PPIC Bab 2 PDF
PPIC Bab 2 PDF
LANDASAN TEORI
ketersediaan
20
21
22
23
24
harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan harus
dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya
produk jadi, barang dalam proses, komponen, dan bahan baku secara optimal,
dalam kuantitas yang optimal, dan pada waktu yang optimal. Kriteria optimal
adalah minimasi biaya total yang terkait dengan persediaan, yaitu biaya
penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya kekurangan persediaan.
Secara luas, tujuan dari sistem persediaan adalah menemukan solusi
optimal terhadap seluruh masalah yang terkait dengan persediaan. Dikaitkan
dengan tujuan umum perusahaan, maka ukuran optimalitas pengendalian
persediaan seringkali diukur dengan keuntungan maksimum yang dicapai.
Karena perusahaan memiliki banyak subsistem lain selain persediaan, maka
mengukur kontribusi pengendalian persediaan dalam mencapai total
keuntungan bukanlah hal yang mudah. Optimalisasi pengendalian persediaan
biasanya diukur dengan total biaya minimal pada suatu periode tertentu.
25
penyimpanan
adalah
biaya
yang
dikeluarkan
dalam
26
27
produksi
terhenti
atau
lamanya
perusahaan
tidak
28
29
30
biaya-biaya
ekstra
yang
dikeluarkan
apabila
31
32
33
34
35
pengendalian
persediaan
tradisional
juga
36
37
38
Order Size Systems seringkali disebut juga dengan nama Q-system, disaat
jumlah pesanan yang dilakukan untuk pemulihan persediaan besarnya adalah
tetap.
39
Akibat adanya dua tipe biaya ini, maka biaya total (fix cost dan
variable cost) akan menjadi berbeda bila jumlah unit yang diproduki berbeda.
Bila barang yang diproduksi satu atau seribu, fix cost ini besarnya tetap.
Selanjutnya, bila fix cost ini dibebankan pada biaya produksi per unit, maka
fix cost ini akan dibagi oleh jumlah unit yang diproduksi. Jadi, semakin
banyak jumlah yang diproduksi, akan semakin kecil. Logikanya, akan
terdapat titik temu (optimal) agar total kedua biaya tersebut minimal.
Model inventory digambarkan seperti pada Gambar 2.3, dimana Q
adalah jumlah pemesanan (lot size). Berdasarkan penerimaan dari setiap
pemesanan, tingkat persediaan adalah sama dengan Q unit. Ketika tingkat
persediaan mencapai reorder point (R), pesanan baru dipersiapkan sejumlah
Q unit. Setelah beberapa waktu, maka pesanan diterima semua secara
bersamaan
dan
dimasukkan
ke
dalam
persediaan.
Garis
vertikal
Keterangan gambar :
Q = Jumlah Pemesanan (Lot Size)
R = Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
ac = ce = Interval Antara Pesanan
ab = cd = ef = Lead Time
40
Q* =
2CoD
2CoD
=
= economic order quantity
Cc
PF
41
Jika biaya stock out tidak ada, total biaya tahunan diilustrasikan pada
Gambar 2.4 dan dinyatakan dalam rumus :
Total Annual Cost = Purchase Cost + Order Cost + Holding Cost
TC (Q) = PD +
CoD CcQ
+
Q
2
42
CoD CcQ *
+
Q*
2
m=
D
CcD
=
Q*
2Co
T =W
1
Q*
=W
m
D
: Interval pesanan
Titik
pemesanan
kembali
(reorder
point)
didapat
dengan
43
Pesanan akan tiba bersamaan pada saat item terakhir meninggalkan tempat
persediaan, yang akan mengembalikan tingkat persediaan sesuai dengan
jumlah yang dipesan. Rumus berikut diberikan untuk mencari reorder point
ketika lead time (L) dalam hitungan bulan :
R=
DL
12
Jika lead time dalam hitungan minggu, rumus reorder point-nya adalah :
R=
DL
52
( Di d )
n 1
Standar Deviasi
2. SS = Zs L
Safety Stock
3. R = SS + dL
Reorder Point
4. I = SS + ( 1 2 xQ*)
5. TOR =
D
I
D
1
6. TC (Q*) =
.Co + ( SS + 2 .Q*)Cc
*
Q
44
level), selama waktu lead time dan interval pesanan. Setelah suatu periode
tetap (T) telah terlewati, jumlah persediaan dihitung. Sebuah pesanan
dilakukan untuk memulihkan persediaan, dan jumlah pesanannya tergantung
berapa jumlah yang berkurang dari maximum inventory level. Jadi, jumlah
pesanan didapat dari selisih maximum inventory level dan sisa persediaan
pada waktu melakukan perhitungan.
Sistemnya terdiri dari 2 parameter yang digunakan, yaitu periode tetap
pemeriksaan (T) dan maximum inventory level (E). Sistematika dan model
dari Fixed Order Interval Systems dapat dilihat pada gambar 2.5 dan gambar
2.6.
45
46
2Co
CcD
2. SS = Zs (T * + L)
Safety Stock
47
3. E = SS + d (T * + L)
4. I = SS + 1 2 (dT *)
5. TOR =
D
I
6. Q = E I
7. TC (T *) =
Order Quantity
Co
+ ( SS + 1 2 dT *)Cc
T*
D
n
Safety Stock
Minimum Stock
48
Maximum Stock
Order Quantity
5. m =
D
Q
6. T = W
Banyak Pemesanan
1
Q
=W
m
D
Interval Pesanan
7. I = SS + ( 1 2 .Q)
8. TOR =
D
I
D
9. TC ( Min Max) = Co + CcD
Q
2.4 Simulasi
Simulasi merupakan salah satu cara untuk memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi di dunia nyata. Pendekatan yang digunakan untuk
memecahkan
berbagai
masalah
yang
mengandung
ketidakpastian
dan
49
50
in
Measurement
Correction
(Mengoreksi
Kesalahan-Kesalahan
Perhitungan)
Dalam prakteknya, pada suatu kegiatan ataupun percobaan dapat saja muncul
ketidakbenaran dalam mencatat hasil-hasilnya. Sebaliknya, dalam simulasi
komputer jarang ditemukan kesalahan perhitungan terutama bila angka-angka
yang diambil dari komputer secara teratur dan bebas. Komputer mempunyai
kemampuan untuk melakukan penghitungan dengan akurat.
51
52
53
Metode Monte Carlo menghendaki pengembangan percobaanpercobaan secara sistematis dengan menggunakan Random Number.
Pengertian random di sini menunjukkan bahwa algoritma tersebut akan
menghasilkan suatu angka yang akan berperan dalam pemunculan angka yang
akan keluar dalam proses di komputer. Dengan kata lain suatu angka yang
diperoleh merupakan angka penentu bagi angka random berikutnya.
Demikianlah seterusnya. Walaupun random number ini saling berkaitan
namun angka-angka yang muncul dapat berlain-lainan.
Metode simulasi Monte Carlo ini cukup sederhana didalam
menguraikan ataupun menyelesaikan persoalan, termasuk dalam penggunaan
program-programnya di komputer.
Dalam kesederhanaan cara, simulasi ini memberikan tiga batasan
dasar yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Apabila suatu persoalan sudah dapat diselesaikan atau dihitung
jawabannya secara matematis dengan tuntas maka hendaknya jangan
menggunakan simulasi ini. Itu berarti apabila persoalan dapat di research
(Quening Theory, Integer Programming dan lain-lain) simulasi ini tidak
perlu digunakan lagi, kecuali perancangan-perancangan itu memerlukan
perkiraan tertentu.
2. Apabila sebagian persoalan tersebut dapat diuraikan secara analitis
dengan baik, maka penyelesaiannya lebih baik dilakukan secara terpisah,
yaitu sebagian dengan cara analitis dan yang lainnya dengan simulasi
54