Anda di halaman 1dari 8

PENUNTUN PRAKTIKUM LIMNOLOGI

pengambilan sampel dari lapangan dan dibawa serta dianalisis di laboratorium


dengan parameter-parameter yang akan diamati adalah :
1. Parameter Biologi, meliputi :
a. Indeks keanekaragaman plankton
b. Kelimpahan plankton
c. Hubungan indeks keanekaragaman plankton dan DO (Dissolved Oxygen)
dengan kualitas perairan
2. Parameter fisik-kimia meliputi :
a. Parameter fisik seperti suhu, kekeruhan kecepatan aliran permukaan dan
kejernihan.
b. Parameter kimia seperti pH dan DO.

A. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah air kali Surabaya dan jenis-jenis ikan yang
hidup di kali Surabaya. Data diambil pada 5 stasiun, yaitu mulai dari Mlirip sampai
Gunung Sari. Pemilihan stasiun berdasarkan pertimbangan adanya sarana
penyebrangan sungai (tambangan). Stasiun I (Mlirip) merupakan awal dari
percabangan kali Brantas, stasiun II (Cangkir) merupakan stasiun sebelum kali Tengah
sebagai penyumbang pencemaran terbesar di kali Surabaya, stasiun III (Waru Gunung)
19
merupakan stasiun yang paling dekat dengan kali Tengah, stasiun IV (Karang Pilang)
merupakan stasiun yang dekat dengan instalasi penjernihan air, dan stasiun V (Gunung
Sari) merupakan akhir dari kali Surabaya.
Menurut keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 40
(1996). Di sungai titik pengambilan contoh/sampel sungai (gambar 1) dengan
ketentuan sebagai berikut :
♦ Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/det, contoh diambil pada satu titik tengah
sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air.
♦ Sungai dengan debit antara 5 - 150 m3/det, contoh diambil pada dua titik masing-
masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan
air.
2
♦ Sungai dengan debit lebih besar dari 150 m3/det, contoh diambil pada enam titik
masing - masing pada jarak 1/4, 1/2, dan 3/4 lebar sungai pada 0,2 dan 0,8 x
kedalaman dari permukaan air.

Gambar 1. Titik pengambilan contoh air sungai / saluran


Sesuai SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 40 tahun 1996,
maka pada tiap stasiun diambil sampel air pada 2 titik karena kali Surabaya
mempunyai debit antara 5 - 150 m3/det pada musim kemarau.

B. Prosedur Penelitian
1. Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop cahaya, 1
set alat bedah, papan seksi, lup, kantung plastik hitam, botol koleksi dan label,
timbangan O′ Hauss Triple Beam Balance 26109, alat tulis, penggaris 60 cm,
tempat ikan, stop watch, net plankton, botol winkler gelap 297,30 ml, termometer
air -5°C - 50°C, pH meter Jenway, turbidi meter Orbeco Hellige 965-10 dan cakram
secchi, spet, erlenmeyer 250 ml .
3
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan yang
tertangkap jala, air kali Surabaya, formalin 4% untuk mengawetkan ikan, KOH-KI,
MnSO4, H2SO4, Na2S2O3 ,0,025 N larutan kanji 1%, NaOH 1/44N, larutan pp, buku
taksonomi dan kunci identifikasi ikan oleh Saanin.
3. Langkah kerja
a. Pengambilan contoh plankton
Pengambilan contoh plankton dilakukan dengan menebarkan jala ikan
pada tepi kiri dan kanan sungai, kemudian pada waktu yang bersamaan kedua
jala tersebut ditarik ke arah tengah sungai. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali
pengulangan.
1. Identifikasi plankton
Sampel plankton yang diambil diperiksa di bawah mikroskop dan
diidentifikasi menggunakan buku identifikasi.
Menghitung indeks keanekaragaman plankton dan kelimpahan plankton.
b. Pengambilan sampel air
Pengambilan sampel air harus representatif, artinya masih mempunyai
sifat-sifat yang sama dengan air tersebut.
Untuk itu perlu diperhatikan ketentuan titik pengambilan contoh
sungai pada Keputusan Gubernur Kepala Daerah I Jawa Timur, seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya.
Kali Surabaya pada musim kemarau diperkirakan mempunyai debit 5 -
150 m3/det, karena itu pada setiap stasiun pengambilan, sampel diambil pada
dua titik masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai dan pada 0,5 x
kedalaman dari permukaan air. Titik pengambilan sampel air diberi label. Hal
ini dilakukan sebanyak 3 x pengulangan.
c. Pengukuran faktor fisik-kimia air
1) Faktor fisik
a) suhu
Pengukuran temperatur air menggunakan termometer air raksa
dalam derajat celcius. Termomoter dicelupkan ke dalam air dibiarkan
beberapa saat sampai angka yang ditunjukkan konstan. Hal ini diulang 3
kali.
4
b) Kekeruhan
Kekeruhan diukur dengan turbidimeter.
c) Kecepatan aliran permukaan
Gabus yang terapung diikat dengan tali diletakkan di air, begitu
benda menyentuh air, mulai dihitung dengan stop watch begitu tali
terasa tegang karena benda tersebut sudah sampai sejauh panjang tali
matikan stop watch. Hal ini diulang 3 kali.
d) Kejernihan
Kejernihan dapat diukur dengan alat yang amat sederhana
desebut cakram secchi. Hal ini diulang 3 kali. Cakram secchi
dicelupkan dalam air sampai tidak terlihat warna hitam dan putih
kemudian pada tali pengikat diberi tanda tepat pada batas yang tercelup
air, lalu tali yang tercelup air diukur panjangnya dengan
mempergunakan mistar atau meteran.
2) Faktor kimia
a) DO (Dissolved Oxygen)
Pengambilan sampel air dengan menggunakan botol winkler gelap.
Membuka botol winkler secara hati-hati, kemudian menambahkan 1 ml
KOH-KI dengan menggunakan spet yang berbeda. Membolak-balikkan
botol secara hati-hati hingga pereaksi (MnSO4 + KOH-KI) tercampur
dengan sampel air, Mendiamkan selama 5 menit sampai terbentuk
endapan. Menambahkan 1 ml H2SO4 pekat ke dalam botol secara hati-
hati, membolak-balikkan botol berulang kali hingga larutan tercampur.
Melakukan titrasi, mengambil 100 ml sampel yang telah mendapat
perlakuan tadi kemudian memasukkannya ke dalam erlenmeyer dan
memberi alas kertas putih di bawah erlenmeyer. Mentitrasi sampel
tersebut dengan Na2S2O sampai sampel air berubah warna dari coklat
menjadi kuning pucat. Menambahkan larutan kanji 1 % hingga tampak
warna biru. Melanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna biru tepat
hilang. Langkah terakhir adalah menghitung DO dengan menggunakan
rumus :
a . N .8000
DO =
Volume botol winkler − 4
5
Keterangan : a = volume titran yang digunakan
N = konstanta (0,025)
b) pH
Pengukuran pH menggunakan pH meter.
c) CO2
Menuangkan 100 ml air sampel ke dalam erlenmeyer, kemudian
menambahkan 10 tetes larutan pp. Jika ada perubahan warna pink atau
merah muda berarti kandungan CO2nya 0. Bila tetap jernih maka
dititrasi dengan larutan NaOH hingga warna merah muda. Jumlah
larutan NaOH yang terpakai merupakan konsentrasi CO2 dalam ppm,
misalnya 2 ml berarti 2 ppm

C. Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis plankton
Plankton yang diperoleh setelah diidentifiksasi jumlahnya dihitung dan
datanya dimasukkan tabel
Tabel 1. Jenis Ikan
STASIUN
No JENIS IKAN
I II III IV V

2. Indeks Keanekaragaman Plankton


Untuk menghitung indeks keanekaragaman plankton. Digunakan indeks Shanon-
Weaver’s
2 2

(H ) 1  ni   ni 
= - Σ   Log   . 3,32
N  N
Keterangan :
ni = Jumlah individu tiap jenis
N = Jumlah total individu seluruh jenis
H = Indeks keanekaragaman (IK)
Tabel 2. Indeks Keanekaragaman plankton
6

STASIUN INDEKS KEANEKARAGAMAN PLANKTON

I
II
III
IV
V
3. Kelimpahan ikan
Untuk menghitung kelimpahan plankton (dalam %) digunakan rumus
kelimpahan % :
n
x 100%
N
Keterangan :
n = Jumlah ikan di tiap stasiun
N = Jumlah total ikan di semua stasiun
Tabel 3. Kelimpahan Plankton
STASIUN
I II III IV V
Kelimpahan
Jumlah Jenis

4. Faktor Fisik Kimia Perairan


Tabel 4. Rata-Rata Kualitas Fisik Kimia Air
di Lokasi Penelitian
STASIUN PARAMATER FISIK KIMIA AIR
KEJERNIHAN SUHU KEKERUHAN KECEPATAN pH DO
(m) ( 0C ) ( mg / 1 ) ALIRAN (mg / l)
PERMUKAAN
I
II
III
IV
V
INTERVAL
TOTAL
7

D. Teknik Analisis Data


1. Untuk mengetahui hubungan indeks keanekaragaman dan DO dalam menentukan
kualitas suatu perairan digunakan standar yang telah ada, yaitu :

Tabel 6. Korelasi antara DO, indeks keanekaragaman dengan tingkat


pencemaran perairan
DO INDEKS KEANEKARAGAMAN KUALITAS AIR
<2 <1 Tercemar parah
2-4,4 1,0-1,5 Tercemar sedang
4,5-6,5 1,6-2,0 Tercemar ringan
> 6,5 >2 Tidak tercemar

(Rachmadiarti dan Winarsih, 1996)

E. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada musim kemarau yaitu pada bulan Mei 2005. Hal
ini dikarenakan pada musim kemarau debit aliran relatif kecil, sehingga kadar polutan
lebih tinggi dibandingkan pada musim hujan, karena adanya proses pengelontoran air
sungai oleh air hujan. Identifikasi ikan lebih lanjut dilakukan di laboratorium Biologi
UNESA.
Penelitian ini dilakukan didua tempat, yaitu penelitian di lapangan yang
meliputi pengukuran faktor fisik-kimia air, serta penelitian di laboratorium Biologi
UNESA yang meliputi kegiatan lanjutan dari analisis parameter biologi dan faktor
fisik-kimia kualitas air.

PENUNTUN PRAKTIKUM LIMNOLOGI


KOMUNITAS LOTIK
8

Oleh:
Dra. Fida Rachmadiarti,M.Kes.
Drs. Tarzan Purnomo,M.Si.

Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Lingkungan
Universitas Negeri Surabaya
2005

Anda mungkin juga menyukai