Proposal PKM Rofida Nursyiam
Proposal PKM Rofida Nursyiam
Oleh:
ROFIDA NURSYIAM
NIM. 135080100111016
Oleh:
ROFIDA NURSYIAM
NIM. 135080100111016
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Tanggal:
Tanggal:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
Usulan Praktek Kerja Magang yang berjudul Manajemen Pembesaran Ikan
Bandeng (Chanos Chanos) Di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan
Budidaya (Bluppb) Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Sangat disadari bahwa Usulan Praktek Kerja Magang ini masih banyak
kekurangan karena pengalaman penulis masih kurang. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan saran-saran yang bersifat
membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan................................................................................3
1.3. Kegunaan...............................................................................................4
1.3.1. Kegunaan Teoritis............................................................................4
1.3.2. Kegunaan Praktis............................................................................5
1.4
Tempat dan Waktu..................................................................................6
2.
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
LAMPIRAN.........................................................................................................29
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Magang............................6
Tabel 2. Kegiatan Praktek Kerja Magang............................................................13
Tabel 3. Dosis Pengapuran pada Tambak Ikan Bandeng....................................15
Tabel 4. Alat dan Bahan......................................................................................29
DAFTAR LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
(2010), budidaya ikan bandeng merupakan salah satu usaha diversifikasi produk
hasil perikanan yang potensial sebagai pengganti komoditas udang windu. Ikan
bandeng lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dan memiliki beberapa
keunggulan antara lain mudah dalam pemeliharaannya dan tidak rentan
terhadap serangan penyakit.
Menurut Data Statistik Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (2016),
produksi ikan bandeng mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebanyak
421.757 ton pada tahun 2010 meningkat menjadi 621.393 ton pada tahun 2014
atau 10,4 % per tahun. Di Provinsi Jawa Barat produksi budidaya bandeng juga
mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebanyak 38.902 ton, tahun 2010
sebanyak 66.146 ton, tahun 2011 sebanyak 76.545 ton, tahun 2011 sebanyak
74.720 ton dan pada tahun 2013 sebanyak 93,887 ton.
Sementara itu, Kabupaten Karawang mempunyai potensi sumberdaya
perikanan, kelautan dan peternakan yang cukup besar salah satunya produksi
perikanan budidaya. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Karawang, Untuk bidang perikanan budidaya, Kabupaten Karawang
memiliki potensi tambak sekitar 18.273,30 ha, dan baru dimanfaatkan sekitar
usaha budidaya kurang efisien karena banyak tempat yang tidak terpakai.
Sebaliknya padat tebar yang tinggi membutuhkan pakan yang lebih banyak
sehingga dapat mempengaruhi kualitas air yang akhirnya mempengaruhi
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.
Sementara itu,
pengetahuan,
pengalaman
dan
keterampilan
mengenai
Praktek
Kerja
Magang
(PKM)
dalam
kegiatan
teknik
Kegunaan Teoritis
Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dari pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) ini sangat
berguna untuk memecahkan permasalahan praktis. Semua lembaga yang bisa
kita jumpai di masyarakat, seperti lembaga pemerintahan ataupun lembaga
swasta, kegunaan praktis terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di
lapang serta memahami permasalahan yang ada dengan memadukan teori
yang diperoleh dari bangku perkuliahan dengan kenyataan di lapang.
2. Bagi Pembudidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Para pembudidaya ikan bandeng (Chanos chanos) yang ada di
kawasan lokasi Praktek Kerja Magang (PKM) ini dapat memperoleh bahan
informasi secara teoritis dan masukan mengenai kegiatan budidaya
pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos).
1.4 Tempat dan Waktu
Kegiatan Praktek Kerja Magang ini dilakukan di Balai Layanan Usaha
Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB), Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Praktek Kerja Magang dilaksananakan selama 34 hari kerja mulai pada tanggal
18 Juli 2016 sampai tanggal 20 Agustus 2016. Jadwal Praktek Kerja Magang
disajikan dalam tabel 1 berikut (Tabel 1):
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Magang
9
Bulan
Kegiatan
1
April
2 3
Mei
2 3
Juni
2 3
Juli
2 3
Agustus
2 3 4
September
1 2 3 4
Pembuatan
Proposal
Pelaksanaan
PKM
Penyusunan
Laporan
11
13
b. Parameter Kimia
Parameter kimia yang diukur dalam pengelolan kualitas air pada
pembesaran udang vannamei meliputi pengukuran pH, DO (Disolved Oxygen),
salinitas dan amonia.
c. Parameter Biologi
Parameter biologi yang diukur dalam pengelolan kualitas air pada
pembesaran ikan bandeng yakni meliputi Food Convention Rate (FCR) dan
Survival Rate (SR).
2.1.5
Sedangkan penyakit ikan adalah gangguan pada ikan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Gangguan ini dapat disebabkan oleh organisme lain
(pengganggu), pakan maupun kondisi lingkungan yang kurang mendukung
kehidupan ikan (Cahyono, 2001). Pengendalian hama dan penyakit pada
budidaya ikan bandeng terutama pada pembesaran bertujuan untuk mengurangi
tingkat mortalitas ikan dan meningkatkan hasil produktivitas.
2.1.6
Pemanenan
Panen merupakan puncak dari kegiatan budidaya dimana ikan yang
17
Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumbernya, diamati
dan dicatat pertama kali (Surrachmad, 2002). Adapun data primer dapat
diperoleh melalui tiga kegiatan, di antaranya adalah Partisipasi Aktif, Observasi,
Wawancara dan dokumentasi. Data primer dalam Praktek Kerja Magang ini
terdiri atas pemantauan parameter kualitas air, pengelolaan sistem kolam
tambak, dan manajemen pemberian pakan serta struktur organisasi dalam
manajemen pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) di BLUPPB Kabupaten
Karawang, jawa Barat.
a.
Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif yakni melakukan suatu metode pengumpulan data melalui
19
Wawancara
Wawancara atau interview merupakan suatu bentuk komunikasi verbal
antara pihak yang diteliti (responden) dengan melaporkan data terkait hal yang
diteliti kepada peneliti (Subali, 2010). Pada Praktek Kerja Magang ini, wawancara
dilakukan agar mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaaan kepada pihak Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan
Budidaya (BLUPPB) yang berkaitan dengan kegiatan budidaya udang vannamei
(Litopenaeus vannamei) meliputi: struktur organisasi BLUPPB Kabupaten
Karawang, persiapan tambak, dan hal yang berkaitan dengan tema praktek kerja
21
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan seperti
Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah ada. Data tersebut sudah
23
Nama Kegiatan
Perencanaan
2.
Pengorganisasian
3.
Pelaksanaan
4.
Pengontrolan
5.
Evaluasi
Kegiatan yang
Dilakukan
Persiapan
kolam
tambak
Persiapan alat dan
bahan
Metode yang
Digunakan
Partisipasi aktif
Partisipasi aktif
Melakukan
teknis
kegiatan budidaya ikan
bandeng
(Chanos
chanos)
Menganalisis
parameter kualitas air
pada kolam tambak
Menganalisis
efesisensi pemberian
pakan
pada
ikan
bandeng
(Chanos
chanos)
Partisipasi
Observasi
Partisipasi
Wawancara
aktif,
Partisipasi
Observasi
aktif,
Pengontrolan
penambahan
dan
pergantian air
Pemantauan kualitas
air tambak budidaya
ikan bandeng (Chanos
chanos)
Partisipasi
Observasi
aktif,
Partisipasi
Observasi,
aktif,
Penilaian
target
pencapaian
aktif,
25
biologi (FCR dan SR) dilakukan seminggu sekali. Pengamatan tersebut dilakukan
pada waktu pagi dan sore hari sesuai kondisi pada tambak budidaya.
2.6. Metode Persiapan Tambak
Pada persiapan tambak terdapat beberapa metode seperti metode
pemilhan lokasi tambak, perbaikan konstruksi tambak, pengeringan tambak,
perbaikan pH lahan tambak, serta pemupukan.
2.6.1. Perbaikan Konstruksi Tambak
Menurut Badrudin et al. (2014), perbaikan konstruksi tambak dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1. Perhatikan bagian pematang dan pintu tambak, jika terdapat kebocoran
segera lakukan penambalan dan perbaikan.
2. Pematang tambak ditinggikan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
limpasan air pasang.
3. Ukuran tambak sebaiknya tidak terlalu luas, yaitu berkisar antara 1-5 Ha per
petak, karena lahan yang terlalu luas kurang efektif untuk tambak bandeng.
4. Tinggi pematang dari pelataran minimal 60 cm, kedalaman minimal 20 cm
dari pelataran. Lebar pematang 1,5 - 2 meter, memungkinkan untuk
penanaman mangrove di pematang.
5. Caren dari pelataran sedalam 20 cm (tanah diambil oleh pematang). Caren
merupakan bagian terdalam dari kolam yang dibuat seperti cekungan
tedapat pada bagian antara pelataran dan pematang. Manfaat caren untuk
memudahkan panen dan tempat istirahat bandeng.
2.6.2. Pengeringan Tambak
Salah satu upaya pemulihan kondisi tambak pasca panen adalah dengan
cara pengeringan tambak. Menurut Badrudin et al. (2014), pengeringan tambak
dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pengeringan dilakukan sampai tanah dasar tambak terlihat retak-retak.
2. Sebelumnya kita harus mengetahui kualitas tanah. Jika tanah dasar
mengandung pyrit (tanah terlalu banyak mengandung Fe) atau pH rendah,
27
bertujuan
untuk
menaikkan
pH
tanah
dan
29
Menurut Badrudin et al. (2014), terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam proses pemupukan untuk kolam budidaya ikan bandeng, antara lain:
1. Pupuk organik menggunakan pupuk kompos yang jumlahnya sekitar satu
Ton/Ha, ditebar merata di tanah yang masih dalam keadaan kering atau tidak
terlalu basah. Jika menggunakan pupuk kandang, maka pupuk tersebut
harus terlebih dahulu dicampur dengan kapur kemudian difermentasi dan
dikeringkan. Jika dalam tambak terdapat parit (caren), maka pupuk organik
juga ditebar ke dalam parit.
2. Jumlah pupuk yang ditebar harus memperhatikan jenis tanah dan kebutuhan
pakan alami bandeng. Jika petambak ingin memperbanyak klekap maka
pemberian pupuk dilakukan sebelum pengisian air, sedangkan jika ingin
memperbanyak lumut maka pemberian pupuk dilakukan setelah pengisian
air. Jumlah pupuk organik yang optimal yaitu sekitar 150 kg/ha.
3. Jika jenis tanah tambak yang tidak cocok menggunakan pupuk organik, yaitu
pada tanah berpasir, maka cukup dengan pupuk anorganik.
2.7. Metode Penebaran Nener
Menurut Badrudin et al. (2014), Langkah-langkah dalam melakukan
penebaran nener adalah sebagai berikut:
1. Penebaran diawali dengan proses aklimatisasi suhu
(adaptasi terhadap
lingkungan air baru) pada benih yang telah tiba di lokasi tambak dengan cara
mengapungkan kantong berisi nener ke perairan tambak.
2. Kemudian ditunggu beberapa saat hingga suhu dalam kantong relatif sama
dengan suhu di luar kantong.
3. Selanjutnya dilakukan penebaran nener dengan cara kantong dibuka secara
hati-hati, kemudian dibiarkan nener keluar sendiri dari kantong atau
dilepaskan secara perlahan-lahan.
31
misalnya stres yang menyebabkan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku
abnormal (Irianto, 2005 dalam Aliza, et al., 2013). Sedangkan kisaran suhu yang
cocok untuk kegiatan budidaya biota air adalah antara 23 32 C (Kordi, 2005
dalam Maniagasi et al., 2013).
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No.06-6989.23-2005,
prosedur pengukuran suhu perairan digunakan termometer raksa dengan skala
(C) adalah sebagai berikut:
1. Sebelum dilakukan pengukuran, termometer di kalibrasi terlebih dahulu agar
data yang diperoleh akurat.
2. Termometer dicelupkan kedalam sampel dan dibiarkan 2 menit sampai
dengan 5 menit sampai menunjukkan nilai yang stabil.
3. Setelah didapatkan hasil, dicatat pembacaan skala termometer tanpa
mengangkat terlebih dahulu termometer dari air.
b. Kecerahan
Kecerahan menunjukkan kemampuan penetrasi cahaya kedalam perairan.
Tingkat penetrasi cahaya sangat dipengaruhi oleh partikel yang tersuspensi dan
terlarut dalam air sehingga mengurangi laju fotosintesis. Semakin banyak partikel
yang terlarut dalam perairan maka tingkat kecerahan semakin berkurang (Affan,
2012). Kecerahan yang optimal bagi kegiatan budidaya ikan atau biota air lainya
berkisar antara 30 40 cm. Jika kecerahan perairan kurang dari 25 cm, maka
akan terjadi penurunan oksigen secara drastis (Maniagasi et al., 2013). Dalam
pengukuran kecerahan, dilakukan menggunakan alat secchi disk.
Langkah-
35
D=
K1+ K2
2
Keterangan:
D
= Kecerahan (cm)
K1 = Jarak dari permukaan air sampai Secchi disc mulai hilang dari
pandang(cm)
K2 = Jarak dari permukaan air sampai Secchi disc ditarik ke atas lagi sampai
tampak samar (cm).
2.9.2. Parameter Kimia
a. Oksigen terlarut (DO)
Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas kehidupan biota di
suatu perairan. Biota air membutuhkan oksigen guna pembakaran bahan
bakaranya (makanan) untuk menghasilkan aktifitas, seperti aktifitas berenang,
pertumbuhan, reptoduksi, dan sebaliknya. Oleh karena itu ketersediaan oksigen
bagi biota air menentukan lingkaran aktifitasnya, konversi pakan, demikian juga
laju pertumbuhan bergantung pada oksigen (Maniagasi et al., 2013). Kisaran
oksigen terlarut yang baik bagi kegiatan usaha budidaya adalah antara 5 7
ppm (Kordi dan Tancung, 1997 dalam Yahuli et al., 2014).
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No.06-6989.14-2004,
dalam pengukuran DO secara yodometri dilakukan beberapa tahap, antara lain
sebagai berikut:
1. Sampel yang sudah disiapkan kemudian diambil untuk dianalisa.
2. Kemudian 1 mL MnSO4 dan 1 mL alkali iodida azida ditambahkan ke dalam
larutan dengan menggunakan ujung pipet tepat di atas permukaan larutan
3. Larutan segera ditutup dan dihomogenkan hingga terbentuk gumpalan
sempurna.
37
Oksigen Terlarut
( mgL )= V x N x508000 x F
Keterangan:
V
: mL Na2S2O3
N
: normalitas Na2S2O3
dalam suatu perairan (Kusworo et al., 2004). pH optimal untuk budidaya ikan
bandeng berkisar antara 7,0 8,0. pH mempengaruhi dan menentukan
kecepatan reaksi metabolisme dalam konsumsi pakan. Jika pH rendah akan
menyebabkan penggumpalan lendir pada insang dan ikan akan mati lemas
(Reksono et al., 2012). Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No.066989.11-2004, dalam pengukuran pH perairan digunakan pH meter. Langkahlangkah pengukuran pH adalah sebagai berikut:
1. Sebelum dilakukan pengukuran, dilakukan kalibrasi alat pH-meter dengan
larutan penyangga sesuai intruksi kerja alat setiap kali akan melakukan
pengukuran.
2. Setelah dikalibrasi pH-meter dikeringkan dengan kertas tisu, selanjutnya
bilas elektroda dengan air suling (aquades).
3. Elektroda dibilas dengan air sampel.
39
fungsinya sebagai alat pernapasan akan terganggu. Sebagai akibat lanjut, dalam
keadaan kronis ikan/udang maupun biota akuatik yang lain. Bahkan kadar
amonia yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kematian pada ikan (Kordi dan
Tancung, 2010). Sedangkan kisaran amonia yang dapat ditoleransi oleh ikan
bandeng adalah < 0,02 ppm (Kusworo et al., 2004). Berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) No.06-6989.30-2005 prosedur pengukuran amonia
dengan menggunakan spektrofotometer adalah sebagai berikut:
1. Pipet 25 mL sampel lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50 mL.
2. Selanjutnya 1 mL larutan fenol ditambahkan ke dalam erlenmeyer dan
dihomogenkan.
3. Seteleh itu, 1 mL natrium nitroprusid ditambahkan ke dalam erlenmeyer dan
dihomogenkan.
4. Kemudian 2,5 mL larutan pengoksidasi ditambahkan ke dalam erlenmeyer
dan dihomogenkan.
5. Selanjutnya erlenmeyer tersebut ditutup dengan plastic atau paraffin film.
Biarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna.
6. Apabila sudah terbentuk warna, sampel yang ada pada Erlenmeyer
dituangkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat
serapannya pada panjang gelombang 640 nm.
7. Langkah terakhir, dihitung menggunakan rumus:
Kadar amonia
( mg N /L ) =C x fp
Keterangan:
C
fp
: faktor pengenceran.
menurut Tacon (1987) dalam Ayuniar et al. (2015), nilai rasio konversi pakan
(FCR) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
FCR={F / (Wt + D ) Wo }
Keterangan:
FCR = Rasio konversi pakan
F
= Jumlah pakan yang diberikan (gram)
Wt
= Bobot biomassa ikan pada waktu t (gram)
Wo
= Bobot biomassa ikan pada awal pemeliharaan (gram)
D
= Bobot biomassa ikan yang mati selama pemeliharaan (gram)
b. SR (Survival Rate)
Menurut Effendie (1997) dalam Hermawan et al. (2014), nilai kelulus hidupan
(Survival rate/ SR) diketahui dengan menghitung jumlah ikan yang mati setiap
hari, sehingga dapat diketahui ikan yang hidup, dan dihitung dengan rumus:
SR ( )=
Nt
x 100
N0
Keterangan:
SR
: Kelulushidupan (%)
Nt
N0
45
2.11. Pemanenan
Menurut Badrudin et al. (2014), cara dalam melakukan pemanenan ikan
bandeng adalah sebagi berikut:
1. Panen dilakukan pada pagi hari saat usus kosong dan menghindari
kerusakan organ pencernaan.
2. Air tidak dikurangi dan menggunakan waring untuk menghindari sisik lepas.
Bandeng diserok secara total menggunakan krikip kemudian dipindahkan ke
terpal (hapa) menggunakan keranjang.
Terdapat beberapa cara agar ikan bandeng tetap segar berdasarkan
Badruddin et al. (2014), antara lain:
1. ikan bandeng usahakan dipanen dalam keadaan masih hidup, tidak mati di
dalam tambak.
2. Dalam pemanenan, bandeng diperlakukan dengan baik, hindari melempar
sembarangan yang menyebabkan ikan luka (sisik lepas). Luka dapat
mempercepat kebusukan.
3. ikan bandeng diusahakan agar mati dalam air yang bersuhu rendah atau
dalam es. Ikan bandeng yang sudah dicuci dimasukkan dalam air es selama
beberapa menit, sehingga suhu menjadi dingin secara merata.
4. Ikan yang sudah dipanen, dicuci bersih dari semua kotoran, terutama dari
lumpur yang menempel.
5. Ikan bandeng yang sudah bersih dan sudah didinginkan dengan es, siap
dikemas dan diangkut ke tempat penjualan ikan bandeng.
47
DAFTAR PUSTAKA
49
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Google image. 2016. Gambar Alat. Diakses pada tanggal 31 Mei 2016 pukul
20.00 WIB.
Hermawan, T. E. S. A., Agung. S dan Slamet. B. P. 2014. Pengaruh Padat Tebar
Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Lele (Clarias
gariepinus) dalam Media Bioflok. Journal of Aquaculture of Management
and Technology. 3(3): 35-42.
Kadarini, T. 2012. Budidaya Semi Intensif Ikan Pelangi Kurumoi Dengan Padat
Tebar Berbeda. Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012. Hlm.
620-628.
Kordi, M. G dan A. B. Tancung. 2010. Pengelolaan kualitas air dalam budidaya
perairan. Rineka Cipta. Jakarta.
Kusworo, A. B., A. B. Susanto., Khoironi., N. Maharani., D. Ariana dan A.
Saefudin. 2004. Pengelolaan Kualitas Air Pada Pembesaran Bandeng.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan
Nasional.
Maniagasi, R. S. S. Tumembouw dan Y. Mundeng. 2013. Analisis Kualitas Fisika
Kimia Air Di Areal Budidaya Ikan Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara.
Budidaya Perairan. 1(2): 29-37.
Mansyur, A dan S. Tonnek. 2003. Prospek Budi Daya Bandeng Dalam Karamba
Jaring Apung Laut Dan Muara Sungai. Jurnal Litbang Pertanian. 22(3): 7985.
Murtidjo, B. Agus. 2002. Budidaya dan Pembenihan Bandeng. Kanisius.
Yogyakarta.
Prasetio, A. B., H. Albasri dan Rasidi. 2010. Perkembangan Budidaya Bandeng
Di Pantai Utara Jawa Tengah (Studi Kasus: Kendal, Pati, dan Pekalongan).
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010. Pusat Riset Perikanan
Budidaya. Jakarta.
Pusat Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2011. Modul Budidaya Ikan Bandeng.
http://pusluh.kkp.go.id/arsip/file/55/ikan-bandeng.pdf/.
Diakses
pada
tanggal 4 Mei 2016 pukul 20.00 WIB.
Rangka, N. Ansari dan A. I. J. Asaad. 2010. Teknologi Budidaya Ikan Bandeng di
Sulawesi Selatan. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai
Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Sulawesi Selatan. Hlm: 187-203.
Reksono, B., H. Hamdani dan Yuniarti, MS. 2012. Pengaruh Padat Tebar
Glacilaria sp. Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan
Bandeng (Chanos chanos) Pada Budidaya Sistem Polikultur. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 3(3): 41-49.
51
53
LAMPIRAN
No
Parameter
1.
2.
Suhu
Kecerahan
3.
pH
4.
DO
Satuan
C
Cm
mg/l
(Disolved
Oxygen)
5.
Salinitas
Ppt
6.
Amonia
Ppm
Alat
Parameter Fisika
- Thermometer
- Secchi disk
Parameter Kimia
- pH-meter
-
125mL,
- Hand Refractometer
-
7.
8.
FCR
SR
%
%
Botol Winkler,
Buret mikro 2 mL,
Pipet volume,
Pipet ukur 5 mL,
Erlenmeyer
Bahan
Perairan tambak
Perairan tambak
Perairan
tambak,
aquades,
Perairan
tambak,
MnSO4,
H2SO4,
tambak,
aquades
Spektrofotometer, Perairan tambak, fenol,
Erlenmeyer
50
natrium
nitroprusid,
mL,
larutan
pengoksidasi,
Gelas ukur 100
plastic
mL,
pipet ukur 10 mL
Ikan bandeng
Ikan bandeng
55
No
1
Parameter
Suhu
-
Alat
Thermometer
Untuk
Fungsi
mengukur
Gambar
suhu perairan
2
Kecerahan -
pH
Secchi disk
pH-meter
Untuk
mengukur
tingkat
kecerahan
perairan
Untuk
mengukur
pH
(derajat
keasaman)
4
DO
Botol Winkler
(Disolved
perairan
Untuk mengambil
air sampel DO
Oxygen)
Buret mikro 2 mL
Untuk
tempat
larutan
Na2S2O3
Pipet volume
tiran
Untuk
mengambil
atau memindahkan
larutan dalam skala
-
Pipet ukur 5 mL
skala besar
Untuk mengambil
atau memindahkan
larutan dalam skala
Erlenmeyer 125mL
skala
tertentu
(5mL)
Untuk
tempat
Salinitas
Hand
Untuk
mengukur
Refractometer
salinitas perairan
57
Amonia
Spektrofotometer
Untuk
mengukur
kadar amonia
Erlenmeyer
50 Untuk
mL
tempat
Gelas
ukur
mL
memindahkan
larutan dalam skala
tertentu (10 mL dan
Cuvet
100 mL)
Untuk
wadah
FCR
dan -
Timbangan digital
SR
Untuk menimbang
bobot ikan.
59
Berapa ukuran kolam pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) yang ada
di
Balai
Layanan
Usaha
Produksi
Perikanan
Budidaya
(BLUPPB)
Karawang?
3
Ada berapa jumlah kolam pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) yang
ada di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB)
Karawang?
Hal apa saja yang harus dilakukan dalam persiapan kolam pembesaran ikan
bandeng (Chanos chanos)?
61
Berapa lama persiapan yang dilakukan untuk memenuhi kriteria kolam untuk
pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos)?
C.
1.
2.
3.
(Chanos chanos)?
4. Bagaimana perlakuan yang diberikan pada bibit bandeng (Chanos chanos)
sebelum ditebar?
5. Hal apa saja yang harus diperhatikan untuk menjaga kualitas bibit bandeng
(Chanos chanos) sebelum ditebar?
D. Manajemen kualitas air Pada Pembesaran Ikan Bandeng (Chanos
chanos)
1. Berasal dari manakah sumber air pada kolam pembesaran ikan bandeng
(Chanos chanos)?
2. Kapan air mulai diisi ke dalam kolam?
3. Berapa volume air yang diisikan ke dalam kolam?
4. Bagaimana cara mengairi kolam pada pembesaran ikan bandeng (Chanos
chanos)?
5. Bagaimana kualitas air yang baik dalam pembesaran ikan bandeng (Chanos
chanos)?
6. Parameter apa saja yang harus diperhatikan dalam pembesaran ikan
bandeng (Chanos chanos)?
E. Penebaran bibit Bandeng (Chanos chanos)
1 Berapa ukuran bibit bandeng (Chanos chanos)?
2 Berapa padat tebar bibit bandeng (Chanos chanos)
pada tahap
3
4
pembesaran?
Bagaimana cara menghitung kepadatan bandeng (Chanos chanos)?
Alat apa yang digunakan dalam menghitung kepadatan bandeng (Chanos
5
6
7
chanos)?
Kapan bibit bandeng (Chanos chanos) mulai ditebar?
Bagaimana cara menebar bibit bandeng (Chanos chanos)?
Pupuk apa yang digunakan dalam pembesaran ikan bandeng (Chanos
chanos)?
Mengapa menggunakan jenis pupuk tersebut?
63
(Chanos chanos)?
10 Bagaimana cara memupuk dalam pembesaran ikan bandeng (Chanos
chanos)?
11 Berapa frekuensi pemupukan yang dilakukan dalam pembesaran ikan
bandeng (Chanos chanos)?
F. Pemeliharaan Pada Pembesaran Ikan Bandeng (Chanos chanos)
1. Bagaimana pengelolaan kualitas air pada pembesaran ikan bandeng
(Chanos chanos) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
(BLUPPB) Karawang?
2. Apa saja parameter yang diukur pada pembesaran ikan bandeng (Chanos
chanos) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB)
Karawang?
3. Apa saja alat-alat yang digunakan dalam pengukuran kualitas air pada
pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) di Balai Layanan Usaha
Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang?
4. Apakah jenis pakan yang digunakan dalam pembesaran ikan bandeng
(Chanos chanos) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
(BLUPPB) Karawang?
5. Mengapa menggunakan pakan tersebut dalam pembesaran ikan bandeng
(Chanos chanos)?
6. Bagaimana cara memberikan pakan dalam pembesaran ikan bandeng
(Chanos chanos)?
7. Kapan pemberian pakan dilakukan?
8. Berapa frekuensi pemberian pakan yang dilakukan pembesaran ikan
bandeng (Chanos chanos)?
9. Berapa banyak pakan yang digunakan sampai dengan masa panen bandeng
(Chanos chanos)?
10. Kapan dilakukan pergantian air dalam pembesaran ikan bandeng (Chanos
chanos)?
11. Berapa kali dilakukan pergantian air dalam pembesaran ikan bandeng
(Chanos chanos)?
12. Bagaimana pengendalian hama dan penyakit pada pembesaran ikan
bandeng (Chanos chanos)?
G. Pemanenan
65
67