Anda di halaman 1dari 9

Nurani Rohmah

121211433030
Sejarah Perkotaan (A)

Ponorogo dalam Sosial, Budaya, dan Pariwisata


1. Profil Kota Ponorogo
Ponorogo merupakan sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur.
Indonesia. Kabupaten Ponorogo juga sering disebut dengan kota Ponorogo. Kabupaten
Ponorogo berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496 Masehi. Tanggal inilah yang kemudian di
tetapkan sebagai hari jadi kota Ponorogo. Penetapan tanggal ini merupakan kajian mendalam
atas dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala di daerah Ponorogo dan sekitarnya, juga
mengacu pada buku Hand book of Oriental History, sehingga dapat ditemukan hari wisuda
Bathoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo. Bathoro Katong adalah pendiri
Kadipaten Ponorogo yang selanjutnya berkembang menjadi Kabupaten Ponorogo.
Kabupaten Ponorogo terletak pada 1117 hingga 11152 Bujur Timur dan 7 49
hingga 8 20 Lintang Selatan. Sebelah utara Kabupaten Ponorogo berbatasan dengan
Kabupaten Magetan, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Nganjuk. Sebelah Barat berbatasan
dengan Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah), sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Pacitan dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tulung Agung dan Trenggalek.
Kondisi topografi Kabupaten Ponorogo terdiri dari dataran rendah dan pegunungan. Secara
topografis dan klimatologis, Kabupaten Ponorogo merupakan dataran rendah dengan iklim
tropis yang mengalami musim kemarau dan musim penghujan.
Luas wilayah Kabupaten Ponorogo mencapai 1.371.78 km . Luas wilayah Kabupaten
Ponorogo tersebut habis terbagi menjadi 21 Kecamatan yang terdiri dari 307 desa/kelurahan.
21 Kecamatan yang ada di Ponorogo yaitu Kecamatan Ponorogo, Jetis, Kauman, Mlarak,
Siman, Babadan, Pudak, Badegan, Bungkal, Slahung, Sooko, Sawoo, Sambit, Balong,
Jambon, Jenangan, Ngebel, Sukorejo, Sampung, Pulung, dan Ngrayun. Setiap Kecamatan
tersebut memiliki luas wilayah yang berbeda. Di antara 21 kecamatan yang ada, Kecamatan
Ponorogo merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya. Data jumlah penduduk
yang dihasilkan dari proyeksi BPS pada tahun 2012 yaitu sebesar 857.623 jiwa. Komposisi
penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Ponorogo hampir seimbang.

Pemerintahan di Kabupaten Ponorogo dipimpin oleh seorang bupati. Dari berdirinya


Ponorogo pada tahun 1944 sampai sekarang ini, Ponorogo sudah dipimpin oleh 16 bupati.
Kota Ponorogo sebagai ibukota Kabupaten Ponorogo yang terletak di bagian Barat Daya
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur ini mempunyai keuntungan lokasi yang strategis, yaitu
terletak di sebagai pusat kegiatan regional Madiun - Pacitan Trenggalek - Wonogiri (Jawa
Tengah) dan Magetan. Dengan demikian kota Ponorogo mempunyai peranan yang sangat
penting baik sebagai pusat koleksi maupun sebagai pusat distribusi bagi wilayah disekitarnya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kecenderungan perkembangan kota Ponorogo
berlangsung dengan ekspansive (horisontal) dengan pola campuran antara pola pertumbuhan
rural (tumbuhnya kampung-kampung yang yang bersifat enclave) dan pola pertumbuhan
urban yang dicirikan dengan perkembangan permukiman antara pola linier dan menyebar.
Menurut paradigma evolusionis dalam memandang perkembangan kota yang dikemukakan
oleh E.E. Bergel , kota Ponorogo masuk dalam istilah Town. 1 Beberapa karakteristik pokok
town antara lain :
1) Mendominasi desa atau pedesaan sekitar
Kota Ponorogo yang merupakan ibukota Kabupaten Ponorogo mendominasi desadesa-desa yang ada disekitarnya. Hal ini sudah jelas terlihat bahwa banyak dari kegiatankegiatan masyarakat Ponorogo berpusat pada kota Ponorogo. Salah satu titik pusat dari
kegiatan-kegiatan masyarakat Kabupaten Ponorogo adalah aloon-aloon. Setiap ada kegiatan
besar, seperti Grebeg Suro dan Festival Reog Nasional, masyarakat dari seluruh desa yang
tersebar di Kabupaten Ponorogo berbondong-bondong datang ke aloon-aloon. Selain itu juga,
ketika ada tahun baru masyarakat juga lebih banyak merayakannya di aloon-aloon. Berikut
adalah foto kirab pusaka dan acara grebeg suro yang diadakan di aloon-aloon Ponorogo.

1 Town, diterjemahkan sebagai kota kecil, dan didefinisikan sebagai suatu


pemukiman perkotaan yang mendominasi lingkungan pedesaan dalam berbagai
segi.

Selain itu, tersedianya pasar, pusat-pusat pertokoan dan juga rumah sakit yang besar
juga hanya ada di kota Ponorogo. Jadi, warga dari desa-desa sekitar yang ingin berbelanja
atau berobat biasanya harus pergi ke kota Ponorogo terlebih dahulu. Desa-desa sekitar juga
memiliki pasar maupun tempat berobat, namun tidak sebesar yang ada di kota Ponorogo.
2) Memiliki derajat homogenitas yang hampir menyerupai desa sekitar
Masyarakat di kota Ponorogo pada umumnya mempunyai sifat dan watak yang sama
dengan masyarakat di desa sekitar. Hal ini terjadi karena memang masyarakat yang tinggal di
kota dan desa masih banyak yang memiliki garis keturunan. Kota Ponorogo pada umumnya
belum banyak diisi oleh masyarakat-masyarkat pendatang dri daerah lain. Jadi, kota
Ponorogo masih didominasi oleh masyarakat asli dari Ponorogo itu sendiri.
3) Ketatnya sistem pengawasan sosial
4) Memiliki masalah kurangnya kesempatan-kesempatan yang tersedia dan koservatisme
ekstrem
Meskipun kota Ponorogo merupakan pusat dari Kabupaten Ponorogo, namun masih
banyak fasilitas-fasilitas yang yang kurang tersedia di sana. Contohnya adalah kurangnya
lapangan pekerjaan dan perguruan tinggi negeri. Hal ini di buktikan dari banyaknya
masyarakat di Kabupaten Ponorogo yang merantau ke daerah lain maupun yang menjadi TKI
ke luar negeri. Berikut adalah data yang menunjukkan jumlah TKI/TKW dari Ponorogo yang
pergi keluar negeri :

Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai menjadi syarat mutlak
terselenggaranya proses belajar mengajar yang baik.2 Mungkin kutipan tersebut yang
mendasari banyak mahasiswa di Kabupaten Ponorogo yang pergi merantau ke daerah lain
untuk bisa melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi negeri. Hal tersebut terjadi karena di kota
Ponorogo sendiri belum mempunyai Perguruan Tinggi Negeri. Yang ada di kota Ponorogo
ialah beberapa perguruan tinggi swasta.
Dalam prespektif evolusioner, setiap desa akan berkembang menjadi kota atau bersifat
kekotaan. Setelah menjadi kota, kota pun akan berkembang melalui tahapan-tahapan
tertentu.3 Berdasarakan perkembangan sebuah kota yang dirumuskan Lewis Mumford , kota
Ponorogo menuju arah perkembangan polis. Polis di sini ditandai dengan berkembangnya
industrialisasi melalui pembagian kerja yang lebih sistematis, dan merupakan awal dari
mekanisme. Namun polis masih merupakan kumpulan keluarga. Dengan kata lain polis masih
merupakan ekspresi dari cara hidup yang terdeferensiasikan tetapi masih homogen.4
Ponorogo di katakan menuju arah perkembangan polis karena sekarang ini banyak
berkembang industri-industri kecil. Namun, industri-industri tersebut masih sekedar di
kerjakan oleh masyarakat sekitar. Belum banyak masyarakat dari luar daerah yang membuka
industry di sana.
2. Struktur Kota Ponorogo
Struktur kota Ponorogo adalah terdiri dari 21 kecamatan dan kecamatan Ponorogo
sebagai pusat kabupaten. Pemerintahan di Kabupaten Ponorogo dipimpin oleh seorang
bupati. Selain itu juga Ponorogo juga menjadi pusat-pusat industri seperti pertambangan,
perkebunan, pertanian, pariwisata budaya dan hutan produksi. Berikut beberapa gambar
mengenai struktur kota Ponorogo :

2 BPS Kabupaten Ponorogo,Ponorogo dalam Angka 2013,(BPS Kabupaten


Ponorogo : Ponorogo, 2013), hlm. 77
3 Purnawan Basundoro, Sejarah Pengantar Kota, (Yogyakarta : Ombak,2012),
hlm.21.
4 Ibid, hlm. 22.

3.

Sosial, Budaya dan Pariwisata Kota Ponorogo

Kebudayaan dan adat-istiadat masyarakat Ponorogo dipengaruhi oleh kebudayaan dan


adat-istiadat masyarakat Jawa Tengah. Beberapa budaya masyarakat Ponorogo adalah Larung
Risalah Do'a, Grebeg Suro, dan Kirab pusaka. Masyarakat Ponorogo memiliki adat-istiadat
yang sangat khas yaitu, becekan (suatu kegiatan dengan mendatangi dan memberikan bantuan
berupa bahan makanan; beras, gula, dan sejenisnya kepada keluarga, tetangga atau kenalan
yang memiliki hajat pernikahan atau khitanan) dan sejarah (silaturahim ke tetangga dan sanak
saudara pada saat hari raya Idul Fitri yang biasanya dilakukan dengan mendatangi rumah
orang yang berumur lebih tua).
Mata pencaharian masyarakat di Kota Ponorogo sebagian besar adalah sebagai
pedagang dan pegawai negeri sipil. Sementara di desa-desa yang tersebar di Kabupaten
Ponorogo, mayoritas penduduknya bekerja sebagi petani ataupun tukang kebun. Beberapa
desa masih memiliki lahan persawahan yang masih bias digunakan untuk bertani. Sedangkan
di Kota Ponorogo sendiri sudah jarang ditemukan lahan persawahan.
Mayoritas masyarakat Ponorogo sekarang ini sudah menempuh pendidikan dari tk
sampai perguruan tingg. Di Kabupaten Ponorogo sendiri sudah banyak berdiri pondok
pesantren, sekolah formal dan perguruan tinggi. Berikut ini adalah data pendidikan formal di
kabupaten Ponorogo dari Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Kementerian Pendidikan
Nasional (Kemendiknas) untuk wilayah Kabupaten Ponorogo tahun 2011/2012:

Pendidi TK at
Pergur
SD atau SMP atau SMA atau SM
kan
au
uan
MI
MTs
MA
K
formal
RA
tinggi

Lai
nlai
n

Negeri

13

625

63

20

Swasta

617

88

108

57

25

Total

630

713

171

77 32

Data pendidikan di kabupaten Ponorogo


Sumber:Data Pokok Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional [31]

Ibukota kabupaten Ponorogo terletak 27 km sebelah selatan Kota Madiun, dan berada
di jalur Madiun - Pacitan. Tranportasi yang sekarang banyak digunakan adalah kendaraan
bermotor, baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Ada sebagian kecil menggunakan
sepeda angin (sepeda onthel). Terminal utama Kabupaten Ponorogo adalah Terminal
Seloaji yang terletak di sebelah utara Kabupaten Ponorogo yaitu di kecamatan Babadan.
Kabupaten Ponorogo juga menyimpan potensi budaya dan pariwisata. Sebut saja
Reyog Ponorogo dan Telaga Ngebel. Setiap perayaan Grebeg Suro yang jatuh pada tanggal 1
Muharram, reyog selalu menjadi daya tarik utama. Dalam acara Grebeg Suro juga diadakan
upacara larung risalah doa yang diadakan di Telaga Ngebel. Telaga yang terletak sekitar
24km timur laut kota Ponorogo ini berada pada ketinggian 734 m dpl, berudara sejuk,
sekaligus merupakan sentra penghasil buah-buahan seperti durian, nangka dan manggis. 5
Acara-acara yang diadakan pada Grebeg Suro merupakan sebuah wisata budaya yang cukup
terkenal di ponorogo.
Kesenian yang banyak menambah wisatawan yang datang ke kota Ponorogo adalah
seni Reyog. Seni Reyog merupakan rangkaian tarian yang terdiri dari tarian pembukaan dan
tarian inti. Tarian pembukaan biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian
serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan
oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian
oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung
kondisi di mana seni reyog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang
ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita
pendekar. Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk
kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Namun adegan dalam
seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi
antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan
penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain
bila pemain tersebut kelelahan.
Selain Reog terdapat juga kesenian lain, yaitu Gajah-gajahan. Jenis kesenian ini mirip
dengan hadroh atau samproh klasik, terutama alat-alat musiknya. Perbedaannya adalah
terdapatnya sebuah patung gajah. Perbedaan lainnya adalah kesenian ini tidak memiliki
pakem yang tetap mulai alat-alat musik, gerak tari, lagu, dan bentuk musiknya berubah
5 PT Kompas Media Nusantara, Profil Daerah Kabupaten dan Kota jilid 2,
(Jakarta : Penerbit Buku Kompas,2003), hlm.416.

Kabupaten Ponorogo juga memiliki tempat wisata lain selain Telaga Ngebel yaitu
Taman Wisata Ngembag, Air Terjun Plethuk, Gunung Bayangkaki, Air Terjun Klentheng,
Guwo Lowo, Hutan Wisata Kencur, Air Terjun Toyomerto dan wisata budaya religi seperti
makam Bathoro Katong dan makam Gondoloyo.

Telaga Ngebel

Penggalian situs Guwo Lowo Sampung (1929)

Wisata Religi Masjid Tegalsari

Sumber :
Kabupaten Ponorogo, BPS, Ponorogo dalam Angka 2013, BPS Kabupaten Ponorogo :
Ponorogo, 2013.
Basundoro, Purnawan, Sejarah Pengantar Kota, Yogyakarta : Ombak, 2012.
Kompas Media Nusantara, PT, Profil Daerah Kabupaten dan Kota jilid 2, Jakarta :
Penerbit Buku Kompas,2003.

Sumber foto :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Ponorogo
http://www.tribunnews.com/regional/2013/11/05/tiga-pusaka-ponorogo-dijamas-air-7perigi
https://www.google.co.id/search?
q=struktur+kota+ponorogo&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=mRhwULzJs
XTkAWZwYFw&ved=0CCMQsAQ&biw=1366&bih=596#imgdii=_

Anda mungkin juga menyukai