1852 Chapter IV
1852 Chapter IV
4. 1
TINJAUAN UMUM
Analisis data akan membahas mengenai data-data yang ada, meliputi
pengklasifikasian tiap lapisan tanah berdasar pada sifat-sifat fisik tanah (, w, Gs, e, n,
Sr), sifat plastisitas (LL, PL, LI, SL, Ac), sifat butiran tanah (Clay, Lime, Sand), sifat
mekanik (c, , qu, CBR) ,sifat konsolidasi dan permeabilitas (Cc, Cv, k, Ch, nv) serta
penyebaran tiap lapisan tanah berdasar hasil pemboran. Stratifikasi tanah akan
memberikan penjelasan gambaran mengenai penyebaran tanah berdasar pada analisa
terhadap data-data yang ada.
Selain data tanah diperlukan juga data yang akan digunakan untuk memodelkan
pembebanan pada struktur perkerasan jalan dan struktur dinding penahan tanahnya. Data
ini akan menghasilkan estimasi berat struktur secara keseluruhan yang membebani lereng
dan menghasilkan model struktur yang akan dikaji dalam analisa pada kondisi awal dan
kondisi setelah terjadi kelongsoran.
4. 2
bukit Gombel yaitu di Lapangan golf gombel Semarang yang meliputi data boring log
yang dilakukan di lokasi tersebut dan pengolahannya dilakukan oleh pihak laboratorium
PT. Selimut Bumi Adhi Cipta. Penyelidikan tanah yang dilakukan berada kurang lebih
200 meter dari lokasi studi dengan asumsi karakteristik tanahnya menyerupai
karakteristik tanah pada lokasi studi. Analisis data tanah diperlukan untuk evaluasi dan
penentuan alternatif penanganan pada kasus ini.
4. 2. 1 ANALISA DATA SPT
Pemboran untuk tanah asli dilakukan sebanyak 6 (enam) titik dengan kedalaman
titik 10 meter sampai dengan 20 meter dengan menggunakan bor log. Hasil pemboran
untuk tanah asli ditunjukkan pada berikut ini :
Tabel 4.1 Hasil pemboran pada B-30
Kedalaman
Tebal
0,00 m 0,50 m
0,50 m
0,50 m 3,00 m
2,50 m
Material
Deskripsi
Lempung
Coklat kekuningan,
kepasiran
lunak
Lempung
Coklat kekuningan,
kepasiran
teguh
N-SPT
7
7
3,00 m 5,50 m
2,50 m
Lempung
5,50 m 6,00 m
0,50 m
Lempung
Kuning kecoklatan,
teguh sampai kaku
Coklat kehitaman, teguh
sampai kaku
6 - 10
10
Abu-abu keputihan
6,00 m 12,00 m
6,00 m
Batu lempung
10 - 56
lemah
12,00 m 14,00 m
2,00 m
Batu lempung
14,00 m 15,00 m
1,00 m
Batu lempung
15,00 m 18,00 m
3,00 m
Batu lempung
15,00 m 20,00 m
5,00 m
Batu lempung
Abu-abu kehitaman,
lemah
Abu-abu keputihan,
lemah
Abu-abu kehitaman,
lemah
Abu-abu keputihan,
lemah
50 56
56 - 60
> 60
54 - 58
Tebal
Material
0,00 m 0,50 m
0,50 m
0,50 m 6,00 m
5,50 m
6,00 m 10,00 m
4,00 m
Lempung
10,00 m 15,00 m
5,00 m
Batu lempung
Deskripsi
Lempung
Abu-abu kehitaman,
kepasiran
lunak
Lempung
Abu-abu kehitaman,
kepasiran
N-SPT
4
4-9
8-16
28-40
Abu-abu kecoklatan
15,00 m 16,00 m
1,00 m
Batu lempung
41
lemah
16,00 m 20,00 m
4,00 m
Batu lempung
Abu-abu kehitaman,
lemah
42-56
Tebal
0,00 m 2,60 m
2,60 m
Material
Lempung
Deskripsi
Coklat kekuningan,
lunak sampai teguh
N-SPT
6
50
2,60 m 3,10 m
0,50 m
Lempung
3,10 m 10,00 m
6,90 m
Lempung
Abu-abu kecoklatan,
teguh
Abu-abu, kaku sampai
sangat kaku
10
16 - 35
Tebal
Material
0,00 m 0,50 m
0,50 m
Lempung
0,50 m 2,30 m
1,70 m
Lempung
2,30 m 10,00 m
4,00 m
Lempung
Deskripsi
Coklat kekuningan,
lunak
Coklat keabu-abuan,
lunak sampai teguh,
Abu-abu, kaku sampai
sangat kaku
N-SPT
4
8-24
Tebal
Material
0,00 m 1,00 m
1,00 m
1,00 m 3,10 m
2,10 m
Lempung
3,10 m 15,00 m
4,00 m
Breksi
Deskripsi
Lempung
Merah kecoklatan,
kepasiran
N-SPT
13-15
27-60
Tebal
Material
0,00 m 1,00 m
1,00 m
1,00 m 8,60 m
7,60 m
Lempung
8,60 m 11,50 m
3,40 m
Lempung
Deskripsi
Lempung
Merah kecoklatan,
kepasiran
lunak
Coklat keabu-abuan,
lunak sampai teguh,
Abu-abu keclokatan,
sangat kaku
N-SPT
3-6
16-17
4,00 m
Batu lempung
mengandung cangkang
32-33
kerang
51
C1
P1
P2
C2
R1
R2
52
terhadap aliran arus listrik ( m). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
harga tahanan jenis meliputi :
Jenis material : semakin mudah menghantarkan arus listrik, semakin kecil tahanan
jenisnya.
Kandungan air dalam batuan : semakin banyak kandungan air dalam batuan, maka
semakin kecil tahanan jenisnya.
Porositas batuan : semakin besar porositas batuan semakin kecil tahanan jenisnya
karena makin banyak air yang terkandung.
Sifat kimiawi air : ion ion (Na+ dan Cl-)akan mudah menghantarkan arus listrik,
sehingga tahanan jenisnya semakin kecil.
Dari data lapangan yang dihasilkan, diolah dan selanjutnya dilakukan interprestasi
dengan cara menyamakan lengkung (Curve Matching) terhadap kurva baku yang telah
dikeluarkan oleh Schlumberger. Penyamaan lengkung ini dilakukan untuk menentukan
parameter tahanan jenis secara matematis pada suatu model perlapisan batuan.
Berdasarkan nilai tahanan jenis untuk setiap lapisan, dilakukan interprestasi jenis litologi
dan kemungkinan merupakan lapisan pembawa air dengan mempertimbangkan dari datadata geologi.
Demikian pendugaan lapisan tanah atau jenis batuan dengan korelasi terhadap
tahanan jenis (Todd,1980) yang diperlihatkan dalam Gambar 4.2.
Clay
Soft shale
Hard shale
Tilt
Sand
Sandstone
Porous limestone
Dense limestone
10-1
100
101
102
103
104
105
106
53
Pembagian interval nilai tahanan jenis di Gombel Lama dapat dilihat tabel 4.7 :
Tabel 4. 7 Tabel Prediksi Jenis Batuan Pengukuran Geolistrik di Lokasi Penelitian
Titik
GL - 3
GL 4
Nilai
Tahanan Jenis
( m)
90.00
9.00
2.25
1.17
2.24
105
10.50
3.90
1.40
21.60
Batas Pendugaan
Tebal Lapisan
(m)
0.00 1.80
1.80 4.50
4.50 11.80
11.80 13.20
13.20 27.50
0.00 1.45
1.45 3.80
3.80 6.60
6.60 9.50
9.50 27.00
Dari analisa data hasil pengujian boring dan geolistrik, maka dapat diprediksi
profil lapisan tanah di lokasi penelitian.
4. 2. 3 ANALISA DATA TANAH DI LABORATORIUM
Nilai-nilai parameter tanah yang akan digunakan sebagai input pada program
Plaxis V8 tercantum dalam berikut ini :
Tabel 4.8 Nilai-nilai parameter tanah pada B-30
Jenis Pengujian
Satuan
Parameter
0-2,0 m
2,0-4,0 m
36.16
2.633
16.860
37.32
2.605
17.830
38.42
2.611
17.370
33.44
2.643
16.450
12.719
13.467
12.119
12.330
Indeks Properti
- Kadar Air (w)
- Gs
- Berat vol. basah (wet)
KN/m3
46.08
2.682
16.410
KN/m3
11.240
Titik Bor
B - 30
4,0-6,0 m
6,0-7,5 m
7,5-20 m
KN/m2
...
21
19
26
10
20
16
19
26
18.3
30
%
%
90.35
30.44
89.56
31.25
100
31.25
100
30.27
%
%
%
59.80
28.24
31.56
0.435
1.033
59.10
29.06
30.04
0.764
1.156
60.10
30.08
30.02
0.759
1.160
60.20
30.65
29.55
0.737
1.197
54
Uji Permeabilitas
- Permeabilitas (k)
m/hr
KN/m2
1308.89
1628.20
465.26
266.89
516.90
13977.5
0.3
11212.5
0.3
7779.2
0.3
2905.2
0.3
19876.9
0.208
KN/m
Satuan
0-2,0 m
2,0-4,0 m
Titik Bor
B - 33
4,0-6,0 m
37.57
2.606
36.07
2.687
34.37
2.640
49.04
2.603
34.50
2.625
KN/m3
16.260
17.170
18.180
16.360
16.420
12.044
12.625
13.567
10.980
12.210
KN/m2
...
20
19
16
19
21
16
19
21
18.2
30
%
%
89.74
28.47
90.42
28.47
91.35
28.56
100
28.79
%
%
%
62.00
30.00
32.00
0.763
1.014
60.02
28.10
32.10
0.746
1.050
61.80
28.60
33.20
0.826
1.200
60.90
30.55
30.35
0.391
1.168
2.52 E-4
2.52 E-4
2.52 E-4
4.72 E-6
745.66
7942.7
0.3
287.72
4856.5
0.3
KN/m
6,0-7,5 m
7,5-20 m
m/hr
428.71
9155.7
0.3
3.6 E-5
471.68
22140.0
0.105
Satuan
%
KN/m3
KN/m3
Titik Bor
B - 40
1,0-1,5 m
5,5-6,0 m
39.05
2.584
15.91
11.44
35.29
2.651
16.38
12.11
Titik Bor
B - 41
1,0-1,5 m
5,5-6,0 m
38.12
2.586
15.83
11.46
34.31
2.637
16.48
12.27
55
32.6
11.19
30.7
13.37
32.8
11.61
100
26.35
90.25
26.15
100
24.85
49.28
22.78
26.51
0.528
1.006
51.26
20.37
30.89
0.425
1.181
48.6
22.9
25.71
0.556
1.035
1.45E-06
1.24E-05
3.19E-07
61.6
15400
0.3
65.5
24562.5
0.3
68.4
25650
0.3
Satuan
Titik Bor
B - 42
1,0-1,5 m
5,5-6,0 m
%
KN/m3
KN/m3
Titik Bor
B - 43
1,0-1,5 m
5,5-6,0 m
37.06
2.589
16.18
11.81
31.25
0.733
17.24
13.13
37.70
2.587
15.83
11.49
36.40
2.584
15.89
11.65
31.1
14.47
5.4
35.23
31.8
12.64
32.1
12.37
87.30
28.26
18.28
0
85.26
28.26
100
23.2
49.24
21.60
27.64
0.44
0.978
52.62
21.39
31.24
0.48
1.105
50.64
22.32
28.32
0.50
1.221
60.9
61.5
65.4
15225
0.3
0.3
15.375
0.3
24525
0.3
KN/m2
2
KN/m
56
Rangkuman
Analisa Saringan
Menurut aturan sistem klasifikasi tanah Unified Soil Classification System
(USCS) bahwa tanah digolongkan berbutir halus apabila lebih dari 50% dari berat sample
lolos ayakan no. 200, dan sebaliknya jika lebih dari 50% tertahan saringan no. 200 maka
digolongkan tanah berbutir kasar. Hasil analisa saringan pada sampel tanah B-30, B-33,
B-40, B-41 dan B-43 menunjukkan bahwa lebih dari 50% tanah di setiap kedalaman lolos
ayakan no. 200. Sedangkan pada B-42 pada kedalaman 3,1 meter lebih menunjukkan
bahwa kurang dari 50% dari berat sampel lolos ayakan no 200. Maka sampel tanah B-30,
B-33, B-40, B-41, B-43 dan B-42 untuk kedalaman 0 3,1 meter dapat didefinisikan
sebagai tanah berbutir halus.
Indeks Plastisitas Tanah ( IP )
Sedangkan pemeriksaan Atterberg Limit bertujuan untuk mendapatkan nilai batas
cair (Liquid Limit), batas plastis (Plastic Limit) dan indeks plastisitas (Plasticity Index)
yang berguna untuk mengetahui klasifikasi jenis tanah. Dari data-data nilai batas cair
(Liquid Limit) dan indeks plastisitas (Plasticity Index) yang terdapat pada Gambar 4.3
tersebut tiap-tiap kedalaman kemudian diplotkan pada bagan plastisitas sistem USCS
(grafik Casagrande).
CH
CL
MH & OH
CL-ML
ML & OL
Gambar 4. 3 Ploting data plasticity index (PI) dan liquid limit (LL) untuk
pengklasifikasian tanah sistem USCS
57
Dari hasil ploting data plasticity index (PI) serta liquid limit (LL) pada bagan
plastisitas maka diperoleh garis besar klasifikasi sample tanah pada masing-masing titik
pemboran secara umum adalah termasuk pada kelompok jenis tanah CL dan CH, yaitu
lempung non-organik dengan plastisitas sedang sampai tinggi.
Indeks Kekentalan ( Ic )
Indeks kekentalan menyatakan perbandingan antara selisih batas cair dan kadar
air tanah asli terhadap indeks plastisitas. Dari nilai Ic didapat kan maka dapat diketahui
konsistensi tanah sebagai berikut:
Tabel 4.12 Nilai Konsistensi Tanah pada Titik Bor
Titik Bor
Nilai Ic
Konsistensi Tanah
B-30
0.435 0.764
Lunak
B-33
0.397 0.826
Lunak - Kaku
B-40
0.487 0.525
B-41
0.425 0.556
B-42
0.440
Sangat Lunak
B-43
0.480 0.500
Sangat Lunak
Activity (Ac)
Konsep
tingkat
keaktifan
dikembangkan
oleh
Skempton
(1953)
yang
menunjukkan bahwa suatu jenis lempung tertentu, nilai PI bergantung pada partikel yang
lebih halus dari 0,002 mm (c) dan angka
PI
adalah konstan. Berikut ini adalah tingkat
c
Nilai Ac
Keaktifan Tanah
B-30
1.033 1.197
Normal
B-33
1.014 1.200
Normal
B-40
1.006 - 1.028
Normal
B-41
1.035 1.181
Normal
B-42
0.978
Tidak Aktif
B-43
1.105 1.221
Normal
58
Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), 1991, harga N dapat dikorelasikan
kembali untuk mendapatkan nilai-nilai parameter tanah seperti yang ditunjukkan dalam
Tabel 4. 14.
Tabel 4. 14 Korelasi uji penetrasi standar (N-SPT)
N
Berat isi ,
KN/m3
Sudut geser
Keadaan
N
Berat isi ,
KN/m3
qu , KPa
Konsistensi
0 10
12 16
25 32
Lepas
31 50
16 20
> 50
18 23
28 36
30 40
> 35
Sedang
Padat
Sangat padat
Tanah Kohesif
46
6 15
16 25
> 25
16 18
16 18
16 18
> 20
<4
14 18
< 25
Sangat lunak
20 50
Lunak
30 60
Sedang
40 200
Kenyal (Stiff)
> 100
Keras
Sumber : Bowles, Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah ), 1991.
10-2
10-5
10-9
Campuran kerikil
Campuran pasir
Kerikil bersih
bersih dan pasir
berlanau
GW, GP
GW, GP, SW,
SM, SL, SC
SP, GM
Sumber : Bowles, Analisis dan Desain Pondasi Jilid 1, 1997 hal 49.
10-11
Lempung
Angka Poisson
Lempung jenuh
0,4-0,5
0,1-0,3
Lempung berpasir
0,2-0,3
Lanau
0,3-0,35
Pasir padat
0,1-1,00
Batuan
0,1-0,4
Tanah Lus
0,1-0,3
Es
0,36
Beton
0,15
Sumber : Bowles dalam Analisis dan Desain Pondasi Jilid 1, 1997 hal 95.
59
Kohesi
Jenis Tanah
Kohesi
Pasir Berlempung
0,766 0,155
Lumpur
0,673 0,063
Kerikil Berpasir
Lumpur Berlempung
0,647 0,167
Kerikil Berlempung
Lempung
0,386 0,105
0,401 1,042
Lempung Organik
0,232 0,063
Lumpur Elastis
0,738 0,301
Pasir Berlumpur
0,520 0,063
Lempung Jenuh
1,048 0,345
0,513 0,218
Tanah Organik
Parameter tanah untuk tiap lapisan tanah sudah diketahui melalui pemeriksaan di
laboratorium terhadap sampel boring tanah. Pengujian ini mendapatkan parameter tanah
sampai kedalaman 20,00 meter saja. Maka parameter tiap lapisan tanah yang digunakan
untuk input program Plaxis V 8 adalah sebagai berikut :
KN/m3
KN/m3
Permeabilitas (k)
: 2,52 E-04
m/hari
: 13977,5
KN/m2
Kohesi (c)
: 19, 5
KN/m2
: 18,25
Angka Poisson ()
: 0,30
Lapisan 2 (Lempung)
KN/m3
KN/m3
Permeabilitas (k)
: 2,52 E-04
m/hari
: 11212,5
KN/m2
Kohesi (c)
: 19,5
KN/m2
: 18,5
Angka Poisson ()
: 0,30
60
KN/m3
KN/m3
Permeabilitas (k)
: 3,6 E-5
m/hari
: 22140,0
KN/m2
Kohesi (c)
: 18,25
KN/m2
: 30
Angka Poisson ()
: 0,157
Lapisan 2
Lempung
Lapisan 3
Batu Lempung
B - 33
3,00 m
6,00 m
3,00 m
4,00 m
14,00 m
10,00 m
62
63
64
65
66
B.
Stratigrafi
Lapisan tanah di daerah Gombel, Semarang Utara termasuk jenis batuan sedimen,
pada Gambar 4.12 dari sumber Peta Geologi Tata Lingkungan Indonesia, Jawa pada
lembar Magelang Semarang yang disusun oleh M. Wahid Tahun 1993 dengan skala 1 :
100.000. Peta diperoleh dari Direktorat Geologi Tata Lingkungan.
67
A. Standar Amerika
Beban lalu lintas = 0,5 x timb = 0,5 x 17,005 = 8,5025 KN/m2
B. Standar Inggris
Beban lalu lintas = 0,6 x timb = 0,6 x 17,005 = 10,203 KN/m2
4.4.
ANALISA REMBESAN
Dari data pemboran tanah, dapat diketahui bahwa bidang longsor merupakan
perpotongan antara lapisan lempung kepasiran dan batu lempung pada sekitar kedalaman
15 meter pada lokasi yang dianalisa. Resapan air dari lapisan tanah di atasnya akan
terhenti pada bagian atas Batu Lempung yang merupakan lapisan jenuh air. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya bidang gelincir pada lereng. Hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya mata air di dekat lereng yang akan dianalisa yang digunakan oleh
penduduk. Pada program Plaxis V.8 muka air tanah dikondisikan pada kedalaman 10
68
meter yaitu pada lapisan Lempung mengikuti kontur tanah. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar potongan melintang berikut ini.
Gambar 4.14 Letak Muka Air Tanah untuk input Program Plaxis V.8
Untuk kondisi tanah pada musim penghujan dimana kondisi tanah pada keadaan jenuh,
maka nilai kohesi (c) dan sudut geser () sebagai variabel kekuatan geser tanah dapat berkurang
atau semakin kecil akibat terendam air serta berat jenis tanah akan meningkat. Untuk itu perlu
dilakukan penanganan untuk menstabilkan lereng pada badan jalan tersebut yang rawan longsor
terutama pada saat musim penghujan.
69
Ka1 =
70
Ka2 =
PL = q . Ka . H . 1
= 10,203 0,523 10 1
= 53,362 KN
Sehingga rumus umum kestabilan lereng pada kondisi tanah kering adalah :
Fk =
(tan . Ni + c.Li)Ri
tan . Ni + c.Li
r
=
=
d
Ti.Ri + PL.r
Ti + PL ( r/Ri )
Dari data-data yang diperoleh sebelumnya pada Tabel 4.19, maka dapat dihitung nilai
angka keamanan lereng masing-masing busur longsor sebagai berikut :
Fk0 =
= 1,820
Fk1 =
= 1,508
Fk2 =
Fk3 =
= 1,781
Fk4 =
= 1,746
71
Tabel 4.19 Komponen Gaya Normal (N) Dan Tangensial (T) Irisan Busur Percobaan Untuk Kondisi Kering
Pusat Kurva
Gaya Irisan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
JUMLAH
R
17.67
A
10.85
20.92
27.61
33.65
31.61
28.42
0.17
1.86
8.7
9.99
9.53
4.38
107
-25
-10
3
19
35
54
-18
-10
3
16
30
44
Pusat Kurva
Gaya Irisan
1
2
3
4
5
JUMLAH
R
18.87
A
7.44
17.36
23.72
25.94
16.74
78
-5
6
18
32
47
Oo
Lc
33.06
w
134.204
258.759
341.508
416.217
390.984
351.527
2.078
22.737
106.349
122.118
116.495
53.541
O3
Lc
25.84
w
92.025
214.726
293.393
320.852
207.057
r
9.81
N
121.630
254.828
341.040
393.541
320.275
206.622
1.976
22.391
106.203
117.387
100.887
38.514
1637.937
387.359
r
13.27
N
91.675
213.550
279.033
272.098
141.213
997.568
T
-56.717
-44.933
17.873
135.507
224.259
284.391
-0.642
-3.948
5.566
33.660
58.247
37.193
560.381
130.076
T
-8.021
22.445
90.663
170.026
151.432
426.545
R
17.86
A
9.55
20.67
27.61
33.33
31.64
14.67
1.74
4.22
3.54
1.51
R
19.66
A
6.53
15.09
20.1
20.75
9.52
97
-19
-5
8
23
37
55
-2
8
21
33
70
1
11
23
36
49
O1
Lc
30.25
w
118.124
255.667
341.508
412.259
391.355
181.453
21.270
51.585
43.273
18.458
O4
Lc
24.15
w
80.770
186.648
248.617
256.657
117.753
r
10.97
N
111.688
254.694
338.185
379.486
312.550
104.077
21.257
51.083
40.399
15.480
T
-38.457
-22.283
47.529
161.082
235.523
148.638
-0.742
7.179
15.508
10.053
1500.6809
128.219
532.03201
180.635
r
14.42
N
80.757
183.219
228.853
207.640
77.253
777.722
R
18.26
A
8.44
19.97
27.6
31.45
25
5.92
0.04
0.15
87
-11
1
13
27
43
56
6
11
O2
Lc
27.86
w
104.394
247.009
341.384
389.005
309.225
73.224
0.489
1.834
r
12.12
N
102.476
246.971
332.635
346.606
226.153
40.947
0.486
1.800
T
-19.919
4.311
76.795
176.605
210.891
60.706
0.051
0.350
1295.788
2.286
509.388
0.401
T
1.410
35.614
97.142
150.859
88.869
373.894
72
Ka1 =
1 sin 1 sin 8
= 0,756
=
1 + sin 1 + sin 8
Ka2 =
1 sin 1 sin 11
= 0,680
=
1 + sin 1 + sin 11
PL = q . Ka . H . 1
= 10,203 0,756 10 1
= 77,135 KN
Dari data-data yang diperoleh sebelumnya pada Tabel 4.20, maka dapat dihitung nilai
angka keamanan lereng masing-masing busur longsor sebagai berikut:
Fk0 =
Fk1 =
Fk2 =
Fk3 =
= 0,704
Fk4 =
= 0,687
= 0,704
73
Tabel 4.20 Komponen Gaya Normal (N) Dan Tangensial (T) Irisan Busur Percobaan Untuk Kondisi Jenuh
Pusat Kurva
Gaya Irisan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
JUMLAH
R
17.67
A
10.85
20.92
27.61
33.65
31.61
28.42
0.17
1.86
8.7
9.99
9.53
4.38
107
-25
-10
3
19
35
54
-18
-10
3
16
30
44
Pusat Kurva
Gaya Irisan
1
2
3
4
5
JUMLAH
R
18.87
A
7.44
17.36
23.72
25.94
16.74
78
-5
6
18
32
47
Oo
Lc
33.06
w
184.504
355.745
469.508
572.218
537.528
483.282
2.906
31.797
148.727
170.779
162.915
74.876
O3
Lc
25.84
w
126.517
295.207
403.359
441.110
284.664
r
9.81
N
167.218
350.340
468.865
541.043
440.317
284.066
2.764
31.314
148.523
164.163
141.089
53.861
2251.849
541.714
r
13.27
N
126.036
293.590
383.617
374.082
194.140
1371.465
T
-77.975
-61.774
24.572
186.296
308.313
390.983
-0.898
-5.521
7.784
47.073
81.458
52.013
770.416
181.908
T
-11.027
30.858
124.645
233.753
208.190
586.418
R
17.86
A
9.55
20.67
27.61
33.33
31.64
14.67
1.74
4.22
3.54
1.51
R
19.66
A
6.53
15.09
20.1
20.75
9.52
97
-19
-5
8
23
37
55
-2
8
21
33
70
1
11
23
36
49
O1
Lc
30.25
w
162.398
351.493
469.508
566.777
538.038
249.463
29.745
72.141
60.516
25.813
O4
Lc
24.15
w
111.043
256.605
341.801
352.854
161.888
r
10.97
N
153.550
350.156
464.939
521.721
429.696
143.086
29.727
71.439
56.497
21.649
T
-52.872
-30.635
65.343
221.457
323.799
204.348
-1.038
10.040
21.687
14.059
2063.148
179.312
731.442
249.097
r
14.42
N
111.026
251.891
314.629
285.465
106.208
1069.218
T
1.938
48.963
133.552
207.402
122.178
514.033
R
18.26
A
8.44
19.97
27.6
31.45
25
5.92
0.04
0.15
87
-11
1
13
27
43
56
6
11
O2
Lc
27.86
w
143.522
339.590
469.338
534.807
425.125
100.670
0.684
2.564
r
12.12
N
140.885
339.538
457.309
476.517
310.917
56.294
0.680
2.517
T
-27.385
5.927
105.578
242.797
289.935
83.459
0.071
0.489
1781.460
3.197
700.310
0.561
74
Analisa kestabilan lereng badan Jalan Gombel Lama dilakukan terhadap dua
kondisi lapisan tanah suatu lereng, dimana kondisi tanah diperlakukan dalam keadaan
kering dan basah yang dianggap mendekati keadaan lereng sebenarnya pada musim
kemarau dan musim penghujan.
Fk
Fk
Busur
(m)
Kering
Basah
O0
17,67
1,820
0,756
O1
17,86
1,508
0,610
O2
18,26
1,775
0,704
O3
18,87
1,781
0,704
O4
19,66
1,746
0,687
Dari hasil perhitungan dengan metode Fellinius dapat diketahui nilai Safety
Factor terkecil dan letak bidang longsor yang dapat terjadi seperti pada Gambar 4.17.
Nilai SF akibat gravity loading pada kondisi tanah kering adalah 1,508. Angka ini lebih
besar dibandingkan dengan SF minimal untuk keruntuhan yaitu sebesar 1,5 sehingga
dapat disimpulkan bahwa lereng tetap aman apabila beban akibat berat sendiri bekerja
maksimal baik pada kondisi tanah basah, sedangkan SF akibat gravity loading pada
kondisi tanah jenuh adalah 0,610. Angka ini lebih kecil dibandingkan dengan SF minimal
untuk keruntuhan yaitu sebesar 1,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lereng akan
mengalami failure apabila beban akibat berat sendiri bekerja maksimal baik pada kondisi
tanah kering
Gambar 4.18 Konstruksi dinding penahan tanah dan diagram tekanan tanah
Parameter lapisan tanah
Lapisan Lempung kepasiran 1 = 1700 kg/m3 ; c1 = 1950 kg/m2; 1 = 18,25 o
1
2
2
2
) = tan2 (45
18,25
) = 0,523
2
) = tan2 (45 +
18,25
) = 1,911
2
= 735,969 kg/m2
1
1
x a1 x h1 = x 735,969 x 4
2
2
= 1471,938 kg/m
76
1
1
x p1 x h2 = x 7015,668 x 0,5 = 1753,917 kg/m
2
2
q
[ H ( 2 1 )]
90
Ph =
= tan-1 (
a'+b'
-1 7 + 1,6
= tan-1
= tan
= 65,056
H
4
b'
1,6
) = tan-1 ( ) = 21,801
H
4
1020,3
[ 4 (65,056 21,801)] = 1961,470 kg/m
90
= 4
= 2,224 m
Perhitungan momen akibat gaya berat (Mw) terhadap titik A
Tabel 4. 22 Momen akibat gaya berat (Mw) terhadap titik A
Luas
Index
(m2)
Berat
Volume
(kg/m3)
Berat
(kg)
Lengan
momen
(m)
Momen
(kg.m)
G1
2200
2200 3.1
6820.000
G2
0.93
2200
2046 2.12
4337.52
G3
0.6
2200
1320 0.77
1016.400
G4
0.3
2200
660 0.3
198.000
6226
Mw
12371.92
77
P
(kg/m)
Lengan
momen (m)
Momen
(kg.m)
Pa1
Ph
1471.94
1961.47
1.333
2.224
1962.093
4362.309
Pp1
Pa
Pp
1753.92
3433.41
1753.92
0.17
-298.166
Mp
6026.2367
G tan + B c + Pp
Pa
SF =
=
Mw
2 (safety factor)
MP
12371,92
6026,24
= 2,053 2 (aman)
3. Kontrol stabilitas konstruksi terhadap daya dukung pondasi
Perhitungan beban maksimal yang terjadi
q max / min =
G M w + M p
A
W
6266
12371,92 + 6026,24
1
0,6 1,0
1,0 0,6 2
6
= 317079,33 kg/m2
78
c N C + D N q + 0,5 B N
dimana :
SF
> q max
geser dalam ( )
Untuk
= 18,25 o
Nq
Nq
5,7
1,0
0,0
5,7
1,0
0,0
7,3
1,6
0,5
6,7
1,4
0,2
10
9,6
2,7
1,2
8,0
1,9
0,5
15
12,9
4,4
2,5
9,7
2,7
0,9
20
17,7
7,4
5,0
11,8
3,9
1,7
25
25,1
12,7
9,7
14,8
5,6
3,2
30
37,2
22,5
19,7
19,0
8,3
5,7
34
52,6
36,5
35,0
23,7
11,7
9,0
35
57,8
41,4
42,4
25,2
12,6
10,1
40
95,7
81,3
100,4
34,9
20,5
18,8
45
172,3
173,3
297,5
51,2
35,1
37,7
48
258,3
287,9
780,1
66,8
50,5
60,4
50
347,6
415,3
1153,2
81,3
65,6
87,1
Berdasarkan Tabel 4.24 faktor daya dukung Terzaghi dengan interpolasi didapat
Nc = 16,02 ; Nq = 6,35 ; N = 4,125 .
q ult =
79
tanah dengan menggunakan metode elemen hingga yang mampu melakukan analisa yang
dapat
mendekati
perilaku
sebenarnya.
Geometri
tanah
yang
akan
dianalisa
memungkinkan untuk diinput dengan cukup teliti. Selain itu Plaxis V.8 menyediakan
berbagai analisa tentang displacement, tegangan-tegangan yang terjadi pada tanah, faktor
keamanan lereng dan lain-lain. Untuk melakukan analisis dari penampang melintang
lereng daerah Gombel, digunakan metode elemen hingga dengan kondisi plane strain
(regangan bidang). Model plane strain digunakan dengan asumsi bahwa sepanjang
sumbu potongan melintang lereng relatif sama dan peralihan dalam arah tegak lurus
potongan tersebut dianggap tidak terjadi.
Program komputer ini menggunakan elemen segitiga dengan pilihan 6 nodes
(titik) atau 15 titik. Pada analisis ini digunakan elemen segitiga dengan 6 titik. Dengan
menggunakan elemen 6 titik, agar dapat dilakukan interpolasi dari peralihan noda dengan
mengugunakan turunan berderajat dua. Selain itu komputer menggunakan memori yang
lebih kecil daripada 15 noda akan tetapi hasilnya analisis sudah cukup akurat dan dapat
diandalkan.
4.5.4 PEMODELAN MATERIAL
Perilaku tanah dan batuan dibawah beban umumnya bersifat non-linier. Perilaku
ini dapat dimodelkan dengan berbagai persamaan, yaitu model Mohr Coulomb,
Hardening Soil model, Soft Soil Model, dan Soft Soil Creep Model. Pada analisis ini
Kohesi ( c )
Poissons ratio ( )
80
Nilai nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam ( ) didapat dari hasil pengujian tanah
direct shear ( geser langsung ), dikarenakan elemen tanah telah mengalami deformasi
jauh melewati tegangan puncak sehingga tegangan yang tersisa adalah tegangan sisa
(residual strength). Dalam hal ini kuat geser yang representatif adalah kuat geser
residual. Sedangkan modulus Young ( Eref ) didapat dari pengujian Unconfined
Compression Test. Nilai Poissons ratio untuk tanah lempung adalah berkisar antara 0,3 -
0,35. Dengan menggunakan model Mohr-Coloumb nilai Poissons ratio diambil nilai
0,30. Sedang nilai sudut dilatansi ( ) = 0o, untuk nilai sudut geser kurang dari 30o. Pada
Tabel 4.25 diberikan penjelasan mengenai parameter parameter tanah yang digunakan
Properties
Kedalaman
Material model
Type of
material
behaviour
Soil unit weight
above phreatic
level
Soil unit below
phreatic level
Permeability in
horizontal
direction
Permeability in
vertical
direction
Youngs
modulus
(constant)
Poissons ratio
Batu
Lempung
12,00 20,00
MohrColoumb
Unit
m
-
Type
Drained
Drained
Drained
dry
12,369
12,224
12,270
kN/m3
wet
17,005
17,095
16,435
kN/m3
Kx
2,52 E-04
2,52 E-04
3,6E-05
m/day
Ky
2,52 E-04
2,52 E-04
3,6E-05
m/day
Eref
13977,5
11212,5
22140,0
kN/m2
0,3
0,3
0,157
Cohession
(constant)
cref
19,5
19,5
18,25
kN/m2
Friction angle
18,25
18,5
30
Dilatancy angle
81
Membuat file baru dengan cara klik File - New, kemudian isilah menu General
Setting Project dan Dimensions seperti pada gambar 4.19 dan 4.20
.
Gambar 4.19 General Setting Project
82
sama dengan nol dan terjadi kondisi bebas bergerak. Kondisi batas yang digunakan
adalah standard fixities (kekakuan standar) yang memodelkan lapisan bawah tanah
terjepit sempurna atau tidak bergerak sama sekali, sedangkan untuk bagian samping kirikanan memungkinkan untuk bergerak secara vertikal (Ux=0; Uy= bebas). Kekakuan
standar diberikan dengan toolbar
bawah.
Tabel 4.26 Input koordinat pada Plaxis V.8
Point
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
X
0
60
60
50
48.6
47.8
44.6
41.4
40
39.5
39.3
38
37
37
36.4
36.4
37.8
38.9
Y
0
0
25
24
24
23.9
24
23.9
24
24
21.5
21.5
20.5
19.9
19.9
20.5
22
22
Point
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
X
34
30
24
0
0
25
32
40
46.3
53
0
25
32.5
40
46.6
53
60
Y
17
14
12
8
5.5
9.5
11.5
14.3
17.3
20.8
3
7.5
9.5
12
15
18.5
23
83
Untuk beban lalu lintas dimodelkan sebagai beban merata dalam Plaxis V.8
disebut sebagai tractions
tractions, didefinisikan besarnya beban adalah sebesar 10,203 kN/m2 sesuai dengan
perhitungan pada pembebanan lalu lintas. Pada Plaxis, tanda negatif ( - ) menandakan
arah gaya ke bawah. Sehingga besarnya tractions adalah -10,203 kN/m2 yang bekerja
pada sumbu y sedangkan pada sumbu x tidak ada gaya yang bekerja. Klik ganda pada
posisi beban tersebut maka akan muncul kotak dialog, pilih Load System (A) dan isi
besarnya beban yang bekerja pada posisi tersebut seperti pada gambar 4.22.
jendela Material Sets ke area lapisan tanah yang diikuti oleh perubahan warna pada
model geometri.
84
Generate Mesh
Kasar (Coarse)
Menengah (Medium)
Halus (Fine)
air tanah terletak pada perpotongan lapisan lempung dan btu lempung. Model geometri
yang sudah dibuat harus ditetapkan kondisi awalnya. Kondisi awal memiliki 2 mode,
yaitu :
Langkah ini dapat ditentukan dengan memilih prosedur Ko atau Gravity Loading.
Ko Procedure dipilih jika kondisi geometri relatif horisontal, yaitu dengan memilih ikon
Geometri initial stress, dengan menekan toolbar
configuration, tekan
klik
85
dengan
menekan
toolbar
untuk
menuju
PLAXIS
CALCULATION V 8.
PLAXIS CALCULATIONS V.8
2.
Tahap Gravity Loading, yaitu phase dimana tegangan dan regangan awal akibat
berat tanah sendiri dari model dihitung (fase 1).
3.
Tahap perhitungan faktor keamanan (SF), yaitu fase dimana kestabilan lereng
akibat fase 1 dihitung (fase 2).
4.
Tahap Vertical Loading, yaitu phase dimana tegangan dan regangan awal akibat
berat tanah sendiri dan akibat beban luar dari model dihitung (fase 3).
5.
Tahap perhitungan faktor keamanan (SF), yaitu fase dimana kestabilan lereng
akibat fase 3 dihitung (fase 4).
6.
Tahap DPT, yaitu phase dimana tegangan dan regangan awal akibat berat tanah
sendiri dan pengaruh dinding penahan tanah dari model dihitung (fase 5).
7.
Tahap perhitungan faktor keamanan (SF), yaitu fase dimana kestabilan lereng
akibat fase 5 dihitung (fase 6).
86
Pada perhitungan faktor keamanan (SF) digunakan metode Phi-c reduction. Phi-c
reduction adalah option yang tersedia dalam Plaxis untuk menghitung faktor keamanan
(SF). Option ini hanya tersedia untuk tipe perhitungan secara Plastic menggunakan
Manual control atau dengan prosedur Load advencement number of steps. Dalam Phi-c
reduction dilakukan pendekatan parameter-parameter kekuatan tanah tan dan c dengan
tan input
tan reduced
cinput
creduced
available
= harga Msf saat kegagalan
failure
Pada window General pilih Plastic pada combo box (kotak kombo) pertama dari
Calculation type dan Load adv. ultimate level pada kotak kombo kedua. Ada kotak
Number/ID beri nama fase 1 dengan Gravity Loading. Calculation type : plastic/ load
adv. ultimate level. Start from phase : 0 - Initial Phase.
Tahap awal dari analisis digunakan untuk menghitung tegangan-tegangan awal
akibat berat sendiri massa tanah dan tegangan horizontal. Untuk mencari tegangan dan
regangan awalnya digunakan cara gravity loading. Metode ini digunakan untuk
menghitung tegangan awal dengan cara memasukkan beban tanah pada tahap
perhitungan, oleh karena itu bawaan dari program yang memakai persamaan Jacky (Ko =
1 sin ) tidak diperlukan dalam mencari regangan dan tegangan awal dari model
elemen hingga.
87
Tahapan multiplier akan terpilih setelah menekan tombol Define. Pada window
Multipliers secara otomatis akan ditutup oleh program sehingga yang aktif hanya Mweight dengan nilai 1. Jadi secara default program akan mengaktifkan gravity loading jika
88
option staged construction dipilih user, kemudian tekan <Next> untuk memasuki fase
perhitungan kedua.
Pada Phase box Number/ID beri nama untuk fase perhitungan kedua sebagai SF,
untuk mencari angka keamanan tubuh lereng akibat Gravity Loading dengan metode Phic reduction. Fase kedua ini dimulai dari fase pertama, untuk mendefinisikannya klik start
from phase : 1-Gravity Loading.
89
Pada tahapan multipliers biarkan semua nilai bawaan yang ada. Nilai MSF pada
Incremental loading = 0,1
90
Pada kotak Number/ID beri nama phase 3 dengan Vertical Loading. Calculation
type : plastic/load adv. ultimate level. Start from phase : 1 Gravity Loading.
91
intermediate step. Pada kotak Loading input pilih Stage construction, kemudian tekan
tombol Define.
Tahapan multiplier akan terpilih setelah menekan tombol Define. Pada window
Multipliers secara otomatis akan ditutup oleh program sehingga yang aktif hanya Mweight dengan nilai 1. Jadi secara default program akan mengaktifkan gravity loading jika
option staged construction dipilih user, kemudian tekan <Next>.
92
Pada Phase box Number/ID beri nama SF Vertical Loading untuk mencari angka
keamanan lereng akibat Vertical Loading dengan Phi-c reduction. Fase keempat ini
dimulai dari fase ketiga (Vertical Loading), untuk mendefinisikannya klik start from
phase : 3-Vertical Loading.
93
Pada tahapan multipliers biarkan semua nilai bawaan yang ada. Nilai MSF pada
Incremental loading = 0.1
94
5.
Tahap DPT
Pada kotak Number/ID beri nama phase 5 dengan DPT. Calculation type :
plastic/load adv. ultimate level. Start from phase : 3 Vertical Loading.
95
Pada window Multipliers secara otomatis akan ditutup oleh program sehingga
yang aktif hanya -Mweight dengan nilai 1. Jadi secara default program akan mengaktifkan
gravity loading jika option staged construction dipilih user, kemudian tekan <Next>
untuk memasuki fase perhitungan selanjutnya
96
6.
Pada Phase box Number/ID beri nama untuk fase perhitungan keenam sebagai SF
DPT untuk mencari angka keamanan tubuh lereng akibat DPT dengan Phi-c reduction.
Fase keenam ini dimulai dari fase kelima (DPT), untuk mendefinisikannya klik start from
phase : 5-DPT.
97
Pada tahapan multipliers biarkan semua nilai bawaan yang ada. Nilai MSF pada
Incremental loading = 0.1
Tekan tombol <Calculate> untuk memulai perhitungan fase-fase tersebut. Fasefase yang akan dihitung akan diberi tanda anak panah biru
yang akan menjadi centang hijau
98
Tekanlah tombol
PLAXIS OUTPUT V 8
99
1.
Pada tahap ini menunjukkan hasil bahwa dengan berat sendiri tanah, pada bagian
badan jalan mengalami pergerakan sebesar 7,100 cm.
Gambar 4.50 Arah gerakan tanah dan penurunan akibat Gravity Loading
100
2.
Pada tahap ini, tanah menerima beban struktur perkerasan jalan yang dimodelkan
sebagai beban merata (tractions). Tanah mengalami deformasi yaitu sebesar 7,177 cm.
Gambar 4.52 Arah gerakan tanah dan penurunan akibat Vertical Loading
101
3.
Tahap DPT
Pada tahap ini, dengan konstuksi dengan dinding penahan tanah lereng tetap
mengalami deformasi sebesar 7,351 cm.
Gambar 4.54 Arah gerakan tanah dan penurunan Setelah pemasangan DPT
102
PLAXIS CURVES V 8
Gambar 4.55 Angka keamanan akibat gravity loading dan vertical loading
1.
Dari Gambar 4.55 dapat diketahui bahwa SF akibat gravity loading adalah 1,537.
Angka ini lebih kecil dibandingkan dengan SF minimal untuk keruntuhan yaitu
sebesar 1,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lereng akan mengalami failure jika
beban akibat berat sendiri bekerja maksimal.
2.
Dari Gambar 4.55 dapat diketahui bahwa SF akibat vertical loading adalah 1,475.
Angka ini lebih kecil dibandingkan dengan SF minimal untuk keruntuhan yaitu
sebesar 1,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lereng akan mengalami failure jika
gravity loading dan vertical loading bekerja maksimal.
3.
Tahap DPT
Dari Gambar 4.55 dapat diketahui bahwa SF akibat vertical loading adalah 1,423.
Angka ini lebih kecil dibandingkan dengan SF minimal untuk keruntuhan yaitu
sebesar 1,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lereng akan mengalami failure jika
gravity loading dan vertical loading bekerja maksimal.
103
4.
Bidang Longsor
Untuk mengetahui bidang longsor yang terjadi pada lokasi studi, dapat dilihat pada
output SF Vertical Loading dengan memilih toolbar Total Incremental
Displacement seperti pada Gambar 4.56. Penanganan yang dilakukan harus sampai
memotong bagian di bawah bidang Longsor.
104