Anda di halaman 1dari 15

Alex T.

Hidayat
MODUL MATERI MK MERCHANDISING DAN DISTRIBUSI GARMEN

GARMENT MERCHANDISING
1. Pengertian
Merchandising adalah pekerjaan penanganan order produksi baik pesanan ataupun order sendiri
berikut produk jadinya. Merchandiser merupakan jembatan penghubung antara pemanufaktur dengan
pembelinya (buyer). Pekerjaan merchandising dikerjakan oleh seorang Merchandiser.
Departemen merchandising berkewajiban untuk menghubungkan dan melakukan koordinasi dengan
semua departemen yang ada di sebuah industri fesyen (cutting, produksi, paking, pengendali mutu,
retail shop dsb.) demi tercapainya tujuan akhir pembuatan produk serta menjaga hubungan baik
dengan pembeli.
Atau dengan kata lain merchandiser bertugas untuk mewujudkan sebuah model/style apparel dari
bentuk disain hingga produk sampai ke retail ataupun ke tangan konsumennya.
Sedangkan Follow Up berfungsi sebagai jembatan penghubung antara merchandiser atau marketing
dengan unit produksi. Namun seringkali pengertian Merchandiser dengan Follow Up di-rancu-kan
sama.

2. Lingkup Kerja Merchandiser


(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

Membuat perhitungan harga (cost calculations)


Melakukan konfirmasi penempatan pesanan (sales confirmations).
Menjabarkan detail order untuk pembuatan sample produksi
Mempersiapkan lab dips dan approval bahan - bahan produksi
Melakukan pemesanan bahan - bahan untuk produksi
Membuat rencana produksi dan waktu penyelesaian produksi (time schedule)
Membuat Surat Perintah Kerja (SPK), Order Sheet berikut file lengkap bagi unit produksi dan
quality assurance.
Mengikuti dan memantau proses produksi dan melakukan tindakan yang menjadi
kewenangannya agar produk jadi sesuai dengan pesanan
Membuat dokumen-dokumen yang diperlukan bagi proses pengiriman / pengapalan (shipping
instructions) dan penagihan pembayaran
Membuat rekapitulasi penyelesaian order berikut perhitungan rugi-laba.
Melakukan komunikasi dan koordinasi yang intens dengan bagian lain.

3. Tipe / Macam Merchandiser


(1) Fashion Merchandiser
Fashion Merchandiser terlibat dalam semua aktifitas produksi mulai dari prediksi trend fashion,
pembuatan disain dan pengembangan produk sampai dengan pengaturan dan penjualan produk.
Fashion merchandiser berhubungan dengan semua perencanaan dan eksekusi untuk menciptakan
produk yang tepat model, tepat tempat, tepat waktu dan tepat jumlah dengan harga yang pantas
dan sesuai dengan promosi produk hingga memfasilitasi hubungan antara disainer dengan
keinginan konsumen atau pasarnya.
Merchandiser model ini biasanya menjadi bagian dari buyers.
(2) Apparel Export Merchandiser
Apparel Export Merchandiser terlibat dalam pengaturan aktifitas produksi dan bertugas sebagai
penghubung komunikasi antara pemanufaktur dengan buyernya mulai dari konfirmasi pesanan
hingga pengiriman produk pesanan.
Apparel export merchandiser harus dapat menyesuaikan diri dengan keinginan pembeli atas
produk yang dipesan, mencari dan memesan bahan baku dan bahan bantu yang sesuai,
menentukan harga jual yang pantas, tepat waktu, memastikan produk yang dibuat memberikan
alexhidayat.blogspot.com

Alex T. Hidayat
keuntungan, mahir berkomunikasi, mampu berkoordinasi dan mengambil keputusan dengan
benar serta mampu melakukan negosiasi dengan baik.
(3) Apparel Retail Merchandiser
Merchandiser ini terlibat dengan aktifitas produksi, penjualan produk dan pelayanan konsumen
secara langsung tidak semata-mata berhubungan dengan keuntungan bisnis.
Retail merchandiser menjual produk dalam jumlah yang lebih sedikit dan juga harus menjadi
penghubung atau pemberi informasi antara pemanufaktur dengan konsumen atau wholesalersnya dan sebaliknya.
Juga menentukan tempat, waktu dan fasilitas dalam menjual produk, menjaga stok rasio dan
ketersediaan produk untuk dijual hingga promosi penjualan.
(4) Visual Merchandiser
Konsumen akan melihat dan melakukan penilaian atas produk sebelum memutuskan untuk
membelinya.
Penampilan atau kenampakan produk di etalase merupakan hal pertama yang akan
mempengaruhi ketertarikan konsumen atas produk.
Visual merchandising adalah seni pengaturan penampilan produk dengan baik dan menarik
sehingga menyita perhatian konsumen dan dapat membujuk dan mempengaruhi konsumen untuk
membeli.
Visual merchandiser harus memahami tema produk, konsep produk, memilih model produk yang
akan ditampilkan, melakukan perubahan pajangan dalam waktu tertentu serta window display
secara umum ketika melakukan pengaturan pajangan produk.

4. Persyaratan Umum Merchandiser


(1) Mampu berkomunikasi baik langsung maupun tidak langsung dan mampu bernegosiasi dengan
baik.
Kemampuan berkomunikasi harus dikuasai dengan baik dengan bahasa yang benar dan jelas
terutama jika pembelinya berasal dari luar negeri baik dengan sarana surel maupun pertelepon,
dimana berbicara per telepon dengan menggunakan bahasa asing lebih sulit dibandingkan dengan
berbicara secara tatap muka terutama ketika harus menjelaskan sesuatu.
(2) Sabar, teliti, cermat dan cekatan
Banyaknya pekerjaan administrasi dan pembuatan acuan pekerjaan bagi bagian lain, menuntut
seorang merchandiser bekerja dengan nyaris tanpa kesalahan, karena kesalahan informasi akan
terbawa hingga akhir proses produksi.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Fleksibel dalam waktu kerja mengingat adanya perbedaan waktu antar negara
Dapat bertindak tegas namun lugas
Mengenal supplier - supplier bahan baku dan bahan bantu produksi
Memahami bahan baku dan accessories produksi
Mengenal proses produksi garmen secara umum
Mengetahui jenis dokumentasi ekspor import berikut quota, metoda pengiriman dan metoda
pembayaran.
(9) Berupaya selalu menambah wawasan khususnya mengenai perkembangan industri garmen.

5. Tipe Produk Garmen / Fesyen


(1) Staple Merchandise
Adalah produk-produk dasar yang selalu dibutuhkan konsumen tanpa terpengaruh oleh waktu,
musim atau peristiwa tertentu. Contohnya seperti : kaos kaki, saputangan, kemeja putih, celana
panjang hitam, seragam sekolah dsb.
Permintaan atas produk ini berlangsung terus menerus.
alexhidayat.blogspot.com

Alex T. Hidayat
(2) Fashion Merchandise
Adalah produk-produk fesyen yang menjadi tren dalam atau selama tahun berjalan. Produkproduk ini memperhatikan disain dengan warna, aksen, aksesories, panjang dan motif tertentu.
Permintaan atas produk ini biasanya cukup tinggi namun mempunyai daur hidup terbatas.
(3) Seasonal Merchandise
Adalah produk-produk yang dibuat sesuai atau untuk musim-musim tertentu.
Misalnya sweater untuk musim gugur dan dingin, jas hujan dikala musim hujan, padded jacket
untuk digunakan musim dingin.
Produk-produk ini mempunyai daur hidup yang sangat terbatas sejalan dengan perubahan musim
(season).
(4) Fad Merchandise
Produk-produk yang diilhami oleh tren yang dikenakan dari para aktor, film tertentu atau peristiwa
tertentu.
Umumnya penjualannya sangat bagus pada waktunya namun daur hidupnya sangat singkat.

6. Buyers
Adalah perusahaan atau perseorangan yang melakukan pembelian produk baik untuk dijual sendiri
maupun sebagai perwakilan atau perantara (middleman).
Secara umum dikenal beberapa katagori dari Buyers yaitu :
(1) Direct Buyers
Pembeli yang melakukan konfirmasi pembelian langsung dari kantor pusatnya langsung ke
pemanufaktur tanpa melalui pihak ketiga/perantara.
Pembeli ini memiliki kewenangan mutlak dalam pengambilan keputusan atas penyelesaian
permasalahan yang terjadi.
Persetujuan/approval dari pembeli diperlukan untuk pengiriman produk setelah dilakukannya
pemeriksaan produk secara langsung ataupun berdasarkan sample saja.
Produk jadi dikapalkan langsung ke gudang pembeli di negara tertentu.
Pembeli model ini biasanya memiliki outlet penjualan sendiri dan membatasi jumlah pemanufaktur
produknya.
Contoh : Oneill, Timbuk2.
(2) Buying House / Buying Office
Adalah perusahan yang menjadi perwakilan langsung dari pembeli di area atau negara tertentu.
Buying office mempunyai kewenangan yang cukup luas namun tidak mutlak dalam menyelesaikan
permasalahan yang terjadi.
Approval pengiriman produk biasanya diberikan setelah dilakukan pemeriksaan di tempat
pemanufaktur.
Produk bisa dikirimkan langsung ke gudang negara asal pembeli atau gudang perwakilan yang ada
di area tertentu.
Penempatan buying office di negara tertentu memungkinkan menambah jumlah pemanufaktur
yang melakukan kontrak kerja dengan buyer.
Perusahaan jenis ini tidak mengambil keuntungan atau komisi atas produk yang dibelinya namun
memperoleh pendanaan dari kantor pusatnya.
Contoh: Nike, GAP, Oxylane, Wal Mart, Target, H&M.
(3) Franchise / Licenses Holder
Pembeli yang melakukan pembelian produk untuk dijual kembali di area tertentu berdasarkan
kontrak dengan perusahaan pemegang merek.
Licenses Holder mempunyai kewenangan tertentu tergantung pada perjanjian dengan principalnya
dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
alexhidayat.blogspot.com

Alex T. Hidayat
Pemanufaktur produk Licences Holder harus didaftarkan kepada principalnya. Approval
pengiriman produk biasanya diberikan setelah dilakukan pemeriksaan di tempat pemanufaktur.
Produk bisa dikirimkan langsung ke gudang pemegang lisensi atau gudang yang ada di area
tertentu.
Licences Holder mempunyai kewenangan yang cukup luas dalam menyelesaikan permasalahan
yang terjadi.
Pembeli model ini biasanya memiliki outlet penjualan sendiri.
Keuntungan pembeli jenis ini diambil dari selisih harga beli dan harga jual produknya dikurangi
ongkos lisensi-nya.
Contoh : MAP, Polyfilatex, Barca.
(4) Buying Agent
Adalah perusahan yang bertindak sebagai pihak ketiga (middleman) yang mencarikan dan
melakukan kontrak kerja dengan pemanufaktur berdasarkan pesanan dari pembeli.
Buying agent mempunyai kewenangan yang sangat terbatas dalam menyelesaikan permasalahan
yang terjadi.
Pemanufaktur produk Buying Agent tidak harus didaftarkan kepada principalnya.
Approval pengiriman produk dapat diberikan langsung oleh agent atau setelah melakukan
konfirmasi dengan pembeli setelah dilakukan pemeriksaan di tempat pemanufaktur.
Produk bisa dikirimkan langsung ke gudang pembeli.
Perusahaan jenis ini mengambil keuntungan dari fee/komisi atas produk yang dibelinya baik dari
principal dan/atau pemanufaktur.
Contoh: Lifung, Hollit, Aeronusa, Triton.

7. Jenis / Macam Sample


Beberapa macam sample yang biasanya diminta oleh pembeli (buyer) baik sebelum ataupun sesudah
diterima dan dikerjakannya order produksi terutama untuk order ekspor umumnya adalah :
(1) Salesman / Marketing Samples
Sample ini dbuat untuk mempromosikan produk kepada konsumen sebelum dilakukannya
pemesanan/proses produksi secara masal.
Sample ini bisa dibuat dengan bahan baku dan bahan bantu yang sebenarnya atau yang sejenis
dengan model dan warna produk sesuai dengan produk yang akan dibuat.
Biasanya salesman sample dibuat dalam size tengah.
Jumlah salesman sample umumnya cukup banyak sehingga seringkali buyer diminta untuk
melakukan pembayaran untuk pembuatan macam sample ini.
Sekiranya model ini jadi diproduksi, maka pembuat salesman sample mendapat kesempatan
pertama untuk mendapat order produksinya.
(2) Fitting / Proto Samples
Sample yang ditujukan untuk menunjukkan model, ukuran dan cara / teknik pengerjaan produk
kepada pembeli (buyer) segera setelah diterimanya order / pesanan sebelum proses produksi
dilakukan.
Sample ini bisa dibuat dengan bahan baku dan bahan bantu yang sejenis/mirip dengan permintaan
dan dibuat dalam size tertentu.
Fitting Sample yang disetujui (approved) berikut catatan-catatan tambahan (comments) akan
dijadikan acuan pembuatan sample selanjutnya.
Sekiranya tidak disetujui (rejected), maka sample jenis ini harus dibuat ulang dengan dilakukannya
perbaikan-perbaikan sesuai dengan catatan yang diberikan.
Biaya bahan dan pembuatan sample ini sudah merupakan bagian dari biaya produksi.
(3) Pre Production / Size Set Samples
PreProduction Sample dibuat untuk dijadikan acuan produksi kelak dan memberikan gambaran
alexhidayat.blogspot.com

Alex T. Hidayat
hasil akhir dari produk yang akan dibuat.
Sample ini dibuat dengan bahan baku dan bahan bantu yang sebenarnya, dibuat dalam semua size
range dan warna yang dipesan dan dibuat dengan memperhatikan semua catatan-catatan
(comments) yang diberikan pada sample sebelumnya (fitting samples).
Sample yang disetujui (approved) berikut catatan tambahan (bila ada) akan dijadikan acuan proses
produksi.
Biaya pembuatan sample ini dihitung sebagai biaya produksi.
(4) Shipment / Top Samples
Sample ini ditujukan untuk menunjukkan model, warna, ukuran, packaging dan penampilan
produk yang telah diproduksi dan siap dikirimkan kepada pembeli (buyer).
Sample ini diambil dari bulk production dengan size-size tertentu dan dianggap mewakili kondisi
produk secara keseluruhan.
Kadang-kadang sample ini dijadikan pertimbangan untuk diizinkan atau tidak diizinkannya seluruh
lot produk tersebut dikirimkan.
Sample ini biasa diminta secara cuma-cuma, sehingga harus diperhitungkan sebagai bagian dari
ongkos produksi.
Melihat adanya beberapa macam sample yang diminta secara cuma-cuma oleh pembeli, maka sangat
disarankan untuk memastikan jumlah total sample yang harus diberikan kepada pemesan selama
proses penyelesaian order sehingga mudah untuk dilakukan perhitungan biaya tambahan yang akan
diperhitungkan sesuai dengan kuantiti order keseluruhan.

8. Term of Delivery / Metoda Pengiriman


Beberapa metoda pembayaran atas penyelesaian pembuatan produk pesanan yang umum berlaku di
industri fesyen adalah :
(1) EXW (Ex-Work)
Produk jadi disiapkan di tempat produksinya. Misalnya ex factory, ex mill, ex warehouse.
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memindahkan produk ke tempat tujuan menjadi tanggung
jawab pembeli.
(2) FOB (Free on Board)
Produk jadi disiapkan dan diantarkan ke pelabuhan pengiriman hingga naik ke kapal beserta segala
dokumen yang diperlukan disiapkan oleh penjual termasuk biaya-biaya yang dikeluarkannya.
Ongkos kirim/pengapalan berikut biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyampaikan produk ke
pelabuhan dan/atau tempat tujuan menjadi tanggung jawab pembeli.
(3) CFR (Cost and Freight)
Penjual bertanggung jawab atas penyampaian produk jadi ke pelabuhan atau kota tujuan berikut
dokumentasinya termasuk biaya-biaya yang dikeluarkannya.
Pengurusan kepabeanan atas produk dan biaya transportasi dari pelabuhan tujuan ke
gudang/tempat tujuan akhir menjadi tanggung jawab pembeli.
(4) CIF (Cost, Insurance and Freight)
Penjual bertanggung jawab untuk menyampaikan produk jadi ke pelabuhan tujuan akhir berikut
dokumentasi dan biaya asuransi atas produk berikut biaya-biaya yang diperlukan.
Hal-hal yang biasanya ditanggung asuransi adalah: kerusakan, kehilangan produk hingga
keterlambatan penyampaian.
Pembeli bertanggung jawab atas pembiayaan pengurusan kepabeanan hingga penyampaian
produk ke gudang/tempat tertentu.
Penetapan metoda pengiriman harus dibicarakan di muka karena biaya yang dikeluarkan untuk proses
pengiriman bukan lah biaya kecil, juga ada baiknya jika dibicarakan metoda pengiriman yang mungkin
alexhidayat.blogspot.com

Alex T. Hidayat
dilakukan/diminta sekiranya pengiriman produk jadi dapat dilakukan lebih cepat atau lebih lambat dari
tengat waktu yang disetujui.

9. Term of Payment / Metoda Pembayaran


Beberapa metoda pembayaran yang biasa dilakukan untuk produk-produk fesyen adalah :
(1) Cash in Advance
Pembeli melakukan pembayaran tunai dimuka sebelum dan atau ketika produksi dimulai. Jumlah
yang dibayarkan dapat sekaligus atau bertahap (DP) sesuai perjanjian antara pembeli dan penjual.
(2) T/T (Telex Transfer)
Pembayaran dilakukan setelah produksi selesai dan pembeli menyetujui kondisi produk yang
dibelinya berdasarkan shipping sample yang diterima sebelum produk dikirimkan. Pembayaran
dilakukan dengan transfer fund antar bank.
(3) L/C (Letter of Credit)
Merupakan suatu janji dari Bank atas permintaan pembeli ke bank penjual untuk membayar penjual
jika penjual memenuhi syarat-syarat yang diminta dalam L/C.
Pembayaran dilakukan setelah produk selesai dibuat dan dikapalkan.

10. Style Desciptions


Gambaran model / style produk yang diuraikan dalam rincian kalimat, karena kadang-kadang pembeli
hanya menyampaikan disain yang diingkan dengan untaian kata-kata tanpa gambar. Namun adalah
lebih baik jika pemesan dapat memberikan sketch gambaran produk yang ingin dibelinya.
Hal-hal yang disampaikan dalam Style Description adalah :
(1) Arahan konsumen / gender
(2) Jenis atau macam produk
(3) Deskripsi khas dari model
(4) Model dan posisi cut & sewn jika ada
(5) Jenis dan macam aplikasi yang diterakan jika ada
(6) Jenis bahan baku dan bahan bantu
(7) Jenis jahitan khas dan penempatannya
(8) Labelling.
Contoh :
(1) Unisex V-neck T-shirt with raglan short sleeves. Contrast color cut & sewn 12 cm width across front
breadth positioned 15 cm from HPS and 8 cm width above cuffs. Plain back body.
Matching Rib 1x1 as neck collar and cuffs. Clean seam rib joining.
Contrast fabrics color back neck binding.
Top stitching inch around neck line and at
contrast cut & sewn. Overdeck inch
double stitching at bottom hemming.
Patched main label at centre back neck. Size
label at left side of main label. Care label at
inside left side seam when worn.

alexhidayat.blogspot.com

Alex T. Hidayat
(2) Ladies Polo Shirt. Short set in sleeves, self fabrics collar, 3 buttoned placket and side slits. Contrast
color single layer back yoke 5 inch height, contrast color cut & sewn cuffs and contrast woven tape
binding around inside neckline.
Top stitching 1/16 inch around placket, top
stitching inch at collar, neck line, shoulder,
above cuffs, side slits and armholes line.
Overdeck double stitchings inch at bottom.
Inserted main label at centre back neck and
inserted size label at left side of main label. Care
label placed at inside left side seam when worn.

3) Ladies Woven Board Short. Non elasticated cut & sewn waistband. Contrast trim at top and
decorative crossed string at center front with eyelets. Fake front fly. Inserted side pockets, 2
patch pocket at back with eyelet at bottom corners.
Top stitching 1/16 inch at top and bottom part of
waistband.
Double stitching inch at front fly, bottom and
back pocket hemming.
Patched main label with size at center back
waistband. Care label placed at inside left side
seam when worn.

11. Order Sheets


Adalah kumpulan data yang dapat berupa lembaran-lembaran atau form-form khusus yang akan
menjadi acuan untuk pelaksanaan produksi. Order sheet minimal berisi atau mencakup hal-hal berikut.
(1) Style Sheets
Lembaran kerja atau form yang merupakan panduan untuk pengerjaan suatu produk.
Isi dari style sheet antara lain:
(1) Nama atau kode pemesan
(2) Nomor style/ artikel, nama model, jenis produk
(3) Gambar produk berikut rincian warna dan kombinasinya
(4) Jenis bahan berikut accessories
(5) Jenis dan model aplikasi (embroidery, printing, dsb)
(6) Size spesifikasi.
(7) Washing Instruction (bila diminta)
(2) Sewing Details
Lembaran kerja atau form yang memuat rincian macam jahitan untuk pembuatan suatu produk,
baik jahitan dasar maupun jahitan tambahan dan jahitan dekorasi, SPI serta arah pemotongan
bahan.
(3) Bill of Materials (BOM)
Merupakan lembaran atau form yang merupakan panduan bagi pengerjaan sebuah order produksi.
BOM berisi detail data mengenai :
(1) Nomor style / artikel, jenis produk dan waktu pengiriman
(2) Size breakdown pesanan dan toleransi jumlah pengiriman
(3) Jenis dan spesifikasi kain berikut kebutuhannya
alexhidayat.blogspot.com

Alex T. Hidayat
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Jenis dan spesifikasi accessories berikut kebutuhannya


Jenis dan spesifikasi bahan bantu berikut kebutuhannya
Jenis dan spesifikasi perlengkapan packing berikut cara packingnya
Carton marking
Peraturan umum dan cara pengiriman produk jadi.

12. Fabrics Consumption / Kebutuhan Kain


Adalah perhitungan pemakaian bahan baku yang dihitung dalam berat (gram) untuk kain rajut
(knitting) maupun dalam meter untuk kain tenun (woven) untuk membuat satu buah garmen dengan
spesifikasi ukuran yang ditetapkan.
Biaya bahan baku dalam perhitungan harga produksi fesyen berkisar antara 50 60 % dari nilai harga
keseluruhan sehingga kesalahan dalam perhitungan kebutuhan bahan baku akan amat sangat
mempengaruhi besaran keuntungan ataupun kerugian secara finansial.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan perhitungan Fabrics Consumption terutama kain
rajut adalah:
(1) Gramation
Berat kain dalam Satu satuan luas tertentu.
Biasa dikenal dengan istilah gsm (gram per square meter atau g/m2) atau gsy (gram per square
yard atau g/yd2).
Pemesanan kain rajut biasanya dilakukan dalam besaran berat.
Artinya jika gramasi kain rajut yang dipesan adalah 260 gsm maka seharusnya berat dari kain
dengan ukuran panjang 1 meter x lebar 1 meter (luas = 1 m2) tersebut adalah 260 gram.
Jika gramasinya lebih besar dari itu, maka dipastikan bahwa luas kain untuk berat yang sama akan
lebih sempit, padahal pe-marker-an tetap memanfaatkan ukuran luas kain sehingga dapat
mengakibatkan kurangnya jumlah apparel yang bisa dibuat untuk berat kain yang sama
dibandingkan yang seharusnya bisa di-cutting.
(2) Fabrics width
Lebar kain yang biasanya dinyatakan dalam satuan inch.
Dikenal istilah lebar kain sebenarnya dan lebar kain efektif.
Lebar kain sebenarnya adalah lebar kain dari tepi kiri ke tepi kain seluruhnya, sedangkan lebar
efektif adalah lebar kain yang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan potongan komponenkomponen garmen.
Seperti diketahui pada kedua sisi lembaran kain yang di seting terbuka (open finish) terdapat bekas
tusukan jarum-jarum mesin stenter, mesin finishing kain. Bagian dengan lubang jarum ini tidak
layak untuk dijadikan bagian dari apparel dan harus dibuang, sehingga lebar kain yang bisa
dimanfaatkan atau lebar efektif adalah lebar kain sebenarnya dikurangi dengan lebar tepi-tepi kain
yang harus dibuang tersebut. Lebar tepi kain yang dibuang biasanya adalah 1 inci untuk tiap sisi
atau 2 inci untuk seluruh selebar kain. Jadi jika diketahui lebar kain adalah 69 inci, maka lebar kain
efektifnya adalah 67 inci. Angka inilah yang diperhitungkan sebagai lebar maksimal pembuatan
marker.
(3) Jumlah bagian garmen
Semua bagian garmen harus diperhitungkan lengkap sesuai dengan jumlah bagian-bagian yang ada
pada produknya, termasuk bagian-bagian apparel dengan potong-jahit (cut&sewn) dan bagianbagian tertentu yang memerlukan 2 lembar potongan komponen untuk membuatnya, semisal
kerah (krag / collar) dan yoke.
(4) Size atau ukuran dasar
Size yang dipakai sebagai dasar perhitungan harus mewakili kebutuhan bahan secara keseluruhan
berdasarkan pe-marker-an yang mungkin dilakukan.
alexhidayat.blogspot.com

Alex T. Hidayat
Seringkali merchandiser dituntut saat itu juga (on the spot) untuk menghitung kebutuhan kain
Seringkali merchandiser dituntut saat itu juga (on the spot) untuk menghitung kebutuhan kain
untuk menghitung harga jual produk tanpa sempat membuat mini marker apalagi marker
sebenarnya. Dalam mengantisipasi kemungkinan perhitungan yang terlalu kecil maka disiasati
dengan melakukan perhitungan kebutuhan kain rata-rata dengan membuat blok marker dari salah
satu size apparel yang akan dibuat. Size yang dipilih adalah size tengah berdasarkan ratio size atau
jumlah produk yang akan dibuat, mana yang memungkinkan untuk itu.
Artinya jika size ratio dari produk itu adalah :
Size

XL

Ratio

Jumlah rationya adalah 1+2+2+1 = 6, tengah dari 6 adalah 6 : 2 = 3, maka dipilih dimana terdapat
pieces ke-3 pada ratio diatas, yaitu pada size M (1+2). Spesifikasi dari size (base size) inilah yang
akan dijadikan dasar perhitungan kebutuhan kainnya.
Jika kuantiti ordernya tidak tersusun atas ratio tertentu tetapi dengan jumlah tertentu semisal :
Size

116

128

140

152

164

Qty

120

185

200

240

125

Total kuantiti ordernya adalah 120 + 185 +200 + 240 + 125 = 870 Pcs.
Setengah kuantitinya adalah 870 : 2 = 435 Pcs
Pieces ke-435 terdapat pada size 140 (120+185+130), maka diambil spesifikasi dari size 140 sebagai
ukuran dasar (base size) dalam melakukan perhitungan kebutuhan kainnya.
(5) Ukuran dari bagian-bagian garmen
Ukuran diambil dari size spesification yang ada termasuk lipatan- lipatan (hemming) dan seam
allowance/ kampuh. Seringkali ukuran yang disajikan adalah setengah dari ukuran potongan
sebenarnya sehingga ukuran sebenarnya adalah dua kali angka yang disajikan.
(6) Seam allowance / kampuh
Besaran seam allowance tergantung pada jenis mesin dan jahitan yang akan dibuat.
Penjahitan penggabungan dengan jarum atau satu jahitan hanya memerlukan kampuh sekitar 4-5
mm saja, untuk overlock 3 dan 4 benang memerlukan kampuh sekitar 6 - 8 mm, overlock 5 dan 6
benang memerlukan kampuh sekitar 7 8 mm sedangkan pemakaian mesin make-up (may-cup)
akan memerlukan perhitungan kampuh sampai 2 2,5 cm.
Angka angka tersebut ditambahkan pada keempat sisi bagian komponen yang ditentukan
ukurannya tadi. Hanya untuk memudahkan, kecuali penjahitan dengan may-cup, biasa dianggap
memerlukan kampuh 1 centimeter.
(7) Efisiensi pemanfaatan luas kain
Efisiensi pemanfaatan luas kain dalam penataletakkan bagian-bagian dari garmen, hal ini berkaitan
dengan jumlah kain yang diperlukan untuk produksi dan berhubungan dengan nilai ekonomisnya.
Sisa kain yang tidak ter-marker namun masih bisa dipakai untuk bagian-bagian tertentu harus
diperhitungkan.
Jika pemarkeran dilakukan dengan proses mini marker, maka nilai efisiensi tersebut akan
ditampilkan secara otomatis, namun jika pemarkeran yang kita buat adalah model blok marker,
maka sisa-sisa kain yang memiliki lebar dan/atau panjang 5 cm keatas akan diperhitungkan sebagai
sisa kain, sedangkan sisa kain dengan ukuran di bawah itu dianggap sebagai sisa kain yang tidak
dapat dimanfaatkan sehingga dikesampingkan.
alexhidayat.blogspot.com

Alex T. Hidayat
Salah satu cara memperhitungkan efisiensi marker sebenarnya terutama kain rajut (knitting) jika
kita melakukan pemarkeran secara manual adalah dengan menimbang selembar kain sepanjang
marker yang dibuat dan memperbandingkannya dengan berat komponen-komponen yang akan
terpakai pada garmen tersebut. Selisih berat ini lah yang dikonversikan sebagai in-efisiensi
pemakaian kain.
(8) Arah peletakkan bagian garmen
Harus diperhatikan apakah bagian garmennya diletakkan ke arah panjang atau ke arah lebar kain
sesuai aturan pemotongan (cutting).
Penempatan ini harus dilakukan dengan benar sesuai dengan arah kain pada garmen yang
seharusnya dan mengingat akan keterbatasan lebar kain yang ada.
Hati-hati dengan kemungkinan terjadinya efek seperti adanya gradasi warna (shading) untuk jenis
kain-kain tertentu jika dilakukan pemarkeran dengan arah penempatan pola yang bolak-balik
antara Utara ke Selatan dan Selatan ke Utara.
(9) Total kebutuhan bahan (kain)
Pada proses spreading (penggelaran) ada bagian-bagian kain di kedua sisi potongan yang tidak
terpakai pada tiap sisinya yang biasanya sepanjang 2 inci dari panjang marker. Namun allowance
kain ini harus tetap diperhitungkan pada pemesanan kain secara keseluruhan.
Total kebutuhan kain diperhitungkan dari jumlah lembaran kain yang digelar sesuai ratio pada
marker dan jumlah produk yang akan dibuat dikalikan dengan berat kain satu amparan.

13. Costing / Perhitungan Harga


Perhitungan biaya/ongkos berikut keuntungan yang dilakukan untuk mendapatkan harga jual sebuah
produk.
Pos-pos perhitungannya antara lain adalah :
(1) Biaya Bahan Baku (Main Material Cost)
Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku (kain) untuk pembuatan sebuah garmen
berikut allowance-nya.
(2) Biaya Bahan Bantu (Additional Material / Accessories Cost)
Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan bantu / aksesories yang dipakai pada sebuah
garmen dari awal proses hingga paking berikut allowance-nya. Seperti: benang, kancing, zipper,
label-label, hang tag, boks berikut perlengkapannya.
(3) Biaya Bahan Aplikasi (Applications / Appliques Cost)
Biaya yang dikeluarkan untuk melengkapi sebuah garmen berikut allowance-nya seperti:
embroidery, printing maupun jenis aplikasi lain.
(4) Upah Buruh Langsung (Direct Labour Cost)
Biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah pekerja yang langsung berhubungan dengan
produksi produk bersangkutan.
(5) Biaya Sample (Samples Cost)
Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan sample-sample yang diminta pembeli dengan cumacuma.
(6) Biaya Overhead (Overhead Cost)
Biaya tidak langsung yang dikeluarkan rutin oleh perusahaan seperti : biaya bahan penolong, biaya
listrik, air dan BBM, besaran depresiasi, biaya perawatan, perlengkapan dan perbaikan serta upah
tidak langsung.

alexhidayat.blogspot.com

10

Alex T. Hidayat
(7) Biaya Komersial (Commercial Cost)
Biaya yang harus dikeluarkan dalam mendapatkan, menyelesaikan dan mengirimkan produk
seperti: biaya administrasi, pengiriman dan dokumentasi, biaya marketing, biaya entertaining,
agency fee, pajak-pajak, bunga bank.
(8) Keuntungan (Profit Margin)
Besaran keuntungan yang ingin diperoleh perusahaan dari penyelesaian order produksi.

14. Purchase Order / Order Pemesanan


Dikenal juga dengan nama Order Confirmation, Order Placement. Merupakan lembaran atau form yang
merupakan bukti pemesanan produk.
PO berisi data mengenai :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

Nomor dan tanggal penerbitan Purchase Order


Nama pembeli / pemesan dan penjual
Nomor artikel/style atau nama model produk
Jenis, warna, sizing produk dan kuantiti
Rincian harga pembelian
Waktu pengiriman
Waktu dan metoda pengiriman
Waktu dan metoda pembayaran
Beberapa ketentuan lain yang saling mengikat.

Berikut 2 contoh Purchase Order sebagai referensi

alexhidayat.blogspot.com

11

Alex T. Hidayat

15. Filling / Pemberkasan


Filling atau files merupakan kumpulan data yang lengkap berkenaan dengan pengerjaan satu order
produksi dalam bentuk satu rangkuman. Kelengkapan dan keteraturan sebuah files produksi sangat
berpengaruh dalam upaya mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan demi pencapaian
efektivitas dan efisiensi kerja produksi yang tinggi
File ini dibuat dan didistribusikan oleh bagian Merchandising ke bagian Produksi serta bagian Quality
Assurance.
Isi File yang didistribusikan ini antara lain :
(1) Order sheets
(2) Comments sample
(3) Approval bahan baku, accessories dan bahan bantu lainnya
(4) Lab. Test report kain dan accessories (jika ada)
(5) Perubahan - perubahan model, rincian data atau cara pengerjaan produksi
alexhidayat.blogspot.com

12

Alex T. Hidayat
(6) Komunikasi - komunikasi antara supplier dan pemesan yang berhubungan dengan proses
produksi.
16. Pre Production Meeting
Pre Production Meeting (PPM) adalah pertemuan antara Merchandising, Quality Assurance dan
Pelaksana Produksi sebelum sebuah proses produksi dimulai. PPM dilakukan dalam upaya
menyelaraskan dan memutakhirkan data dan kondisi yang berhubungan dengan produk dalam upaya
menghindari dan/atau mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan karena adanya perbedaan data
antar bagian tersebut yang dijadikan sebagai acuan produksi.
Hal-hal yang dibicarakan dalam PPM ini antara lain :
(1) Detail model produk, rincian data dan teknis produksi dari pola, standar produk jadi, bahan baku,
accessories, bahan bantu, pengemasan hingga pengiriman produk, berikut perubahannya jika
ada.
(2) Comments dari sample-sample yang dibuat
(3) Final Size spesification dari produk yang akan dibuat
(4) Rencana waktu pelaksanaan dan penyelesaian produksi.

16. Time Action Calendar (TAC)


Adalah perencanaan dan pengaturan tahapan-tahapan proses produksi berdasarkan sumber dan
kemampuan yang tersedia untuk memastikan bahwa waktu penyelesaian produksi sesuai dengan
tengat waktu (lead time) yang diberikan. Perencanan ini dilakukan dengan memperhatikan waktu dan
hari kerja yang tersedia. Harus diperhatikan tahapan-tahapan proses produksi yang dapat berjalan
berbarengan (inline).
Perhitungan hari penyelesaian order produksi dihitung mundur dari tanggal dimana produk tersebut
harus dikirim atau diselesaikan dengan mempertimbangkan hari libur yang ada dan didasarkan pada
waktu penyelesaian sebuah proses yang biasa diperlukan pemanufaktur bersangkutan, sehingga waktu
penyelesian satu proses bisa berbeda antara satu pemanufaktur dengan pemanufaktur lain.
Urutan pelaksanaan tahapan proses produksi yang dibuat tabel dengan memperhitungkan operasioperasi produksi yang dapat dilakukan secara bersamaan disusun dalam table berikut :

MAIN ACTIVITIES

INLINE ACTIVITIES

(1) Receiving order details


(2) Fitting Samples making

(3) Fabrics Approval (4) Accessories Approval

(5) Fabrics order

(6) Accessories Order

(7) Fabrics arrival

(8) Accessories Arrival

(9) Fabrics Inspection

(10) Fabrics Testing (11) Pre Prod. Samples Making

(12) Cutting
(13) Sewing
(14) Finishing

(15) Preparing Shipment samples

(16) Packing

(17) Preparing Documentations

(18) Delivery
alexhidayat.blogspot.com

13

Alex T. Hidayat
Tabel di atas dibuat dalam blok diagram jaringan operasi produksi seperti berikut :

Pada diagram jaringan operasi produksi dikenal istilah :


(1) Critical Path (Jalur Kritis)
Jalur yang menunjukkan adanya urutan proses produksi yang hanya dapat dilaksanakan jika proses
sebelumnya telah selesai dilakukan.
(2) Critical Time (Waktu Kritis)
Adalah waktu terpanjang dalam melaksanakan proses produksi. Keterlambatan pengerjaan dapat
mengakibatkan keterlambatan waktu penyelesaian secara keseluruhan.

17. Final Report / Laporan Akhir


Merupakan lembaran berbentuk form yang merupakan laporan pertanggungjawaban merchandiser
atas selesainya pengerjaan satu order produksi. Laporan ini dibuat setelah produk selesai di produksi
dan dikirimkan.
Isi dari form ini antara lain :
(1) Nomor style / artikel produk
(2) Size breakdown pesanan
(3) Size breakdowm cutting-an
(4) Size breakdown produk yang dikirimkan kepada pemesan
(5) Sisa produk yang tidak terkirim berikut alasan gagal kirim
(6) Sisa bahan baku dan accessories
(7) Perhitungan biaya produksi
(8) Keuntungan atau kerugian dalam pengerjaan order tersebut.

KESIMPULAN
Merchandising adalah suatu proses atau upaya penanganan order produksi berdasarkan pada
permintaan dan kesepakatan dengan pemesannya.
Orang yang menangangi ke-merchandising-an biasa dikenal sebagai merchandiser atau follow up
disyaratkan untuk memiliki kesabaran, ketelitian, kecermatan dibarengi dengan kemampuan
komunikasi yang baik selain pengetahuan tentang produksi. Supplier bahan produksi. Pengetahuan
akan dokumentasi juga sangat diharapkan dari seorang Merchandiser.
File sebagai kumpulan data yang diperlukan untuk kelancaran proses produksi harus dibuat selengkap
mungkin dalam upaya mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan serta demi pencapaian efisiensi
dan efektifitas yang tinggi dalam pelaksanaan proses produksi.

alexhidayat.blogspot.com

14

Alex T. Hidayat
Disarikan dari beberapa sumber :
- Follow Up., Bahan Pelatihan Peningkatan SDM Teknik Produksi Pakaian Jadi., Kementerian Perindustrian
Indonesia, 2011
- Panduan Produksi dan Merchandising Apparel, Andres Saldias, 2009
- Merchandising, Bahan Pelatihan Teknik Merchandising pada Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2009
- Quality Definition and Concepts. Training for Trainer, 2009
- Merchandising Bahan Workshop Peningkatan Mutu dan Desain Pakaian Jadi yang Berorientasi Ekspor
Kementerian Perindustrian Indonesia, 2008.
- Ekspor Import Tekstil dan Produk Tekstil, Bahan Pelatihan Teknik Merchandising pada Industri Tekstil
dan Produk Tekstil Kementerian Perindustrian Indonesia, 2007.
- Merchandising, Bahan Pelatihan Teknik Merchandising pada Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Kementerian Indonesia, 2007
- Production Management Skill and Technical Knowledge of Industrial Sewing Machine for Quality and
Productivity Improvement, The Association for Overseas Techinical Schollarship (AOTS), 2005
- Apparel Manufacturing Sewn Product Analysis, Ruth E. Glock, 1995
- Production Planning and Inventory Control, John F. Magee, 1980

alexhidayat.blogspot.com

15

Anda mungkin juga menyukai