Anda di halaman 1dari 41

MANAJEMEN PEMBESARAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI

BALAI LAYANAN USAHA PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA


(BLUPPB) KABUPATEN KARAWANG, JAWA BARAT
USULAN PRAKTEK KERJA MAGANG
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
Oleh:
ROFIDA NURSYIAM
NIM. 135080100111016

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
MANAJEMEN PEMBESARAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI
BALAI LAYANAN USAHA PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA
(BLUPPB) KABUPATEN KARAWANG, JAWA BARAT
USULAN PRAKTEK KERJA MAGANG
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan

di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan


Universitas Brawijaya

Oleh:
ROFIDA NURSYIAM
NIM. 135080100111016

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

USULAN PRAKTEK KERJA MAGANG

MANAJEMEN PEMBESARAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI


BALAI LAYANAN USAHA PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA
(BLUPPB) KABUPATEN KARAWANG, JAWA BARAT

Oleh:
ROFIDA NURSYIAM
NIM. 135080100111016

Mengetahui,
Ketua Jurusan

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS)


NIP. 19620805 198603 2 001

(Sulastri Arsad, S.Pi, M.Sc, M.Si)


NIK. 2013048707072001

Tanggal:

Tanggal:

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
Usulan Praktek Kerja Magang yang berjudul Manajemen Pembesaran Ikan
Bandeng (Chanos Chanos) Di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan
Budidaya (Bluppb) Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Sangat disadari bahwa Usulan Praktek Kerja Magang ini masih banyak
kekurangan karena pengalaman penulis masih kurang. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan saran-saran yang bersifat
membangun.

Malang, 6 Juni 2016

Penulis

DAFTAR ISI

USULAN PRAKTEK KERJA MAGANG...............................................................i


KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................v
1.

PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan................................................................................3
1.3. Kegunaan...............................................................................................4
1.3.1. Kegunaan Teoritis............................................................................4
1.3.2. Kegunaan Praktis............................................................................5
1.4
Tempat dan Waktu..................................................................................6

2.

MATERI DAN METODE PRAKTEK KERJA MAGANG................................7


2.1. Materi Praktek Kerja Magang.................................................................7
2.1.1. Persiapan Tambak...........................................................................7
2.1.2. Penebaran Nener............................................................................8
2.1.3. Manajemen Pemberian Pakan.........................................................8
2.1.4. Pengelolaan Kualitas Air..................................................................8
2.1.5 Pengendalian Hama dan Penyakit...................................................9
2.1.6 Pemanenan.....................................................................................9
2.2. Alat dan Bahan.....................................................................................10
2.3. Metode Pengambilan Data...................................................................10
2.3.1 Data Primer...................................................................................10
2.3.2 Data Sekunder..............................................................................12
2.4. Pelaksanaan Praktek Kerja Magang.....................................................12
2.5. Penetapan Stasiun Pengamatan..........................................................13
2.6. Metode Persiapan Tambak...................................................................14
2.6.1. Perbaikan Konstruksi Tambak........................................................14
2.6.2. Pengeringan Tambak.....................................................................14
2.6.3. Perbaikan pH Lahan Tambak (Pengapuran)...................................15
2.6.4. Pemupukan...................................................................................16
2.7. Metode Penebaran Nener....................................................................16
2.8. Manajemen Pemberian Pakan.............................................................17
2.9. Metode Pengukuran Parameter Kualitas Air.........................................17
2.9.1. Parameter Fisika...........................................................................17
2.9.2. Parameter Kimia............................................................................19
2.9.3. Parameter Biologi..........................................................................23
2.10. Pengendalian Hama dan Penyakit........................................................24
2.11. Pemanenan..........................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
LAMPIRAN.........................................................................................................29

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Magang............................6
Tabel 2. Kegiatan Praktek Kerja Magang............................................................13
Tabel 3. Dosis Pengapuran pada Tambak Ikan Bandeng....................................15
Tabel 4. Alat dan Bahan......................................................................................29

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat dan Bahan Praktek Kerja Magang (PKM)................................29


Lampiran 2. Fungsi dan Gambar Alat Praktek Kerja Magang (PKM)..................30
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara.......................................................32

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bandeng adalah ikan yang dikonsumsi oleh masyarakat luas di Asia
Tenggara pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya. Di Indonesia
budidaya ikan bandeng telah lama dilakukan para petani tambak baik secara
tradisional maupun intensif. Menurut Mansyur dan Tonnek (2003), usaha ini
berkembang pesat hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan memanfaatkan
perairan payau atau pasang surut.

Sedangkan Menurut Rangka dan Asaad

(2010), budidaya ikan bandeng merupakan salah satu usaha diversifikasi produk
hasil perikanan yang potensial sebagai pengganti komoditas udang windu. Ikan
bandeng lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dan memiliki beberapa
keunggulan antara lain mudah dalam pemeliharaannya dan tidak rentan
terhadap serangan penyakit.
Menurut Data Statistik Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (2016),
produksi ikan bandeng mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebanyak
421.757 ton pada tahun 2010 meningkat menjadi 621.393 ton pada tahun 2014
atau 10,4 % per tahun. Di Provinsi Jawa Barat produksi budidaya bandeng juga
mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebanyak 38.902 ton, tahun 2010
sebanyak 66.146 ton, tahun 2011 sebanyak 76.545 ton, tahun 2011 sebanyak
74.720 ton dan pada tahun 2013 sebanyak 93,887 ton.
Sementara itu, Kabupaten Karawang mempunyai potensi sumberdaya
perikanan, kelautan dan peternakan yang cukup besar salah satunya produksi
perikanan budidaya. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Karawang, Untuk bidang perikanan budidaya, Kabupaten Karawang
memiliki potensi tambak sekitar 18.273,30 ha, dan baru dimanfaatkan sekitar

13.404,99 ha. Selain tambak Kabupaten Karawang memiliki kolam budidaya


dengan luas 1.188,19 ha, dan minapadi sekitar 10.580,80 ha.
Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) merupakan
salah satu Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jendral Perikanan Budidaya yang
memberikan kontribusi dalam produksi perikanan budidaya. Tugas pokok Balai
Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang yaitu
melaksanakan pengembangan usaha produksi perikanan budidaya melalui pola
pengembangan etalase dan incubator usaha perikanan budidaya. Komoditas
ikan yang dibudidayakan di BLUPPB antara lain, udang vannamei, udang windu,
ikan nila, ikan bawal bintang, ikan sidat dan ikan bandeng.
Selanjutnya kegiatan yang dilakukan dalam pembesaran ikan bandeng
(Chanos chanos) dengan menggunakan kolam semi intensif di BLUPPB
Karawang yaitu, perisapan tambak, penebaran nener, pemberian pakan,
pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan kualitas air, dan pemanenan.
Sesuai dengan Rangka dan Asaad (2010), untuk keberhasilan dalam melakukan
budidaya pembesaran bandeng secara tradisional dapat diperhatikan beberapa
aspek antara lain: pemilihan lokasi, penebaran nener, pemberian pakan, dan
penganturan air.
Budidaya dengan menggunakan sistem kolam semi intensif merupakan
salah satu teknologi budidaya yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
dari ikan yang dibudidayakan. Sampai saat ini sebagian besar budidaya bandeng
masih dikelola dengan teknologi yang relatif sederhana sehingga tingkat
produktvitasnya rendah (Prasetio et al., 2010). Budidaya semi intensif ditandai
dengan padat tebar yang sudah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
menggunakan sistem tradisional. Menurut Kadarini (2012), Padat tebar ikan akan
mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Padat tebar rendah
memberikan peluang ikan untuk lebih banyak mendapatkan pakan tetapi dalam
3

usaha budidaya kurang efisien karena banyak tempat yang tidak terpakai.
Sebaliknya padat tebar yang tinggi membutuhkan pakan yang lebih banyak
sehingga dapat mempengaruhi kualitas air yang akhirnya mempengaruhi
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.
Sementara itu,

untuk mendukung peningkatan produksi perikanan

budidaya perlu adanya pengendalian kondisi lingkungan budidaya agar tetap


stabil dan optimal salah satunya adalah pengelolaan kualitas air sebagai tempat
hidup ikan. Sesuai dengan pendapat Maniagasi et al. (2013), menyatakan bahwa
pengolahan air sebagai tempat budidaya perlu dilakukan guna mendukung
keberhasilan budidaya ikan tersebut. kualitas air yang baik adalah air yang cocok
untuk kegiatan budidaya, dimana jenis komoditas bisa hidup dan tumbuh dengan
normal.
Berdasarkan diuraikan diatas, bahwa keberhasilan usaha budidaya
tergantung dari manajemen budidaya yang baik. Pengetahuan tentang
manajemen pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) yang baik dapat
menunjang keberhasilan dalam usaha budidaya tersebut. Salah satu usaha
untuk memperoleh pengetahuan tersebut adalah melakukan kegiatan Praktek
Kerja Magang (PKM) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
(BLUPPB) Karawang.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pelaksanaan Praktek Kerja Magang ini adalah untuk
meningkatkan

pengetahuan,

pengalaman

dan

keterampilan

mengenai

manajemen pembesaran pada budidaya ikan bandeng (Chanos chanos) secara


langsung di lapangan kemudian membandingkannya dengan teori yang sudah
diperoleh di perkuliahan.

Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Magang ini adalah:


1. Mengetahui aspek-aspek dalam manajemen pembesaran ikan bandeng
(Chanos chanos) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
(BLUPPB) Karawang.
2. Mengamati, mengukur dan menganalisis kualitas air yang baik dalam
usaha pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) di Balai Layanan
Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang.
3. Mengetahui sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan
pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) di Balai Layanan Usaha
Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang.
4. Mengetahui dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi selama
kegiatan

Praktek

Kerja

Magang

(PKM)

dalam

kegiatan

teknik

pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) di Balai Layanan Usaha


Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang.
1.3. Kegunaan
Kegunaan dari pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) tentang
Manajemen Pembesaran Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Balai Layanan
Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang terbagi menjadi dua
yakni kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.
1.3.1.

Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis dari pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) ini


diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis. Kegunaan teoritis terbagi
menjadi dua, yaitu :
1. Bagi Instansi dan Pemerintah
Hasil Praktek Kerja Magang dapat digunakan sebagai sumber informasi
dan rujukan dalam pengelolaan sumberdaya perairan yang berkelanjutan
serta peningkatan dan kelestarian kualitas air. Selain itu, Praktek Kerja
Magang ini berperan sebagai sarana untuk melakukan sharing knowledge
atau berbagi pengetahuan antara mahasiswa dengan instansi terkait.
7

2. Bagi Lembaga Perguruan tinggi


Hasil Praktek Kerja Magang ini dapat digunakan sebagai sumber
informasi dan pengetahuan yang dapat menunjang penelitian lebih lanjut
bagi pengelolahan kualitas air pada budidaya pembesaran ikan bandeng
(Chanos chanos). Selain itu, Praktek Kerja Magang ini digunakan untuk
mengetahui tingkat keterampilan mahasiswa dalam melakukan praktek
langsung di lapangan.
1.3.2.

Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) ini sangat
berguna untuk memecahkan permasalahan praktis. Semua lembaga yang bisa
kita jumpai di masyarakat, seperti lembaga pemerintahan ataupun lembaga
swasta, kegunaan praktis terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di
lapang serta memahami permasalahan yang ada dengan memadukan teori
yang diperoleh dari bangku perkuliahan dengan kenyataan di lapang.
2. Bagi Pembudidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Para pembudidaya ikan bandeng (Chanos chanos) yang ada di
kawasan lokasi Praktek Kerja Magang (PKM) ini dapat memperoleh bahan
informasi secara teoritis dan masukan mengenai kegiatan budidaya
pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos).
1.4 Tempat dan Waktu
Kegiatan Praktek Kerja Magang ini dilakukan di Balai Layanan Usaha
Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB), Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Praktek Kerja Magang dilaksananakan selama 34 hari kerja mulai pada tanggal
18 Juli 2016 sampai tanggal 20 Agustus 2016. Jadwal Praktek Kerja Magang
disajikan dalam tabel 1 berikut (Tabel 1):
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Magang
9

Bulan
Kegiatan
1

April
2 3

Mei
2 3

Juni
2 3

Juli
2 3

Agustus
2 3 4

September
1 2 3 4

Pembuatan
Proposal
Pelaksanaan
PKM
Penyusunan
Laporan

11

2. MATERI DAN METODE PRAKTEK KERJA MAGANG

2.1. Materi Praktek Kerja Magang


Pelaksanaan Praktek Kerja Magang ini diantaranya meliputi budidaya
pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) di Balai Layanan Usaha Produksi
Perikanan Budidaya (BLUPPB) Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.
Yaitu, perisapan tambak, penebaran nener, pemberian pakan, pengendalian
hama dan penyakit, pengelolaan kualitas air, dan pemanenan.
2.1.1. Persiapan Tambak
Persiapan tambak pada budidaya ikan bandeng dilakukan beberapa tahap
persiapan, yaitu pemilihan lokasi, perbaikan konstruksi tambak, pengeringan
tambak, pengapuran dan pemupukan (Badruddin et al., 2014). Pemilihan lokasi
harus sesuai dengan tata ruang yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah
setempat sehingga lokasi tambak budidaya bandeng tidak bertentangan dengan
kepentingan lainnya, seperti pemukiman, kawasan lindung, greenbelt mangrove,
pariwisata ataupun daerah industri. Perbaikan konstruksi tambak merupakan
tahap yang kedua dalam persiapan tambak ikan bandeng meliputi kondisi fisik
perbaikan pematang, peninggian pematang untuk mengantisipasi terjadinya
limpasan air, perbaikan pintu air, dan ukuran tambak yang sebaiknya tidak terlalu
luas. Selanjutnya dilakukan pengeringan tambak yang bertujuan untuk
memperbaiki kualitas dasar tambak maupun untuk mematikan hama dan
penyakit di dasar tambak. Pengeringan tambak dilakukan sampai tanah dasar
tambak terlihat retak-retak. Kemudian dilakukan pengapuran tambak meliputi
pengukuran menggunakan pH soil tester dan menggunakan kapur dolomit
[CaMg (CO3)2], kapur pertanian (CaCO3), atau CaO, Ca(OH)2 (kapur tohor) ke
area dasar tambak pada saat pengeringan. Tahap persiapan yang terakhir

13

adalah pemupukan, yang bertujuan untuk menyuburkan tanah menumbuhkan


pakan alami berupa klekap, lumut, dan plankton.
2.1.2. Penebaran Nener
Penebaran nener pada pembesaran ikan bandeng harus diperhatikan
untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam budidaya. Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan menurut Badrudin et al. (2014), yaitu kriteria nener meliputi
ukuran nener yang seragam (minimal 95%), gerakan nener lincah, warna tubuh
transparan dan isi perut terlihat penuh, respons terhadap pakan dan umur nener
minimal 18 hari dengan panjang 1,6 cm. Penebaran benur dilakukan setelah air
dalam tambak siap, ditandai dengan warna hijau cerah/cokelat muda.
2.1.3. Manajemen Pemberian Pakan
Manajemen pemberian pakan yang baik harus memperhatikan jenis pakan
dan presentase jumlah pakan yang diberikan dibandingkan dengan berat tubuh
ikan bandeng. Menurut Romadon dan Subekti (2011), manajemen pakan
(pengaturan pemberian pakan) yang diberikan untuk ikan bandeng adalah pakan
pelet apung (kadar protein antara 25-35%), dimana pemberian pakan buatan
atau pelet mulai dilakukan setelah stock pakan alami mulai menipis atau mulai
diberikan setelah masa pemeliharaan 1 (satu) bulan sampai dengan panen.
2.1.4. Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air pada pembesaran ikan bandeng dilakukan dua
cara yaitu, yang pertama penambahan dan penggantian air yang bertujuan untuk
mempertahankan ketinggian air dalam tambak dan mempertahankan kualitas air.
Cara yang kedua yaitu pengontrolan kualitas air. Adapun parameter-parameter
yang di diukur dalam pengelolaan kualitas air yaitu:
a. Parameter Fisika
Parameter fisika yang diukur dalam pengelolan kualitas air pada
pembesaran ikan bandeng meliputi pengukuran suhu dan kecerahan.
15

b. Parameter Kimia
Parameter kimia yang diukur dalam pengelolan kualitas air pada
pembesaran udang vannamei meliputi pengukuran pH, DO (Disolved Oxygen),
salinitas dan amonia.
c. Parameter Biologi
Parameter biologi yang diukur dalam pengelolan kualitas air pada
pembesaran ikan bandeng yakni meliputi Food Convention Rate (FCR) dan
Survival Rate (SR).
2.1.5

Pengendalian Hama dan Penyakit


Hama merupakan hewan atau binatang yang biasa memangsa ikan.

Sedangkan penyakit ikan adalah gangguan pada ikan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Gangguan ini dapat disebabkan oleh organisme lain
(pengganggu), pakan maupun kondisi lingkungan yang kurang mendukung
kehidupan ikan (Cahyono, 2001). Pengendalian hama dan penyakit pada
budidaya ikan bandeng terutama pada pembesaran bertujuan untuk mengurangi
tingkat mortalitas ikan dan meningkatkan hasil produktivitas.
2.1.6

Pemanenan
Panen merupakan puncak dari kegiatan budidaya dimana ikan yang

dibudidayakan akan dipanen (diambil) kemudian akan dipasarkan untuk


memperoleh keuntungan. Panen dapat dilakukan setelah bobot ikan memenuhi
standar permintaan pasar. Menurut Badrudin et al. (2014), Panen dapat
dilakukan berdasarkan pertimbangan pencapaian ukuran ikan yang dipelihara
yaitu 300 350 gram/ekor. Panen ikan bandeng pada sistem tradisional yaitu
sekitar 4 bulan masa pemeliharaan di petak pembesaran. Dengan demikian
panen bandeng dapat dilakukan secara bertahap (panen selektif).

17

2.2. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Magang (PKM) pada
manajemen pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) di Balai Layanan
Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Kabupaten Karawang, dapat
dilihat pada lampiran 1 dan 2.
2.3. Metode Pengambilan Data
2.3.1

Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumbernya, diamati

dan dicatat pertama kali (Surrachmad, 2002). Adapun data primer dapat
diperoleh melalui tiga kegiatan, di antaranya adalah Partisipasi Aktif, Observasi,
Wawancara dan dokumentasi. Data primer dalam Praktek Kerja Magang ini
terdiri atas pemantauan parameter kualitas air, pengelolaan sistem kolam
tambak, dan manajemen pemberian pakan serta struktur organisasi dalam
manajemen pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) di BLUPPB Kabupaten
Karawang, jawa Barat.
a.

Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif yakni melakukan suatu metode pengumpulan data melalui

pengamatan maupun penginderaan dengan terlibat langsung dalam kegiatan


penelitian atau yang sedang dilakukan (Djaelani, 2013). Pada Praktek Kerja
Magang ini, partisipasi dilakukan dengan keikutsertaan secara langsung pada
setiap aktivitas yang dilakukan oleh BLUPPB Kabupaten Karawang dalam
manajemen pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos). Di samping itu,
kegiatan partisipasi ini juga dilakukan dengan mengikuti proses pembelajaran
mengenai manajemen pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) di BLUPPB
Kabupaten Karawang. Beberapa partisipasi aktif yang dilakukan dalam Praktek
Kerja Magang yakni persiapan tambak, penebaran nener, manajemen pakan,

19

pengontrolan kualitas air, serta pengendalian hama dan penyakit di BLUPPB


Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
b.
Observasi
Menurut Arikunto (2010),

observasi pengamatan meliputi kegiatan

pemuatan terhadap suatu obyek menggunakan seluruh alat indra. Observasi


dilakukan melalui alat penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan dan
pengerap (kata lain dari pengamatan langsung). Observasi adalah suatu fakta
dalam kehidupan sehari-hari. Kita secara tepat mengamati orang lain dan
berbagai peristiwa sebagai suatu alat untuk memperoleh informasi tentang
duniadisekitar kita. Pada dasarnya observasi bertujuan menggali perspektif
peneliti terhadap kondisi lingkungan yang ingin diamati, mengamati secara
langsung perilaku individu dan interaksi yang ada dalam. Dalam Praktek Kerja
Magang ini dilakukan kegiatan manajemen pembesaran ikan bandeng (Chanos
chanos). Adapun pengujian parameter terhadap laju pertumbuhan ikan bandeng
(Chanos chanos) seperti analisa kualitas air yang menjadi faktor utama budidaya
ikan bandeng (Chanos chanos) serta pengendalian hama dan penyakit ada
pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) di BLUPPB Kabupaten Karawang,
Jawa Barat.
c.

Wawancara
Wawancara atau interview merupakan suatu bentuk komunikasi verbal

antara pihak yang diteliti (responden) dengan melaporkan data terkait hal yang
diteliti kepada peneliti (Subali, 2010). Pada Praktek Kerja Magang ini, wawancara
dilakukan agar mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaaan kepada pihak Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan
Budidaya (BLUPPB) yang berkaitan dengan kegiatan budidaya udang vannamei
(Litopenaeus vannamei) meliputi: struktur organisasi BLUPPB Kabupaten
Karawang, persiapan tambak, dan hal yang berkaitan dengan tema praktek kerja

21

magang ini. Berikut daftar pernyataan untuk wawancara sebagaimana terlampir


dalam lampiran 3.
d.

Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan seperti

pencatatan, penyalinan dokumen atau catatan yang bersumber dari peninggalan


tertulis seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil dan
hukum (Widiastuti, 2014). Pada Praktek Kerja Magang ini, dokumentasi
dilakukan dengan cara mengambil gambar atau foto dengan menggunakan
kamera kemudian mencatat data yang diperoleh dari data di lapang (ditambak
ikan bandeng).
2.3.2

Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah ada. Data tersebut sudah

cukup dikumpulkan sebelumnya untuk tujuan-tujuan yang tidak mendesak.


Keuntungan data sekunder ialah tersedia, ekonomis, dan cepat didapat.
Kelemahan data sekunder ialah tidak dapat menjawab secara keseluruhan
masalah yang sedang diteliti. Kelemahan lainnya ialah kurangnya akurasi karena
data sekunder dikumpulkan oleh orang lain untuk tujuan tertentu dengan
menggunakan metode yang tidak diketahui (Soegoto, 2008). Pada kegiatan
Praktek Kerja Magang ini data sekunder dilakukan setelah mendapatkan data
primer dengan cara studi literatur yang terkait, seperti buku, jurnal, situs internet
serta kepustakaan lainnya serta data yang didapatkan dari BLUPPB Kabupaten
Karawang, Jawa Barat.
2.4. Pelaksanaan Praktek Kerja Magang
Pada pelaksanaan praktek kerja magang pada pembesaran ikan bandeng
(Chanos chanos) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
(BLUPPB) Karawang ini terdapat beberapa kegiatan yang akan dilakukan, antara

23

lain: tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengontrolan, dan


evaluasi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Kegiatan Praktek Kerja Magang
No
1.

Nama Kegiatan
Perencanaan

2.

Pengorganisasian

3.

Pelaksanaan

4.

Pengontrolan

5.

Evaluasi

Kegiatan yang
Dilakukan
Persiapan
kolam
tambak
Persiapan alat dan
bahan

Metode yang
Digunakan
Partisipasi aktif

Partisipasi aktif

Pembagian job desk

Melakukan
teknis
kegiatan budidaya ikan
bandeng
(Chanos
chanos)
Menganalisis
parameter kualitas air
pada kolam tambak
Menganalisis
efesisensi pemberian
pakan
pada
ikan
bandeng
(Chanos
chanos)

Partisipasi
Observasi
Partisipasi
Wawancara

aktif,

Partisipasi
Observasi

aktif,

Pengontrolan

penambahan
dan
pergantian air
Pemantauan kualitas
air tambak budidaya
ikan bandeng (Chanos
chanos)

Partisipasi
Observasi

aktif,

Partisipasi
Observasi,

aktif,

Penilaian
target

pencapaian

aktif,

2.5. Penetapan Stasiun Pengamatan


Penetapan stasiun diambil pada dua lokasi tambak budidaya yaitu pada
tambak 1 dan tambak 2. Pengambilan sampel kualitas air untuk parameter fisika
(Suhu dan Kecerahan) dilakukan tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan sore.
Selanjutnya parameter kimia (pH dan DO) dilakukan setiap hari sekali,
sedangkan salinitas dan NH3 dilakukan seminggu sekali. Selanjutnya parameter

25

biologi (FCR dan SR) dilakukan seminggu sekali. Pengamatan tersebut dilakukan
pada waktu pagi dan sore hari sesuai kondisi pada tambak budidaya.
2.6. Metode Persiapan Tambak
Pada persiapan tambak terdapat beberapa metode seperti metode
pemilhan lokasi tambak, perbaikan konstruksi tambak, pengeringan tambak,
perbaikan pH lahan tambak, serta pemupukan.
2.6.1. Perbaikan Konstruksi Tambak
Menurut Badrudin et al. (2014), perbaikan konstruksi tambak dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1. Perhatikan bagian pematang dan pintu tambak, jika terdapat kebocoran
segera lakukan penambalan dan perbaikan.
2. Pematang tambak ditinggikan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
limpasan air pasang.
3. Ukuran tambak sebaiknya tidak terlalu luas, yaitu berkisar antara 1-5 Ha per
petak, karena lahan yang terlalu luas kurang efektif untuk tambak bandeng.
4. Tinggi pematang dari pelataran minimal 60 cm, kedalaman minimal 20 cm
dari pelataran. Lebar pematang 1,5 - 2 meter, memungkinkan untuk
penanaman mangrove di pematang.
5. Caren dari pelataran sedalam 20 cm (tanah diambil oleh pematang). Caren
merupakan bagian terdalam dari kolam yang dibuat seperti cekungan
tedapat pada bagian antara pelataran dan pematang. Manfaat caren untuk
memudahkan panen dan tempat istirahat bandeng.
2.6.2. Pengeringan Tambak
Salah satu upaya pemulihan kondisi tambak pasca panen adalah dengan
cara pengeringan tambak. Menurut Badrudin et al. (2014), pengeringan tambak
dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pengeringan dilakukan sampai tanah dasar tambak terlihat retak-retak.
2. Sebelumnya kita harus mengetahui kualitas tanah. Jika tanah dasar
mengandung pyrit (tanah terlalu banyak mengandung Fe) atau pH rendah,

27

maka harus dilakukan pencucian tanah terlebih dahulu dengan memasukkan


air dalam pelataran minimal satu kali dalam 24 jam lalu air dibuang.
Pencucian tambak dapat dilakukan lebih dari satu kali, sesuai kebutuhan.
Proses pencucian dapat dilakukan dengan cara:
a. Air dimasukkan ke dalam tambak dan didiamkan selama 1 - 2 hari.
Tinggi air sekitar 10 cm.
b. Air yang ada di dalam tambak dibuang, kemudian periksa kembali pH
tanah.
c. Lakukan berulang-ulang hingga pH tanah mendekati 6.
d. Pencucian tanah dasar selain dapat meningkatkan pH tanah, juga
mengurangi lumpur hitam dan kandungan pyrit pada dasar tambak.
3. Jika terdapat endapan lumpur berwarna hitam di dasar tambak, angkat dan
buang lumpur ke luar tambak (keduk Teplok).
2.6.3. Perbaikan pH Lahan Tambak (Pengapuran)
Pengapuran

bertujuan

untuk

menaikkan

pH

tanah

dan

mempertahankannya dalam kondisi yang stabil. Selain itu, diharapkan, setelah


pemberian kapur tanah dasar menjadi subur, reaksi kimia yang terjadi didasar
tanah menjai baik, gas-gas beracun dapat terikat secara kimiawi (Andriyanto et
al., 2013). Menurut Badrudin et al. (2014), pengapuran dapat dilakukan dengan
menggunakan kapur dolomit [CaMg (CO3)2], kapur pertanian (CaCO3), atau
CaO, Ca(OH)2 (kapur tohor) ke area dasar tambak pada saat pengeringan.
Berikut merupakan dosis pengapuran untuk tambak ikan bandeng, yaitu:
Tabel 3. Dosis Pengapuran pada Tambak Ikan Bandeng (Badrudin et al.,
2014)
No pH Tanah
Jenis Kapur
Jumlah
1
4-5
Kapur tohor (CaO)
500-1000 kg/ha
2
5-6
Kapur tohor (CaO)
250-500 kg/ha
3
>6
Kapur tohor (CaO)
100-250 kg/ha
2.6.4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah
tambak/kolam budidaya dan menumbuhkan pakan alami untuk ikan budidaya.

29

Menurut Badrudin et al. (2014), terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam proses pemupukan untuk kolam budidaya ikan bandeng, antara lain:
1. Pupuk organik menggunakan pupuk kompos yang jumlahnya sekitar satu
Ton/Ha, ditebar merata di tanah yang masih dalam keadaan kering atau tidak
terlalu basah. Jika menggunakan pupuk kandang, maka pupuk tersebut
harus terlebih dahulu dicampur dengan kapur kemudian difermentasi dan
dikeringkan. Jika dalam tambak terdapat parit (caren), maka pupuk organik
juga ditebar ke dalam parit.
2. Jumlah pupuk yang ditebar harus memperhatikan jenis tanah dan kebutuhan
pakan alami bandeng. Jika petambak ingin memperbanyak klekap maka
pemberian pupuk dilakukan sebelum pengisian air, sedangkan jika ingin
memperbanyak lumut maka pemberian pupuk dilakukan setelah pengisian
air. Jumlah pupuk organik yang optimal yaitu sekitar 150 kg/ha.
3. Jika jenis tanah tambak yang tidak cocok menggunakan pupuk organik, yaitu
pada tanah berpasir, maka cukup dengan pupuk anorganik.
2.7. Metode Penebaran Nener
Menurut Badrudin et al. (2014), Langkah-langkah dalam melakukan
penebaran nener adalah sebagai berikut:
1. Penebaran diawali dengan proses aklimatisasi suhu

(adaptasi terhadap

lingkungan air baru) pada benih yang telah tiba di lokasi tambak dengan cara
mengapungkan kantong berisi nener ke perairan tambak.
2. Kemudian ditunggu beberapa saat hingga suhu dalam kantong relatif sama
dengan suhu di luar kantong.
3. Selanjutnya dilakukan penebaran nener dengan cara kantong dibuka secara
hati-hati, kemudian dibiarkan nener keluar sendiri dari kantong atau
dilepaskan secara perlahan-lahan.

31

2.8. Manajemen Pemberian Pakan


Pakan berfungsi sebagai sumber energi bagi kehidupan, pertumbuhan, dan
reproduksi ikan. Melalui proses metabolisme pakan akan menjadi energi bagi
ikan untuk melakukan aktivitasnya. Berdasarkan Pusat Penyuluhan dan
Pemberdayaan Masayarakat Kelautan dan Perikanan (PUSLUHDAYA KP, 2011),
frekuensi pemberian pakan untuk budidaya ikan bandeng antara lain:
1. Pemberian pakan sebanyak 5 % diberikan pada 2 minggu pertama
sedangkan untuk 6 minggu berikutnya pakan yang diberikan sebanyak 3 %
dari biomassa ikan, penentuan jumlah pakan ini juga selalu diikuti dengan
monitoring biomassa ikan setiap satu minggu sekali.
2. Frekuensi pemberian pakan tiga kali dalam sehari, yaitu pagi hari pukul
08.00,
siang pukul 12.00 dan sore pukul 16.00 WIB.
2.9. Metode Pengukuran Parameter Kualitas Air
Prosedur pengukuran kualitas air pada praktek kerja magang dilakukan di
Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) dan di
Laboratorium Kualitas Air BLUPPB. Sample yang telah diambil kemudian
dianalisis di Laboratorium Kualitas Air BLUPPB Kabupaten Karawang. Parameter
kualitas air yang diukur terdiri dari parameter fisika, kimia dan biologi.
2.9.1. Parameter Fisika
a. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor fisika yang sangat penting di dalam air
karena bersama-sama dengan zat/unsur yang terkandung didalamnya akan
menentukan massa jenis air, densitas air, kejenuhan air, mempercepat reaksi
kimia air, dan memengaruhi jumlah oksigen terlarut di dalam air. Suhu tinggi yang
masih dapat ditoleransi oleh ikan tidak selalu berakibat mematikan pada ikan
tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang,
33

misalnya stres yang menyebabkan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku
abnormal (Irianto, 2005 dalam Aliza, et al., 2013). Sedangkan kisaran suhu yang
cocok untuk kegiatan budidaya biota air adalah antara 23 32 C (Kordi, 2005
dalam Maniagasi et al., 2013).
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No.06-6989.23-2005,
prosedur pengukuran suhu perairan digunakan termometer raksa dengan skala
(C) adalah sebagai berikut:
1. Sebelum dilakukan pengukuran, termometer di kalibrasi terlebih dahulu agar
data yang diperoleh akurat.
2. Termometer dicelupkan kedalam sampel dan dibiarkan 2 menit sampai
dengan 5 menit sampai menunjukkan nilai yang stabil.
3. Setelah didapatkan hasil, dicatat pembacaan skala termometer tanpa
mengangkat terlebih dahulu termometer dari air.
b. Kecerahan
Kecerahan menunjukkan kemampuan penetrasi cahaya kedalam perairan.
Tingkat penetrasi cahaya sangat dipengaruhi oleh partikel yang tersuspensi dan
terlarut dalam air sehingga mengurangi laju fotosintesis. Semakin banyak partikel
yang terlarut dalam perairan maka tingkat kecerahan semakin berkurang (Affan,
2012). Kecerahan yang optimal bagi kegiatan budidaya ikan atau biota air lainya
berkisar antara 30 40 cm. Jika kecerahan perairan kurang dari 25 cm, maka
akan terjadi penurunan oksigen secara drastis (Maniagasi et al., 2013). Dalam
pengukuran kecerahan, dilakukan menggunakan alat secchi disk.

Langkah-

langkah pengukuran kecerahan adalah sebagai berikut:


1. Secchi disk dimasukkan kedalam perairan hingga tidak tampak pertama kali.
Kemudian diukur kedalamannya dan dicatat sebagai K1.
2. secchi disk dimasukan kembali hingga tidak tampak sama sekali, kemudian
ditarik perlahan hingga tampak pertama kali dan dicatat sebagai K2.
3. Langkah selanjutnya secchi disk diambil dan diukur panjang K 1 dan K2.
Kemudian dihitung menggunakan rumus persamaan berikut:

35

Menurut Effendi (2003), Berikut persamaan untuk mengukur kecerahan,


yaitu:

D=

K1+ K2
2

Keterangan:
D

= Kecerahan (cm)

K1 = Jarak dari permukaan air sampai Secchi disc mulai hilang dari
pandang(cm)
K2 = Jarak dari permukaan air sampai Secchi disc ditarik ke atas lagi sampai
tampak samar (cm).
2.9.2. Parameter Kimia
a. Oksigen terlarut (DO)
Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas kehidupan biota di
suatu perairan. Biota air membutuhkan oksigen guna pembakaran bahan
bakaranya (makanan) untuk menghasilkan aktifitas, seperti aktifitas berenang,
pertumbuhan, reptoduksi, dan sebaliknya. Oleh karena itu ketersediaan oksigen
bagi biota air menentukan lingkaran aktifitasnya, konversi pakan, demikian juga
laju pertumbuhan bergantung pada oksigen (Maniagasi et al., 2013). Kisaran
oksigen terlarut yang baik bagi kegiatan usaha budidaya adalah antara 5 7
ppm (Kordi dan Tancung, 1997 dalam Yahuli et al., 2014).
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No.06-6989.14-2004,
dalam pengukuran DO secara yodometri dilakukan beberapa tahap, antara lain
sebagai berikut:
1. Sampel yang sudah disiapkan kemudian diambil untuk dianalisa.
2. Kemudian 1 mL MnSO4 dan 1 mL alkali iodida azida ditambahkan ke dalam
larutan dengan menggunakan ujung pipet tepat di atas permukaan larutan
3. Larutan segera ditutup dan dihomogenkan hingga terbentuk gumpalan
sempurna.

37

4. Kemudian gumpalan dibiarkan mengendap 5 menit sampai dengan 10


menit.
5. Selanjutnya 1 mL H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam larutan, lalu ditutup
dan dihomogenkan hingga endapan larut sempurna.
6. Setelah itu, 50 mL larutan dipipet, kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 150 mL.
7. Selanjutnya Larutan sampel dititrasi dengan Na2S2O3 sampai indikator
amilum/kanji warna biru hilang.
8. Setelah itu, larutan diihitung dengan persamaan berikut:

Oksigen Terlarut

( mgL )= V x N x508000 x F

Keterangan:
V
: mL Na2S2O3
N

: normalitas Na2S2O3

: Faktor (volume botol dibagi vol9ume botol dikurangi volume pereakasi


MnSO4 dan alkali iodide azida).
b. pH
Derajat keasaman atau pH perairan menunjukan aktifitas ion hidrogen

dalam suatu perairan (Kusworo et al., 2004). pH optimal untuk budidaya ikan
bandeng berkisar antara 7,0 8,0. pH mempengaruhi dan menentukan
kecepatan reaksi metabolisme dalam konsumsi pakan. Jika pH rendah akan
menyebabkan penggumpalan lendir pada insang dan ikan akan mati lemas
(Reksono et al., 2012). Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No.066989.11-2004, dalam pengukuran pH perairan digunakan pH meter. Langkahlangkah pengukuran pH adalah sebagai berikut:
1. Sebelum dilakukan pengukuran, dilakukan kalibrasi alat pH-meter dengan
larutan penyangga sesuai intruksi kerja alat setiap kali akan melakukan
pengukuran.
2. Setelah dikalibrasi pH-meter dikeringkan dengan kertas tisu, selanjutnya
bilas elektroda dengan air suling (aquades).
3. Elektroda dibilas dengan air sampel.

39

4. Elektroda dicelupkan ke dalam contoh air sampel sampai pH-meter


menunjukkan pembacaan yang tetap atau stabil.
5. Terkahir dicatat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan pH-meter.
c. Salinitas
Salinitas atau kadar garam dalam budidaya tambak ikan atau udang
merupakan salah satu hal penting untuk menjaga kondisi optimal di dalam
tambak agar biota yang berada dalam tambak cukup mendapatkan asupan
garam atau salinitas yang dibutuhkan. Salinitas erat kaitannya dengan tekanan
osmotic air, semakin tinggi salinitas semakin tinggi pula tekanan osmotic.
Tekanan osmotic pada ikan berbeda beda menurut jenis sehingga toleransi
terhadap salinitas pun akan berbeda beda (Kusworo et al., 2004). Kisaran
salinitas untuk usaha budidaya ikan bandeng adalah 5 40 ppt bahkan ikan
bandeng dapat mentolerir sampai 60 ppt (Panikkan dan Gopakalakrishna, 1972
dalam Reksono et al., 2012). Menurut Sumarno dan Rudi (2013), langkahlangkah dalam pengukuran salinitas, yaitu:
1. Penutup dibuka bagian optik.
2. Selanjutnya bagian optik dipastikan bersih dan bebas air garam
3. Kemudian bagian optik dibilas dengan aquades sebanyak 2 kali dan
dikeringkan dengan tissue.
4. Untuk cek antara, aquades diteteskan dengan menggunakan pipet tetes
plastik ke bagian optik (dipastikan tidak terbentuk gelembung udara di
bagian optik).
5. Bagian optik ditutup dengan segera.
6. Jika terjadi gelembung udara, maka dilakukan penetesan ulang aquades.
7. Bagian optik diarahkan ke sinar matahari dan diamati dengan salah satu
mata di bagian monitor.
8. Kemudian warna biru diatur agar berhimpitan dengan angka nol pada layar
monitor dengan cara memutar tuas pengatur.
d. Amonia
Amonia di dalam perairan merupakan senyawa yang bersifat toksik bagi
organisme akuatik. Pengaruh langsung dari kadar amonia yang tinggi ialah
rusaknya jaringan insang. Lempeng insang akan membengkak sehingga
41

fungsinya sebagai alat pernapasan akan terganggu. Sebagai akibat lanjut, dalam
keadaan kronis ikan/udang maupun biota akuatik yang lain. Bahkan kadar
amonia yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kematian pada ikan (Kordi dan
Tancung, 2010). Sedangkan kisaran amonia yang dapat ditoleransi oleh ikan
bandeng adalah < 0,02 ppm (Kusworo et al., 2004). Berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) No.06-6989.30-2005 prosedur pengukuran amonia
dengan menggunakan spektrofotometer adalah sebagai berikut:
1. Pipet 25 mL sampel lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50 mL.
2. Selanjutnya 1 mL larutan fenol ditambahkan ke dalam erlenmeyer dan
dihomogenkan.
3. Seteleh itu, 1 mL natrium nitroprusid ditambahkan ke dalam erlenmeyer dan
dihomogenkan.
4. Kemudian 2,5 mL larutan pengoksidasi ditambahkan ke dalam erlenmeyer
dan dihomogenkan.
5. Selanjutnya erlenmeyer tersebut ditutup dengan plastic atau paraffin film.
Biarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna.
6. Apabila sudah terbentuk warna, sampel yang ada pada Erlenmeyer
dituangkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat
serapannya pada panjang gelombang 640 nm.
7. Langkah terakhir, dihitung menggunakan rumus:
Kadar amonia

( mg N /L ) =C x fp

Keterangan:
C

: Kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L)

fp

: faktor pengenceran.

2.9.3. Parameter Biologi


a. FCR (Food Convertion Ratio)
Food Convertion Ratio (FCR) atau rasio konversi pakan merupakan
perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan dengan bobot ikan yang
dihasilkan. Semakin rendah nilai konversi pakan, maka efisiensi pemanfaatan
pakannya semakin baik (Stickney, 1979 dalam Ayuniar et al., 2015). Adapun
43

menurut Tacon (1987) dalam Ayuniar et al. (2015), nilai rasio konversi pakan
(FCR) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

FCR={F / (Wt + D ) Wo }
Keterangan:
FCR = Rasio konversi pakan
F
= Jumlah pakan yang diberikan (gram)
Wt
= Bobot biomassa ikan pada waktu t (gram)
Wo
= Bobot biomassa ikan pada awal pemeliharaan (gram)
D
= Bobot biomassa ikan yang mati selama pemeliharaan (gram)
b. SR (Survival Rate)
Menurut Effendie (1997) dalam Hermawan et al. (2014), nilai kelulus hidupan
(Survival rate/ SR) diketahui dengan menghitung jumlah ikan yang mati setiap
hari, sehingga dapat diketahui ikan yang hidup, dan dihitung dengan rumus:

SR ( )=

Nt
x 100
N0

Keterangan:
SR

: Kelulushidupan (%)

Nt

: Jumlah ikan awal pemeliharaan (ekor)

N0

: Jumlah ikan akhir pemeliharaan ekor)

2.10. Pengendalian Hama dan Penyakit


Hama dan penyakit akan menghambat pertumbuhan ikan bandeng, bahkan
menyebabkan kematian dan gagal panen. Menurut Murtidjo (2002), dalam
pencegahan hama dan penyakit pada tambak budidaya ikan bandeng dapat
dilakukan dengan cara yaitu:
1. Pengontrolan kualitas air yang teratur.
2. Pemeliharaan lingkungan budidaya. Salah satunya dengan cara pergantian
air secara berkala.
3. Ketepatan dalam pemberian pakan.
4. Pengontrolan kesehatan ikan secara berkala.

45

2.11. Pemanenan
Menurut Badrudin et al. (2014), cara dalam melakukan pemanenan ikan
bandeng adalah sebagi berikut:
1. Panen dilakukan pada pagi hari saat usus kosong dan menghindari
kerusakan organ pencernaan.
2. Air tidak dikurangi dan menggunakan waring untuk menghindari sisik lepas.
Bandeng diserok secara total menggunakan krikip kemudian dipindahkan ke
terpal (hapa) menggunakan keranjang.
Terdapat beberapa cara agar ikan bandeng tetap segar berdasarkan
Badruddin et al. (2014), antara lain:
1. ikan bandeng usahakan dipanen dalam keadaan masih hidup, tidak mati di
dalam tambak.
2. Dalam pemanenan, bandeng diperlakukan dengan baik, hindari melempar
sembarangan yang menyebabkan ikan luka (sisik lepas). Luka dapat
mempercepat kebusukan.
3. ikan bandeng diusahakan agar mati dalam air yang bersuhu rendah atau
dalam es. Ikan bandeng yang sudah dicuci dimasukkan dalam air es selama
beberapa menit, sehingga suhu menjadi dingin secara merata.
4. Ikan yang sudah dipanen, dicuci bersih dari semua kotoran, terutama dari
lumpur yang menempel.
5. Ikan bandeng yang sudah bersih dan sudah didinginkan dengan es, siap
dikemas dan diangkut ke tempat penjualan ikan bandeng.

47

DAFTAR PUSTAKA

Affan, Junaidi M. 2012. Identifikasi Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya


Keramba Jaring Apung (Kja) Berdasarkan Faktor Lingkungan Dan Kualitas
Air Di Perairan Pantai Timur Bangka Tengah. Jurnal Depik. 1 (1): 78-85.
Aliza, D., Winaruddin dan L. W. Sipahutar. 2013. Efek Peningkatan Suhu Air
terhadap Perubahan Perilaku, Patologi Anatomi dan Histopatologi Insang
Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Medika Veterinaria. 7(2): 142-145.
Andriyanto, F., Anthon. E dan Harsuko. R. 2013. Analisis Faktor-Faktor Produksi
Usaha Pembesaran Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) di
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur; Pendekatan Fungsi
COBB-DOUGLASS. Jurnal ECSOFiM. 1(1): 82-96.
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta:
Jakarta.
Ayuniar, L. N., D. Rachmawati dan I. Samidjan. 2015. Performa Laju
Pertumbuhan Spesifik Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Melalui
Penambahan Enzim Fitase Pada Pakan Buatan. Journal of Aquaculture
Management and Technology. 4(4): 167-174.
Badrudin., Rustam., J. Wiyana., Robah., Ilham., N. Nurul M., L. Deswati., S. S.
Latief., Y. Karim., Saenong., Burhanuddin., M. R. Pabbola., S. Raharjo., G.
Gumilar., Khambali., I. Arief., E. A. Hendrajat., A. Munandar., B. Ayunda dan
Irmawati. 2014. Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Tambak
Ramah Lingkungan. WWF-Indonesia.
Balai

Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya. 2016. Profil.


http://www.bluppbkarawang.com/p/sejarah.html. Diakses pada tanggal 3
Mei 2016 pukul 18.30 WIB.

Cahyono, Bambang. 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Kanisius.


Yogyakarta.
Dinas

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang. 2016. Profil.


http://www.karawangkab.go.id/sites/default/files/pdf/Dinas%20PK.pdf.
Diakses pada tanggal 3 Mei 2016 pukul 18.30 WIB.

Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2016. Data Statistik Series Perikanan


Budidaya Indonesia: Produksi Mas, Kakap, Bandeng, Patin.
http://www.djpb.kkp.go.id/arsip/c/208/DATA-STATISTIK-SERIESPRODUKSI-PERIKANAN-BUDIDAYA-INDONESIA/. Diakses pada tanggal
3 Mei 2016 pukul 18.30 WIB.
Djaelani, A. R. 2013. Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif.
Majalah Ilmiah Pawiyatan. 20(1): 82-92.

49

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Google image. 2016. Gambar Alat. Diakses pada tanggal 31 Mei 2016 pukul
20.00 WIB.
Hermawan, T. E. S. A., Agung. S dan Slamet. B. P. 2014. Pengaruh Padat Tebar
Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Lele (Clarias
gariepinus) dalam Media Bioflok. Journal of Aquaculture of Management
and Technology. 3(3): 35-42.
Kadarini, T. 2012. Budidaya Semi Intensif Ikan Pelangi Kurumoi Dengan Padat
Tebar Berbeda. Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012. Hlm.
620-628.
Kordi, M. G dan A. B. Tancung. 2010. Pengelolaan kualitas air dalam budidaya
perairan. Rineka Cipta. Jakarta.
Kusworo, A. B., A. B. Susanto., Khoironi., N. Maharani., D. Ariana dan A.
Saefudin. 2004. Pengelolaan Kualitas Air Pada Pembesaran Bandeng.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan
Nasional.
Maniagasi, R. S. S. Tumembouw dan Y. Mundeng. 2013. Analisis Kualitas Fisika
Kimia Air Di Areal Budidaya Ikan Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara.
Budidaya Perairan. 1(2): 29-37.
Mansyur, A dan S. Tonnek. 2003. Prospek Budi Daya Bandeng Dalam Karamba
Jaring Apung Laut Dan Muara Sungai. Jurnal Litbang Pertanian. 22(3): 7985.
Murtidjo, B. Agus. 2002. Budidaya dan Pembenihan Bandeng. Kanisius.
Yogyakarta.
Prasetio, A. B., H. Albasri dan Rasidi. 2010. Perkembangan Budidaya Bandeng
Di Pantai Utara Jawa Tengah (Studi Kasus: Kendal, Pati, dan Pekalongan).
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010. Pusat Riset Perikanan
Budidaya. Jakarta.
Pusat Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2011. Modul Budidaya Ikan Bandeng.
http://pusluh.kkp.go.id/arsip/file/55/ikan-bandeng.pdf/.
Diakses
pada
tanggal 4 Mei 2016 pukul 20.00 WIB.
Rangka, N. Ansari dan A. I. J. Asaad. 2010. Teknologi Budidaya Ikan Bandeng di
Sulawesi Selatan. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai
Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Sulawesi Selatan. Hlm: 187-203.
Reksono, B., H. Hamdani dan Yuniarti, MS. 2012. Pengaruh Padat Tebar
Glacilaria sp. Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan
Bandeng (Chanos chanos) Pada Budidaya Sistem Polikultur. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 3(3): 41-49.
51

Romadon, A. dan E. Subekti. 2011. Teknik Budidaya Ikan Bandeng Di Kabupaten


Demak. MADIARGO. 7(2): 19-24.
Soegoto, E. S. 2008. Marketing Reseach. The Smartway to Solute a Proble. PT.
Argomedia Pustaka: Jakarta Selatan.
Surachmad, W. 2002. Dasar dan Teknik Research: Pengantar Metodologi Ilmiah.
Tarsito. Bandung 105 hlm.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2004. Air dan Limbah Bagian 11: Cara Uji
Derajat Keasaman (pH) dengan Menggunakan Alat pH-meter.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2004. Air dan Limbah Bagian 14: Cara Uji
Oksigen Terlarut Secara Yodometri (Modifikasi Azida).
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2005. Air dan Limbah Bagian 23: Cara Uji
Suhu dengan Termometer.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2005. Air dan Limbah Bagian 30: Cara Uji
Kadar Amonia dengan Spektrofotometer Secara Fenat.
Subali, B. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Biologi. Universitas Negeri
Yogyakarta: Yogyakarta.
Sumarno, D dan A. Rudi. 2013. Kadar Salinitas Di Beberapa Sungai Yang
Bermuara Di Teluk Cempi, Kabupaten Dompu-Provinsi Nusa Tenggara
Barat. BTL. 11(2): 75-81.
Widiastuti, A. 2014. Data, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian.
Bahan Ajar Metode Penelitian. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Yahuli, Y., N. P. L. Pangemanan dan R. J. Rompas. 2014. Kualitas air disekitar
lokasi budi daya ikan di Desa Paslaten Kabupaten Minahasa. Budidaya
Perairan. 2(2): 15-21.

53

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat dan Bahan Praktek Kerja Magang (PKM)


Tabel 4. Alat dan Bahan

No

Parameter

1.
2.

Suhu
Kecerahan

3.

pH

4.

DO

Satuan
C
Cm
mg/l

(Disolved
Oxygen)

5.

Salinitas

Ppt

6.

Amonia

Ppm

Alat
Parameter Fisika
- Thermometer
- Secchi disk
Parameter Kimia
- pH-meter
-

125mL,
- Hand Refractometer
-

7.
8.

FCR
SR

%
%

Botol Winkler,
Buret mikro 2 mL,
Pipet volume,
Pipet ukur 5 mL,
Erlenmeyer

Bahan
Perairan tambak
Perairan tambak
Perairan

tambak,

aquades,
Perairan

tambak,

MnSO4,

H2SO4,

Na2S2O3, amilum, iodide


azida
Perairan

tambak,

aquades
Spektrofotometer, Perairan tambak, fenol,
Erlenmeyer
50
natrium
nitroprusid,
mL,
larutan
pengoksidasi,
Gelas ukur 100
plastic
mL,
pipet ukur 10 mL

dan 100 mL,


- Cuvet
Parameter Biologi
- Timbangan digital
- Timbangan digital

Ikan bandeng
Ikan bandeng

55

Lampiran 2. Fungsi dan Gambar Alat Praktek Kerja Magang (PKM)


Tabel 5. Fungsi dan Gambar Alat

No
1

Parameter
Suhu
-

Alat
Thermometer

Untuk

Fungsi
mengukur

Gambar

suhu perairan
2

Kecerahan -

pH

Secchi disk

pH-meter

Untuk

mengukur

tingkat

kecerahan

perairan
Untuk
mengukur
pH

(derajat

keasaman)
4

DO

Botol Winkler

(Disolved

perairan
Untuk mengambil
air sampel DO

Oxygen)

Buret mikro 2 mL

Untuk

tempat

larutan

Na2S2O3

atau tempat larutan


-

Pipet volume

tiran
Untuk

mengambil

atau memindahkan
larutan dalam skala
-

Pipet ukur 5 mL

skala besar
Untuk mengambil
atau memindahkan
larutan dalam skala

Erlenmeyer 125mL

skala

tertentu

(5mL)
Untuk

tempat

sampel yang akan


direaksikan
5

Salinitas

Hand

Untuk

mengukur

Refractometer

salinitas perairan

57

Amonia

Spektrofotometer

Untuk

mengukur

kadar amonia

Erlenmeyer

50 Untuk

mL

tempat

sampel yang akan


direaksikan

Gelas

ukur

100 Untuk mengukur air

mL

sampel yang akan


digunakan

pipet ukur 10 mL Untuk


dan 100 mL

memindahkan
larutan dalam skala
tertentu (10 mL dan

Cuvet

100 mL)
Untuk

wadah

larutan yang akan


diukur
7.

FCR

dan -

Timbangan digital

SR

Untuk menimbang
bobot ikan.

Sumber Gambar : Google image, 2016

59

Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara


A. Sejarah Berdirinya Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
(BLUPPB) Karawang
1. Bagaimana sejarah berdirinya Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan
Budidaya (BLUPPB) Karawang?
2. Apa visi dan misi dari Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
(BLUPPB) Karawang?
3. Bagaimana struktur organisasi yang ada di Balai Layanan Usaha Produksi
Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang?
4. Berapa jumlah keseluruhan karyawan yang ada di Balai Layanan Usaha
Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang?
5. Bagaimana tingkatan pendidikan pada karyawan yang ada di Balai Layanan
Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang?
6. Berapa jumlah karyawan lulusan Sekolah Dasar (SD) yang bekerja di Balai
Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang?
7. Berapa jumlah karyawan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang
bekerja di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB)
Karawang?
8. Berapa jumlah karyawan lulusan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan
(SMA/SMK) yang bekerja di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan
Budidaya (BLUPPB) Karawang?
9. Berapa jumlah karyawan lulusan Perguruan Tinggi (PT) yang bekerja di Balai
Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang?
10. Apa saja sarana dan prasana yang ada di Balai Layanan Usaha Produksi
Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang?
B. Persiapan kolam
1

Kolam jenis apakah yang di gunakan dalam pembesaran ikan bandeng


(Chanos chanos)?

Berapa ukuran kolam pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) yang ada
di

Balai

Layanan

Usaha

Produksi

Perikanan

Budidaya

(BLUPPB)

Karawang?
3

Ada berapa jumlah kolam pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) yang
ada di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB)
Karawang?

Hal apa saja yang harus dilakukan dalam persiapan kolam pembesaran ikan
bandeng (Chanos chanos)?

61

Berapa lama persiapan yang dilakukan untuk memenuhi kriteria kolam untuk
pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos)?

Berapa banyak karyawan untuk mempersiapkan kolam yang akan dipakai


untuk pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos)?

C.
1.
2.
3.

Persiapan bibit Pada Pembesaran Ikan Bandeng (Chanos chanos)


Berasal dari mana bibit pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos)?
Bagaimana ciri-ciri bibit bandeng (Chanos chanos) yang sehat?
Berapa ukuran bibit yang disiapkan dalam pembesaran ikan bandeng

(Chanos chanos)?
4. Bagaimana perlakuan yang diberikan pada bibit bandeng (Chanos chanos)
sebelum ditebar?
5. Hal apa saja yang harus diperhatikan untuk menjaga kualitas bibit bandeng
(Chanos chanos) sebelum ditebar?
D. Manajemen kualitas air Pada Pembesaran Ikan Bandeng (Chanos
chanos)
1. Berasal dari manakah sumber air pada kolam pembesaran ikan bandeng
(Chanos chanos)?
2. Kapan air mulai diisi ke dalam kolam?
3. Berapa volume air yang diisikan ke dalam kolam?
4. Bagaimana cara mengairi kolam pada pembesaran ikan bandeng (Chanos
chanos)?
5. Bagaimana kualitas air yang baik dalam pembesaran ikan bandeng (Chanos
chanos)?
6. Parameter apa saja yang harus diperhatikan dalam pembesaran ikan
bandeng (Chanos chanos)?
E. Penebaran bibit Bandeng (Chanos chanos)
1 Berapa ukuran bibit bandeng (Chanos chanos)?
2 Berapa padat tebar bibit bandeng (Chanos chanos)

pada tahap

3
4

pembesaran?
Bagaimana cara menghitung kepadatan bandeng (Chanos chanos)?
Alat apa yang digunakan dalam menghitung kepadatan bandeng (Chanos

5
6
7

chanos)?
Kapan bibit bandeng (Chanos chanos) mulai ditebar?
Bagaimana cara menebar bibit bandeng (Chanos chanos)?
Pupuk apa yang digunakan dalam pembesaran ikan bandeng (Chanos

chanos)?
Mengapa menggunakan jenis pupuk tersebut?

63

Berapa dosis pupuk yang digunakan dalam pembesaran ikan bandeng

(Chanos chanos)?
10 Bagaimana cara memupuk dalam pembesaran ikan bandeng (Chanos
chanos)?
11 Berapa frekuensi pemupukan yang dilakukan dalam pembesaran ikan
bandeng (Chanos chanos)?
F. Pemeliharaan Pada Pembesaran Ikan Bandeng (Chanos chanos)
1. Bagaimana pengelolaan kualitas air pada pembesaran ikan bandeng
(Chanos chanos) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
(BLUPPB) Karawang?
2. Apa saja parameter yang diukur pada pembesaran ikan bandeng (Chanos
chanos) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB)
Karawang?
3. Apa saja alat-alat yang digunakan dalam pengukuran kualitas air pada
pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) di Balai Layanan Usaha
Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang?
4. Apakah jenis pakan yang digunakan dalam pembesaran ikan bandeng
(Chanos chanos) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
(BLUPPB) Karawang?
5. Mengapa menggunakan pakan tersebut dalam pembesaran ikan bandeng
(Chanos chanos)?
6. Bagaimana cara memberikan pakan dalam pembesaran ikan bandeng
(Chanos chanos)?
7. Kapan pemberian pakan dilakukan?
8. Berapa frekuensi pemberian pakan yang dilakukan pembesaran ikan
bandeng (Chanos chanos)?
9. Berapa banyak pakan yang digunakan sampai dengan masa panen bandeng
(Chanos chanos)?
10. Kapan dilakukan pergantian air dalam pembesaran ikan bandeng (Chanos
chanos)?
11. Berapa kali dilakukan pergantian air dalam pembesaran ikan bandeng
(Chanos chanos)?
12. Bagaimana pengendalian hama dan penyakit pada pembesaran ikan
bandeng (Chanos chanos)?

G. Pemanenan

65

1. Bagaimana cara pemanenan yang dilakukan pada pembesaran ikan


bandeng (Chanos chanos) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan
Budidaya (BLUPPB) Karawang?
2. Kapan bandeng (Chanos chanos) sudah dapat dipanen?
3. Berapa hasil yang didapatkan dalam satu kali panen bandeng (Chanos
chanos) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB)
Karawang?
4. Apa penanganan selanjutnya yang dilakukan setelah pemanenan bandeng
(Chanos chanos) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
(BLUPPB) Karawang?
5. Apakah pernah terjadi kegagalan pada kegiatan pemanenan bandeng
(Chanos chanos) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
(BLUPPB) Karawang?
6. Apa faktor-faktor yang biasanya menjadi penyebab kegagalan dalam
kegiatan kegiatan pemanenan bandeng (Chanos chanos) di Balai Layanan
Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang?
7. Apakah ada tindakan khusus yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut ?

67

Anda mungkin juga menyukai