Oleh :
HARDIANZAH RAHMAT
F24104043
2009
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
HARDIANZAH RAHMAT
F24104043
Dilahirkan pada tanggal, 13 Januari 1987
di Tadang Palie
Tanggal Lulus :
Menyetujui
Bogor,
Februari 2009
RINGKASAN
Indonesia memiliki tanaman lokal yang sangat berlimpah. Tanaman lokal di
Indonesia banyak yang belum terjamah dan termanfaatkan untuk dikonsumsi
sebagai bahan pangan yang kaya akan zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh dan
kesehatan. Jenis sayuran lokal tersebutlah yang dikenal dengan nama sayuran
indigenous. Salah satu daerah di Indonesia yang merupakan penghasil sayuran
indigenous yang cukup berperan adalah daerah Jawa Barat. Komponen fenolik
dalam bahan pangan memiliki peran yang sangat baik salah satunya adalah sebagai
antioksidan. Sayur-sayuran banyak mengandung senyawa fenolik yang berupa
flavonoid. Penelitian-penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa flavonoid
dapat berfungsi sebagai antioksidan, antimutagenik, dan antikarsinogenik. Oleh
karena itu, pemanfaatan sayuran indigenous sebagai sumber flavonoid akan dapat
meningkatkan nilai tambah tanaman-tanaman tersebut. Sejarah membuktikan
bahwa leluhur kita sudah banyak memanfaatkan sayuran indigenous karena sudah
mengenal rasa dan manfaatnya berdasarkan pengetahuan secara turun temurun.
Perkembangan budaya dan teknologi menyebabkan perkembangan sayuran
indegenous menjadi terdesak, maka potensi sayuran ini harus digali dan dikaji
kembali untuk mendapatkan manfaat yang lebih baik dalam meningkatkan nutrisi
bagi yang mengkonsumsinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengetahui kandungan
komponen-komponen flavonoid yang berupa flavonol dan flavone pada beberapa
sayuran indigenous daerah Jawa Barat. Pada penelitian ini jenis sayuran yang akan
digunakan adalah sayuran-sayuran lokal yang banyak dan sering dikonsumsi oleh
masyarakat Jawa Barat. Sayuran tersebut adalah daun kelor (Moringa
pterygosperma Gaertn.), takokak (Solanum torvum.Swartz) antanan beurit
(Hydrocotyle sibthorpioides Lmk), bunga pepaya (Carica papaya.L), daun jambu
mete (Anacardium occidentale. L), pucuk mengkudu (Morinda citrifolia.L), daun
labu siam (Sechium edule (Jacq.) Swartz.), daun kacang panjang/lembayung (Vigna
unguiculata (L.) Walp), daun pakis (Arcypteris irregularis (C.Presl) Ching), kucai
(Allium schoenoprasum L.), daun mangkokan putih (Nothopanax scutellarium
(Burm.f.) Fosb.), bunga turi (Sesbania grandiflora (L.) Pers.), dan terubuk
(Saccharum edule.Hassk). Pembuatan ekstrak flavonoid dari sayuran dilakukan
dengan menggunakan campuran pelarut air dan methanol. Selain itu, dilakukan
pula pembuatan kurva standar flavonoid yang digunakan sebagai acuan dalam
penentuan komponen tersebut pada sampel. Standar yang digunakan adalah
quercetin, kaempferol, myricetin, apigenin, dan luteolin. Analisis yang dilakukan
yaitu analisis kadar air, analisis total fenol, dan deteksi flavonoid dengan
menggunakan HPLC column C-18; Develosil ODS-UG-3.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data kadar air sayuran indigenous
berkisar antara 75%-90%. Total fenol (per 100gram berat kering) terbesar terdapat
pada pucuk mete (2809.5 mg) dan terkecil pada terubuk (204.4). Sayuran
indigenous memberikan komposisi senyawa flavonol dan flavone yang bervariasi.
Namun, semua sampel mengandung senyawa quarcetin. Kandungan quarcetin
terbanyak ada pada pucuk mete (573.07 mg) dan yang paling sedikit mengandung
quarcetin adalah terubuk yaitu 3.77 mg. Senyawa myricetin hanya ditemukan pada
sayuran kucai (16.23 mg), takokak (21.29 mg), daun labu siam (69.39 mg), pucuk
mete (37.85 mg), dan antanan beurit (10.46 mg). Senyawa luteolin hanya
ditemukan pada sayuran daun kelor dan jumlahnya pun sangat sedikit, sedangkan
apigenin hanya ditemukan pada daun kacang panjang (114.81mg), daun
mangkokan putih (45.47 mg), dan bunga papaya (101.11 mg). senyawa kaempferol
ditemukan hampir di semua sampel sayuran kecuali takokak dan terubuk.
Kaempferol terbesar ditemukan pada bunga turi (189.05 mg) dan terendah pada
daun pakis (18.63 mg). Total flavonol dan flavone terbesar terdapat pada pucuk
daun mete (656.20 mg) dan total fenol tertinggi juga pada pucuk daun mete
(2809.53 mg). Nilai-nilai tersebut dihitung berdasarkan 100 gram berat kering.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang
telah memberikan berkat, anugerah dan karunia yang melimpah, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama mengerjakan tugas akhir ini, walaupun
banyak kesulitan yang penulis harus hadapi, namun berkat bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak, akhirnya tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk
itu
penulis
tidak
lupa
mengucapkan
terima
kasih
dan
penghargaan
setinggi-tingginya kepada :
1. Dr. Ir. Nuri Andarwulan, Msi. Selaku dosen pembimbing akademik dan
sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan
memberikan dukungan, bimbingan, saran serta arahan selama penelitian dan
penulisan skripsi ini.
2. Ir. Elvira Syamsir, MSi selaku dosen penguji. Terima kasih telah meluangkan
waktunya dan memberikan masukan berupa saran dan pemikiran yang sangat
berharga untuk menyempurnakan skripsi ini.
3. Dr.Endang Prangdimurti, MSi selaku dosen penguji. Terima kasih telah
meluangkan waktunya dan memberikan masukan berupa saran dan pemikiran
yang sangat berharga untuk menyempurnakan skripsi ini.
4. My family : Mama, Papa, Emmy, Tato, Nana, Iin. Terima kasih atas segala doa,
semangat dan dukungannya. Cinta dan kasih sayang kalian telah memberikan
aku kekuatan yang mampu mengalahkan segala kekuatan.
5. Amure-mareku yang selalu support aku. Puang : Tahir, Sultan, Danti, Ajju,
Marwah, Lemang, Sitti, Wahidah, Hj.Saje, Hj.Mase, dan semua keluarga
besarku. Terima kasih atas dukungannya.
6. My women in top : Iin Novianti, Githa, Maya, Puteri, Isabel, Melati, Nisa
Holland, Rika, Andien, Kiky, Rini, Ade, Vina, dan Dewi Meitasari. Terima
kasih sudah pernah menghiasi hari-hariku indahku..
7. Teman satu bimbinganku T. Aprilia Dewanti dan Astrida Renata, teman senasib
dan sepananggungan.
8. Ucok in the Gank Crew : Edy Pepes Presto, Auu Tongseng, Riska Paha, Chabib
Lele, Sisi Bawal. Terima kasih atas kebersamaannya dan doa-doanya selama ini
(meskipun terkadang saling mendoakan dalam keburukan. Hehe.. tapi salut atas
semuanya). Remember Especto patronum.
9. Rekan-rekan penelitian di Southeast Asia Food and Agricultural Science and
Technology Center (SEAFAST Center) IPB : Sofiyan, Netha, Sukma, Mas Rai,
Mba Reno, Mas Ayusta, Mba Puspa, Mas Aziz, Mba Anggi atas bantuan,
kebersamaan, canda tawa, dan dukungan selama penelitian.
10. 41 Futsal Team : Anto (strong defender) yang mahal senyum saat mencetak gol,
Aris (goalkeeper paling brani yang pernah ada di squad), Iqbal (winger
creative), Dody (1 to 2 yang brillian), Boing (striker yang harus gantung sandal
karena sakit tapi da sembuh lagi dengan sentuhan magisnya), Dikin dengan
hadangan tanpa ampunnya, Rhais yang mengaku dirinya titisan Zidane dan
reserves (Nanang, Mpus, Bima). Terima kasih buat semua kekompakan dan
kerja kerasnya sudah mampu mempertahankan gelar juara 2 tahun
berturut-turut sekaligus mendeklarasikan diri sebagai team futsal terbaik ITP
yang pernah ada.
11. PS Mania : Bima, Rhais, Dody, Mpus, Anto. Terima kasih buat kebersamaanya,
canda tawa, kutukan, dan celotehannya menuju tahta juara. GLORY MU.
12. Karaoke Mania : Ririn sang mami, Lia, tante Au, Sisy, Chabib, Edy, dan
pendatang baru Sekar. Terima kasih buat suara sumbangnya yang cempreng
dan serak-serak buecek gitu.
13. Aa dan Teteh Al Farabi. Terima kasih sudah mau menampung aku di saat aku
tersesat mencari kosan. Ya meskipun harus berhadapan dengan kuburan dan
teror hantu yang selalu menggila tiap malam bulan purnama.
14. BOLYPAD crew : Abang Bob, Ance, Wardi, Andre Bayor, dan Dayat. Terima
kasih untuk kebersamaannya dalam suka dukanya sebagai anak kost-kostan.
15. Kost-kosan Pondok Lestari yang dihuni aroma setan-setan gentayangan : Om
Faisal, Ance Trio Marta, Andre Bayor, Dayat dan Pepen. Terima kasih untuk
semua kekompakan dan teriakannya yang diadopsi dari suara-suara aneh yang
tidak jelas.
16. Staf laboratorium SEAFAST Center IPB : Pak Soenar, Mba Ria dan Mas Arief,
Mansyah, Pak Sukarna (Abah), Sofah, Mba Ari, Mba Ria dan Mba Deni, Mba
Nia, Mas Wawan, Mba Ira, Mba Hanna, Gugun, dan semuanya. Terima kasih
atas bantuan, kerjasama, dan, kebersamaan selama penelitian.
17. Staf SEAFAST Center IPB : Bu Tri Susilo, Pak Zul, Mba Virna, Bu Elly, Pak
Nana, Pak Udin, Bi Ana, Bi Entin, dan seluruh keluarga SEAFAST Center IPB.
18. Pak Aang, Pak Ahi, dan seluruh pihak Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat (BALITRO), Cimanggu. Terima kasih atas kerjasamanya.
19. Nia dan Mega Horti. Terima kasih atas sumbangan terubuknya.
20. Mba Lia dan pihak Puslit Biologi - LIPI, Cibinong. Terima kasih atas
kerjasamanya.
21. Teman-teman ITP 41: Arief Otot, Tuko, Tomi (terima kasih buat rumus-rumus
ajaibnya). Arum, Titin, Risma ( teman praktikum permanen slalu aja mereka,
bosen d..hehehe). Jendi (sang konsultan virus), Faried, Rina, Sinta, Sabina,
Citra Devi, Indra, Rani, Novi, Amel, Andry Bawang Bacem, Jamal Zamrud,
Ary, Lulail, Hajrah, Sucen, Tikainchan, Dhya Jember dan semua ITP 41 yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhir kata, hanya kepada Tuhan jualah segalanya dikembalikan, semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua
pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas. Penulis pun
menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, disebabkan karena
berbagai keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk menjadi perbaikan di masa yang akan
datang.
Bogor,
Januari 2009
Penulis.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
I.
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................. 1
B. TUJUAN ................................................................................................. 6
C. MAMFAAT ............................................................................................ 6
b. Luteolin ........................................................................................62
c. Quercetin ......................................................................................63
d. Apigenin ......................................................................................64
e. Kaempferol ..................................................................................64
2. Standar Campuran Senyawa Flavonoid .............................................66
C. TOTAL FENOL ....................................................................................70
D. ANALISIS FLAVONOID PADA SAYURAN INDEGENOUS .............71
1.
2.
Kucai ...............................................................................................78
3.
Takokak...........................................................................................79
6.
7.
Terubuk ...........................................................................................91
8.
Mangkokan Putih.............................................................................93
9.
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Pohon turi......................................................................................10
Gambar 3.
Gambar 4.
Kucai ............................................................................................12
Gambar 5.
Takokak ........................................................................................15
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Terubuk .........................................................................................24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10. Hasil uji tukey senyawa quarcetin pada sampel ........................ 135
Lampiran 11. Hasil uji tukey senyawa apigenin pada sampel ......................... 136
Lampiran 12. Hasil uji tukey senyawa kaempferol pada sampel ..................... 137
Lampiran 13. Hasil uji tukey total flavonoid pada sampel .............................. 138
Lampiran 14. Kadar air sayuran indigenous .................................................. 139
Lampiran 15. Kadar air sayuran indigenous setelah freeze drayer .................. 142
Lampiran 16. Total fenol sayuran indigenous ................................................ 145
Lampiran 17. Hasil perhitungan jumlah myricetin pada sayuran
indigenous dengan menggunakan kurva standar campuran ...... 148
Lampiran 18. Hasil perhitungan jumlah luteolin pada sayuran indigenous
dengan menggunakan kurva standar campuran ........................ 149
Lampiran 19. Hasil perhitungan jumlah quarcetin pada sayuran
indigenous dengan menggunakan kurva standar campuran ...... 150
Lampiran 20. Hasil perhitungan jumlah apigenin pada sayuran indigenous
dengan menggunakan kurva standar campuran ........................ 153
Lampiran 21. Hasil perhitungan jumlah kaempferol pada sayuran
indigenous dengan menggunakan kurva standar campuran ...... 154
Lampiran 22. Hasil perhitungan jumlah myricetin pada sayuran
indigenous dengan menggunakan eksternal standar campuran . 157
Lampiran 23. Hasil perhitungan jumlah luteolin pada sayuran indigenous
dengan menggunakan eksternal standar campuran ................... 158
Lampiran 24. Hasil perhitungan jumlah quercetin pada sayuran
indigenous dengan menggunakan eksternal standar campuran . 159
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang memiliki tanaman lokal yang sangat
berlimpah. Tanaman lokal tersebut sampai saat ini masih banyak yang belum
terjamah dan termanfaatkan, baik untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan
sendiri maupun sebagai zat-zat yang yang bermanfaat bagi tubuh dan
kesehatan. Selain itu saat ini di Indonesia belum tercapai keseimbangan antara
penyediaan pangan dengan jumlah yang diperlukan oleh masyarakat,
sementara pertambahan penduduk yang terus meningkat sangat memerlukan
peningkatan dalam hal penyediaan makanan.
Sayur-sayuran merupakan jenis makanan yang sangat dianjurkan dalam
menu makanan manusia. Golongan makanan ini merupakan sumber mineral
dan vitamin terutama yang berwarna hijau atau merah kekuningan. Dari data
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2003 konsumsi
sayur-sayuran/ kapita/ hari mencapai 40.95 gram dengan memberi sumbangan
sebanyak 2.6 % kkal per hari. Sampai saat ini pula konsumsi sayuran bangsa
kita hanya 37,94 kg/kapita/tahun, sementara standar FAO 65,75 kg. Jumlah
konsumsi sayur-sayuran tersebut masih sangat terbatas dalam jenis
sayur-sayuran tertentu. Oleh karena itu pengadaan sumber daya hayati jenis
sayur-sayuran perlu ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya. Usaha
penganekaragaman sumber makanan merupakan salah satu pemecahan dalam
rangka mengurangi ketergantungan pada salah satu jenis makanan termasuk
dalam penganekaragaman dalam konsumsi sayur-sayuran.
Jenis sayur-sayuran yang dibudidayakan sekarang sangatlah terbatas pada
beberapa tanaman tertentu saja. Bila menilik kekayaan alam Indonesia, masih
banyak jenis sayur-sayuran lain yang belum terungkap secara ilmiah dan
dikembangkan untuk kepentingan nasional serta masyarakat luas. Peluang
untuk pengembangan dan penganekaragamannya pun cukup besar.
Jawa Barat merupakan salah satu daerah penghasil sayur-sayuran yang
memiliki
peran
yang
cukup
signifikan
dalam
menghasilkan
jenis
(Balitsa)
bekerjasama
dengan
Asian
Vegetables
Research
flavone
flavonol
anthocyanin
flavanon
flavanonol
flavan
Gambar 1. Struktur kimia dari 6 kelas flavonoid (Peterson dan Dwyer, 2000)
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar.
Golongan flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat
pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae.
Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deret senyawa C6-C3-C6
artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena
tersubtitusi) disambungkan oleh rantai alifatik ketiga karbon. Flavonoid
mempunyai sifat yang khas yaitu bau yang sangat tajam, sebagian besar
merupakan pigmen warna kuning, dapat larut dalam air dan pelarut organik,
mudah terurai pada temperatur tinggi.
Flavonoid punya sejumlah kegunaan. Pertama, terhadap tumbuhan, yaitu
sebagai pengatur tumbuhan, pengatur fotosintesis, kerja antimiroba dan
antivirus. Kedua, terhadap manusia, yaitu sebagai antibiotik terhadap penyakit
kanker dan ginjal, menghambat perdarahan. Ketiga, terhadap serangga, yaitu
sebagai daya tarik serangga untuk melakukan penyerbukan. Keempat,
kegunaan lainnya adalah sebagai bahan aktif dalam pembuatan insektisida
nabati dari kulit jeruk manis (Anonim, 2008).
Komponen flavonoid yang dianalisis dalam penelitian ini adalah golongan
flavonol dan flavone. Senyawa yang dianalisis dari golongan flavonol terdiri
atas myricetin quercetin, , dan kaempferol, sedangkan dari golongan flavone
terdiri atas apigenin dan luteolin. Pengidentifikasian dibatasi hanya pada kedua
golongan ini karena kedua golongan senyawa ini merupakan komponen
flavonoid yang mayoritas (secara kualitatif) terdapat pada sayuran (Lee, 2000).
Analisis komponen fenolik pada bahan pangan dapat menggunakan
berbagai macam cara, mulai dari cara paling sederhana; seperti uji kolorimetri,
hingga penggunaan instrumen yang canggih dan mutakhir; untuk pemisahan,
perhitungan kuantitas, dan pengkarakterisasian masing-masing komponen.
Berbagai metode kromatografi cair (kromatografi kertas, kromatografi lapis
tipis, kromatografi kolom, dan High Performance Liquid Chromatography)
(Lee, 2000). Deteksi komponen flavonol dan flavone yang terdapat pada
sayuran indigenous daerah Jawa Barat yang dilakukan pada penelitian ini
adalah menggunakan metode High Performance Liquid Chromatography
(HPLC). Dibandingkan dengan metode kromatografi cair lainnya, HPLC
merupakan metode yang paling mendekati untuk dapat menyediakan dan
memberikan respon yang tepat, baik dalam sensitivitas yang tinggi maupun
dalam hal efisiensi pemisahan karena menggunakan kolom berpartikel kecil
terbungkus dengan ketat. Selain itu, deteksi komponen dengan penggunaan
metode kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas, bila dibandingkan
dengan HPLC, membutuhkan konsentrasi yang lebih besar. Pada analisis
dengan metode HPLC, tidak ada pembatasan dalam hal volatilitas sampel
B. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi dan mengetahui
kandungan komponen-komponen flavonoid (flavonol dan flavone) pada
beberapa sayuran indigenous daerah Jawa Barat.
C. MANFAAT
Manfaat penelitian ini adalah mendapatkan data mengenai komposisi
komponen flavonoid (flavonol dan flavone) pada beberapa sayuran indigenous
daerah Jawa Barat sehingga tercipta peluang untuk pemanfaatan lebih lanjut.
A. SAYURAN INDIGENOUS
Indonesia sebagai bangsa dengan keragaman sumber daya hayati yang
dimiliki sangat berpotensi untuk dikembangkan dan digali lebih dalam. Seperti
halnya sayur-sayuran lokal tentunya sangat berkontribusi terhadap suplai
pangan dan kesehatan masyarakat Indonesia. Sejarah membuktikan bahwa
leluhur kita sudah banyak memanfaatkan sayuran indigenous karena sudah
mengenal rasa dan manfaatnya berdasarkan pengetahuan secara turun temurun.
Sayuran indigenous adalah sejenis sayuran yang walaupun tanaman sayuran itu
bukan berasal dari Indonesia, namun tanaman tersebut sudah beradaptasi dan
sudah dikultivasi atau dimanfaatkan oleh penduduk setempat dari dahulu,
sehingga sudah dianggap sebagai tanaman turun-temurun dan telah berevolusi
dengan iklim dan geografis wilayah Indonesia (Anonim, 2008). Sayuran
indigenous biasanya tumbuh di pekarangan rumah maupun kebun secara alami
dan dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga, baik sebagai sayuran yang
dimasak maupun lalapan. Pada kenyataannya di daerah Jawa Barat sayuran
indigenous sudah memasuki pasar di rumah makan yang digunakan sebagai
lalap. Banyak sayuran indigenous yang berfungsi sebagai obat dari suatu
penyakit manusia.
Pada penelitian ini akan diididentifikasi kandungan flavonoid dari
sayuran indigenous tersebut. Sayur yang digunakan adalah sayur-sayuran yang
banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan banyak tumbuh di daerah Jawa Barat.
Bagian dari sayur-sayuran indigenous yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bagian yang biasa dikonsumsi (dapat berupa batang, daun, bunga atau
seluruh bagian tanaman). Sayuran tersebut diantaranya adalah bunga turi, daun
pakis, kucai, daun mangkokan putih, daun labu siam, takokak, kelor, pucuk
mengkudu, pucuk mete, terubuk, bunga pepaya, antanan beurit, dan daun
kacang panjang atau lembayung.
: Plantae
Division
: Spermatophyta
Sub Division
: Angiospermae
Class
: Dicotyledonea
Order
: Rosales
Family
: Leguminosae
Genus
: Sesbania
Spesies
atau dibuat sayur. Rasanya hampir mirip dengan bunga pepaya namun
tidak pahit. Turi berbunga merah lebih banyak dipakai dalam pengobatan,
karena memang lebih berkhasiat. Mungkin kadar taninnya lebih tinggi,
sehingga lebih manjur untuk pengobatan luka ataupun disentri.
Daun muda setelah dikukus kadang dimakan oleh ibu yang sedang
menyusui anaknya untuk menambah produksi asi, walaupun baunya tidak
enak dan berlendir. Daun dan ranting muda juga merupakan makanan
ternak yang kaya protein. Turi juga dipakai sebagai pupuk hijau. Daunnya
mengandung saponin sehingga dapat digunakan sebagai pengganti sabun
setelah diremas-remas dalam air untuk mencuci pakaian.
Buah bentuk polong yang menggantung, berbentuk pita dengan
sekat antara, panjang 20-55 cm, lebar 7-8 mm. Biji 15-50, letak melintang
di dalam polong. Akarnya berbintil-bintil, berisi bakteri yang dapat
memanfaatkan nitrogen, sehingga bisa menyuburkan tanah. Sari kulit
batang pohon turi digunakan untuk menguatkan dan mewarnai jala ikan.
Kulit batang turi merah kadang dijual dengan nama kayu timor.
Turi (Sesbania grandiflora) termasuk keluarga kacang kacangan.
Tanaman ini cukup berharga bila dikembangkan sebagai bahan pakan
karena kadar proteinnya yang tinggi, tetapi turi juga mengandung
berbagai senyawa anti-nutrisi, di antaranya kanavanin, penghambat
tripsin, saponin, tanin dan alkaloid (Anonim, 2008p). Banyak cara untuk
menghilangkan senyawa-senyawa ini, di antaranya dengan cara membuat
konsentrat protein dan membuang kulitnya. Hasil pembuatan konsentrat
protein sangat rendah (3,9%) dari bahan awal. Di samping itu, senyawa
yang anti-nutrisi hanya berhasil dikurangi tapi tidak bisa hilang sama
sekali. Pengupasan kulit (sekitar 35-40% dan biji utuh) menghasilkan
lebih banyak senyawaan yang bisa dibuang. Disarankan untuk
menggunakan biji tanpa kulit ini untuk hewan non-ruminansia.
Bunga atau kembang turi memiliki
pelembut kulit, pencahar, dan penyejuk. Selain itu kandungan kimia dari
bunga turi ini antara lain kalsium, zat besi, zat gula, vitamin A dan B
(Anonim, 2008q).
2.
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Liliopsida
Order
: Asparagales
Family
: Alliaceae
Genus
: Allium
Spesies
Gambar 4. Kucai
3.
: Plantae
Division
: Spermatophyta
Sub Division
: Angiospermae
Class
: Dicotyledonae
Order
: Solanales
Family
: Solanaceae
Genus
: Solanum
Spesies
darah
beku,
menghilangkan
sakit
(analgetik),
0,84% yang merupakan bahan baku hormon seks untuk kontrasepsi. Juga
memiliki senyawa sterol carpesterol sebagai antiradang (Anonim, 2007j).
Manfaat lain takokak juga untuk sakit lambung, sakit gigi, katarak, tidak
datang haid, wasir atau ambeien, radang payudara, influenza, panas
dalam, pembengkakan, bisul, koreng, sakit pinggang, asam urat tinggi,
keropos tulang, jantung berdebar-debar, menetralkan racun dalam tubuh,
dan melancarkan sirkulasi darah (Anonim, 2007i)
Gambar 5. Takokak
4.
: Plantae
Division
: Spermatophyta
Sub Division
: Angiospermae
Class
: Dicotyledonae
Order
: Brassicales
Family
: Moringaceae
Genus
: Moringa
Spesies
kapur sirih, juga merupakan obat kulit seperti kurap dengan cara
digosokkan.
Di lingkungan pedesaan, penanaman kelor yang paling umum cukup
dengan cara setekan batang tua atau cukup tua, yang langsung
ditancapkan ke dalam tanah, apakah sebagai batas tanah, pagar hidup
ataupun batang perambat. Disamping itu, manfaat lain dari batang
bersama daun kelor, umumnya digunakan sebagai alat untuk
melumerkan atau menon-aktifkan kekuatan magis seseorang, yaitu
dengan cara disapu-sapukan ke bagian muka ataupun dijadikan alat
tidur, misal seseorang yang tahan terhadap pukulan, bacokan, bahkan
tidak mempan oleh terjangan peluru, maka dengan cara disapu-sapukan
ke bagian tubuhnya, ataupun dijadikan alas tidurnya, atau ada pula air
tanaman kelor disiramkan ke seluruh tubuhnya, maka kekuatan magis
tubuhnya akan lumer atau hilang. Sangat unik adalah kebiasaan penduduk
sekitar Arba Minch yang memiliki lahan terbatas, mulai dari sekitar 0,1 ha
atau 1.000 meter persegi, atau hanya ratusan bahkan puluhan meter
persegi saja. Sehingga pohon kelor hanya dijadikan pagar hidup,
pembatas tanah ataupun pohon perambat sama seperti di Indonesia. Akan
tetapi hasilnya, kalau daunnya dapat langsung digunakan sebagai sayuran,
maka bunganya akan tetap dipelihara hingga menjadi buah dan
menghasilkan biji yang dapat dijual kepada perusahaan asing yang
memerlukan untuk pembuatan tepung atau minyak sebagai bahan baku
pembuatan obat dan kosmetik bernilai tinggi.
Salah satu sifat yang menguntungkan untuk membudidayakan pohon
kelor yang sudah diketahui sejak lama, yaitu minimnya penggunaan
pupuk dan jarang diserang hama (oleh serangga) ataupun penyakit (oleh
mikroba). Sehingga biaya untuk pemupukan dan pengontrolan hama dan
penyakit relatif sangat murah. Bahkan, dari pengalaman para petani kelor
yang sudah lama berkecimpung, diketahui bahwa pemupukan yang baik
adalah
berasal
dari
pupuk
organik,
khususnya
berasal
dari
5.
: Plantae
Division
: Lignosae
Sub Division
: Angiospermae
Class
: Dicotyledonae
Order
: Brassicales
Family
: Rubiaceae
Genus
: Morinda
Spesies
: Morinda citrifolia L.
Efek
farmakologis
6.
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Order
: Fabales
Family
: Fabaceae
Genus
: Vigna
Spesies
7.
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Superdivision
: Spermatophyta
Division
: Magnoliophyta
Class
: Liliopsida
Sub-class
: Commelinidae
Ordo
: Poales
Family
: Poaceae
Genus
: Saccharum
Spesies
suatu
hibrida
dari
tanaman
tebu.
Tanaman
ini
tanaman ini biasa dimakan dalam bentuk mentah (lalap), dikukus atau
digoreng sebagai bahan sayur, bahkan seringkali masayarakat sunda
menjadikanya campuran dalam rebusan indomie. Sayur yang dikenal
dengan bahan dasar bunga terubuk antara lain, sayur lodeh, tumis, kare,
dan sayur asam. Di Eropa tebu terubuk sering digunakan sebagai bahan
pengganti dari cauliflower (OCHSE, 1931 dan TERRA, 1966).
Menurut TERRA (1966) bunga tebu terubuk mengandung protein
sekitar 4.6 - 6 %. Selain itu, tebu terubuk banyak mengandung mineral
terutama kalsium dan fosfor, di samping vitamin C (asam askorbat).
komposisi tebu terubuk.dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi tebu terubuk per 100 gram*)
Komponen
Kandungan
Karbohidrat
3.0 g
Protein
4.6 g
Lemak
0.4 g
Kalsium
40.0 mg
Fosfor
80.0 mg
Fe
2.0 mg
Vitamin A
0.0 SI
Vitamin B1
0.08 mg
Vitamin C
80.0 mg
Air
91.0 g
Gambar 9. Terubuk
8.
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Order
: Apiales
Family
: Araliaceae
Genus
: Nothopanax
Spesies
hasil
penelitian
didapatkan
ciri-ciri
habitus-morfologi
9.
: Plantae
Division
: Spermatophyta
Sub Division
: Angiospermae
Class
: Dicotyledonae
Order
: Cucurbitales
Family
: Cucurbitaceae
Genus
: Sechium
Spesies
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Order
: Brassicales
Family
: Caricaceae
Genus
: Carica
Spesies
: Carica Papaya L.
pengeluaran empedu
pencernaan
lemak.
Akibatnya,
Ekstrak
dibuat
dengan
cara
ekstraksi
sinambung
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Order
: Sapindales
Family
: Anacardiaceae
Genus
: Anacardium
Spesies
: Anacardium occidentale L
: Plantae
Division
: Filicophyta/Pterrophyta
Family
: Dryopteridaceae
Genus
: Arcypteris
Spesies
: Plantae
Division
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledone
Order
: Umbillales
Family
: Umbilliferae (Apiaceae)
Genus
: Hydrocotyle
Spesies
(diuretika),
penurun panas
(antipiretika),
menghentikan
value dari Hydrocotyle sibthorpioides Lam. Ini belum ada yang secara
detil menjelaskannya. Namun dalam penggunaannya sebagai obat, seperti
kebanyakan dari famili Umbelliferae, Hydrocotyle sibthorpioides Lam.
Mengandung minyak essensial, komponen utama dari terpenoid menjadi
trans-beta-farnesene. A lignan, L-sesamin, dan caffeoylgalactoside juga
telah diisolasi dari tanaman ini.
Nama Lokal
Bunga Turi
Allium schoenoprasum L.
Kucai
Buah
Takokak
Pucuk
Morinda citrifolia L
Mengkudu
Daun Kacang
Panjang
Terubuk
Nothopanax scutellarium
(Burm.f.) Fosb.
Mangkokan
Putih
Daun Labu
Swartz.
Siam
hipertensi, arterioscleosis,
melawaskan sistem pembuangan air
kecil dan pernafasan dan sebagai
tonik kesehatan (Dalimartha, 2005).
Carica Papaya L.
Bunga
Pepaya
Anacardium occidentale L
Pucuk Mete
Arcypteris irregularis
(C.Presl) Ching
Hydrocotyle sibthorpioides
Lmk
Antanan
Beurit
B. FLAVONOID
Flavonoid merupakan salah satu jenis komponen yang terkandung dalam
tanaman, dan dapat ditemukan pada semua tanaman vaskuler. Flavonoid adalah
komponen yang mempunyai berat molekul rendah, dan pada dasarnya
merupakan phenylbenzopyrones (phenylchromones) dengan berbagai variasi
pada struktur dasarnya, yaitu tiga cincin utama yang saling melekat. Struktur
dasar ini terdiri dari dua cincin benzene (A dan B) yang dihubungkan melalui
cincin heterosiklik piran atau piron (dengan ikatan ganda) yang disebut cincin
C (Middleton et al., 2000). Miean dan Mohamed (2001) menegaskan bahwa
struktur dasar flavonoid adalah rangkaian cincin karbon C6C3C6.
flavone yaitu pada flavonol terdapat gugus hiroksi pada gugus C3. Kedua
senyawa ini banyak terdapat pada bagian daun dan bagianluar daritanaman, dan
hanya sedikit yang ditemukan pada bagian tanaman yang berada di permukaan
tanah (Hertog et al., (a), 1992).
Dibandingkan dengan jenis flavonoid lain, jenis flavonol dan flavone
merupakan dua dari jenis falvonoid yang paling banyak terdapat dalam tanaman
sayur-sayuran (Robinson, 1995). Oleh karena itulah, pada penelitian ini,
dilakukan identifikasi pada kedua jenis flavonoid tersebut. Selain karena alasan
jumlah yang mayoritas, berdasarkan penilitian-penelitian yang telah dilakukan,
kedua jenis flavonoid ini memiliki kemampuan yang baik, antara lain sebagai
antioksidan.
Flavonol terdiri atas quercetin yang umumnya merupakan komponen
terbanyak dalam tanaman, kaempferol, dan myricetin. Flavone yang terdiri atas
apigenin dan luteolin, hanya ditemukan pada bahan pangan tertentu, contohnya
seledri, lada (hanya luteolin), dan peterseli (hanya apigenin) (Lee, 2000).
Dalam sayuran, quercetinglikosida merupakan komponen yang paling
menonjol. Namun, terdapat pula glikosida dari kaempferol, luteolin, dan
apigenin (Hertog et al., (a), 1992).
Flavonoid memiliki efek biologis dalam sistem sel mamalia yang berperan
dalam
kesehatan
manusia.
Beberapa
flavonoid,
terutama
quercetin
R1
R2
R3
OH
OH
OH
Quercetin
OH
OH
Kaempferol
OH
OH
Apigenin
diperoleh teknik kromatografi cair yang paling kuat yakni HPLC (High
Performance Liquid Chromatography). Jadi pada HPLC fase gerak dialirkan
dengan cepat dan hasilnya dideteksi dengan instrumen.
Komponen utama dari system HPLC adalah pompa (tekanan tetap dan
volume tetap), penginjeksi, kolom (ekternal dan internal), detektor, dan
rekorder atau sistem data yang terintegrasi (Rounds dan Gregor, 2003).
Parameter-parameter yang akan mempengaruhi system kerja pada HPLC antara
lain diameter dari kolom HPLC, ukuran partikel, ukuran lubang pada fase diam,
dan tekanan pompa.
Terdapat lima tipe HPLC yaitu normal phase chromatography, reversed
phase
chromatography,
ion-exchange
chromatography,
size-exclusion
RP-HPLC terdiri atas alkil turunan silika dan tidak pernah digunakan dengan
larutan basa (karena larutan basa akan menghancurkan ikatan silika). Kolom
RP-HPLC dapat digunakan dengan larutan asam tapi tetapi tidak boleh kontak
terlalu lama karena asam dapat menimbulkan korosi pada logam yang ada
dalam peralatan HPLC. Kandungan logam pada kolom HPLC harus dijaga agar
tetap rendah supaya dapat memberikan hasil terbaik pada pemisahan komponen.
Salah satu cara untuk mengetahui kandungan logam di dalam kolom HPLC
adalah dengan menginjeksikan campuran dari 2,2- dan 4,4-bipiridin. Bila
terdapat ion logam di permukaan silika, maka senyawa 2,2-bipiridin akan
mengkelat logam tersebut dan peak dari senyawa yang akan diidentifikasi
menjadi tidak teratur sehingga dapat memberikan hasil yang tidak sesuai.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mendeteksi komponen fenolik
dalam bahan pangan dengan metode HPLC. Komponen fenolik merupakan
senyawa aromatik, oleh karena itu, senyawa tersebut akan memberikan
penyerapan yang baik pada panjang gelombang sinar UV. Flavonoid yang
merupakan bagian dari senyawa fenolik, memiliki serapan pada panjang
gelombang antara 240 dan 270 nm, dan antara 320 dan 380 nm. Untuk itulah,
pada deteksi komponen fenolik, detektor yang digunakan pada komponen
HPLC adalah detektorUV atau UV-Vis (Lee, 2000).
Fase gerak yang biasa digunakan dalam identifikasi senyawa fenolik
dengan HPLC adalah metanol, acetonitril, dan tetrahidrofuran. Penggunaan
tetrahidrofuran sebagai fase gerak dalam sistem HPLC, memberikan hasil
pemisahan yang terbaik diikuti oleh acetonitril, dan terakhir metanol. Namun,
pada identifikasi senyawa flavonoid, fase gerak yang biasa digunakan adalah
metanol dan acetonitril. Tetrahidrofuran akan memberikan hasil yang sangat
signifikan berbeda bila digunakan untuk mengidentifikasi asam sinamat dalam
jus jeruk (Lee, 2000).
Analisis flavonoid pada sayuran seperti yang dikemukakan Hertog et al.,
(a) (1992) banyak diadopsi oleh para peneliti-peneliti lain (Lee, 2000).
Identifikasi flavonoid pada sayuran dilakukan dengan menggunakan fase gerak
25% acetonitril dalam buffer fosfat 0.025M. laju alirannya adalah 0.9 ml/menit.
Sampel yang akan diidentifikasi akan melewati kolom Nova-Pak C18, yang
memiliki dimensi (150 x 3.9-mm ID). Detektor yang digunakan yaitu Linear
Model 204 UV-Vis detector (Hertog et al., (a) (1992).
Menurut Macrae (1988), keuntungan utama dari HPLC adalah
kemampuannya untuk menangkap komponen dengan stabilitas panas yang
terbatas ataupun yang bersifat volatil. HPLC merupakan metode yang sangat
sensitif, tepat, selektif, dan memiliki tingkat otomatisasi yang tinggi, sehingga
lebih sederhana dalam pengoperasiannya. Di samping itu, HPLC banyak
digunakan untuk analisis karena kemudahan injeksi, deteksi dan pengolahan
data serta dapat digunakan untuk berbagai macam sampel seperti sampel cairan,
padatan yang dilarutkan, maupun sampel yang labil terhadap pemanasan.
Modern HPLC telah banyak diaplikasikan seperti pemisahan, identifikasi,
pemurnian, dan penghitungan komponen yang bervariasi.
Menurut Adamson et al., (1999) HPLC merupakan metode yang efektif
untuk mendeteksi dan menghitung komponen fenol dan metode ini telah
digunakan secara luas. HPLC telah digunakan dalam menghitung prosianidin
dalam kakao dan coklat.
Dalam penelitian lain Mark et al., (2005) mengungkapkan bahwa HPLC
merupakan metode yang telah banyak digunakan untuk analisis kuantitatif
senyawa polifenol seperti flavonol dan proantosianidin.
Kampus
IPB
Darmaga.
Bunga
terubuk
(Saccharum
II. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk
membuat larutan standar, ekstrak sayuran, dan analisis. Untuk pembuatan
larutan standar alat-alat yang digunakan adalah labu takar, gelas ukur, pipet
mohr, pipet tetes, dan spatula. Alat-alat yang digunakan untuk membuat
ekstrak sayuran adalah freezer, freeze dryer, alat refluks, neraca analitik,
blender kering, labu takar, gelas piala, gelas ukur, pipet mohr, pipet tetes,
spatula, baskom, dan pisau. Untuk analisis alat-alat yang digunakan adalah
High Performance Liquid Chromatography (HPLC). HPLC column C-18
phase; Develosisl ODS-UG-3, alat injector sampel HPLC, filter syringe,
vial, oven, neraca analitik, desikator, alat vortex, labu takar, gelas piala,
tabung reaksi, spatula, gegep, dan cawan alumunium.
Tabel 3. Spesifikasi HPLC
Komponen HPLC
Tipe
Solvent cabinet
Shimadzu LC-20AD
Degasser
Shimadzu DGU-20A5
Pump
Shimadzu LC 20-AD
Detector UV-Vis
Shimadzu SPD-20A
Manual injector
Injector
Rheodyne 20 L
Syringe
Agilent Technologies, LC 50 L
Column
Mobile phase
Flow rate
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap persiapan sampel,
dan analisis flavonoid yang meliputi analisis kadar air, analisis total fenol,
ekstraksi sampel, dan analisis flavonoid yang dilakukan secara duplo untuk dua
ulangan.
1. Persiapan Sampel
Mula-mula sampel dicuci sampai bersih, kemudian ditiriskan.
Selanjutnya sayuran dibekukan dalam freezer selama satu malam untuk
memudahkan proses pengeringan vakum. Waktu pengeringan dengan
freeze dryer dapat berlangsung selama satu sampai dua hari tergantung dari
banyaknya sampel. Setelah sampel kering, dilakukan penghancuran
C.
METODE ANALISIS
1.
W (W1 W2)
0,0003 gram).
x 100%
W1
W2
2.
Analisis Total Fenol (Shetty et al., 1995 yang dikutip oleh Ishartani,
2004)
Penentuan total fenol bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa
fenol pada sampel. Sampel kering beku bubuk mula-mula diambil sebanyak
50.0 mg dan dilarutkan dalam 2.5 etanol 95%, kemudian divorteks. Setelah
itu dilakukan sentrifuse terhadap campuran tersebut selama 5 menit dengan
kecepatan putaran 4000 rpm. Supernatan diambil sebanyak 0,5 ml dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 0.50 ml etanol
95%, 2.5 ml aquades, dan 2.5 ml reagen Folin Ciocalteu 50%. Campuran
tersebut didiamkan dahulu selama 5 menit, lalu ditambahkan 0.5 ml
Na2CO3 5% dan divorteks. Setelah itu, sampel disimpan dalam ruang gelap
selama satu jam, lalu dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 725 nm. Prosedur penentuan total fenol dapat dilihat
secar ringkas pada gambar 20.
Standar yang digunakan dalam penentuan total fenol adalah asam galat.
Standar asam galat dibuat dengan variasi konsentrasi antara 50 250 mg/L.
3.
gerak yang
standar
pada
ko-kromatogram
dilakukan
dengan
dengan
kromatogram
sampel.
Peak
pada
pada
membandingkan
kromatogram
sampel
dilakukan
dengan
kromatogram
sampel
tersebut
dengan
4.
Analisis Data
Analisis data total fenol dihitung menggunakan persamaan dari kurva
standar asam gallat. Masing-masing absorbansi dari sampel yang terukur
kemudian dimasukkan ke dalam persamaan kurva standar asam gallat
(y=ax+b), dimana y adalah absorbansi sampel yang terukur; dan x adalah
konsentrasi sampel yang dicari. Dari hasil subtitusi ini kemudian akan
dihasilkan konsentrasi dari sampel yang diuji.
Perhitungan untuk kandungan flavonol dan flavone pada masing-masing
sayuran dilakukan dengan menggunakan dua macam perhitungan.
Pertama dengan menggunakan persamaan kurva standar campuran, dan
yang kedua adalah dengan menggunakan eksternal standar. Perhitungan
dengan menggunakan eksternal standar yaitu dengan mengambil satu
standar campuran yang memiliki konsentrasi tertinggi untuk menghitung
konsentrasi flavonol dan flavone pada sampel kemudian dibandingkan
dengan area komponen yang terbentuk pada sampel dengan area pada
standar campuran. Hasil perhitungan ini kemudian diolah menggunakan
uji statistik yang berupa HSD Tukey pada taraf
= 0.05. sedangkan
untuk mengatahui berebda atu tidak antara dua macam cara perhitungan
yang digunakan, maka dilakukan uji t dua sampel berpasangan.
Semua hasil perhitungan yang pada sampel dihitung berdasarkan berat
basah (mg/100 gram sampel segar) dan berat kering sampel (mg/100
gram sampel kering).
Sampel
Pencucian
Penirisan
supernatan
endapan
0.5 ml supernatan
2.5 ml Folin
Ciocalteau 50%
Pencampuran
40 ml MeOH(aq)
62.5%
Pelarutan
10 ml HCl 6M
Pencampuran
Labu takar
100 ml
MeOH(aq)
62,5%
Pencampuran
(sampai volume 100 ml)
Ekstrak sayuran
1.5 mg standar
flavonoid
30 ml MeOH(aq)
62.5%
Pelarutan
Standar stock
2.5 ml
standar stock
20 ml MeOH(aq)
62.5%
20 ml MeOH(aq)
62.5%
2 g/L TBHQ
Labu takar
50 ml
Pelarutan
5 ml HCl 6M
Pencampuran
MeOH(aq)
62,5%
Pencampuran
(sampai volume 50 ml)
Larutan standar
flavonoid
Gambar 21 . Pembuatan larutan standar flavonoid
A. IDENTIFIKASI/DETERMINASI TUMBUHAN
Identifikasi/determinasi tumbuhan dilakukan oleh pihak Herbarium
Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor dengan
Kepala Bidang Botani LIPI adalah Dr. Eko Baroto Walujo, APU.
dan kaempferol serta 2.5 g/ml untuk standar apigenin). Setelah diperoleh
kesepuluh area dalam tersebut, kemudian dimasukkan kedalam persamaan
kurva standar masing-masing, sehingga diperoleh konsentrasi dan standar
deviasinya. Besarnya LOD adalah tiga kali dari nilai standar deviasi.
Adapun hasil dari penginjeksian masing-masing standar flavonoid yang
digunakan akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Myricetin
Puncak senyawa myricetin muncul pada kisaran menit ke-3.7
sampai menit ke-4.2. Gambar 22 menunjukkan hasil kromatogram
standar myricetin pada berbagai konsentrasi. Persamaan garis yang
diperoleh adalah y = 83351x-27550 dengan r2 = 0.999. Limit deteksi dari
myricetin adalah 0.039 g/ml. Kurva standar dan perhitungan limit
deteksi dari senyawa myricetin dapat dilihat pada Lampiran 1.
b. Luteolin
Puncak senyawa luteolin muncul pada kisaran menit ke-7.3
sampai menit ke-8.1. Gambar 23
standar luteolin
c. Quercetin
Puncak senyawa quercetin muncul pada kisaran menit ke-7.9
sampai menit ke-8.8. Gambar 24
ini masih dapat dideteksi oleh instrumen atau alat analisis yang
digunakan, dalam hal ini HPLC. Di bawah konsentrasi tersebut senyawa
quarcetin sudah tidak dapat lagi dideteksi oleh instrumen yang
digunakan.
d. Apigenin
Kurva standar apigenin dibuat dengan variasi konsentrasi antara
2.5-25 g/ml. senyawa apigenin muncul pada kisaran menit ke- 13.8
sampai menit ke-14.9. Gambar 25 menunjukkan hasil kromatogram
standar apigenin
2.5
5,0
10
20
25
[ ] g/ m l
Rt/waktu retensi
(menit ke-)
Persamaan kurva
standar
Limit deteksi
(LOD)
Myricetin
3.7-4.2
y = 83351x - 27550
0.039
0.026*
Luteolin
7.3-8.1
y = 80577x - 17067
0.056
0.038*
Quarcetin
7.9-8.8
y = 79751x - 16750
0.028
0.022*
Apigenin
13.8-14.9
y = 29067x - 14806
0.22
0.19*
Kaempferol
15.8-17.4
y = 93015x - 14742
0.047
0.037*
* limit deteksi (LOD) dari standar yang dianalisa (Batari, 2007) pada
standar lainnya. Selain itu dengan variasi konsentrasi standar campuran seperti
itu dapat menghemat biaya, disamping itu hasil analisa yang dihasilkan akan
lebih baik dan efisien terutama dari peak-peak yang dihasilkan karena tentunya
dengan konsentrasi yang lebih besar pastinya peak dan luas areanya akan
semakin besar juga.
Dari hasil penginjeksian kelima konsentrasi campuran tersebut, ternyata ada
hal yang menarik untuk diketahui. Diantara semua standar yang diinjeksikan
bila dibandingkan dengan hasil penginjeksian standar dalam bentuk tunggal
terlihat luas area yang dihasilkan pada konsentrasi 2.5 g/ml (myricetin,
quarcetin, dan kaempferol), 5 g/ml (apigenin) hasil penginjekasin standar
campuran ini mengalami peningkatan luas area. Kecuali luteolin justru
mengalami penurunan luas area. Hal ini terjadi karena dari kromatogram standar
campuran yang dihasilkan terlihat bahwa peak yang terbentuk pada waktu
retensi luteolin dan quarcetin hampir sama bahkan saling menyatu. Hal ini
memungkinkan terjadinya interaksi antara kedua senyawa tersebut sehingga
terjadi pengurangan konsentrasi pada satu senyawa di sisi lain terjadi
peningkatan konsentrasi pada senyawa yang satunya yang saling berinteraksi
dalam hal ini diduga sebagian senyawa luteolin terserap atau menjadi bagian
dari senyawa quarcetin sehingga luas area dari luteolin pun berkurang.
Hasil penginjeksian kelima konsentrasi campuran tersebut, dibuatlah kurva
standar campuran dengan persamaan garis untuk masing-masing senyawa
flavonoid yang digunakan dalam perhitungan konsentrasi flavonol dan flavone
yang terdapat di dalam sampel. Contoh kromatogram standar campuran dapat
dilihat pada Gambar 27. yang menggunakan konsentrasi campuran yang
tertinggi (4.17 untuk myricetin, luteolin, quarcetin dan kaempferol serta 8.33
untuk apigenin).
Persamaan garis untuk myricetin adalah y = 171915 x - 76058, dengan nilai
r2 = 0.999. Kurva standar campuran myricetin dapat dilihat pada Gambar 28.
Persamaan garis untuk luteolin adalah y = 20332 x - 5779, dengan nilai r2 =
0.998. Kurva standar campuran luteolin dapat dilihat pada Gambar 29.
Persamaan garis untuk quercetin adalah y = 77985 x - 16728, dengan nilai r2 =
0.998. Kurva standar campuran quercetin dapat dilihat pada Gambar 30.
Rt/waktu retensi
(menit ke-)
Persamaan kurva
standar
Limit deteksi
(LOD)
Myricetin
4.1 - 5.3
y = 171915x - 76058
0.039
0.026*
Luteolin
8.4 - 8.7
y = 20332x - 5779
0.056
0.038*
Quarcetin
8.6 - 9.8
y = 77985x - 16728
0.028
0.022*
Apigenin
15.1 - 17.3
y = 54005x - 49812
0.22
0.19*
Kaempferol
17.6 20.2
y = 183312x - 85155
0.047
0.037*
* limit deteksi (LOD) dari standar yang dianalisa (Batari, 2007) pada instrumen
(sfesifikasi HPLC) yang berbeda tapi dengan jenis kolom yang sama.
konsentrasi
(g/ml)
0.83
area
(mAU)
67525
1.67
217408
2.5
344943
3.33
491388
4.17
647387
Gambar 28. Kurva standar campuran myricetin
konsentrasi
(g/ml)
0.83
area
(mAU)
10602
1.67
29794
2.5
43950
3.33
61267
4.17
79645
Gambar 29. Kurva standar campuran luteolin
konsentrasi
(g/ml)
0.83
area
(mAU)
45729
1.67
113686
2.5
180248
3.33
247464
4.17
304052
Gambar 30. Kurva standar campuran quercetin
konsentrasi
(g/ml)
1.67
area
(mAU)
45844
3.33
125283
219199
6.67
304784
8.33
405957
Gambar 31. Kurva standar campuran apigenin
konsentrasi
(g/ml)
0.83
area
(mAU)
66007
1.67
228373
2.5
369565
3.33
514269
4.17
687418
Gambar 32. Kurva standar campuran kaempferol
C. TOTAL FENOL
Total fenol merupakan perkiraan kasar jumlah senyawa fenolik yang
terdapat dalam suatu bahan. Kebanyakan senyawa fenolik biasanya bersifat
antioksidan oleh karena itu pengukuran total fenol dapat digunakan untuk
memperkirakan aktifitas antioksidan suatu bahan. Pengukuran total fenol yang
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode yang mereaksikan ekstrak
bahan dengan senyawa folin. Senyawa folin dapat bereaksi dengan gugus
kromofor pada fenolik dan dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 725 nm.
Pengukuran total fenol dilakukan dengan membandingkan fenol yang ada
dalam bahan dengan kurva standar fenol yang dibuat dari asam galat. Selain
asam galat kurva standar juga dapat mengunakan asam tanat. Pemilihan bahan
yang akan dijadikan standar tergantung bentuk mayoritas fenol yang terdapat
dalam bahan yang diuji. Untuk produk ini total fenol mayoritas berupa polimer
asam galat.
Perhitungan total fenol pada sampel dilakukan dengan menggunakan
persamaan garis dari kurva standar asam galat. Konsentrasi asam galat yang
digunakan adalah 50,100,150,200,250 mg/l. Kurva standar asam galat untuk
ulangan 1 dan 2 dapat dilihat pada Lampiran 6. Perhitungan total fenol, pada
sampel dilakukan berdasarkan berat basah dan berat kering sampel. Basis berat
basah berarti kandungan fenol dihitung sebanyak berapa miligram dalam 100
gram sampel segar, sedangkan perhitungan berdasarkan basis kering berarti
kandungan fenol dihitung sebanyak berapa miligram dalam 100 gram sampel
kering. Dari hasil analisis total fenol tiga belas sampel, diketahui bahwa total
fenol terbanyak berdasarkan berat kering terdapat pada pucuk mete (2809.5 mg)
dan terkecil pada kucai (211.7 mg). Untuk nilai total fenol dari tiga belas sampel
yang dianalisa dapat dilihat pada Tabel 6 dan untuk perhitungan total fenol pada
sampel selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
Total fenol
(mg/100 g sampel kering)
Bunga turi
323,7
Kucai
211,7
Takokak
860,3
Daun kelor
536,1
Pucuk mengkudu
236,4
Lembayung
438,3
Terubuk
204,4
Mangkokan putih
491.0
412,6
Bunga papaya
376,2
Pucuk mete
2809,5
Pakis
306,7
Antanan beurit
805,5
Tabel 7. Hasil perhitungan konsentrasi flavonoid pada sampel dengan menggunakan kurva standar campuran
Perhitungan dengan kurva standar campuran
Sampel
Bunga turi
Wet basis
Dry basis
Total
Total
flavonol
flavonol
Myricetin Luteolin Quercetin Apigenin Kaempferol
Myricetin Luteolin Quercetin Apigenin Kaempferol
dan
dan
flavone
flavone
2,76
18,47
21,23
28,27
189,05
217,32
Kucai
2,69
4,46
Takokak
2,30
0,66
Daun kelor
1,32
7,65
14,79
16,23
26,96
2,96
21,30
6,09
95,84
20,79
117,95
Pucuk mengkudu
23,67
9,75
Lembayung
27,35
3,33
Terubuk
Daun labu siam
Bunga papaya
Pucuk mete
Tidak terdeteksi
33,42
142,65
58,78
201,43
43,65
242,00
29,46
386,27
0,44
3,77
12,95
32,49
83,84
9,72
36,03
5,47
36,27
8,28
125,39
9,91
143,58
7,42
2,10
9,52
1,57
37,51
10,85
49,93
6,87
13,81
18,85
Pakis
Antanan beurit
473,33
12,67
12,49
27,39
83,44
0,44
Mangkokan
89,39
384,61
12,97
11,95
5,29
46,20
69,40
10,47
3,77
85,67
214,99
45,48
54,02
200,15
46,29
306,85
573,07
45,27
656,20
65,81
18,64
84,45
249,54
72,17
332,18
76,72
159,44
37,85
114,81
101,12
Tabel 8. Hasil perhitungan konsentrasi flavonoid pada sampel dengan menggunakan eksternal standar campuran
Perhitungan dengan eksternal standar campuran a)
Sampel
Bunga turi
Wet basis
Dry basis
Total
Total
flavonol
flavonol
Myricetin Luteolin Quercetin Apigenin Kaempferol
Myricetin Luteolin Quercetin Apigenin Kaempferol
dan
dan
flavone
flavone
2,51
18,50
21,00
25,64
189,33
214,97
Kucai
2,30
4,01
Takokak
2,60
0,72
1,38
Daun kelor
Pucuk
mengkudu
12,16
Pucuk mete
7,55
Pakis
3,32
24,03
6,69
24,93
9,55
3,45
30,71
499,07
34,48
150,28
57,57
207,85
45,44
256,53
30,51
402,13
0,55
4,71
12,90
32,59
87,38
10,13
36,65
5,40
37,98
127,80
10,26
145,61
7,67
2,19
9,86
6,49
14,36
12,17
67,53
34,50
115,09
4,71
85,39
215,70
42,92
56,30
203,60
45,72
321,33
584,09
46,89
665,47
68,09
19,44
87,53
264,60
71,78
345,67
79,77
172,61
1,40
39,77
10,79
51,95
9,29
Antanan beurit
konsentrasi standar eksternal yang digunakan adalah campuran standar flavonoid dengan konsentrasi tertinggi
a)
85,55
84,48
13,00
5,53
47,43
409,06
20,40
Bunga papaya
24,25
124,37
13,20
Mangkokan
13,88
21,05
0,55
Terubuk
14,16
101,94
28,99
Lembayung
7,85
103,00
Tabel 9. Perbandingan hasil analisis flavonol dan flavone dengan perhitungan kurva standar campuran dan eksternal standar campuran
Wet basis
Dry basis
total flavonol dan flavone
total flavonol dan flavone
(A-B)c)
Sampel
(A-B)c)
(mg/100g sampel segar)
(mg/100g sampel kering)
Aa)
Bb)
(A-B) d)
%e)
Aa)
Bb)
(A-B) d)
%e)
Bunga turi
21,23
21,00
0,23
1,08
217,32
214,97
2,34
1,08
Kucai
14,79
14,16
0,64
4,30
89,39
85,55
3,84
4,30
30,71
Takokak
2,96
3,32
0,36
12,14
27,39
3,32
12,14
Daun kelor
117,95
124,37
6,41
5,44
473,33
499,07
25,74
5,44
Pucuk mengkudu
33,42
34,48
1,06
3,19
201,43
207,85
6,42
3,19
Lembayung
43,65
45,44
1,79
4,11
386,27
402,13
15,86
4,11
0,55
4,71
Terubuk
0,44
0,11
24,94
3,77
0,94
24,94
Mangkokan
32,49
32,59
0,11
0,33
214,99
215,70
0,70
0,33
Daun labu siam
36,03
36,65
0,62
1,72
200,15
203,60
3,45
1,72
Bunga papaya
36,27
37,98
1,71
4,72
306,85
321,33
14,48
4,72
Pucuk mete
143,58
145,61
2,03
1,41
656,20
665,47
9,27
1,41
Pakis
9,52
9,86
0,35
3,65
84,45
87,53
3,08
3,65
Antanan beurit
49,93
51,95
2,03
4,06
332,18
345,67
13,49
4,06
a)
A
= hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan kurva standar
b)
c)
(A-B)
= selisih hasil perhitungan dengan menggunakan kurva standar dan eksternal standar
d)
(A-B)
e)
1.
Bunga turi
Bunga turi memiliki kadar air sebesar 90.23 %. Berdasarkan hasil analisis
total fenol, diketahui bahwa kandungan fenol pada bunga turi adalah sebanyak
31.6232 mg/100 g sampel segar dan 323.6766 mg/100 g sampel kering.
Gambar 33. menunjukkan kromatogram ekstrak bunga turi hasil
analisis dengan HPLC. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa puncak
flavonoid yang muncul hanya quarcetin dan kaempferol. Puncak quarcetin
muncul pada menit ke-7.661, sedangkan untuk puncak kaempferol muncul
pada menit ke-15.419. Untuk lebih menyakinkan dugaan komponen tersebut,
maka dilakukan injeksi sampel yang telah ditambahkan standar campuran.
Hasil ko-kromatogram ekstrak bunga turi dengan standar tersebut dapat dilihat
pada Gambar 34. Terlihat pada Gambar 34, peak ko-kromatogram yang
terbentuk
Area pada
ekstrak bunga
turi (mAU)
Myricetin
381388
508662
Luteolin
50642
52993
304052
96453
435957
466482
767418
3429956
Quercetin
93493
Apigenin
Kaempferol
2.
Area pada
standar
campuran
(mAU)
1742134
Kucai
Kucai memiliki kadar air sebesar 83.45 %. Berdasarkan hasil analisis total
fenol, diketahui bahwa kandungan fenol pada kucai adalah sebanyak 35.0461
mg/100 g sampel segar dan 211.7319 mg/100 g sampel kering.
Gambar 35. menunjukkan kromatogram ekstrak kucai hasil analisis
dengan HPLC. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa puncak
flavonoid yang muncul terdiri dari myricetin, quarcetin dan kaempferol.
Puncak myricetin muncul pada menit ke-3.211, puncak quarcetin muncul pada
menit ke-7.620, dan untuk puncak kaempferol muncul pada menit ke-15.334.
Untuk lebih menyakinkan dugaan komponen tersebut, maka dilakukan injeksi
sampel yang telah ditambahkan standar campuran. Terlihat pada Gambar 36,
peak ko-kromatogram yang terbentuk mengalami perubahan luas area. Hal ini
terjadi karena terjadi penambahan campuran standar ke dalam ekstrak sampel.
Dari peak yang terbentuk, urutan munculnya peak, dan waktu retensi, serta
perubahan luas area dapat dijadikan sebagai acuan dalam penentuan komponen
yang diidentifikasi dalam sampel. Hasil ko-kromatogram ekstrak kucai dengan
standar tersebut dapat dilihat pada Gambar 36. Tabel 11 menunjukkan
perbandingan luasan area antara ekstrak kucai, standar campuran, dan ekstrak
kucai dengan standar campuran.
Kandungan flavonol dan flavones pada kucai dengan perhitungan
menggunakan kurva standar memberikan hasil sebagai berikut : berdasarkan
wet basis (per 100 g sampel segar), yaitu 2.69 mg myricetin, 4.46 quarcetin,
dan 7.65 mg kaempferol sehingga totalnya 14.79 mg. Konsentrasi flavonol dan
flavones yang diperoleh berdasarkan dry basis (per 100 g sampel kering)
adalah 16.23 mg myricetin, 26.96 mg quarcetin dan 46.20 mg kaempferol,
sehingga totalnya adalah 89.39 mg.
Kandungan flavonol dan flavone pada kucai dengan perhitungan
menggunakan eksternal standar memberikan hasil sebagai berikut :
berdasarkan wet basis (per 100 g sampel segar),yaitu 2.30 mg myricetin, 4.01
mg quarcetin, dan 7.85 kaempferol, sehingga totalnya 14.16 mg. Konsentrasi
flavonol dan flavone yang diperoleh berdasarkan dry basis (per 100 g sampel
kering) adalah 13.88 mg myricetin, 24.25 mg quarcetin dan 47.73 mg
kaempferol, sehingga totalnya 85.33 mg.
Bila melihat data pada Tabel 26, dapat diketahui bahwa kucai memiliki
persentase jumlah unknown yang paling besar dibandingkan sampel lainnya.
Hal ini berarti sebenarnya dalam tanaman kucai ini masih banyak senyawa
golongan flavonol dan flavones yang lain selain kelima senyawa yang
diidentifikasi.
Area pada
ekstrak kucai
(mAU)
63475
Luteolin
Quercetin
88399
Apigenin
Kaempferol
3.
430706
Area pada
standar
campuran
(mAU)
381388
119019
50642
42285
304052
99594
435957
250093
767418
756224
Takokak
Takokak memiliki kadar air sebesar 89.20 %. Berdasarkan hasil
analisis total fenol, diketahui bahwa kandungan fenol pada takokak adalah
sebanyak 92.9109 mg/100 g sampel segar dan 860.2860 mg/100 g sampel
kering.
Gambar 37. menunjukkan kromatogram ekstrak takokak hasil analisis
dengan HPLC. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa puncak
flavonoid yang muncul hanya myricetin (pada menit ke-3.628) dan quarcetin
(pada menit ke-8.520). Untuk lebih menyakinkan dugaan komponen tersebut,
maka dilakukan injeksi sampel yang telah ditambahkan standar campuran.
Terlihat pada Gambar 38, peak ko-kromatogram yang terbentuk mengalami
perubahan luas area. Hal ini terjadi karena terjadi penambahan campuran
standar ke dalam ekstrak sampel. Dari peak yang terbentuk, urutan munculnya
peak, dan waktu retensi, serta perubahan luas area dapat dijadikan sebagai
acuan dalam penentuan komponen yang diidentifikasi dalam sampel. Hasil
ko-kromatogram ekstrak takokak dengan standar tersebut dapat dilihat pada
Gambar 38. Tabel 12 menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak
takokak, standar campuran, dan ekstrak takokak dengan standar campuran.
Kandungan flavonol dan flavones pada takokak dengan perhitungan
menggunakan kurva standar memberikan hasil sebagai berikut : berdasarkan
wet basis (per 100 g sampel segar), yaitu 2,30 mg myricetin dan 0,66 mg
quarcetin, sehingga totalnya 2,96 mg. Konsentrasi flavonol dan flavones yang
diperoleh berdasarkan dry basis (per 100 g sampel kering) adalah 21,30 mg
myricetin dan 6,09 mg quarcetin, sehingga totalnya adalah 27,39 mg.
Kandungan flavonol dan flavone pada takokak dengan perhitungan
menggunakan eksternal standar memberikan hasil sebagai berikut :
berdasarkan wet basis (per 100 g sampel segar), yaitu 2.60 mg myricetin dan
0.72 mg quarcetin sehingga totalnya 3.32 mg. Konsentrasi flavonol dan
flavone yang diperoleh berdasarkan dry basis (per 100 g sampel kering) adalah
24.03 mg myricetin dan 6.69 mg quarcetin, sehingga totalnya adalah 30.71 mg.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, takokak merupakan sampel yang
memiliki kandungan jenis flavonol dan flavone yang terendah setelah terubuk.
Senyawa myricetin yang terdapat pada takokak lebih besar dari pada senyawa
quarcetin yang dikandungnya. Kedua senyawa ini
dalam buah takokak yang diteliti ini memiliki potensi kandungan senyawa
flavonol dan flavone yang lain selain kelima jenis flavonol dan flavon yang
diidentifikasi.
Area pada
ekstrak
takokak
(mAU)
Area pada
standar
campuran
(mAU)
381388
225607
50642
49207
304052
32564
Apigenin
435957
202713
Kaempferol
767418
326835
107004
Luteolin
Quercetin
4.
10784
Daun Kelor
Sayuran daun kelor ini memiliki kadar air sebesar 75.08 %.
Berdasarkan hasil analisis total fenol, diketahui bahwa kandungan fenol pada
daun kelor adalah sebanyak 133.5919 mg/100g sampel segar dan
536.0831mg/100 g sampel kering.
Gambar 39. menunjukkan kromatogram ekstrak daun kelor hasil
analisis dengan HPLC. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa puncak
flavonoid yang muncul adalah luteolin (pada menit ke-6.712), quarcetin (pada
menit ke-7.499), dan kaempferol (pada menit ke-15.475). Untuk lebih
menyakinkan dugaan komponen tersebut, maka dilakukan injeksi sampel yang
telah ditambahkan standar campuran. Terlihat pada Gambar 40, peak
ko-kromatogram yang terbentuk mengalami perubahan luas area. Hal ini
terjadi karena terjadi penambahan campuran standar ke dalam ekstrak sampel.
Dari peak yang terbentuk, urutan munculnya peak, dan waktu retensi, serta
perubahan luas area dapat dijadikan sebagai acuan dalam penentuan komponen
yang diidentifikasi dalam sampel. Hasil ko-kromatogram ekstrak daun kelor
dengan standar tersebut dapat dilihat pada Gambar 40. Tabel 13 menunjukkan
perbandingan luasan area antara ekstrak daun kelor, standar campuran, dan
ekstrak daun kelor dengan standar campuran.
Area pada
ekstrak daun
kelor (mAU)
Myricetin
Luteolin
Quercetin
381388
24844
33421
50642
7733
2918005
304052
2982630
435957
433717
767418
1451339
Apigenin
Kaempferol
Area pada
standar
campuran
(mAU)
696279
5.
Pucuk mengkudu
Pucuk mengkudu ini memiliki kadar air sebesar 83.41 %. Berdasarkan
hasil analisis total fenol, diketahui bahwa kandungan fenol pada pucuk
mengkudu adalah sebanyak 39.2270 mg/100 g sampel segar dan 236.4499
mg/100 g sampel kering.
Gambar 41. menunjukkan kromatogram ekstrak pucuk mengkudu hasil
analisis dengan HPLC. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa puncak
flavonoid yang muncul hanya quarcetin (pada menit ke-8.812), dan kaempferol
(pada menit ke-18.303). Terlihat pada Gambar 42, peak ko-kromatogram yang
terbentuk
Area pada
ekstrak pucuk
mengkudu
(mAU)
Area pada
standar
campuran
(mAU)
Myricetin
381388
377922
Luteolin
50642
42573
304052
1102964
435957
201805
767418
1050270
Quercetin
1095757
Apigenin
Kaempferol
6.
571132
Konsentrasi flavonol dan flavones yang diperoleh berdasarkan dry basis (per
100 g sampel kering) adalah 242.00 mg quarcetin, 114.81 mg apigenin, dan
29.46 mg kaempferol sehingga totalnya adalah 386.27 mg.
Kandungan flavonol dan flavone pada lembayung dengan perhitungan
menggunakan eksternal standar memberikan hasil sebagai berikut :
berdasarkan wet basis (per 100 g sampel segar), yaitu 28.99 mg quarcetin,
13.00 apigenin, dan 3.45 kaempferol, sehingga totalnya adalah 45.44 mg.
Konsentrasi flavonol dan flavones yang diperoleh berdasarkan dry basis (per
100 g sampel kering) adalah 256.53 quarcetin, 115.09 mg apigenin, dan 30.51
mg kaempferol sehingga totalnya adalah 402.13 mg.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, daun kacang panjang (lembayung)
memiliki kandungan flavonol dan flavones total yang cukup besar (ketiga
terbesar) setelah pucuk mete dan daun kelor. Pada daun kacang panjang ini
dideteksi pula adanya kandungan senyawa apigenin dan jumlahnya pun cukup
besar (kedua terbesar setelah bunga papaya). Dari hasil pengidentifikasian pun
diperoleh bahwa daun kacang panjang ini didominasi oleh komponen quarcetin
dan apigenin, meskipun dideteksi juga adanya komponen kaempferol namun
jumlahnya tidak sebesar quarcetin dan kaempferolnya (sekitar emapt kali
lipatnya). Karena jumlah komponen yang dideteksi cukup besar maka nilai
total flavonol dan flavonenya pun cukup besar (terbesar ketiga setelah pucuk
mete dan daun kelor).
Area pada
ekstrak
lembayung
(mAU)
Area pada
standar
campuran
(mAU)
Myricetin
381388
376062
Luteolin
50642
31337
Quercetin
1870489
304052
1804603
Apigenin
296154
435957
562002
Kaempferol
302705
767418
442631
7.
Terubuk
Terubuk atau tebu telor ini memiliki kadar air sebesar 88.39 %.
Berdasarkan hasil analisis total fenol, diketahui bahwa kandungan fenol pada
terubuk adalah sebanyak 23.7280 mg/100 g sampel segar dan 204.3753
mg/100 g sampel kering.
Gambar 45. menunjukkan kromatogram ekstrak terubuk hasil analisis
dengan HPLC. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa puncak
flavonoid yang muncul hanya quarcetin (pada menit ke-8.106). Untuk lebih
menyakinkan dugaan komponen tersebut, maka dilakukan injeksi sampel yang
telah ditambahkan standar campuran. Terlihat pada Gambar 46, peak
ko-kromatogram yang terbentuk mengalami perubahan luas area. Hal ini
terjadi karena terjadi penambahan campuran standar ke dalam ekstrak sampel.
Dari peak yang terbentuk, urutan munculnya peak, dan waktu retensi, serta
perubahan luas area dapat dijadikan sebagai acuan dalam penentuan komponen
yang diidentifikasi dalam sampel. Hasil ko-kromatogram ekstrak terubuk
dengan standar tersebut dapat dilihat pada Gambar 46. Tabel 16 menunjukkan
perbandingan luasan area antara ekstrak terubuk, standar campuran, dan
ekstrak terubuk dengan standar campuran.
Kandungan flavonol dan flavones pada terubuk dengan perhitungan
menggunakan kurva standar memberikan hasil sebagai berikut : berdasarkan
wet basis (per 100 g sampel segar), yaitu 0.44 mg quarcetin sehingga totalnya
adalah 0.44 mg. Konsentrasi flavonol dan flavones yang diperoleh berdasarkan
dry basis (per 100 g sampel kering) adalah 3.77 mg quarcetin sehingga totalnya
adalah 3.77 mg.
Kandungan flavonol dan flavone pada terubuk dengan perhitungan
menggunakan eksternal standar memberikan hasil sebagai berikut :
berdasarkan wet basis (per 100 g sampel segar), yaitu 0.55 mg quarcetin
sehingga totalnya adalah 0.55 mg. Konsentrasi flavonol dan flavone yang
diperoleh berdasarkan dry basis (per 100 g sampel kering) adalah 4.71 mg
quarcetin sehingga totalnya adalah 4.71 mg.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa terubuk ini adalah
sampel dengan total flavonol dan flavones terendah diantara kedua belas
sampel lainnya. Selain itu, pada terubuk ini hanya ditemukan senyawa
quarcetin dan jumlahnya pun sangat kecil bahkan yang paling kecil diantara
kesemua sampel.
Area pada
standar
campuran
(mAU)
Myricetin
381388
36507
Luteolin
50642
41972
304052
16040
Apigenin
435957
219715
Kaempferol
767418
400075
Quercetin
8.
Area pada
ekstrak
terubuk
(mAU)
12641
Mangkokan Putih
Mangkokan putih memiliki kadar air sebesar 84.89 %. Berdasarkan
hasil analisis total fenol, diketahui bahwa kandungan fenol pada mangkokan
putih adalah sebanyak74.1856 mg/100 g sampel segar dan 490.9699 mg/100 g
sampel kering.
Gambar 47. menunjukkan kromatogram ekstrak mangkokan hasil
analisis dengan HPLC. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa puncak
flavonoid yang muncul adalah quarcetin (pada menit ke-7.542), apigenin (pada
menit ke-15.404), dan kaempferol (pada menit ke-17.838). Untuk lebih
menyakinkan dugaan komponen tersebut, maka dilakukan injeksi sampel yang
telah ditambahkan standar campuran. Terlihat pada Gambar 48, peak
ko-kromatogram yang terbentuk mengalami perubahan luas area. Hal ini
terjadi karena terjadi penambahan campuran standar ke dalam ekstrak sampel.
Dari peak yang terbentuk, urutan munculnya peak, dan waktu retensi, serta
perubahan luas area dapat dijadikan sebagai acuan dalam penentuan komponen
yang diidentifikasi dalam sampel. Hasil ko-kromatogram ekstrak mangkokan
dengan standar tersebut dapat dilihat pada Gambar 48. Tabel 17 menunjukkan
perbandingan luasan area antara ekstrak mangkokan, standar campuran, dan
ekstrak mangkokan dengan standar campuran.
Kandungan flavonol dan flavones pada mangkokan putih dengan
perhitungan menggunakan kurva standar memberikan hasil sebagai berikut :
berdasarkan wet basis (per 100 g sampel segar), yaitu 12.67 mg quarcetin, 6.87
mg apigenin, dan 12.95 mg kaempferol, sehingga totalnya adalah 32.49 mg.
Konsentrasi flavonol dan flavones yang diperoleh berdasarkan dry basis (per
100 g sampel kering) yaitu 83.84 mg quarcetin, 45.48 mg apigenin, dan 85.67
mg kaempferol, sehingga totalnya adalah 214.99 mg.
Kandungan flavonol dan flavone pada mangkokan putih dengan
perhitungan menggunakan eksternal standar memberikan hasil sebagai berikut
: berdasarkan wet basis (per 100 g sampel segar), yaitu 13.20 mg quarcetin,
6.49 mg apigenin, dan 12.90 mg kaempferol, sehingga totalnya adalah 32.59
mg. Konsentrasi flavonol dan flavone yang diperoleh berdasarkan dry basis
(per 100 g sampel kering) yaitu 87.38 mg quarcetin, 42.92 mg apigenin, dan
85.39 mg kaempferol, sehingga totalnya adalah 215.70 mg.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Batari (2007) dengan analisis
yang sama di peroleh bahwa daun mangkokan dideteksi mengandung senyawa
quarcetin dan kaempferol. Namun pada penelitian ini daun mangkokan yang
dianalisis tidak hanya mengandung senyawa quarcetin dan kaempferol saja,
tapi juga dideteksi mengandung senyawa apigenin. Selain itu pada daun
mangkokan ini jumlah quarcetin dan kaempferolnya jauh lebih tinggi (dua kali
lipat) dari daun mangkokan yang digunakan oleh Batari (2007). Perbedaan ini
dapat disebabkan karena jenis mangkokan yang digunakan memang berbeda.
Karena pada dasarnya mangkokan memang ada banyak jenis, dan untuk
penelitian ini jenis mangkokan yang digunakan adalah jenis mangkokan putih.
Area pada
ekstrak
mangkokan
(mAU)
Area pada
standar
campuran
(mAU)
Myricetin
381388
31002
Luteolin
50642
43068
Quercetin
637126
304052
631364
Apigenin
107093
435957
190099
Kaempferol
785757
767418
1495790
9.
(per 100 g sampel kering) yaitu 67.53 mg myricetin, 79.77 mg quarcetin, dan
56.30 mg kaempferol sehingga totalnya adalah 203.60 mg.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, daun labu siam adalah sampel
dengan kandungan myricetin terbesar diantara sampel yang lainnya yang
mengandung myricetin. Namun, kandungan myricetin pada daun labu siam ini
masih lebih kecil bila dibandingkan dengan kandungan quarcetinnya. Selain
itu pada daun labu siam ini persentase unknown-nya terdapat dalam jumlah
yang cukup besar (ketiga terbesar setelah kucai dan takokak). Hal ini
mengindikasikan bahwa sebenarnya dalam daun labu siam yang diteliti ini
masih memiliki potensi kandungan senyawa flavonol dan flavone yang lain
selain kelima jenis flavonol dan flavon yang diidentifikasi.
Area pada
ekstrak daun
labu siam
(mAU)
520482
Luteolin
Quercetin
573026
Apigenin
Kaempferol
464029
Area pada
standar
campuran
(mAU)
381388
979265
50642
41256
304052
581607
435957
308457
767418
888208
panjang ini memiliki kadar air sebesar 88.18 %. Berdasarkan hasil analisis total
fenol, diketahui bahwa kandungan fenol pada bunga pepaya adalah sebanyak
44.4706 mg/100 g sampel segar dan 376.2319 mg/100 g sampel kering.
Gambar 51. menunjukkan kromatogram ekstrak bunga pepaya hasil
analisis dengan HPLC. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa puncak
flavonoid yang muncul adalah quarcetin (pada menit ke-7.244), apigenin (pada
menit ke-14.835), dan kaempferol (pada menit ke-16.490). Untuk lebih
menyakinkan dugaan komponen tersebut, maka dilakukan injeksi sampel yang
telah ditambahkan standar campuran. Terlihat pada Gambar 52, peak
aktivitas penangkap radikal bebas paling kuat dengan nilai EC50 0,3537
mg/mL. (Anonim, 2007n)
Area pada
ekstrak bunga
pepaya
(mAU)
Area pada
standar
campuran
(mAU)
Myricetin
381388
261332
Luteolin
50642
57373
Quercetin
1225491
304052
1258543
Apigenin
304125
435957
515341
Kaempferol
431688
767418
778633
komponen
yang
diidentifikasi
dalam
sampel.
Hasil
wet basis (per 100 g sampel segar), yaitu 8.28 mg myricetin, 125.39 quarcetin,
dan 9.91 mg kaempferol sehingga totalnya 143.58 mg. Konsentrasi flavonol
dan flavones yang diperoleh berdasarkan dry basis (per 100 g sampel kering)
adalah 37.85 mg myricetin, 5753.07 mg quarcetin dan 45.27 mg kaempferol,
sehingga totalnya adalah 656.20 mg.
Kandungan flavonol dan flavone pada pucuk mete dengan perhitungan
menggunakan eksternal standar memberikan hasil sebagai berikut :
berdasarkan wet basis (per 100 g sampel segar), yaitu 7.55 mg myricetin,
127.80 mg quarcetin, dan 10.26 mg kaempferol sehingga totalnya 145.61 mg.
Konsentrasi flavonol dan flavones yang diperoleh berdasarkan dry basis (per
100 g sampel kering) adalah 34.50 mg myricetin, 584.09 mg quarcetin dan
46.89 mg kaempferol, sehingga totalnya adalah 665.47 mg.
Komponen flavonol dan flavones yang terdapat pada pucuk mete
didominasi oleh quarcetin. Berdasarkan hasil yang diperoleh, sampel pucuk
mete memiliki kandungan quarcetin yang paling banyak diantara kedua belas
sampel lainnya. Dari totalnya pun, pucuk mete adalah sampel yang paling
banyak mengandung flavonol dan flavones. Dari hasil yang diperoleh pun
terlihat bahwa kandungan quarcetin pada pucuk mete ini adalah yang paling
besar jika dibandingkan dengan kenikir hasil yang diperoleh oleh Batari
(2007). Dengan demikian pucuk mete ini merupakan salah satu alternatif bahan
pangan lain sebagai sumber quarcetin yang baik. Selain itu pula total flavonol
dan flavones dari pucuk mete ini adalah yang terbesar diantara semua sampel
yang diteliti dan persentase unkown-nya pun cukup tinggi sekitar 13%. Hal ini
menunjukkan bahwa pucuk mete juga memiliki potensi ditemukannya
kandungan flavonol dan flavon lain selain kelima komponen yang dideteksi.
249333
Luteolin
Quercetin
4473597
Apigenin
Kaempferol
397730
Area pada
standar
campuran
(mAU)
381388
579155
50642
34353
304052
4566960
435957
515341
767418
778633
12. Pakis
Pakis yang termasuk jenis tanaman paku-pakuan ini memiliki kadar air
sebesar 88.73 %. Berdasarkan hasil analisis total fenol, diketahui bahwa
kandungan fenol pada pakis adalah sebanyak 34.5652 mg/100 g sampel segar
dan 306.7010 mg/100 g sampel kering.
Gambar 55. menunjukkan kromatogram ekstrak pakis hasil analisis
dengan HPLC. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa puncak
flavonoid yang muncul hanya quarcetin (pada menit ke-7.499) dan kaempferol
(pada menit ke-14.874). Untuk lebih meyakinkan dugaan komponen tersebut,
maka dilakukan injeksi sampel yang telah ditambahkan standar campuran.
Terlihat pada Gambar 56, peak ko-kromatogram yang terbentuk mengalami
perubahan luas area. Hal ini terjadi karena terjadi penambahan campuran
standar ke dalam ekstrak sampel. Dari peak yang terbentuk, urutan munculnya
peak, dan waktu retensi, serta perubahan luas area dapat dijadikan sebagai
acuan dalam penentuan komponen yang diidentifikasi dalam sampel. Hasil
ko-kromatogram ekstrak pakis dengan standar tersebut dapat dilihat pada
Gambar 56. Tabel 21 menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak
pakis, standar campuran, dan ekstrak pakis dengan standar campuran.
Kandungan flavonol dan flavones pada pakis dengan perhitungan
menggunakan kurva standar memberikan hasil sebagai berikut : berdasarkan
wet basis (per 100 g sampel segar), yaitu 7.42 mg quarcetin, dan 2.10 mg
kaempferol sehingga totalnya 9.52 mg. Konsentrasi flavonol dan flavones yang
diperoleh berdasarkan dry basis (per 100 g sampel kering) adalah 65.81 mg
quarcetin dan 18.64 mg kaempferol, sehingga totalnya adalah 84.45 mg.
Kandungan flavonol dan flavone pada pakis dengan perhitungan
menggunakan eksternal standar memberikan hasil sebagai berikut :
berdasarkan wet basis (per 100 g sampel segar), yaitu 7.67 quarcetin, dan 2.19
mg kaempferol sehingga totalnya 9.86 mg. Konsentrasi flavonol dan flavones
yang diperoleh berdasarkan dry basis (per 100 g sampel kering) adalah 68.09
mg quarcetin dan 19.44 mg kaempferol, sehingga totalnya adalah 87.53 mg.
Area pada
ekstrak pakis
(mAU)
Area pada
standar
campuran
(mAU)
Myricetin
381388
67244
Luteolin
50642
45622
304052
511921
435957
173814
767418
257759
Quercetin
496498
Apigenin
Kaempferol
160227
flavonol dan flavones yang diperoleh berdasarkan dry basis (per 100 g sampel
kering) adalah 10.47 mg myricetin, 249.54 mg quarcetin dan 72.17 mg
kaempferol, sehingga totalnya adalah 332.18 mg.
Kandungan flavonol dan flavone pada antanan beurit dengan
perhitungan menggunakan eksternal standar memberikan hasil sebagai berikut
: berdasarkan wet basis (per 100 g sampel segar), yaitu 1.40 mg myricetin,
39.77 quarcetin, dan 10.79 mg kaempferol sehingga totalnya 51.96 mg.
Konsentrasi flavonol dan flavones yang diperoleh berdasarkan dry basis (per
100 g sampel kering) adalah 9.29 mg myricetin, 264.60 mg quarcetin dan 71.78
mg kaempferol, sehingga totalnya adalah 345.67 mg.
Miean dan Mohamed (2001) menyebutkan bahwa kandungan flavonol
dan flavones yang terdeteksi pada antanan berdaun kecil (Hydrocoltyle
asiatica) yang ditelitinya hanyalah quarcetin dan kaempferol. Hal ini agak
berbeda dengan hasil yang diperoleh pada penelitian ini yang menggunkan
antanan berdaun kecil juga, karena pada penelitian ini komponen myricetin
terdeteksi walaupun jumlahnya sedikit. Perbedaan ini dimunkoinkan karena
jenis dari antanan yang digunakan dan dapat juag disebabkan oleh kondisi
tumbuh yang berbeda dari sampel. Sebelumnya, Batari (2007) juga melakukan
pengidentifikasian pada sampel antanan tapi jenis antanan berdaun lebar. Hasil
yang diperoleh juga sama dengan hasil pada penelitian ini yaitu tidak hanya
quarcetin dan kaempferol yang terdeteksi tapi juga myricetin.
Area pada
ekstrak
antanan
beurit (mAU)
51567
Luteolin
Quercetin
1784904
Apigenin
Kaempferol
720719
Area pada
standar
campuran
(mAU)
381388
109399
50642
46232
304052
1929312
435957
131672
767418
1303217
kandungan kelima komponen tersebut (per 100 gram sample kering) pada ke-62
jenis tanaman yang diteliti berkisar antara 1.45 mg hingga 272.05 mg. Bila hasil
penelitian ini dibandingkan dengan hasil tersebut, sebagian besar jumlah
flavonol dan flavone pada sayuran indigenous ada pada kisaran tersebut juga.
Namun pada sayuran daun kelor, pucuk mete, daun kacang panjang
/lembayung, bunga papaya, dan antanan beurit, jumlahnya melebihi dari batas
kisaran tersebut (dapat dilihat pada Tabel 25). Bahkan pada sampel pucuk mete
jumlahnya sekitar tiga kali lipat dari batas kisaran atas. Rekapitulasi secara
lengkap mengenai hasil kadar air, total fenol, serta total flavonol dan flavone
(yang diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan kurva standar
campuran) dapat dilihat pada Tabel 25.
Dari hasil penelitian ini dihitung juga berapa besar kandungan flavonoid
dalam sampel sayuran indigenous apabila dikonsumsi dalam keadaan segar.
Besarnya kandungan flavonoid dalam keadaan segar per 100 gram edible
portion dapat dilihat pada Tabel 23 berikut.
Dimasak
117,95
Antanan beurit
Lalapan, dimasak
49,93
Lembayung
Dimasak
43,57
Bunga pepaya
36,27
Dimasak
36,03
Pucuk mengkudu
Lalapan, dimasak
32,94
Mangkokan putih
Lalapan, di tumis
32,17
Bunga turi
21,23
Kucai
Tumis
14,79
Pakis
Lalapan, tumis
9,52
Takokak
Lalapan, dimasak
2,96
Terubuk
Dimasak
0,44
mg flavonoid/100 g
edible portion
142.64
Kedondong cina
52.19
Kenikir
52.18
Antanan
21.01
Kemangi
7.22
Beluntas
6.39
Mangkokan
5.43
Daun Ginseng
3.93
Pohpohan
2.34
Kecombrang
1.18
Krokot
0.30
*semua jenis sayuran di atas dapat dikonsumsi dalam keadaan segar (lalapan).
t-Test:
Paired Two Sample for Means
Mean
Variance
Observations
Pearson Correlation
Hypothesized Mean Difference
df
t Stat
P(T<=t) one-tail
t Critical one-tail
P(T<=t) two-tail
t Critical two-tail
bila dilihat dari Tabel 9, perbedaan hasil antara perhitungan dengan kurva
standar dan eksternal standar tidak melebihi 10%.
Selain kelima komponen flavonol dan flavone (myricetin, luteolin,
quarcetin, apigenin, dan kaempferol) yang diidentifikasi, masih ada beberapa
komponen lain yang belum teridentifikasi (dapat dilihat pada Tabel 26). Bila
ingin mengetahui lebih lanjut apa saja komponen fenol selain flavonol dan
flavone yang ada dalam sayuran indigenous, dapat dilakukan kajian lebih
lanjut
melalui
kemungkinan
dari
waktu
retensinya.
Rekapitulasi
dapat
diperoleh
bila
diketahui komponen-komponen
tersebut.
Tabel 25. Rekapitulasi total fenol, total flavonoid, dan kadar air dari sayuran indigenous
konsentrasi (mg/100 sampel kering)
total fenolA
Sampel
flavonol
total flavonoid
KA (% wet
basis)
flavone
total flavonol
quarcetin
kaempferol
myricetin
luteolin
apigenin
Bunga turi
Kucai
ij
Takokak
Daun kelor
536,1 7.9
468.3 9.3
5,3 0,2
Pucuk mengkudu
236,4 1.6
201,4 14.5
Lembayung
438,3 5.7
Terubuk
Mangkokan putih
491.0 7.5
169.5 2.4
412,6 9.9
200.1 2.4
fg
Bunga papaya
376,2 12.2
2809,5 11.1
Pucuk mete
323,7 5.1
Antanan beurit
89.4 1.5
473.3 9.6
201,4 14.5
386.3 10.2
200.1 2.4
306.8 5.2
656.3 6.9
253.4 7.6
332.2 5.5
384,6 7,9
142,6 9,7
242,0 6,6
332.2 5.5
46,2 0,9
-
83,8 0,7
29,5 1,0
-
85,7 1,7
159,4 0,9
54,0 0,8
65,8 0,5
249,5 4,4
45,3 0,3
37,9 0,7
-
18,6 0,1
72,2 1,0
: total fenol dihitung berdasarkan mg asam gallat / 100 g sampel kering. (-) tidak terdeteksi
69,4 0,7
-
46,3 1,9
573,1 5,9
21,3 0,6
58,8 4,2
76,7 0,9
16,2 0,1
83,4 1,4
3,8 0,1
84.4 0.6
84.4 0.6
656.3 6.9
189,1 3,2
6,1 0,1
3,8 0,1
205.7 2.8
306,7 2.2
27.0 0,5
27.4 0.7
3,8 0,1
215.0 4.6
28,3 0,6
89.4 1.5
204,4 14.4
805,5 12.8
27.4 0.7
860,3 9.7
217.4 3.6
217.4 3.6
211,7 20.1
Pakis
10,5 0,1
45,5 2,2
114,8 2,6
101,1 2,4
90.2 0.1
83.4 0.3
89.2 0.2
75.1 0.2
83.4 0.5
bc
88.7 0.5
88.4 0.1
84.9 0.1
82.0 0.6
88.2 0.4
bc
78.1 0.1
88.7 0.1
85.0 0.2
Tabel 26. Rekapitulasi komponen yang terdeteksi pada sampel dengan menggunakan HPLC
sampel
Bunga turi
Takokak
+
+
Mangkokan
6.5
7.1
9.6
10
16.5 17.2
+
+
+
+
6.0
+
+
Terubuk
Bunga papaya
2.7 3.1 3.3 3.5 3.8 4.1 4.4 4.7 5.1 5.5
+
+
Lembayung
2.4
Kucai
Daun kelor
Pucuk
mengkudu
2.2
+
+
Pucuk mete
Pakis
Antanan beurit
+
+
+
+
+
+
+
+
sampel
2.0
Bunga turi
Kucai
2.2
2.4
4524
17020
52453
33618
Takokak
Daun kelor
Pucuk
mengkudu
2.7
3.1
10791
3.5
3.8
12012
4.1
4965
6230
5580
6211
4.7
5.1
5.5
6.0
10791
99615
6.5
7.1
9.6
7144
12134
10
16.5
17.2
11184
14541
100495
19483
19885
Terubuk
4.4
25564
17559
Lembayung
34238
20219
16066
142074
3932
Mangkokan
Daun labu
siam
Bunga
papaya
522376
Pucuk mete
72897
Pakis
Antanan
beurit
3.3
10063
99696
13345
225509
12840
32674
20606
7482
442405
41042
8619
5851
4244
13248
242017
1590
4376
11023
21440
7785
41379
10312
Jumlah komponen
unknown
Area
(mAu*s)
%a)
21544
1.16
163557
20.37
143849
17.03
111690
2.95
31274
5.37
232482
8.60
3932
1.34
166090
9.21
781331
16.64
7482
1.28
832414
13.05
68010
8.82
17492
3.00
A. KESIMPULAN
Sayuran indigenous dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bahan
pangan sebagai sumber flavonoid khususnya senyawa flavonol dan flavone.
Kadar air sayuran indigenous yang diteliti berkisar antara 75%-90%. Sayuran
indigenous yang diteliti pada penelitian ini memberikan komposisi senyawa
flavonol dan flavone yang bervariasi. Namun, semua sampel mengandung
senyawa quarcetin. Kandungan quarcetin terbanyak ada pada pucuk mete
(573.06 mg) dan yang paling sedikit mengandung quarcetin adalah terubuk
yaitu 3.76 mg.
Senyawa myricetin hanya ditemukan pada sayuran kucai (16.23 mg),
takokak (21.29 mg), daun labu siam (69.39 mg), pucuk mete (37.85 mg), dan
antanan beurit (10.46 mg). Senyawa luteolin hanya ditemukan pada sayuran
daun kelor dan jumlahnya pun sangat sedikit, sedangkan apigenin hanya
ditemukan pada daun kacang panjang (114.81mg), daun mangkokan putih
(45.47 mg), dan bunga papaya (101.11 mg). senyawa kaempferol ditemukan
hampir di semua sampel sayuran kecuali takokak dan terubuk. Kaempferol
terbesar ditemukan pada bunga turi (189.05 mg) dan terendah pada daun pakis
(18.63 mg).
Total flavonol dan flavone terbesar terdapat pada pucuk mete (656.20 mg)
dan total fenol tertinggi juga pada pucuk mete (2809.53 mg). Nilai-nilai
tersebut dihitung berdasarkan 100 gram berat kering.
B. SARAN
Pemanfaatan sayuran indigenous sebagai bahan pangan sebaiknya
semakin ditingkatkan, karena kandungan flavonol dan flavonenya yang cukup
baik yaitu sebagai salah satu sumber antioksidan. Agar nilai tambah tanaman
tersebut meningkat serta maka dapat dilakukan pengidentifikasian dan
eksplorasi senyawa flavonoid lain yang mungkin masih banyak terkandung di
dalamnya. Masih banyak sayur-sayuran indigenous lain di sekitar kita dan
mungkin belum tersentuh serta dieksplorasi dengan baik dan mungkin saja
memilki potensi flavonoid yang baik pula, dan untuk memperluas keragaman
sumber genetik sayuran indigenous maka dari itu proses pengidentifikasian
jenis sayuran indigenous lainnya dapat pula dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Aalbersberg, W.G.L., Shabina Husein dan A. S. Wirian, 1993. Journal of Herbs, Spices
and Medicinal Plant 2 (1) : 51 54.
Adamson, G. E. Lazarus, S. A., and Mitchell, A.E. 1999. HPLC method for the
quantification of procyanidin in cocoa and chocolatesamples and correlation
to total antioxidant capacity. Journal of Agriculture and Food Chemistry, 47,
4184-4188.
Anonim.1995. Produksi tanaman sayuran dan buah-buahan semusim di Jawa.
Biro Pusat Statistik. Jakarta Indonesia.
Anonim. 2007a.Flavonoid. http://library.usu.ac.id/download /fmipa/06003489.
pdf. [22 September]
Anonim.2007b.Jambu mete.www.rain-tree.com. Cajueiro. [22 September].
Anonim.2007c. Kelor (Moringa oleifera). Http : // www. hort. purdue. edu/
newcrop/ duke_energy/Moringa_oleifera.html. [19 Desember]
Anonim. 2007d. Mangkokan. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php.
[22 September]
Anonim.2007e.Mangkokan.http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?m
u=2&id=144[22 September]
Anonim.2007f.Mete. http:// www. dinasperkebunanbali. info/komoditi _unggulan.
php?id_komoditi_unggulan=6. [27 Desember]
Anonim. 2007g. Mete. www. bpdas jeneberang. net/index2. php?option= com_
content &do_pdf=1&id=15 .[27 Desember]
Anonim. 2007h. Mengkudu. http:// www.indomedia. com/ intisari/1999/
Mei/mengkudu. Htm. [19 Desember]
Anonim.2007i.Nutritional Value of Leavesand Pods Moringa oleifera.
Http://www.Moringa_news.org/documents/malawi.pdf. [19 Desember]
Anonim.
2007j.pepaya
September]
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php.[22
Anonim.2007m.Pepaya. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=57
pepaya. [22 September]
Anonim.2007n.Pepaya. http://209.85.135.104/ search?q=cache :L7KyKujqazYJ:
www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_147_Kardiologi.pdf+analisis+proksima
t+daun+pepaya&hl=id&ct=clnk&cd=3&gl=id&client=firefox-a.
[22
September]
Anonim 2007o. Sayuran Indigenous.http: // www. kalbe. co. id/ files/ cdk/ files/
147_13 Diet Sehat dg Serat. pdf/ 147_13DietSehatdgSerat.html. [22
September]
Anonim. 2007p. Sechium edule. Http://iptek.apji.or.id. [19 Desember]
Anonim.2007q.Takokak. Http :// www. republika. co. id/ suplemen/ cetak_detail_
asp. [19 Desember]
Anonim. 2007r. Takokak. www.kompas.com/kesehatan/news. [19 Desember]
Anonim.2008a.Botani mengkudu. http://209.85.175.104/ search?q=cache:
d5m3SJECligJ:
www.
mardi.
my/
herba1/
maklumat
/My%2520GFL%2520-%2520 Sentoor%2520Na ma %2520 Botani. doc+
botani mengkudu & hl = id&ct = clnk&cd=6&gl=id. [5 Januari]
Anonim. 2008b. Botani papaya.
http://209.85.175.104/ search?q=cache:
ujM5CLCRGoQJ:wayanlessy.blogs.friendster.com/my_blog/2007/05/meny
antap_bunga.html+botani+pepaya&hl=id&ct=clnk&cd=6&gl=id.
[3
Januari]
Anonim. 2008c. Budidaya mete. http:// www.iptek.net.id/ind /warintek /?mnu
=6&ttg=2&doc=2a10. [5 Januari]
Anonim. 2008d. Bunga pepaya. http:// budiboga. blogspot.com/2006/08/ kelezatan
- bunga-dalam-seni-kuliner.html [3 Januari]
Anonim.2008e.Bunga
pepaya.
http://www.lintasberita.com/Kuliner/Tumis_
Sayur__ Bunga_Pepaya/.[3 Januari]
Anonim. 2008f. Carica papaya http://en.wikipedia.org/wiki/Carica_papaya. [3
Januari]
Anonim. 2008g. Cinnamon http : //en. wikipedia. org/wiki/Image : Cinnamon_
Fern_ Osmunda_ cinnamomea. [3 Februari]
Anonim. 2008h. Daun jambu mete. http: //209.85.175.104/ search?q =
cache:oiC-xnAGIhUJ:www.bpdasjeneberang.net/index2.php%3Foption%3
Dcom_content%26do_pdf%3D1%26id%3D15+daun+jambu+mete&hl=id&
ct=clnk&cd=20&gl=id. [5 Januari]
ahmad
LAMPIRAN
area
(mAU*)
10852.5
2.5
188739.6
10
799756.6
20
1638538.7
25
2058741.7
Kurva standar myricetin
Area (mAU*s)
Konsentrasi (g/ml)
10652.5
0.4583
11735.2
0.4713
11864.1
0.4729
11532.8
0.4689
12861.0
0.4848
11655.3
0.4704
12928.4
0.4856
11521.7
0.4688
10397.2
0.4553
10
9356.4
0.4428
Rata-rata
SD
LOD
0.4679
0.0130
0.039
area
(mAU)
0.5
35283.9
2.5
180490.1
10
769873.1
20
1602134.2
25
1997675.8
Kurva standar luteolin
Area (mAU*s)
Konsentrasi (g/ml)
34265.4
0.6438
34247.1
0.6435
33566.2
0.6351
32712.8
0.6245
31628.2
0.6110
32856.7
0.6263
35951.3
0.6647
32661.4
0.6239
31689.4
0.6118
30824.1
Rata-rata
0.6011
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
SD
LOD
0.6286
0.0188
0.056
area
(mAU)
45684.7
2.5
176788.1
10
759728.5
20
1557073.7
25
2002511.0
Kurva standar quercetin
Area (mAU*s)
Konsentrasi (g/ml)
43328.4
0.7533
44187.2
0.7641
43551.6
0.7561
43254.7
0.7524
42232.5
0.7396
44231.8
0.7647
43657.3
0.7574
42397.1
0.7416
43562.7
0.7563
44577.1
Rata-rata
0.7690
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
SD
LOD
0.7555
0.0094
0.028
area (mAU)
64164.1
131613.8
10
268706.6
20
555345.4
25
722856.8
Kurva standar apigenin
Area (mAU*s)
Konsentrasi (g/ml)
66521.5
2.7979
65822.4
2.7739
64754.6
2.7371
63642.9
2.6989
63662.1
2.6996
62344.0
2.6542
61580.2
2.6279
60394.5
2.5871
61215.6
2.6154
10
60587.8
2.5938
Rata-rata
2.6786
SD
0.0748
LOD
0.22
area
(mAU)
0.5
41320.0
2.5
210144.0
10
912492.3
20
1841920.3
25
2315287.3
Kurva standar kaempferol
Area (mAU*s)
Konsentrasi (g/ml)
42152.3
0.6117
41055.2
0.5999
41567.5
0.6054
40671.8
0.5958
41872.7
0.6087
41668.1
0.6065
41232.0
0.6018
38627.2
0.5738
38562.4
0.5731
10
38429.1
0.5716
Rata-rata
0.5948
SD
0.0158
LOD
0.047
konsentrasi
absorbansi
(mg/l)
50
0,203
100
0,412
150
0,604
200
0,828
250
0,990
ulangan
1
Bunga turi
2
duplo
1
W sampel (g)
KA (%BB)
2,5875
5,1456
3,0906
90,22
2,5776
5,1572
3,0752
90,35
2,6539
5,1225
3,1571
90,18
2,5853
5,1047
3,0881
90,15
915,25
90,23
90,23 0,09
923,11
Rata-rata
1
Kucai
2
Takokak
2
Daun kelor
2
Pucuk mengkudu
2
936,41
0,09
0,10
917,98
5,0254
3,5929
83,26
497,27
2,6471
5,0766
3,4779
83,63
511,05
2,6689
5,0691
3,4925
83,75
2,6520
5,0728
3,5064
83,16
493,73
83,45
83,45 0,29
504,38
0,29
0,34
515,48
2,6889
4,9354
3,2207
89,22
828,06
2,6616
4,9377
3,2088
88,92
802,36
2,6729
5,0648
3,2159
89,28
2,6757
5,0134
3,2079
89,38
842,01
89,20
89,20 0,20
826,29
2,5455
5,0617
2,6679
5,0099
2,5463
5,0024
2,6380
5,0840
0,20
0,22
832,74
304,64
3,9186
75,04
300,57
3,8004
74,93
3,9065
75,05
300,79
75,08
75,08 0,15
301,22
0,15
0,20
298,88
1,02
10,52
2,09
16,98
2,05
2,44
0,81
301,22 2,44
2,5685
5,0422
3,3823
83,86
519,59
2,6409
5,0101
3,4704
83,44
503,99
2,5692
5,0710
3,4486
82,66
2,6413
5,0070
3,4588
83,67
512,48
83,41
83,41 0,53
503,17
Rata-rata
9,40
826,29 16,98
75,29
3,7964
RSD
504,38 10,52
Std. Dev
923,11 9,40
2,7515
Rata-rata
KA (%BK)
922,78
Rata-rata
RSD
Rata-rata
Std. Dev
0,53
0,63
476,64
18,80
3,74
503,17 18,80
139
ulangan
1
Lembayung
2
duplo
1
W sampel (g)
KA (%BB)
2,7465
5,0410
3,3024
88,97
Std. Dev
RSD
Terubuk
2
2,6892
5,0987
3,2441
89,12
2,6976
5,0438
3,3017
88,02
2,7479
5,0727
3,3211
88,70
784,98
Rata-rata
88,70
786,39
818,85
0,49
0,55
Mangkokan Putih
2
Daun labu
2
2,7862
5,1442
3,3762
88,53
2,5866
5,0651
3,1766
88,35
2,6972
5,0521
3,2843
88,38
2,6243
5,1124
3,2232
88,29
753,63
Rata-rata
88,39
761,13
758,49
0,10
0,12
5,0765
3,3091
84,82
2,6820
5,0755
3,4451
84,97
2,6394
5,0051
3,3967
84,87
2,6337
5,0914
3,4012
84,93
563,37
Rata-rata
84,89
562,00
558,60
565,12
0,07
0,08
1
2
2,6297
5,0053
3,5600
81,41
2,7188
5,0255
3,6454
81,56
2,6994
5,0818
3,5748
82,77
2,6915
5,0196
3,5822
82,26
463,56
Rata-rata
82,00
456,11
438,03
442,36
0,63
0,77
19,72
480,51
4,32
456,11 19,72
87,97
730,95
2,6978
5,0396
3,3124
87,80
2,6710
5,0050
3,2557
88,32
2,6977
5,0322
3,2706
88,62
778,37
Rata-rata
88,18
746,32
88,18 0,36
0,51
562,00 2,85
82,00 0,63
Bunga pepaya
2,85
560,91
3,2738
1,02
761,13 7,74
2,5383
5,0106
7,74
760,52
2,6708
4,71
771,90
37,06
734,93
84,89 0,07
RSD
786,39 37,06
88,39 0,10
Std. Dev
806,82
88,70 0,49
KA (%BK)
719,98
0,36
0,41
755,99
3,50
26,15
746,32 26,15
140
ulangan
1
Pucuk mete
2
duplo
1
2,7185
2,6927
2,6859
W sampel (g)
KA (%BB)
Std. Dev
RSD
5,0735
3,7440
78,03
5,0607
3,8153
78,33
5,0530
3,8005
78,08
5,0554
3,7969
78,02
355,03
Rata-rata
78,12
356,96
361,41
0,14
0,18
Daun pakis
2
2,6897
5,0059
3,2553
2,6614
5,0905
3,2306
88,82
2,6908
5,0830
3,2665
88,67
2,6614
5,0626
3,2313
88,74
788,33
Rata-rata
88,73
787,66
Antanan Beurit
2
2,5989
5,0001
3,3440
85,10
2,6517
5,0430
3,3995
85,17
794,33
0,06
0,07
782,93
3,00
0,84
4,97
0,63
787,66 4,97
571,06
574,38
0,20
2,6482
5,0780
3,4239
84,72
2,6092
5,0937
3,3786
84,90
562,04
Rata-rata
84,97
565,53
84,97 0,20
RSD
785,06
88,70
88,73 0,06
356,13
Std. Dev
356,96 3,00
78,12 0,14
KA (%BK)
355,27
0,24
554,63
8,94
1,58
565,53 8,94
141
1
Kucai
2
1
Takokak
2
1
Daun kelor
2
1
Pucuk mengkudu
2
W sampel (g)
2,0833
2,0053
2,1244
2,0547
KA (%BB)
Std. Dev
1,72
1,13
0,35
1,89
1,33
1,52
1,52 0,35
1
2
1
2
2,6434
2,7251
2,5822
2,6214
2,0063
2,1820
2,0866
2,0972
4,5780
4,8361
4,5962
4,6374
Rata-rata
3,57
3,25
0,26
3,48
3,87
3,54
3,54 0,26
1
2
1
2
2,6823
2,6015
2,7385
2,6625
5,1910
5,1324
5,1597
5,0516
7,6410
7,5215
7,6636
7,4977
Rata-rata
4,48
4,14
0,19
4,55
4,28
4,36
4,36 0,19
1
2
1
2
2,6300
2,5827
2,6142
2,6235
1,2121
1,1952
1,2651
1,2271
3,7815
3,7147
3,8122
3,7821
Rata-rata
5,00
5,29
0,24
5,30
5,58
5,29
5,29 0,24
1
2
1
2
2,5608
2,6450
2,5874
2,7257
1,0735
1,1255
1,0547
1,3652
3,5772
3,7087
3,5834
4,0144
Rata-rata
5,32
5,49
0,13
5,57
5,60
5,49
5,49 0,13
RSD
22,82
7,22
4,25
4,50
2,30
KA (%BK)
Std. Dev
1,75
1,14
0,36
1,92
1,35
1,54
1,54 0,36
3,71
3,36
0,28
3,60
4,03
3,68
3,68 0,28
4,68
4,32
0,20
4,76
4,48
4,56
4,56 0,20
5,26
5,58
0,27
5,60
5,91
5,59
5,59 0,27
5,62
5,81
0,14
5,89
5,94
5,81
5,81 0,14
RSD
23,15
7,49
4,44
4,75
2,43
142
Lanjutan Lampiran 15. Kadar air sayuran indigenous setelah freeze dryer
sampel
ulangan
1
Lembayung
2
duplo
W sampel (g)
KA (%BB)
2,6819
1,1848
3,8001
5,62
Std. Dev
RSD
2,7154
1,1183
3,7681
5,87
2,5364
1,5781
4,0271
5,54
2,6240
1,2247
3,7857
5,14
5,42
Rata-rata
5,54
5,87
Terubuk
2
0,30
5,41
1
2
Bunga pepaya
2
2,6823
5,1910
7,6810
3,70
3,85
2,6015
5,1324
7,5315
3,94
4,11
2,7385
5,1597
7,7036
3,77
2,6625
5,0516
0,19
5,01
0,20
5,20
0,22
6,11
0,18
7,51
0,19
12,96
3,92
7,5377
3,49
3,62
Rata-rata
3,73
3,87
3,87 0,20
2,6310
2,0162
4,5747
3,60
2,6671
2,1834
4,7749
3,46
2,6108
2,1657
4,7074
3,19
2,5321
2,0354
4,4932
3,65
3,79
Rata-rata
3,47
3,60
3,73
0,21
5,91
3,59
3,30
3,60 0,22
2,6211
1,0385
3,6360
2,27
2,33
2,7100
2,0793
4,7375
2,49
2,55
2,6342
1,5692
4,1641
2,50
2,5213
1,6413
4,1273
2,15
2,20
Rata-rata
2,35
2,41
0,17
7,33
2,57
2,41 0,18
2,5621
1,1526
3,6977
1,47
1,50
2,6892
1,0261
3,6996
1,53
1,55
2,6632
1,1542
3,7987
1,62
2,6257
1,1264
3,7387
1,19
1,20
Rata-rata
1,45
1,48
1,45 0,19
5,72
5,86
2,35 0,17
0,34
6,23
3,47 0,21
RSD
5,87 0,34
3,73 0,16
Mangkokan putih
Std. Dev
5,96
5,54 0,30
KA (%BK)
0,19
12,79
1,65
1,48 0,19
143
Lanjutan Lampiran 15. Kadar air sayuran indigenous setelah freeze dryer
sampel
ulangan duplo
W cawan kosong (g)
W sampel (g)
1
Pucuk mete
2
KA (%BB)
Std. Dev
RSD
2,6845
2,0285
4,6364
3,78
2,7862
2,0852
4,7981
3,52
2,5876
2,1447
4,6536
3,67
2,6243
2,0621
4,6212
3,16
3,27
Rata-rata
3,53
3,66
Daun pakis
2
0,27
7,60
Antanan Beurit
2
0,29
7,86
0,23
8,89
0,12
3,69
3,64
3,81
2,6803
1,0035
3,6617
2,20
2,6532
1,0882
3,7133
2,58
2,6372
1,0156
3,6254
2,70
2,5691
1,1028
3,6452
2,42
2,48
Rata-rata
2,48
2,54
2,25
0,21
8,68
2,65
2,77
2,54 0,23
2,6012
1,0663
3,6332
3,22
2,5905
1,0185
3,5768
3,16
2,6237
1,0314
3,6197
3,43
2,6155
1,2547
3,8291
3,28
3,39
Rata-rata
3,27
3,38
3,27 0,12
RSD
3,66 0,29
2,48 0,21
Std. Dev
3,92
3,53 0,27
KA (%BK)
3,32
0,12
3,57
3,26
3,55
3,38 0,12
144
Ulangan
W sampel (mg)
49,5
49,5
50
50,8
50,5
50,5
50
50,5
50
50,5
Bunga turi
Kucai
Takokak
Daun kelor
Pucuk mengkudu
Wet Basis
[ ] (mg fenolik/100 g
Std. Dev
sampel)
31,3696
31,9727
0,50
31,0498
32,1006
31,6232
31,6232 0,50
Duplo
Absorbansi
[ ] (mg/L)
1
2
1
2
0,276
0,283
0,273
0,284
63,5741
64,7963
62,9259
65,0556
Rata-rata
1
2
1
2
0,142
0,144
0,184
0,185
38,6852
39,0556
46,4630
46,6481
Rata-rata
32,0120
32,3185
37,8426
37,9934
35,0416
35,0416 3,32
1
2
1
2
0,879
0,882
0,861
0,864
175,2222
175,7037
171,8704
172,3148
Rata-rata
93,6832
93,9406
91,8911
92,1287
92,9109
92,9109 1,05
1
2
1
2
0,504
0,506
0,522
0,528
105,7222
106,0926
109,0556
110,1667
Rata-rata
131,7299
132,1914
134,5378
135,9086
133,5919
133,5919 1,97
1
2
1
2
0,187
0,187
0,192
0,193
47,0185
47,0185
47,9444
48,1296
Rata-rata
39,0019
39,0019
39,3762
39,5282
39,2270
39,2270 0,27
3,32
1,05
1,97
0,27
RSD
1,57
Dry Basis
[ ] (mg fenolik/100 g
Std. Dev
sampel)
321,0812
327,2540
5,09
317,8077
328,5634
323,6766
323,6766 5,09
9,49
193,4259
195,2778
228,6563
229,5677
211,7319
211,7319 20,09
1,13
867,4367
869,8203
850,8434
853,0436
860,2860
860,2860 9,72
1,48
528,6111
530,4630
539,8790
545,3795
536,0831
536,0831 7,92
0,68
235,0926
235,0926
237,3487
238,2655
236,4499
236,4499 1,61
20,09
9,72
7,92
1,61
RSD
1,57
9,49
1,13
1,48
0,68
145
Ulangan
W sampel (mg)
50
50,9
50,4
50,5
50,5
50,5
50,4
50,5
50,5
51,1
Lembayung
Terubuk
Mangkokan Putih
Daun labu
Bunga pepaya
Wet Basis
[ ] (mg fenolik/100 g
Std. Dev
sampel)
49,4794
49,0608
0,64
50,4545
49,1184
49,5283
49,5283 0,64
Duplo
Absorbansi
[ ] (mg/L)
1
2
1
2
0,406
0,402
0,424
0,411
87,5741
86,8333
90,9074
88,5000
Rata-rata
1
2
1
2
0,140
0,145
0,173
0,166
38,3148
39,1852
44,4074
43,0741
Rata-rata
22,0652
22,5665
25,5233
24,7569
23,7280
23,7280 1,67
1
2
1
2
0,464
0,461
0,472
0,478
98,2407
97,7593
99,7963
100,9074
Rata-rata
73,4860
73,1259
74,6496
75,4807
74,1856
74,1856 1,08
1
2
1
2
0,368
0,380
0,391
0,392
80,5370
82,7593
84,7963
84,9815
Rata-rata
71,9081
73,8922
75,5611
75,7261
74,2718
74,2718 1,78
1
2
1
2
0,332
0,332
0,360
0,360
73,8704
73,8704
79,0556
79,0556
Rata-rata
43,2251
43,2251
45,7161
45,7161
44,4706
44,4706 1,44
1,67
1,08
1,78
1,44
RSD
1,30
Dry Basis
[ ] (mg fenolik/100 g
Std. Dev
sampel)
437,8704
434,1667
5,71
446,5000
434,6758
438,3032
438,3032 5,71
7,05
190,0536
194,3710
219,8387
213,2380
204,3753
204,3757 14,41
1,46
486,3403
483,9567
494,0411
499,5416
490,9699
490,9699 7,15
2,40
399,4893
410,5122
419,7836
420,7004
412,6214
412,6214 9,89
3,23
365,6949
365,6949
386,7689
386,7689
376,2319
376,2319 12,17
14,41
7,15
9,89
12,17
RSD
1,30
7,05
1,46
2,40
3,23
146
Ulangan
W sampel (mg)
50,1
50,2
Pucuk mete
50
Daun Pakis
2
50,5
Wet Basis
[ ] (mg fenolik/100 g
Std. Dev
sampel)
614,0254
Absorbansi
[ ] (mg/L)
2,970
562,3889
2,958
560,1667
611,5991
2,989
565,9074
616,6362
2,989
565,9074
616,6362
Rata-rata
614,7242
2809,5256
60,7222
614,7242 2,24
34,2170
2806,5256 11,06
303,6111
0,261
0,265
61,4630
34,6344
0,268
62,0185
34,6014
0,270
62,3889
34,8081
Rata-rata
34,5652
RSD
50,4
51
Antanan beurit
2,42
0,39
2818,2640
11,06
2818,2640
0,39
307,3148
0,25
0,72
307,0224
2,21
308,8559
0,72
306,7010
34,5652 0,25
0,797
159,9815
119,2719
793,5589
0,799
160,3519
119,5480
795,3961
0,835
167,0185
123,0533
0,830
166,0926
122,3712
Rata-rata
121,0611
121,0611 1,93
RSD
2795,2428
34,5652 0,25
Dry Basis
[ ] (mg fenolik/100 g
Std. Dev
sampel)
2806,3318
Duplo
1,93
1,59
818,7182
814,1794
12,84
1,59
805,4632
805,4632 12,84
147
Lampiran 17. Hasil perhitungan jumlah myricetin pada sayuran indigenous dengan menggunakan kurva standar campuran
Wet Basis
Ulangan
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
1
62409
0,8054
2,6660
1
2
64540
0,8178
2,7070
Kucai
0,02
1
63764
0,8133
2,6921
2
2
63186
0,8100
2,6810
Rata-rata
2,6865
RSD
0,65
2,6865 0,02
1
Takokak
2
1
2
1
2
109381
109522
109498
99615
1,0787
1,0795
1,0793
1,0219
Rata-rata
2,3299
2,3317
2,3314
2,2072
2,3001
1
Pucuk mete
2
1
2
1
2
512983
518280
528290
522376
3,4264
3,4572
3,5154
3,4810
Rata-rata
12,3349
12,4458
12,6554
12,5316
12,4919
256134
1,9323
12,4919 0,14
8,4558
252820
1,9130
8,3714
241014
1,8444
8,0709
247363
1,8813
8,2325
Rata-rata
8,2826
0,06
2,69
Antanan beurit
2
50593
1,0388
1,5614
51441
1,0458
1,5718
51897
1,0495
1,5775
52335
1,0531
1,5829
Rata-rata
1,5734
1,5734 0,01
0,65
21,5733
21,5897
21,5869
20,4372
21,2968
0,57
2,69
21,2968 0,57
0,14
1,08
68,5270
69,1432
70,3078
69,6198
69,3994
0,75
1,08
69,3994 0,75
38,6461
38,2605
0,17
2,03
36,8871
0,77
37,6257
2,03
37,8548
8,2826 0,17
RSD
16,2328 0,10
2,3001 0,06
Dry Basis
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
16,1088
16,3567
0,10
16,2664
16,1992
16,2328
37,8548 0,77
10,3885
10,4580
0,01
0,58
10,4954
10,5314
0,06
0,58
10,4683
10,4683 0,06
*Komponen myricetin pada sampel bunga turi, daun kelor, pucuk mengkudu, lembayung, terubuk, mangkokan putih, bunga pepaya dan pakis tidak terdeteksi.
148
Lampiran 18. Hasil perhitungan jumlah luteolin pada sayuran indigenousdengan menggunakan kurva standar campuran
Wet Basis
Sampel
Ulangan
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
1
Daun Kelor
2
Dry Basis
RSD
34903
1,8217
1,3619
5,4651
34276
1,7936
1,3409
5,3808
32179
1,6997
1,2707
33020
1,7374
1,2989
Rata-rata
1,3181
1,3181 0,04
0,04
3,11
5,0991
5,2121
Std. Dev
0,16
RSD
3,11
5,2893
5,2893 0,16
* Komponen luteolin pada sampel bunga turi, kucai, takokak, daun kelor, pucuk mengkudu, lembayung, terubuk, mangkokan putih, bunga pepaya, pucuk mete,
pakis dan antanan beurit tidak terdeteksi.
149
Lampiran 19. Hasil perhitungan jumlah quarcetin pada sayuran indigenous dengan menggunakan kurva standar campuran
Wet Basis
Sampel
Ulangan
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
1
Bunga turi
2
1
2
1
2
96539
91945
91887
93602
1,4524
1,3935
1,3928
1,4148
Rata-rata
2,8380
2,7229
2,7215
2,7644
2,7617
0,05
RSD
1,98
2,7617 0,05
1
Kucai
2
1
2
1
2
85503
89426
89448
89218
1,3109
1,3612
1,3615
1,3585
Rata-rata
4,3391
4,5056
4,5065
4,4968
4,4620
Takokak
2
1
2
1
2
30279
31415
29949
31494
0,6028
0,6173
0,5985
0,6183
Rata-rata
0,6510
0,6667
0,6464
0,6678
0,6580
0,08
1,84
Daun Kelor
2
1
2
1
2
2913982
2952397
3054273
3009866
37,5804
38,0730
39,3794
38,8100
Rata-rata
93,6504
94,8780
98,1334
96,7144
95,8441
0,01
1,65
Pucuk mengkudu
2
1
2
1
2
1028803
1038923
1189005
1126298
13,4068
13,5366
15,4611
14,6570
Rata-rata
22,2419
22,4572
25,6499
24,3160
23,6663
23,6663 1,62
1,98
26,2181
27,2242
27,2299
27,1709
26,9608
0,50
1,84
6,0277
6,1734
5,9854
6,1835
6,0925
0,10
1,65
6,0925 0,10
1,98
2,06
95,8441 1,98
0,56
26,9608 0,50
0.6580 0.01
29,0484
27,8702
27,8554
28,2952
28,2673
RSD
28,2673 0,56
4,4620 0,08
Dry Basis
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
375,8043
380,7303
393,7938
388,0995
384,6070
7,94
2,06
384,6070 7,94
1,62
6,83
134,0682
135,3659
154,6109
146,5700
142,6537
9,75
6,83
142,6537 9,75
150
Lanjutan Lampiran 19. Hasil perhitungan jumlah quarcetin pada sayuran indigenous dengan menggunakan kurva standar campuran
Wet Basis
Sampel
Ulangan
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
RSD
1
1903456
24,6225
27,8234
1
2
1921371
24,8522
28,0830
Lembayung
0,75
1
1807589
23,3932
26,4343
2,75
2
2
1849541
23,9311
27,0422
Rata-rata
27,3457
27,3457 0,75
1
Terubuk
2
1
2
1
2
11826
12759
12438
13540
0,3661
0,3781
0,3740
0,3881
Rata-rata
0,4251
0,4390
0,4342
0,4506
0,4372
Mangkokan Putih
2
1
2
1
2
630717
641876
642576
633334
8,3022
8,4453
8,4542
8,3357
Rata-rata
12,5446
12,7608
12,7744
12,5953
12,6688
0,01
2,43
1
2
1
2
585535
589659
576609
574624
7,7228
7,7757
7,6083
7,5829
Rata-rata
13,9011
13,9962
13,6950
13,6492
13,8104
0,12
0,92
Bunga pepaya
2
1
2
1
2
1262712
1248098
1265195
1258168
15,9960
15,8133
16,0270
15,9392
Rata-rata
18,9073
18,6913
18,9440
18,8401
18,8457
18,8457 0,11
3,6615
3,7811
3,7399
3,8813
3,7659
0,09
2,43
83,0217
84,4527
84,5424
83,3573
83,8435
0,77
0,92
83,8435 0,77
0,17
1,20
13,8104 0,17
2,75
3,7659 0,09
12,6688 0,12
RSD
241,9975 6,65
0,4372 0.01
Dry Basis
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
246,2248
248,5220
6,65
233,9318
239,3113
241,9975
77,2281
77,7569
76,0835
75,8289
76,7243
0,92
1,20
76,7243 0,92
0,11
0,59
159,9600
158,1329
160,2704
159,3919
159,4388
0,94
0,59
159,4388 0,94
151
Lanjutan Lampiran 19. Hasil perhitungan jumlah quarcetin pada sayuran indigenous dengan menggunakan kurva standar campuran
Wet Basis
Sampel
Ulangan
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
RSD
1
Pucuk mete
2
4603832
57,7678
126,3960
577,6783
4497406
56,4373
123,4847
564,3726
4578213
57,4475
125,6952
4588389
57,5748
125,9736
Rata-rata
125,3874
1,30
1,04
Pakis
2
499820
6,6237
7,4649
498688
6,6092
7,4485
496895
6,5862
7,4226
490587
6,5053
7,3315
Rata-rata
7,4169
Antanan beurit
2
1910730
24,7158
37,1478
1974469
25,5331
38,3762
1896527
24,5336
36,8740
1935521
25,0336
37,6256
Rata-rata
37,5059
37,5059 0,66
5,94
575,7476
RSD
1,04
573,0685 5,94
66,2368
66,0917
0,06
0,80
65,8618
0,53
65,0529
0,80
65,8108
7,4169 0.06
574,4753
Std. Dev
573,0685
125,3874 1,30
Dry Basis
[ ] (mg /100 g sampel)
65,8108 0,53
247,1575
255,3308
0,66
1,75
245,3363
250,3365
4,38
1,75
249,5403
249,5403 4,38
152
Lampiran 20. Hasil perhitungan jumlah apigenin pada sayuran indigenous dengan menggunakan kurva standar campuran
Wet Basis
Sampel
Ulangan
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
1
Lembayung
2
300026
5,6802
12,8372
306339
5,7854
13,0749
295000
5,5964
12,6479
313251
5,9006
13,3353
Rata-rata
12,9738
Dry Basis
RSD
Mangkokan Putih
2
104661
2,2386
6,7650
100544
2,1789
6,5847
118121
2,4336
7,3544
105045
2,2441
6,7818
Rata-rata
6,8715
Bunga pepaya
2
310564
5,1479
12,1695
292292
4,8869
11,5525
304585
5,0625
11,9676
309057
5,1263
12,1187
Rata-rata
11,9521
11,9521 0,28
RSD
115,7074
0,30
2,29
111,9280
2,63
118,0112
2,29
114,8124
114,8124 2,63
44,7715
43,5783
0,33
4,86
48,6727
2,21
44,8828
4,86
45,4763
6,8715 0,33
Std. Dev
113,6032
12,9738 0,30
45,4763 2,21
102,9572
97,7370
0,28
2,34
101,2491
102,5267
2,37
2,34
101,1175
101,1175 2,37
* Komponen apigenin pada sampel bunga turi, kucai, takokak, daun kelor, pucuk mengkudu, terubuk, daun labu siam, pucuk mete, pakis dan antanan beurit
tidak terdeteksi.
153
Lampiran 21. Hasil perhitungan jumlah kaempferol pada sayuran indigenous dengan menggunakan kurva standar campuran
Wet Basis
Sampel
Ulangan
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
1
Bunga turi
2
1
2
1
2
1759212
1773263
1702807
1733254
9,5409
9,6136
9,2491
9,4066
Rata-rata
18,6429
18,7849
18,0727
18,3805
18,4703
0,31
RSD
1,70
18,4703 0,31
1
Kucai
2
1
2
1
2
435461
421594
443125
422643
2,3313
2,2692
2,3657
2,2739
Rata-rata
7,7167
7,5112
7,8303
7,5267
7,6462
Daun Kelor
2
1
2
1
2
685165
684892
707448
707610
4,1125
4,1110
4,2315
4,2323
Rata-rata
20,4967
20,4894
21,0896
21,0939
20,7924
0,15
2,02
Pucuk mengkudu
2
1
2
1
2
590102
609362
503287
581778
3,0238
3,1101
2,6351
2,9866
Rata-rata
10,0331
10,3192
8,7432
9,9094
9,7512
0,35
1,66
Lembayung
2
1
2
1
2
290637
296027
304672
319485
1,4272
1,4476
1,4805
1,5367
Rata-rata
3,2254
3,2717
3,3459
3,4730
3,3290
3,3290 0,11
1,70
46,6268
45,3848
47,3132
45,4788
46,2009
0,93
2,02
82,2499
82,2208
84,6292
84,6465
83,4366
1,39
1,66
83,4366 1,39
0,69
7,11
9,7512 0,69
3,21
46,2009 0,93
20,7924 0,35
190,8176
192,2714
184,9820
188,1320
189,0508
RSD
189,0508 3,21
7,6462 0,15
Dry Basis
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
60,4766
62,2015
52,7013
59,7310
58,7776
4,18
7,11
58,7776 4,18
0,11
3,25
28,5435
28,9529
29,6095
30,7346
29,4601
0,96
3,25
29,4601 0,96
154
Lanjutan Lampiran 21. Hasil perhitungan jumlah kaempferol pada sayuran indigenous dengan menggunakan kurva standar campuran
Wet Basis
Sampel
Ulangan
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
RSD
1
763462
4,1740
12,6137
1
2
781704
4,2637
12,8849
Mangkokan Putih
0,26
1
794064
4,3245
13,0686
2,00
2
2
803796
4,3723
13,2132
Rata-rata
12,9451
12,9451 0,26
1
Daun Labu siam
2
1
2
1
2
470398
470989
460914
453815
2,7325
2,7354
2,6859
2,6510
Rata-rata
9,8371
9,8475
9,6691
9,5434
9,7243
Bunga pepaya
2
1
2
1
2
446517
400984
435318
443934
2,3808
2,1769
2,3307
2,3693
Rata-rata
5,6283
5,1463
5,5098
5,6010
5,4713
0,15
1,50
Pucuk mete
2
1
2
1
2
399926
400565
393289
397138
2,2740
2,2770
2,2429
2,2610
Rata-rata
9,9512
9,9643
9,8151
9,8940
9,9062
0,22
4,07
Pakis
2
1
2
1
2
160879
161560
158956
159512
0,9344
0,9370
0,9271
0,9292
Rata-rata
2,1061
2,1119
2,0896
2,0944
2,1005
2,1005 0,01
54,6503
54,7084
53,7173
53,0190
54,0238
0,81
1,50
47,6170
43,5390
46,6140
47,3856
46,2889
1,88
4,07
46,2889 1,88
0,07
0,69
9,9062 0,07
2,00
54,0238 0,81
5,4713 0,22
RSD
85,6724 1,71
9,7243 0,15
Dry Basis
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
83,4793
85,2738
1,71
86,4896
87,4470
85,6724
45,4809
45,5408
44,8586
45,2195
45,2749
0,31
0,69
45,2749 0,31
0,01
0,49
18,6876
18,7394
18,5416
18,5838
18,6381
0,09
0,49
18,6381 0,09
155
Lanjutan Lampiran 21. Hasil perhitungan jumlah kaempferol pada sayuran indigenous dengan menggunakan kurva standar campuran
Wet Basis
Sampel
Ulangan
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
RSD
1
Antanan beurit
2
735443
3,6747
11,0461
713547
3,5766
10,7513
709835
3,5600
10,7014
724051
3,6237
10,8927
Rata-rata
10,8479
10,8479 0,16
Dry Basis
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
RSD
73,4934
71,5324
0,16
1,43
71,1999
72,4731
1,03
1,43
72,1747
72,1747 1,03
156
Lampiran 22. Hasil perhitungan jumlah myricetin pada sayuran indigenousdengan menggunakan eksternal standar campuran
Wet Basis
Sampel
Ulangan
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
RSD
1
62409
0,6824
2,2586
1
2
64540
0,7057
2,3357
Kucai
0,03
1,42
1
63764
0,6972
2,3077
2
2
63186
0,6909
2,2867
Rata-rata
2,2972
2,2972 0.03
1
Takokak
2
1
2
1
2
109381
109522
109498
99615
1,2281
1,2297
1,2295
1,1185
Rata-rata
2,6528
2,6562
2,6556
2,4159
2,5951
1
2
1
2
512983
518280
528290
522376
6,6559
6,7247
6,8545
6,7778
Rata-rata
11,9807
12,1044
12,3382
12,2001
12,1558
0,12
4,60
Pucuk mete
2
1
2
1
2
256134
252820
241014
247363
3,5439
3,4980
3,3347
3,4225
Rata-rata
7,7540
7,6537
7,2962
7,4885
7,5481
0,15
1,24
Antanan beurit
2
1
2
1
2
50593
51441
51897
52335
0,9118
0,9271
0,9353
0,9432
Rata-rata
1,3704
1,3934
1,4057
1,4176
1,3968
1,3968 0.02
24,5629
24,5946
24,5892
22,3698
24,0291
1,11
4,60
66,5594
67,2467
68,5455
67,7781
67,5324
0,84
1,24
0,92
2,66
0,13
1,44
67,5324 0.84
0,20
2,66
7,5481 0,20
1,42
24,0291 1,11
12,1558 0.15
RSD
13,8803 0.20
2,5951 0.12
Dry Basis
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
13,6473
14,1133
0,20
13,9436
13,8172
13,8803
35,4387
34,9801
33,3467
34,2251
34,4976
34,4976 0,92
0,02
1,44
9,1177
9,2706
9,3528
9,4317
9,2932
9,2932 0.13
*Komponen myricetin pada sampel bunga turi, daun kelor, pucuk mengkudu, lembayung, terubuk, mangkokan putih, bunga pepaya dan pakis tidak terdeteksi.
157
Lampiran 23. Hasil perhitungan jumlah luteolin pada sayuran indigenousdengan menggunakan eksternal standar campuran
Sampel
Ulangan
1
Daun Kelor
2
Wet Basis
Dry Basis
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
34903
28,7412
1,4325
34276
28,2249
1,4067
32179
26,4981
1,3207
33020
27,1906
1,3552
5,4381
Rata-rata
1,3788
5,5327
1,3788 0,05
Std. Dev
RSD
Std. Dev
RSD
0,20
3,65
5,7482
0,05
3,65
5,6450
5,2996
5,5327 0,20
* Komponen luteolin pada sampel bunga turi, kucai, takokak, daun kelor, pucuk mengkudu, lembayung, terubuk, mangkokan putih, bunga pepaya, pucuk mete,
pakis dan antanan beurit tidak terdeteksi.
158
Lampiran 24. Hasil perhitungan jumlah quarcetin pada sayuran indigenous dengan menggunakan eksternal standar campuran
Wet Basis
Sampel
Ulangan
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
1
Bunga turi
2
1
2
1
2
96539
91945
91887
93602
1,3240
1,2610
1,2602
1,2837
Rata-rata
2,5871
2,4640
2,4624
2,5084
2,5055
0,06
RSD
2,33
2,5055 0,06
1
Kucai
2
1
2
1
2
85503
89426
89448
89218
1,1727
1,2265
1,2268
1,2236
Rata-rata
3,8815
4,0596
4,0606
4,0501
4,0129
Takokak
2
1
2
1
2
30279
31415
29949
31494
0,3288
0,3411
0,3252
0,3420
Rata-rata
0,7101
0,7368
0,7024
0,7386
0,7220
0,09
2,19
Daun Kelor
2
1
2
1
2
2913982
2952397
3054273
3009866
39,9646
40,4914
41,8886
41,2796
Rata-rata
99,5917
100,9046
104,3864
102,8687
101,9379
0,02
2,55
Pucuk mengkudu
2
1
2
1
2
1028803
1038923
1189005
1126298
14,1098
14,2486
16,3069
15,4469
Rata-rata
23,4081
23,6384
27,0532
25,6264
24,9315
24,9315 1,73
2,33
23,4531
24,5291
24,5352
24,4721
24,2474
0,53
2,19
6,5753
6,8220
6,5037
6,8392
6,6850
0,17
2,55
8,49
2,08
10,43
6,94
6,6850 0,17
2,12
2,08
101,9379 2,12
0,60
24,2474 0,53
0,7220 0,02
26,4802
25,2201
25,2042
25,6746
25,6447
RSD
25,6447 0,60
4,0129 0,09
Dry Basis
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
399,6456
404,9141
418,8862
412,7959
409,0605
409,0605 8,49
1,73
6,94
141,0979
142,4858
163,0692
154,4691
150,2805
150,2805 10,43
159
Lanjutan Lampiran 24. Hasil perhitungan jumlah quarcetin pada sayuran indigenous dengan menggunakan eksternal standar campuran
Wet Basis
Sampel
Ulangan
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
RSD
1
1903456
26,1054
29,4991
1
2
1921371
26,3511
29,7768
Lembayung
0,80
2,77
1
1807589
24,7906
28,0134
2
2
1849541
25,3660
28,6636
Rata-rata
28,9882
28,9882 0,80
1
Terubuk
2
1
2
1
2
11826
12759
12438
13540
0,2201
0,2375
0,2315
0,2520
Rata-rata
0,5111
0,5514
0,5375
0,5852
0,5463
Mangkokan
2
1
2
1
2
630717
641876
642576
633334
8,6501
8,8032
8,8128
8,6860
Rata-rata
13,0703
13,3016
13,3161
13,1246
13,2032
0,03
5,65
1
2
1
2
585535
589659
576609
574624
8,0305
8,0870
7,9081
7,8808
Rata-rata
14,4548
14,5567
14,2345
14,1855
14,3579
0,12
0,94
Bunga pepaya
2
1
2
1
2
1262712
1248098
1265195
1258168
17,3178
17,1174
17,3518
17,2555
Rata-rata
20,4696
20,2327
20,5099
20,3960
20,4021
20,4021 0,12
4,4021
4,7493
4,6299
5,0401
4,7053
0,27
5,65
86,5013
88,0317
88,1278
86,8602
87,3803
0,82
0,94
0,98
1,23
1,04
0,60
87,3803 0,82
0,18
1,23
14,3579 0,18
2,77
4,7053 0,27
13,2032 0,12
RSD
256,5331 7,71
0,5463 0,03
Dry Basis
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
261,0544
263,5114
7,11
247,9065
253,6601
256,5331
80,3047
80,8703
79,0805
78,8083
79,7660
79,7660 0,98
0,12
0,60
173,1779
171,1736
173,5184
172,5547
172,6062
172,6062 1,04
160
Lanjutan Lampiran 24. Hasil perhitungan jumlah quarcetin pada sayuran indigenous dengan menggunakan eksternal standar campuran
Wet Basis
Sampel
Ulangan
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
RSD
1
Pucuk mete
2
4603832
58,8801
128,8297
4497406
57,5190
125,8516
4578213
58,5525
128,1128
4588389
Pakis
2
1,33
1,04
Antanan beurit
2
575,1899
585,5246
58,6826
128,3975
586,8261
Rata-rata
127,7979
584,0855
499820
6,8549
7,7255
498688
6,8394
7,7080
496895
6,8148
7,6803
490587
6,7283
7,5828
67,2828
Rata-rata
7,6741
68,0934
6,08
1,04
0,57
0,83
4,68
1,77
68,5491
0,06
0,83
68,3939
68,1480
68,0934 0,57
1910730
26,2052
39,3864
1974469
27,0794
40,7003
1896527
26,0104
39,0936
1935521
26,5452
39,8974
265,4520
Rata-rata
39,7694
264,6005
39,7694 0,70
RSD
584,0855 6,08
7,6741 0,06
Std. Dev
588,8012
127,7979 1,33
Dry Basis
[ ] (mg /100 g sampel)
262,0520
0,70
1,77
270,7937
260,1041
264,6005 4,68
161
Lampiran 25. Hasil perhitungan jumlah apigenin pada sayuran indigenous dengan menggunakan eksternal standar campuran
Wet Basis
Sampel
Ulangan
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
1
Lembayung
2
300026
5,7327
12,9559
306339
5,8533
13,2285
295000
5,6367
12,7389
303251
5,7943
13,0952
Rata-rata
13,0046
Dry Basis
RSD
Mangkokan
2
104661
2,1476
6,4900
100544
2,0631
6,2347
108121
2,2186
6,7045
105045
2,1555
6,5138
Rata-rata
6,4858
Bunga pepaya
2
310564
5,2162
12,3310
302292
5,0772
12,0026
304585
5,1158
12,0936
309057
5,1909
12,2712
Rata-rata
12,1746
12,1746 0,15
RSD
117,0668
0,21
1,61
112,7336
1,85
115,8867
1,61
115,0853
115,0853 1,85
42,9516
41,2621
0,19
2,98
44,3716
1,28
43,1092
2,98
42,9236
6,4858 0,19
Std. Dev
114,6543
13,0046 0,21
42,9236 1,28
104,3235
101,5448
0,15
1,25
102,3150
103,8173
1,29
1,25
103,0001
103,0001 1,29
* Komponen apigenin pada sampel bunga turi, kucai, takokak, daun kelor, pucuk mengkudu, terubuk, daun labu siam, pucuk mete, pakis dan antanan beurit
tidak terdeteksi.
162
Lampiran 26. Hasil perhitungan jumlah kaempferol pada sayuran indigenous dengan menggunakan eksternal standar campuran
Wet Basis
Sampel
Ulangan
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
1
Bunga turi
2
1
2
1
2
1759212
1773263
1702807
1733254
9,5592
9,6356
9,2527
9,4182
Rata-rata
18,6787
18,8279
18,0798
18,4031
18,4974
0,33
RSD
1,78
18,4974 0,33
1
Kucai
2
1
2
1
2
435461
421594
443125
422643
2,3975
2,3211
2,4396
2,3269
Rata-rata
7,9356
7,6829
8,0752
7,7020
7,8489
Daun Kelor
2
1
2
1
2
685165
684892
707448
707610
4,1563
4,1547
4,2915
4,2925
Rata-rata
20,7152
20,7069
21,3889
21,3938
21,0512
0,19
2,42
Pucuk mengkudu
2
1
2
1
2
590102
609362
503287
581778
2,9740
3,0710
2,5365
2,9320
Rata-rata
9,8677
10,1897
8,4160
9,7285
9,5505
0,39
1,87
Lembayung
2
1
2
1
2
290637
296027
304672
319485
1,4647
1,4919
1,5355
1,6101
Rata-rata
3,3103
3,3717
3,4702
3,6389
3,4478
3,4478 0.14
1,78
47,9490
46,4221
48,7929
46,5376
47,4254
1,15
2,42
83,1267
83,0935
85,8301
85,8498
84,4750
1,58
1,87
84,4750 1,58
0,78
8,17
9,5505 0,78
3,37
47,4254 1,15
21,0512 0,39
191,1843
192,7113
185,0544
188,3633
189,3283
RSD
189,3283 3,37
7,8489 0,19
Dry Basis
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
59,4796
61,4209
50,7291
58,6406
57,5676
4,71
8,17
57,5676 4,71
0,14
4,16
29,2949
29,8382
30,7096
32,2026
30,5113
1,27
4,16
30,5113 1,27
163
Lanjutan Lampiran 26. Hasil perhitungan jumlah kaempferol pada sayuran indigenous dengan menggunakan eksternal standar campuran
Wet Basis
Sampel
Ulangan
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
RSD
1
763462
4,1485
12,5368
1
2
781704
4,2476
12,8363
Mangkokan
0,29
1
794064
4,3148
13,0393
2,21
2
2
803796
4,3677
13,1991
Rata-rata
12,9029
12,9029 0,29
1
Daun Labu siam
2
1
2
1
2
470398
470989
460914
453815
2,8535
2,8571
2,7960
2,7529
Rata-rata
10,2727
10,2856
10,0656
9,9105
10,1336
Bunga pepaya
2
1
2
1
2
446517
400984
435318
443934
2,3647
2,1235
2,3054
2,3510
Rata-rata
5,5901
5,0200
5,4499
5,5577
5,4044
0,18
1,77
Pucuk mete
2
1
2
1
2
399926
400565
393289
397138
2,3574
2,3612
2,3183
2,3410
Rata-rata
10,3161
10,3326
10,1449
10,2442
10,2595
0,26
4,87
Pakis
2
1
2
1
2
160879
161560
158956
159512
0,9759
0,9801
0,9643
0,9676
Rata-rata
2,1997
2,2090
2,1734
2,1810
2,1908
2,1908. 0,02
57,0704
57,1421
55,9197
55,0585
56,2977
1,00
1,77
47,2932
42,4705
46,1071
47,0196
45,7226
2,23
4,87
45,7226 2,23
0,09
0,83
10,2595 0,09
2,21
56,2977 1,00
5,4044 0,26
RSD
85,3930 1,89
10,1336 0,18
Dry Basis
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
82,9701
84,9525
1,89
86,2958
87,3534
85,3930
47,1487
47,2240
46,3662
46,8200
46,8897
0,39
0,83
46,8897 0,39
0,02
0,75
19,5184
19,6010
19,2851
19,3526
19,4393
0,15
0,75
19,4393 0,15
164
Lanjutan Lampiran 26. Hasil perhitungan jumlah kaempferol pada sayuran indigenous dengan menggunakan eksternal standar campuran
Wet Basis
Sampel
Ulangan
Duplo
Luas Area
[ ] ( g/ml)
[ ] (mg /100 g sampel)
Std. Dev
RSD
1
Antanan beurit
2
Dry Basis
[ ] (mg /100 g sampel)
735443
3,6622
11,0086
73,2441
713547
3,5532
10,6808
71,0635
709835
3,5347
10,6253
724051
3,6055
10,8381
Rata-rata
10,7882
10,7882 0,17
0,17
1,60
70,6938
72,1096
Std. Dev
1,15
RSD
1,60
71,7777
71,7777 1,15
165