Disusun oleh :
Widodo Trianugrah Rendymuliawan Sutanto
201510461011020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR
2015
Mahasiswa
Widodo Trianugrah Rendymuliawan Sutanto
201510461011020
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
Pembimbing Lahan
(
2
Tinjauan Teori
1. Definisi
Lupus
Eritematosus
Sistemik
adalah
penyakit
otoimun
yang
2 Etiologi
Sampai saat penyebab LES (Lupus eritematsus sistemik) belum
diketahui, Diduga ada beberapa paktor yang terlibat seperti paktor
genetic,inpeksi dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologi LES (Lupus
eritmatosus sistemik).
Sistem imun tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan
antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan dari reaksi
imunologi ini dapat menghasilkananti bodi secara terus menerus. Anti bodi
ini juga berperan dalam komplek imun sehingga mencetuskan penyakit
3
ikut
berperan
seperti
gen
yang
mengkode
sel
reseptor
T,
Klirens
kompleks
imun
menurun,
meningkatnya
kelarutan
di
berbagai
organ
mengakibatkan
aktivasi
komplemen
Faktor
3. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan
peningkatan
autoantibody
yang
berlebihan.
Gangguan
4. Manifestasi Klinis
Perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat timbul
mendadak disertai dengan tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam
tubuh. Dapat juga menahun dengan gejala pada satu sistem yang lambat
5
laun diikuti oleh gejala yang terkenanya sistem imun. Pada tipe menahun
terdapt remisi dan eksaserbsi. Remisinya mungkin berlangsung bertahuntahun.
Onset penyakit dapat spontan atau didahului oleh faktor presipitasi
seperti kontak dengan sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat. Setiap
serangan biasanya disertai gejala umum yang jelas seperti demam, nafsu
makan berkurang, kelemahan, berat badan menurun, dan iritabilitasi. Yang
paling menonjol ialah demam, kadang-kadang disertai menggigil.
Gejala Muskuloskeletal
Gejala yang paling sering pada SLE adalah gejala muskuloskeletal,
berupa artritis (93%). Yang paling sering terkena ialah sendi interfalangeal
proksimal didikuti oleh lutut, pergelangan tangan, metakarpofalangeal, siku
dan pergelangan kaki. Selain pembekakan dan nyeri mungkin juga terdapat
efusi sendi. Artritis biasanya simetris, tanpa menyebabkan deformitas,
kontraktur atau ankilosis. Adakala terdapat nodul reumatoid. Nekrosis
vaskular dapat terjadi pada berbagai tempat, dan ditemukan pada pasien
yang mendapatkan pengobatan dengan streroid dosis tinggi. Tempat yang
paling sering terkena ialah kaput femoris.
Gejala Mukokutan
Kelainan kulit, rambut atau selaput lendir ditemukan pada 85% kasus
SLE. Lesi kulit yang paling sering ditemukan pada SLE ialah lasi kulit akut,
subakut, diskoid, dan livido retikularis.
Ruam kulit berbentuk kupu-kupu berupa eritema yang agak edamatus
pada hidung dan kedua pipi. Dengan pengobatan yang tepat, kelainan ini
dapat sembuh tanpa bekas luka. Pada bagian tubuh yang terkena sinar
matahari dapat timbul ruam kulit yang terjadi karena hipersensitivitas. Lesi
ini termasuk lesi kulit akut.Lesi kulit subakut yang khas berbentuk anular.
Lesi diskoid berkembang melalui 3 tahap yaitu eritema, hiperkeratosis
dan atrofi. Biasanya tampak sebagai bercak eritematosa yang meninggi,
tertutup oleh sisik keratin disertai adanya penyumbatan folikel. Kalau sudah
berlangsung lama akan berbentuk silikatriks.
6
yang
besar.
Sering
juga
tampak
perdarahan
dan
eritema
Ginjal
Kelainan ginjal ditemukan pada 68% kasus SLE. Manifestasi paling
gangguan
fungsi
ginjal
sedang
sampai
berat.
Nefritis
lupus
Mata
Kelainan
mata
dapat
berupa
konjungtivitas,
perdarahan
Jantung
Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi, seperti perikarditis,
Paru-paru
Pada lupus bisa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi
Saluran Pencernaan
Nyeri abdomen terdapat pada 25% kasus SLE, mungkin disertai mual
Hemik-Limfatik
Kelenjar getah bening yang sering terkena adalah aksila dan sevikal,
dengan karakteristik tidak nyeri tekan dan lunak. Organ limfoid lain adalah
splenomegali yang biasanya disertai oleh pembesaran hati. Kerusakan lien
berupa infark atau trombosis berkaitan dengan adanya lupus antikoagulan.
Anemia dapat dijumpai pada periode perkembangan penyakit LES, yang
diperantai oleh proses imun dan non-imun.
5 Diagnosis
Kriteria diagnosis yang digunakan adalah dari American College of
Rheumatology 1997 yang terdiri dari 11 kriteria, dikatakan pasien tersebut
8
SLE jika ditemukan 4 dari 11 kriteria yang ada. Berikut ini adalah 11
kriteria tersebut.1,7
No
1
Kriteria
Rash malar
Batasan
Eritema, datar atau timbul di atas
eminensia malar dan bisa meluas ke
Discoid rash
lipatan nasolabial
Bercak kemerahan dengan keratosis
bersisik dan sumbatan folikel. Pada
Fotosensitivitas
Ulkus oral
Artritis
tidak nyeri
Melibatkan 2 atau lebih sendi perifer
nonerosif
dengan
Pleuritis
dan bengkak
atau a. Pleuritis:
perikarditis
karakteristik
efusi,
nyeri
nyeri,
pleuritik,
Gangguan renal
friction rub
a. Proteinuria persisten > 0,5 gr per
hari atau kualifikasi >+++
b. Sedimen
eritrosit,
granular,
Gangguan
neurologis
oleh
metabolik
maupun
seperti
uremia,
obat-obatan
ketoasidosis,
ketidakseimbangan
elektrolit
b. Psikosis- tanpa disebabkan obat
maupun
9
Gangguan
hematologi
atas
a. Anemia
kelainan
metabolik
hemolitik
retikulositosis
9
di
dengan
10
Gangguan
imunologi
b.
c.
d.
a.
b.
c.
meningkat,
lupus
(+)
tes
dengan
dibuktikan
pemeriksaan
dengan
imobilisasi
Antibodi
antinuklear
(ANA)
5. WOC
faktor genetik
Factor lingkungan
(sinar ultraviolet)
Keterlibatan gen
Gangguan kulit
Gen membawa
SLE pada
keturunan
selanjutnya
Faktor pemicu
(mengikat
komplemen)
infeksi
Obat-obatan
tidak cocok
faktor hormonal
Hormon proklatin
Merangsang
system imun
Pembentukan
kompleks
imun
Stres berlebihan
Aktivasi
komplemen
Perubahan reaksi imun
(reaksi Hipersensitivitas
dan
10
Autoimun)
Obat-obatan
(Hidration)
Obat
terakumulasi
dalam tubuh
Obat berikatan
dengan kompleks
anti bodi
Imun kompleks
artritis
Ruam kulit
berbentuk
kupu-kupu
Sendi
interfalngeal
proksimal
Eritema
dan
purpura
Efusi sendi
pembekakan
Reaksi inflamasi
nyeri
nyeri
Gangguan
mobilitas
MK : gg.
Integritas
kulit
Efusi pleura
kelelahan
n
Pneumonitis lupus
Meningkatnya
beban kerja
Kompleks
imun pada
alveolus
Merangsang
system imun
Sesak napas
Mk :
ketidakefektifan
pola napas
Mk : gg rasa
nyaman (nyeri
kronik)
Pembentukan
komples antibodi
Anemia
MK : intoleransi
aktivitas
6. Penatalaksanaan
pemeriksaan serologis.
Monotoring
Lupus diskoid
Terapi standar adalah fotoproteksi, anti-malaria dan steroid topikal.
Arthritis lupus
Untuk keluhan muskuloskeletal, standar terapi adalah NSAIDs dengan
Miositis lupus
Standar terapi adalah kortikosteroid dosis tinggi (dimulai dengan
prednison dosis 1-2 mg/kg/hari dalam dosis terbagi, bila kadar komplemen
meningkat mencapai dosis efektif terendah. Metode lain yang digunakan
untuk mencegah efek samping pemberian harian adalah dengan cara
pemberian prednison dosis alternate yang lebih tinggi (5 mg/kg/hari, tak
lebih 150-250 mg) metrotreksat atau azathioprine.
Fenomena Raynaud
Standar
terapinya
adalah
calcium
channel
blockers,
misalnya
Lupus nefritis
Lupus
nefritis
kelas
II
mempunyai
prognosis
yang
baik
dan
pemberian,
diperiksa
kadar
leukositnya.
Dosis
siklofosfamid
Gangguan hematologis
Untuk trombositopeni, terapi yang dipertimbangkan pada kelainan ini
siklfosfamid intravena.
siklfosfamid intravena
7. Komplikasi
Komplikasi LES meliputi :
Hipertensi (41%)
Gangguan pertumbuhan (38%)
Gangguan paru-paru kronik (31%)
Abnormalitas mata (31%)
Kerusakan ginjal permanen (25%)
Gejala neuropsikiatri (22%)
Kerusakan muskuloskeleta (9%)
Gangguan fungsi gonad (3%)
8. Pemeriksaaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorim
Pemeriksaan laboratorium mencakup pemeriksaan :
1. Hematologi
Ditemukan anemia, leukopenia, trombosittopenia
2. Kelainan Imunologis
Ditemuka sel LE, antibodi antinuklir, komplemen serum menurun, anti
DNA, faktor reumatitoid, krioglobulin, dan uji lues yang positif semu.
b. Histopatologi
Umum :
14
Ginjal :
2 bentuk utama ialah glomerulus proliferatif difus dan nefritis lupus
membranosa
Kulit
Pemeriksaan
imunofluoresensi
direk
menunjukkan
deposit
igG
KONSEP ASKEP
1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawianan, pekerjaan, pendidikan
terakhir, alamat
2. Riwayat kesehatan
sendi.
3.Kebiasaan sehari-hari
Rekreasi
rekreasi
yang
pernah
dilakukan,
bersama
siapa,
frekuensinya.
4.Pemeriksaan Fisik
TTV :
-
TD : 140/90 mmHg
ND : 100 x/i
RR : 18 x /i
: 40 C
Darah :
-
Anemia
5. Pemeriksaan Penunjang
3. Analisa Data
No
1
Data
DO :
Etiologi
Gangguan
Keperawatan
Gangguan
mobilitas
integritas pada
kulit
cemas
TTV :
-
TD : 140/90 mmHg
ND : 100 x/i
RR : 18 x/i
: 40 C
Masalah
20
DO :
Adanya efusi
Gangguan rasa
nyaman (nyeri
kronik)
kesakitan
TTV :
- TD : 140/90 mmHg
- ND : 100 x /i
- RR : 18 x /i
Pernapasan dangkal
21
DO :
Tidak
Intoleransi
seimbangnya
aktivitas
demam
suplai dan
kebutuhan O2
berkurang
TTV :
- TD : 140/90 mmHg
- ND : 100 x/i
- S
: 40 C
BB : 58 kg (turun 2 kg dari
60 kg)
Hb : 10,5 gr/dl
Diagnosa
Keperawata
Tujuan
Kriteria
Intervensi
Kolaborasi
Hasil
n
Gangguan
setelah
integritas
dilakukan
hankan
kulit
intervensi
integritas
integritas
dipengaru
berhubunga
keperawata
kulit
kulit,
hi oleh
n dengan
n selama
Mengiden
catat
sirkulasi
gangguan
3x24 jam,
tifikasi
perubaha
dan
Memperta Mandiri :
22
1. Kaji
1. Kondisi
kulit
mobilitas
diharapkan
faktor
n pada
mobilitas
gangguan
resiko/per
turgor, gg.
jaringan
integritas
ilaku klien
Warna,
dapat
kulit
untuk
eritema
menjadi
berkurang
mncegah
2. Bantu
rapuh dan
cedera
untuk
cenderun
dermal
latihan
g untuk
Melakuka
rentang
infeksi
n aktivitas
gerak
berat
sehari-
pasif atau
hari
aktif
Observasi
3. Inspeksi
2. Meningka
tkan
sirkulasii
perbaikan
kulit/titik
jaringan,
luka/peny
tekanan
mencegah
embuhan
secara
statis
lesi bila
teratur
3. Potensial
ada
untuk
jalan
kemeraha
masuk
n, berikan
untuk
pijatan
organisme
lembut
patogen,
4. Awasi
23
pada
tungkai
adanya
terhadap
gg. Sistem
kemeraha
imun, ini
n,
meningka
perhatika
tkan
n dengan
resiko
ketat
infeksi/pel
terhadap
ambatan
pembentu
penyembu
kan ulkus
Kolaborasi
han
4. Menungk
atkan
:
5. Gunakan
aliran
pelindung,
balik vena
mis :
menurunk
lotion
an statis
sesuai
vena/pem
dengan
bentukan
indikasi
edema
5. Menghind
ari
kerusakan
kulit
dengan
mencegah
/menurun
kan
tekanan
terhadap
permukaa
2.
n kulit
1. Nyeri
Menyatak
Mandiri :
dilakukan
an nyeri
1. Tentukan
(nyeri
intervensi
hilang/ter
karakteris
biasanya
kronik)
keperawata
kontrol
tik nyeri,
ada dalam
berhubunga
n selama
Menunjuk
mis :
beberapa
n dengan
3x24 jam,
kan rileks,
tajam,
derajat
efusi sendi
diharapkan
istirahat/ti
ditusuk.
pada
dan sesak
rasa nyeri
dur,
Selidiki
pneumoni
berkurang
peningkat
perubaha
a, juga
Gangguan
Setelah
rasa nyaman
24
dada
dan
an
dapat
berangsur-
aktivitas
lokasi/inte
timbul
angsur
dengan
nsitas
komplikas
menghilang
cepat
nyeri
Menggabu 2. Pantau
ngkan
keterampi
tanda vital
3. Berikan
pneumoni
a seperti
perikardit
lan
tindakan
is dan
relaksasi
nyaman,
endokardi
dan
mis :
tis
aktivitas
relaksasi/l
hiburan
atihan
ke dalam
napas
frekuensi
program
4. Dorong
2. Perubaha
jantung
kontrol/ny
untuk
menunjuk
eri
sering
kan
mengubah
pasien
posisi.
merasa
Bantu
nyeri.
pasien
3. Tindakan
25
untuk
non-
bergerak
analgesik
di atas
diberikan
tempat
dengan
tidur,
sentuhan
songkong
lembut
sendi
dapat
yang sakit
menghilan
di atas
gkan
dan
ketidakny
dibawah,
amanan
hindari
dan
gerakan
memperb
yang
esar efek
menyenta
terapianal
gesik
5. Anjurkan
pasien
Mencegah
untuk
terjadinya
mandi air
kelelahan
hangat.
umum dan
Sediakan
kekakuan
waslap
sendi.
hangat
Menstabil
untuk
kan sendi,
mengomp
menguran
res sendi-
gi
sendi
gerakan/r
yang sakit
asa sakit
beberapa
pada
kali
sendi
sehari.
6. Berikan
26
4.
5. Panas
meningka
masae
tkan
yang
relaksasi
lembut
otot dan
Kolaborasi :
mobilitas,
7. Bantu
menurunk
dengan
an rasa
terapi fisik
sakit dan
mis : bak
melepask
mandi
an
dengan
kekakuan
kolam
di pagi
bergelomb
hari.
ang
Sensitivita
s
terhadap
panas
dapat
dihilangka
n dan luka
dermal
dapat
disembuh
kan
6. Menigkat
kan
relaksasi/
menguran
gi
tegangan
otot
7. Memberik
an
dukungan
panas
untuk
sendi
yang
3.
Intoleransi
Setelah
aktivitas
dilakukan
Adanya
Mandiri :
peningkat
1. Kaji
27
sakit.
1. Mempeng
aruhi
berhubunga
intervensi
an
kemampu
pilihan
n dengan
keperawata
toleransi
an pasien
intervensi
tidak
n 3x24 jam,
aktivitas
untuk
/bantuan
seimbangnya diharapkan
(termasuk
melakuka
suplai dan
menunjukk
aktivitas
n tugas.
si
kebutuhan
an
sehari-
Catat
kardiopul
O2 (anemia)
penurunan
hari)
laporan
monal
Berpartisi
kelelahan
dari
fisiologis
pasi
dan
upaya
intorelansi
dalam
keletihan
jantung
tanda
aktivitas
2. Awasi TD,
2. Manifesta
dan paru
sehari-
nadi
untuk
hari
pernapasa
membawa
sesuai
n, selama
jumlah
tingkat
dan
oksigen
kemampu
sesudah
adekuat
an
aktivitas.
ke
3. Rencanak
an
28
jaringan
3. Meningka
kemajuan
tkan
aktivitas
secara
dengan
bertahap
pasien,
tingkat
termasuk
aktivitas
aktivitas
sampai
yang
normal
pasien
dan
pandang
memperb
perlu
ailai tonus
4. Gunakan
otot tanpa
teknik
kelemaha
penghema
n.
g pasien
pasien
melakuka
berhenti
n banyak
bila
dengan
terjadi
membatas
nyeri
dada,
penyimpa
kelemaha
ngan
n atu
energi
pusing
dan
terjadi
mencegah
Kolaborasi :
kelemaha
6. Berikan
oksigen
tambahan
5. Sters
berlebiha
n dapat
menimbul
kan
kegagalan
.
6. Memaksi
malkan
sediaan
oksigen
untuk
kebutuha
n seluler
29
1.Kesimpulan
Lupus eritematosus Sistemik adalah suatu sindrom yang melibatkan
banyak organ dan memberikan gejala klinis yang beragam. Perjalanan
penyakit ini dapat ringan atau berat, secara terus-menerus, dengan
kekambuhan yang menimbulkan kerusakan jaringan akibat proses radang
yang ditimbulkannya. Gejala utama Lupus Eritmatosus Sistemik (LES)
adalah kelemahan umum, anoreksia, rasa mual, demam dan kehilangan
berat badan. Penyebab dari penyakit lupus meliputi pengaruh faktor
genetik, lingkungan dan hormonal terhadap respons imun.
penatalaksanaan ditentukan oleh beratnya penyakit. Luas dan jenis
gangguan organ harus ditentukan secara hati-hati. Dasar terapi adalah
kelainan organ yang sudah terjadi. Adanya infeksi dan proses penyakit bisa
dipantau dari pemeriksaan serologis.
2.Saran
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : FKUI
30
31