KAKI DIABETIK
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
Ny. I
Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Perempuan
Nomor RM
116622
Alamat
Tempat Perawatan:
Lantai 2 Aisyah
II.SUBJEKTIF
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
ANAMNESIS TERPIMPIN:
Dialami sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya hanya
banjolan kecil kemudian lama kelamaan semakin membesar dan melebar.
Benjolan tersebut berisi nanah,, gatal, nyeri, terasa kram-kram, darah tidak ada,
tidak berbau.Saat ini pasien diterapi dengan Novorapid 6 unit/8 jam/subcutan
dan Levemir 12 unit/24 jam/subcutan sejak 4 tahun yang lalu. Pasien berobat
teratur.Demam saat ini tidak ada. Riwayat demam ada sejak 4 hari yang lalu.
Pengelihatan kabur tidak ada. Batuk tidak ada. Sesak tidak ada. Nyeri dada tidak
ada. Mual dan muntah tidak ada. Nyeri ulu hati tidak ada. Nafsu makan biasa.
Buang air kecil lancar, warna kuning, buang air besar biasa lancar.
Riwayat Diabetes Mellitus sejak +12 tahun yang lalu, ada riwayat
hipertensi, riwayat operasi katarak pada mata kanan tahun 2008.Tidak ada
riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus, ada riwayat melahirkan anak
4kg. Pasien adalah ibu rumah tangga, memilki7 orang anak, tinggal bersama
anak, Orang tua (ayah dan ibu) sudah meninggal, suami sudah meninggal
(tahun 2012)
III. OBJEKTIF
Keadaanumum
Tekanan Darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Pernapasan
: 20x/menit
Suhu
: 37,0oC
Tinggi Badan
: 150 cm
IMT
: 20 kg/m2
Berat Badan
: 45 kg
Status Gizi
:Normal
Kepala
Deformitas
: Tidak ada
Simetris muka
Rambut
Mata
Eksoptalmus
: Tidak ada
Enoptalmus
:Tidak ada
Konjugtiva
: Anemi (+)
Sklera
:Ikterus (-)
Kornea
Pupil
: Isokor, 2,5mm/2,5mm
Telinga
Pendengaran
: Tidak ada
Hidung
Pendarahan
: Tidak ada
Sekret
: Tidak ada
Mulut
Bibir
: Kering (-)
Lidah
: Kotor (-)
Faring
: Hiperemis (-)
Leher
Kelenjar getah bening
Kelenjar gondok
DVS
: R-2 cmH2O
Pembuluh darah
: Tidak distended
Kaku Kuduk
: Tidak ada
Dada
Bentuk
Buah dada
Sela iga
Paru
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Massa tumor (-), Nyeri Tekan (-), Hepar tidak teraba, Lien
tidak teraba
Perkusi
: Timpani (+)
Auskultasi
Ekstremitas
Tampak edema pada dorsum pedis sinistra berisi pus (+), Nyeri (+), bengkak (+)
pada sekitar luka, perabaan hangat (+), Kemerahan (+), foeter (-), pulsasi
a.poplitea (+), pulsasi a.dorsalis pedis (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium(7 Maret 2015):
N
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
WBC
13,7
4,0-10,0 x 103/ul
RBC
3,76
4,0-6,0 x 106/ul
HGB
10,8
HCT
33,6
35,0- 55,0 %
MCV
89,4
80,0-100,0 fl
MCH
28,7
26 - 34 pg
MCHC
32,1
PLT
244
150-400 x 103/ul
LYMPH
11,6
25 - 50
MONO
4,8
2- 10 x 103/ul
132,1
136-145
o
1.
2.
Darah Rutin
Elektrolit
Natrium
mmol/l
3.
4.
Kalium
3,78
3,5-5,1
mmol/l
Klorida
100
97-111
mmol/l
Ureum
27
10-50
mg/dl
Kreatinin
0,8
Kimia hati
Albumin
3,2
AST/SGOT
14
ALT/SGPT
18
Glucose 2 Jam PP
406
Glucose Puasa
270
LDL
130
HDL
35,3
Kolesterol
224
Trigliserida
224
HbA1c
10,1
3,5-5
gr/dl
2-38
U/L
2-41
U/L
< 200
mg/dl
<110
mg/dl
<130
mg/dl
65
mg/dl
<200
mg/dl
<200
mg/dl
5.
4-6
Urinalisis
Warna
Ph
Berat Jenis
Kuning
5,5
1,025
Glukosa
+3
Protein
+2
Urobilinogen
Negativ
Kuning
4,5-8,0
1,005-1,035
Negatif
Negative
Negatif
Negative
Keton
Negative
Bilirubin
Negativ
Negative
Nitrit
Negative
Leukosit
Sedimen : Leukosit
+1
<5/LPB
Negatif
<5/LPB
Eritrosit
+2
Epitel
15-17
1-2
5-7
Kesan : - Bronchopneumonia
-
RESUME
Seorang pasien usia 59 tahun, masuk ke rumah sakit dengan
keluhan bengkak pada kaki kiri yang dialami sejak 4 hari sebelum masuk
rumah sakit. Awalnya hanya banjolan kecil kemudian lama kelamaan semakin
membesar dan melebar. Benjolan tersebut berisi nanah, gatal, nyeri, terasa kramkram. Saat ini pasien diterapi dengan Novorapid 6 unit/8 jam/subcutan dan
Levemir 12 unit/24 jam/subcutan sejak 4 tahun yang lalu. Riwayat demam ada
sejak 4 hari yang lalu. Riwayat Diabetes Mellitus sejak +12 tahun yang lalu, ada
riwayat hipertensi, riwayat operasi katarak pada mata kanan tahun 2008.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan Keadaan umum: sakit sedang/gizi
cukup/composmentis. Pemeriksaan fisis kepala, thorax, abdomen tidak ada
kelainan. Pada pemeriksaan ekstremitas tampak edema pada dorsum pedis
sinistra berisi pus (+), Nyeri (+), bengkak (+) pada sekitar luka, perabaan hangat
(+), Kemerahan (+), foeter (-), pulsasi a.dorsalis pedis (+)
8
ASSESSMENT
1. Diabetic Abses pedis sinistra
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 Non-Obese
3. Disiplidemia
V.
PLANNING
Pengobatan
Rencana pemeriksaan
PROGNOSIS
Ad Functionam : Dubia
Ad Sanationam : Dubia
Ad Vitam
: Dubia
PERJALANAN PENYAKIT
Perawatan hari ke-1
INSTRUKSI DOKTER
R/
Diet DM 1700 kkal/hari
S: bengkak pada kaki kiri dialami 4 hari
10
N : 84 x/menit
yang
lalu
SMRS,
awalnya
hanya
P : 20 x/menit
S : 36,50C
tetes/menit
Determir 12unit/24 jam/
Subcutan
Aspart 6 unit/8 jam/
Subcutan
Ceftriaxone
jam/drips
Cetirizine tab 0-0-1
(Vit B1 100mg, Vit B6
gr/24
2x1
Alprazolam 0,5 mg 0-0-1
Atorvastatin 20 mg 0-0-1
rutin
GDS
DM tipe 2 non-obese
T : 140/90mmHg
N : 82 x/menit
P : 24 x/menit
S : 37,80C
O: SS/GC/CM
Anemis (-) ikterus (-)
DVS R-1cmH20
(pagi,
7 Maret 2015
premeal
R/
Diet DM 1700 kkal/hari
IVFD NaCl 0.9% 28
tetes/menit
Determir 12unit/24 jam/
Subcutan
Aspart 6 unit/8 jam/
11
BT : Rh-/-, Wh -/-,
mg/dl
GDP : 267 mg/dl
GD2PP : 406
mg/dl
Trigliserida : 244
Subcutan
Ceftriaxone
jam/drips
Cetirizine tab 0-0-1
(Vit B1 100mg, Vit B6
nanah (+)
mg/dl
Kolesterol : 224
mg/dl
HbA1C : 10,1 %
siang, malam)
10 Maret 2015
- DM tipe 2 non-obese
- Disiplidemia
Perawatan hari ke-5
T : 140/90mmHg
P : 22 x/menit
S : 36,20C
O: SS/GC/CM
Anemis (-) ikterus (-)
gr/24
2x1
Alprazolam 0,5 mg 0-0-1
Foto Pedis AP/Obliq Sinistra
Atorvastatin 20 mg 0-0-1
Kesan : Tulang-tulang pedis intak
Zaldiar 3x1 (bila Demam)
dengan soft tissue baik
Plan:
- GDS premeal (pagi,
N : 86 x/menit
DVS R-1cmH20
Siang : 264
R/
Diet DM 1700 kkal/hari
IVFD NaCl 0.9% 28
tetes/menit
Determir 12unit/24 jam/
Subcutan
Aspart 6 unit/8 jam/
Subcutan
Ceftriaxone
jam/drips
Cetirizine tab 0-0-1
(Vit B1 100mg, Vit B6
BT : Rh-/-, Wh -/-,
Cor : BJ I/II murni, regular
Abdomen : peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: edema pada dorsum pedis,
nanah (+)
A: -Diabetik Abses Dorsum Pedis Sinistra
-
DM tipe 2 non-obese
gr/24
premeal
12
(pagi,
Disiplidemia
siang, malam)
R/
Orthopedi
o Rencana debridement /
S : luka pada dosrsum kaki
O : Keadaan Umum: SS/GC/CM
A: Abses dorsum pedis sinistra
drainase abses
o Inform
consent
persetujuan tindakan
o Konsul anastesi
R/
o Puasa mulai pada 04.00
pagi
o IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
o Cek GDS pagi
-Bila GDS >150 mg/dl
Anastesi
Pre-op visite Anastesi
Keadaan Umum: SS/GC/CM
Tanda vital : TD : 150/80 mmHg
N : 93 x/menit
P : 20 x/menit
S : 36,7 0C
11 Maret 2015
T : 150/80mmHg
N : 86 x/menit
O: SS/GC/CM
P : 20 x/menit
S : 36,5 0 C
DVS R-1cmH20
Paru : BP: vesikuler,
BT : Rh-/-, Wh -/-,
Cor : BJ I/II murni, regular
injeksi Novorapid 5 IU
-Bila GDS <150 mg/dl
Jgn injeksi Novorapid
o Setelah cek GDS, ganti
IVFD 0,5% 20 tpm
o EKG ulang
o Foto thorax
o Siapkan darah 250 ml
R/
Diet DM 1700 kkal/hari
IVFD NaCl 0.9% 28
tetes/menit
Determir 12unit/24 jam/
Subcutan
Aspart 6 unit/8 jam/
Subcutan
Ceftriaxone
jam/drips
Cetirizine tab 0-0-1
(Vit B1 100mg, Vit B6
13
gr/24
Foto thorax AP
-Brochopneumonia
-Dilatatio et elongation aorta
Plan:
- premeal
(pagi,
siang,
malam)
A: -Diabetik Abses Dorsum Pedis Sinistra
-
DM tipe 2 non-obese
Disiplidemia
R/
Ketorolac 30 mg/12J/IV
Post op:
Anastesi
12 Maret 2015
T : 140/90mmHg
N : 88 x/menit
P : 20 x/menit
S : 36,5 0 C
GDS
P: 157 mg/dl
BT : Rh /-, Wh /-,
S: 130 mg/dl
M: 150 mg/dl
DM tipe 2 non-obese
Disiplidemia
R/
Diet DM 1700 kkal/hari
IVFD NaCl 0.9% 28
tetes/menit
Determir 12unit/24 jam/
Subcutan
Aspart 6 unit/8 jam/
Subcutan
Ceftriaxone
jam/drips
Cetirizine tab 0-0-1
(Vit B1 100mg, Vit B6
gr/24
14
Plan:
- GDS
premeal
(pagi,
siang, malam)
R/
Terapi sesuai Interna
S : Keluhan : tidak ada
Orthopedi
O: SS/GC/CM
13 Maret 2015
T: 140/90 mmHg
N: 88 x/menit
P:20 x/menit
makan baik
O: SS/GC/CM
S:36,7
DVS R-1cmH20
GDS pagi :
Siang : 193
BT : Rh /-, Wh /-,
Malam: 169
DM tipe 2 non-obese
Disiplidemia
tetes/menit
Determir 12unit/24 jam/
Subcutan
Aspart 6 unit/8 jam/
Subcutan
Ceftriaxone
jam/drips
Cetirizine tab 0-0-1
(Vit B1 100mg, Vit B6
premeal
siang, malam)
Orthopedi
gr/24
Boleh pulang
Terapi sesuai interna
15
(pagi,
O: SS/GC/CM
Luka operasi : baik, kering
A : Post debridement Diabetic foot
DISKUSI
Dari anamnesis, pasien wanita berusia 59 tahun ini memiliki riwayat diabetes
mellitus, sudah dapat diarahkan pada diagnosis kaki diabetik. Riwayat keluhan
neuropati, fokus infeksi berupa luka pada dorsum pedis sinistra, serta tanda-tanda
infeksi berupa demam, luka bernanah, dan tanda inflamasi lokal pada pedis sinistra.
Oleh karenanya, pasien ini sudah dapat didiagnosis sebagai kaki diabetik. Foto
roentgen pedis dilakukan untuk melihat ada tidaknya osteomyelitis atau gas gangrene,
dan untuk memastikan derajat kaki diabetik.
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari yang sederhana
seperti klasifikasi Edmonds dari Kings College Hospital London, Klasifikasi
Liverpool yang sedikit lebih ruwet, sampai Klasifikasi Wagner yang lebih terkait
dengan pengelolaan kaki diabetes, Klasifikasi Texas yang lebih kompleks tetapi juga
lebih mengacu kepada pengelolaan kaki diabtes dan juga Klasifikasi PEDIS yang
dianjurkan oleh International Working Group on Diabetic Foot 2003. Namun, di
Indonesia, Klasifikasi Wagner lebih sering dipakai saat ini.
Pasien ini didagnosis dengan Diabetic abses dorsum pedis sinistra dan
termasuk dalam kaki diabetik Wagner 2. Dari hasil foto pedis didapatkan tulangtulang pedis intak dengan soft tissue baik, ini menunjukkan bahwa untuk saat ini kaki
pada pasien masih bagus dan kemungkinan untuk terjadinya gangren masih kecil.
Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe 2 Non Obese karena berdasarkan
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) yang membagi alur diagnosis
16
DM menjadi dua bagian besar berdasarkan ada tidaknya gejala khas DM. Gejala khas
DM terdiri ada poliuria, polidipsi, polifagia dan berat badan menurun tanpa sebab
yang jelas, sedangkan gejala tidak khas DM diantaranya lemas, kesemutan, luka yang
sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi (pria) dan pruritus vulva (wanita).
Jadi, apabila ditemukan gejala khas DM, pemeriksaan glukosa darah abnormal satu
kali saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis. Pada kasus ini, riwayat diabetes
dan hiperglikemia sudah cukup untuk mendiagnosis pasien sebagai penderita diabetes
mellitus.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah perawatan luka, antibiotik,
antikolesterol,
dan
terapi
insulin
intensif
untuk
mengontrol
gula
darah.
Penatalaksanaan rawat luka oleh BTKV penting untuk mencegah terjadinya infeksi
yang lebih berat. Adapun untuk kontrol gula darahnya, pada pasien ini diberikan
terapi insulin yang terdiri atas long-acting insulin dan rapid-acting insulin, sehingga
kadar gula darah diturunkan secara cepat.Insulin basal dan prandial diberikan sebagai
terapi intensif untuk mengontrol gula darah. Infeksi pada pasien ini merupakan
indikasi untuk pemberian terapi insulin intensif. Agar target glikemik tercapai,
dilakukan pemeriksaan kontrol gula darah preprandial dan gula darah puasa setiap
hari selama perawatan. Dosis insulin baik insulin basal maupun insulin prandial dapat
ditingkatkan bertahap setiap hari selama target gula darah yang terkontrol belum
tercapai.
Untuk menentukan terapi pengontrolan gula darah yang tepat, dilakukan
pemeriksaan kadar HbA1c pada pasien ini. Jika kadar HbA1c masih di bawah 6,5%,
masih dapat diatasi dengan modifikasi gaya hidup. Kadar HbA1c 6,5-7% diberikan
oral monotherapy, 7-8% diberikan combination oral therapy, sedangkan kadar
HbA1c > 8% sudah perlu dipertimbangkan pemberian injeksi insulin. Melihat hasil
pemeriksaan HbA1c pasien ini adalah 10,1% menunjukkan pasien ini memerlukan
injeksi insulin, maka diperlukan pemberian edukasi pada pasien dan keluarganya agar
dapat menggunakan insulin injeksi secara mandiri di rumah.
17
Selama perawatan, harus tetap dilakukan evaluasi berkala fungsi hati, fungsi
ginjal, dan status elektrolit. Ini bermanfaat untuk mendeteksi ada tidaknya efek
samping obat, komplikasi akibat infeksi, maupun komplikasi akibat hiperglikemia.
Edukasi pasien mengenai pemakaian pelindung kaki, dan merawat luka. Pengaturan
diet dianjurkan untuk mengurangi risiko timbulnya berbagai komplikasi seperti
penyakit jantung koroner, stroke, dan lain-lain.
TINJAUAN PUSTAKA
KAKI DIABETIK
I.
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Pada penyandang DM dapat terjadi komplikasi
pada semua tingkat sel dan semua tingkatan anatomik. Komplikasi lain DM
dapat berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi dengan akibat mudahnya
terjadi infeksi saluran kemih, tuberkulosis paru dan infeksi kaki, yang kemudian
dapat berkembang menjadi ulkus/gangren diabetes. 1
Kaki diabetik adalah segala bentuk kelainan yang terjadi pada kaki
yang disebabkan oleh diabetes mellitus. Faktor utama yang mempengaruhi
terbentuknya kaki diabetic merupakan kombinasi neuropati otonom dan
neuropati somatik, insufisiensi vaskuler, serta infeksi. Gangguan mikrosirkulasi
selain menurunkan aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut saraf juga
menurunkan aliran darah ke perifer hingga aliran darah tidak cukup dan terjadi
iskemia dan gangren. Faktor lain yang juga berperan adalah trauma tekan yang
terjadi terus-menerus, respon imun pasien dan jenis mikroba.3
18
EPIDEMIOLOGI
Di RSUPN dr. CiptoMangunkusumo, masalah kaki diabetik masih
merupakan masalah besar. Sebagian besar perawatan penyandang DM selalu
menyangkut kaki diabetik. Angka kematian dan angka amputasi masih sangat
besar, masing-masing 16% dan 25% (data RSUPNCM tahun 2003). Nasib para
penyandang DM paska amputasi pun masih sangat buruk. Sebanyak 14,3% akan
meninggal dalam setahun paska amputasi, dan sebanyak 37% akan meninggal 3
tahun paska amputasi.1 Sebanyak 10-15 % pasien diabetes biasanya mengidap
kaki diabetik. Tidak hanya itu, kaki diabetik menjadi penyebab dari 50% kasus
pasien diabetes yang dirawat di rumah sakit. 5
Sampai saat ini, di Indonesia kaki diabetik masih merupakan masalah
yang rumit dan tidak terkelola dengan maksimal, karena selain kurangnya minat
untuk mendalami masalah kaki diabetik, ketidaktahuan masyarakat mengenai
kaki diabetik juga masih sangat menyolok. Sebagai tambahan, masalah biaya
pengobatan yang besar yang tidak terjangkau oleh masyarakat pada umumnya
juga menambah peliknya masalah kaki diabetik. 1
III.
ETIOLOGI
Etiologi ulkus diabetik temasuk neuropati, penyakit pembuluh darah
(vaskulopati), tekanan dan deformitas pada kaki. Ada banyak faktor yang
berpengaruh dalam terjadinya kaki diabetik. Secara umum faktor-faktor tersebut
dibagi menjadi:3,6
a. Faktor Predisposisi
19
i.
iii.
b. Faktor Presipitasi 3
i. Perlukaan di kulit (jamur).
ii. Trauma.
iii. Tekanan berkepanjangan pada tumit saat berbaring lama.
c. Faktor Yang Memperlambat Penyembuhan Luka3
i. Derajat luka.
ii. Perawatan luka.
iii.
Pengendalian kadar gula darah.
IV.
PATOFISOLOGI
Terjadinya masalah kaki diawali dengan status hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan neuropati dan vaskulopati. Neuropati,
baik neuropati sensorik, motorik dan otonomakan mengakibatkan berbagai
perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya
perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan
mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi
menyebabkan infeksi mudah menyebar menjadi infeksi yang luas. Faktor
aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya
pengelolaan kaki diabetes.1
a. Vaskulopati
20
21
disebut sebagai fenomena dying back, suatu teori yang menyatakan bahwa
semakin panjang saraf maka semakin rentan untuk diserang. Jadi
dibandingkan dengan ekstremitas atas, ekstremitas bawah akan lebih dulu
mengalami neuropati.3
Gangguan mikrosirkulasi selain menurunkan aliran darah dan
hantaran oksigen pada serabut saraf (keadaan ini bersama dengan proses
jalur sorbitol dan mekanisme lain akan mengakibatkan neuropati) juga akan
menurunkan aliran darah ke perifer sehingga aliran tidak cukup dan
menyebabkan iskemia, bahkan gangren.3
Neuropati diabetik disebabkan oleh gangguan jalur poliol (glukosa
sorbitol fruktosa) akibat kekurangan insulin. Pada jaringan saraf,
terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa serta penurunan kadar mioinositol
yang menimbulkan neuropati. Perubahan biokimia pada jaringan saraf akan
mengganggu aktivitas metabolik sel-sel Schwann dan menyebabkan
kerusakan akson. Kecepatan konduksi motorik akan berkurang pada tahap
dini
perjalanan
neuropati.
Selanjutnya
timbul
nyeri,
parestesia,
22
berjalan, dan menimbulkan titik tumpu baru pada telapak kaki serta
berakibat pada mudahnya terbentuk kalus yang tebal (claw foot). Seiring
dengan berlanjutnya trauma, di bagian dalam kalus tersebut mudah terjadi
infeksi yang kemudian berubah jadi ulkus dan akhirnya gangren.3
Charcot foot merupakan deformitas kaki diabetik akibat neuropati yang
klasik dengan 4 tahap perkembangan: 3
(1)
Adanya riwayat trauma ringan disertai kaki panas, merah dan bengkak.
(2)
(3)
(4)
Charcot
juga
dapat
mempengaruhi
pergelangan
kaki,
23
c) Neuropati otonom
Pada kaki diabetik gangguan saraf otonom yang berperan terutama
adalah akibat kerusakan saraf simpatik.Gangguan saraf otonom ini
mengakibatkan perubahan aliran darah, produksi keringat berkurang atau
tidak ada, hilangnya tonus vasomotor, dan lain-lain.3
Neuropati otonom mengakibatkan produksi keringat berkurang terutama
pada tungkai yang menyebabkan kulit penderita mengalami dehidrasi,
kering, dan pecah-pecah sehingga memudahkan infeksi lalu selanjutnya
timbul selulitis, ulkus, maupun gangren. Selain itu neuropati otonom juga
menyebabkan terjadinya pintas arteriovenosa sehingga terjadi penurunan
nutrisi jaringan yang berakibat pada perubahan komposisi, fungsi, dan sifat
viskoelastisitas sehingga daya tahan jaringan lunak dari kaki akan menurun
dengan akibat mudah terjadi ulkus. 3
c. Fokus infeksi
Infeksi dimulai dari kulit celah jari kaki dan dengan cepat menyebar
melalui jalur muskulofasial. Selanjutnya infeksi menyerang kapsul/sarung
tendon dan otot, baik pada kaki maupun pada tungkai hingga terjadi
selulitis. Kaki diabetik klasik biasanya timbul di atas kaput metatarsal pada
sisi plantar pedis. Sebelumnya, di atas lokasi tersebut terdapat kalus yang
tebal dan kemudian menyebar lebih dalam dan dapat mengenai tulang.
Akibatnya terjadi osteomielitis sekunder. Sedangkan kuman penyebab
infeksi pada penderita diabetes biasanya multibakterial yaitu gram negatif,
gram positif, dan anaerob yang bekerja secara sinergi.3
Jika kadar gula darah tidak terkontrol maka infeksi akan jadi lebih
serius. Hal ini disebabkan karena pada infeksi akan disekresi hormon kontra
insulin (seperti katekolamin, kortisol, homon pertumbuhan, dan glukagon)
yang menyebabkan meningkatnya kadar gula darah. Peningkatan kadar gula
darah juga menyebabkan kegagalan fungsi neutrofil dan gangguan sistem
24
KLASIFIKASI
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari yang
sederhana seperti klasifikasi Edmonds dari Kings College Hospital London,
klasifikasi Liverpool, sampai klasifikasi Wagner yang lebih terkait dengan
pengelolaan kaki diabetes, juga klasifikasi Texas yang lebih kompleks tetapi
lebih mengacu kepada pengelolaan kaki diabetik. Suatu klasifikasi mutakhir
dianjurkan oleh International Working Group on Diabetic Foot yaitu
klasifikasi PEDIS. Dengan klasifikasi PEDIS akan dapat ditentukan
kelainan apa yang lebih dominan, vaskular, infeksi atau neuropati, sehingga
arah pengelolaan pun dapat tertuju dengan lebih baik. Misalnya suatu ulkus
gangren dengan critical limb ischemia tentu lebih memerlukan tindakan
untuk mengevaluasi dan memperbaiki keadaan vaskularnya terlebih dahulu.
Sebaliknya, kalau faktor infeksi menonjol, tentu pemberian antibiotik harus
adekuat. 1
25
Klasifikasi Wagner 1
Wagner 0: Kulit intak/utuh
Wagner 1: Tukak superfisial
Wagner 2: Tukak dalam disertai selulitis tanpa abses atau tanpa kelainan
tulang
Wagner 3: Tukak dalam dengan kelainan kulit , abses luas yg dalam disertai
kelainan tulang / osteomielitis
Wagner 4: Tukak dengan gangren terlokalisasi
Wagner 5: Tukak dengan gangren luas seluruh kaki.
VI.
GAMBARAN KLINIS
Gangren diabetik di sebut juga gangren panas. Karena walaupun
nekrosis, daerah akral tampak merah dan terasa hangat akibat peradangan.
Biasanya pulsasiarteri di bagian distal masih tetap teraba.Pada iskhemik
ringan, akan terlihat gejala klaudikasio intermiten sewaktu berjalan atau
apabila di bagian distal dari kelainan vaskuler tersebut luka maka proses
penyembuhannya berlangsung lama.Secara praktis gambaran klinik kaki
diabetik dapat digolongkan sebagai berikut :3
a. Kaki neuropati
Pada keadaan ini terjadi kerusakan saraf somatik, baik sensorik
maupun motorik serta saraf otonom, tetapi sirkulasi masih utuh. Neuropati
menghambat impuls rangsangan dan memutus jaringan komunikasi dalam
tubuh. Neuropati sensorik memberikan gejala berupa keluhan kaki
kesemutan dan kurang rasa terutama di daerah ujung kaki. Neuropati
motorik ditandai dengan kelemahan otot, atropi otot, mudah lelah,
deformitas ibu jari dan sulit mengatur keseimbangan tubuh. Pada kaki
neuropati kaki masih teraba hangat, denyut nadi teraba, reflek fisiologi
menurun dan kulit jadi kering. Bila terjadi luka, sembuhnya lama.
26
b. Kaki iskemia
Ditandai dengan berkurangnya suplai darah. Namun pada keadaan ini
sudah ada kelainan neuropati pada berbagai stadium. Pasien mengeluh nyeri
tungkai bila berdiri, berjalan atau saat melaksanakan aktivitas fisik lain.
Kesakitan juga dapat terjadi pada arkus pedis saat istirahat atau malam
hari.Pada pemeriksaan terlihat perubahan warna kulit jadi pucat, tipis dan
mengkilap atau warna kebiruan. Kaki teraba dingin dan nadi poplitea atau
tibialis posterior sulit diraba. Dapat ditemukan ulkus akibat tekanan lokal.
Ulkusnya sukar sembuh dan akhirnya menjadi gangren.
VII.
DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis kaki diabetik dapat dilakukan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang lainnya. Pada
anamnesis, dapat ditanyakan riwayat timbulnya luka beserta perjalanan luka
tersebut. Selain itu menggali lebih dalam riwayat diabetes dan komplikasi
yang telah muncul secara lebih teliti dapat membantu penanganan lebih
lanjut dari penyakit ini. Anamnesis harus fokus pada gejala indikasi
kemungkinan neuropati perifer atau insufisiensi arteri perifer .
a) Gejala Neuropati Perifer
i.
Hipoestesia
ii.
Hiperestesia
iii.
Parestesia
iv.
Disestesia
v.
Nyeri radikuler
vi.
Anhidrosis
27
pasien
aterosklerosis
ekstremitas
bawah
tidak
GD2PP, TTGO, serta HbA1c, kimia darah, urinalisis, foto thoraks, serta foto
pedis. Dengan demikian, dapat diperoleh gambaran perjalanan penyakit DM
yang dialami penderita, yang selanjutnya akan membantu dalam
menentukan penatalaksanaan kaki diabetik.6
VIII.
DIAGNOSIS BANDING
1. Aterosklerosis
2. Insufisiensi Vena Kronik
3. Infeksi pada kaki diabetik
a.Ulkus trofik para diabetes klasik harus dibedakan dari berbagai masalah lain
yang cenderung terjadi pada orang dengan diabetes, seperti dermopati
diabetik, bullosis diabeticorum, xanthoma eruption, necrobiosis lipoidica,
dan anulare granuloma.6
b. Rasa sakit kaki pada penyakit arteri perifer harus dibedakan dari penyebab
nyeri yang lain, seperti radang sendi, nyeri otot, nyeri radikuler, kompresi
sumsum tulang belakang, tromboflebitis, anemia, dan myxedema.6
c.Neuropati diabetik harus dibedakan dari bentuk-bentuk neuropati lainnya,
termasuk neuropati vaskulitis, neuropati metabolik, neuropati otonom,
radikulopati, dan banyak lainnya.6
IX.
PENATALAKSANAAN
Untuk optimalisasi pengelolaan kaki diabetik, pada setiap tahap harus
diingat berbagai faktor yang harus dikendalikan yaitu:1
1) Mechanical Control-Pressure Control (Pengendalian Mekanik dan Tekanan)
2) Metabolic Control (Pengendalian Metabolik)
3) Vascular Control (Pengendalian Vaskuler)
29
diperlukan
untuk
semua
kategori
risiko
tersebut.
31
darah
diusahakan
agar
selalu
senormal
mungkin,
untuk
32
Stop merokok
Memperbaiki faktor risiko terkait aterosklerosis, hiperglikemia, hipertensi,
dislipidemia
Walking program latihan kaki merupakan terapi utama yang diberikan
oleh ahli rehabilitasi medik atau fisioterapis.
3) Terapi Farmakologik
Jika mengacu pada berbagai penelitian yang sudah dikerjakan pada
kelainan akibat aterosklerosis di tempat lain (jantung, otak), mungkin obat
seperti aspirin dan lain sebagainya yang jelas dikatakan bermanfaat, akan
bermanfaat pula untuk pembuluh darah kaki penyandang DM, tetapi sampai
saat ini belum ada bukti yang cukup kuat untuk menganjurkan pemakaian
obat secara rutin guna memperbaiki patensi pada penyakit pembuluh darah
kaki penyandang DM. 1
Pengobatan kaki diabetik meliputi pengendalian gula darah, penanganan
kelainan kaki, neuropati diabetik, sirkulasi darah dan penanganan infeksi
serta rehabilitasi. Pengendalian gula darah harus disertai upaya perbaikan
keadaan umum penderita dengan nutrisi yang memadai.3
Untuk memperbaiki neuropati diabetik kita dapat memilih untuk
memakai secara bersama obat yang melancarakan aliran darah dan yang
memperbaiki metabolisme. Dalam memperbaiki aliran darah kita harus
memperbaiki struktur vaskuler yang telah mengalami kerusakan.3
Sebagai mana yang telah kita ketahui gangguan endotel, gangguan
trombosit, dan dislipidemia menjadi penyebab utama terjadinya angiopati.
Jadi selain pengendalian gula darah, yang mutlak harus dilakukan adalah
33
revaskularisasi,
diperlukan
pemeriksaan
angiografi
untuk
Perawatan luka sejak pertama kali pasien datang merupakan hal yang
harus dikerjakan dengan baik dan teliti. Evaluasi luka harus dikerjakan
secermat mungkin. Klasifikasi PEDIS dilakukan setelah debridement yang
adekuat. Dressing (pembalut) dapat digunakan sesuai dengan keadaan luka
dan juga letak luka tersebut. Dressing mengandung komponen zat penyerap
seperti carbonated dressing, alginate dressing
kuman
Gram
positif
dan
negatif
(misalnya
golongan
PROGNOSIS
36
REFERENSI
1. Waspadji S. Kaki Diabetes. Dalam: Sudoyo AW et all (eds). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing, 2009: h.19611965
2. Dyah Purnamasari. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. Dalam:
Sudoyo AW et all (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V.
Jakarta: Interna Publishing, 2009: h.1880
3. Soetjahjo A. Peranan Neuropati Diabetik. Dalam Majalah Kedokteran
Anadalas Volume 22 No.1 Januari - Juni 1998: h. 2-9
4. David G. Amstrong et all (eds). Diabetic Foot Ulcers: Prevention, Diagnosis
and Classification. University of Texas Health Science Center: 1998 Mar
15;57(6):1325-1332.
5. Kumar P. et all (eds). Kumar & Clarks Clinical Medicine Seventh
Edition.Saunders Elsevier: 2009: h. 1056-1057
37
6. Rowe Lopez V. (online) Diabetic Ulcer. Updated Sept 25,2012. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/460282
7. Price A. Sylvia et all (eds). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995: h. 1117-1119
38