,
dimana pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk
pengadaan dan penyemprotan seluruh bahan, termasuk bahan penyerap
(blotter material),
penyemprotan
ulang,
termasuk
seluruh
pekerja,
Uraian
Pembayaran
Satuan
Pengukura
n
6.1.(1)
Liter
6.1.(2)
Lapis Perekat
Liter
UMUM
1)
Uraian
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis
perata, lapis pondasi atau lapis aus campuran aspal yang terdiri dari
agregat dan bahan aspal yang dicampur secara panas di pusat instalasi
pencampuran, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di
atas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan
Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang
yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana.
Semua campuran dirancang dalam Spesifikasi ini untuk menjamin bahwa
asumsi rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal, rongga udara,
stabilitas, kelenturan dan keawetan sesuai dengan lalu-lintas rencana.
2)
a)
Latasir
biasanya
memerlukan
penambahan
filler
agar
Lataston (HRS)
Lataston terdiri dari dua macam campuran, Lataston Lapis Pondasi (HRSBase) dan Lataston Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course) dan ukuran
maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm. Lataston
Lapis Pondasi (HRS-Base) mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih
besar daripada Lataston Lapis Permukaan (HRS - Wearing Course).
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus
dirancang sampai memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam
Spesifikasi. Dua kunci utama adalah :
i)
bisa
digunakan.
ii)
c)
Laston (AC)
Laston (AC) terdiri dari tiga macam campuran, Laston Lapis Aus (AC-WC),
Laston Lapis Pengikat (AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi (AC-Base) dan
ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm, 25,4
mm, 37,5 mm. Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan Aspal
Polimer atau Aspal dimodifikasi dengan Aspal Alam atau Aspal Multigrade
disebut masing-masing sebagai AC-WC Modified, AC-BC Modified, dan ACBase Modified.
3)
a)
Seksi 1.8
b)
Rekayasa Lapangan
Seksi 1.9
c)
Seksi 1.11
d)
Lapis
Resap
Pengikat
dan
Lapis :
Seksi 6.1
Perekat
4)
a)
b)
Tebal aktual campuran aspal yang dihampar di setiap ruas dari pekerjaan,
didefinisikan sebagai tebal rata-rata dari semua benda uji inti yang diambil
dari ruas tersebut.
c)
sama dengan atau lebih besar dari tebal nominal rancangan yang
ditentukan dalam Gambar Rencana.
d)
Bilamana campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis, seluruh
tebal campuran aspal tidak boleh kurang dari toleransi masing-masing
yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.1(1) dan tebal nominal rancangan yang
disyaratkan dalam Gambar Rencana.
Tabel 6.3.1.(1) Tebal Nominal rancangan Campuran Aspal dan Toleransi
Jenis Campuran
Simbol
Tebal Nominal
Tolerans
Minimum (cm)
i
Tebal
(mm)
Latasir Kelas A
Latasir Kelas B
Lataston
Lapis
Lapis
Laston
Lapis
Lapis
Lapis
e)
Untuk semua
Aus
Pondasi
Aus
Antara
Pondasi
jenis campuran,
SS-A
SS-B
HRS-WC
HRS-Base
AC-WC
AC-BC
AC-Base
berat
aktual
1,5
2,0
3,0
3,5
4,0
5,0
6,0
+2,0
+3,0
+3,0
+4,0
+5,0
campuran aspal
yang
ii)
iii)
kepadatan
campuran
aspal
yang
dicapai
di
lapangan.
iv)
benda
uji
inti
(core),
untuk
survei
geometrik
Kerataan Melintang
Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang
diletakkan tepat di atas permukaan jalan tidak boleh melampaui 5
mm untuk lapis aus dan lapis antara atau 10 mm untuk lapis
pondasi. Perbedaan setiap dua titik pada setiap penampang
melintang tidak boleh melampaui 5 mm dari elevasi yang dihitung
dari penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana.
ii)
Kerataan Memanjang
Setiap ketidakrataan individu bila diukur dengan mistar lurus
sepanjang 3 m yang diletakkan sejajar dengan sumbu jalan tidak
boleh melampaui 5 mm.
g)
Bilamana
campuran aspal
digunakan
Standar Rujukan
SNI 03-2417-1991
SNI 03-4142-1996
SNI 03-1968-1990
: Metode
Pengujian
Tentang
Analisis
Saringan
: Metode
Pengujian
Agregat
Halus
Atau
Pasir
: Metode
Pengujian Gumpalan
Lempung
Dan
SNI 03-1970-1990
SNI-06-2439-1991
SNI 06-2456-1991
: Metoda
Pengujian
Penetrasi
Bahan-bahan
Bitumen
SNI 06-2434-1991
SNI 06-2432-1991
SNI 06-2433-1991
SNI 06-2441-1991
SNI 06-2440-1991
SNI 06-2490-1991
SNI 03-3426-1994
: Survai
Kerataan
Permukaan
Perkerasan
Jalan
SNI 06-6890-2002
SNI 03-3640-1994
SNI 03-6894-2002
SNI 03-6411-2000
SNI-06-2489-1991
: Pengujian
Campuran
Beraspal
Dengan
Alat
Marshall
AASHTO T44-90
AASHTO T166-1988
AASHTO T168-82
AASHTO T209-1990
AASHTO T245 90
AASHTO T165 86
AASHTO M17 77
AASHTO M29 90
AASHTO TP-33
AASHTO T283-89
AASHTO T301-95
PT. Maha Charisma Adiguna
ASTM E 102-93
ASTM C-1252-1993
ASTM D5581
BS 598 Part 104 (1989) The Compaction Procedure Used in the Percentage
Refusal Density Test.
6)
a)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
di alat
j)
dan dimensi
7)
8)
oleh
Direksi
Pekerjaan.
Perbaikan
dapat
meliputi
9)
dan dipadatkan
hingga kepadatan
serta kerataan
Lapisan Perata
Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, maka setiap jenis campuran dapat
digunakan sebagai lapisan perata. Semua ketentuan dari Spesifikasi ini
harus berlaku kecuali :
a)
b)
BAHAN
1)
Agregat - Umum
a)
b)
c)
d)
Dalam
pemilihan
sumber
agregat,
Kontraktor
dianggap
sudah
f)
Berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda
lebih dari 0,2.
2)
Agregat Kasar
a)
b)
Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah dan disiapkan dalam ukuran
nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan. Ukuran
maksimum (maximum size) agregat adalah satu ayakan yang lebih besar
dari ukuran nominal maksimum (nominal maximum size). Ukuran nominal
maksimum adalah satu ayakan yang lebih kecil dari ayakan pertama
(teratas) dengan bahan tertahan kurang dari 10 %.
c)
d)
Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.
Standar
SNI 03-3407-1994
Nilai
Maks.12 %
SNI 03-2417-1991
Maks. 40
Angeles
Kelekatan agregat terhadap
SNI 03-2439-1991
%
Min. 95 %
terhadap
larutan
natrium
aspal
DoTs
95/90
Pennsylvania
Test Method,
80/75
PTM No.621
lolos
Saringan
BS. 812
Maks. 25
ASTM D-4791
%
Maks. 10
SNI 03-4142-1996
%
Maks. 1 %
No.200
Catatan :
80/75 menunjukkan bahwa 80 % agregat kasar mempunyai muka bidang
pecah satu atau lebih dan 75 % agregat kasar mmepunyai muka bidang
pecah dua atau lebih.
e)
f)
3)
a)
Agregat Halus
Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau
hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan
No.8 (2,36 mm).
b)
Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah
dari agregat kasar.
c)
d)
Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus
harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu dalam Pasal
6.3.2.(1). Agar dapat memenuhi ketentuan Pasal ini batu pecah halus
harus diproduksi dari batu yang bersih. Bahan halus dari pemasok
pemecah batu (crusher feed) harus diayak dan ditempatkan tersendiri
sebagai bahan yang tak terpakai (kulit batu) sebelum proses pemecahan
kedua (secondary crushing).
e)
Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok
ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung
dingin (cold bin feeds) yang terpisah sedemikian rupa sehingga rasio
agregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol dengan baik.
f)
Pengujian
Nilai Setara Pasir
Material Lolos Saringan No. 200
4)
a)
Standar
SNI 03-4428-1997
SNI 03-4428-1997
Nilai
Min. 50 %
Maks. 8 %
b)
Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalangumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SK SNI M-02-1994-03
harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak
kurang dari 75 % terhadap beratnya.
c)
5)
37,5
25
19
12,5
3/8
9,5
No.8
2,36
Latasir (SS)
Kelas
Kelas
100
1,18
0,600
0,075
BC
Base
100
90 - 100
Maks.90
100
100
100
90 -
90 -
90 -
100
Maks.9
100
75 - 85
100
65 -
100
Maks.9
75 -
50 -
100
35 -
0
28 - 58
23 - 39
19 - 45
100
72
8 - 13
35 - 60
6 - 12
4 - 10
4-8
3-7
100
90 -
10 - 15
WC
100
90 -
100
No.16
No.30
No.20
Base
55
15 - 35
2-9
0
DAERAH LARANGAN
No.4
No.8
4,75
2,36
39,1
34,6
39,5
26,8 -
No.16
1,18
25,6 -
22,3 -
30,8
18,1 -
No.30
0,600
31,6
19,1 -
28,3
16,7 -
24,1
13,6 -
No.50
0,300
23,1
15,5
20,7
13,7
17,6
11,4
Catatan :
1.
2.
40
50
60
70
% lolos No.30
Paling sedikit
Paling
Paling
Paling
32
sedikit 40
sedikit 48
sedikit 56
6)
a)
Bahan aspal yang dapat digunakan terdiri atas jenis Aspal Keras Pen 60,
Aspal Polimer, Aspal dimodifikasi dengan Asbuton dan Aspal Multigrade
yang memenuhi persyaratan pada Tabel 6.3.2.(5), Tabel 6.3.2.(6), Tabel
6.3.2.(7) dan Tabel 6.3.2.(8), dan campuran yang dihasilkan memenuhi
ketentuan campuran beraspal yang diberikan pada salah satu Tabel
6.3.3(1a) sampai dengan Tabel 6.3.3(1d) sesuai dengan jenis campuran
yang ditetapkan dalam Gambar Rencana atau petunjuk Direksi Teknik.
Pengambilan contoh bahan aspal harus dilaksanakan sesuai dengan SNI
06-6890-2002. Pengambilan contoh bahan aspal dari tiap truk tangki
harus dilaksanakan pada bagian atas, tengah dan bawah. Contoh pertama
yang diambil harus langsung diuji di laboratorium lapangan untuk
memperoleh nilai penetrasi dan titik lembek. Bahan aspal di dalam truk
tangki tidak boleh dialirkan ke dalam tangki penyimpan sebelum hasil
pengujian contoh pertama tersebut memenuhi ketentuan dari Spesifikasi
ini. Bilamana hasil pengujian contoh pertama tersebut lolos pengujian,
tidak berarti bahan aspal dari truk tangki yang bersangkutan diterima
secara final kecuali bahan aspal dari contoh yang mewakili telah
memenuhi semua sifat-sifat bahan aspal
yang disyaratkan
dalam
Spesifikasi ini
Jenis Pengujian
Metode
Persyaratan
60 79
mm
2.
Titik Lembek; C
SNI 06-2434-1991
48 58
3.
Titik Nyala; C
SNI 06-2433-1991
Min. 200
4.
Daktilitas, 25 C; cm
SNI 06-2432-1991
Min. 100
5.
Berat jenis
SNI 06-2441-1991
Min. 1,0
6.
Min. 99
berat
7.
Max. 0,8
berat
8.
Min. 54
% asli
9.
10.
% asli
Uji bintik (spot Tes)
AASHTO T. 102
Min. 50
Negatif
- Standar Naptha
- Naptha Xylene
- Hephtane Xylene
Catatan Penggunaan pengujian spot tes adalah pilihan (optional).
:
Jenis Pengujian
Metode
Persyaratan
1.
SNI 06-2456-1991
50 80
SNI 06-2434-1991
Min. 54
mm
2.
Titik Lembek; C
3.
Titik Nyala; C
SNI 06-2433-1991
Min. 225
4.
Daktilitas, 25 C; cm
SNI 06-2432-1991
Min. 50
5.
Berat jenis
SNI 06-2441-1991
Min. 1,0
6.
SNI 06-6721-2002
300-2000
7.
8.
SNI 06-2434-1991
Maks. 2
SNI 06-2438-1991
Min. 99
TFOT);
SNI 06-2440-1991
Max. 1,0
SNI 06-2456-1991
Maks. 40
SNI 06-2434-1991
Maks. 6,5
berat
9.
Penurunan
Berat
(dengan
berat
10
asli
11
Perbedaan
Titik
Lembek
setelah
TFOT; % asli
12
Min. 30
Jenis Pengujian
Metode
Persyaratan
SNI 06-2456-1991
40 55
SNI 06-2434-1991
Min. 55
SNI 06-2433-1991
Min. 225
mm
2.
3.
Titik Lembek; C
Titik Nyala; C
4.
Daktilitas, 25 C; cm
SNI 06-2432-1991
Min. 50
5.
Berat jenis
SNI 06-2441-1991
Min. 1,0
6.
SNI 06-2438-1991
Min. 90
SNI 06-2440-1991
Max. 2
SNI 06-2456-1991
Min. 55
SNI 06-2432-1991
Min. 50
SNI 03-19681990
Min.90
berat
7.
8.
9.
10
Mineral Lolos Saringan No. 100; % *
Catatan : * Hasil Ekstraksi
Jenis Pengujian
Metode
Persyaratan
1.
SNI 06-2456-1991
50 70
SNI 06-2434-1991
Min 55
SNI 06-2433-1991
Min. 225
mm
2.
3.
Titik Lembek; C
Titik Nyala; C
4.
Daktilitas, 25 C; cm
SNI 06-2432-1991
Min. 100
5.
Berat jenis
SNI 06-2441-1991
Min. 1,0
6.
SNI 06-2438-1991
Min. 99
SNI 06-2440-1991
Max. 0,8
berat
7.
8.
Min. 60
asli
9.
SNI 06-2432-1991
Min. 50
asli
b)
Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI 036894-2002. Setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mencapai
Bahan Aditif
Bahan aditif untuk aspal
Aditif kelekatan dan anti pengelupasan harus ditambahkan kedalam
bahan aspal bilamana diperintahkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Jenis aditif yang digunakan haruslah yang disetujui Direksi Pekerjaan dan
persentase aditif yang diperlukan harus dicampur ke dalam bahan aspal
serta waktu pencampurannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatnya.
b)
Metoda Pengujian
Tipe 5/20
Tipe
Kadar aspal; %
Ukuran butir maksimum;
SNI 03-3640-1994
SNI 03-1968-1990
18 - 22
1,18
20/25
23 - 27
1,18
mm
Kadar air; %
Penetrasi aspal aspal alam
SNI 06-2490-1991
SNI 06-2456-1991
Mak 2
< 10
Mak 2
19 22
8)
Sumber Pasokan
Persetujuan sumber pemasokan agregat, aspal dan bahan pengisi (filler)
harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjan sebelum pengiriman
bahan. Setiap jenis bahan harus diserahkan, seperti yang diperintahkan
Direksi Pekerjaan, paling sedikit 60 hari sebelum usulan dimulainya
pekerjaan pengaspalan.
3.
CAMPURAN
1)
2)
3)
a)
b)
diminta oleh
Direksi
Pekerjaan.
Contoh agregat diambil dari penampung panas (hot bin) untuk pencampur
jenis takaran berat (weight batching plant) maupun pencampur dengan
pemasok menerus (continous feed plant) yang mempunyai penampung
panas
Untuk
pencampur
dengan
pemasok
menerus
yang
tidak
Campuran
Aspal
(mendekati
batas
Beton
(AC)
titik-titik
dapat
kontrol
dibuat
atas),
bergradasi
tetapi
halus
akan
sulit
rancangan
dan
pemadatan
Marshall
sampai
membal
%, satu yang 6 % dan dua yang di bawah 6 %). Ukur berat isi benda
uji dan/atau hitung kepadatan pada rongga udara nol.
Gambarkanlah batas-batas yang disyaratkan dalam grafik untuk
setiap parameter yang terdaftar dalam Tabel 6.3.3.(1), dan tentukan
rentang kadar aspal yang memenuhi semua ketentuan dalam
Spesifikasi. Gambarkan rentang ini dalam skala balok seperti yang
ditunjukkan dalam Lampiran 6.3.F. Rancangan kadar aspal umumnya
mendekati tengah-tengah rentang kadar aspal yang memenuhi
semua parameter yang disyaratkan.
Suatu campuran yang cocok harus memenuhi semua kriteria dalam
Tabel 6.3.3.(1) dengan Suatu Rentang Kadar Aspal Praktis. Rentang
kadar aspal untuk campuran aspal yang memenuhi semua kriteria
rancangan harus mendekati (atau lebih besar dari) satu persen.
Rentang kadar aspal ini dimaksudkan untuk mengakomodir fluktuasi
yang sesungguhnya dalam produksi campuran aspal.
iii)
e)
Petunjuk Khusus
i)
sumber
pasir
yang
memadai.
Gunakan
pasir
yang
ii)
Lataston (HRS)
Semua campuran bergradasi senjang akan menggunakan suatu
campuran agregat kasar dan halus. Biasanya dua ukuran untuk
agregat kasar dan juga dua ukuran untuk agregat halus dimana salah
satunya adalah pasir bergradasi halus. Perhatikan ketentuan batasbatas bahan bergradasi senjang yaitu bahan yang lolos ayakan 2,36
mm tetapi tertahan ayakan 0,600 mm. Buatlah campuran yang
mempunyai rongga dalam campuran pada kepadatan membal
(refusal) sebesar 2%. Lihat Tabel 6.3.3.(1.b.).
iii)
Campuran Laston
Buatlah campuran dengan rongga dalam campuran pada kepadatan
membal (refusal) sebesar 2,5. Lihat Tabel 6.3.3.(1.c.) dan
6.3.3.(1.d.).
Tabel
Min.
Maks.
Min.
Latasir
Kelas A & B
2,0
50
3,0
6,0
20
Min.
75
Min.
200
Min.
Maks.
Min.
2
3
80
Min.
75
Sifat-sifat Campuran
Penyerapan aspal (%)
Jumlah tumbukan per bidang
Rongga dalam campuran (%)
Maks.
(3)
Min.
Maks.
Min.
Min.
Min.
Min.
Min.
Lataston
WC
BC
1,7
75
3,0
6,0
18
17
68
800
3
250
Min.
75
Min.
Sifat-sifat Campuran
Penyerapan aspal (%)
Jumlah tumbukan per bidang
Rongga dalam campuran (%)
Maks.
(3)
Laston
BC
1,2
WC
Maks.
75
(3)
Min.
Maks.
Base
112
3,5
5,5
(1)
Min.
Min.
Min.
Maks.
Min.
Min.
15
65
14
63
800
3
250
Min.
75
Min.
2,5
13
60
1500 (1)
5 (1)
300
Laston (AC)
BC
Base
Mod
Mod
1,7
75
112 (1)
3,5
5,5
15
14
13
65
63
60
1000
1800 (1)
3
5 (1)
300
350
WC
Mod
Maks.
(3)
Min.
Maks.
Min.
Min.
Min.
Maks.
Min.
Maks.
Min.
Min.
75
Min.
2,5
Min.
2500
Catatan :
1)
2)
Untuk
bergetar
menentukan
(vibratory
menghindari
pecahnya
disarankan
agregat
digunakan
dalam
untuk
campuran.
Jika
3)
4)
4)
b)
Sumber-sumber agregat.
c)
f)
pengaduk.
Kontraktor harus menyediakan data dan grafik campuran percobaan
laboratorium untuk menunjukkan bahwa campuran memenuhi semua
kriteria dalam Tabel 6.3.3.(1). Sifat-sifat benda uji yang sudah dipadatkan
harus dihitung menggunakan metode dan rumus yang ditunjukkan dalam
Asphalt Institute MS-2 (1994), atau Petunjuk Rancangan Campuran Aspal,
Puslitbang Jalan (1999).
Dalam tujuh hari Direksi Pekerjaan akan :
a)
b)
Kontraktor
rancangannya atau
untuk
memodifikasi
sebagian
rumus
yang
memenuhi
ketentuan
akan
menjadikan
rancangan
tersebut
gagal
memenuhi
Spesifikasi
pada
salah
satu
sebagai
Rumus
Perbandingan
Campuran
(JMF)
sebelum
Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap penghamparan
percobaan. Contoh campuran aspal dapat diambil dari instalasi pencampur
aspal atau dari truk di AMP, dan dibawa ke laboratorium dalam kotak yang
terbungkus rapi. Benda uji Marshall harus dicetak dan dipadatkan
pada
b)
Setiap
batas-batas
yang
diperoleh
dari
Rumus
Perbandingan
Kadar aspal
Toleransi
0,3 % berat total campuran
Kadar aspal
Temperatur Campuran
Bahan meninggalkan AMP dan dikirim
tempat penghamparan
PT. Maha Charisma Adiguna
ke
Toleransi
10 C
c)
perubahan
yang
konsisten
dan
sangat
berarti
atau
perbedaan yang tidak dapat diterima atau jika sumber setiap bahan
berubah, maka suatu Rumus Perbandingan Campuran (JMF) baru harus
diserahkan dengan cara seperti yang disebut di atas dan atas biaya
Kontraktor
sendiri
untuk
disetujui,
sebelum
campuran
aspal
baru
dihampar di lapangan.
d)
1)
Umum
Instalasi pencampur aspal dapat berupa pusat pencampuran dengan
sistem penakaran (batching) atau sistem menerus (continuous), harus
memiliki kapasitas yang cukup untuk memasok mesin penghampar secara
terus menerus bilamana menghampar campuran pada kecepatan normal
dan
ketebalan
yang
dikehendaki.
Instalasi
ini
harus
dirancang,
dan
disetujui
oleh
Direksi
Pekerjaan
sehingga
tidak
a)
b)
c)
d)
disetujuipun
ketepatannya
dapat
tetap
akan
selalu
diperiksa
dijamin.
berulang
Kontraktor
kali
harus
sehingga
senantiasa
4)
Bukaan
pintu
dan
pengatur
kecepatan
untuk
setiap
6)
Ayakan
Ayakan harus mampu mengayak seluruh agregat sampai ukuran dan
proporsi yang disyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit di atas
kapasitas
penuh
alat
pencampur.
Ayakan
harus
memiliki
efisiensi
berukuran
terlampau
besar
(oversize)
atau
terlampau
kecil
(undersize).
Maksud dari Pasal ini adalah :
a) Ukuran nominal
ukuran anyaman kawat dari ayakan, sebelum ayakan ini agregat dapat
lolos masuk ke penampung panas (sebenarnya agregat juga dapat
lolos melewati ayakan ini).
Agregat yang terlalu besar (oversize), dalam penampung panas,
secara tidak langsung mengauskan atau merusak ayakan. Agregat
yang
terlalu
kecil
(undersize)
secara
tidak
langsung
dapat
bila
dioperasikan
dengan
kapasitas
penuh.
Jumlah
a)
Perlengkapan pengendali
Untuk
instalasi
pencampuran
sistem
penakaran
(batching
plant),
Termometer berlapis baja yang dapat dibaca dari 100 C sampai 200
C harus dipasang di tempat mengalirnya pasokan aspal dekat katup
penge-luaran (discharge) pada alat pencampur.
b)
10)
dibuat
sedemikian
mengembalikan secara
rupa
merata
agar
ke
dapat
elevator,
membuang
atau
12)
13)
sebaliknya. Semua roda gigi, roda beralur (pulley), rantai, rantai gigi
PT. Maha Charisma Adiguna
Lorong yang cukup lebar dan tidak terhalang harus disediakan di dan
sekitar tempat pengisian muatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga
agar bebas dari benda yang jatuh dari landasan (platform) alat
pencampur.
14)
Ketentuan
Khusus
Untuk
Instalasi
Pencampuran
Sistem
Penakaran
(Batching Plant)
a)
setiap
batang
penahan
dan
batang
kolom
atau
dalam
keadaan
kosong
sehingga
tidak
terdapat
b)
sedemikian
rupa
agar
memudahkan
pemeriksaan
visual
pembukaan
pintu
kotak
timbangan
dan
waktu
dimulainya
meng- hasilkan campuran yang benar dan seragam. Ruang bebas antara
pisau-pisau (blades) dengan bagian yang tidak bergerak maupun yang
bergerak harus tidak melebihi 2 cm, kecuali bilamana ukuran nominal
maksimum agregat yang digunakan lebih besar dari 25 mm. Bilamana
digunakan agregat yang memiliki ukuran nominal maksimum lebih besar
dari 25 mm, maka ruang bebas ini harus disetel sedemikian rupa agar
agregat kasar tidak pecah selama proses pencampuran.
15)
Ketentuan
Khusus
Untuk
Instalasi
Pencampuran
Sistem
Menerus
a)
(bin)
baik
dengan
penimbangan
maupun
dengan
pengukuran volume.
Unit ini harus mempunyai sebuah pemasok (feeder) yang dipasang di
bawah penampung (bin). Masing-masing penampung (bin) harus
memiliki pintu bukaan yang dapat disetel untuk menyesuaikan
volume
bahan
yang
keluar
dari
masing-masing
lubang
pintu
pintunya. Benda uji harus mudah diperoleh dengan berat tidak kurang
dari 50 kg. Sebuah timbangan datar yang akurat dengan kapasitas
150 kg atau lebih harus disediakan.
c)
d)
yang
seragam
dan
memenuhi
toleransi
rumus
ketinggian
sekat
dan
grafik
yang
disediakan
pabrik
waktu
pencampuran
harus
dengan
metode
berat,
kg
-----------------------------------------------------
detik)
Produksi Alat Pencampur dalam kg /
detik
e)
Penampung (Hopper)
Alat pencampur harus dilengkapi dengan sebuah penampung pada
bagian pengeluaran, dengan ukuran serta rancangan yang tidak
akan mengakibatkan terjadinya segregasi. Setiap elevator yang
digunakan untuk memuat campuran aspal ke dalam bak truk harus
memiliki penampung yang memenuhi ketentuan.
16)
Peralatan Pengangkut
a)
dalam
truk.
Tiap
muatan
harus
ditutup
dengan
yang
tidak
semestinya,
atas
perintah
Direksi
d)
yang
sering
permukaan
berhenti
yang
dan
tidak
berjalan
rata
lagi
akan
sehingga
tidak
dihentikan,
maka
Direksi
Pekerjaan
akan
mengijinkan
b)
kecepatan
jalan
mundur
seperti
halnya
maju.
d)
je-nis
penumbuk
(tamper)
maupun
jenis
vibrasi
dan
kerataan
atau
tekstur
yang
disyaratkan,
tanpa
Bilamana
selama
pelaksanaan,
hasil
hamparan
peralatan
Peralatan Pemadat
a)
Setiap alat penghampar harus disertai dua alat pemadat roda baja
(steel wheel roller) dan satu alat pemadat roda karet. Semua alat
pemadat harus mempunyai tenaga penggerak sendiri.
b)
Alat pemadat roda karet harus dari jenis yang disetujui dan memiliki
tidak kurang dari sembilan roda yang permukaannya halus dengan
ukuran yang sama dan mampu dioperasikan pada tekanan ban
pompa 6,0 - 6,5 kg/cm 2 (85 - 90 psi). Roda-roda harus berjarak sama
satu sama lain pada kedua sumbu dan diatur sedemikian rupa
sehingga tengah-tengah roda pada sumbu yang satu terletak di
antara roda-roda pada sumbu yang lainnya secara tumpang-tindih
(overlap). Setiap roda harus dipertahankan tekanan pompanya pada
tekanan operasi yang disyaratkan sehingga selisih tekanan pompa
antara dua roda tidak melebihi 0,350 kg/cm 2 (5 psi). Suatu perangkat
pengukur tekanan ban harus disediakan untuk memeriksa dan
Alat pemadat roda baja yang bermesin sendiri dapat dibagi atas tiga
jenis :
Dalam
penghamparan
percobaan,
Kontraktor
harus
dapat
5.
1)
Kemajuan Pekerjaan
Campuran aspal tidak boleh diproduksi bilamana tidak cukup tersedia
peralatan
pengangkutan,
penghamparan
atau
pembentukan,
atau
mencegah
terjadinya
pemanasan
setempat
dan
mampu
Penyiapan Agregat
a)
harus
diatur
secara
tepat
agar
dapat
mencegah
c)
Penyiapan Pencampuran
a)
sesudahnya,
sebagaimana
ditetapkan
oleh
Direksi
harus
ditentukan
dengan
pengujian
derajad
b)
temperatur
pencam-puran
melampaui
temperatur
temperatur
campuran
tertentu
sehingga
memenuhi
6.3.5.(1).
Tabel 6.3.5.(1)
No.
VISKOSITAS ASPAL
PROSEDUR PELAKSANAAN
(PA.S)
0,2
0,4
Menuangkan
campuran
aspal
tidak diperlukan
dari
0,2 - 0,5
alat
0,5 - 1,0
0,5 - 1,0
2 - 20
< 20
1-2
100.0
Viscositas (Pa.s)
10.0
RENTANG
TEMPERATUR
PEMADATAN
HANYA CONTOH
1.0
RENTANG TEM
E
ATUR PENCAMURAN
0.1
70
80
90
100 110 120 130 140 150 160 170 180 185 190 200
Temperatur (oC)
C sampai
dengan 25 oC.
b)
neto. Muatan campuran aspal tidak boleh dikirim terlalu sore agar
penghamparan dan pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih
terang terkecuali tersedia penerangan yang dapat diterima oleh
Direksi Pekerjaan.
6.
1)
PENGHAMPARAN CAMPURAN
Menyiapkan Permukaan Yang Akan Dilapisi
a)
2)
Acuan Tepi
Balok kayu atau acuan lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan
garis dan serta ketinggian yang diperlukan oleh tepi-tepi lokasi yang akan
dihampar.
3)
dengan
kelandaian,
elevasi,
serta
bentuk
penampang
c)
d)
Penampung
alat
penghampar
tidak
boleh
dikosongkan,
tetapi
menyebabkan
retak
permukaan,
koyakan,
atau
bentuk
mungkin harus
g)
h)
harus
dilakukan
sedemikian
rupa
sehingga
yang
bersebelahan
pada
setiap
hari
produksi
dibuat
seminimal mungkin.
4)
Pemadatan
a)
b)
c)
Setiap
d)
Pertama-tama
pemadatan
harus
dilakukan
pada
sambungan
awal harus
f)
dari lebar
tidak
mengakibatkan
bergesernya
campuran
panas
boleh
k)
yang
terkontaminasi,
selanjutnya
semua
biaya
segregasi
permukaan
yang
keropos
harus
diperbaiki
Sambungan
a)
b)
7.
1)
b)
i)
ii)
2)
Ketentuan Kepadatan
a)
b)
c)
Kontraktor
dianggap
telah
memenuhi
kewajibannya
dalam
1,08
maka
benda
uji
inti
tersebut
harus
dibuang
dan
Kepadatan yg.
disyaratkan (%
JSD)
98
3-4
5
6
3-4
5
6
98,1
98,3
98,5
97,1
97,3
97,5
97
3)
Nilai minimum
seti-ap
pengujian
tunggal (% JSD)
95
94,9
94,8
94
93,9
93,8
b)
Pengendalian Proses
Frekwensi minimum pengujian yang diperlukan dari Kontraktor untuk
maksud pengendalian proses harus seperti yang ditunjukkan dalam
Tabel 6.3.7.(2) di bawah ini atau sampai dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan.
Contoh yang diambil dari penghamparan campuran aspal setiap hari
harus dengan cara yang diuraikan di atas dan dengan frekuensi yang
diperintahkan dalam Pasal 6.3.7.(3) dan 6.3.7.(4).
Enam cetakan
Marshall harus dibuat dari setiap contoh. Benda uji harus dipadatkan
pada temperatur yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.5.(1) dan dalam
jumlah tumbukan yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(1).
Kepadatan
benda uji rata-rata (Gmb) dari semua cetakan Marshall yang dibuat
setiap hari akan menjadi Kepadatan Marshall Harian.
Direksi Pekerjaan harus memerintahkan Kontraktor untuk mengulangi
proses
campuran
rancangan
dengan
biaya
Kontraktor
sendiri
Frekwensi pengujian
dari jumlah drum
Setiap tangki aspal
Setiap 5.000 m3
Setiap 1.000 m3
Setiap 250 m3 (min. 2
pengujian per hari)
Setiap 250 m3
Campuran :
Suhu di AMP dan suhu saat sampai di lapangan
-
c)
dan
pengujian
rutin
harus
dilaksanakan
oleh
termasuk
ke
dalam
harga
satuan
Kontraktor
untuk
harus
diserahkan
kepada
Direksi
Pekerjaan
tanpa
keterlambatan.
b)
ii)
iv)
Kepadatan
persentase
v)
vi)
vii)
viii)
Kadar aspal
yang
terserap
oleh
agregat, yang
dihitung
8.
1)
Pengukuran Pekerjaan
a)
Untuk bahan lapisan permukaan (misalnya SS, HRS-WC, ACWC dan AC-WC Mod) jumlah per meter persegi dari bahan yang
dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian
dari panjang ruas yang diukur dan lebar yang diterima.
ii)
Untuk bahan lapisan perkuatan (misalnya HRS-Base, AC-BC, ACBC Mod. AC-Base, dan AC-Base Mod) jumlah meter kubik dari
bahan yang telah dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai
hasil perkalian luas lokasi dan tebal yang diterima .
b)
c)
muatan
di
rumah
timbang
dibagi
dengan
luas
tebal campuran
aspal yang diukur untuk pembayaran tidak boleh lebih besar dari
tebal nominal rancangan yang ditunjukkan dalam Tabel 6.3.1.(1) di
atas atau tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar Rencana.
Direksi Pekerjaan dapat menyetujui atau menerima suatu ketebalan
yang kurang berdasarkan pertimbangan teknis atau suatu ketebalan
lebih untuk lapis perata seperti yang diijinkan menurut Pasal 6.3.8.
(1).(c) dari Spesifikasi ini maka pembayaran campuran aspal akan
dihitung berdasarkan luas atau volume hamparan yang dikoreksi
menurut butir (h) di bawah dengan menggunakan faktor koreksi
berikut ini :
Ct
diterima
---------------------------------Tebal nominal
rancangan
bila
campuran
aspal
tersebut
dihampar
di
atas
g)
dibuat
untuk
kadar
aspal
yang
melampaui
nilai
yang
h)
i)
atau
kuantitas
tambahan
yang
diper-lukan
untuk
perbaikan tersebut.
j)
2)
Dasar Pembayaran
Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar menurut
Harga Kontrak per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang
ditunjukkan di bawah ini dan dalam Daftar Kuantintas dan Harga, dimana
harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh
untuk mengadakan dan memproduksi dan mencampur serta menghampar
semua bahan, termasuk semua pekerja, peralatan, pengujian, perkakas
dan pelengkapan lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
yang diuraikan dalam Seksi ini
Nomor
Mata
Satuan
Uraian
Pengukuran
Pembayara
n
6.3.(1)
Latasir
Kelas A (SS-A)
PT. Maha
Charisma
Adiguna
Meter Persegi
6.3.(2)
Meter Persegi
6.3.(3)
6.3.(3a)
Meter Persegi
Ton
6.3.(4)
6.3.(4a)
6.3.(5a)
6.3.(5b)
6.3.(5c)
6.3.(5d)
Laston
Laston
Laston
Laston
6.3.(6a)
6.3.(6b)
6.3.(6c)
6.3.(6d)
Lapis
Lapis
Lapis
Lapis
Aus
Aus
Aus
Aus
(AC-WC)
(AC-WC) Modifikasi
(AC-WC) Leveling
(AC-WC) Modifikasi Leveling
Meter Kubik
Ton
Meter Persegi
Meter Persegi
Ton
Ton
Meter Kubik
Meter Kubik
Ton
Ton
Leveling
6.3.(7a)
6.3.(7b)
6.3.(7c)
6.3.(7d)
Laston
Laston
Laston
Laston
Meter Kubik
Meter Kubik
Ton
Ton
Leveling
6.5.4 BETON
1.
UMUM
1)
Uraian
a)
b)
diperintahkan
oleh
Direksi
Pekerjaan.
Beton
yang
K300
K250
K175
bawah.
digunakan untuk struktur beton tanpa tulangan seperti
trotoar dan pasangan batu kosong yang diisi adukan,
pasangan batu.
sebagai pengisi pondasi sumuran.
digunakan sebagai lantai kerja,
penimbunan
kembali
dengan beton.
Syarat dari PBI NI-2 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua
pekerjaan beton yang dilaksanakan dalam Kontrak ini, kecuali bila
terdapat pertentangan dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, dalam
hal ini ketentuan dalam Spesi-fikasi ini yang harus dipakai.
2)
3)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Seksi 1.8
Seksi 1.9
Seksi 2.2
Seksi 2.3
Seksi 2.4
Seksi 3.1
Seksi 3.2
Seksi 7.3
Seksi 7.8
j)
4)
Pembongkaran Struktur
: Seksi 7.15
Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja
serta hasil akhir harus dipantau dan dikendalikan seperti yang disyaratkan
dalam Standar Rujukan dalam Pasal 7.1.1.(6) di bawah ini.
5)
a)
Toleransi
Toleransi Dimensi
+ 5 mm
+ 15 mm
kepala jembatan
- 0 dan + 10
mm
b)
Toleransi Bentuk :
10 mm
12 mm
15 mm
20 mm
c)
10 mm
10 mm
20 mm
d)
e)
10 mm
10 mm
f)
g)
0 dan + 5 mm
Selimut beton 3 cm - 5 cm
- 0 dan + 10
Selimut beton 5 cm - 10 cm
mm
10 mm
6)
Standar Rujukan
:
M85
Semen Portland.
75)
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
PBI 1971
:
SK SNI M-02-1994- :
03
Lapangan.
Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat
Angeles.
Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat Ter-
(AASHTO
T104
86)
SK SNI M-01-1994- :
03
(AASHTO
T112
87)
SNI 03-2493-1991
(AASHTO
T126
:
-
90)
SNI 03-2458-1991
(AASHTO
84)
T141
:
-
AASHTO :
AASHTO T26 - 79
7)
b)
c)
d)
Kontraktor
harus
mengirim
Gambar
detil
untuk
seluruh
8)
9)
b)
c)
Tidak diijinkan oleh Direksi Pekerjaan, selama turun hujan atau bila
udara penuh debu atau tercemar.
10)
i)
ii)
iii)
b)
c)
BAHAN
1)
Semen
a)
b)
2)
Air
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak,
garam, asam, basa, gula atau organik. Air akan diuji sesuai dengan; dan
harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang diketahui dapat
diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan
atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat
dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan
mortar semen + pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan
memakai air suling atau minum. Air yang diusulkan dapat digunakan
bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28
hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling atau minum pada
periode perawatan yang sama.
3)
Halus
-
3/4
1/2
3/8
No.4
No.8
No.16
No.50
No.100
b)
19
12,7
9,5
4,75
2,36
1,18
0,300
0,150
100
95 - 100
45 - 80
10 - 30
2 - 10
35 - 70
10 - 30
0-5
-
25 - 60
0 -10
0-5
-
90 - 100
20 - 55
0 - 10
0-5
-
100
90 - 100
40 - 70
0 - 15
0-5
-
4)
Sifat-sifat Agregat
a)
b)
Agregat
harus
bebas
dari
bahan
organik
seperti
yang
Metode Pengujian
SNI 03-2417-1991
Agregat
Halus
Kasar
40 %
Natrium
Sulfat
atau
SNI 03-3407-
10 %
12 %
SK SNI M-01-1994-
0,5 %
0,25 %
3%
1%
1994
03
SK SNI
1994-03
M-02-
5)
3.
1)
Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan
metode yang disyaratkan dalam PBI dan sesuai dengan batas-batas yang
diberikan dalam Tabel 7.1.3.(1).
2)
Campuran Percobaan
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang
diusulkan dengan membuat dan menguji campuran percobaan, dengan
disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi dan
peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi ketentuan
sifat-sifat campuran yang disyaratkan dalam Pasal 7.1.3.(3) di bawah.
Tabel 7.1.3.(1) Batasan Proporsi Takaran Campuran
Mutu Beton
K600
K500
37
25
19
37
25
19
37
25
19
37
25
19
-
K400
K350
K300
K250
K175
K125
3)
Seluruh
beton
yang
digunakan
dalam
pekerjaan
harus
SNI
03-2493-1991
(AASHTO
T126),
SNI
03-2458-1991
(AASHTO T141).
Tabel 7.1.3 (2) Ketentuan Sifat Campuran
Mutu Beton
K600
K500
K400
K350
K300
K250
K225
K175
K125
b)
7 hari
390
325
285
250
215
180
150
115
80
28 hari
600
500
400
350
300
250
225
175
125
Silinder
15cm x 30 cm
7 hari 28 hari
325
500
260
400
240
330
210
290
180
250
150
210
125
190
95
145
70
105
SLUMP (mm)
Digetark
Tidak
an
Digetarka
n
20 - 50
20 - 50
20 - 50
20 - 50
20 - 50
20 - 50
20 - 50
30 - 60
20 - 50
50
50
50
50
50
50
- 100
- 100
- 100
- 100
- 100
- 100
Kelecakan
bahwa
produksi
beton
memenuhi
ketentuan
yang
e)
Perbaikan
atas
pekerjaan
beton
yang
tidak
memenuhi
4)
Penyesuaian Campuran
a)
Penyesuaian Kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau
disetujui, kadar semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.
c)
5)
Penakaran Agregat
a)
b)
6)
Pencampuran
a)
b)
c)
d)
Waktu
pencampuran
harus
diukur
pada
saat
air
mulai
PELAKSANAAN PENGECORAN
1)
pelaksanaan
pekerjaan
beton
yang
baru.
d)
e)
f)
Direksi
Pekerjaan
akan
memeriksa
seluruh
galian
yang
tindakan
stabilisasi
lainnya
sebagai-mana
yang
Acuan
a)
b)
dari
adukan
yang
kedap
dan
kaku
untuk
mempertahankan
posisi
yang
diperlukan
selama
pengecoran,
d)
3)
Pengecoran
a)
b)
memulai
pengecoran,
pengecoran
beton
tidak
boleh
d)
f)
g)
h)
dalam air.
Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat
dilakukan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton
harus dicor dengan metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket,
dimana bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini
harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga
memung-kinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh
selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi
harus ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum
pengecoran dilanjutkan.
Baik Tremi atau Drop-Bottom-Buckret harus mengalirkan campuran
beton di bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya
i)
j)
k)
4)
konstruksi
ditunjukkan
pada
tersebut
Gambar.
harus
Sambungan
diletakkan
konstruksi
seperti
yang
tidak
boleh
c)
d)
e)
untuk
pelekatan
pada
sambungan
konstruksi,
cara
5)
Konsolidasi
a)
oleh
Direksi
Pekerjaan,
penggetaran
harus
disertai
yang
tepat
dan
memadai.
Penggetar
tidak
boleh
c)
d)
boleh diletakkan di
atas
acuan
supaya dapat
pulsating
(berdenyut)
dan
harus
mampu
menghasilkan
f)
beton
basah
secara
vertikal
sedemikian
hingga
dapat
6)
2
3
4
5
6
Beton Siklop
Pengecoran beton siklop yang terdiri dari campuran beton kelas K175
dengan batu-batu pecah ukuran besar. Batu-batu ini diletakkan dengan hatihati, tidak boleh dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara
berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk acuan atau pasanganpasangan lain yang berdekatan.
PENGERJAAN AKHIR
1)
Pembongkaran Acuan
a)
b)
2)
Terkecuali
diperintahkan
lain,
permukaan
beton
harus
c)
membentuk
permukaan
yang
tegak
lurus
terhadap
b)
c)
4)
Segera
setelah
pengecoran,
beton
harus
dilindungi
dari
pada
setiap
saat
sampai
dibongkar,
untuk
mencegah
Lantai
beton
sebagai
lapis
aus
harus
dirawat
setelah
5)
Beton
ii)
iv)
v)
vi)
vii)
c)
d)
6.
1)
2)
Kontraktor
harus
melaksanakan
tidak
kurang
dari
satu
pengujian kuat tekan untuk setiap 60 meter kubik beton yang dicor
dan dalam segala hal tidak kurang dari satu pengujian untuk setiap
mutu beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor
PT. Maha Charisma Adiguna
c)
n
K
3)
4
1,17
6
0,83
8
0,67
10
0,58
12
0,52
14
0,48
16
0,44
Pengujian Tambahan
mutu
bahan
atau
campuran
atau
pekerjaan
beton
akhir,
b)
Pengujian
pembebanan
struktur
atau
bagian
struktur
yang
dipertanyakan;
c)
d)
7.
1)
Cara Pengukuran
a)
b)
akhir permukaan,
penyediaan
bawah lantai (slab) beton Pekerjaan semacam ini dianggap telah termasuk di
dalam harga penawaran untuk beton sebagai acuan.
d)
e)
Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar
sebagai beton struktur atau beton tidak bertulang. Beton Struktur haruslah
beton yang disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai K250
atau lebih tinggi dan Beton Tak Bertulang haruslah beton yang disyaratkan
atau disetujui untuk K175 atau K125.
b)
3)
Dasar Pembayaran
a)
b)
acuan,
perancah
untuk
pencampuran,
pengecoran,
pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan untuk semua biaya lainnya
PT. Maha Charisma Adiguna
yang
perlu
dan
lazim
untuk
penyelesaian
pekerjaan
yang
Uraian
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
K500
K400
K350
K300
K250
K175
Siklop K175
K125
Satuan
Pengukura
n
Meter Kubik
Meter Kubik
Meter Kubik
Meter Kubik
Meter Kubik
Meter Kubik
Meter Kubik
Meter Kubik
UMUM
1)
Uraian
a)
b)
3)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Seksi 1.9
Seksi 2.1
Seksi 2.2
Seksi 2.3
Seksi 2.4
Seksi 3.1
Seksi 3.2
Seksi 7.1
Seksi 7.8
Seksi 7.10
Seksi 10.1
BAHAN
1)
Batu
a)
Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan
harus dari jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk
untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.
b)
c)
2)
Adukan
Adukan haruslah adukan semen yang memenuhi kebutuhan dari Seksi 7.8
dari Spesi-fikasi ini.
3)
Drainase Porous
Bahan
untuk membentuk
landasan,
lubang sulingan
atau
kantung
1)
Persiapan Pondasi
a)
b)
c)
d)
2)
Pemasangan Batu
a)
untuk
berukuran sama.
menghindarkan
pengelompokkan
batu
yang
b)
c)
ditangani
oleh
dua
orang.
Menggelindingkan
atau
Penempatan Adukan
a)
b)
c)
4)
b)
seluruh
tinggi
dinding.
Batu
yang
digunakan
untuk
berbutir
kasar
dengan
gradasi
menerus
yang
dipilih
b)
c)
d)
e)
f)
4.
1)
b)
c)
2)
Dasar Pembayaran
Kuantitas, ditentukan sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar dengan
Harga Kontrak per satuan dari pengukuran untuk Mata Pembayaran yang
terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga,
dimana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan
kompensasi
penuh untuk penyediaan dan pemasangan semua bahan, untuk galian yang
diperlukan dan penyiapan seluruh formasi atau pondasi, untuk pembuatan
lubang sulingan dan sambungan konstruksi, untuk pemompaan air, untuk
penimbunan kembali sampai elevasi tanah asli dan pekerjaan akhir dan
untuk semua pekerjaan lainnya atau biaya lain yang diperlukan atau lazim
untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang
diuraikan dalam Pasal ini.
Nomor Mata
Uraian
Pembayaran
7.9
PT. Maha Charisma Adiguna
Satuan
Pengukuran
Pasangan Batu
Meter Kubik
dan
BAB VII.
RENCANA KERJA
Konsultan PT. Maha Charisma Adiguna berusaha menyusun program kerja
seefektif
mungkin
supaya
pekerjaan
Paket
Pengawasan
Teknis
7.1
Program Kerja
1. Tim Konsultan Supervisi
Tugas dan kewajiban tim Konsultan Supervisi antara lain akan meliputi
hal-hal sebagai berikut :
a. Membantu Kepala Bidang Jalan dan Jembatan DPU Provinsi DKI
Jakarta dalam melaksanakan tugas dan
mengendalikan
pelaksanaan
pekerjaan
kewajibannya dalam
agar
pekerjaan
dapat
dikerjakan sesuai dengan desain, persyaratan dan ketentuanketentuan yang tercantum dalam Dokumen Kontrak serta jadwal
waktu yang telah ditetapkan.
PT. Maha Charisma Adiguna
yang
tercantum
dalam
Dokumen
Kontrak,
terutama
diperlukan
dapat
dibuat
secara
optimum
dengan
perintah-perintah
kepada
Kontraktor
sehingga
dengan
keterlambatan
pelaksanaan
pencapaian
target
pekerjaan
fisik,
serta
termasuk
usaha-usaha
Melakukan
pengecekan
dan
persetujuan
atas
gambar-gambar
menyusun
pelaksanan
laporan
pekerjaan
bulanan
untuk
tentang
dilaporkan
kegiatan-kegiatan
kepada
Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kepala Bidang Jalan dan Jembatan DPU
Provinsi DKI Jakarta.
k. Menyusun laporan triwulan (Quarterly Report) yang mencakup
laporan kemajuan pekerjaan dan laporan keuangan serta masalahmasalah yang ditemui di lapangan.
l.
data
lapangan
yang
lengkap
serta
membantu
Tabel 7 1
DatarMant Month Tenaga Pelaksanaan Pengawasan
PT. Maha Charisma Adiguna
BAB VIII.
JADUAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
VIII.1
Umum
Dalam hal ini konsultan diharapkan dapat memberikan gambaran rencana kerja,
dengan metoda pendekatan dalam menangani proyek ini, yang menguraikan
bagaimana cara dan tahapan pelaksanaan pekerjaan seperti yang telah
ditentukan Direksi Pekerjaan pada spesifikasi pekerjaan ini. Dari uraian ini pula
konsultan akan memberikan penjelasan tentang kebutuhan-kebutuhan tenaga
kerja, sehingga dapat dipakai sebagai bahan Acuan dalam pelaksanaan yang
akan diajukan.
konsultan telah
yang
BAB IX.
TENAGA AHLI DAN TANGGUNG
JAWABNYA
IX.1Umum
Seperti yang termuat di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), Konsultan
berkewajiban untuk dapat melakukan pekerjaan Paket Pengawasan Teknis
Pembangunan Jalan Layang Non Tol Antasari Blok M (Stage 1 : Pasar
Inpres Cipete Lapangan Mabak Blok M) Paket Prapanca (Multy Years)
Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja dan pembuatan jadual kerja dalam
melaksanakan pekerjaan ini, maka konsultan akan menyediakan tenaga ahli yang
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sehingga mendukung jadual dan
pelaksanaan pekerjaan ini secara maksimal dan optimal.
Tenaga ahli maupun tenaga pendukung dari PT. Maha Charisma Adiguna
adalah mereka yang telah berpengalaman pada bidangnya masing-masing.
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan PT. Maha Charisma Adiguna akan
menempatkan tenaga ahli yang sudah berpengalaman dalam menangani proyekproyek sejenis.
pelaksanaan
pekerjaan
kewajibannya dalam
agar
pekerjaan
dapat
dikerjakan sesuai dengan desain, persyaratan dan ketentuanketentuan yang tercantum dalam Dokumen Kontrak serta jadwal
waktu yang telah ditetapkan.
b. Membantu
Pemimpin
Proyek
Fisik
dalam
memahami
dan
Kontrak,
terutama
sehubungan
dengan
pemenuhan
diperlukan
dapat
dibuat
secara
optimum
dengan
perintah-perintah
kepada
Kontraktor
sehingga
dengan
pelaksanaan
pencapaian
target
pekerjaan
fisik,
serta
termasuk
usaha-usaha
dan
Melakukan
pengecekan
dan
persetujuan
atas
gambar-gambar
terkait lainnya.
j.
pelaksanan
pekerjaan
untuk
dilaporkan
kepada
Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kepala Bidang Jalan dan Jembatan DPU
Provinsi DKI Jakarta .
k. Menyusun laporan triwulan (Quarterly Report) yang mencakup
laporan kemajuan pekerjaan dan laporan keuangan serta masalahmasalah yang ditemui di lapangan.
l.
data
lapangan
yang
lengkap
serta
membantu
A. Team Leader.
Posisi ini memerlukan tenaga ahli yang berkualitas dengan latar belakang
pendidikan mininimum S-1 Teknik Sipil dengan pengalaman profesional
datam bidang pengawasan jembatan minimal1 3 tahun dan lebih
diutamakan dengan pengalaman profesional khusus pengawas teknik
sebagai Team Leader minimalselama 11 tahun untuk SI, minimal6 tahun
untuk S2 dan minimal2 tahun untuk S3, serta harus memiliki Sertifikat
Keahihan (SKA) Ahli Madya Pengawasan Jembatan yang diregistrasi oleh
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).
PT. Maha Charisma Adiguna
(PA)IKuasa
Pengguna
Anggaran
terhadap
pengawasan
Mengkoordnir
pengawasan
personhl-personhl
teknis
dan
untuk
bertanggung
sinkronisasi
jawab
kegiatan
terhadap
semua
3.
4.
5.
pekerjaan
serta
kinerja
penyedia
jasa
pemborongan/
kontraktor.
6.
Iningguan
dan
Bulanan,
Hasil
pengujian
mutu
serta
masa
pelaksanaan
kegiatan
oleh
Penyedia
jasa
pemborongan/kontraktor.
7.
8.
Menelaah gambar desain maupun gambar shop drawing yang ada dan
memantau penerapannya dllapangan.
9.
peker]aan
yang
diajukan
oleh
Penyedia
jasa
pemborongan/kontraktor.
11. Menlaah, mengevaluasi dan merekomendasikan persetujuan terhadap
usulan
penggunaan
bahan,
peralatan
dan
pekerjaan
yang
bidang
pengawasan
jembatan
minimal12
tahun
dan
lebih
1)
2)
3)
works
(bekisting/perancah/formwork,
dll)
yang
4)
5)
Membantu
penyedia
jasa
pemborongan/kontraktor
dalam
6)
perhitungan
teknis
terhadap
perubahan
dan
7)
8)
9)
waktu
yang
telah
ditentukan
dalam
kontrak
kerja
pemborongan.
10)
11)
Menelaah,
mengevaluasi
dan
merekomendasikan
persetujuan
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
bidang
pengawasan
jembatan
minimal12
tahun
dan
lebih
laporan
dan pelaksanaan
Pemeriksaan
harian
dalam
hal
pembayaran
tambahan,
works
(bekisting/perancaMorrnwork,dlI)
yang
5)
Membantu
penyedia
jasa
pemborongan/kontraktor
dalam
Mengawasi
dan
memeriksa
Hasil
kerja
penyedia
jasa
9)
10)
Menelaah,
mengevaluasi
dan
merekomendasikan
persetujuan
12)
13)
14)
Memeriksa
hasil
ukur
dan
pematokan
penyedia
jasa
pemborongan/kontraktor.
15)
16)
17)
18)
19)
20)
21)
22)
Membantu
dan
membuat
rekomendasi
usulan
PHO
kepada
Pengguria Anggaran.
23)
bidang
pengawasan
jembatan
minimal12
tahun
dan
lebih
oleh
Lembaga
Pengembangan
Jasa
Konstruksi
(LPJK).
1)
pemborongan/kontraktor
untuk semua Quany dan Borrow Ps yang dajukan oleh penyedia jasa
pemborongan/kontraktor, serta memastikan sifat bahan yang sesuai
dengan yang disyaratkan.
2)
dengan
3)
4)
5)
Menghadiri
semua
uji
pemancangan
dan
memeriksa
catatan
6)
pengawasan
jembatan
minimal
10
tahun
dan
lebih
pemeriksaan
harian
lapangan
serta
pengawasan
Resident
Engineer
kegiatan konstruksi.
2)
Memberikan
masukan
kepada
tentang
Mengkoordinir
tugas
Inspector
dalam
pelaksanaan
kegiatan
5)
penyimpangan
dan
rencana
awal,
perubahan!
7)
8)
9)
10)
Menelaah
dan
mengevaluasi
program,
jadwal
dan
kemajuan
Penyedia jasa
pemborongan Ikontraktor.
12)
Menelaah
gambar
dan
desain
yang
ada
dan
memantau
penerapannya dilapangan.
13)
14)
F.
Inspector
Posisi ini memerlukan tenaga ahli yang berkualitas dengan latar belakang
pendidikan mmininimum S-1 Teknik Sipil dengan pengalaman profesional
dalam
bidang
pengawasan
jembatan
minimal
tahun
dan
Iebih
S2
dan
minimal
tahun
untuk
S3.
terhadap
pengawasan
teknis/Supervisi
pada
kegiatan
Paket
1)
2)
memenuhi
syarat
kepada
penyedia
jasa
3)
4)
jasa
pemborongan/kontraktor
dan
penyedia
jasa
5)
6)
Mencatat
progres/kemajuan
harian
penyedia
jasa
7)
8)
9)
G. Quantity Surveyor
Posisi ini memerlukan tenaga ahil yang berkualitas dengan latar belakang
pendidikan mininimum S-I Teknik Sipil dengan pengalaman profesional
dalam
bidang
pengawasan
jembatan
minimal
tahun
dan
lebih
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
H. Quality Controller
Posisi ini memerlukan tenaga ahli yang berkualitas dengan latar belakang
pendidikan mininimum S-I Teknik Sipil dengan pengalaman profesional
dalam
bidang
pengawasan
jembatan
minimal
tahun
dan
lebih
Loader
khusus
terhadap
pengawasan
teknislSupervlsi
pada
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Membantu
TL
mempersiapkan
catatan
laporan
dan
sertifikat
BAB X.
JADUAL PENUGASAN TENAGA AHLI
X.1 Susunan Tenaga Ahli
Sesuai dengan dasar pendekatan Konsultan yang menempatkan factor keahlian
personil dan pengalaman dalam menangani pekerjaan sejenis sebagai salah satu
factor dominan dalam pelaksanan pekerjaan pengawasan teknik ini, maka
Konsultan mengajukan usulan tenaga ahli , sub ahli dan staf pendukung yang
tepat sehingga tercapai tujuan dan sasaran dari pekerjaan ini.
X.2 Jadwal pelaksanaan pekerjaan dan Penugasan Personil
Jadwal pelaksanaan pekerjaan disusun berdasarkan perkiraan aktivitas pekerjaan
konstruksi di lapangan .Jadwal penugasan personil disusun sesuai dengan
rencana jumlah kebutuhan tenaga pada Kerangka Acuan Tugas dan perkiraan
aktivitas pekerjaan pengawasan teknis.
Seperti yang diuraikan pada Bab terdahulu serta hasil perhitungan man-month
untuk pekerjaan Paket Pengawasan Teknis Pembangunan Jalan Layang
Non Tol Antasari Blok M (Stage 1 : Pasar Inpres Cipete Lapangan
Mabak Blok M) Paket Prapanca (Multy Years) maka konsultan akan
menguraikan jadual pelaksanaan bagi tenaga-tenaga ahli yang diusulkan yang
tentunya berkaitan erat dengan jadual pelaksanaan pekerjaan yang telah
dilaksanakan.
BAB XI.
ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN
XI.1Umum
Untuk dapat melaksanakan pekerjaan Pengawasan Teknik dengan baik diperlukan
keahlian dan pengalaman dalam menangani pekerjaan sejenis serta koordinasi
kerja dan pembagian tugas yang jelas akan sangat berpengaruh pada kelancaran
pelaksanan pekerjaan tersebut. Menyadari pentingnya factor koordinasi dan
tanggung jawab personil, Konsultan akan melaksanakan sistim pengelolaan tim
supervisi sebagai berikut :
Timur
dibantu
dengan
perwakilan
Jawa
Barat
untuk
lebih
TENAGA PENDUKUNG
Office Manager
Adminstration
CAD Operator
Computer Operator
Driver
Office Boy
MANAGEMENT
INFORMATION SYST. ENG
SENIOR HIGHWAY
SENIOR
RE STRUCTURE & SOIL
PAKET PRAPANCA
TEAM LEADER
TEAM LEADER
TEAM LEADER
TEAM LEADER
TENAGA PENDUKUNG
TENAGA PENDUKUNG
Adiministration, Secretary,
Computer
Operator,CAD
Operator, Office Boy
RE. STRUCTURE
TENAGA PENDUKUNG
RE. STRUCTURE
TENAGA PENDUKUNG
RE. STRUCTURE
TENAGA PENDUKUNG
RE. STRUCTURE
RE. STRUCTURE
CHIEF INSPECTOR
CHIEF INSPECTOR
CHIEF INSPECTOR
CHIEF INSPECTOR
CHIEF INSPECTOR
INSPECTOR
INSPECTOR
INSPECTOR
INSPECTOR
INSPECTOR
QUALITY CONTROLLER,
QUANTITY SURVEYOR
QUALITY CONTROLLER,
QUANTITY SURVEYOR
QUALITY CONTROLLER,
QUANTITY SURVEYOR
QUALITY CONTROLLER,
QUANTITY SURVEYOR
QUALITY CONTROLLER,
QUANTITY SURVEYOR
BAB XII.
LAPORAN
XII.1
Umum
2)
3)
4)
5)
dan
efi sien)
untuk
dipakai
pads
pekerjaan
yang
bersangkutan.
6)
Laporan cuaca
Diisi laporan cuaca secara umum pads saat kegiatan pelaksanaan di
lapangan.
8)
Kalender Kerja
9)
Laporan Bulanan
Dari hasil Laporan Iningguan jika digabungkan akan menjadi suatu Laporan
Bulanan, sehngga dalam Laporan Bulanan ini, tidak berbeda dengan
Laporan Iningguan, yaitu berisi antara lain
a) Surat pengantar dad pengawas teknik
b) Uraian kegiatan
c)
Time schedule
j)
m) Foto visual
10) Laporan Teknik :
Pada akhir kegiatan penyedia jasa kon sultan si/ko nsu Ita n membuat
Laporan Teknik dad keseluruhan pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan
antara lain memuat tentang pertimbanganfjustifikasi teknis tentang
perubahan pekerjaan (tam bah/ku rang).
11) Laporan Akhir :
Pada akhir kegiatan Penyedia Jasa Konsultansi/konsultan membuat Laporan
Akhir dad keseluruhan pelaksanaan yang dllengkapi dengan gambargambar realisasi pelaksanaan di lapangan (As Built Drawing),
Adapun Laporan Akhir ini berisikan antara lain :
a ) Pendahuluan
Gambar mengenai kegiatan yang dllaksanakan
b ) Uraian Umum Kegiatan
Lokasi kegiatan.
Gambar
pets
situasi,
potongan
melintang
dan
memanjang
Adininistrasi Kontrak.
Data Kegiatan.
c ) Laporan Laboratorium.
Kualitas/Quality Controller.
Uitzet/Peil Pengukuran.
d ) Keadaan Cuaca
e ) Organisasi Kegiatan
Struktur Organisasi.
f ) Penyataan Biaya.
Biaya Tolal.
g ) Kesimpulan.
Prinsip-prinsip Laporan
Prinsip-prinsip laporan adalah sebagai berikut :
1). Laporan yang akan disampaikan harus sesuai dengan item 5.1.1. sampai
dengan
DKI
Jakarta
5.1.
PENGAWASAN TEKNIS
SYSTEM PELAPORAN
PEKERJAAN PENGAWASAN TEKNIK JALAN LAYANG
NON TOL P. ANTASARI BLOK M
Laporan Triwulan
Laporan Bulanan
Laporan Bulanan
Laporan
Laporan
Mingguan
Mingguan
Laporan
Laporan
Harian
/
Harian
Laporan /
Laporan
Umum
Umum
Keg
atan Keg
atan
Lapora
Lapora
Harian
Harian
DTADTADATA
DATA
LAPANGAN
LAPANGAN
BAB XIII.
STAF PENDUKUNG
Supporting Staf
Supporting
Staf/tenaga
penunjang
yang
diperlukan
dalam
Sekretaris
2.
Tenaga Administrasi
3.
Operator Computer.
4.
CAD Operator
5.
Pesuruh/Office Boy
pekerjaan
ini
BAB XIV.
FASILITAS PENDUKUNG
Dalam Upaya dicapainya tata laksana pelaksanaan pekerjaan yang efisien, maka
kegiatan pelaksanaan pekerjaan ini akan dipusatkan di Kantor Perwakilan PT.
Maha Charisma Adiguna di Bandung dan Kantor Lapangan di Jakarta apabila
ditunjuk sebagai Pemenang Pelelangan.
Untuk mendukung terlaksananya pekerjaan yang efektif, efisien dan terlaksana
dengan baik, diperlukan fasilitas-fasilitas pendukung yang memadai, dalam hal
ini akan dibagi menjadi beberapa bagian fasilitas sebagai berikut :
Fasilitas Ruangan
Fasilitas pendukung pada item ini
terdiri
dari
nantinya
ruangan-ruangan
akan
digunakan
yang
dalam
tabel
disebelah
kanan
No
1
2
3
4
Nama Fasilitas
Kantor
Studio Gambar
Ruang
Laboratorium
Gudang
Jumlah
1
1
1
1
tersebut.
Fasilitas Peratan Kantor
Fasilitas pendukung pada item ini
terdiri dari peralatan-peraltan vital
yang
digunakan
dalam
proses
pekerjaan
ini.
Fasiltas-fasiltas
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Nama Fasilitas
Meja dan Kursi
Mesin Gambar
Scanner
Komputer
Printer A4
Printer A3
Kalkulator
Alat Tulis
Jumlah
7
1
1
2
2
1
2
set
No
1
2
3
Nama Fasilitas
Roll Meter
Kamera Digital
Jumlah
4
2
digunakan dalam mendapatkan hasil-hasil data-data lapangan. peralatanPT. Maha Charisma Adiguna
dari
No
Nama Fasilitas
Jumlah
kendaraan-kendaraan
pekerjaan
Roda Empat
Roda Dua
baik
15
BAB XV.
PENUTUP
PT. Maha Charisma Adiguna selaku konsultan pengawas mempunyai tugas
dan kewajiban membantu tugas dan kewajiban Kepala Bidang Jalan dan Jembatan
DPU Provinsi DKI Jakarta dalam hal mewujudkan suatu proyek sesuai dengan
yang diinginkan seperti yang tercantum dalam Dokumen Kontrak, Addendum dan
Contravt Changes Order (bila diperlukan).
PT. Maha Charisma Adiguna selaku konsultan pengawas akan selalu berusaha
sebaik-baiknya dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan dokumen-dokumen
yang ada dan kaidah-kaidah yang bisa diterima. Tetapi dukungan Kepala Bidang
Jalan dan Jembatan DPU Provinsi DKI Jakarta