Oleh :
IMAM CHANIF
105040201111127
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG KERJA
IDENTIFIKASI CENDAWAN UMBI BAWANG PUTIH (Allium sativum L.)
IMPOR DARI CHINA DI BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN
(BBKP) SURABAYA
Disetujui oleh:
Pembimbing Lapang,
Pembimbing Utama
Mengetahui
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan
Ketua
ii
RINGKASAN
IMAM CHANIF. 105040201111127. IDENTIFIKASI CENDAWAN UMBI
BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) IMPOR DARI CHINA DI BALAI
BESAR KARANTINA PERTANIAN (BBKP) SURABAYA. Di bawah
bimbingan Dr. Ir. Syamsuddin Djauhari, MS, sebagai pembimbing utama
dan Sri Handayani, S.Si. , sebagai pembimbing lapang magang di BBKP
Surabaya.
Bawang putih Alium sativum L. merupakan tanaman yang memiliki nilai
ekonomi yang sangat tinggi. Upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
bawang putih di dalam negeri dengan mengimpor dari negara-negara lain
penghasil tanaman bawang putih ini, memiliki kendala yang harus ditanggung
oleh masyarakat dalam negeri sendiri yaitu harga bawang putih yang dapat
sewaktu-waktu naik. Pada dasarnya hama maupun patogen penyebab penyakit
tanaman bawang putih dapat saja terbawa oleh umbi dari bawang putih tersebut.
Untuk itu sebelum masuk ke dalam negeri umbi bawang putih yang di impor
haruslah ada pemeriksaan guna untuk dilakukan perkarantinaan.
Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya
pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme
pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau
keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia (Republik Indonesia.
2002). Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya adalah salah satu Unit Pelaksana
Teknis (UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian - Kementerian Pertanian
sebagai hasil penggabungan antara UPT Balai Besar Karantina Hewan Tanjung
Perak dan UPT Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Perak
Kegiatan magang kerja dilakukan di Balai Besar Karantina Pertanian
(BBKP) Surabaya yang terletak di UP (Unit Pelayanan) 1 yang berada pada
Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Laboratorium BBKP Surabaya. Magang
kerja dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2013. Pelaksanaan magang kerja
yang dilakukan di BBKP Surabaya meliputi beberapa kegiatan yang diantaranya
yaitu kegiatan pembekalan materi mengenai karantina dan BBKP Surabaya,
kemudian terdapat kegiatan pemeriksaan lapang yang dilakuka pada Intalasiinstalasi karantina pertanian. Selain itu juga pemngujian yang dalam hal ini
pengujian komoditas yang akan di impor, ekspor maupun dikirim antar area.
Hasil pemeriksaan dan pengamatan yang dilakukan pada komoditas umbi
bawang putih pada bulan September tidak ditemukan OPT yang merupakan
OPTK yang dicegah masuk dan tersebarnya di wilayah RI sesuai dengan
permentan 18 tahun 2011 tentang Jenis OPT. Cendawan yang ditemukan pada
komoditas umbi bawang putih yaitu Alternaria sp., Alternaria alternata,
Alternaria brassicicola, Alternaria brassicae, A. japonica, A. porri, Aspergillus
flavus, Botryodiplodia sp., Cladosporium sp., Curvularia sp., C.eragrostidis,
C. lunata, Drechslera sp., D. tetramera, Epicocum sp., Exerohilum sp.,
Nigrospora sp., Stemphylium sp., dan Trichothecium roseum.
iii
SUMMARY
IMAM CHANIF. 105040201111127. IDENTIFICATION of BOLETUS
BULBS of garlic (Allium sativum L.) IMPORTS FROM CHINA IN THE
GREAT HALL OF AGRICULTURAL QUARANTINE (BBKP)
SURABAYA. Under the guidance of Dr. IR. Syamsuddin Djauhari, MS, as
the primary supervisor and Sri Handayani, S.Si., as an apprentice in the airy
supervisor BBKP Surabaya.
Garlic Alium sativum l. is a plant that has a very high economic value. The
Government's attempt to meet the needs of the domestic garlic by importing from
other countries producing plants, garlic has a constraint that must be borne by the
community in the country, namely the price of garlic which can at any time go up.
Basically pathogens cause disease or pest plants garlic can just get carried away
by the bulbs of garlic. For it before entering into the land of garlic bulbs that are
imported shall be an examination in order to be perkarantinaan.
Quarantine is a place of exile and/or actions as prevention efforts came in
and spread of pests and diseases or pest organisms from overseas and from one
area to another area in the country, or discharge from the territory of the Republic
of Indonesia (Republik Indonesia. 2002). Large Agricultural Quarantine Center
Surabaya is one of Managing Technical Unit (UPT) scope of agricultural
Quarantine Agency-Ministry of agriculture as a result of a merger between a large
Hall UPT the Animal Quarantine and Tanjung Perak UPT Balai Besar Tanjung
Perak Plant Quarantine
Apprentices work done on the porch of the Quarantine of farms (BBKP)
Surabaya in UP (Service Unit) 1 is at the port of Tanjung Perak Surabaya
Surabaya BBKP and laboratories. Internship work done in August-October 2013.
Apprentice implementation work done in Surabaya BBKP includes several
activities including the activities regarding quarantine and material supply BBKP
Surabaya, then there is a roomy dilakuka examination activities at Intalasiinstallation of agricultural quarantine. It also pemngujian that in this case the
commodity will be testing on the import, export or shipped between areas.
Inspection results and observations made on commodity garlic bulbs in
September not found the OPT constitutes OPTK prevented entry and spread on
the territory of Republic of Indonesia in accordance with permentan 18 in 2011
about the type of OPT. Boletus found on garlic bulbs commodities i.e. Alternaria
sp., Alternaria alternata, Alternaria brassicicola, Alternaria brassicae,
A. japonica, A. porri, Aspergillus flavus, Botryodiplodia sp., Cladosporium sp.,
Curvularia sp., C. eragrostidis, C. lunata, Drechslera sp., D. tetramera,
Epicocum sp., Exerohilum sp., Nigrospora sp., Stemphylium sp., dan
Trichothecium roseum
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat dan
pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan magang yang berjudul
IDENTIFIKASI CENDAWAN UMBI BAWANG PUTIH (Allium sativum
L.) IMPOR DARI CHINA DI BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN
(BBKP) SURABAYA. Laporan magang ini dibuat untuk memenuhi syarat
magang kerja.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih, kepada:
1. Dr.Ir. Bambang Tri Rahardjo, SU. selaku Ketua Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
2. Dr. Ir. Syamsudin Djauhari, MS. selaku dosen pembimbing utama.
3. Sri Handayani, S.Si. selaku dosen pembimbing lapang di Balai Besar
Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya
4. Dosen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya atas bimbingan dan arahan yang selama ini diberikan.
5. Ayah dan Ibu tersayang, yang senantiasa memberikan doa, motivasi,
bimbingan, dan kesabaran.
6. Ika Agustin Rusdiana yang senantiasa memberikan semangat dan
motivasi.
7. Teman-teman Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
2010 dan semua pihak yang membantu serta dukungan yang diberikan
dalam pembentukan laporan ini.
Semoga laporan magang ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan pembaca, serta pihak-pihak yang terkait pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
RINGKASAN ..................................................................................................... iii
SUMMARY ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
2.1 Bawang Putih ............................................................................................. 4
2.1.1 Klasifikasi ............................................................................................ 4
2.1.2 Morfologi Tanaman Bawang Putih ....................................................... 4
2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Putih ............................................... 5
2.1.4 Penyakit Pada Umbi Bawang Putih yang di Sebabkan oleh Cendawan . 5
2.1.5 OPTK pada Umbi Bawang Putih Impor China ..................................... 7
2.2 Balai Besar Karantina Pertanian ................................................................. 8
2.2.1 Profil Karantina Pertanian .................................................................... 8
2.2.2 Persyaratan Ekspor dan Impor ............................................................ 12
2.2.3 Ketentuan dan Tindakan Karantina Impor Umbi Bawang Putih .......... 13
2.2.5 Mekanisme Pelayanan Dokumen Balai Besar Karantina Pertanian
Surabaya ............................................................................................ 16
BAB III METODOLOGI ................................................................................... 20
3.1 Waktu danTempat .................................................................................... 20
3.2 Metode Pelaksanaan ................................................................................. 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 25
4.1 Hasil ......................................................................................................... 25
4.2 Pembahasan .............................................................................................. 38
4.2.1 Pelayanan Impor Umbi Bawang Putih ................................................ 38
4.2.2 Temuan Cendawan pada Umbi Bawang Putih Impor .......................... 41
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 58
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 58
vi
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jenis OPTK A1 dan A2 serta Golongan I dan Golongan II pada Umbi
Bawang Putih Impor dari China ........................................................................... 8
Tabel 2. Temuan Cendawan pada Umbi Bawang Putih Impor China Bulan
September 2013 ................................................................................................. 25
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Umbi Bawang Putih Alium sativum..................................................... 4
Gambar 2. Struktur Organisasi BBKP Surabaya ................................................. 11
Gambar 3. Mekanisme Alur Pelayanan dan Pengawasan Karantina Tumbuhan .. 16
Gambar 4. Alur Pengujian Bawang Putih dengan Cara Direct inspection .......... 23
Gambar 5. Foto Alur Pengujian Bawang Putih Impor China .............................. 24
Gambar 6 Alur Pelayanan Impor Umbi Bawang Putih ....................................... 38
Gambar 7. Alternaria sp. .................................................................................... 42
Gambar 8. A. alternata....................................................................................... 43
Gambar 9. A. brassicicola .................................................................................. 44
Gambar 10. A. brassicae .................................................................................... 45
Gambar 12. A. japonica ..................................................................................... 46
Gambar 13. A. porri ........................................................................................... 46
Gambar 14. A. flavus.......................................................................................... 47
Gambar 15. Botryodiplodia sp. .......................................................................... 48
Gambar 16. Cladosporium sp. ............................................................................ 48
Gambar 17. Curvularia sp. ................................................................................. 49
Gambar 18. C. eragrostidis ................................................................................ 50
Gambar 19. C. lunata ......................................................................................... 50
Gambar 20. Drechslera sp. ................................................................................ 51
Gambar 21. D. tetramera ................................................................................... 52
Gambar 22. Epicocum sp. .................................................................................. 53
Gambar 23. Exerohilum sp. ................................................................................ 54
Gambar 24. Nigrospora sp. ................................................................................ 54
Gambar 25. Stemphylium sp ............................................................................... 55
Gambar 26. T. roseum ........................................................................................ 56
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bawang putih Alium sativum L. merupakan tanaman yang memiliki
nilai ekonomi yang sangat tinggi. Sentra bawang putih di Indonesia umumnya
terkonsentrasi di Pulau Jawa. Berdasarkan survey eksplorasi, sekitar 72 persen
daerah penanaman bawang putih terdapat di Jawa (Buurma 1991).
Kebutuhan (konsumsi) bawang putih dari tahun ke tahun terus
meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Tetapi kebutuhan
akan bawang putih tersebut tidak di imbangi dengan adanya persediaan
bawang putih di dalam negeri. Perkembangan terakhir (2006), impor bawang
putih indonesia berjumlah 295 ribu ton dengan nilai tidak kurang dari US$
103 juta atau sebesar Rp 927 milyar, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
dalam negeri. (Pasandaran dan Hadi, 1994)
Upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan bawang putih di dalam
negeri dengan mengimpor dari negara-negara lain penghasil tanaman bawang
putih ini, memiliki kendala yang harus ditanggung oleh masyarakat dalam
negeri sendiri yaitu harga bawang putih yang dapat sewaktu-waktu naik. Hal
ini menyebabkan keresahan masyarakat mengingat kebutuhan (konsumsi)
akan bawang putih ini untuk bahan masak sangat banyak dibutuhkan oleh
masyarakat.
Dengan banyaknya kebutuhan akan bawang putih yang harus di impor
dari negara-negara lain pengahasil bawang putih ini, maka akan banyak pula
material-material yang terbawa dari negera pengekspor salah satunya yaitu
hama maupun penyakit yang menyerang tanaman bawang putih. Pada
dasarnya hama maupun patogen penyebab penyakit tanaman bawang putih
dapat saja terbawa oleh umbi dari bawang putih tersebut. Untuk itu sebelum
masuk ke dalam negeri umbi bawang putih yang di impor haruslah ada
pemeriksaan guna untuk dilakukan perkarantinaan.
Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya
pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme
2
pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri,
atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia (Republik
Indonesia. 2002), sedangkan Karantina Tumbuhan adalah tindakan sebagai
upaya pencegahan masuk dan tersebarnya Organisme Pengganggu Tumbuhan
dari luar negeri dan dari suatu Area ke Area lain di dalam negeri atau
keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. (Republik
Indonesia. 2002). Tindakan karantina terhadap media pembawa OPT/OPTK
yang diimpor, diekspor dan / atau dikirim antar area, meliputi pemeriksaan,
pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan
pembebasan. Media pembawa yang dikenakan tindakan karantina berupa
benih tumbuhan dan hasil tumbuhan baik yang belum diolah maupun telah
diolah yang dapat menjadi media pembawa OPT/OPTK. (Balai Besar
Karantina Surabaya. 2012)
Dengan adanya badan karantina yang memiliki peranan dalam usahanya
untuk memeriksa bentuk apapun dari tumbuhan untuk di identifikasi apakah
ada patogen yang yang menyebabkan penyakit yang dapat membahayakan
sumberdaya alam yang ada di dalam negeri atau tidak. Ataupun ada hama
atau sumber hama yang dapat menyebabkan kerugian oleh negara Indonesia.
Dalam hal ini salah satu unit dari balai besar yang berada di Indonesia
yaitu Balai Besar Pertanian yang terletak dikota Surabaya yang merupakan
salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian.
Kementerian pertanian sebagai hasil penggabungan antara UPT Balai Besar
Karantina Hewan Tanjung Perak dan UPT Balai Besar Karantina Tumbuhan
Tanjung Perak, yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor:
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian. Tugas
pokok dan fungsi yang dijalankan meliputi: pelaksanaan kegiatan operasional
perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati
hewani
dan
nabati.
(Peraturan
Menteri
Pertanian
No.
22/Permentan/Ot.140/4/2008)
Salah satu pengawasan yang dilakukan oleh balai karantina yaitu pada
OPTK cendawan yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Salah
3
satunya yaitu cendawan pada umbi bawang putih. Cendawan dari umbi
bawang putih ini sedang banyak diperiksa oleh badan karantina karena pada
saat ini impor atau pemasukan bawang putih dan bawang merah banyak
didatangkan dari negara-negara lain penghasil bawang putih lain untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sehingga pemeriksaan, pengasingan,
pengamatan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan bawang
putih yang terindikasi oleh cendawan harus dilakukan untuk mencegahnya
cendawan dari luar masuk dalam negara Indonesia.
1.2 Tujuan
Magang kerja yang dilakukan bertujuan untuk identifikasi cendawan
umbi bawang putih impor China dengan prosedur pelayanan dan pemeriksaan
yang dilakukan di Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya,
sehingga nantinya akan menentukan tindakan karantina selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bawang Putih
2.1.1 Klasifikasi
Bawang putih termasuk dalam kingdom Plantae dengan Subkingdom
Tracheobionta
(Tumbuhan
berpembuluh).
Masuk
dalam
divisi
6
Bercak yang berwarna hitam tersebut merupakan spora dari jamur.
Kemudian, bercak-bercak akan berubah warna lagi menjadi coklat tua
yang merupakan badan buah dari jamur tersebut. Serangan yang parah
dapat menyebabkan daun dan batang semu bawang putih akan
mengering, kemudian tanaman rebah dan mati. Penyebaran cendawan ini
dapat melalui peralatan pertanian yang tercemar spora jamur, tanah, air,
pekerja, atau terbawa oleh angin. (Samadi. 1999).
2. Busuk Umbi
Penyakit bercak umbi ini disebabkan oleh cendawan Sclerotium
cepivorum. Gejala serangan oleh cendawan ini pada mulanya daun hijau
berubah menjadi kuning. Serangan ini semakin lama makin menjalar
sehingga dapat menyebabkan kematian. Bila tanaman dicabut, pada
pangkal dan umbi tampak bulu-bulu putih yang kemudian berubah
menjadi bulatan-bulatan dan akhirnya berwarna coklat tua sampai hitam.
Serangan ini dapat terjadi pada semua jenis bawang (Rahayu dan Nur
Berlian. 1994).
3. Layu Fusarium
Penyakit layu fusarium ini disebabkan oleh cendawan Fusarium
oxyporum f.sp. cepae (Hanz) Snyd et Hans. Cendawan ini merupakan
cendawan tular tanah, sehingga sukar dikendalikan (Wiyatiningsih, Ari,
dan Endang. 2009).
Serangan yang disebabkan oleh penyakit ini yaitu adanya daun
yang mati dari ujung dan berwarna kuning, menjala ke bagian bawah
dengna cepat, pada permukaannya tumbuh miselium cendawan berwarna
putih. Jika umbi di potong membujur tampak alur busuk berair ke arah
samping dan pangkal umbi. Pengairan yang kurang baik dan kelembapan
tanah yang tinggi mendorong perkembangan penyakit ini. (Karolina.
2006)
4. Busuk Leher Batang
Penyakit busuk leher batang ini disebabkan oleh Botrytis alli
Munn. Cendawan ini mempunyai warna spora abu-abu. Kondisi lahan
7
yang lembab serta tempat penyimpanan yang terlalu lembab, maka akan
menjadi sumber penyakit tersebut.
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh cendawan ini yaitu bagian
leher batang umbi, merembet ke jaringan lapisan umbi. Dalam keadaan
lembab, terbentuklah spora berwarna abu-abu dan bertimbun diatas kulit.
Lapisan yang dirusak menering, mengeriput. Penyakit ini merupakan
penyakit dalam gudang dan tampak beberapa hari setelah hasil panenan
masuk ke dalamnya (Rismunandar. 1989).
2.1.5 OPTK pada Umbi Bawang Putih Impor China
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 Tentang
Karantina Tumbuhan, Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan
yang selanjutnya disebut Media Pembawa adalah tumbuhan dan bagianbagiannya dan/atau benda lain yang dapat membawa Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina. Untuk itu setiap impor umbi lapis
bawang putih yang berasal dari China dilakukan pemeriksaan dan
dilaporkan kepada pihak karantina dan melalui pintu-pintu pelabuhan yang
sudah ditetapkan.
Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah semua organisme yang
dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian
tumbuhan. Selanjutnya Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
(OPTK) adalah semua Organisme Penganggu Tumbuhan yang ditetapkan
oleh Menteri untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di dalam
wilayah Negara Republik Indonesia. Dan OPTK Golongan I adalah
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang tidak dapat dibebaskan
dari Media Pembawanya dengan cara perlakuan. Sedangkan OPTK
Golongan II adalah semua Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
yang dapat dibebaskan dari Media Pembawanya dengan cara perlakuan.
(Republik Indonesia. 2002)
Untuk itu setiap impor umbi bawang putih dilakukan pemeriksaan
terhadap komoditas tersebut yang dalam hal ini mencegah masuk dan
tersebarnya OPTK Golongan I dan Golongan II, maupun OPTK A1 dan A2.
8
OPTK yang dicegah untuk masuk dan tersebarnya setiap negara
memiliki target yang tidak sama. Target tersebut sesuai dengan Permentan
Nomor 93/Permentan/OT.I140/12/2011 Tentang Jenis OPT.
Tabel 1 Jenis OPTK A1 dan A2 serta Golongan I dan Golongan II pada Umbi
Bawang Putih Impor dari China
Jenis
No
Nama Ilmiah
Nematoda
Aphelenchoides fragariae
Ditylenchus destructor
Ditylenchus dipsaci
Botryotinia squamosa
Botrytis aclada
Sclerotium cepivorum
Stemphylium vesicarium
Urocystis cepulae
Fungi
Virus
Status OPTK
Potyvirus
Sumber : Permentan Nomor 93/Permentan/OT.I140/12/2011
2.2 Balai Besar Karantina Pertanian
2.2.1 Profil Karantina Pertanian
Sejarah Singkat.
Kata karantina berasal dari bahasa italia quarantina, yang berakar
dari bahasa laitn kuno quadraginta, bermakna empat puluh. Periode
empat puluh hari masa penahanan terhadap sebuah kapal yag diduga
membawa penyakit menular (pes, kolera atau demam kuning) dan terkena
pelarangan mendekati pantai. Istilah ini kemudian diperluas penggunaannya
untuk masa isolasi bagi seseorang yang terinfeksi penyakit menular, juga
jangka waktu penahanan terhadap kiriman hewan, tumbuhan, atau benda
lain yang diduga membawa bibit penyakit.
9
Penyelenggaraan pengkarantinaan di sektor pertanian Indonesia telah
diperkenalkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1877. Praktekpraktek perkarantinaan pertanian pada masa itu diperuntukkan menjaga
koloni Hindia Belanda dari serangan penyakit hewan dan tumbuhan yang
berasal dari luar Hindia Belanda.
Ordonansi 19 Desember 1877 (staatsblad No. 267) merupakan
peraturan perundangan Karantina Tumbuhan pertama tendang Pelarangan
Pemasukan Tanman Kopi dan Biji Kopi dari Srilangka. Sedangkan
Ordonansi 13 Agustus 1912 (staatblad No. 432) merupakan peraturan
perundangan Karantina Hewan pertama tentang Peraturan Campur Tangan
Pemrintah dalam Lapangan Kehewanan dan Polisi Kehewanan.
Sebelum tahun 1985 secara keorganisasian karantina hewan dan
karantina tumbuhan berjalan terpisah. Melalui perjalanan panjang praktekpraktek perkarantinaan, dengan kesadaran bahwa sumber daya alam hayati
merupakan salah satu modal dasar dan sekaligus sebagai faktor dominan
yang perlu diperhatikan dalam pembangunan nasional, akhirnya terintegrasi
ke dalam suatu wadah institusi Pusat Karantina Pertanian.
Disadari bahwa peraturan perundang-undangan yang menyangkut
perkarantinaan hewan, ikan dan tumbuhan warisan pemerintah kolonial
Hindia Belanda suda tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan
kempentingan nasional, maka diterbitkanlah UU no 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Tahun 1992 tersebut sekaligus
merupakan tonggak sejarah perkembangan Karantina Pertanian di
Indonesia. Sesuai dengan dinamika perkembangan kepemerintahan, Pusat
Karantina Pertanian berkembang menjadi Badan Karantina Pertanian
sebagai unit Eselon 1 di lingkungan Kementrian Pertanian berdasarkan
Keppres No. 58 Tahun 2000.
Tugas BARANTAN
Tugas yang diamanatkan pada Badan Karantina adalah melaksanakan
perkarantinaan pertanian dalam rangka mencegah pemasukan dan
10
penyebaran dan/atau pengeluaran Hama dan Penyakit Hewan Karantina
(HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) serta
pengawasan keamanan hayati.
Tujuan Karantina
Tujuan penyeelenggaraan Karantina Hewan dan Tumbuhan telah
ditetapkan dalam undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina
Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, adalah sebagai berikut:
a. Mencegah masuknya Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK)
dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) dari luar
negeri ke dalam wilayah negara Republik Indonesia.
b. Mencegah tersebarnya HPHK dan OPTK dari suatu area ke area lain
di dalam wilayah negara Republik Indonesia.
c. Mencegah keluarnya HPHK dari wilayah negara Republik Indonesia.
d. Mencegah keluarnya organisme pengganggu tumbuhan tertentu dari
wilayah
negara
Republik
Indonesia
apabila
negara
tujuan
11
Pengganggu
Tumbuhan
Karantina
(OPTK)
serta
12
pengawasan lalu lintas komoditi pertanian segar yang memenuhi
standard keamanan pangan
Mewujudkan
Sistem
manajemen
Mutu
Pelayanan
dengan
13
a. Dilengkapi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan dari negara asal dan negara
transit bagi tumbuhan dan bagian-bagiannya, kecuali Media Pembawa
yang tergolong benda lain;
b. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan;
c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas Karantina Tumbuhan di
tempat-tempat
pemasukan untuk
Tumbuhan
Karantina,
Organisme
Pengganggu
negara
lain,
untuk
14
c. Dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas Karantina Tumbuhan di
tempat-tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina
tumbuhan.
Petugas Karantina Tumbuhan adalah Pegawai Negeri Sipil
tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan karantina
tumbuhan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selain itu terdapat beberapa persyaratan dan ketentuan lain dalam
impor hasil tumbuhan segar berupa umbi lapis, diantaranya:
a. Lampiran jenis OPTK yang terdapat pada negara asal.
b. Jika umbi lapis tersebut berasal dari area yang benar-benar bebas dari
jenis OPTK yang ada pada negara tersebut maka harus dinyatakan
dalam kolom keterangan tambahan (Additional Declaration) pada
Sertifikat Kesehatan Tumbuhan yang menyertai kiriman, dan telah
didevitalisasi serta bebas dari partikel tanah dan /atau kompos.
c. Dan jika tidak berasal dari area yang tidak bebas dari OPTK, maka
harus di beri perlakuan sesuai dengan jenis hasil tumbuhan hidup
berupa sayuran umbi lapis segar maupun jenis organisme pengganggu
tumbuhan yang dicegah pemasukannya dan dinyatakan dalam kolom
perlakuan pada Sertifikat Kesehatan Tumbuhan.
d. Umbi lapis yang dimasukkan harus dalam kondisi tidak busuk
dan/atau tidak rusak.
e. Untuk mengetahui bebas tidaknya suatu area produksi dari infestasi
organisme pengganggu tumbuhan karantina di negara asal dapat
dilakukan survei di area produksi di negara asal oleh Petugas
Karantina Tumbuhan dan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala
Badan Karantina Pertanian.
f. Survey dilakukan atas pertimbangan analisis risiko organisme
pengganggu tumbuhan khususnya organisme pengganggu tumbuhan
karantina dan dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
Sekretariat Konvensi Perlindungan Tanaman Internasional (IPPC
Secretariate Food and Agriculture Organization) dan standar lainnya
yang telah dipublikasikan.
15
Dari persyaratan dan ketentuan yang telah tertera dalam Permentan
No. 18 Tahun 2008 dari beberapa ketentuan tersebut nantinya akan
dilakukan tindakan karantina. Tidakan karantina yang dilakukan yaitu
berupa 8P yang terdiri dari Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan,
Perlakuan, Penahanan, Penolakan, Pemusnahan, Pembebasan.
a. Hasil tumbuhan hidup berupa sayuran umbi lapis segar yang
dimasukkan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia yang tidak
memenuhi ketentuan persyaratan pemasukan umbi lapis maka
dilakukan penahanan.
b. Apabila dalam waktu 14 hari persyaratan yang kurang belum
terpenuhi maka akan dilakukan penolakan. Penolakan yang dilakukan
dapat berupa tidakan pengiriman kembali ke negara asal atau negara
lain.
c. Apabila setelah 14 hari kerja sejak surat penolakan diterima pemilik,
hasil tumbuhan hidup berupa sayuran umbi lapis segar tersebut belum
dikeluarkan dari dalam wilayah negara Republik Indonesia, maka
akan dilakukan tindakan pemusnahan.
d. Pemeriksaan kesehatan hasil tumbuhan hidup berupa sayuran umbi
lapis segar yang dimasukkan ke dalam wilayah negara Republik
Indonesia dilakukan oleh Petugas Karantina Tumbuhan setelah
persyaratan karantina tumbuhan dan persyaratan teknis dipenuhi.
e. Apabila setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan ternyata hasil
tumbuhan hidup berupa sayuran umbi lapis segar tidak bebas dari
OPTK Golongan II maka dilakukan tindakan perlakuan.
f.
16
tersebut
sertifikat pelepasan.
g. Apabila setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan ternyata hasil
tumbuhan hidup berupa sayuran umbi lapis segar tidak atau belum
didevitalisasi dan/atau tidak bebas dari partikel tanah dan/atau kompos
dan/atau busuk dan/ atau rusak, maka terhadap hasil tumbuhan hidup
berupa sayuran umbi lapis segar tersebut dilakukan tindakan
pemusnahan yang disaksikan oleh pejabat berwenang dan dibuatkan
berita acara pemusnahan.
h. Apabila setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan ternyata hasil
tumbuhan hidup berupa sayuran umbi lapis segar tidak bebas dari
OPTK Golongan I dilakukan tindakan pemusnahan yang disaksikan
oleh pejabat berwenang dan dibuatkan berita acara pemusnahan.
(Permentan Nomor 18/Permentan/OT.140/2/2008)
2.2.5 Mekanisme Pelayanan Dokumen Balai Besar Karantina Pertanian
Surabaya
17
Menurut Keputusan kepala balai besar karantina pertanian surabaya
nomor :101.a/OT.210/L.6.A/1/ 2013) mengenai standart pelayanan publik
Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya.
Prosedur tindakan dokumen masuk ( Impor dan Masuk Domestik)
a. Pengguna jasa mengajukan permohonan pemeriksaan karantina (SP-1)
atau lembar aju secara online atau manual beserta dokumen
kelengkapannya ditujukan kepada Kepala Balai melalui petugas
penerimaan dokumen (pendok)
b. Petugas pendok menyerahkan SP-1 beserta dokumen kelengkapannya
kepada kepala Bidang Karantina Tumbuhan
c. Kepala Bidang karantina Tumbuhan atas nama Kepala Balai menerbitkan
Surat Tugas (DP-1)
d. Kepala Bidang Tumbuhan menyerahkan surat tugas (DP-1) kepada
Pejabat Fungsional Pengendali Organisme Penggangu Tumbuhan
(POPT) untuk melakukan pemeriksaan administratif (Kelengkapan,
Kebenaran isi dan keabsahan dokumen Persyaratan)
e. Pejabat fungsional POPT melaksanakan Pemeriksaan Administratif dan
menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan Administratif (DP-5) dan
menyampaikan kepada Kepala Bidang
f. Berdasarkan Rekomendasi DP-5, Pejabat Fungsional menerbitkan Surat
Persetujuan Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan (KT-2)
g. Pejabat fungsional POPT melaksanakan tindakan karantina berdasarkan
surat tugas (DP-1)
h. Pejabat fungsional POPT melakukan Pemeriksaan Kesehatan terhadap
MP-OPT/OPTK/OPTP
tingkat
Lapang
dan
Laboratorium
serta
j.
18
k. Berdasarkan rekomendasi pada DP-7 Pejabat Fungsioal Pengendali
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) menerbitkan Sertifikat
Pelepasan Karantina Tumbuhan (KT-9) dan menyerahkan kepada seksi
pelayanan operasional;
l.
Bidang
karantina
Tumbuhan atas
nama
Kepala
Balai
tingkat
Lapang
dan
Laboratorium
serta
19
h. Kepala Bidang menerima laporan hasil tindakan karantina dan disposisi
untuk dilakukan tindakan karantina selanjutnya;
i.
Karantina
Tumbuhan
Antar
Area
(KT.12)
dan
k. Kepala
seksi
pelayanan
operasional
menyerahkan
sertifikat
20
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu danTempat
Kegiatan magang kerja dilakukan di Balai Besar Karantina Pertanian
(BBKP) Surabaya yang terletak di UP (Unit Pelayanan) 1 yang berada pada
Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Laboratorium BBKP Surabaya.
Magang kerja dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2013.
3.2 Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang kerja dilakukan mengikoti kegiatan yang ada di Balai
Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya. Kegiatan yang dilakukan,
diantaranya:
A. Kegiatan Penelitian
1. Pembekalan Materi
Pembekalan materi disini diisi dengan pengetahuan mengenai
karatina secara umum. Karantina merupakan tindakan upaya
pencegahan masuk Hama dan Penyakit atau Organisme Pengganggu
dari Luar Negeri dan Antar area atau keluarnya dari dalam negeri.
Dari kegiatan pengenalan mengenai karantina dan tugas-tugas dari
karantina. Selain diperkenalkan mengenai karantina tetapi juga
dikenalkan mengenai bagian-bagian serta staf-staf yang ada di BBKP
Surabaya. Selanjutnya pembekalan mengenai prosedur pelayanan
impor, ekspor dan domestik. Serta bagaimana pemeriksaan media
pembawa di Instalasi Karantian Tumbuhan (IKT) dan Laboratorium
Karantina Pertanian Surabaya.
2. Pemeriksaan di Lapang
Pememriksaan dilapang dalam magang kerja yang dilakukan
pada laboratorium BBKP Surabaya dilakukan di IKT/ Depo Jangkar.
IKT sendiri merupakan tempat atau instalasi karantina yang berada
dalam pelabuhan yang memiliki tugas menerima dan memeriksa
21
komoditas atau barang yang akan datang ke wilayah Republik
Indonesia. di wilayah kerja Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya
tersendiri terdiri dari beberapa IKT yaitu IKT Surabaya Sejahtera, IKT
Jangkar dan IKT Nilam. Pada dasarnya pemeiksaan pertama di IKT
ini akan dilakukan pengujian selanjutnya di laboratorium untuk
mengetahui OPT yang ada pada komoditas tersebut.
3. Penanganan Sampel dan Pemeriksaan di Laboratorium
Setiap komoditas yang merupakan berasal dari tumbuhan dan
hasil olahan dari tumbuhan ataupun bagian tumbuhan yang dapat
sebagai media pembawa maka perlu dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan sendiri dilakukan di IKT-IKT yang di tunjuk sebagai
tempat pemeriksaan komoditas. Kemudian dari IKT tersebut
dilakukan pengambilan sampel untuk dilakukan pengujian di
laboratorium. Setiap sampel yang datang pada laboratorium BBKP
Surabaya kemudian dilakukan pemeriksaan administratif pada sampel
yang datang dengan mengecek nomor entri dari komoditas yang akan
dilakukan pengujian di laboratorium. Kemudian dari sampel yang
datang dilakukan penomoran sampel sesuai dengan nomor urut yang
sudah datang pada laboratorium BBKP Surabaya untuk dilakukan
pengujian. Setelah sampel di nomori kemudian dilakukan pencatatan
terhadap surat permohonan pengujian tersebut pada buku induk
dengan format nomor, tanggal penerimaan sample, POPT, perusahaan,
media pembawa, asal atau tujuan, target uji, kode sample, metode uji,
tanggal dan hasil pengujian serta nomor dan tanggal LHU (Hasil
Laporan Uji). Untuk jenis benih yang diuji adalah jenis benih untuk
bahan tanam. Selanjutnya bahan uji tersebut dimasukkan keruang
arsip sample. Kemudian pihak administrasi akan mengeluarkan surat
pengantar pengujian yang ditandatangani oleh manajer ataupun deputi
teknis. Selanjutnya dibuatkan surat distribusi sample untuk pengujian
dan di lakukan uji di laboratorium. Untuk batas pengujiannya, bila
termasuk dalam resiko rendah yakni 3 hari untuk benih tanam
seperti gandum, jahe, dan bawang. Untuk resiko sedang 7 hari untuk
22
benih tanam ekspor atau antar area. Untuk resiko tinggi dilakukan
selama 14 hari yang komoditas ujinya seperti benih impor.
4. Pengujian di Laboratorium
Pengujian sampel yang datang di laboratorium BBKP Surabaya
dilakukan dengan deteksi secara Direct inspection. Direct inspection
adalah suatu metode untuk mendeteksi ada tidaknya bagian dari
cendawan atau propagula yang terdapat pada bagian tersebut.
propagula cendawan yang biasa ditemukan adalah konidium,
ascospora,
basidiospora,
aservulus,
klestotesium,
piknidium,
23
menunjukkan
cendawan
mikroskop stereo.
adanya
denagn
propagula
menggunakan
Ambil propagula
yang ditemukan
dengan jarum
Methylen
Letakkan pada kaca obyek
Blue
Tutup dengan
kaca penutup
` ,
: .
.
: .
` . .
: .
` ,
` ,
24
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 2. Temuan Cendawan pada Umbi Bawang Putih Impor China Bulan
September 2013
No
1.
Tanggal
2 9 2013
Kode Sampel
1/ C/ 9.13
2.
3 9 2013
5/ C/ 9.13
6/ C/ 9.13
7 C/ 9.13
8 C/ 9.13
9 C/ 9.13
10 C/ 9.13
11 C/ 9.13
12 C/ 9.13
13 C/ 9.13
14 C/ 9.13
26
15 C/ 9.13
16 C/ 9.13
17 C/ 9.13
3.
4 9- 2013
23/ C/ 9.13
24 / C/ 9.13
25/ C/ 9.13
26 / C/ 9.13
27/ C/ 9.13
28/ C/ 9.13
29/ C/ 9.13
30/ C/ 9.13
31/ C/ 9.13
32/ C/ 9.13
33/ C/ 9.13
34/ C/ 9.13
5 9 2013
56/ C/ 9.13
27
57/ C/ 9.13
58/ C/ 9.13
59/ C/ 9.13
60/ C/ 9.13
5.
6 9 2013
61/ C/ 9.13
84/ C/ 9.13
85/ C/ 9.13
86/ C/ 9.13
87/ C/ 9.13
88/ C/ 9.13
89/ C/ 9.13
90/ C/ 9.13
91/ C/ 9.13
92/ C/ 9.13
93/ C/ 9.13
94/ C/ 9.13
28
95/ C/ 9.13
96/ C/ 9.13
6.
7 9 2013
115/ C/ 9.13
9 9 2013
120/ C/ 9.13
10 9 2013
157/ C/ 9.13
158/ C/ 9.13
159/ C/ 9.13
160/ C/ 9.13
161/ C/ 9.13
162/ C/ 9.13
163/ C/ 9.13
164/ C/ 9.13
165/ C/ 9.13
166/ C/ 9.13
167/ C/ 9.13
168/ C/ 9.13
169/ C/ 9.13
170/ C/ 9.13
171/ C/ 9.13
29
172/ C/ 9.13
173/ C/ 9.13
174/ C/ 9.13
9.
11 9 2013
194/ C/ 9.13
D. tetramera, A. alternata,
C. eragrostidis, Botryodiplodia sp.
195 / C/ 9.13
196/ C/ 9.13
197/ C/ 9.13
198/ C/ 9.13
10. 12 9 2013
212/ C/ 9.13
213/ C/ 9.13
Drechslera sp.
214/ C/ 9.13
215/ C/ 9.13
216/ C/ 9.13
217/ C/ 9.13
A. brassicicola, A. alternata,
Drechslera sp., Curvularia sp.
30
218/ C/ 9.13
11
13 9 -2013
226/ C/ 9.13
227/ C/ 9.13
12. 14 9 2013
250/C / 9.13
251/ C/ 9.13
252/ C/ 9.13
253/ C/ 9.13
13. 16 9 2013
268/ C/ 9.13
269/C/9.13
270/ C/ 9.13
271/ C/ 9.13
272/ C/ 9.13
14. 17 9 2013
273/ C/ 9.13
288/ C/ 9.13
289/ C/ 9.13
290/ C/ 9.13
31
291/ C/ 9.13
292/ C/ 9.13
Nigrospora sp.
293/ C/ 9.13
294/ C/ 9.13
295/ C/ 9.13
15. 18 9 2013
296/ C/ 9.13
297/ C/ 9.13
298/ C/ 9.13
A. alternata
313/ C/ 9.13
314/ C/ 9.13
315/ C/ 9.13
316/ C/ 9.13
317/ C/ 9.13
318/ C/ 9.13
319/ C/ 9.13
320/ C/ 9.13
A. japonica, A. brassicicola,
Drechslera sp., Stemphylium sp.
32
321/ C/ 9.13
322/ C/ 9.13
16
19 9 -2013
323/ C/ 9.13
324/ C/ 9.13
325/ C/ 9.13
326/ C/ 9.13
327/ C/ 9.13
328/ C/ 9.13
329/ C/ 9.13
330/ C/ 9.13
331/ C/ 9.13
17. 20 9 2013
347/ C/ 9.13
348/ C/ 9.13
349/ C/ 9.13
33
350/ C/ 9.13
351/ C/ 9.13
352/ C/ 9.13
353/ C/ 9.13
354/ C/ 9.13
18. 21 9 2013
379/ C/ 9.13
380/ C/ 9.13
381/ C/ 9.13
382/ C/ 9.13
19. 23 9 2013
397/ C/ 9.13
398/ C/ 9.13
399/ C/ 9.13
400/ C/ 9.13
401/ C/ 9.13
34
402/ C/ 9.13
403/ C/ 9.13
20. 24 9 2013
413/ C/ 9.13
414/ C/ 9.13
415/ C/ 9.13
416/ C/ 9.13
417/ C/ 9.13
418/ C/ 9.13
419/ C/ 9.13
420/ C/ 9.13
421/ C/ 9.13
422/ C/ 9.13
423/ C/ 9.13
424/ C/ 9.13
425/ C/ 9.13
35
426/ C/ 9.13
427/ C/ 9.13
428/ C/ 9.13
429/ C/ 9.13
430/ C/ 9.13
21. 25 9 2013
441/ C/ 9.13
442/ C/ 9.13
443/ C/ 9.13
444/ C/ 9.13
445/ C/ 9.13
446/ C/ 9.13
447/ C/ 9.13
448/ C/ 9.13
36
449/ C/ 9.13
450/ C/ 9.13
451/ C/ 9.13
22. 26 9 2013
461/ C/ 9.13
A. brassicae,A. japonica,
Cladosporium sp., Curvularia sp.
462/ C/ 9.13
463/ C/ 9.13
464 / C/ 9.13
465/ C/ 9.13
23. 27 9 2013
476/ C/ 9.13
477/ C/ 9.13
24. 28 9 2013
478/ C/ 9.13
479/ C/ 9.13
487/ C/ 9.13
37
488/ C/ 9.13
489/ C/ 9.13
490/ C/ 9.13
491/ C/ 9.13
25. 30 9 2013
496/ C/ 9.13
497/ C/ 9.13
498/ C/ 9.13
499/ C/ 9.13
500/ C/ 9.13
38
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pelayanan Impor Umbi Bawang Putih
Permohonan PPK
Online
Pemeriksaan di
Pendok
Penerbitan Surat
Tugas DP-1
Pemeriksaan
administratif oleh
POPT
POPT menerbitkan
Laporan Hasil
Pemeriksaan
Administratif (DP-5)
Pengeluaran surat
persetujuan tindakan
karantina (KT-2)
POPT melakukan
pemeriksaan di lapang
dan di laboratorium
Penerbitan laporan
hasil pelaksanaan/
pengawasan
pemeriksaan fisik/
kesehatan (DP-7)
Penyerahan DP-7
kepada kepala bidang
Berdasarkan DP-7
POPT membuat
sertifikat pelepasan
karantina (KT-9)
Berdasarkan KT-9
dibuatkan kuitansi
Pengguna jasa
membayar Penerimaan
Negara Bukan Pajak
(PNBP)
Kepala pelayanan
menyerahkan KT-9
kepada pengguna jasa
39
terhadap kelengkapan dokumen tersebut pada penerima dokumen. Dokumen
yang disyaratkan terhadap impor bawang putih dari setiap negara dan
komoditas yang ada, yaitu:
a. Sertifikat Kesehatan Tumbuhan (Phytosanitary Certificate) dari negara
asal dan negara transit bagi tumbuhan dan bagian-bagiannnya, kecuali
Media Pembawa yang tergolong benda lain;
b. Packing declaration, jika bawang putih tersebut disertai kemasan kayu
mentah.
Adapun persyratan tambahan yang diperlukan untuk melengkapi
dokumen tersebut, yaitu:
a. Sertifikat perlakuan yang menyertai sertifkat kesehatan tumbuhan
dari negara asal.
b. Cargo manifest
Cargo Manifest adalah daftar muatan angkutan yang berisi
jumlah koli, berat, jenis komoditi dan tujuan sesuai dengan yang
tertera di SMU (Surat Muatan Udara) atau AWB (Airway Bill).
(Tajimula Wiraguna. 2011)
c. Bill of lading (BL)
Bill of Lading adalah dokumen perjalanan atau pemuatan. B/L
dikeluarkan oleh pihak pengangkut baik pelayaran, penerbangan
atau lainnya atau agennya yang menunjukkan bahwa pengirim
mengirimkan barangnya dengan kesepakatan yang tertulis di dalam
B/L tersebut. (Exim. 2009)
d. Air Way bill (AWB)
Air Way Bill adalah dokumen yang dibuat atas perjanjian
antara shipper atau cargo agent dengan airlines yang merupakan
bukti kontrak kerjasama untuk pengangkutan barang melalui udara
melalui rute yang dilewati airlines tersebut. (Tajimula Wiraguna.
2011)
40
Beberapa persyaratan tambahan tersebut di atas diperlukan untuk
persyaratan di pintu pemasukan/ pelabuhan yang telah menerapkan Sistem
National Single Window (NSW). Kemudian dilbuatkan surat tugas
pemeriksaan (DP-1) yang diterbitkan oleh kepala bidang karantina. Setelah
dilakukan pemeriksaan oleh pejabat fungsional yang dalam hal ini
diterbitkan DP-5 dimana ini merupakan surat laporan
pemeriksaan
dokumen yang ada yang selanjutnya akan dilakukan verifikasi dari data
tersebut dengan cara melihat PPK online yang sudah dibuat oleh pihak
pengguna jasa. Selanjutnya dari PPK online tersebut pihak pengecek dari
balai karantina menambahi dan membenarkan data dari PPK online sesuai
dengan dokumen yang dilampirkan dan disimpan dokumen tersebut setelah
itu didapatkan nomor entri. Dan dari pemasukkan dokumen yang didapatkan
nomor entri tadi secara otomatis maka akan masuk pada INSW
(INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW). Pada INSW ini akan
mengrim data bahwa sudah dilakukan pemeriksaan secara administratif oleh
pihak karantina yang diserahkan pada gerbang pintu masuk barang tersebut
dan juga dapat diketahui oleh pihak dari bea cukai, bahwa sudah juga
dilakukan pemeriksaan secara administratif oleh Karantina Pertanian.
Selanjutnya akan dibuatkan dokumken KT-2. Dimana dokumen ini
merupakan surat persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan dan tindakan
karantia yang akan dilakukan oleh Karantina Pertanian yang selanjutnya
diberikan kepada pihak pengguna jasa untuk nantinya dilakukan
pengambilan surat pembebasan atau KT-9 yang dikeluarkan oleh pihak
Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya pada komoditas impor tersebut.
Kemudian sesuai DP-1 tersebut dilakukan pemeriksaan yang
dilakukan oleh POPT. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan fisik
dilapang dan pemeriksaan di laboratorium. Kemudian setelah dilakukan
pemeriksaan POPT yang bertugas menerbitkan DP-7 yaitu laporan hasil
pemeriksaan dan pengawasan kesehatan yang dalam hal ini akan diserahkan
kepada kepala Balai Karantina. Setelah hasil pemeriksaan atau DP-7
diserahkan kepada kepala Karantina Pertanian selanjutnya sesuai dengan
DP-7 pejabat fungsional POPT menerbitkan surat pelepasan KT-9. Setelah
41
KT-9 dibuat selanjutnya berdasarkan KT-9 dibuatkan kuitansi sebagai bukti
pengguna jasa membayar PNBP yang selanjutnnya akan diserahkan pada
pejabat operasional. Dan kepala operasional menyerahkan KT-9 kepada
pengguna jasa.
4.2.2 Temuan Cendawan pada Umbi Bawang Putih Impor
Pemeriksaan yang dilakukan pada komoditas bawang putih dilakukan
dengan menggunakan direct inspection atau pengamatan secara langsung.
Dalam hal ini pengamatan menggunakan mikroskop kompon. Pengamatan
dengan menggunakan mikroskop kompon ini melihat morfologi dari
cendawan yang ditemukan pada permukaan kulit dari bawang putih. Untuk
itu pada saat pengambilan sampel untuk mewakili pemeriksaan, maka di
ambil umbi bawang putih yang diduga terdapat cendawan pada kulit
permukaannya.
Pengujian yang dilakukan di laboratorium BBKP Surabaya pada bulan
September untuk komoditas umbi bawang putih yang di lakukan pengujian
hasil temuannya yaitu pada Tabel. 2. Dari pemaparan hasil pengujian
cendawan pada umbi bawang putih asal china pada bulan September di
Laboratorium BBKP Surabaya ini dapat dilakukan penentuan spesies
ataupun genus yaitu dengan ciri-ciri morfologi yang sesuai dengan ciri-ciri
dari cendawan tersebut. Berikut merrupakan deskripsi dari cendawan yang
ditemukan pada umbi bawang putih impor china:
a.
Alternaria sp.
Alternaria sp. memiliki Kingdom: Fungi Phylum: Ascomycota
Class: Dothideomycetes Order: Pleosporales Family: Pleosporaceae
Genus: Alternaria Species: Alternaria sp. (EOL. 2013)
Ciri ciri dari cendawan Alternaria sp. adalah Konidiofor
berwarna coklat pucat, sederhana atau berantai, bantalan dari rangkaian
konidia terdapat ujung dan bagian apikal subur. Konidia berangkai,
kebanyakan lebih dari 9 rantai, sering bercabang. Konidia atau
42
porospore berwarna coklat gelap, silinder atau berbentuk gelendong,
sering dengan ujung silinder, bersekat melintang terdiri dari 3-4 dinding
melintang dan 1-2 dinding membujur. Konidiofor berukuran 17-40 x 33,9 m. Konidia 18-45 x 6,5-15,5 m dengan ujung 2,5-35 x 7-7,5 m
(Watanabe, 2002).
Alternaria altenata
A. altenata memiliki klasifikasi dengan Kingdom Fungi,Filum
Ascomycota, Kelas Dothideomycetes, Ordo Pleosporales, Famili
Pleosporaceae, Genus Alternaria dan Spesies Alternaria alternata (Fr.)
Keissl. 1912 (EOL. 2013).
A. alternata memiliki ciri ciri konidia polymorphous, pendek
panjang, coklat zaitun ke gelap, sangat bervariasi dalam bentuk oval
sampai silinder, ukuran dan jumlah septa transversal, longitudinal dan
miring. Paruh konidia menunjukkan variasi pendek sampai panjang.
Warna sebagian besar sama dengan bagian badan utama dan
panjangnya 2-19 m dengan panjang total konidia dengan paruh
mencapai 10-71 m (Mathur dan Kongsdal, 2003).
43
44
45
Alternaria japonica
A.japonica memiliki klasifikasi dengan Kingdom Fungi, Filum
Ascomycota Klas Dothideomycetes, Ordo Pleosporales, Famili
Pleosporaceae Genus Alternaria dan Spesies Alternaria japonica Yoshii
1941 (EOL. 2013).
A. japonica memiliki karakteristik konidiofor yang berada pada
benih sebagian besar soliter, sederhana atau kadang-kadang bercabang,
lurus atau melengkung, pucat coklat hingga coklat, panjang halus
hingga 100 m, tebal 3-7 m. Konidia kebanyakan soliter atau rantai
2-3, bujur telur luas, septa melintang 2-8 dan 1-2 longitudinal, sangat
terbatas pada septa melintang, 45 100 X 20-42 m, clamidospora
berwarna coklat sampai hitam kecoklatan, bulat, memiliki banyak sel
dan tidak teratur (Hyun,Nohn dan Yong, 2004).
46
Alternaria porri
A. porri memiliki klasifikasi dengan Kingdom Fungi Filum
Ascomycota, Klas Dothideomycetes, Ordo Pleosporales, Famili
Pleosporaceae, Genus Alternaria, Spesies Alternaria porri (Ellis) Cif.
1930 (EOL. 2013)
A. porri memiliki konidium dan konidiofor berwarna hitam atau
coklat. Konidiospora (konidium) seperti gambar dibawah ini berbentuk
gada bersekat, membesar, dan tumpul di salah satu ujungnya,
sedangkan ujung lainnya menyempit dan memanjang (Delahaut, 2004).
47
d.
Aspergillus flavus
A. flavus memiliki klasifikasi dengan Kingdom Fungi, Filum
Ascomycota,
Klas
Eurotiomycetes,
Ordo
Eurotiales,
Famili
Botryodiplodia sp.
Botryodiplodia sp. memiliki klasifikasi dengan Kingdom Fungi,
Filum Ascomycota, Klas Sordariomycetes, Ordo Diaporthales Famili
Incertae sedis Genus Botryodiplodia dan Spesies Botryodiplodia sp.
(Sacc.) Sacc. 1884 (EOL. 2013).
Memiliki ciri ciri piknidia berwarna coklat, bentu seperti botol,
agregat agregat, seringkali massa spora mengalir keluar dari ujung
ostioles dan agak bulat. Konidiofor berwarna hialin, ada yang sederhana
48
atau kelompok. Konidia berbentuk elips atau silinder dan bisanya bersel
2 (Watanabe, 2002).
Cladosporium sp.
Cladosporium sp. memiliki klasifikasi dengan Kingdom Fungi,
Filum Ascomycota, Klas Dothideomycetes, Ordo Capnodiales, Famili
Davidiellaceae, Genus Cladosporium dan Spesies Cladosporium sp.
(EOL. 2013)
Cladosporium sp. memiliki ciri-ciri konidiofor panjang dan
berwarna gelap serta memiliki rantai yang bervariasi didekat pangkal.
Ada yang bentuknya tunggal ataupun kelompok. Konidia gelap dan
memiliki 1 sampai 2 sel, bulat ataupun silindris. Beberapa biasanya
berbentuk lemon. Sering dalam rantai sederhana. Parasit pada tanaman
tingkat tinggi atau sebagai saprofit. (Barnet and Hunter. 1998).
49
g.
Curvularia sp.
Curvularia sp. memiliki klasifikasi dengan Kingdom Fungi ,
Filum Ascomycota, Klas Dothideomycetes, Ordo Pleosporales, Famili
Pleosporaceae, Genus Curvularia, Spesies Curvularia sp. (EOL. 2013)
Curvularia sp. memiliki ciri-ciri dengan konidiofor berwarna
coklat, kebanyakan sederhana, bantalan konidia di ujung atau di titik
simpodial baru tumbuh. Konidia (porospores) gelap, sel akhir ringan, 35 sel lebih, biasanya membungkuk, dengan salah satu sel pusat di
perbesar. Termasuk dalam parasit dan atau saprofit (Watanabe. 2002)
Curvularia eragrostidis
C. eragrostidis memiliki klasifikasi dengan Kingdom Fungi
Filum Ascomycota, Klas Dothideomycetes, Ordo Pleosporales, Famili
Pleosporaceae, Genus Curvularia Boedijn, 1933 dan Spesies Curvularia
eragrostidis (Henn.) J. A. Mey. 1959 (EOL. 2013).
C. eragrostidis memiliki ciri-ciri konidia berdinding halus,
gentong, 3 septa, septum tengah yang benadr-benar median, tebal dan
sangat gelap. Septum tengah bahkan dapat dilihat di bawah mikroskop
stereo pada perbesaran yang lebih tinggi. (Mathur dan Kongsdal. 2003).
50
Curvularia lunata
C. lunata memiliki klasifikasi dengan Kingdom Fungi, Filum
Ascomycota, Klas Dothideomycetes, Ordo Pleosporales, Famili
Pleosporaceae, Genus Curvularia Boedijn, 1933, Spesies Curvularia
lunata (Wakker) Boedijn 1933 (EOL. 2013).
C. lunata memiliki ciri-ciri kondiofor tegak, coklat, sederhana
atau bercabang, kondia lurus atau melengkung, bantalan apikal dan
lateral. Kebanyakan konidianya terdiri dari 4 septa dengan septa yang
tengah berwarna coklat lebih gelap. Terutama di bagian yang
melengkung (Watanabe. 2002).
51
j.
Drechslera sp.
Drechslera sp. memiliki klasifikasi dengan Kingdom Fungi ,
Filum Ascomycota, Klas Dothideomycetes, Ordo Pleosporales, Famili
Pleosporaceae, Genus Drechslera dan Spesies Drechslera sp. (EOL.
2013)
Adapun ciri ciri dari Drechslera sp. adalah mempunyai
konidiofor panjang bersekat - sekat, jarang bercabang, tunggal,
berwarna kelabu sampai coklat gelap dengan panjang lebih dari 500
mikron dengan diameter 4-8 mikron, membentuk konidium pada
ujungnya.
Konidia
berbentuk
lurus
atau
melengkung
dan
Drechslera tetramera
D. tetramera memiliki klasifikasi dengan Kingdom Fungi, Filum
Ascomycota, Klas Dothideomycetes, Ordo Pleosporales, Famili
Pleosporaceae Genus Drechslera S. Ito, 1930, dan Spesies Drechslera
tetramera (McKinney) Subram. & B. L. Jain 1966 (EOL. 2013).
D. tertramera memiliki ciri-ciri konidiofor soliter atau kelompok
kecil pada benih, septa pucat coklat gelap, panjang 105-500 m dan
tebal 4-6 m. Conidia lurus, silinder, persegi panjang dengan ujung
bulat, coklat, halus, selalu 3 distoseptate, 20-35 x 7-13 m. Conidia
52
kadang-kadang berkecambah oleh kuman tabung dari satu ujung dan
konidiofor dari ujung lain (Hyun, Nohn dan Yong. 2004).
Epicoccum sp.
Epicoccum sp. memiliki klasifikasi dengan Kingdom Fungi,
Filum Ascomycota, Klas Dothideomycetes, Ordo Pleosporales, Famili
Pleosporaceae, Genus Epicoccum, Spesies Epicoccum sp. Link 1815
(EOL. 2013)
Adapun ciri-ciri dari Epicoccum sp. yakni spora berwarna gelap,
berbentuk seperti bantal, ukuran bervariasi, konidiofor kelompok atau
tunggal, berwarna gelap agak pendek. Beberapa Konidia gelap bersel
(dictyosporous), bundar. Kebanyakan saprofit atau parasit lemah
(Barnet and Hunter, 1998).
53
54
Nigrospora sp.
Nigrospora sp. memiliki klasifikasi dengan Kingdom Fungi,
Filum Ascomycota, Klas Sordariomycetes, Ordo Trichosphaeriales
Famili Incertae sedis Genus Nigrospora, Spesies Nigrospora sp.Zimm.
1902 (EOL. 2013)
Adapun ciri ciri dari Nigrospora sp. adalah konidiofor pendek,
kebanyakan sederhana. Konidia hitam mengkilap, 1 sel, bundar, terletak
pada pipih, hialin vesikula (sel) pada akhir konidiofor, parasit pada
tanaman atau saprofit (Barnet and Hunter, 1998).
55
o.
Stemphylium sp.
Stemphylium sp. memiliki klasifikasi dengan Kingdom Fungi,
Filum Ascomycota, Klas Dothideomycetes, Ordo Pleosporales, Famili
Pleosporaceae, Genus Stemphylium, dan Spesies Stemphylium sp.
(EOL. 2013)
Adapun ciri- ciri dari Stemphylium sp. adalah konidiofor gelap,
sebagian besar sederhana dengan gelap terminal bengkak, pendek
sampai panjang, bantalan tunggal, terminal konidium atau konidia
berturut-turut baru tumbuh, konidiofor yang sering berkembang biak
melalui bekas luka tua konidial. Konidia gelap dengan salib dan
longitudinal septa, bentuknya variasi, sering bundar, luas ellipsoid atau
bujur telur sering dibatasi di septum utama. Sebagai parasit atau saprofit
(Barnet and Hunter, 1998).
Trichothecium roseum
T. roseum memiliki klasifikasi dengan Kingdom Fungi, Filum
Ascomycota, Klas Sordariomycetes, Ordo Hypocreales, Famili Incertae
sedis, Genus Trichothecium, dan Spesies Trichothecium roseum (Pers.)
Link 1809 (EOL. 2013)
Ciri cir dari T. roseum yaitu konidiofor pada benih tegak, hialin,
panjang 125-335 m, tebal 3,8-5 m. Konidia berbentuk oval atau
pyriform dengan basal scar menonjol, miring dan rata, bersel 2, hialin,
56
berdinding halus dan tebal, 14-35 x 7-15 m. (Hyun, Nohn dan Yong.
2004).
57
umbi lapis segar ke dalam wilayah negara republik indonesia. Dalam
permentan tersebut terdapat beberapa persyaratan yaitu setiap umbi bawang
putih yang masuk pada wilayah RI harus disertai dengan Sertifikat
kesehatan dari negara asal, melalui tempat-tempat pemasukan yang telah
ditentukan, dan dilaporkan serta diserahkan kepada petugas karantina
tumbuhan. Selain adanya persyaratan tersebut terdapat persyaratan lain yang
dalam hal ini yaitu lampiran jenis OPTK dari negara asal, umbi bawang
putih tersebut berasal dari daerah yang tidak terdapat jenis OPTK yang
disertakan pada sertifikat kesehatan bahwa umbi bawang putih tersebut
berasal dari daerah yang bebas OPTK. Selain itu juga sudah dilakukan
devitalisasi. Devitalisasi adalah suatu prosedur yang dilakukan dengan
tujuan agar tumbuhan atau hasil tumbuhan tidak mampu berkecambah,
tumbuh atau bereproduksi. (Permentan Nomor 18 Tahun 2008). Sehingga
dari persyaratan tersebut dimungkinkan adanya pencegahan awal terhadap
masuk dan tersebarnya OPTK pada wilayah RI.
58
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya
pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme
pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri,
atau
keluarnya
dari
dalam
wilayah
negara
Republik
Indonesia.
59
DAFTAR PUSTAKA
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Alternaria alternata. Diunduh Tanggal 8
Oktober 2013 dari http://eol.org/pages/152415/overview
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Alternaria brassicae. Diunduh Tanggal 8
Oktober 2013 dari http://eol.org/pages/188343/names
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Alternaria brassiciola. Diunduh Tanggal 8
Oktober 2013 dari eol.org/pages/190743/overview
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Alternaria japonica. Diunduh Tanggal 8
Oktober 2013 dari http://eol.org/pages/190351/overview
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Alternaria porri. Diunduh Tanggal 8 Oktober
2013 dari http://eol.org/pages/16498/overview
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Alternaria sp. Diunduh Tanggal 8 Oktober
2013 dari http://eol.org/pages/16498/names
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Aspergillus flavus. Diunduh Tanggal 8 Oktober
2013 dari http://eol.org/pages/162025/names
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Botryodiplodia sp. Diunduh Tanggal 8 Oktober
2013 dari http://eol.org/pages/36615/hierarchy_entries/35847902/overview
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Cladosporium sp. Diunduh Tanggal 8 Oktober
2013 dari http://eol.org/pages/16603/names
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Curvularia sp. Diunduh Tanggal 8 Oktober
2013 dari http://eol.org/pages/16319/overview
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Curvularia eragrostidis. Diunduh Tanggal 8
Oktober 2013 dari http://eol.org/pages/11501596/overview
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Curvularia lunata. Diunduh Tanggal 8 Oktober
2013 dari http://eol.org/pages/11501463/overview
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Drechslera tetramera. Diunduh Tanggal 9
Oktober 2013 dari http://eol.org/pages/11501456/overview
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Epiccocum sp. Diunduh Tanggal 9 Oktober
2013 dari http://eol.org/pages/31817/overview
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Exserohilum sp. Diunduh Tanggal 9 Oktober
2013 dari http://eol.org/pages/21935/overview
60
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Nigrospora sp. anggal 9 Oktober 2013 dari
http://eol.org/pages/11471579/overview
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Stemphylium sp. Diunduh Tanggal 9 Oktober
2013 dari http://eol.org/pages/21011/overview
(EOL) Ecyclopedia of Life. 2013. Tricothecium roseum. Diunduh Tanggal 9
Oktober 2013 dari http://eol.org/pages/295045/overview
Badan Karantina Pertanian 2013. Profil Balai Karantina Pertanian. Diunduh
Tanggal 25 September 2013 dari http://karantina.deptan.go.id/?page=profile
Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya. 2012. Profil Balai Besar Karantina
Pertanian (BBKP) Surabaya. Diunduh Tanggal 25 September 2013 dari
http://karantinapertaniansby.deptan.go.id
Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya. 2012. Profil BBKP Surabaya. Diunduh
Tanggal 25 September 2013 dari http://karantinapertaniansby.deptan.go.id.
Barnett, H. L. & Hunter, B. B. 1998. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. APS
Press: St. Paul
Buurma, J. 1991. Statistical information on garlic. Research Report. ATA 395
Project.
Caltex Internasional. 2007. Epicocum sp. Diunduh Tanggal 9 Oktober 2013 dari
http://www.caltexmoldservices.com/section/mold_library/epicoccum_sp/
Delahaut, K. 2004. Onion disorder: Purple Blotch. University of Wisconsion
Extension. Madison.Cooperative Extension Publishing. Lake St.
Drupal. 2013. Alternaria porri. Diunduh Tanggal 9 Oktober 2013 dari
http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcScsex7BjVwRtlZZ4jUWCPLq
nEh8Rrn1kIW9R2k0WdQpOvJ-M9K
Exim. 2009. Bill Of Lading. Diunduh Tanggal 25 September 2013 dari
http://www.exim.web.id/2009/03/bill-of-lading-bl.html.
Hilman, Y., Achmad, H., dan Suswandi. 1999. Budidaya Bawang Putih di
Dataran Tinggi. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.
Hyun, I.H.,Nohn Y.H.,Yong H.L.2004. Illustrated Manual on Identification of
Seer-borne Fungi. National Plant Quarantine Service : Anyang Korea
Jhune. 2012 Aspergillus flavus. Diunduh Tanggal 9 Oktober 2013 dari
http://www.jhunewsletter.com/wp-content/uploads/2012/11/b8fungi.jpeg
Keputusan Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Nomor :
101.a/ot.210/l.6.a/1. 2013. Tentang Standar Pelayanan Publik Balai Besar
61
Karantina Pertanian Surabaya. Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya.
Sidoarjo.
Korlina, E. 2006. Pengelolaan Hama dan Penyakit Bawang Putih secara
Terpadu. Info Teknologi Pertanian No. 32 Tahun 2006.
Mathur, S.B and Kongsdal, Olga.2003. Common Laboratory Seed Health Testing
Methods for Detecting Fungi. Danish Goverment Institute of Seed
Pathology for Developing Countries Thorvaldsensvej 57, D-K1871
Frderiksberg C, Copenhagen, : Denmark
Naro. 2013. Drechslera sp. Diunduh Tanggal 9 Oktober 2013 dari
http://www.naro.affrc.go.jp/org/nilgs/diseases/contents/ehelmintho.html
OPT Hortikultura. Cladoporium sp. Diunduh Tanggal 9 Oktober 2013 dari
http://www.labscorner.org/opt/kb/index.php?comp=home.cat.%20Anggrek
&page=4
Pasandaran. E dan P. U. Hadi. 1994. Prospek Komoditi Hortikultura di Indonesia
Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi. Pustilbanghort.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 93 Tahun 2011 Tentang Jenis OPT. Menteri
Pertanian. Jakarta
Plantamor. 2013. Bawang Putih. Diunduh Tanggal 6 Oktober 2013 dari
http://www.plantamor.com/index.php?plant=60
Rahayu, E. V. dan Nur Berlian A. 1994. Bawang Merah. Penebar Swadaya.
Bogor.
Republik Indonesia. 1992. Undang Undang No. 16 Tahun 1992 Tentang:
Karantina Hewan, Ikan Dan Tumbuhan. Lembaran Negara RI Tahun 1992,
No. 56. Sekertariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2002 Tentang Karantina Tumbuhan. Sekertariat Negara. Jakarta
Rismunandar. 1989. Membudidayakan5 Jenis Bawang. Sinar Baru. Bandung.
Samadi, B. 1999. Usaha Tani Bawang Putih, Pengembangan Bawang Putih
Dataran Tinggi dan Bawang Putih Dataran Rendah. Kanisius.
Yogyakarta.
Tajimula Wiraguna. 2011. Diunduh Tanggal 25 September 2013 dari
http://kumpulankaryasiswa.wordpress.com /2011/06/06/dasar-dasar-kargo/.
62
Tora. 2013. Klasifikasi dan morfologi Bawang Putih. Diunduh Tanggal 6 Oktober
2013 dari http://nandagokilz1.wordpress.com/2013/02/06/klasifikasi-danmorfologi-tanaman-bawang-putih-allium-sativum/
Trauman State University. 2008. Curvularia sp. Diunduh Tanggal 9 Oktober 2013
dari http://microfungi.truman.edu/showGallery.php?div=Anamorphic&gen=
Curvularia&spec=sp&id=317
Trauman State University. 2008. Nigrospora sp. Diunduh Tanggal 9 Oktober
2013 dari http://microfungi.truman.edu/showGallery.php?div=Anamorphic
&gen=Nigrospora&spec=sp&id=558
Watanabe, Tsuneo.2002. Soil and seed fungi. CRC Press: United States of
Amerika
Wiyatiningsih, S. W., Ari, P., dan Endang T. 2009. Tanggapan Tujuh Kultivar
Bawang Merah Terhadap Infeksi Fusarium oxyporum F. Sp. cepae
Penyebab Penyakit Moler. Jurnal Pertanian MAPETA, ISSN: 1411-2817,
Vol. XII. No. 1. Desember 2009: 1-71.
63
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Pemeriksaan Krantina (SP-1)
64
Lampiran 3. Surat Persetujuan Tindakan Karantina Tumbuhan ( KT-2)
65
Lampiran 5. Sertifikat Kesehatan Tumbuhan (KT-10)
66
Lampiran 7. Packing List
Lampiran 8. Invoice
67
Lampiran 9. Bill of Landing