Hidayat
MODUL MATERI MK MERCHANDISING DAN DISTRIBUSI GARMEN
GARMENT MERCHANDISING
1. Pengertian
Merchandising adalah pekerjaan penanganan order produksi baik pesanan ataupun order sendiri
berikut produk jadinya. Merchandiser merupakan jembatan penghubung antara pemanufaktur dengan
pembelinya (buyer). Pekerjaan merchandising dikerjakan oleh seorang Merchandiser.
Departemen merchandising berkewajiban untuk menghubungkan dan melakukan koordinasi dengan
semua departemen yang ada di sebuah industri fesyen (cutting, produksi, paking, pengendali mutu,
retail shop dsb.) demi tercapainya tujuan akhir pembuatan produk serta menjaga hubungan baik
dengan pembeli.
Atau dengan kata lain merchandiser bertugas untuk mewujudkan sebuah model/style apparel dari
bentuk disain hingga produk sampai ke retail ataupun ke tangan konsumennya.
Sedangkan Follow Up berfungsi sebagai jembatan penghubung antara merchandiser atau marketing
dengan unit produksi. Namun seringkali pengertian Merchandiser dengan Follow Up di-rancu-kan
sama.
Alex T. Hidayat
keuntungan, mahir berkomunikasi, mampu berkoordinasi dan mengambil keputusan dengan
benar serta mampu melakukan negosiasi dengan baik.
(3) Apparel Retail Merchandiser
Merchandiser ini terlibat dengan aktifitas produksi, penjualan produk dan pelayanan konsumen
secara langsung tidak semata-mata berhubungan dengan keuntungan bisnis.
Retail merchandiser menjual produk dalam jumlah yang lebih sedikit dan juga harus menjadi
penghubung atau pemberi informasi antara pemanufaktur dengan konsumen atau wholesalersnya dan sebaliknya.
Juga menentukan tempat, waktu dan fasilitas dalam menjual produk, menjaga stok rasio dan
ketersediaan produk untuk dijual hingga promosi penjualan.
(4) Visual Merchandiser
Konsumen akan melihat dan melakukan penilaian atas produk sebelum memutuskan untuk
membelinya.
Penampilan atau kenampakan produk di etalase merupakan hal pertama yang akan
mempengaruhi ketertarikan konsumen atas produk.
Visual merchandising adalah seni pengaturan penampilan produk dengan baik dan menarik
sehingga menyita perhatian konsumen dan dapat membujuk dan mempengaruhi konsumen untuk
membeli.
Visual merchandiser harus memahami tema produk, konsep produk, memilih model produk yang
akan ditampilkan, melakukan perubahan pajangan dalam waktu tertentu serta window display
secara umum ketika melakukan pengaturan pajangan produk.
Fleksibel dalam waktu kerja mengingat adanya perbedaan waktu antar negara
Dapat bertindak tegas namun lugas
Mengenal supplier - supplier bahan baku dan bahan bantu produksi
Memahami bahan baku dan accessories produksi
Mengenal proses produksi garmen secara umum
Mengetahui jenis dokumentasi ekspor import berikut quota, metoda pengiriman dan metoda
pembayaran.
(9) Berupaya selalu menambah wawasan khususnya mengenai perkembangan industri garmen.
Alex T. Hidayat
(2) Fashion Merchandise
Adalah produk-produk fesyen yang menjadi tren dalam atau selama tahun berjalan. Produkproduk ini memperhatikan disain dengan warna, aksen, aksesories, panjang dan motif tertentu.
Permintaan atas produk ini biasanya cukup tinggi namun mempunyai daur hidup terbatas.
(3) Seasonal Merchandise
Adalah produk-produk yang dibuat sesuai atau untuk musim-musim tertentu.
Misalnya sweater untuk musim gugur dan dingin, jas hujan dikala musim hujan, padded jacket
untuk digunakan musim dingin.
Produk-produk ini mempunyai daur hidup yang sangat terbatas sejalan dengan perubahan musim
(season).
(4) Fad Merchandise
Produk-produk yang diilhami oleh tren yang dikenakan dari para aktor, film tertentu atau peristiwa
tertentu.
Umumnya penjualannya sangat bagus pada waktunya namun daur hidupnya sangat singkat.
6. Buyers
Adalah perusahaan atau perseorangan yang melakukan pembelian produk baik untuk dijual sendiri
maupun sebagai perwakilan atau perantara (middleman).
Secara umum dikenal beberapa katagori dari Buyers yaitu :
(1) Direct Buyers
Pembeli yang melakukan konfirmasi pembelian langsung dari kantor pusatnya langsung ke
pemanufaktur tanpa melalui pihak ketiga/perantara.
Pembeli ini memiliki kewenangan mutlak dalam pengambilan keputusan atas penyelesaian
permasalahan yang terjadi.
Persetujuan/approval dari pembeli diperlukan untuk pengiriman produk setelah dilakukannya
pemeriksaan produk secara langsung ataupun berdasarkan sample saja.
Produk jadi dikapalkan langsung ke gudang pembeli di negara tertentu.
Pembeli model ini biasanya memiliki outlet penjualan sendiri dan membatasi jumlah pemanufaktur
produknya.
Contoh : Oneill, Timbuk2.
(2) Buying House / Buying Office
Adalah perusahan yang menjadi perwakilan langsung dari pembeli di area atau negara tertentu.
Buying office mempunyai kewenangan yang cukup luas namun tidak mutlak dalam menyelesaikan
permasalahan yang terjadi.
Approval pengiriman produk biasanya diberikan setelah dilakukan pemeriksaan di tempat
pemanufaktur.
Produk bisa dikirimkan langsung ke gudang negara asal pembeli atau gudang perwakilan yang ada
di area tertentu.
Penempatan buying office di negara tertentu memungkinkan menambah jumlah pemanufaktur
yang melakukan kontrak kerja dengan buyer.
Perusahaan jenis ini tidak mengambil keuntungan atau komisi atas produk yang dibelinya namun
memperoleh pendanaan dari kantor pusatnya.
Contoh: Nike, GAP, Oxylane, Wal Mart, Target, H&M.
(3) Franchise / Licenses Holder
Pembeli yang melakukan pembelian produk untuk dijual kembali di area tertentu berdasarkan
kontrak dengan perusahaan pemegang merek.
Licenses Holder mempunyai kewenangan tertentu tergantung pada perjanjian dengan principalnya
dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
alexhidayat.blogspot.com
Alex T. Hidayat
Pemanufaktur produk Licences Holder harus didaftarkan kepada principalnya. Approval
pengiriman produk biasanya diberikan setelah dilakukan pemeriksaan di tempat pemanufaktur.
Produk bisa dikirimkan langsung ke gudang pemegang lisensi atau gudang yang ada di area
tertentu.
Licences Holder mempunyai kewenangan yang cukup luas dalam menyelesaikan permasalahan
yang terjadi.
Pembeli model ini biasanya memiliki outlet penjualan sendiri.
Keuntungan pembeli jenis ini diambil dari selisih harga beli dan harga jual produknya dikurangi
ongkos lisensi-nya.
Contoh : MAP, Polyfilatex, Barca.
(4) Buying Agent
Adalah perusahan yang bertindak sebagai pihak ketiga (middleman) yang mencarikan dan
melakukan kontrak kerja dengan pemanufaktur berdasarkan pesanan dari pembeli.
Buying agent mempunyai kewenangan yang sangat terbatas dalam menyelesaikan permasalahan
yang terjadi.
Pemanufaktur produk Buying Agent tidak harus didaftarkan kepada principalnya.
Approval pengiriman produk dapat diberikan langsung oleh agent atau setelah melakukan
konfirmasi dengan pembeli setelah dilakukan pemeriksaan di tempat pemanufaktur.
Produk bisa dikirimkan langsung ke gudang pembeli.
Perusahaan jenis ini mengambil keuntungan dari fee/komisi atas produk yang dibelinya baik dari
principal dan/atau pemanufaktur.
Contoh: Lifung, Hollit, Aeronusa, Triton.
Alex T. Hidayat
hasil akhir dari produk yang akan dibuat.
Sample ini dibuat dengan bahan baku dan bahan bantu yang sebenarnya, dibuat dalam semua size
range dan warna yang dipesan dan dibuat dengan memperhatikan semua catatan-catatan
(comments) yang diberikan pada sample sebelumnya (fitting samples).
Sample yang disetujui (approved) berikut catatan tambahan (bila ada) akan dijadikan acuan proses
produksi.
Biaya pembuatan sample ini dihitung sebagai biaya produksi.
(4) Shipment / Top Samples
Sample ini ditujukan untuk menunjukkan model, warna, ukuran, packaging dan penampilan
produk yang telah diproduksi dan siap dikirimkan kepada pembeli (buyer).
Sample ini diambil dari bulk production dengan size-size tertentu dan dianggap mewakili kondisi
produk secara keseluruhan.
Kadang-kadang sample ini dijadikan pertimbangan untuk diizinkan atau tidak diizinkannya seluruh
lot produk tersebut dikirimkan.
Sample ini biasa diminta secara cuma-cuma, sehingga harus diperhitungkan sebagai bagian dari
ongkos produksi.
Melihat adanya beberapa macam sample yang diminta secara cuma-cuma oleh pembeli, maka sangat
disarankan untuk memastikan jumlah total sample yang harus diberikan kepada pemesan selama
proses penyelesaian order sehingga mudah untuk dilakukan perhitungan biaya tambahan yang akan
diperhitungkan sesuai dengan kuantiti order keseluruhan.
Alex T. Hidayat
dilakukan/diminta sekiranya pengiriman produk jadi dapat dilakukan lebih cepat atau lebih lambat dari
tengat waktu yang disetujui.
alexhidayat.blogspot.com
Alex T. Hidayat
(2) Ladies Polo Shirt. Short set in sleeves, self fabrics collar, 3 buttoned placket and side slits. Contrast
color single layer back yoke 5 inch height, contrast color cut & sewn cuffs and contrast woven tape
binding around inside neckline.
Top stitching 1/16 inch around placket, top
stitching inch at collar, neck line, shoulder,
above cuffs, side slits and armholes line.
Overdeck double stitchings inch at bottom.
Inserted main label at centre back neck and
inserted size label at left side of main label. Care
label placed at inside left side seam when worn.
3) Ladies Woven Board Short. Non elasticated cut & sewn waistband. Contrast trim at top and
decorative crossed string at center front with eyelets. Fake front fly. Inserted side pockets, 2
patch pocket at back with eyelet at bottom corners.
Top stitching 1/16 inch at top and bottom part of
waistband.
Double stitching inch at front fly, bottom and
back pocket hemming.
Patched main label with size at center back
waistband. Care label placed at inside left side
seam when worn.
Alex T. Hidayat
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Alex T. Hidayat
Seringkali merchandiser dituntut saat itu juga (on the spot) untuk menghitung kebutuhan kain
Seringkali merchandiser dituntut saat itu juga (on the spot) untuk menghitung kebutuhan kain
untuk menghitung harga jual produk tanpa sempat membuat mini marker apalagi marker
sebenarnya. Dalam mengantisipasi kemungkinan perhitungan yang terlalu kecil maka disiasati
dengan melakukan perhitungan kebutuhan kain rata-rata dengan membuat blok marker dari salah
satu size apparel yang akan dibuat. Size yang dipilih adalah size tengah berdasarkan ratio size atau
jumlah produk yang akan dibuat, mana yang memungkinkan untuk itu.
Artinya jika size ratio dari produk itu adalah :
Size
XL
Ratio
Jumlah rationya adalah 1+2+2+1 = 6, tengah dari 6 adalah 6 : 2 = 3, maka dipilih dimana terdapat
pieces ke-3 pada ratio diatas, yaitu pada size M (1+2). Spesifikasi dari size (base size) inilah yang
akan dijadikan dasar perhitungan kebutuhan kainnya.
Jika kuantiti ordernya tidak tersusun atas ratio tertentu tetapi dengan jumlah tertentu semisal :
Size
116
128
140
152
164
Qty
120
185
200
240
125
Total kuantiti ordernya adalah 120 + 185 +200 + 240 + 125 = 870 Pcs.
Setengah kuantitinya adalah 870 : 2 = 435 Pcs
Pieces ke-435 terdapat pada size 140 (120+185+130), maka diambil spesifikasi dari size 140 sebagai
ukuran dasar (base size) dalam melakukan perhitungan kebutuhan kainnya.
(5) Ukuran dari bagian-bagian garmen
Ukuran diambil dari size spesification yang ada termasuk lipatan- lipatan (hemming) dan seam
allowance/ kampuh. Seringkali ukuran yang disajikan adalah setengah dari ukuran potongan
sebenarnya sehingga ukuran sebenarnya adalah dua kali angka yang disajikan.
(6) Seam allowance / kampuh
Besaran seam allowance tergantung pada jenis mesin dan jahitan yang akan dibuat.
Penjahitan penggabungan dengan jarum atau satu jahitan hanya memerlukan kampuh sekitar 4-5
mm saja, untuk overlock 3 dan 4 benang memerlukan kampuh sekitar 6 - 8 mm, overlock 5 dan 6
benang memerlukan kampuh sekitar 7 8 mm sedangkan pemakaian mesin make-up (may-cup)
akan memerlukan perhitungan kampuh sampai 2 2,5 cm.
Angka angka tersebut ditambahkan pada keempat sisi bagian komponen yang ditentukan
ukurannya tadi. Hanya untuk memudahkan, kecuali penjahitan dengan may-cup, biasa dianggap
memerlukan kampuh 1 centimeter.
(7) Efisiensi pemanfaatan luas kain
Efisiensi pemanfaatan luas kain dalam penataletakkan bagian-bagian dari garmen, hal ini berkaitan
dengan jumlah kain yang diperlukan untuk produksi dan berhubungan dengan nilai ekonomisnya.
Sisa kain yang tidak ter-marker namun masih bisa dipakai untuk bagian-bagian tertentu harus
diperhitungkan.
Jika pemarkeran dilakukan dengan proses mini marker, maka nilai efisiensi tersebut akan
ditampilkan secara otomatis, namun jika pemarkeran yang kita buat adalah model blok marker,
maka sisa-sisa kain yang memiliki lebar dan/atau panjang 5 cm keatas akan diperhitungkan sebagai
sisa kain, sedangkan sisa kain dengan ukuran di bawah itu dianggap sebagai sisa kain yang tidak
dapat dimanfaatkan sehingga dikesampingkan.
alexhidayat.blogspot.com
Alex T. Hidayat
Salah satu cara memperhitungkan efisiensi marker sebenarnya terutama kain rajut (knitting) jika
kita melakukan pemarkeran secara manual adalah dengan menimbang selembar kain sepanjang
marker yang dibuat dan memperbandingkannya dengan berat komponen-komponen yang akan
terpakai pada garmen tersebut. Selisih berat ini lah yang dikonversikan sebagai in-efisiensi
pemakaian kain.
(8) Arah peletakkan bagian garmen
Harus diperhatikan apakah bagian garmennya diletakkan ke arah panjang atau ke arah lebar kain
sesuai aturan pemotongan (cutting).
Penempatan ini harus dilakukan dengan benar sesuai dengan arah kain pada garmen yang
seharusnya dan mengingat akan keterbatasan lebar kain yang ada.
Hati-hati dengan kemungkinan terjadinya efek seperti adanya gradasi warna (shading) untuk jenis
kain-kain tertentu jika dilakukan pemarkeran dengan arah penempatan pola yang bolak-balik
antara Utara ke Selatan dan Selatan ke Utara.
(9) Total kebutuhan bahan (kain)
Pada proses spreading (penggelaran) ada bagian-bagian kain di kedua sisi potongan yang tidak
terpakai pada tiap sisinya yang biasanya sepanjang 2 inci dari panjang marker. Namun allowance
kain ini harus tetap diperhitungkan pada pemesanan kain secara keseluruhan.
Total kebutuhan kain diperhitungkan dari jumlah lembaran kain yang digelar sesuai ratio pada
marker dan jumlah produk yang akan dibuat dikalikan dengan berat kain satu amparan.
alexhidayat.blogspot.com
10
Alex T. Hidayat
(7) Biaya Komersial (Commercial Cost)
Biaya yang harus dikeluarkan dalam mendapatkan, menyelesaikan dan mengirimkan produk
seperti: biaya administrasi, pengiriman dan dokumentasi, biaya marketing, biaya entertaining,
agency fee, pajak-pajak, bunga bank.
(8) Keuntungan (Profit Margin)
Besaran keuntungan yang ingin diperoleh perusahaan dari penyelesaian order produksi.
alexhidayat.blogspot.com
11
Alex T. Hidayat
12
Alex T. Hidayat
(6) Komunikasi - komunikasi antara supplier dan pemesan yang berhubungan dengan proses
produksi.
16. Pre Production Meeting
Pre Production Meeting (PPM) adalah pertemuan antara Merchandising, Quality Assurance dan
Pelaksana Produksi sebelum sebuah proses produksi dimulai. PPM dilakukan dalam upaya
menyelaraskan dan memutakhirkan data dan kondisi yang berhubungan dengan produk dalam upaya
menghindari dan/atau mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan karena adanya perbedaan data
antar bagian tersebut yang dijadikan sebagai acuan produksi.
Hal-hal yang dibicarakan dalam PPM ini antara lain :
(1) Detail model produk, rincian data dan teknis produksi dari pola, standar produk jadi, bahan baku,
accessories, bahan bantu, pengemasan hingga pengiriman produk, berikut perubahannya jika
ada.
(2) Comments dari sample-sample yang dibuat
(3) Final Size spesification dari produk yang akan dibuat
(4) Rencana waktu pelaksanaan dan penyelesaian produksi.
MAIN ACTIVITIES
INLINE ACTIVITIES
(12) Cutting
(13) Sewing
(14) Finishing
(16) Packing
(18) Delivery
alexhidayat.blogspot.com
13
Alex T. Hidayat
Tabel di atas dibuat dalam blok diagram jaringan operasi produksi seperti berikut :
KESIMPULAN
Merchandising adalah suatu proses atau upaya penanganan order produksi berdasarkan pada
permintaan dan kesepakatan dengan pemesannya.
Orang yang menangangi ke-merchandising-an biasa dikenal sebagai merchandiser atau follow up
disyaratkan untuk memiliki kesabaran, ketelitian, kecermatan dibarengi dengan kemampuan
komunikasi yang baik selain pengetahuan tentang produksi. Supplier bahan produksi. Pengetahuan
akan dokumentasi juga sangat diharapkan dari seorang Merchandiser.
File sebagai kumpulan data yang diperlukan untuk kelancaran proses produksi harus dibuat selengkap
mungkin dalam upaya mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan serta demi pencapaian efisiensi
dan efektifitas yang tinggi dalam pelaksanaan proses produksi.
alexhidayat.blogspot.com
14
Alex T. Hidayat
Disarikan dari beberapa sumber :
- Follow Up., Bahan Pelatihan Peningkatan SDM Teknik Produksi Pakaian Jadi., Kementerian Perindustrian
Indonesia, 2011
- Panduan Produksi dan Merchandising Apparel, Andres Saldias, 2009
- Merchandising, Bahan Pelatihan Teknik Merchandising pada Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2009
- Quality Definition and Concepts. Training for Trainer, 2009
- Merchandising Bahan Workshop Peningkatan Mutu dan Desain Pakaian Jadi yang Berorientasi Ekspor
Kementerian Perindustrian Indonesia, 2008.
- Ekspor Import Tekstil dan Produk Tekstil, Bahan Pelatihan Teknik Merchandising pada Industri Tekstil
dan Produk Tekstil Kementerian Perindustrian Indonesia, 2007.
- Merchandising, Bahan Pelatihan Teknik Merchandising pada Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Kementerian Indonesia, 2007
- Production Management Skill and Technical Knowledge of Industrial Sewing Machine for Quality and
Productivity Improvement, The Association for Overseas Techinical Schollarship (AOTS), 2005
- Apparel Manufacturing Sewn Product Analysis, Ruth E. Glock, 1995
- Production Planning and Inventory Control, John F. Magee, 1980
alexhidayat.blogspot.com
15