Proses Penenaman Karet Pada Perusahaan
Proses Penenaman Karet Pada Perusahaan
PENDAHULUAN
meningkatkan
pendapatan
riil
perkapita
atau
paling
tidak
sejak bulan April 1995, dimana produksi karet rakyat dikirim ke Perkebunan
Ciseru-Cipari. Bahan olahan dari petani berupa lump tahu / stab dibeli dengan
harga berdasarkan kadar karet / rendemen (mutu barang).
Sejalan dengan perkembangan, maka pada tanggal 05 Maret 1997
kemitraan ini dikukuhkan dengan ditandatanganinya perjanjian Kesepakatan
Kemitraan Usaha Antar Kelompok Tani Karet Swadaya Murni Kabupaten
Cilacap dengan PT. JA Wattie Perkebunan Ciseru-Cipari.
Dalam kedudukannya sebagai kebun inti, Perkebunan Ciseru-Cipari
menjalankan prinsip-prinsip kemitraan usaha yang saling menguntungkan,
saling membutuhkan, saling percaya, saling menghormati, saling koreksi, dan
saling kerjasama dengan baik agar kemitraan ini berjalan harmonis, selaras
dan berkesinambungan. Beberapa fasilitas yang diberikan kepada petani
adalah sebagai berikut :
1. Bantuan hibah bibit karet sebanyak 10.000 pohon untuk pengembangan
seluas 2.000 Ha
2. Bantuan modal berupa kredit lunak tanpa bunga dengan cicilan selama 10
tahun
3. Dukungan sarana produksi seperti pestisida dan herbisida serta alat-alat
sadap
4. Bimbingan teknologi budidaya, melalui pembinaan dan penyuluhan secara
rutin untuk menerapkan teknologi pengolahan karet
5. Menjamin pembelian hasil / produksi karet rakyat sampai pengolahan dan
pemasaran
sosial,
budaya,
dan
lainnya
yang
menyangkut
masalah
B. Pembatasan Masalah
Berkaitan dengan banyaknya masalah yang dihadapi dalam usaha
perkebunan karet, serta berdasarkan pertimbangan keterbatasan kemampuan,
biaya dan waktu penelitian, maka penelitian ini ditekankan pada satu topik
yaitu hasil produksi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis membatasi masalah sebagai berikut :
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai produksi dibatasi pada variabelvariabel :
1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yaitu jumlah tenaga kerja yang mengelola tanaman karet.
2. Luas Lahan
Luas lahan yaitu luas lahan yang dipergunakan untuk membudidayakan
karet dalam satuan meter persegi (m2).
3. Pupuk
Kebutuhan pupuk mulai dari penanaman bibit sampai dengan masa
penyadapan, dalam satuan rupiah (Rp).
4. Modal
Modal yaitu besarnya modal yang diperlukan dalam sekali masa
penyadapan yaitu satu tahun, dalam satuan rupiah (Rp).
5. Upah
Upah yaitu besarnya upah yang diterima oleh setiap pekerja setiap
bulannya, dalam satuan rupiah (Rp).
C. Perumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka perumusannya adalah :
1. Apakah ada pengaruh yang besar antara penggunaan faktor produksi
tenaga kerja, luas lahan, pupuk, modal dan upah terhadap hasil produksi
karet ?
2. Faktor produksi mana yang paling berpengaruh dalam hasil produksi karet ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja, luas lahan, pupuk, modal dan
upah terhadap hasil produksi karet
2. Untuk mengetahui faktor produksi yang lebih berpengaruh dalam hasil
produksi karet
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijaksanaan perusahaan
untuk meningkatkan produksi atau usahanya dengan cara memperbaiki
kelemahan atau kekurangan.
2. Bagi Pihak Lain
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan
pengembangan pengetahuan lebih lanjut dan dapat digunakan sebagai
bahan perbandingan untuk
F. Hipotesis
Berdasarkan pada perumusan masalah tersebut maka dibuat hipotesis
sebagai berikut :
1. Tenaga kerja perkebunan karet mempengaruhi hasil usaha karet secara
positif
2. Luas lahan perkebunan karet mempengaruhi hasil usaha karet secara
positif
G. Metodologi Penelitian
1. Daerah Penelitian
Daerah penelitian adalah di Desa Pegadingan, Kecamatan Cipari,
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Dengan sistem random menggunakan
30 responden dan data kroseksion.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden
usaha karet. Adapun data tersebut diperoleh dengan metode sebagai
berikut :
1) Metode Wawancara
Metode wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara
wawancara langsung dengan pihak yang berwenang dalam
perkebunan tersebut.
2) Metode Observasi
Metode observasi yaitu pengumpulan data langsung dari obyek
yang akan diteliti.
10
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari lembaga-lembaga yang erat hubungannya
dengan penelitian ini, dengan cara pengutipan data dan membaca
literatur untuk
menghitung besarnya
pengaruh variabel bebas yaitu tenaga kerja, luas lahan, pupuk, modal,
dan
upah
terhadap
variabel
tidak
bebas
(produksi)
dengan
11
Untuk
= Produksi (Rp)
b0
= Intersep (konstanta)
X1
= Tenaga Kerja
X2
= Luas lahan
X3
= Pupuk
X4
= Modal
X5
= Upah
produksi
= Koefisien regresi
Cobb
Douglas
adalah
suatu
fungsi
yang
12
nXY (X )(Y )
r=
{nX 2 (X ) 2 }{ nY 2 (Y ) 2 }
bi
Sbi
Keterangan :
bi
= Koefisien Xi
Sbi
Hipotesisnya adalah :
Ho : bi = 0,
Ho : bi 0,
13
R2 / (k 1)
(1 R2) / (n k)
Keterangan :
R2
= Koefisien determinasi
= Jumlah sampel
Hipotesisnya adalah :
Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinya variabel independen secara
bersama
tidak
berpengaruh
terhadap
variabel dependen
Ho : b1 b2 b3 b4 b5 0, artinya variabel independen secara
bersama berpengaruh terhadap variabel
dependen
Dengan derajat keyakinan tertentu, maka :
-
14
melengkapi
15
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Produksi
1. Pengertian Produksi
Pengertian produksi menurut Magfuri adalah mengubah barang
agar mempunyai kegunaan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi
produksi merupakan segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah
guna atas suatu benda yang ditunjukkan untuk memuaskan orang lain
melalui pertukaran (Magfuri, 1987 : 72).
Sedangkan produksi menurut Ace Partadireja setiap proses
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa dinamai proses produksi
karena proses produksi mempunyai landasan teknis yang dalam teori
ekonomi disebut fungsi produksi (Ace Partadireja, 1987 : 21).
Pada masa sekarang pengetahuan tentang teori ekonomi produksi
semakin dibutuhkan, bukan saja oleh produsen tetapi oleh golongan
masyarakat lainnya. Begitu pula dengan semakin berkaitnya komoditas
pertanian dengan komoditas lainnya sejalan dengan perkembangan
agrobisnis, maka pengetahuan serta pemahaman tentang teori produksi
tidak terbatas diminati oleh produsen komoditas barang-barang pertanian.
2. Efisiensi Produsen
Seorang produsen diharuskan untuk bekerja secara efisien agar
keuntungan yang diperoleh kian menjadi besar. Tuntutan bekerja secara
17
efisien ini tidak dapat dihindari dalam bisnis modern, apabila sering
dijumpai bahwa biaya produksi dirasakan terus meningkat sementara nilai
produksi dirasakan relatif lambat meningkatnya. Lambatnya peningkatan
nilai produksi sering disebabkan oleh karena nilai tambah komoditas
barang-barang pertanian yang relatif lambat berkembangnya (dibanding
dengan komoditas hasil industri) dan daya beli masyarakat yang juga
relatif masih rendah. Sebaliknya di negara-negara maju, dimana dengan
nilai tambah komoditas pertanian agak relatif baik dan daya beli
masyarakat yang juga tinggi, maka kebutuhan tentang prinsip-prinsip
"efisiensi" menjadi lebih besar. Hal ini disebabkan karena persaingan
antara produsen menjadi tinggi untuk memperoleh peluang pasar.
Seringkali perbedaan antara produsen komoditas pertanian dengan
produsen komoditas industri yang berbahan baku komoditas pertanian
begitu mencolok, yang semestinya hal seperti ini tidak perlu terjadi. Sebab
produsen komoditas pertanian dan produsen industri yang berbahan baku
komoditas pertanian perlu bekerja sama sedemikian rupa agar keduanya
saling menguntungkan. Industri yang bahan bakunya dari bahan pertanian
(agro industri) perlu kontinuitas supply bahan baku yang tepat waktu, baik
dalam jumlah ataupun kualitas. Bila hal ini tidak dapat dipenuhi maka
agak sulit agro industri tersebut dapat berkembang dengan baik. Oleh
karena itulah diperlukan kerjasama yang baik antara produsen barangbarang atau komoditas pertanian dan agro industri.
18
19
fungsi
produksi
dapat
digunakan
untuk
20
F1
F2
F3
F4
F5
21
22
23
24
= Variabel independen
= Variabel dependen
a, b
Untuk
25
26
X
Oleh sebab itu disebut the Law of Diminishing Return Physical
Product.
2) Kurva Total Physical Produtc (TPP)
Kurva
Total
Physical
Produtc
(TPP)
yaitu
kurva
yang
TPP
X
27
Tahap I
APP
MPP
Gambar 2.1
Grafik Hubungan Antara Kurva TPP, MPP, dan APP
28
X1, X2, X3
29
C. Kemitraan Usaha
Porter (1990) melihat bahwa kerja sama antar perusahaan makin menjadi
perhatian dewasa ini. Ada beberapa kerja sama yang menguntungkan bagi
pengembangaan daya saing dan ada yang tidak. Kerjasama yang merugikan
terjadi bila ada kerja sama antar pesaing-pesaing besar yang cenderung akan
mengurangi tingkat persaingan antar perusahaan. Pada perinsipnya kerja sama
yang baik antar perusahaan adalah kerja sama yang tidak menghilangkan
persaingan dalam hal pengembangan produk,penentuan harga dan aspekaspek lain dari strategi perusahaan.
Porter berpendapat bahwa kerja sama vertikal antar pembeli dan pemasok
sangat penting bagi pengembangan daya saing nasional, asalkan kerja sama
tersebut tidak dalam usaha untuk menguasai usaha lain. Kerja sama vertikal
merupakan bagian integral dari proses inovasi.
Pemerintah Indonesia juga berusaha mengembangkan kerja sama vertikal
seperti tersebut di atas melalui berbagai kebijakan industri kemitraan usaha
dengan berbagai motivasi seperti pengembangan ekonomi rakyat, pembinaan
indrustri kecil dan koperasi, difusi teknologi dari industri besar ke industri
kecil, dan lain-lain.
Seperti yang telah diuraikan di bab I bahwa P.T J.A WATTIE
mengadakan kemitraan dengan petani karet di kecamatan Dayeuhluhur dan di
Desa Pegadingan yang menurut Undang-undang No. 9 tahun 1995 tentang
usaha kecil pada babVII tentang kemitraan, khususnya pasal 27 dan
penjelasannya, kemitraan tersebut berpola inti-plasma. Pola inti-plasma
adalah hubungan kemitraan antar usaha kecil dengan usaha menengah atau
usaha besar, yang di dalamnya usaha menangah dan usaha besar bertindak
sebagai inti dan usaha kecil selaku plasma.Perusahan inti melaksanakan
30
lahan
penanaman pohon karet adalah tanah yang subur atau tanah yang
disuburkan, gembur, dan agak asam. Tanaman karet dapat tumbuh dengan
baik di daerah pegunungan ataupun daerah daratan.
Luas lahan yang digunakan sebagai ukuran dalam pemberian
pupuk, selain itu luas lahan tersebut juga berpengaruh terhadap hasil karet.
Jadi yang dimaksud dengan luas lahan adalah luas lahan tanah atau luas
daerah yang produktif untuk penanaman. Luas lahan dapat diukur dengan
satuan m2 atau Ha.
31
2. Tenaga Kerja
Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang penting dan
perlu diperhatikan dalam proses produksi dan jumlah yang cukup, bukan
saja dilihat dari kesediaannya tetapi juga kualitas dan jenis pekerjaan yang
dikuasai. Selain itu tenaga kerja harus diperhatikan hak-haknya dalam hal
tunjangan kesehatan, yaitu perusahaan menanggung biaya pengobatan
karyawan selama karyawan bekerja, mendapat ASKES atau ASTEK,
pemberian bonus, pemberian tunjangan hari raya dan libur cuti, juga
perusahaan menanggung biaya kecelakaan apabila karyawan mengalami
kecelakaan pada saat bekerja.
Untuk
Q
TK
Dimana :
PTK
= Tambahan produksi
32
TK1
TK2
Q1
Q2
0
m2
m1
Gambar 2.2
Hubungan Faktor Produksi Tenaga Kerja dengan Output
Dimana :
TK
= Tenaga kerja
Q1,Q2
= Produksi
= Modal
33
3. Modal
Dalam pengertian ekonomis, modal adalah barang atau uang yang
bersama-sama dengan faktor produksi lain digunakan untuk menghasilkan
barang atau jasa baru.
Dalam proses produksi modal merupakan faktor produksi yang
mempunyai peranan penting dalam meningkatkan output secara makro,
modal merupakan pendorong besar (big push) untuk
meningkatkan
faktor
produksi
modal
dengan
kenaikan
output
ini
Q
m
Dimana :
Pm
= Produktivitas modal
= Tambahan produksi
= Tambahan modal
34
sedikit.
Kandungan
kadar
pupuk
lebih
berperan
penting
35
BAB III
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Keadaan Geografis
Desa pegadingan di Kecamatan Cipari, Kabupaten Cilacap, Propinsi
Jawa Tengah, terletak kurang lebih 70 Km dari ibukota Kabupaten Cilacap dan
5 km dari Ibukota Kecamatan Cipari.
Batas daerah Desa Pegadingan secara administratif adalah :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sidasari
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mulyadadi
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mekarsari
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Karangreja
Desa Pegadingan mempunyai luas 1181,783 Ha, yang terdiri dari dua
dusun yaitu Dusun Cibatu dan Dusun Pakem.
Bentuk topografi Desa Pegadingan adalah desa sekitar hutan dengan bentuk
wilayah adalah perbukitan dengan ketinggian 58 m dari permukaan laut,
sedangkan banyaknya curah hujan 280 mm/ tahun dengan suhu udara rata-rata
37oC. Berdasarkan luas wilayah dapat diperinci menurut penggunaannya
seperti terlihat dalam tabel 3.1 berikut ini :
36
Tabel 3.1
Penggunaan lahan
1.
Sawah
2.
Tanah Kering
3.
Perkebunan
4.
Asilitas Umum
Sumber : Kantor kepala Desa Pegadingan
Luas (Ha)
104
384
356,217
337,266
B. Komposisi Penduduk
1. Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis kelamin
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Desa Pegadingan
maka komposisi penduduk menurut usia serta jenis kelamin seperti pada
tabel berikut :
37
Tabel 3.2
Kelompok
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Umur
1.
0 1 tahun
39
65
104
2.
1 4 tahun
568
315
883
3.
5 6 tahun
43
80
123
4.
7 12 tahun
273
225
498
5.
13 15 tahun
89
123
212
6.
16 18 tahun
121
105
226
7.
19 25 tahun
205
281
486
8.
26 35 tahun
242
315
557
9.
36 45 tahun
147
216
363
10. 46 55 tahun
179
208
387
11. 56 58 tahun
70
48
118
137
236
373
2113
2217
4330
Jumlah
38
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1.
Belum sekolah
1.055
2.
843
3.
Tidak tamat SD
348
4.
Tamat SD / sederajat
5.
1.170
413
39
6.
453
7.
11
37
Mata Pencaharian
Karyawan
Jumlah
40
42
248
2.
Montir
3.
Pengrajin
4.
Petani
246
5.
Buruh Tani
421
6.
Peternak
263
11
7. Pedagang
Sumber : Kantor Kepala Desa Pegadingan
76
C. Sosial Ekonomi
Di Desa Pegadingan mempunyai sarana pendukung perekonomian
untuk mempenduduk dalam memenuhi kebutuhannya. Di Desa Pegadingan
terdapat kopersi, warung atau kios serta pasar yang menyediakan kebutuhan
pertanian seperti pupuk, pestisida, serta kebutuhan lainnya untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.5
Prasarana Perdagangan
41
No
Jumlah (Unit)
1.
Pasar
2.
Warung / Toko
76
3. KUD
Sumber : Kantor Kepala Desa Pegadingan
D.Pertanian
Areal pertanian di Desa Pegadingan cukup subur, selain ditanami
karet, juga ditanami kelapa, kopi, cengkeh, dan tanaman buah-buahan,
tanaman obat-obatan, dan sebagainya. Upaya Desa Pegadingan untuk
meningkatkan hasil pertanian terutama karet dilaksanakan untuk penyuluhan,
penggunaan urea tablet, dan pasca panen, semua itu bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan.
Untuk lebih jelasnya tentang tanaman pokok rakyat dan tanaman
perdagangan rakyat di Desa Pegadingan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.6
Tanaman Pokok Rakyat dan Tanaman Perdagangan Rakyat
di Desa Pegadingan Tahun 2004
No
Kelompok
Jenis Tanaman
Luas (Ha)
1.
2.
Buah-buahan
3.
Tanaman obat
4.
Perkebunan
2
356,217
42
- Karet
200,112
- Kelapa
62,30
- Kopi
35,65
- Cengkeh
58,155
5. Hutang
Sumber : Kantor Kepala Desa Pegadingan
84,5
Dalam tabel terlihat bahwa tanaman pokok dan tanaman rakyat masih
diminati penduduk di Desa Pegadingan. Bila dilihat dari kondisi tanah Desa
Pegadingan, maka tanaman karet sangat bagus hasilnya, meski perlu
ketelatenan dalam perawatan dan kejelian dari mulai tanam sampai masa
penyadapan. Tanaman karet merupakan harapan produsen di Desa
Pegadingan, karena bisa mendatangkan keuntungan yang dapat meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup mereka.
43
44
45
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Perkebunan Cisaru-Cipari
46
b. Perincian Tugas
Tenaga pelaksana kebanyakan berstatus harian lepas. Dalam pelaksanaan
kerja dilakukan sistem borong dengan standar yang ditetapkan oleh
perusahaan. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah tenaga
pengelola dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.7
Tahun 2004
No.
1.
Urutan
Staff
Eksekutif
Non eksekutif
Jumlah
2.
Jumlah Orang
Pegawai Bulanan
Mandor Besar
Mandor Keliling
26
Mandor Pemelihara
Analisa Laboratorium
Pengemudi
11
Administrasi
Satpam
Mantri Kesehatan
Guru TK
47
Jumlah
79
48
No.
3.
Urutan
Pegawai Harian Tetap dan Lepas
Jumlah Orang
PHT
PHL
Penyadap
453
268
Tukang Tebang
18
Tusich Sadap
Tukang Kayu
15
Pengolahan
20
11
Bengkel
Guru TK
Pemeliharaan TM
65
Pemeliharaan TBM
49
530
435
Jumlah
Jumlah Total
Sumber : Perkebunan Ciseru-Cipari
1043
49
baik jika curah hujan merata sepanjang tahun (100 150 hari hujan).
Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar matahari dengan
intensitas penyinaran 5-7 jam / hari. Tanaman karet menghendaki tanah
yang gembur dan banyak mengandung unsur hara dengan pH tanah
berkisar 4-8 dengan kelembaban antara 70% - 80%.
4. Tahapan Kegiatan Budidaya dan Pengelolaan Tanaman Karet
a. Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan dilakukan dengan sistem replanting atau pembongkaran
tanaman non produktif (di atas 20 tahun). Pertama-tama dilakukan
penebangan pohon karet tua dengan gergaji mesin dianjurkan
dengan pembongkaran tunggul dengan kapak kemudian pemberian
belerang pada bekas-bekas bongkaran. Pelaksanaan pembongkaran
dilakukan oleh perusahaan kontraktor dari Jakarta (borongan
dengan sistem tender) dengan harapan pekerjaan lebih cepat
dilakukan.
b. Persiapan Lahan
Kegiatan ini merupakan tahap lanjutan dari pembukaan lahan,
dimana ini diperuntukkan bagi lahan pembibitan (nurseries) dan
sekaligus untuk tanaman induk. Pertama yang dilakukan pembersihan
gulma yaitu pembersihan ladang dilakukan dengan penggarpuan dan
pembersihan gulma tanaman perdu lainya secara manual dengan arit
dan pemakaian cangkul untuk pembersihan akar, pencangkulan
dilakukan sedalam 60 80 cm yang disebut pencangkulan kasar lalu
50
51
murni, daya kecambah tinggi, ungul sertra memiliki sifat yang baik
untuk batang bawah . Kebutuhan benih per Ha adalah 4.000 benih,
dengan populasi 500 pohon/ Ha. Untuk jarak tanam 3 x 7 m dan
66 pohon / Ha.
Untuk bahan tanam yang difungsikan sebagai batang
bawah, klon yang biasa dipakai adalah GTI, LCB 1320, LCB 479
dan sei PR. Kon klon tersebut mnemiliki sifat-sifat yang
menguntungkan sebagai batang bawah seperti perakaran kuat,
tahan penyakit JAP dan lahan kering.
3) Pengecambahan
Benih dikecambahkan pada media tanah yang telah
diratakan dengan cangkul permukaannya dan sebelumnya telah
disiram air. Benih ditanam rapat pada cangkul satu baris dengan
jarak antar baris 3 cm dan jarak dalam baris 5 cm. Jadi jumlah
benih / m2 adalah + 1000 biji. Tanda lubang/jarak tanam dibuat dari
ajir bambu ukuran pencil dan cara penanamannnya dengan
menanam bagian biji ke dalam pasir dengan perut menghadap
kebawah. Benih dipelihara dengan penyiraman setiap pagi dan sore
hari sehingga benih berkecambah.
4) Persemaian
Benih yang telah berkecambah dapat dipindahkan ke lahan
nutseries. Penananman dilakukan pada pagi hari dna sesudah
dilakukan penyiraman. Pemeliharaan yang dilakukan di lahan
52
nurseries
adalah
penyiraman
dan
diutamakan
pada
awal
53
54
harus
tepat
baik
waktu
maupun
cara
disulam, dan apabila ada dua tanaman mati bersebelahan dibuatkan satu
lubang tanam diantaranya, dan seterusnya. Waktu yang tepat untuk
melakukan peyulaman adalah pada saat TBM I, II, dan III. Tanaman
55
menghindari
selektif weedng
56
pemeliharaan
tanaman
menghasilkan
adalah
menjaga
pertumbuhan dan kesehatan tanam tetap baik dan dapat meningkatkan dan
mempertahankan produksi lateks yang optimal sesuai dengan umur ekonomis
tanaman.
1. Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara manual dan kimiawi yang bertujuan
untuk
membersihkan
gawangan
dan
jalur
tanaman
sehingga
57
58
H.Penyadapan
1. Bukaan Sadapan
Penyadapan merupakan kegiatan produksi terhadap tanaman karet
yang telah memenuhi syarat umur bukaan sadap dengan klon unggulan
(PB 260) dapat dilakukan ketika umur tanaman 4 tahun, sedangkan secara
umum bukaan sadap adalah 5 tahun. Cepat tidaknya bukaan sadap sangat
tergantung dan dipengaruhi klon, kesuburan tanah serta pemeliharaannya
di masa TBM.
Areal tanaman karet siap disadap apabila memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Lilitan batang telah mencapai > 45 cm, pada ketinggian 100 cm dari
pertautan
b. Populasi tanaman yang memenuhi syarat telah mencapai 60% - 70%,
c. Rata-rata tebal kulit > 7 mm
d. Ketinggian bukaan sadap bawah 130 cm di atas pertautan
e. Soder sadap adalah 40o dari garis horisontal
59
rencana
program
peremajaan
(replanting).
Dasar
60
61
7. Pengangkutan Hasil
Sistem pengumpulan lateks yang digunakan adalah "john
collection" yang memberikan keuntungan bagi penyadap karena
tempatnya dekat dengan hanca sehingga tidak banyak tenaga kerja yang
digunakan. Hasil lateks dikumpulkan pada jemblung ditobong, setelah itu
pengawas mencatat dan dilakukan kalibrasi untuk
mengecek ulang
I. Pengolahan
1. Penerimaan Bahan oleh Crumb Rubber
Bahan olah untuk crumb rubber diterima oleh pabrik (PT. Indo
Java Rubber Planting) berupa lateks, lump putih dan lump mangkok.
Sedangkan bahan yang diterima tersebut akan diproses menjadi produk
SIR 3L, SIR 5, SIR 10 dan SIR 20.
Penerimaan ini dilakukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas
bahan baku, sehingga nantinya dapat dipertanggungjawabkan. Penerimaan
dilakukan oleh petugas pabrik. Untuk pencatatan dilakukan oleh mandor
kawal lateks pada pengantar lateks. Untuk lateks penerimaan dilakukan di
bak penerimaan dengan menggunakan alat berupa colokan dan saringan
lateks yang telah dilengkapi dengan talang. Colokan berfungsi untuk
mengukur volume lateks yang diterima, sedangkan saringan untuk
62
mencegah masuknya kontaminan seperti tatal, daun karet dan lump putih
yang mungkin terbawa, lateks yang masuk harus dipastikan tidak
prakoagulasi.
Untuk penerimaan bahan baku olah berupa lump putih dan lump
mangkok diawali dengan penimbangan di penerimaan lalu penilaian secara
visual. Apabila bahan baku olah yang diterima tidak masuk spesifikasi
yang ditentukan oleh pabrik maka bahan olah tersebut bisa ditolak.
Kemudian hasil penerimaan dicatat oleh petugas sebagai acuan untuk
pengolahan, perhitungan rendamen dan penyelesaian administrasi.
2. Pengenceran
Pengenceran sodium metabisulfit untuk
63
alat colok dan lubang aliran lateks pada talang dihentikan untuk dialihkan
ke bak koagulasi yang lain, bila tinggi lateks telah mencapai 24 cm, jika
produksi tinggi, tingginya lateks bisa melebihi 24 cm. Bahan pembeku
yang sudah diencerkan diambil sebanyak 2 jerigen untuk
diletakkan
64
5. Peremahan
Merupakan proses merubah lembaran karet menjadi butiran-butiran
karet yang remah, guna mempercepat proses pengeringan. Adapun cara
peremahannya adalah dengan mengisi bak dengan air, lalu mesin
crumbpum dan sredder dihidupkan. Hasil remahan halus langsung
dimasukkan ke dalam bak secara bertahap dan tidak boleh ditekan. Untuk
menghilangkan serum dan busa disiram dengan air. Dinding bak / trolly
bagian luar sebelah ujung ditulis nomor urut, mutu SIR, dan tanggal
pengeringan. Urut-urutan proses peremahan adalah SIR 3L, SIR 5, dan
SIR 10.
6. Pengeringan
Karet remah dimasukkan ke dalam mesin pengering dengan
interval waktu 15-20 menit, dengan lama waktu pengeringan 3 jam pada
suhu 110oC 120oC, sehingga kadar air 0,4-0,6% yang menjadikan karet
tahan lama. Sebelum dryer remahan yang keluar akan mengalami proses
pendinginan sehingga suhu menjadi + 40oC, kemudian remahan yang
kering akan keluar. Kemudian remahan yang kering akan keluar. Tarik
trolly yang keluar ke meja bundar, ambil ball cake dengan ganju pengait
dan letakkan di atas meja dengan sistem FIFO (First In First Out).
7. Penimbangan, Penempaan, Sortasi, dan Penyimpanan
Penimbangan menggunakan mesin timbang elektrik sehingga
cepat, mudah dan hasilnya akurat dengan berat satu bandella 35 kg serta
65
mengetahui
66
67
A.
68
69
J. Pemasaran
Setelah lateks diolah menjadi karet siap untuk dijual, yang telah diuji
terlebih dahulu kualitas dan mutunya, kemudian karet yang sudah menjadi
barang setengah jadi itu dikirim ke pusat yaitu di Jakarta. Pemasaran
dilakukan oleh Kantor Pusat di Wisma BCG Lt. 8 Jl. Abdul Muis No. 40 PO
BOX 2050 Jakarta 10001.
Daerah pemasarannya meliputi daerah Jawa, luar Jawa, bahkan
diekspor ke negara Singapura, Jepang, dan Korea.
70
BAB IV
ANALISIS DATA
= Konstanta
71
LnX5 = Upah
E
hasil
perhitungan
dengan
menggunakan
bantuan
komputer pada program SPSS Windows release 11.0 diperoleh hasil analisis
regresi sebagai berikut :
C. Tabel 4.1
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel
X1 (Luas lahan)
X2 (Pupuk)
X3 (Jumlah tenaga kerja)
X4 (Modal)
X5 (Upah)
Koefisien
Regresi
0,242
0,210
0,152
0,127
0,276
Standar
Error
0,090
0,049
0,054
0,059
0,078
t hitung
Signifik
an t
2,675
4,299
2,837
2,152
3,541
0,006
0,001
0,001
0,003
0,002
Konstanta
= 7,824
Adj. R Square
= 0,954
R Square
= 0,973
R
= 0,998
F
= 2351,537
Sig. F
= 0,000
Sumber : Data primer diolah
Sehingga diperoleh model persamaan sebagai berikut :
Y = 7,824+0,242LnX1+0,210LnX2+0,152LnX3+0,127 LnX4 + 0,276Ln X5+e
Adapun arti dari masing-masing koefisien regresi tersebut adalah
sebagai berikut :
72
b1
= 0,242
bahwa
kenaikan
luas
lahan
= 0,210
b3
= 0,152
b4
= 0,127
73
b5
= 0,276
74
Ha : b1 b2 b3 b4 b5 0
Daerah Penerimaan Ho
2,62
Daerah Penolakan Ho
2351,537
Gambar 4.1
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Untuk Uji F
Dari hasil perhitungan yang ditunjukkan dalam print out komputer
diperoleh nilai F-hitung sebesar 2351,537 dengan signifikansi F sebesar
0,000. Dari angka tersebut berarti F-hitung (2351,537) lebih besar
daripada F-tabel (2,62) atau p < 0,05 (0,000 < 0,05) maka keputusannya
menolak Ho dan menerima Ha. Dengan demikian secara simultan kelima
75
variabel independen yaitu variabel luas lahan (X1), pupuk (X2), jumlah
tenaga kerja (X3), modal (X4) dan
Koefisien
Regresi
t-hitung
t-tabel
= 5%
X1
0,242
2,675
X2
0,210
4,299
X3
0,152
2,837
X4
0,127
2,152
X5
0,276
3,541
Sumber : Data primer diolah (2004)
2,064
2,064
2,064
2,064
2,064
Signifikansi
0,006
0,001
0,001
0,003
0,002
76
Nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan uji dua sisi
(dengan tingkat signifikansi 5% (= 0,05) dan derajat kebebasan (df = n-k)
24, sehingga t-tabel bernilai + 2,064), maka :
Ho ditolak jika t-hitung berada di daerah penolakan Ho, atau p < 0,05
Ho diterima jika t-hitung berada di daerah penerimaan Ho, atau p > 0,05
a. Pengujian Terhadap Variabel Luas lahan (X1)
Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan oleh print out
komputer (hasil terlampir) diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,675.
Dengan melihat posisi nilai t-hitung (2,675) lebih besar dari t-tabel
(2,064), maka nilai t-hitung berada di daerah penolakan Ho sehingga
keputusannya menolak Ho dan menerima Ha. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan luas
lahan terhadap produksi.
Ho ditolak
Ho diterima
-2,064
Ho ditolak
2,064
2,675
Gambar 4.2
Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho Luas lahan
b. Pengujian Terhadap Variabel Pupuk (X2)
77
Ho ditolak
Ho ditolak
Ho diterima
-2,064
2,064
4,299
Gambar 4.3
Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho Pupuk
c. Pengujian Terhadap Variabel Jumlah Tenaga Kerja (X3)
Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan oleh print out
komputer (hasil terlampir) diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,837
Dengan melihat posisi nilai t-hitung (2,837) lebih besar dari t-tabel
2,064, maka nilai t-hitung berada di daerah penolakan Ho sehingga
keputusannya menolak Ho dan menerima Ha. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan jumlah
tenaga kerja terhadap produksi.
Ho ditolak
-2,064
Ho diterima
Ho ditolak
2,064
2,837
78
Gambar 4.4
Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho Jumlah Tenaga Kerja
d. Pengujian Terhadap Variabel Modal (X4)
Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan oleh print out
komputer (hasil terlampir) diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,152
Dengan melihat posisi nilai t-hitung (2,152) lebih besar dari t-tabel
(2,064), maka nilai t-hitung berada di daerah penolakan Ho sehingga
keputusannya menolak Ho dan menerima Ha. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara
modal terhadap produksi.
Ho ditolak
-2,064
Ho diterima
Ho ditolak
2,064
2,152
79
Gambar 4.4
Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho Modal
e. Pengujian Terhadap Variabel Upah (X5)
Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan oleh print out
komputer (hasil terlampir) diperoleh nilai t-hitung sebesar 3,541,
dengan melihat posisi nilai t-hitung (3,541) lebih besar dari t-tabel
(2,064), maka nilai t-hitung berada di daerah penolakan Ho sehingga
keputusannya menolak Ho dan menerima Ha. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara
upah terhadap produksi.
Ho ditolak
Ho diterima
-2,064
Ho ditolak
2,064
3,541
Gambar 4.5
Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho Upah
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Autokorelasi
Adanya autokorelasi dan standar error yang besar menyebabkan
terjadinya bias atau penyimpangan yaitu dengan cara membandingkan
80
Dengan uji dua ujung yaitu Ho adalah tidak ada autokorelasi baik
positif maupun negatif
Daerah Penerimaan Ho
Daerah Ketidak pastian Daerah Ketidak pastian
Daerah Penolakan Ho
dL
1,01
Daerah Penolakan Ho
dU
2
1,85 d
1,898
(4-dU)
(4-dL)
2,15
2,99
Gambar 4.6
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho
Untuk Uji Autokorelasi
81
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah peristiwa yang terjadi pada model regresi,
bila dua atau lebih variabel bebas bergerak bersama dalam satu pole yang
sama. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah persamaan regresi
yang dilakukan mengandung asumsi klasik atau tidak, dimana terjadi
hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna antar variabel bebas.
Berdasarkan Klein's Rule of Thumb, jika nilai R2 regresi awal lebih besar
daripada
nilai
R2
dari
regresi
antar
variabel
penjelas
maka
r2
rx1,x2
0,496
rx1,x3
0,221
rx1,x4
0,483
rx1,x5
0,472
rx2,x3
0,575
rx2,x4
0,319
rx2,x5
0,308
rx3,x4
0,487
rx3,x5
0,224
rx4,x5
0,318
Sumber : Data Primer diolah
R2
Keterangan
0,973
0,973
0,973
0,973
0,973
0,973
0,973
0,973
0,973
0,973
82
Melihat dari hasil korelasi dan nilai toleransi per variabel maka dapat
dijelaskan bahwa Nilai korelasi antar variabel independen terhadap
variabel independen yang lain tidak terjadi multikolinieritas. Hal tersebut
disebabkan nilai rx1x2 dan seterusnya (antar variabel independen) lebih
kecil dari nilai R2yx1 x2 x3 x4 (nilai R2 regresi awal).
3. Uji Heteroskedastisitas
Korelasi adanya heteroskedastisitas adalah biasnya varians
sehingga uji signifikansi menjadi tidak valid dengan adanya pengaruh
individu yang dipisahkan. Berdasarkan uji Park cara yang digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas antar variabel adalah :
a. Menentukan hipotesis
Ho diterima jika t hitung < t tabel, artinya dalam persamaan regresi
tidak terjadi heteroskedastisitas
Ho ditolak jika t hitung > t tabel, artinya dalam persamaan regresi
terjadi heteroskedastisitas
b. Menentukan nilai kritis dengan = 5%, derajat kebebasan n k = 18
maka diperoleh t-tabel sebesar 2,064
c. Mencari t-hitung dengan menggunakan Rank Spearman, yang
didefinisikan dengan 1-R2 xi
Selanjutnya nilai t-hitung yang dihasilkan dari masing-masing variabel
dibandingkan dengan t-tabel (dengan tingkat signifikansi 5% ( = 5%)
dan derajat kebebasan (df (n k)) = 24, sehingga t-tabel 2,064). Jika
nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka dalam model tidak terjadi
83
t-hitung
0,612
1,646
-0,630
-0,467
-1,046
t-tabel
2,064
2,064
2,064
2,064
2,064
84
d. Pengujian modal (X4) diperoleh t-hitung sebesar -0,467, karena nilai thitung < t-tabel (2,064), maka Ho diterima yang berarti tidak terdapat
heteroskedastisitas.
e. Pengujian upah (X3) diperoleh t-hitung sebesar -1,046, karena nilai thitung < t-tabel (2,064), maka Ho diterima yang berarti tidak terdapat
heteroskedastisitas.
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi karet pada petani mitra usaha PT. J. A WATTIE di
desa Pegadingan Kecamatan Cipari, Kabupaten Cilacap yang meliputi, jumlah
tenaga kerja, luas lahan, pupuk, modal dan upah. Berdasarkan analisis yang
dijelaskan dalam Bab IV peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis regresi maka diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut :
Y = 7,824 + 0,242LnX1+ 0,210LnX2 + 0,152LnX3 + 0,127LnX4 + 0,276 LnX5+e
Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan :
a. a = 7,824 anti Ln 2.499,885 artinya jika variabel tenaga kerja, luas
lahan, pupuk, modal dan upah sama dengan nol maka produksi yang
diterima sebesar 2.499,885.
b. b1
0,242,
menunjukkan
bahwa
kenaikan
tenaga
kerja
86
e. b4
dan upah
87
5. Berdasarkan uji asumsi klasik, dapat diketahui bahwa dalam model tidak
terjadi autokorelasi, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat
gejala heteroskedastisitas.
6. Dari hasil penelitian, diketahui penggunaan faktor produksi (tenaga kerja,
luas lahan, pupuk, modal dan upah) yang paling berpengaruhi adalah luas
lahan.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan-temuan yang diperoleh dan terlepas dari
implikasi yang telah diberikan, penelitian ini masih memiliki sejumlah
keterbatasan. Oleh karena itu peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Dengan diketahuinya pengaruh dari tenaga kerja, luas lahan, pupuk, modal
dan
upah
maka
pihak
perkebunan
Ciseru-Cipari
harus
lebih
88
3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih sangat terbatas karena
peneliti hanya menggunakan lima variabel independen yaitu tenaga kerja,
luas lahan, pupuk, modal dan upah sehingga kontribusi peneliti ini masih
sangat terbatas. Untuk itu diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk
menggunakan variabel yang lebih luas sehingga dapat memberikan
kontribusi secara optimal bagi perusahaan.
4. Peneliti masih menggunakan subyek penelitian yang terbatas dimana
sampel yang digunakan dalam penelitian hanya mencakup 30 petani karet.
Untuk itu penelitian mendang diharapkan dapat menggunakan sampel
penelitian yang lebih banyak dan cakupan obyek penelitian yang lebih luas
sehingga
implikasi
dan
kontribusi
penelitian
mendatang
dapat