Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Balita Tentang Pos Gizi

Dengan Status Gizi Balita Di Desa Cintaasih


Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur
Lulu Lestari 1,Hj.Teni Hernawati,SKM, M.Kes.2, Ranti Lestari, SST.3
1. Mahasiswa Akademi Kebidanan Cianjur
Email : lululestari96@gmail.com

ABSTRAK
Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, balita termasuk dalam golongan masyarakat rentan gizi,
yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka sedang
mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat. Pos Gizi merupakan salah satu upaya pemerintah dalam
menanggulangi gizi buruk dan gizi kurang yang termasuk dalam salah satu bentuk kegiatan pemulihan gizi
masyarakat khususnya balita. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu
balita tentang pos gizi dengan status gizi balita.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain crossectional. Jumlah populasi penelitian ini
yaitu 405 ibu balita, sampel penelitian ini adalah 80 responden dengan pengambilan sampel secara random
sampling. Instrumen penelitiannya adalah kuisioner, Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan
bivariat.
Hasil analisis didapatkan bahwa Setengahnya dari responden (50%) berpengetahuan cukup yaitu sebanyak
40 orang. Sebagian besar dari responden (53,8%) bersikap positif yaitu sebanyak 43 orang. Hampir setengah
dari responden (33,8%) sebanyak 27 orang memiliki status gizi kurus. Terdapat hubungan antara pengetahuan
ibu balita tentang pos gizi dengan status gizi balita di desa Cintaasih kecamatan Gekbrong kabupaten Cianjur
tahun 2016, dengan p-value = 0,025<0,05. Terdapat hubungan antara sikap ibu balita tentang pos gizi dengan
status gizi balita di desa Cintaasih kecamatan Gekbrong kabupaten Cianjur tahun 2016, dengan hasil p-value =
0,002 < 0,05.Disarankan bagi ibu balita untuk meningkatkan partisipasi dan pemahaman tentang pos gizi, dana
kepada Puskesmas Gekbrong untuk meningkatkan sosialisasi tentang pos gizi melalui komunikasi, informasi,
dan edukasi yang optimal.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Status Gizi

I. PENDAHULUAN
Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di
Indonesia berdasarkan data hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 mengalami
peningkatan yaitu sebesar 19,8%, terdiri
dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi
kurang, sedangkan angka prevalensi
nasional pada tahun 2010 yaitu 17,9%
(Riskesdas, 2013).
Di Jawa Barat prevalensi gizi kurang
pada tahun 2010 sebesar 13% dengan
rincian 3,1% gizi buruk dan sebesar 9,9%
gizi kurang, sedangkan pada hasil
Riskesdas 2013 prevalensi gizi kurang
11,3% dan gizi buruk sebesar 4,4%
(Riskesdas, 2013).
Berdasarkan
rekapitulasi
Bulan
Penimbangan Balita (BPB) di Kabupaten
Cianjur tahun 2014 dari 186. 171 balita

yang ditimbang, yang mengalami gizi


sangat kurang diperoleh sebanyak 1297
(0,70%), dan yang mengalami gizi kurang
sebanyak 12.489 (8,71%). Dari 45
Puskesmas
di
Kabupaten
Cianjur,
Puskesmas Gekbrong adalah salah satu
Puskesmas dengan jumlah balita gizi
kurangnya cukup banyak, dari jumlah
balita yang ditimbang pada tahun 2014
sebanyak 5.050 balita, yang mengalami
gizi sangat kurang sebanyak 70 balita
(1,39%), sedangkan gizi kurang sebanyak
664 (13,15%) (Profil Dinkes Cianjur,
2015).
Salah satu upaya penanggulangan gizi
kurang, pemerintah mencanangkan 7
pokok kegiatan dalam upaya pencegahan
dan
penanggulangn
gizi
kurang,
diantaranya : revitalisasi Posyandu,

revitalisasi Puskesmas, intervensi gizi dan


kesehatan, promosi keluarga sadar gizi,
pemberdayaan keluarga, advokasi dan
pendampingan, serta revitalisasi sistem
kewaspadaan pangan dan gizi. Salah satu
bentuk kegiatan pemulihan gizi pada
masyarakat khususnya balita dengan
pendekatan pemberdayaan masyarakat
adalah pos gizi.
Pos gizi merupakan suatu bentuk
kegiatan pemberdayaan keluarga yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
kemampuan keluarga untuk mengetahui
potensi
ekonomi
keluarga
dan
mengembangkannya untuk memenuhi
kebutuhan gizi seluruh anggota keluarga.
Pada tahun 2009, pemerintah menargetkan
terbentuknya 70.000 pos gizi di seluruh
Indonesia (Depkes RI, 2012).
Puskesmas Gekbrong terdiri dari 8
desa, dan desa Cintaasih merupakan desa
yang memiliki cakupan balita dengan
kategori BGM (Bawah Garis Merah)
cukup tinggi pada KMS (Kartu Menuju
Sehat).
Berdasarkan
data
hasil
POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) di
desa Cintaasih pada bulan Februari 2016
yaitu dari 415 balita, 28 diantaranya
termasuk dalam kategori BGM, atau
sekitar 5%. Dimana kategori tersebut
didapatkan dari status KMS balita, KMS
digunakan sebagai salah satu alat/ media
dalam mendeteksi dini kekurangan gizi
pada bayi/ balita, maka apabila seorang
balita termasuk kategori BGM berarti
balita tersebut mengalami gizi kurang
(Puskesmas Gekbrong, 2016).
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka atas dasar alasan tersebut peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : Hubungan Pengetahuan
Dan Sikap Ibu Balita Tentang Pos Gizi
Dengan Status Gizi Balita Di Desa
Cintaasih
Kecamatan
Gekbrong
Kabupaten Cianjur Tahun 2016.
2. METODE
2.1. Rancangan Penelitian
Rancangan
penelitian
dengan pendekatan Cross

dilakukan
Sectional

dengan cara pendekatan, observasi atau


pengambilan data sekaligus pada suatu
waktu (point time approach).
2.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua ibu yang memiliki balita yang
tinggal di wilayah desa Cintaasih
Kecamatan Gekbrong yaitu sebanyak 405
orang. Teknik pengambilan sampel dengan
cara random sampling yaitu teknik
penentuan sampel secara acak. Dengan
didapatkan
jumlah
sampel
dalam
penelitian ini adalah 80 orang.
2.3. Hipotesis
a. Ho: Tidak ada hubungan antara dan
dengan sikap ibu balita tentang pos
gizi dengan status gizi balita di desa
Gekbrong Tahun 2016.
b. Ha : Ada hubungan antara pengetahan
dan sikap ibu balita tentang pos gizi
dengan status gizi balita di desa
Gekbrong Tahun 2016.
2.4. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen dalam penelitian ini adalah
kuisioner dan juga alat ukur untuk
menghitung status gizi balita berupa
timbangan berat badan balita dan pengukur
tinggi badan balita. Pengumpulan data
yang peneliti lakukan yaitu secara
langsung kepada responden atau berupa
data primer atau dengan membagikan
kuisioner penelitian kepada ibu balita dan
observasi hasil pengukuran tinggi badan
dan berat badan kepada balitanya.
Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan
di Posyandu di wilayah desa cintaasih.
Untuk mempermudah proses pengumpulan
data, peneliti melibatkan kader kesehatan
yang berada di desa Cintaasih.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Penelitian
Analisis Univariat
a. Gambaran Pengetahuan Ibu Balita
Tentang Pos Gizi
Tabel 4.1 Distribusi
Frekuensi
Pengetahuan Ibu Balita Tentang
Pos Gizi Di Desa Cintaasih

Kecamatan Gekbrong Kabupaten


Cianjur Tahun 2016.
Kategori
Baik
Cukup
Kurang
Total

Frekuensi
22
40
18
80

Presentase
27,5
50
22,5
100

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut dapat


diketahui bahwa pengetahuan ibu balita
tentang pos gizi yaitu setengahnya dari
responden (50%) berpengetahuan cukup
yaitu sebanyak 40 orang, hampir
setengah dari responden (27,5%) atau
sebanyak 22 orang memiliki pengetahuan
yang baik, dan hampir setengah dari
responden (22,5%) yaitu sebanyak 18
orang berpengetahuan kurang.
b. Gambaran Sikap Ibu Balita
Tentang Pos Gizi
Tabel 4.2 Distribusi
Frekuensi
Sikap Ibu Balita Tentang Pos Gizi
Di Desa Cintaasih Kecamatan
Gekbrong
Kabupaten
Cianjur
Tahun 2016.
Kategori
Positif
Negatif
Total

Frekuensi
43
37
80

Presentase
53,8
46,2
100

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut


dapat diketahui bahwa sebagian besar
dari responden (53,8%) bersikap
positif yaitu sebanyak 43 orang, dan
hampir setengah dari responden
(46,2%) yaitu sebanyak 37 orang
bersikap negatif.
c. Gambaran Status Gizi Balita
Tabel 4.3 Distribusi
Frekuensi
Status Gizi Balita Di Desa Cintaasih
Kecamatan Gekbrong Kabupaten
Cianjur Tahun 2016.
Kategori
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Obesitas
Total

Frekuensi
9
27
41
3
0
80

%
11,1
33,8
51,3
3,8
0
100

Berdasarkan tabel 4.3 tersebut


dapat diketahui bahwa sebagian kecil
dari
responden
(11,1%)
yaitu
sebanyak 9 orang memiliki status gizi
sangat kurus, hampir setengah dari
responden (33,8%) yaitu sebanyak 27
orang memiliki status gizi kurus.
Sedangkan 41 orang (51,38) memiliki
status gizi normal, serta sebagian kecil
dari responden (3,8%) atau 3 orang
memiliki status gizi gemuk.
Analisa Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan Ibu Balita
Tentang Pos Gizi dengan Status
Gizi Balita
Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan
Ibu Balita tentang Pos Gizi dengan
Status Gizi Balita Di Desa Cintaasih
Kecamatan Gekbrong Kabupaten
Cianjur Tahun 2016
Status gizi
Pengeta
huan
Baik
Cukup
Kurang
Total

Sangat
Kurus
N
%
1
4,5
3
7,5
5 27,8
9 11,3

Kurus
N
5
13
9
27

%
22,7
32,5
50
33,8

Normal
N
14
23
4
41

%
63,6
57,5
22,2
51,3

Gemu
k
N %
2 9,1
1 2,5
0
0
3 3,8

Jumlah
N
22
40
18
80

Berdasarkan tabel 4.5 dapat


diketahui bahwa sebagian besar dari
responden (63,6%) berpengetahuan
baik dan memiliki status gizi balita
normal yaitu sebanyak 14 orang, dan
sebagian kecil dari responden (2,5%)
berpengetahuan cukup dan memiliki
status gizi balita gemuk yaitu sebanyak
1 orang. Hasil uji bivariat menggunakan
Chi-square didapatkan hasil p-value =
0,025 < 0,05 maka keputusan ujinya H0
berhasil ditolak, yang berarti ada
hubungan yang signifikan antara
pengetahuan ibu balita tentang pos gizi
dengan status gizi balita di desa
Cintaasih
kecamatan
Gekbrong
kabupaten Cianjur tahun 2016.
b. Hubungan Sikap Ibu Balita Tentang
Pos Gizi dengan Status Gizi Balita
Tabel 4.6 Hubungan Sikap Ibu
Balita tentang Pos Gizi dengan Status

%
100
100
100
100

Pval
ue
0,0
25

Gizi Balita Di Desa Cintaasih


Kecamatan Gekbrong Kabupaten
Cianjur Tahun 2016
Status gizi
Sikap
Positif
Negatif
Total

Sangat
Kurus
N
%
0
0
9 24,3
9 11,3

Kurus
N
13
14
27

%
30,2
37,8
33,8

Normal
N
28
13
41

%
65,1
35,1
51,3

Gemu
k
N %
2 4,7
1 2,7
3 3,8

Jumlah
N
43
37
80

%
100
100
100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat


diketahui bahwa sebagian besar dari
responden (65,1%) bersikap positif dan
memiliki status gizi balita normal yaitu
sebanyak 28 orang, dan tak seorangpun
dari responden (0%) bersikap positif
memiliki status gizi balita sangat kurus
yaitu sebanyak 0 orang. Hasil uji
bivariat
menggunakan
Chi-square
didapatkan hasil p-value = 0,002 < 0,05
maka keputusan ujinya H0 berhasil
ditolak, yang berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara sikap ibu balita
tentang pos gizi dengan status gizi
balita di desa Cintaasih kecamatan
Gekbrong kabupaten Cianjur tahun
2016.
3.2. Pembahasan
a. Gambaran
Pengetahuan
Ibu
Balita tentang Pos Gizi
Dari
hasil
analisis
distribusi
frekuensi diatas dapat digambarkan
bahwa 53,8%% ib balita memiliki
pengetahuan yang cukup tentang pos
gizi. Hal tersebut menunjukan bahwa
pengetahuan ibu balita tentang pos gizi
harus terus ditingkatkan agar ibu balita
memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang lebih baik tentang pos gizi.
Menurut
Sugiyono,
2015
Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt
behavior). Faktor yang memengaruhi
pengetahuan menurut notoatdmodjo
tahun 2015, diantaranya : Pengalaman,
keyakinan, fasilitas, sosial budaya,
tempat tinggal, dan sumber informasi.
Pengetahuan yang didasari dengan
pemahaman
yang
tepat
akan
menumbuhkan sikap yang positif

Pval
ue
0,0
02

sehingga akhirnya tumbuh suatu perilaku


yang diharapkan.
Menurut
asumsi
peneliti,
pengetahuan ibubalita tentag pos gizi
sudah cukup baik namun belum optimal
dikarenakan masih terdapat ibu balita
yang memiliki pengetahuan yang kurang
tentang pos gizi, hal tersebut bisa
diakibatkan karena ketidaktahuan ibu
balita tentang pos gizi tersebut, padahal
pos gizi adalah salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk menangani gizi
urag dan gizi buruk pada balita. Maka
pengetahuan ibu balita di desa Cintaasih
harus terus ditingkatkan agar mereka
lebih memahami tentang pos gizi.
Dalam hal ini tidak terdapat
kesenjangan antara teori dengan hasil
penelitian karena tingkat pengetahuan
ibu
balita
di
Desa
Cintaasih
berpengetahuan cukup.
b. Gambaran Sikap Ibu Balita Tentang
Pos Gizi
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut dapat
diketahui bahwa sebagian besar dari
responden (53,8%) bersikap positif yaitu
sebanyak 43 orang, dan hampir setengah
dari responden (46,2%) yaitu sebanyak 37
orang bersikap negatif.
Menurut L.L Thurstone sikap
sebagai tingkat kecenderungan yang
bersifat positif atau negatif yang
berhubungan dengan objek psikologi yang
meliputi simbol, kata kata, slogan, orang,
lembaga, ide, dan sebagainya. Adapun
struktur sikap menurut Azwar tahun 2015
terdiri dari 3 komponen yaitu : kognitif,
afektif, dan konatif. Komponen kognitit
yaitu berisi kepercayaan seseorang
mengenai apa yang berlaku atau apa yang
benar bagi objek sikap. Kepercayaan
datang dari apa yang telah dilihat atau dari
pengalaman pribadi dan pengetahuan yang
dimiliki.
Dari penjabaran diatas dapat
diketahui bahwa sikap ibu balita tentang
pos gizi sudah cukup baik namun belum
optimal dikarenakan masih terdapat ibu
balita yang memiliki sikap negatif. Hal
tersebut bisa saja dipengaruhi oleh

motivasi ibu balita yang kurang terhadap


adanya program pos gizi. Sosialisasi pos
gizi perlu dilakukan secara lebih efektif
untuk menggali motivasi dan partisipasi
ibu balita agar memiliki sikap positif
terhadap program pos gizi.
Dalam hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat kesenjangan antara
teori dengan hasil penelitian,
c. Gambaran Status Gizi Balita
Berdasarkan tabel 4.3 tersebut dapat
diketahui bahwa sebagian kecil dari
responden (11,1%) yaitu sebanyak 9 orang
memiliki status gizi sangat kurus, Hampir
setengah dari responden (33,8%) yaitu
sebanyak 27 orang memiliki status gizi
kurus, sebagian besar dari responden
(51,3%) memiliki status gizi normal yaitu
sebanyak 41 balita, sebagian kecil dari
responden (3,8%) yaitu sebanyak 3 balita
bersikap memiliki status gizi gemuk, dan
sebanyak 0% memiliki status gizi obesitas.
Hal tersebut menunjukan bahwa mayoritas
balita memiliki status gizi normal (51,3%)
yaitu sebanyak 41 balita. Walaupun
demikian hal ini belum seluruhnya optimal
karena masih ditemukan status gizi sangat
kurus (11,1%) yaitu 9 orang dan status gizi
kurus (33,8%) yaitu 27 orang.
Menurut penelitian Dogler dalam jurnal
Idah Khoiri tentang Status Gizi Balita di
Posyandu Kelurahan Padang Bulan
Kecamatan Medan Baru yang menyatakan
bahwa jika angka status gizi buruk berada
dibawah 20% pada suatu daerah maka hal
tersebut sangat memprihatinkan, hasil
penelitian ini menunjukan bahwa status
gizi balita di desa Cintaasih sudah baik
namun masih belum optimal, dimana
angka status gizi kurus berada diatas 20%.
Departemen Kesehatan RI telah
menetapkan Rencana Aksi Nasional
Pencegahan dan Penanggulangan Gizi
Buruk 2005-2009 (RAN-PPGB) dengan
pokok kegiatan: revitalisasi Posyandu,
revitalisasi Puskesmas, intervensi gizi dan
kesehatan, promosi kadarzi, pemberdayaan
keluarga, advokasi dan pendampingan,
serta revitalisasi SKPG (Depkes RI, 2005).

Menurut penelitian yang dilakukan


oleh Ahmad Syafiq tentang Tinjauan Atas
Gizi Anak Usia Dini tahun 2012
menyatakan bahwa fokus RAN-PPGB
haruslah bersifat preventif serta promotif.
Di samping gizi buruk, gizi kurang juga
perlu mendapatkan perhatian yang sama
besar karena gizi kurang berpotensi untuk
menjadi gizi buruk. Kemudian Pedoman
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
perlu dioptimalkan penggunaannya dengan
memastikan
bahwa
masyarakat
memanfaatkan
institusi
pelayanan
kesehatan dasar sebagai SDIDTK.
Kemudian strategi peningkatan kesehatan
dan gizi anak usia dini haruslah melakukan
pendekatan
berbasis
komunitas.
Masyarakat perlu ikut memiliki dan
terlibat dalam program peningkatan
kesehatan dan gizi anak usia dini. Hal ini
sangat penting agar muncul keinginan
memperbaiki diri sendiri. Masyarakat juga
harus diajak untuk ikut memahami
masalah yang dihadapi serta terlibat dalam
perencanaan
program
termasuk
pelaksanaan dan evaluasinya. Pendekatan
ini juga lebih memberikan jaminan
terhadap keberlanjutan dari program.
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan
antara teori dengan hasil penelitian.
d. Hubungan Pengetahuan Ibu Balita
Tentang Pos Gizi Dengan Status Gizi
Balita
Hasil uji Chi-square didapatkan hasil pvalue = 0,025 < 0,05 maka keputusan
ujinya H0 berhasil ditolak, yang berarti ada
hubungan antara pengetahuan ibu balita
tentang pos gizi dengan status gizi balita di
desa Cintaasih kecamatan Gekbrong
kabupaten Cianjur tahun 2016.
Faktor yang memengaruhi pengetahuan
menurut notoatdmodjo tahun 2015,
diantaranya : Pengalaman, keyakinan,
fasilitas, sosial budaya, tempat tinggal, dan
sumber informasi. Hasil penelitian rogers
dalam buku Notoatdmodjo tahun 2015
menyatakan adanya keterkaitan antara
pengetahuan dan perilaku seseorang yaitu

apabila penerimaan perilaku baru atau


adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long
lasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak
didasari oleh pengetahuan, dan kesadaran
maka tidak akan berlangsung lama.
Adanya hubungan antara pengetahuan
ibu balita tentang pos gizi dengan status
gizi balita ini sejalan dengan pendapat
dewiani tahun 2014 dalam jurnal Penilaian
Kebermanfaatan Program Pos Gizi yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara pengetahuan ibu
tentang pos gizi terhadap status gizi balita.
Hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan
ibu berpengaruh terhadap pengasuhan
balita terutama dalam hal pemberian
makanan.
Semakin
tinggi
tingkat
pengetahuan ibu tentang pos gizi maka
semakin tinggi pula kualitas dan kuantitas
asupan makanan balita yang menyebabkan
balita tersebut memiliki status gizi baik.
Jadi, semakin baik pengetahuan ibu balita
mengenai pos gizi status gizi balita
tersebut baik. Begitupula sebaliknya,
semakin kurangnya pengetahuan Ibu
Balita mengenai pos gizi, maka status gizi
balitanya buruk.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak ada kesenjangan antara teori
dengan hasil penelitian karena dalam hasil
penelitian
mayoritas
ibu
balita
berpengetahuan baik memiliki status gizi
balita yang baik pula, dan mayoritas ibu
balita memiliki pengetahuan yang kurang
memiliki status gizi balita kurus.
e. Hubungan Sikap Ibu Balita Tentang
Pos Gizi Terhadap Status Gizi Balita
Berdasarkan
hasil
uji
bivariat
menggunakan Chi-square didapatkan hasil
p-value = 0,002 < 0,05 maka keputusan
ujinya H0 berhasil ditolak, yang berarti
terdapat hubungan yang signifikan antara
sikap ibu balita tentang pos gizi dengan
status gizi balita di desa Cintaasih
kecamatan Gekbrong kabupaten Cianjur
tahun 2016.
Sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu objek. Sikap secara nyata


menunjukan arti adanya kesesuaian reaksi
yang bersifat emosional terhadap suatu
objek sosial. D.Kreech mengatakan bahwa
sikap adalah organisasi yang tetap dari
proses motivasi, emosi, persepsi, atau
pengamatan atas suatu aspek dari
kehidupan individu. Menurut Walgito
dalam buku Sugiyono tahun 2015
menyatakan bahwa sikap merupakan
faktor yang ada dalam diri manusia yang
dapat mendorong atau menimbulkan
prilaku tertentu, sikap membuat seseorang
untuk dekat atau menjauhi sesuatu. Sikap
dapat bersifat positif kecenderungan untuk
mendekati, menyenangi, mengharapkan
objek tertentu, sedangkan sikap negatif
terdapat
kecenderungan
menjauhi,
menghindari, membenci, ataupun tidak
menyukai objek tertentu.
Berdasarkan
hasil
penelitian
Taufiqurrahman tahun 2014 tentang
Pengaruh
Kelas
Gizi
Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Status
Gizi Balita Di Kota Mataram menyebutkan
bahwa ibu yang rutin datang ke pos gizi
dan memiliki pengetahuan dan sikap
terhadap pos gizi memiliki balita dengan
status gizi baik dibandingan dengan ibu
yang tidak mengikuti pos gizi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa semakin positif sikap
ibu balita terhadap pos gizi, maka status
gizi balita tersebut akan baik. Begitupula
sebaliknya, semakin negatif sikap Ibu
Balita terhadap pos gizi, maka status gizi
balitanya buruk.
Dengan demikian maka tidak terdapat
kesenjangan antara teori dengan hasil
penelitian, karena pada penelitian ini,
mayoritas ibu balita mempunyai sikap
yang positif terhadap program pos gizi
memiliki status gizi balita yang baik, dan
mayoritas sikap ibu negatif memiliki status
gizi kurus.
IV. SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
Setelah penulis melakukan penelitian
mengenai Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Balita Tentang Pos Gizi

Terhadap Status Gizi Balita Di Desa


Cintaasih
Kecamatan
Gekbrong
Kabupaten
Cianjur
Tahun
2016,
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
a. Setengahnya dari responden (50%)
berpengetahuan cukup yaitu sebanyak
40 orang.
b. Sebagian besar dari responden
(53,8%) bersikap positif yaitu
sebanyak 43 orang.
c. Sebagian kecil dari responden (11,1%)
yaitu sebanyak 9 orang memiliki
status gizi sangat kurus, Hampir
setengah dari responden (33,8%) yaitu
sebanyak 27 orang memiliki status
gizi kurus.
d. Terdapat
hubungan
antara
pengetahuan ibu balita tentang pos
gizi dengan status gizi balita di desa
Cintaasih
kecamatan
Gekbrong
kabupaten Cianjur
tahun 2016,
dengan p-value = 0,025 < 0,05.
e. Terdapat hubungan antara sikap ibu
balita tentang pos gizi dengan status
gizi balita di desa Cintaasih
kecamatan
Gekbrong
kabupaten
Cianjur tahun 2016, dengan hasil pvalue = 0,002 < 0,05.

4.2. Saran
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan, maka saran yang peneliti
sampaikan yaitu sebagai berikut :
a. Kepada ibu balita diharapkan untuk
lebih meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang pos gizi, serta lebih
meningkatkan
partisipasi
dalam
menghadiri
pos
gizi
yang
diselenggarakan di Desa Cintaasih.
b. Kepada Puskesmas Gekbrong / Desa
Cintaasih diharapkan agar sosialisasi
pos gizi lebih diefektifkan untuk
menggali
partisipasi
masyarakat,
kemudian diharapkan agar strategi
peningkatan kesehatan dan gizi anak
usia dini lebih ditingkatkan dengan
pendekatan berbasis komunitas demi
menunjang
keberhasilan
program
khususnya di bidang gizi dan kesehatan
balita.
c. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan
agar penelitian ini dapat dijadikan
sebagai acuan untuk melakukan
penelitian lain di bidang gizi dan
diharapkan dapat melakukan penelitian
ini ditempat yang berbeda dengan
responden yang lebih beragam.

DAFTAR PUSTAKA
(1) Almatsier. (2012). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Salemba Medika.
(2) Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
(3) Azwar Saifuddin.(2015).Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
(4) Budiman & Riyanto. (2013). Kapita Selekta Kuisioner. Jakarta: Salemba Medika.
(5) Depkes RI. (2014). Klasifikasi Status Anak Dibawah Lima Tahun. Jakarta: Dirjen Binkesmas.
(6) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat.
(7) Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur.(2015).Profil Kesehatan Kabupaten Cianjur. Cianjur.
(8) Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Kementrian Republik Indonesia.
(9) Muaris.H. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
(10) Muslihatun. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: Fitramaya
(11) Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Jakarta: Salemba
Medika.
(12) Notoatmodjo (2015). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
(13)
(2010). Metodoogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
(14) Puskesmas Gekbrong. (2016). Profil Kesehatan Puskesmas Gekbrong.
(15) Riyanto. (2011). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
(16) Riyanto. (2013). Statistik Deskriptif Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
(17) Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Jakarta: SalembaMedika.
(18) Supariasa. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
(19) Taufiqurrahman. (2014). Pengaruh Kelas Gizi Terhadap Sikap Ibu terhadap Status Gizi Balita Di Kota
Mataram.

Anda mungkin juga menyukai