Anda di halaman 1dari 93

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN DOSEN PEMULA

Penerapan Metode Whole Language dalam Meningkatkan Kemampuan


Membaca Permulaan Anak TK Kelompok B

Peneliti Utama : Choirun Nisak Aulina, M.Pd. (0714038402)


Anggota

: Vanda Rezania, S.Psi

(0718018603)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM)


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
Desember 2013

HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian

Peneliti/Pelaksana
Nama Lengkap
NIDN
Jabatan Fungsional
Fakultas/Program Studi
Nomor HP
Alamat surel (e-mail)
Anggota Peneliti

: Penerapan
Metode
Whole
Language
dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak
TK Kelompok B
:
: Choirun Nisak Aulina, M.Pd
: 0714038402
: Dosen
: FKIP/PG. PAUD
: 081553657413
: aulina_14@yahoo.com
:

Nama

: Vanda Rezania, S.Psi

NIDN

: 0718018603

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Tahun Pelaksanaan
Sumber Dirjen Dikti
Total Biaya

: 1 (satu) tahun
: Rp. 15.000.000,: Rp. 15.000.000,(Lima Belas Juta Rupiah)

Sidoarjo, 14 Desember 2013

PENERAPAN METODE WHOLE LANGUAGE DALAM MENINGKATKAN


KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TK KELOMPOK B

RINGKASAN
Pembelajaran membaca yang berlangsung saat ini di taman kanak-kanak
masih banyak yang menggunakan metode konvensional, yaitu meningkatkan
kemampuan membaca masih dengan bantuan buku latihan membaca dengan cara
mengeja serta kegiatan belajarnya bersifat klasikal. Metode mengeja
mengakibatkan anak mudah bosan serta mudah mengeluh. Mengajar membaca
kepada anak memang bukanlah persoalan mudah. Jika membaca diajarkan dengan
cara dipaksakan justru dapat berakibat buruk pada perkembangan anak. Anak
akan takut membaca akibat merasa tertekan saat belajar membaca. Whole
language merupakan suatu metode pengajaran perolehan bahasa yang
dipraktekkan di kelas atau sekolah secara utuh dan menyenangkan. Yang mana
dalam implementasinya dalam pembelajaran di lakukan pengembangan
kemampuan berbahasa secara utuh yakni mendengar, berbicara, membaca dan
menulis tidak dilaksanakan secara terpisah-pisah melainkan dilaksanakan bersama
secara terpadu pada semua bidang kemampuan di Taman Kanak-kanak. Maka
sangat perlu dilakukan penelitian ini, agar dapat menentukan metode yang tepat
untuk mengajarkan membaca pada anak usia dini tanpa membuat anak bosan dan
tertekan.
Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui pengaruh penerapan
metode Whole language dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan
anak, 2) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca permulaan anak
yang diterapkan metode whole language.
Penelitian ini di lakukan pada anak TK kelompok B. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode action research atau penelitian tindakan dengan
menggunakan metode penelitian campuran (Mix Method). Penggunaan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif secara kombinasi dalam melakukan sebuah
penelitian memberikan pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan satu
pendekatan. menganalisis data kuantitatif melalui uji perbedaan antara
kemampuan awal (pre test), akhir siklus yang didasarkan data yang diperoleh di
lapangan. Data tersebut berupa hasil pengamatan yang akan dilakukan oleh
peneliti dan kolaborator.
Dari hasil penelitian maka di ketahui ada peningkatan kemampuan
membaca permulaan anak yakni 90% anak mampu mengenal huruf dengan lancar
dan benar, 75% anak mampu merangkai kata dengan lancar dan benar serta 68%
anak mampu membaca kalimat sederhana dengan lancar dan benar
Kata kunci: Whole language, kemampuan membaca permulaan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal yang
berjudul Penerapan Metode Whole Language Dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Permulaan Anak TK Kelompok B.
Selanjutnya peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan proposal
ini, kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Ketua LPPM UMSIDA, Bapak Muadz, M.Pd
2. Akhtim Wahyuni, M. Ag., selaku dekan FKIP Umsida yang telah memberikan
ijin penelitian.
3. Ida Rindaningsih, M.Pd., selaku ketua Prodi PAUD FKIP Umsida yang selalu
motivator peneliti.
4. Kepala TK Aisyiyah 6 Penatarsewu Tanggulangin yang telah memberikan
ijin untuk uji coba instruen penelitian kemampuan membaca permulaan anak
kelompok B.
5. Kepala TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin yang telah memberikan ijin
untuk melakukan penelitian di lembaganya.
Semoga Allah SWT melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua. Harapan
penulis, penelitian dan penulisan laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan
kontribusi positif bagi penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Sidoarjo, 30 Oktober 2013

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................
Halaman Pengesahan...................,.......................................................
Ringkasan
Kata Pengantar...........................................................................................
Daftar Isi....................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode Whole language..........................................................
B. Kemampuan Membaca Permulaan .........................................
C. Penerapan Metode Whole Language dalam meningkatkan
Kemampuan Membaca Permulaan ....................................
BAB III : TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
BAB IV : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian........................................................................
B. Tempat Penelitian.....................................................................
C. Subjek dan Partisipan yang terlibat dalam penelitian...............
D. Metode Pengumpulan Data...................................................
E. Teknik Pengumpulan Data......................................................
F. Instrumen Penelitian............................................................
G. Analisis Data.........................................................................
H. Prosedur Penelitian................................................................
BAB V : HASIL dan PEMBAHASAN
BABVI: KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................
LAMPIRAN...........................................................................................
Instrumen dan perhitungannya
Personalia tenaga peneliti
Publikasi

Halaman
1
2
3
3
5
6
9
9
12
15
16
16
16
16
17
17
17
17
18
20
36
37
39

BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar


dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Hal ini d karenakan pada
anak usia dini, anak mengalami perkembangan kemampuan yang sangat pesat.
Sebagaimana pada undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 Bab I, Pasal 1, Butir 14 bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Disebutkan juga dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1990 tentang
pendidikan pra sekolah. Selanjutnya pada pasal 4 ayat 5 disebutkan Pendidikan
diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat. Namun data dari UNESCO Institute
for Statistics 2003, di ketahui kebiasaan membaca orang Indonesia termasuk
rendah, berada di peringkat ke-41 dari 51 negara. Bahkan menurut laporan United
Nations Development Program pada 2009, Indonesia berada di peringkat ke-87
dari 178 negara di dunia dalam tingkat melek aksara. Berdasarkan data tersebut,
maka di masing-masing tingkat pendidikan berkewajiban mengembangkan
budaya membaca tak terkecuali pada anak usia dini.
Sering kita jumpai orang tua merasa cemas melihat anaknya belum bisa
membaca, menulis dan berhitung. Mereka khawatir jika anak mereka tidak bisa
menguasai tiga kemampuan tersebut, maka anak tersebut akan mengalami
kesulitan untuk diterima di sebuah Sekolah Dasar (SD). Meskipun tidak ada
aturan yang mengatakan bahwa anak masuk SD harus dapat membaca, menulis
dan berhitung, namun dalam prakteknya telah banyak ditemui sekolah-sekolah SD
terutama SD unggulan yang menjadikan kemampuan calistung sebangai tes pada
penyaringan siswa baru masuk Sekolah Dasar.

Hal ini mendorong lembaga pendidikan penyelenggara PAUD maupun


orang tua secara aktif untuk mengajarkan kemampuan membaca, menulis dan
berhitung dengan cara-cara pembelajaran di SD yang tidak sesuai dengan tingkat
perkembangan anak. Oleh karena itu, PAUD yang seharusnya menjadi taman
yang indah, tempat anak-anak bermain dan berteman, mulai beralih menjadi
sekolah kanak-kanak yang hanya memenuhi target kemampuan akademik
membaca, menulis, dan berhitung (calistung), kegiatan ini berakibat adanya
penugasan-penugasan yang harus diselesaikan di rumah biasa disebut PR seperti
layaknya proses pembelajaran di SD. Sebagaimana di sampaikan oleh Sukiman
Banyak praktek di PAUD, demi mengejar kemampuan baca-tulis-hitung
(calistung), guru sering menggunakan teknik hafalan dan latihan yang
mengandalkan kemampuan kognitif, abstrak dan tidak terkait langsung dengan
kehidupan anak. Akibatnya, kepentingan anak terkalahkan oleh tugas-tugas
skolastik yang semestinya belum saatnya.
Selanjutnya, fenomena proses pembelajaran yang berlangsung saat ini
dilapangan masih banyak taman kanak-kanak yang menggunakan metode
konvensional, yaitu meningkatkan kemampuan membaca masih dengan bantuan
buku latihan membaca dengan cara mengeja serta kegiatan belajarnya bersifat
klasikal. Metode mengeja mengakibatkan anak mudah bosan serta mudah
mengeluh. Mengajar membaca kepada anak memang bukanlah persoalan mudah.
Jika membaca diajarkan dengan cara dipaksakan justru dapat berakibat buruk
pada perkembangan anak. Anak akan takut membaca akibat merasa tertekan saat
belajar membaca.
Whole language merupakan suatu metode pengajaran perolehan bahasa
yang dipraktekkan di kelas atau sekolah secara utuh dan menyenangkan. Yang
mana dalam implementasinya dalam pembelajaran di lakukan pengembangan
kemampuan berbahasa secara utuh yakni mendengar, berbicara, membaca dan
menulis tidak dilaksanakan secara terpisah-pisah melainkan dilaksanakan bersama
secara terpadu pada semua bidang kemampuan di Taman Kanak-kanak. Prinsip
whole language adalah mengamati cara belajar anak, dimana mereka secara aktif
mengejar proses belajarnya sendiri sehingga penguasaan konsep menjadi lebih

mudah dan lebih dekat. Anak belajar secara langsung, alamiah dan diarahkan pada
kenyataan bahasa yang real.
Dalam kelas whole language pendidik dan anak sama sama berperan
sebagai pengambil resiko dan pengambil keputusan melalui tanggung jawab
masing masing. Di dalamnya juga terdapat interaksi social yang tertuang dalam
kegiatan diskusi, saling berbagi gagasan, kerjasama dalam memecahkan masalah
dan melaksanakan tugas
Whole language juga dapat menjawab permasalahan anak dengan para
orang tua. Sebagaimana diketahui bahwa banyak orang tua yang melepaskan
begitu saja pendidikan pada program pendidikan anak usia dini. Padahal orangtua
juga merupakan hulu dari segala permasalahan yang muncul pada anak atau
individu di kemudian hari. Dalam konsep whole language orangtua juga
merupakan bagian dari sekolah yang harus mengenal sekolah dan kurikulumnya.
Guru bertugas untuk dapat melakukan komunikasi yang baik dengan orangtua
anak didik mereka. Mulai dari awal penerimaan murid dan pertemuan berkala
berikutnya, system komunikasi yang dilakukan bukan hanya bertemu dalam acara
pertemuan rutin sekolah tetapi dapat juga dilakukan dengan kunjungan guru ke
rumah.
TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin kegiatan pembelajarannya
terutama pada anak kelompok B banyak diarahkan pada kegiatan membaca,
menulis dan berhitung untuk mempersiapkan anak masuk pada jenjang sekolah
dasar yang menuntut ketiga ketrampilan tersebut. Adanya pemilihan metode
pembelajaran yang lebih banyak menggunakan metode bercerita/ceramah dan
metode penugasan kurang memberikan kesempatan pada anak untuk berinteraksi
antara satu dengan yang lainnya dalam mengembangkan kemampuan yang lain
dan cenderung membuat anak cepat merasa bosan atau jenuh.
Berdasarkan uraian di atas, maka sangat perlu dilakukan penelitian tentang
Penerapan Metode Whole Language Dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Permulaan Anak TK Kelompok B dipandang sangat penting dan
menarik dalam rangka memberikan metode dalam mengajarkan membaca kepada
anak usia dini yang menyenangkan dan sesuai untuk anak usia dini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode Whole Language
Weaver menjelaskan tentang whole language sebagai berikut :
whole language is not static entity but evolving philosophy, sensitive to
new knowlwdge and insight. It is based upon research from a variety of
perspectives and disciplinrs among them language acquisition and
emergent literacy, psycholinguistics and siciolinguistics, cognitive and
developmental psychology, anthropology and education.
Dari penjelasan Weaver diatas dapat dimaknai bahwa whole language
bukanlah satu kesatuan yang statis, akan tetapi

suatu filosofi

yang

mengembangkan, sensitive terhadap ilmu pengetahuan dan pengertian yang


mendalam. Whole language ini berdasarkan pada berbagai macam pandangan dan
disiplin ilmu yang mengembangkan bahasa dan literasi, psikolinguistik dan
sosiolinguistik,

psikologi

kognitif

dan

perkembangan,

antropologi

dan

pendidikan.
Eisele memberikan pengertian yang labih sederhana mengenai whole
language, yaitu bahwa Whole language is a way of thingking about how
children learn language oral language and written language.
Menurut Eisele, whole language merupakan suatu cara berfikir untuk
mengetahui bagaimana anak-anak belajar berbahasa baik lisan maupun bahasa
tulis. Kegiatan whole language ini meliputi semua proses belajar bahasa
(mendengar, berbicara, membaca, menulis) semua dipelajari secara alami, yakni
dipelajari secara utuh dan bukan tiap-tiap bagian dipelajari secara terpisah.
Berdasarkan beberapa definisi whole language di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa metode whole language adalah suatu metode pengajaran
perolehan bahasa yang dipraktekkan di kelas atau sekolah secara utuh dan
menyenangkan. Pembelajaran mendengar, berbicara, membaca dan menulis tidak
dilaksanakan secara terpisah-pisah melainkan dilaksanakan bersama secara
terpadu pada semua bidang kemampuan di Taman Kanak-kanak.

B. Kemampuan Membaca Permulaan


Chomsky menyatakan bahwa kemampuan berbahasa secara alami dimiliki
oleh setiap manusia. Ia mengatakan bahwa anak memiliki cetak biru untuk
mampu menciptakan sendiri struktur mentalnya secara spontan. Anak mampu
berbahasa karena secara alami otak anak memiliki potensi untuk berbahasa. Anak
juga mampu menciptakan bentuk gramatika secara alami. Kemampuan ini didapat
anak ketika mendengar orang lain berbicara. Secara alami anak menangkap sistem
aturan tersebut dan mulai memahami kalimat-kalimat yang didengar. Pada saat
anak memahami sistem aturan tersebut maka pada saat itu pula anak mampu
menciptakan kalimat-kalimat baru dengan sistem aturan yang sama. Kegiatan ini
kemudian dituangkan dalam bentuk aktivitas membaca.
Dikutip dari buku Wasik yang menjelaskan bahwa ada empat aspek
perkembangan bahasa pada anak usia dini, yaitu: (a) Mendengarkan (menyimak),
(b) Berbicara, (c) Membaca, (d) Menulis. Namun, walaupun demikian proses yang
dialami tentunya bertahap. Kemampuan anak menulis diawali dengan
kemampuannya mencoret yang abstrak bertahap menjadi jelas bentuk hurufnya.
Ruddell dalam Morrow mendefinisikan membaca sebagai salah satu dari
penggunaan berbahasa untuk menguraikan tulisan atau simbol dan memahaminya.
Dijelaskan juga oleh Tampubolon bahwa membaca merupakan kegiatan fisik dan
mental untuk menemukan makna dan tulisan. Menurut Bond dalam Abdurrahman
membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan
stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca untuk
membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki.
Jadi membaca bukan hanya sekedar melafalkan huruf-huruf atau kata demi
kata, namun lebih dari itu membaca merupakan proses mengkonstruksi yang
melibatkan banyak hal, baik aktivitas fisik, berfikir, psikolinguistik, dan
metakognitif. Membaca mencakup aktivitas proses penerjemahan tanda dan
lambang-lambang ke dalam maknanya, pengenalan kata, pemahaman literal,
interpretasi dan pemahaman makna bacaan dan mengaitkan pengalaman pembaca
dengan teks yang dibaca.

10

Membaca pada tingkat awal atau membaca permulaan dapat diberikan


kepada anak di Taman Kanak-kanak. Hal ini tergantung pada kesiapan membaca
seseorang. Senada dengan yang dinyatakan oleh Thomson dalam Hawadi
mengatakan bahwa waktu yang paling tepat untuk belajar membaca adalah saat
anak-anak duduk di TK. Adapun alasannya adalah pada masa ini rasa ingin tahu
anak berkembang sehingga anak banyak melontarkan pertanyaan-pertanyaan.
Mereka juga lebih siap menerima hal-hal yang dilihatnya disekolah. Disamping
itu keterikatan anak pada sesuatu yang konkret semakin berkurang, dan
sebaliknya kemampuan mereka berkembang menjadi lebih abstrak. Untuk itulah,
anak sudah dapat dilibatkan pada simbol-simbol.
Menurut Jamaris anak usia Taman Kanak-Kanak telah memiliki dasar
kemampuan untuk belajar membaca dan menulis. Hal tersebut dapat dilihat dari ;
(1) kemampuan anak dalam melakukan koordinasi gerakan visual dan gerakan
motorik yang dapat dilihat pada waktu anak menggerakkan bola matanya
bersamaan dengan tangan dalam membalik buku, (2) kemampuan anak dalam
melakukan diskriminasi secara visual, yaitu kemampuan dalam membedakan
berbagai bentuk. Seperti bentuk segi tiga, dan bentuk lainnya, kemampuan ini
merupakan dasar untuk dapat membedakan bentuk-bentuk huruf, (3) kemampuan
kosakata, anak usia Taman Kanak-kanak telah memiliki kosakata yang cukup
luas, (4) kemampuan diskriminasi auditori atau kemampuan membedakan suara
yang didengar. Kemampuan ini berguna untuk membedakan bunyi huruf.
Pembelajaran membaca permulaan yang diberikan pada peserta didik usia
Taman Kanak-kanak khususnya bagi mereka yang telah memiliki kesiapan
membaca, bertujuan untuk membina dasar-dasar mekanisme membaca, seperti
kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang diwakilinya,
melatih gerak bola mata dan kesiapan visual dan audiotori anak. Sebagaimana
pendapat Papalia untuk dapat membaca anak harus memiliki ketrampilan bahasa
umum dan ketrampilan bahasa khusus, sebagai ketrampilan pra membaca dan
koordinasi mata, tangan dan kemampuan motorik halus. Ketrampilan bahasa
umum meliputi perbendaharaan kata/kosakata, sintaksis, struktur naratif, dan
pemahaman bahwa bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Sehingga anak tidak

11

merasa kesulitan karena telah memiliki modal dasar kemampuan yang di


butuhkan untuk belajar membaca.
Kemampuan membaca permulaan itu muncul secara alamiah sesuai
dengan tahap perkembangan anak. Sebelum mengajarkan membaca pada anak
maka terlebih dahulu harus diketahui sejauh mana kesiapan anak dalam belajar
membaca yang dapat dilihat dari kematangan mental, kemampuan visual,
kemampuan mendengarkan, perkembangan wicara dan bahasa, ketrampilan
berfikir dn mendengarkan, perkembangan motorik, kematangan sosial dan
emosional serta motivasi dan minat membaca anak.
Sehingga yang dimaksud dengan kemampuan membaca permulaan dalam
penelitian ini adalah suatu kemampuan yang dimiliki anak untuk membaca
simbol, membaca huruf, kata, dan kalimat sederhana yang menghubungkan antara
bahasa lisan dengan tulisan.

C. Penerapan Metode Whole language dalam meningkatkan kemampuan


membaca permulaan
Selanjutnya Goodman menyatakan bahwa this educational philosophy
is based upon research from converging disciplines that together provide
a strong theory of learning and language, a view of teaching and the role
of teachers in fostering learning and language and learner centered view
of the curriculum..
Pernyataan Goodman diatas memliliki pengertian bahwa filosofi
pendidikan pada konsep whole language adalah berdasarkan pada perpaduan
berbagai disiplin ilmu yang sama sama memiliki teori yang kuat pada bahasa
dan pembelajaran, pandangan mengajar,dan aturan guru dalam mengembangkan
bahasa dan pembelajaran dan kurikulum yang berpusat pada pembelajar.
Dari berbagai penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa landasan
filosofi dari whole language tumbuh dari berbagai pandangan dan disiplin ilmu,
yaitu mulai dari proses pemerolehan bahasa dan tumbuhanya budaya keaksaraan,
psikolonguistik, sisiolingistik, psikologi kognitif, psikologi perkembangan,
anthropologi, dan pendidikan. Dari keragaman yang berbeda tersebut whole
language berada untuk mempersatukannya .
12

Whole

language

merupakan

suatu

filosofi,

yang

berakar

pada

pembelajaran secara alami yang pembinaannya dilakukan di kelas dan di sekolah.


Dengan falsafah yang berdasarkan pada keyakinan tentang hakikat belajar dan
bagaimana belajar maka diharapkan anak anak dapat berkembang lebih optimal
karena mereka mengikuti proses belajarnya sendiri. Anak secara alami belajar
bahasa dengan mendengarkan dan berbicara. Selama perkembangan pada awal
tahun anak bebas belajar, melalui trial and error dan mereka juga membuat
penaksiran atau perkiraan perkiraan tentang bahasa yang ada di lingkungannya.
Sebagaimana belajar bahasa oral, demikian pula dengan ketrampilan
membaca dan menulis anak juga membutuhkan waktu yang cukup lama, melalui
latihanlatihan yang mereka lakukan sendiri dan berbagai pengalaman yang
bermakna dan penuh arti. Mereka bebas membuat kesalahan dalam belajar
bahasa dan belajar dari kesalahan yang dibuat. Karena itu berkaitan dengan
konsep whole language ini, dibutuhkan guru

yang benar benar mengerti

bagaimana anak mempelajari bahasa, dan juga dapat menyediakan waktu dan
latihan latihan untuk perkembangan literasinya.
Whole language merupakan suatu penyiapan lingkungan yang menyeluruh
dimana anak ditenggelamkan dalam bahasa. Penekanannya dalam bentuk kegiatan
mendengar, bercakap, membaca dan menulis. Semuanya itu harus merupakan
komunikasi yang bermakna yang diperankan guru dan juga muridnya. Program
whole language dibangun berdasarkan suatu pemahaman bahwa anak memang
sudah siap untuk melakukan membaca dan menulis, dimana mereka dapat
berkomunikasi secara menyueluruh. Dari sinilah guru mulai menyediakan
berbagai hal sesuai dengan kebutuhan anak agar terjadi komunikasi yang
bermakna sehingga dapat berlangsung proses keaksaraan atau literasi.
Berdasarkan konsep psikolinguistik, sosiolinguistik, psikologi kognitif,
psikologi perkembangan, antropologi dan pendidikan maka whole language
memiliki beberapa kunci dasar yang dapat diimplementasikan untuk program
pendidikan yaitu

lingkungan yang disesuaikan

atau disetting dengan cara

tertentu. Menurut Eisele berikut cara menciptakan lingkungan yang dapat


mengembangkan konsep whole language:

13

1. Immersion (tenggelamkan) : lingkungan anak harus kaya akan bahasa tulisan.


Dinding, kursi bahkan pintu dan segala peralatan harus kaya akan tulisan dan
menarik minat anak untuk kemudian

membacanya. Dapat dipajang juga

berbagai hasil karya anak.


2. Demonstration (demonstrasi) : anak belajar melalui model atau dengan melihat
model Guru dan anak melakukan kegiatan membacamenulis, mendengarkan
dan berbicara dalam kegiatan setiap harinya.
3. Expectation : menciptakan atmosfir yang mengandung harapan untuk anak
belajar dan bekerja sesuai dengan tahap perkembangan anak. Untuk ini perlu
disiapkan berbagai sumber atau fasilitas bahan, aktifitas dan buku buku.
Peralatan untuk kegiatan mendengar, seni, kegiatan menulis,computer,
penerbitan hasil karya, dan peralatan untuk kegiatan matematika.
4. Responsibility : anak harus bertangggung jawab terhadap pembelajaran mereka
sendiri. Guru sebagai fasilitator, dan anak mengambil tanggung jawab
sebagaimana seorang

guru. Anak membuat bank kata, brainstorming ide/

gagasan, dan mencari fakta sendiri. Anak bekerja dengan menuliskan pada
papan atau display di sekitar ruangan. Anak bergerak dan bekerja dengan bebas
dan hanya sedikit arahan dari guru
5. Employment : anak secara aktif terlibat dalam pembelajaran yang penuh arti.
6. Approximations : anak mengambil resiko dan bebas bereksperimen

dari

dorongan mereka sendiri dan merasa senang terhadap hasil usaha mereka
sendiri.
7. Feedback/response : anak menerima feedback atau timbale balik yang positif
dan spesifik dari guru dan teman sebaya/kelompok kerja.
Konsep whole dalam whole language mencakup semua komponen
proses bahasa yakni mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Semua
dipelajari secara menyeluruh dan tidak terpisah isah. Anakanak akan mencapai
keberhasilan yang optimal jika berpartisipasi secara aktif dalam semua proses
kebahasaan tersebut. Untuk itu, guru whole language harus menyediakan berbagai
macam pengalaman yang penuh makna dalam untuk mendengar, berbicara,
membaca dan menulis dalam kegiatan sehari hari.

14

Anak usia dini membangun bahasa oral secara alamiah. Mereka belajar
kosakata, intonasi, ekspresi dan ktrampilan berbicara dengan mendengarkan dan
berbicara

dengan

menggunakan

bahasanya

sendiri.

Bimbingan

dalam

menggunakan bahasa oral merupakan pondasi dasar untuk keberhasilan dalam


ketrampilan membaca dan menulis. Untuk itu penting kiranya bagi anak untuk
selalu berpartisipasi aktif dalam mendengarkan dan berbicara setiap hari. Anak
mendapatkan rasa percaya diri, membangun konsep diri dan membangun
perbendaharaan bahasa yang kuat melalui penggunaan bahasa secara aktif.

15

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka dirumuskan tujuan
penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca permulaan anak TK
Kelompok B yang di terapkan metode whole language.
2. Untuk

mengetahui

penerapan

metode

whole

language

dalam

meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak TK kelompok B.

B. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan dapat memberi informasikan
kepada berbagai pihak secara teoritis maupun praktis diantaranya adalah sebagai
berikut :
1.

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi program Pendidikan Anak Usia
Dini, untuk melengkapi kajian tentang kemampuan membaca permulaan
anak melalui penerapan metode whole language.

2.

Secara praktis penelitian ini berguna :


a. Bagi guru PAUD, hasil penelitian ini dapat memberi informasi tentang
penerapan metode whole language dalam meningkatkan kemampuan
membaca permulaan anak TK kelompok B;
b. Bagi orang tua murid, sebagai masukan untuk mengajarkan membaca
dengan menggunakan permainan agar lebih efektif.

16

BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode action research
atau penelitian tindakan dengan menggunakan metode penelitian campuran (Mix
Method). Penggunaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif secara kombinasi.
Kualitatif karena menjelaskan peristiwa yang dilakukan dalam
penelitian, sehingga mendapat gambaran dan penjelasan yang lengkap dalam
pelaksanaan penelitian tindakan ini. Secara kuantitatif, hal ini karena
menggunakan instrumen kemampuan membaca permulaan

berupa pedoman

observasi untuk mengumpulkan dan mengukur data kemampuan membaca


permulaan anak TK kelompok B.
B. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di anak TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin.
Adapun dasar pertimbangan pemilihan lokasi penelitian tersebut karena
berpotensi untuk diteliti karena TK Aisyiyah 5 Kalitengah mengalami kesulitan
dalam mengajarkan membaca pada anak didiknya dan masih tergantung pada
buku paket membaca.
C. Subjek dan partisipan yang terlibat dalam penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa TK Kelompok B yang
berjumlah 40 anak di TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin.
Tehnik sampling yang digunakan adalah purposive sample yaitu sample
yang bertujuan. Penelitian ini juga melibatkan peranan guru kelas dan teman
sejawat yang nantinya disebut kolaborator.
D. Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari obyek
penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dan dikumpulkan langsung
dari lokasi penelitian melalui tes kemampuan membaca permulaan anak dengan
memberikan tes kepada anak yang menjadi sampel penelitian.

17

b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumentasi resmi TK
Aisyiyah 5 Kalitengah, antara lain: profil sekolah, terutama dikaitkan dengan
penerapan metode whole language dalam meningkatkan kemampuan membaca
permulaan, struktur organisasi, sumber-sumber pustaka.
E. Instrumen Penelitian
Adapun kisi-kisi instrument kemampuan membaca permulaan sebagai
berikut :
Variabel
Kemampuan
membaca
permulaan

Dimensi
Mengenal
huruf
Merangkai
kata

Membaca
sederhana

Indikator
- Mengenal huruf vokal
- Mengenal huruf konsonan
- Membaca kata yang terdiri dari satu suku
kata
- Membaca kata yang terdiri dari dua suku kata
- Membaca kata yang terdiri dari tiga suku kata
atau lebih
- Membaca dengan akhiran huruf konsonan
- Membaca kalimat bergambar
- Membaca kalimat sederhana

F. Analisis Data
1. Analisis Data Kuantitatif
Peneliti akan menganalisis data kuantitatif melalui uji perbedaan antara
kemampuan awal (pre test) dan kemampuan anak setelah di berikan tindakan
(post-test). Hal tersebut dilakukan untuk dapat mengetahui perbedaan nilai
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi tindakan.
2. Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif bertujuan untuk melihat proses dan hasil
pembelajaran yang telah disusun secara terstruktur dan sistematis. Analisis data
kualitatif ini menggunakan model Kemmis dan Taggart yang terdiri dari sumber
data, reduksi data dan verifikasi/kesimpulan.
G. Prosedur Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah model spiral dari Kemmis
dan Taggart yang memaparkan dasar dari pelaksanaan penelitian tindakan atau

18

action research. Rancangan ini terdiri dari 4 tahap, yaitu (a) perencanaan
(planning); (b) tindakan (acting); (c) pengamatan (observing); dan (d) refleksi
(reflecting). Berikut ini prosedur penelitian tindakan menurut Kemmis dan
Taggart :

1. Mengamati perubahan
yang terjadi pada
siswa setelah
dilakukan tindakan
kedua
2. Evaluasi tindakan II

Target Tercapai
Target belum tercapai

AAA

TINDAKAN

PENGAMAT
AN

RENCAN
A
ULANG

REFLEKSI

1. Mengamati kegiatan
pembelajaran sesuai
dengan perencanaan
tindakan kedua
2. Pengumpulan data
tindakan kedua

1.Analisis focus
pengembangan kecerdasan
interpersonal
2. Membuat perencanaan
pembelajaran
3. Analisis Tema dan
jaringan tema
4.Membuat RKM dan RKH
5.Mempersiapkanmedia/
sumber yang akan
digunakan

RENCAN

REFLEKSI

1. Melaksanakan
observasi dengan
menggunakan
format observasi
2. Mengamati
kegiatan
pembelajaran
3. Mengevaluasi
kemampuan
membaca
permulaan anak

Asesmen Awal:Tes
kemampuan
membaca
permulaan sebelum
pelaksanaan
tindakan

TINDAKAN

1. Mengamati perubahan
yang terjadi pada
siswa
2. Mengadakan
pertemuan dengan
guru untuk membahas
hasil tindakan
3. Evaluasi tindakan I

PENGAMAT
AN

Gambar 3.2
Model Spiral Kemmis dan Taggart

19

1. Melaksanakan
pembelajaran
2. Melakukan pengamatan
pembelajaran
3. Mengumpulkan data
pelengkap yang
mendukung

Merevisi dan memodifikasi


pembelajaran sesuai dengan
hasil tindakan siklus I

Mengaplikasikan
pembelajaran sesuai
dengan rencana tindakan

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data
1. Deskripsi Data Assesmen Awal (sebelum tindakan)
Penelitian ini di laksanakan anak kelompok B TK Aisyiyah 5 Kalitengah
Tanggulangin dengan jumlah siswa 40 anak . TK ini merupakan TK yang berada
di kawasan perumahan yang kondisi sarana dan prasarananya sudah cukup
memadai serta pendidiknya pun sudah beberapa yang memenuhi kualifikasi
sebagai guru di Taman Kanak-kanak. Namun, model pembelajaran yang
diterapkan masih model pembelajaran klasikal sehingga pada kegiatan
pembelajaran membaca khusunya anak-anak masih di terfokus dengan buku paket
yang ada.
Dari pengamatan peneliti melalui pre tes dan wawancara kepada guru
tentang keadaan siswa terutama dalam kemampuan membacanya, menunjukkan
bahwa guru masih mengalami kendala dalam mengajarkan membaca kepada
anak-anak. Anak-anak lebih suka menggambar atau mewarnai dari pada
membaca. Hal ini karena anak-anak merasa kesulitan dalam belajar membaca.
Dari hasil pre tes sebelum di berikan tindakan, kondisi kemampuan
membaca permulaan anak-anak di lihat dari tiga indicator kemampuan membaca
permulaan yang meliputi ; (1) kemampuan anak dalam membaca huruf, (2)
merangkai kata, dan (3) membaca sederhana. Dengan menggunakan penilaian
berskala 1-4, dengan ketemtuan : Skor 5 jika anak membaca benar dan lancar,
Skor 4 jika anak membaca benar tapi kurang lancar, Skor 3 jika anak membaca
ragu-ragu, Skor 2 jika anak membaca dengan bantuan guru, Skor 1 jika anak tidak
dapat membaca. Maka di peroleh nilai sebagai berikut :

20

Tabel: 5.1 Nilai kemampuan membaca permulaan sebelum di berikan


tindakan penerapan metode whole language
No.
Respo
nden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

Mengenal Huruf
1
2
3
3
3
2
3
2
1
4
2
3
4
4
3
2
3
3
4
1
4
3
3
2
2
3
2
3
3
4
2
2
3
3
2
2
3
4
3
4
3

2
3
2
2
2
3
3
2
2
3
3
2
3
3
2
3
4
2
4
3
3
2
2
3
2
4
2
2
3
3
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3

3
1
2
2
1
1
3
2
3
2
2
2
3
3
2
2
2
3
3
3
2
2
2
3
2
3
3
3
2
2
2
3
3
2
2
2
2
3
4
3
4

4
2
2
2
3
3
4
2
2
2
2
3
3
3
1
2
4
2
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
2
3
3
2
2
3
3
3

5
2
2
2
3
3
3
2
2
4
1
3
3
2
2
3
2
2
2
2
3
3
3
2
2
3
3
3
2
3
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2

R
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
3
3
3
2
2
3
2
3
2
3
3
2
2
2
3
2
3
2
3
2
3
3
2
2
2
2
3
3
3
3

6
3
3
2
2
2
4
1
1
2
2
4
3
2
2
3
3
2
2
2
3
2
2
3
2
1
2
2
2
2
2
2
2
4
2
2
3
3
3
2
2

7
3
2
2
2
3
3
2
2
3
3
2
3
3
2
3
2
2
2
3
3
2
2
3
2
2
3
2
3
3
2
4
4
3
2
3
2
3
3
3
3

8
1
2
2
1
1
3
2
3
2
2
3
3
3
2
2
2
3
3
3
2
2
2
3
2
3
3
3
2
2
2
4
3
4
2
2
2
3
3
3
2

Butir Soal Tes


Merangkai Kata
1 1 1 1 1 1
9 0 1 2 3 4 5
2 3 4 2 1 2 2
2 2 3 2 2 2 2
2 3 3 2 2 2 2
2 3 2 3 1 3 3
3 3 2 3 1 3 3
3 2 4 2 3 4 3
2 1 2 3 2 2 2
2 2 3 2 3 2 2
2 2 3 3 2 2 1
1 2 3 3 2 2 1
2 3 3 4 3 3 3
4 2 2 4 3 3 3
2 2 2 2 3 3 2
2 2 3 2 2 1 2
2 1 3 3 2 2 3
3 2 2 2 2 2 2
3 2 2 3 3 2 2
3 1 3 2 3 2 2
2 1 2 1 3 3 2
2 4 4 2 4 3 4
2 2 2 2 2 3 3
2 3 3 3 2 2 3
4 3 3 3 3 3 2
2 2 2 2 2 2 2
3 2 3 2 3 2 3
4 3 3 4 3 2 3
2 3 2 2 3 2 3
2 3 2 1 2 2 2
3 2 3 2 2 3 2
2 3 2 2 2 3 2
3 2 3 3 4 3 3
3 4 4 3 3 2 2
3 2 3 4 3 3 3
2 3 2 2 2 3 3
2 3 2 3 2 3 2
2 2 3 2 2 2 2
4 3 3 3 3 4 3
2 3 4 3 3 3 3
2 2 2 2 3 2 2
2 2 2 3 2 3 2

21

R
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
3
3
2
2

1
6
3
3
2
2
2
2
1
2
4
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
3
2
2
4
2
1
1
2
1
2
2
4
2
3
2
2
3
3
3
2
2

1
7
2
3
3
3
2
2
2
2
2
2
3
4
3
3
2
3
3
1
1
4
3
3
2
2
3
2
3
3
4
2
3
3
3
2
2
3
4
3
3
3

Membaca Sederhana
1 1 2 2 2 2 2
8 9 0 1 2 3 4
3 2 3 3 3 2 2
2 2 2 3 2 2 2
2 2 3 2 2 2 2
2 2 3 2 2 2 2
3 2 3 2 3 2 3
3 3 2 2 3 3 3
2 2 1 2 3 3 2
2 3 2 2 2 3 2
3 2 4 2 4 2 5
3 2 2 2 3 2 1
2 2 3 2 2 2 2
3 3 2 2 3 3 1
3 3 2 2 3 3 2
2 2 2 2 2 2 2
3 2 1 3 3 2 2
2 2 2 3 2 2 3
2 3 2 2 2 3 3
2 3 1 2 2 3 3
3 3 1 2 3 3 2
3 3 3 4 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2
2 2 3 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2
2 3 2 1 2 3 3
2 3 2 1 2 3 2
2 3 3 2 2 3 2
3 2 3 1 3 2 2
3 4 2 4 3 2 3
2 2 3 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3
3 3 4 4 3 3 3
3 2 2 3 3 2 3
2 2 3 2 2 2 2
3 2 3 2 3 2 2
2 2 2 3 2 2 2
3 3 4 3 3 3 3
3 3 3 4 4 3 2
3 3 2 2 3 3 2
3 2 2 2 3 2 2

2
5
3
2
3
3
3
2
1
2
2
2
3
2
2
2
1
2
2
1
1
3
2
3
3
2
2
2
3
3
4
3
2
2
2
3
3
2
2
3
2
2

R
3
2
2
2
3
3
2
2
3
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2
3
2
3
2
3
3
3
2
2
2
3
3
3
2

Tabel 5.2 Rekapitulasi Nilai kemampuan membaca permulaan sebelum di


berikan tindakan penerapan metode whole language
Indikator

Penilaian
1

Mengenal Huruf

0%

55%

45%

0%

0%

Merangkai kata

0%

73%

28%

0%

0%

Membaca sederhana

0%

60%

40%

0%

0%

Dari data table di atas, dapat diketahui pada pra siklus ini didapatkan
kemampuan anak dalam mengenal huruf masih pada 55% membaca dengan
bantuan guru, dan dalam kemampuan merangkai kata 73% juga dengan bantuan
guru serta dalam membaca sederhana hamper 60% anak. Jadi bisa dilihat bahwa
masih banyak anak yang masih kurang dalam kemampuan membacanya.
Dari perolehan nilai pra siklus yang ada, maka peneliti ingin
meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak yang nantinya peneliti
mengharapkan bahwa kemampuan membaca permulaan anak bisa meningkat
dengan penerapan metode whole language.
2. Data Siklus I
Dalam penelitian tindakan ada empat tahap yang harus di lalui yakni :
a. Perencanaan
Berdasarkan data assesmen awal yang diperoleh dapat diketahui bahwa
kemampuan membaca permulaan anak masih rendah. Hasil assesmen awal ini
menjadi acuan peneliti dalam membuat perencanaan perlakuan tindakan. Adapun
perencanaan perlakuan tindakan dirancang oleh peneliti dan dibantu oleh guru
kelas meliputi : pembuatan RKH sesuai dengan prinsip metode whole language,
media pembelajaran yang mendukung, menyiapkan instrument dan lembar
observasi.
Kegiatan pembelajaran di TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin
dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan 10.30 WIB. Pada penerapan metode
whole language ini dilaksanakan pada kegiatan awal pembelajaran yaitu pukul
07.30-08.00 WIB Sembilan kali pada tiap siklus. Dan pada waktu kegiatan

22

penerapan metode whole language yang memberikan tindakan adalah guru kelas
masing-masing dan peneliti sebagai observer. Pelaksanaan metode bercerita ini
dilakukan sesuai dengan jadwal penelitian yang ada di table bawah ini.

Tabel 5.3 Jadwal pelaksanaan penerapan metode whole language


No

Hari/Tanggal

Kegiatan

Senin, 14 Oktober 2013

Mengenal huruf

Selasa, 15 Oktober 2013

Mengenal huruf

Rabu, 16 Oktober 2013

Merangkai kata

Senin, 21 Oktober 2013

Merangkai kata

Selasa, 22 Oktober 2013

Merangkai kata

Rabu, 23 Oktober 2013

Membaca sederhana

Senin, 28 Oktober 2013

Membaca sederhana

Selasa, 29 Oktober 2013

Membaca sederhan

Rabu, 30 Oktober 2013

Post test

b. Pelaksanaan Tindakan
Sesuai dengan pendapat dari Eisele dalam pelaksanaan pemberian
tindakan metode whole language perlu menciptakan lingkungan yang dapat
mengembangkan konsep whole language meliputi :

Immersion (tenggelamkan) : lingkungan anak harus kaya akan bahasa


tulisan. Dinding, kursi bahkan pintu dan segala peralatan harus kaya akan
tulisan dan menarik minat anak untuk kemudian membacanya. Dapat
dipajang juga berbagai hasil karya anak.

Demonstration (demonstrasi) : anak belajar melalui model atau dengan


melihat model Guru dan anak melakukan kegiatan membacamenulis,
mendengarkan dan berbicara dalam kegiatan setiap harinya.

Expectation : menciptakan atmosfir yang mengandung harapan untuk anak


belajar dan bekerja sesuai dengan tahap perkembangan anak. Untuk ini
perlu disiapkan berbagai sumber atau fasilitas bahan, aktifitas dan buku
buku.

Peralatan

untuk

kegiatan
23

mendengar,

seni,

kegiatan

menulis,computer, penerbitan hasil karya, dan peralatan untuk kegiatan


matematika.

Responsibility : anak harus bertangggung jawab terhadap pembelajaran


mereka sendiri. Guru sebagai fasilitator, dan anak mengambil tanggung
jawab sebagaimana seorang

guru. Anak membuat bank kata,

brainstorming ide/ gagasan, dan mencari fakta sendiri. Anak bekerja


dengan menuliskan pada papan atau display di sekitar ruangan. Anak
bergerak dan bekerja dengan bebas dan hanya sedikit arahan dari guru

Employment : anak secara aktif terlibat dalam pembelajaran yang penuh


arti.

Approximations : anak mengambil resiko dan bebas bereksperimen dari


dorongan mereka sendiri dan merasa senang terhadap hasil usaha mereka
sendiri.

Feedback/response : anak menerima feedback atau timbale balik yang


positif dan spesifik dari guru dan teman sebaya/kelompok kerja.

c. Observasi
Observasi pada perlakuan tindakan difokuskan pada pengamatan
meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak, apakah kemampuan
membaca permulaan anak bisa meningkat setelah diterapkan metode whole
language. Adapun aspek kemampuan membaca permulaan meliputi kemampuan
mengenal huruf, merangkai kata, dan membaca sederhana.
Dari hasil observasi kemampua membaca permulaan anak-anak kelompok
B Tk Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin di peroleh data sebagai berikut :

24

Tabel 5.4 Nilai kemampuan membaca permulaan sebelum di berikan


tindakan penerapan metode whole language (siklus 1)
No.
Respon
den
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

Mengenal Huruf
1
5
3
5
4
5
3
5
5
3
3
3
5
3
5
3
3
5
5
5
4
4
3
5
4
5
5
4
3
4
3
5
5
5
4
5
4
4
3
5
5

2
4
4
4
5
4
3
4
4
3
3
3
5
3
4
3
4
5
3
3
3
5
3
3
3
3
3
3
3
3
4
5
4
5
3
3
5
3
3
4
5

3
5
3
3
5
5
3
3
4
4
4
3
3
3
4
4
3
4
5
4
3
5
3
4
3
4
5
3
3
4
3
5
4
4
4
4
4
4
4
3
5

4
4
4
4
4
5
3
4
3
3
3
3
4
3
4
3
4
3
4
5
3
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
5
4
4
4
5
4
3
3
5
5

5
5
4
4
5
5
3
4
5
3
3
3
4
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
5
3
3
3
3
3
5
3
3
3
3
4
4
3
3
5

R
5
4
4
5
5
3
4
4
3
3
3
4
3
4
3
3
4
4
4
3
4
3
4
3
4
4
3
3
3
3
5
4
4
4
4
4
4
3
4
5

6
3
3
5
5
4
4
5
3
4
4
3
4
5
4
4
3
5
5
5
5
5
4
3
3
4
4
3
4
4
5
5
4
5
4
3
5
5
5
3
5

7 8
3 3
3 3
3 4
3 3
5 5
3 3
5 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
4 5
3 3
4 5
3 3
5 3
3 3
4 4
3 3
4 3
3 3
5 3
4 5
3 3
4 3
3 3
3 3
3 3
4 4
3 3
3 3
5 4
3 4
3 3
4 5
3 3
3 3
3 3
5 5

Butir Soal Tes


Merangkai Kata
1 1 1 1 1 1
9 0 1 2 3 4 5
4 3 4 3 3 4 3
3 3 3 3 3 3 3
3 3 4 3 3 4 4
3 3 3 3 3 3 3
3 4 4 3 5 5 3
3 3 3 3 3 3 3
4 4 3 4 4 4 5
3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3
5 3 3 5 3 4 3
3 3 3 3 3 3 3
3 4 3 4 5 4 4
3 3 3 3 3 3 3
4 4 4 3 5 4 3
3 3 3 3 3 3 3
3 4 3 5 5 4 3
3 3 3 3 3 3 3
3 5 4 5 4 4 4
3 4 3 3 4 3 4
3 4 3 3 4 3 3
3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 4 3
3 3 3 3 3 3 3
3 5 4 3 4 3 5
3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 4
4 4 3 4 4 4 3
5 3 3 3 4 3 3
3 3 3 3 3 3 4
4 3 5 3 4 4 4
3 3 3 3 3 4 3
4 3 3 5 3 3 3
4 4 3 3 3 3 3
3 4 4 3 4 3 4

25

R
3
3
4
3
4
3
4
3
3
3
3
3
4
3
4
3
4
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
4
3
4
3
4
3
4

1
6
5
3
5
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
5
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
5
3
3
3
5
3
5
4
3
5
3
4
4

1
7
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
5
4
3
4
3
3
3
4
3
3
3
4
4
3
4
5
3
5
3
4
4
3
3
3

Membaca Sederhana
1 1 2 2 2 2 2
8 9 0 1 2 3 4
3 3 3 3 3 4 4
3 3 3 3 4 4 4
3 5 5 3 4 4 4
3 3 3 3 4 4 4
3 4 3 3 3 4 3
3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 4 4 4
3 3 3 3 4 3 4
3 3 3 3 3 4 4
3 3 3 3 3 4 3
3 3 3 3 4 4 4
3 3 3 3 3 3 4
3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 4 4 4
3 3 3 3 3 4 3
3 3 3 3 4 4 3
3 4 3 5 4 3 4
3 3 3 3 4 3 3
3 3 3 3 3 3 4
3 3 3 3 3 4 3
3 3 3 3 4 3 4
4 3 3 3 4 4 4
4 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 4 4 4
3 3 3 3 4 3 3
3 3 3 3 4 3 4
3 3 3 3 4 3 4
3 5 3 5 4 4 4
3 3 3 3 3 4 3
3 3 3 3 4 3 4
3 3 4 4 3 3 3
3 3 3 5 3 5 5
3 3 3 3 3 4 3
3 4 5 3 4 4 4
3 3 3 4 3 4 4
3 3 3 3 4 3 3
4 3 4 3 5 3 4
3 3 3 3 3 3 4
3 3 3 3 3 3 4
3 5 5 4 4 5 4

2
5
3
4
3
3
3
4
3
4
4
4
3
3
4
4
3
4
4
4
3
4
4
3
3
4
4
4
3
3
4
3
4
4
3
3
3
4
5
3
4
4

R
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
3
4
3
4
3
3
4
3
3
4

d. Refleksi
Dari observasi yang dilakukan dengan pre test, catatan lapangan dan post
test pada siklus I ini, terjadi peningkatan terhadap kemampuan membaca
permulan anak yang meliputi kemampuan mengenal huruf, merangkai kata dan
membaca kalimat sederhana. Hasil peningkatannya dapat di lihat dari tabel di
bawah ini.
Tabel 5.5 Tabel perolehan nilai pre test dan post test
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

Mengenal Huruf
Pre Tes
Siklus I
2
5
2
4
2
4
2
5
2
5
3
3
2
4
2
4
3
3
2
3
3
3
3
4
3
3
2
4
2
3
3
3
2
4
3
4
2
4
3
3
3
4
2
3
2
4
2
3
3
4
2
4
3
3
2
3
3
3
2
3
3
5
3
4
2
4
2
4
2
4
2
4
3
4
3
3
3
4
3
5

Merangkai Kata
Pre Tes
Siklus I
2
3
2
3
2
4
2
3
2
4
3
3
2
4
2
3
2
3
2
3
3
3
3
3
2
4
2
3
2
4
2
3
2
4
2
3
2
4
3
3
2
4
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
3
2
3
2
3
2
4
3
3
3
3
3
4
2
4
2
3
2
4
3
3
3
4
2
3
2
4

26

Membaca Sederhana
Pre Tes
Siklus I
3
3
2
3
2
4
2
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
2
3
2
3
2
3
2
4
2
3
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
4
2
3
2
3
3
3
2
4
3
3
2
3
3
3
3
4
3
3
2
4
2
3
2
3
3
4
3
3
3
3
2
4

Dari hasil observasi yang telah dilakukan pada penelitian ini, terdapat
kelemahan dan kelebihan, adapun kelebihannya yaitu (1) anak tidak merasa
terbebani dengan kegiatan membaca, (2) disamping dapat membaca metode ini
juga mengajarkan kemampuan menulis untuk anak, (3) tidak terikat dengan buku
paket. Sedangkan kelemahannya (1) guru harus benar-benar faham tentang
tahapan pengajaran dengan metode whole language ini, (2) perlu ketrampilan
khusus guru untuk merencanakan kegiatan pengembangan bahasa secara terpadu.

3. Data Siklus II
Dalam penelitian tindakan ada empat tahap yang harus di lalui yakni :
a. Perencanaan
Berdasarkan data siklus 1 yang diperoleh dapat diketahui bahwa
kemampuan membaca permulaan anak sudah ada peningkatan namun masih
belum optimal. Hasil assesmen dan refleksi pada siklus 1 ini menjadi acuan
peneliti dalam membuat perencanaan perlakuan tindakan. Adapun perencanaan
perlakuan tindakan dirancang oleh peneliti dan dibantu oleh guru kelas meliputi :
pembuatan RKH sesuai dengan prinsip metode whole language dan masukan dari
refleksi siklus 1, media pembelajaran yang mendukung, menyiapkan instrument
dan lembar observasi.
Kegiatan pembelajaran di TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin
dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan 10.30 WIB. Pada penerapan metode
whole language ini dilaksanakan pada kegiatan awal pembelajaran yaitu pukul
07.30-08.00 WIB Sembilan kali pada tiap siklus. Dan pada waktu kegiatan
penerapan metode whole language yang memberikan tindakan adalah guru kelas
masing-masing dan peneliti sebagai observer. Pelaksanaan metode bercerita ini
dilakukan sesuai dengan jadwal penelitian yang ada di table bawah ini.

27

Tabel 5.6 Jadwal pelaksanaan penerapan metode whole language


siklus 2
No

Hari/Tanggal

Kegiatan

Senin, 04 Nopember 2013

Mengenal huruf

Selasa, 05 Nopember 2013

Mengenal huruf

Rabu, 06 Nopember 2013

Merangkai kata

Senin, 11 Nopember 2013

Merangkai kata

Selasa, 12 Nopember 2013

Merangkai kata

Rabu, 13 Nopember 2013

Membaca sederhana

Senin, 18 Nopember 2013

Membaca sederhana

Selasa, 19 Nopember 2013

Membaca sederhan

Rabu, 20 Nopember 2013

Post test

e. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan sama dengan pada siklus 1 yakni dalam pelaksanaan
pemberian tindakan metode whole language perlu menciptakan lingkungan yang
dapat mengembangkan konsep whole language meliputi :

Immersion (tenggelamkan) : lingkungan anak harus kaya akan bahasa


tulisan. Dinding, kursi bahkan pintu dan segala peralatan harus kaya akan
tulisan dan menarik minat anak untuk kemudian membacanya. Dapat
dipajang juga berbagai hasil karya anak.

Demonstration (demonstrasi) : anak belajar melalui model atau dengan


melihat model Guru dan anak melakukan kegiatan membacamenulis,
mendengarkan dan berbicara dalam kegiatan setiap harinya.

Expectation : menciptakan atmosfir yang mengandung harapan untuk anak


belajar dan bekerja sesuai dengan tahap perkembangan anak. Untuk ini
perlu disiapkan berbagai sumber atau fasilitas bahan, aktifitas dan buku
buku.

Peralatan

untuk

kegiatan

mendengar,

seni,

kegiatan

menulis,computer, penerbitan hasil karya, dan peralatan untuk kegiatan


matematika.

28

Responsibility : anak harus bertangggung jawab terhadap pembelajaran


mereka sendiri. Guru sebagai fasilitator, dan anak mengambil tanggung
jawab sebagaimana seorang

guru. Anak membuat bank kata,

brainstorming ide/ gagasan, dan mencari fakta sendiri. Anak bekerja


dengan menuliskan pada papan atau display di sekitar ruangan. Anak
bergerak dan bekerja dengan bebas dan hanya sedikit arahan dari guru

Employment : anak secara aktif terlibat dalam pembelajaran yang penuh


arti.

Approximations : anak mengambil resiko dan bebas bereksperimen dari


dorongan mereka sendiri dan merasa senang terhadap hasil usaha mereka
sendiri.

Feedback/response : anak menerima feedback atau timbale balik yang


positif dan spesifik dari guru dan teman sebaya/kelompok kerja.

f. Observasi
Observasi pada perlakuan tindakan difokuskan pada pengamatan
meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak, apakah kemampuan
membaca permulaan anak bisa meningkat setelah diterapkan metode whole
language. Adapun aspek kemampuan membaca permulaan meliputi kemampuan
mengenal huruf, merangkai kata, dan membaca sederhana.
Dari hasil observasi kemampua membaca permulaan anak-anak kelompok
B Tk Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin di peroleh data sebagai berikut :

29

Tabel 5.7 Nilai kemampuan membaca permulaan sebelum di berikan


tindakan penerapan metode whole language (siklus 2)
No.
Respon
den
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

Mengenal Huruf
1
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

2
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
4
5
4
4
5
5
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5

3
5
5
5
5
5
4
4
5
5
4
4
4
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5

4
5
5
5
5
5
4
4
5
5
4
4
4
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

R
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5

6
5
5
5
5
4
4
5
4
5
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
5
4
4
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
3
5
5

7
4
4
5
5
5
4
5
4
5
4
5
4
5
4
5
4
5
4
5
4
5
4
5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5

8
5
4
5
5
5
4
4
5
5
4
4
5
5
4
5
4
4
4
5
5
5
4
4
5
3
5
4
5
5
4
5
5
5
5
4
5
5
3
4
5

Butir Soal Tes


Merangkai Kata
1 1 1 1 1 1
9 0 1 2 3 4 5 R
5 5 5 4 5 4 4 5
4 5 5 5 4 5 4 5
4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5
4 5 4 4 5 5 4 5
4 4 4 4 5 4 4 4
5 4 5 4 4 4 5 5
4 4 4 5 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5
4 4 5 4 4 4 4 4
4 4 5 4 5 4 5 5
5 4 5 4 4 5 4 5
5 4 4 5 5 4 4 5
4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5
4 4 4 4 4 4 4 4
4 5 5 4 5 4 4 5
4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5
4 4 5 4 5 5 4 5
5 5 5 5 5 5 5 5
4 4 4 4 4 4 4 4
5 4 4 5 5 4 5 5
4 5 4 5 4 5 4 5
3 3 4 3 4 4 4 4
4 5 5 5 4 4 4 5
5 4 4 4 5 5 4 5
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 4 4 4 5 5 5
5 4 4 5 4 5 4 5
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
5 4 4 5 4 5 4 5
5 4 5 5 4 5 4 5
5 5 5 5 5 5 5 5
4 5 4 4 5 4 4 5
4 4 4 3 3 4 4 4
5 4 4 5 4 5 4 5
4 4 5 5 5 4 4 5

30

1
6
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
5
5
5
4
5
4
5
4
5
5
5
4
5
4
4
5
4
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
5

1
7
5
4
4
5
5
4
5
4
5
4
5
5
4
4
5
4
5
4
4
5
4
4
5
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
4

Membaca Sederhana
1 1 2 2 2 2 2
8 9 0 1 2 3 4
4 5 5 4 5 4 5
4 5 4 5 4 5 5
4 5 5 4 4 4 4
5 4 5 5 4 5 5
4 5 4 4 5 5 4
4 5 4 4 4 4 4
5 4 5 4 4 5 4
4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5
4 5 4 4 5 4 4
4 5 4 5 4 5 4
4 4 5 4 5 4 4
4 5 4 5 5 5 4
4 4 4 4 4 4 4
5 4 4 4 5 4 5
4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 5 5 4 5
4 4 4 4 4 4 4
5 4 5 4 5 5 4
4 4 5 4 5 4 5
5 4 4 5 4 5 4
4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4
3 3 3 4 3 4 3
4 5 4 5 4 5 5
4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5
4 4 5 4 5 5 4
4 4 5 4 5 5 5
4 4 4 5 4 5 5
5 5 5 5 5 5 5
4 4 5 4 4 4 4
4 5 5 5 4 4 5
5 5 5 5 5 5 5
4 5 5 4 5 4 4
4 4 4 4 4 4 4
4 4 5 5 4 5 4
5 5 5 4 5 5 4

2
5 R
4 5
4 5
4 4
5 5
4 5
4 4
4 5
4 4
5 5
4 4
4 5
5 5
4 5
4 4
4 5
4 4
4 5
4 4
4 5
4 5
5 5
4 4
4 5
4 4
4 4
4 5
4 4
5 5
5 5
4 5
4 5
4 5
5 5
4 4
4 5
5 5
5 5
4 4
4 5
4 5

g. Refleksi
Dari observasi yang dilakukan dengan pre test, catatan lapangan dan post
test pada siklus I ini, terjadi peningkatan terhadap kemampuan membaca
permulan anak yang meliputi kemampuan mengenal huruf, merangkai kata dan
membaca kalimat sederhana. Hasil peningkatannya dapat di lihat dari tabel di
bawah ini.
Tabel 5.8 Tabel perolehan nilai pre test dan post test
No.
Respon
den
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

REKAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK KELOMPOK B


Mengenal Huruf
Merangkai Kata
Membaca Sederhana
Pre Tes Siklus I Siklus II Pre Tes Siklus I Siklus II Pre Tes
Siklus I
Siklus II
2
5
5
2
3
5
3
3
5
2
4
5
2
3
5
2
3
5
2
4
5
2
4
4
2
4
4
2
5
5
2
3
5
2
3
5
2
5
5
2
4
5
3
3
5
3
3
4
3
3
4
3
3
4
2
4
5
2
4
5
2
3
5
2
4
5
2
3
4
2
3
4
3
3
5
2
3
5
3
3
5
2
3
4
2
3
4
2
3
4
3
3
5
3
3
5
2
3
5
3
4
5
3
3
5
3
3
5
3
3
5
2
4
5
3
3
5
2
4
5
2
3
4
2
3
4
2
3
5
2
4
5
2
3
5
3
3
4
2
3
4
2
3
4
2
4
5
2
4
5
2
4
5
3
4
5
2
3
4
2
3
4
2
4
5
2
4
5
2
3
5
3
3
5
3
3
5
3
3
5
3
4
5
2
4
5
2
3
5
2
3
5
2
3
4
2
3
4
2
4
5
3
3
5
3
3
5
2
3
5
2
3
5
2
4
4
3
4
5
2
3
4
2
3
4
2
4
5
3
3
5
2
3
5
3
3
5
2
3
5
3
3
4
2
3
5
2
3
5
2
4
5
3
3
5
2
3
5
3
3
5
2
3
5
2
4
5
2
3
5
3
5
5
3
3
5
3
3
5
3
4
5
3
3
5
3
4
5
2
4
5
3
4
5
3
3
5
2
4
5
2
4
5
2
4
4
2
4
5
2
3
5
2
3
5
2
4
5
2
4
5
2
3
5
3
4
5
3
3
5
3
4
5
3
3
4
3
4
4
3
3
4
3
4
5
2
3
5
3
3
5
3
5
5
2
4
5
2
4
5

31

Dari hasil observasi yang telah dilakukan pada penelitian ini, terdapat
kelemahan dan kelebihan, adapun kelebihannya yaitu (1) anak termotovasi

B. Pembahasan
1.

Peningkatan kemampuan membaca permulaan anak melalui metode whole


language
Dari hasil pemberian tindakan pembelajaran membaca dengan metode

whole language pada anak kelompok B TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin


yang di lakukan dengan dua siklus masing-masing siklus Sembilan kali pemberian
tindakan, dengan rincian :
Siklus I

: 14, 15, 16, 21, 22, 23, 28, 29, 30 Oktober 2013

Siklus II

: 4, 5, 6, 11, 12, 13, 18, 19, 20 Nopember 2013

Berikut perolehan nilai prosentase dari peningkatan kemampuan


membaca anak yang diterapkan dengan metode whole language di TK Aisyiyah 5
Kalitengah Tanggulangin.
Siklus
Pretes
Siklus 1
Siklus 2

Mengenal Huruf
2
3
4
5
55% 45%
38% 50% 13%
10% 90%

Merangkai kata
2
3
4
5
73% 28%
65% 35%
35% 75%

Membaca Sederhana
1
2
3
4
5
60% 40%
20% 80%
33% 68%

Keterangan :
Skor 5, jika anak membaca benar dan lancar
Skor 4, jika anak membaca benar tapi kurang lancar
Skor 3, jika anak membaca ragu-ragu
Skor 2, jika anak membaca dengan bantuan guru
Skor 1, jika anak tidak dapat membaca

Dari data table diatas maka dapat dilihat peningkatan kemampuan anak
yang pada pre tes sebelum diberikan tindakan, 55% anak dalam kemampuan
mengenal huruf masih membaca dengan bantuan guru dan 73% anak juga masih
perlu bantuan guru dalam merangkai kata hal ini dipengaruhi karena dalam
kegiatan membaca selama ini guru masih berpedoman pada buku paket membaca
dan menggunakan metode yang kurang menyenangkan buat anak. Sehingga setiap
kegiatan membaca anak merasa takut dan juga bosan.
32

Setelah dilakukan pemberian tindakan pada siklus I maka diketahui ada


peningkatan pada kemampuan membaca peserta didik yang sebelumnya banyak
anak dalam membaca masih perlu bantuan guru, namun setelah di berikan
tindakan dan di lakukan pengamatan terhadap kemampuan membaca anak-anak
maka terlihat hamper pada tiap indicator membaca anak-anak sudah bisa
membaca sendiri tanpa bantuan guru lagi meskipun masih ada beberapa anak
membaca dengan ragu-ragu namun pada siklus 1 ini sudah mulai muncul
kemampuan anak membaca dengan benar meskipun kurang lancar. Dengan
rincian 50% anak membaca huruf dengan benar, 35% anak merangkai kata
dengan benar yang sebelumnya pada siklus 1 masih belum ada anak yang
mencapai nilai 4, dan 80% anak mampu membaca sederhana dengan benar
meskipun masih kurang lancar. Perubahan itu dapat dilihat pada kegiatan
pembelajaran yang di tunjukkan oleh salah satu siswa yang bernama Aini dulunya
dia termasuk anak yang perlu bimbingan khusus dalam kegiatan membaca, namun
setelah diberi tindakan Aini mulai ada peningkatan san dia sekarang suka bertanya
terhadap tulisan-tulisan yang ada di sekitarnya.
Dari pemberian tindakan pada siklus 1 maka setelah di lakukan analisis
dan diskusi dengan kolaborator maka dirasa perlu untuk dilakukan pemberian
tindakan kembali dengan beberapa catatan dari refleksi dari siklus 1. Maka pada
siklus 2 dapat di ketahui peningkatan kemampuan membaca anak yang sangat
signifikan, hal ini di ketahui bahwa 90% anak mampu membaca huruf dengan
benar dan lancar, dalam kemampuan merangkai kata 75% anak dapat dengan
benar dan lancar serta 68% anak mampu dengan benar dan lancar membaca
sederhana.
Perubahan ini dapat dilihat pada salah satu anak kelompok B TK
Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin yang bernama Rendra ketika kegiatan
menulis kata SEPEDA dia tidak hanya menulis sesuai contoh tapi secara spontan
dia juga membaca apa yang dia tulis kemudian bercerita pada teman yang
disebelahnya tentang sepedanya yang baru. Maka dari sini dapat di ketahui
metode whole language ini dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak

33

secara terpadu sehingga secara otomatis kemampuan membaca anak pun


meningkat tanpa membuat anak terbebani serta bosan dengan pembelajaran.
Dari data yang diperoleh saat pelaksanaan tindakan pada siklus 1 dan
siklus 2 dengan cara pengamatan menggunakan lembar instrument tes dan checklist observasi kemampuan anak-anak maka di ketahui terjadi peningkatan yang
signifikan kemampuan membaca anak-anak dapat ditingkatkan dengan penerapan
metode whole language. Hal ini sejalan dengan pendapat Eisele, whole language
merupakan suatu cara berfikir untuk mengetahui bagaimana anak-anak belajar
berbahasa baik lisan maupun bahasa tulis. Yang mana kegiatan whole language
ini meliputi semua proses belajar bahasa (mendengar, berbicara, membaca,
menulis) semua dipelajari secara alami, yakni dipelajari secara utuh dan bukan
tiap-tiap bagian dipelajari secara terpisah. Sehingga anak belajar secara terpadu
tidak hanya kemampuan mengucapkan saja, namun lebih dari itu dengan anak
melihat dan mendengar anak mampu mengucapkan dan membaca apa yang di
lihatnya serta dengan kegiatan menulis anak terbiasa dengan huruf-huruf sehingga
secara tidak langsung anak pun melafalkan apa yang ditulisnya.

2. Penerapan metode whole language dalam meningkatkan kemampuan


membaca permulaan anak TK Kelompok B.
Dalam penerapan metode whole language ini meliputi semua proses
belajar bahasa (mendengar, berbicara, membaca, menulis) semua dipelajari secara
alami, yakni dipelajari secara utuh dan bukan tiap-tiap bagian dipelajari secara
terpisah.
Namun yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode whole language
ini guru harus benar-benar telah mempersiapkan lingkungan yang sesuai dengan
konsep metode whole language. Semua benda yang ada di kelas hendaknya tertera
nama benda tersebut sehingga anak terbiasa melihat tulisan itu sehingga anak
secara reflex mengetahui bacaan tulisan yang tertera. Kemudian membiasakan
anak belajar melalui model atau dengan melihat model Guru dan anak melakukan
kegiatan membacamenulis, mendengarkan dan berbicara dalam kegiatan setiap
harinya.

34

Dari hasil penelitian maka di ketahui dari penataan lingkungan itu maka
sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar anak untuk mengenal/ belajar
membaca maupun menulis secara bersamaan karena itu menjadi suatu hal yang
rutin mereka lakukan.

35

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah di lakukan dan sudah dipaparkan pada bab
sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kemampuan membaca permulaan anak kelompok B TK Aisyiyah 5
Kalitengah Tanggulangin setelah diterapkan metode whole language
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari hasil pra siklus dengan
hasil post test pada siklus 2.

Hal ini terlihat dengan meningkatnya

kemampuan membaca anak baik mengenal huruf, merangkai kata maupun


membaca kalimat sederhana.
2. Saat penerapan metode whole language dalam pada anak TK Kelompok B
anak. Anak-anak merasa nyaman saat pembelajaran dan tidak membuat anak
merasa terpaksa. Karena pada metode ini pembelajaran secara terpadu
sehingga anak dapat mengembangkan kemampuannya lebih optimal.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan
keterbatasan pada hasil penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut :
1.

Bagi guru dan pendidik TK, metode whole language dapat menjadi
alternative dalam kegiatan pembelajaran membaca.

2.

Bagi pengelola Taman Kanak-kanak atau Bustanul Athfal, diharapkan dapat


memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan dan
menentukan pembelajaran seluas-luasnya, sehingga dapat menimbulkan
kreatifitas guru dalam mengajar.

3.

Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini


dengan memasukkan variabel lain yang belum ada pada penelitian ini.

36

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, 2003, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,


Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, 2003, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta.
Brewer, Jo Ann, 2007, Introduction to Early Childhod Education, Boston, USA:
Allyn and Bacon.
Crain, William, 2007, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi Alih bahasa
Yudi santoso, Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Dardjowidjoyo, Soenjono, 2008, Psikolinguistik, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Dhieni, dkk. Nurbiana, 2008, Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta:
Universitas Terbuka.
Eisele, Beverly, 1991, Managing The Whole Language Classroom, Creative
Teaching Prees, CA.
Hawadi, Reni Akbar, 2006, Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta: Grasindo.
Jamaris, Martini, 2006, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman
Kanak-Kanak: Pedoman bagi Orang Tua dan Guru, Jakarta: Grasindo.
Kadir, 2010, Statistika Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial,, Jakarta: Rosemata
Sampurna.
Lesley Mandel Morrow, 1993, Literacy Development in the Early Years, United
State of America : Allyn and Bacon.
Munandar, Utami, 1999, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah,
Jakarta: PT Gramedia.
Papalia,. Diane E, Wendkos Old, Sally and Feldman, Ruth Duskin, 2008, Human
Development, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Rahim, Farida, 2008, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi
Aksara.

37

Solehuddin dkk, 2007, Pembaharuan Pendidikan TK, Jakarta:Universitas


Terbuka.
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D, Jakarta: Alfabeta.

Sudjana, Nana, 2011, Langkah dan Prosedur Penelitian, Jakarta: BinamitraPublishing.


Suyanto, Slamet, 2005, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta:
Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi.
Wasik, Carol Seefeldt dan Barbara A.,2008, Pendidikan Anak Usia Dini
Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah ,
Jakarta : Indeks, 2008.
Weaver, Constance, 1990, Understanding Whole Language, Irwin publishing,
Canada.

38

Lampiran

Hakikat Kemampuan Membaca Permulaan

a.

Definisi Konseptual
Kemampuan membaca permulaan adalah suatu kemampuan yang dimiliki anak

untuk dapat membaca simbol yang melambangkan, membaca huruf, kata, dan
kalimat sederhana yang dihasilkan melalui latihan mengenal huruf (mengenal
simbol-simbol yang melambangkan), merangkai kata (menjadi kalimat sederhana
yang menghubungkan antara bahasa lisan dengan tulisan).
b.

Definisi Operasional
Kemampuan membaca permulaan adalah skor yang dicapai anak

usia 5-6

tahun setelah mengerjakan tes kemampuan membaca. Skor diukur dengan


menggunakan instrumen tes berbentuk gambar dan tulisan. Anak yang memiliki
kemampuan membaca permulaan

meliputi : kemampuan anak untuk dapat

membaca simbol yang melambangkan, membaca huruf, kata, dan kalimat


sederhana yang dihasilkan melalui latihan mengenal huruf (mengenal simbol-simbol
yang melambangkan), merangkai kata (menjadi kalimat sederhana yang
menghubungkan antara bahasa lisan dengan tulisan). Semakin tinggi skor yang
dicapai anak maka semakin baik anak mempunyai kemampuan membaca
permulaan, sebaliknya semakin rendah skor yang dicapai anak maka rendah skor
kemampuan membaca permulaan anak.

c.

Kisi-kisi Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga, lebih mudah
diolah. Instrumen penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang
kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun. Maka tersusun kisi-kisi
instrumen tes kemampuan membaca permulaan dapat dilihat pada tabel, sebagai
berikut :

39

Kisi-kisi instrument kemampuan membaca permulaan


Variabel
Kemampuan
membaca
permulaan

Dimensi
Mengenal
huruf
Merangkai
kata

Membaca
sederhana

Indikator
- Mengenal huruf vokal
- Mengenal huruf konsonan
- Membaca kata yang terdiri
dari satu suku kata
- Membaca kata yang terdiri
dari dua suku kata
- Membaca kata yang terdiri
dari tiga suku kata atau lebih
- Membaca dengan akhiran
huruf konsonan
- Membaca kalimat bergambar
- Membaca kalimat sederhana

Jumlah

Nomor
Butir

Drop

1,2,3,4,
5,6,7,8

1,7,8

9,10,11,12
,13,14, 15,
16, 17, 18,
19, 20, 21

12,13,

22,23,24,
25,26,27,2
8,29,30,
31, 32, 33,
34, 35

23,27,

18

31,32

35

40

NAMA : .
No

: .

INSTRUMEN PENELITIAN
KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN

Petunjuk Penilaian :
Skor 5, jika anak membaca benar dan lancar
Skor 4, jika anak membaca benar tapi kurang lancar
Skor 3, jika anak membaca ragu-ragu
Skor 2, jika anak membaca dengan bantuan guru
Skor 1, jika anak tidak dapat membaca

Dimensi mengenal huruf


Mengenal huruf vokal
1.

Bacalah huruf yang berwarna merah

roda
2.

jamu

Bacalah huruf yang berwarna merah

desa
3.

duri

Bacalah huruf yang berwarna merah

delima
4.

sepeda

Bacalah huruf yang berwarna merah

sepatu
41

belati

Mengenal huruf konsonan


5.

Bacalah huruf yang berwarna biru

roda
6.

jamu

Bacalah huruf yang berwarna biru

t i g a
7.

baca

Bacalah huruf yang berwarna biru

kereta
8.

celana

Bacalah huruf yang berwarna di bawah ini !

bi ca du fa - gi
so ji ki le mu

42

Dimensi Merangkai Kata (9-21)


Membaca suku kata
9.

bu

sa

na

10.

ro

ta

si

11.

je

ma

ri

Membaca kata yang terdiri dari dua suku kata


12.

jari

s at u

desa

bola

sapi

aaaaa
r o ti

13.

14.

Membaca kata yang terdiri dari tiga suku kata atau lebih
15.

radio

lemari
43

16.

17.

kenari

biola

matahari

televisi

Membaca kata yang berakhiran huruf konsonan


18.

gas

jam

bel

19.

sabun

malam

20.

mobil

kapas

21.

sopir

payung

44

Dimensi Membaca Sederhana (Butir 20-24)


Membaca kalimat bergambar
22.

tiga bola
23.

Kereta api

24.

sepeda merah

45

25.

ini sepatu

26.

ayam betina

27.

adik bayi

46

28.

Pesawat terbang
29.

yogi baca buku


Membaca kalimat sederhana
30.

31.

ibu masak ikan

baju roni biru

47

32.

agus makan roti


33.

ayah naik pesawat terbang

34.

35.

sinta makan nasi goreng

pergi ke rumah nenek

48

VALIDITAS INSTRUMEN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN

Nomor
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
R Hit
R Kritis
Status

Nomor Butir
1
5
5
5
5
4
4
5
5
4
5
5
5
5
4
5
3
4
4
5
5
4
4
4
4
2
3
4
4
4
5
0.308
0.334
Drop

2
5
5
5
4
3
4
5
4
5
5
5
5
4
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
5
4
5
4
4
4
5
0.363
0.334
valid

3
4
4
3
4
4
4
4
5
5
3
4
4
5
4
4
4
3
5
3
3
4
4
4
4
5
4
3
4
3
4
0.494
0.334
Valid

4
4
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
3
5
4
3
3
3
2
3
4
5
4
0.481
0.334
valid

49

4
5
4
5
3
4
2
3
5
4
4
5
4
5
4
5
3
2
5
4
3
3
5
4
4
5
5
3
4
5
4
0.398
0.334
valid

6
5
5
5
3
3
4
5
4
5
3
5
5
4
5
4
4
3
5
4
3
4
5
4
4
4
3
4
4
4
5
0.586
0.334
valid

7
4
3
4
4
3
4
4
4
5
4
4
5
4
5
5
5
3
4
2
4
3
4
4
4
5
4
5
5
5
3
0.213
0.334
Drop

8
3
4
5
5
3
5
5
3
5
4
5
4
4
3
5
5
4
5
4
5
3
5
5
2
4
5
2
5
5
3
0.059
0.334
Drop

9
5
4
3
4
4
5
5
5
5
4
4
5
5
4
5
3
5
4
4
4
5
3
4
5
4
3
3
4
3
5
0.421
0.334
Valid

Lanjutan 1
Nomor
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
R Hit
R Kritis
Status

Nomor Butir
10
5
3
4
4
4
4
4
3
5
4
4
5
5
5
3
3
3
5
4
4
5
3
3
3
4
4
5
4
4
4
0.516
0.334
valid

11
4
5
4
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
5
4
4
3
3
3
4
5
5
4
5
4
4
3
5
5
0.389
0.334
valid

12
5
4
4
5
5
4
5
5
5
5
4
4
4
3
5
4
4
5
4
3
5
4
5
4
5
4
5
3
5
3
0.307
0.334
Drop

13
5
3
4
4
4
4
4
3
5
4
4
3
5
5
3
5
3
5
4
4
5
3
3
3
4
4
5
4
4
4
0.272
0.334
Drop

50

14
5
5
4
4
3
3
4
4
5
4
5
4
3
5
3
2
3
4
4
4
4
3
4
5
5
3
4
3
3
4
0.506
0.334
valid

15
5
5
4
4
3
5
4
5
4
5
5
4
5
4
3
3
4
3
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
4
5
0.471
0.334
valid

16
3
3
3
5
4
5
5
4
5
5
4
4
4
5
4
4
3
4
4
3
4
4
4
3
4
3
4
5
4
4
0.457
0.334
valid

17
4
4
4
5
3
4
4
5
5
5
4
5
5
5
4
4
3
4
3
2
4
4
3
5
4
4
3
4
5
4
0.647
0.334
valid

18
4
5
4
3
4
4
5
4
5
4
3
5
5
4
4
5
4
5
5
3
4
3
4
4
3
4
3
4
4
5
0.303
0.334
Drop

Lanjutan 2
Nomor
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
R Hit
R Kritis
Status

Nomor Butir
19
5
5
5
5
4
4
5
5
4
4
5
5
5
4
5
3
4
4
5
5
4
4
5
4
5
3
4
4
5
5
0.404
0.334
valid

20
5
4
4
4
5
4
5
5
4
5
5
4
3
5
4
2
4
5
4
2
5
3
4
4
5
4
3
3
5
5
0.704
0.334
valid

21
5
5
4
4
4
5
4
4
5
4
3
5
5
4
4
2
4
5
5
3
3
2
4
4
5
4
3
4
5
4
0.583
0.334
Valid

22
4
5
4
3
4
4
5
4
5
5
4
4
4
5
4
3
4
5
3
2
4
4
4
4
4
3
4
4
5
4
0.663
0.334
valid

51

23
4
4
5
4
4
3
5
5
4
5
5
4
5
5
4
5
4
4
4
5
4
4
5
4
3
4
4
3
5
4
0.164
0.334
Drop

24
5
3
5
4
3
4
4
5
4
3
5
5
5
5
3
4
3
4
3
3
4
4
4
5
5
3
4
4
5
5
0.515
0.334
valid

25
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
5
5
5
4
4
3
3
5
4
4
5
4
4
4
5
5
4
4
4
5
0.638
0.334
valid

26
5
3
4
3
4
4
4
3
5
4
4
3
4
4
3
3
3
5
4
4
5
3
3
3
4
4
4
3
4
4
0.412
0.334
valid

27
4
2
2
2
4
5
4
4
5
4
5
3
3
4
4
4
4
5
5
3
3
2
4
4
4
4
3
4
4
5
0.344
0.334
Valid

Lanjutan 3
Nomor Butir

Nomor
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
R Hit
R Kritis
Status

28
2
4
4
5
3
4
4
4
5
5
5
5
4
5
2
3
4
5
4
3
3
5
4
5
4
4
3
4
3
4
0.666
0.334
valid

29
4
5
5
4
4
3
5
5
4
5
5
4
5
4
4
2
4
4
4
3
4
4
5
4
3
4
4
3
4
4
0.459
0.334
valid

30
5
4
4
5
3
4
4
4
5
5
5
5
4
5
4
3
4
5
4
3
3
5
4
5
4
4
3
4
3
4
0.757
0.334
Valid

31
4
3
4
4
3
4
4
4
5
4
4
5
4
5
5
5
3
4
2
4
3
4
4
4
5
4
5
5
5
3
0.304
0.334
Drop

52

32
3
4
5
5
3
5
5
3
5
4
5
4
4
3
5
5
4
5
4
5
3
5
5
2
4
5
2
5
5
4
0.299
0.334
Drop

Total
33
5
4
3
4
4
5
5
5
5
4
4
5
5
4
5
3
5
4
4
4
5
3
4
5
4
3
3
4
3
5
0.311
0.334
Drop

34
5
3
4
4
4
4
4
3
5
4
4
5
5
5
3
3
3
5
4
4
5
3
3
3
4
4
5
4
4
4
0.272
0.334
Drop

35
4
5
4
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
5
4
4
3
3
3
4
5
5
4
5
4
4
3
5
5
0.394
0.334
valid

32
32
33
36
29
34
36
33
38
36
37
37
36
36
33
28
31
35
29
29
30
34
34
32
33
32
29
32
32
33

Tabel. 2.3. Rekapitulasi Nomor Butir dari Uji Validitas Instrumen


Kemampuan Membaca Permulaan
No. Butir

Rhitung

rtabel

Status

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

0.308
0.363
0.494
0.481
0,398
0.586
0.213
0.059

0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334
0.334

drop
valid
valid
valid
valid
valid
drop
drop
valid
valid
valid
drop
drop
valid
valid
valid
valid
drop
valid
valid
valid
valid
drop
valid
valid
valid
drop
valid
valid
valid
drop
drop
valid
valid
valid

0.421

0.458
0.370
0.260
0.205
0.478
0.459
0.429
0.663
0.325
0.383
0.621
0.532
0.672
0.164
0.530
0.625
0.398
0.268
0.361
0.498
0.569
0.213
0.080
0.421
0.458
0.370

53

Tabel. 2.5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Membaca


Permulaan
Nomor
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
k
Variansi Total
Variansi Butir
Jml Var Butir
Alpha-Cronbach

2
5
5
5
4
3
4
5
4
5
5
5
5
4
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
5
4
5
4
4
4
5
25
89.47
0.33
14.11
0.877

3
4
4
3
4
4
4
4
5
5
3
4
4
5
4
4
4
3
5
3
3
4
4
4
4
5
4
3
4
3
4

4
4
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
3
5
4
3
3
3
2
3
4
5
4

0.41

0.51

54

Nomor Butir
4
6
5
5
4
5
5
5
3
3
4
3
2
4
3
5
5
4
4
5
4
3
5
5
4
5
5
4
4
5
5
4
3
4
2
3
5
5
4
4
3
3
3
4
5
5
4
4
4
4
5
4
5
3
3
4
4
4
5
4
4
5

0.86

0.56

9
5
4
3
4
4
5
5
5
5
4
4
5
5
4
5
3
5
4
4
4
5
3
4
5
4
3
3
4
3
5

10
5
3
4
4
4
4
4
3
5
4
4
5
5
5
3
3
3
5
4
4
5
3
3
3
4
4
5
4
4
4

11
4
5
4
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
5
4
4
3
3
3
4
5
5
4
5
4
4
3
5
5

14
5
5
4
4
3
3
4
4
5
4
5
4
3
5
3
2
3
4
4
4
4
3
4
5
5
3
4
3
3
4

0.58

0.55

0.52

0.67

Nomor
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
k
Variansi Total
Variansi Butir

Nomor Butir
15
5
5
4
4
3
5
4
5
4
5
5
4
5
4
3
3
4
3
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
4
5

16
3
3
3
5
4
5
5
4
5
5
4
4
4
5
4
4
3
4
4
3
4
4
4
3
4
3
4
5
4
4

17
4
4
4
5
3
4
4
5
5
5
4
5
5
5
4
4
3
4
3
2
4
4
3
5
4
4
3
4
5
4

19
5
5
5
5
4
4
5
5
4
4
5
5
5
4
5
3
4
4
5
5
4
4
5
4
5
3
4
4
5
5

20
5
4
4
4
5
4
5
5
4
5
5
4
3
5
4
2
4
5
4
2
5
3
4
4
5
4
3
3
5
5

21
5
5
4
4
4
5
4
4
5
4
3
5
5
4
4
2
4
5
5
3
3
2
4
4
5
4
3
4
5
4

22
4
5
4
3
4
4
5
4
5
5
4
4
4
5
4
3
4
5
3
2
4
4
4
4
4
3
4
4
5
4

24
5
3
5
4
3
4
4
5
4
3
5
5
5
5
3
4
3
4
3
3
4
4
4
5
5
3
4
4
5
5

25
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
5
5
5
4
4
3
3
5
4
4
5
4
4
4
5
5
4
4
4
5

0.52

0.48

0.62

0.40

0.81

0.75

0.52

0.64

0.40

55

Nomor
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
k
Variansi Total
Variansi Butir
Jml Var Butir
Alpha-Cronbach

26
5
3
4
3
4
4
4
3
5
4
4
3
4
4
3
3
3
5
4
4
5
3
3
3
4
4
4
3
4
4

28
2
4
4
5
3
4
4
4
5
5
5
5
4
5
2
3
4
5
4
3
3
5
4
5
4
4
3
4
3
4

Nomor Butir
29
30
33
4
5
5
5
4
4
5
4
3
4
5
4
4
3
4
3
4
5
5
4
5
5
4
5
4
5
5
5
5
4
5
5
4
4
5
5
5
4
5
4
5
4
4
4
5
2
3
3
4
4
5
4
5
4
4
4
4
3
3
4
4
3
5
4
5
3
5
4
4
4
5
5
3
4
4
4
4
3
4
3
3
3
4
4
4
3
3
4
4
5

0.46

0.79

0.55

56

0.53

0.58

34
5
3
4
4
4
4
4
3
5
4
4
5
5
5
3
3
3
5
4
4
5
3
3
3
4
4
5
4
4
4

35
4
5
4
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
5
4
4
3
3
3
4
5
5
4
5
4
4
3
5
5

0.55

0.52

Total
30
28
28
30
27
29
31
29
33
32
32
31
32
32
26
21
27
31
27
24
29
28
28
29
28
27
26
25
26
30

Tabel. 2.6. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Variabel Kemampuan


Membaca Permulaan
No Responden

Jumlah

X
5

113

25

12769

565

106

25

11236

530

103

25

10609

515

103

16

10609

412

96

9216

288

104

16

10816

416

111

25

12321

555

111

16

12321

444

116

25

13456

580

10

109

25

11881

545

11

113

25

12769

565

12

112

25

12544

560

13

113

16

12769

452

14

115

25

13225

575

15

99

25

9801

495

16

79

16

6241

316

17

91

25

8281

455

18

109

16

11881

436

19

96

16

9216

384

20

82

16

6724

328

21

105

25

11025

525

22

97

16

9409

388

23

100

25

10000

500

24

102

25

10404

510

25

107

16

11449

428

26

93

25

8649

465

27

92

16

8464

368

28

95

16

9025

380

29

104

16

10816

416

30

111

25

12321

555

135

3087

617

320247

13951

57

XY

Perhitungan uji realibilitas variabel kemampuan membaca permulaan

135

Y =

X2 =

617

Y2 = 320247

XY =13951
K

3087

= 35

= 25

Langkah perhitungan reliabilitas instrumen tes kemampuan membaca


permulaan :
1. Menentukan varians butir

(X )

Si2

X 2 n
=

(135)

617 35
Si2 =
35

Si2 =

13,77
35

0,39

2. Menentukan varians total

(Y )

St2

Y 2 n
=

(3087 )

St2 =

320247 35
35

58

St2 =

47973 ,6
35

= 1370,67

3. Uji reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbach

25
1

25

25
24

(1

251

2
)
2

0,43

(1 94,53)

x 0,989 = 1,031

Berdasarkan

perhitungan

di atas,

diperoleh

hasil koefisien

instrumen tes kemampuan membaca permulaan adalah 1,031. Dengan


demikian koefisien reliabilitas butir adalah baik.

59

Rancangan Tindakan Penelitian


Pertemuan

Kegiatan

Pertemuan 1

Menempelkan gabungan huruf vocal


dan konsonan menjadi suku kata
Bermain membentuk kata yang terdiri
dari dua suku kata

Pertemuan 2

Mengenalkan
huruf
vocal
menuliskan di papan tulis
Mengenalkan huruf konsonan
menuliskan dipapan tulis

dan
dan

Pertemuan 3

Menyusun kepingan huruf membentuk


kata.(dua suku kata)
Menyebutkan
huruf-huruf
yang
melambangkannya

Pertemuan 4

Menyusun kepingan huruf membentuk


kata.(tiga suku kata)
Menyebutkan
huruf-huruf
yang
melambangkannya

Pertemuan 5

Menyebut kata untuk menyambung kata


yang sudah ada di papan
Anak bermain menyusun kepingan
huruf membentuk kata yang di sebut

Pertemuan 6

Menyebutkan kata-kata yang berakhiran


huruf konsonan
Anak bermain menyusun huruf-huruf
membentuk kata yang telah di ucapkan
Menyebutkan kalimat sederhana (terdiri
dari dua kata)
Membentuk kalimat yang diucapkan
pada papan permainan

Pertemuan 7

Menyebutkan kalimat sederhana (terdiri


dari 3 kata)
Menyusun kata yang di sebutkan (terdiri
dari 3 kata)

Pertemuan 8

Menyebut kalimat yang disusun guru


Menyebut kalimat yang ditunjuk guru

Pertemuan 9

60

Makalah

yang telah dikirim pada Proceeding Seminar Nasional Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan

tema Guru Kreatif Kunci Sukses

Pendidikan Berkemajuan yang dilaksanakan pada Sabtu, 30 Desember 2013

METODE WHOLE LANGUAGE UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA


PADA ANAK TK
Choirun Nisak Aulina, M.Pd, Vanda Rezania, S.Psi
Prodi PG. PAUD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Ringkasan
Perkembangan bahasa menyangkup empat aspek yaitu mendengar, berbicara,
membaca dan menulis. Namun yang berlangsung saat ini di taman kanak-kanak masih
banyak yang lebih focus pada perkembangan bahasa pada membaca dan menulis saja.
Kemudian dalam kegiatan pembelajaran banyak yang
menggunakan metode
konvensional, yaitu meningkatkan kemampuan membaca masih dengan bantuan buku
latihan membaca dengan cara mengeja serta kegiatan belajarnya bersifat klasikal. Metode
mengeja mengakibatkan anak mudah bosan serta mudah mengeluh.
Mengajar membaca kepada anak memang bukanlah persoalan mudah. Jika
membaca diajarkan dengan cara dipaksakan justru dapat berakibat buruk pada
perkembangan anak. Anak akan takut membaca akibat merasa tertekan saat belajar
membaca. Whole language merupakan suatu metode pengajaran perolehan bahasa yang
dipraktekkan di kelas atau sekolah secara utuh dan menyenangkan. Yang mana dalam
implementasinya dalam pembelajaran dilakukan pengembangan kemampuan berbahasa
secara utuh yakni mendengar, berbicara, membaca dan menulis tidak dilaksanakan secara
terpisah-pisah melainkan dilaksanakan bersama secara terpadu pada semua bidang
kemampuan di Taman Kanak-kanak.
Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui penerapan metode whole
language untuk anak usia dini, 2) Untuk mengetahui efektivitas penerapan metode whole
language dalam pembelajaran bahasa anak
Penelitian ini adalah penelitian tindakan dengan desain penelitian tindakan
menurut Kemmis dan Taggart yang dilakukan dengan 2 siklus. Sampel penelitian 40 anak
kelompok B TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin. Di ketahui terjadi peningkatan
yang sangat signifikan dengan penerapan metode whole language diperoleh hasil
kemampuan mengenal huruf yang pada mulanya 55% anak dengan bantuan guru namun
setelah di berikan tindakan mengalami peningkatan sampai 90% anak mampu mengenal
huruf dengan benar dan lancar. Pada kemampuan merangkai kata yang pada mulanya
73% anak membaca dengan bantuan guru setelah diberikan tindakan,anak mampu
membaca dengan benar dan lancar dapat mencapai 75%. Pada kemampuan membaca
sederhana yang pada mulanya 60% anak membaca dengan batuan guru namun setelah
diberikan tindakan terjadi peningkatan 33% anak mampu membaca dengan benar tapi
kurang lancar dan 68% anak mampu membaca dengan benar dan lancar.
Kata kunci: Whole language, kemampuan membaca permulaan

61

1. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi yang bersifat universal, hampir tidak
ada seorang manusiapun di dunia yang tidak menggunakan bahasa sebagai alat
untuk berkomunikasi. Menurut koentjaraningrat, hampir dipastikan bahwa semua
manusia di muka bumi ini menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.
Berkomunikasi merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, karena
setiap manusia adalah makhluk sosial yang harus hidup berdampingan dengan
sesamanya. Oleh karena sangat penting untuk memperkenalkan anak dengan
bahasa sedini mungkin agar anak dapat berkomunikasi dengan baik.
Perkembangan bahasa meliputi empat aspek yaitu mendengar, berbicara,
membaca dan menulis. Ke empat aspek bahasa tersebut harus di kembangkan
sedini mungkin pada anak-anak terutama pada anak di Taman Kanak-kanak.
Namun, kenyataan di lapangan banyak di jumpai orang tua khawatir jika anak
mereka tidak bisa menguasai tiga kemampuan tersebut, maka anak tersebut akan
mengalami kesulitan untuk diterima di sebuah Sekolah Dasar (SD). Meskipun
tidak ada aturan yang mengatakan bahwa anak masuk SD harus dapat membaca,
menulis dan berhitung, namun dalam prakteknya telah banyak ditemui sekolahsekolah SD terutama SD unggulan yang menjadikan kemampuan calistung
sebangai tes pada penyaringan siswa baru masuk Sekolah Dasar.
Hal ini mendorong lembaga pendidikan penyelenggara PAUD maupun
orang tua secara aktif untuk mengajarkan kemampuan membaca, menulis dan
berhitung dengan cara-cara pembelajaran di SD yang tidak sesuai dengan tingkat
perkembangan anak. Oleh karena itu, PAUD yang seharusnya menjadi taman
yang indah, tempat anak-anak bermain dan berteman, mulai beralih menjadi
sekolah kanak-kanak yang hanya memenuhi target kemampuan akademik
membaca, menulis, dan berhitung (calistung), kegiatan ini berakibat adanya
penugasan-penugasan yang harus diselesaikan di rumah biasa disebut PR seperti
layaknya proses pembelajaran di SD. Sebagaimana di sampaikan oleh Sukiman
Banyak praktek di PAUD, demi mengejar kemampuan baca-tulis-hitung
(calistung), guru sering menggunakan teknik hafalan dan latihan yang
mengandalkan kemampuan kognitif, abstrak dan tidak terkait langsung dengan
kehidupan anak. Akibatnya, kepentingan anak terkalahkan oleh tugas-tugas
skolastik yang semestinya belum saatnya.
Selanjutnya, fenomena proses pembelajaran yang berlangsung saat ini
dilapangan masih banyak taman kanak-kanak yang menggunakan metode
konvensional, yaitu meningkatkan kemampuan membaca masih dengan bantuan
buku latihan membaca dengan cara mengeja serta kegiatan belajarnya bersifat
klasikal. Metode mengeja mengakibatkan anak mudah bosan serta mudah
mengeluh. Mengajar membaca kepada anak memang bukanlah persoalan mudah.
Jika membaca diajarkan dengan cara dipaksakan justru dapat berakibat buruk
pada perkembangan anak. Anak akan takut membaca akibat merasa tertekan saat
belajar membaca.
Whole language merupakan suatu metode pengajaran perolehan bahasa
yang dipraktekkan di kelas atau sekolah secara utuh dan menyenangkan. Yang
62

mana dalam implementasinya dalam pembelajaran di lakukan pengembangan


kemampuan berbahasa secara utuh yakni mendengar, berbicara, membaca dan
menulis tidak dilaksanakan secara terpisah-pisah melainkan dilaksanakan bersama
secara terpadu pada semua bidang kemampuan di Taman Kanak-kanak. Prinsip
whole language adalah mengamati cara belajar anak, dimana mereka secara aktif
mengejar proses belajarnya sendiri sehingga penguasaan konsep menjadi lebih
mudah dan lebih dekat. Anak belajar secara langsung, alamiah dan diarahkan pada
kenyataan bahasa yang real.
Dalam kelas whole language pendidik dan anak sama sama berperan
sebagai pengambil resiko dan pengambil keputusan melalui tanggung jawab
masing masing. Di dalamnya juga terdapat interaksi social yang tertuang dalam
kegiatan diskusi, saling berbagi gagasan, kerjasama dalam memecahkan masalah
dan melaksanakan tugas
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis membahas tentang Metode
Whole Language untuk pembelajaran bahasa pada anak TK sebagai alternative
metode untuk pembelajaran bahasa secara terpadu.
2. Kajian Pustaka
Berdasarkan beberapa definisi whole language di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa metode whole language adalah suatu metode pengajaran
perolehan bahasa yang dipraktekkan di kelas atau sekolah secara utuh dan
menyenangkan. Pembelajaran mendengar, berbicara, membaca dan menulis tidak
dilaksanakan secara terpisah-pisah melainkan dilaksanakan bersama secara
terpadu pada semua bidang kemampuan di Taman Kanak-kanak.
Whole language bukanlah satu kesatuan yang statis, akan tetapi suatu
filosofi yang mengembangkan, sensitive terhadap ilmu pengetahuan dan
pengertian yang mendalam. Whole language ini berdasarkan pada berbagai
macam pandangan dan disiplin ilmu yang mengembangkan bahasa dan literasi,
psikolinguistik dan sosiolinguistik, psikologi kognitif dan perkembangan,
antropologi dan pendidikan.
Whole language juga didasarkan pada kemampuan guru/kesuksesan guru
dalam kelas untuk mengimplementasikan berbagai disiplin ilmu secara mendalam
atau dapat menjadi guru whole language yang alamiah yang berdasarkan pada
kemampuan mereka akan pengertian yang mendalam mengenai bagaimana anak
belajar
Menurut Eisele, whole language bukanlah suatu benda, bukanlah satu set
bahan, dan juga bukan resep untuk sukses. Whole language adalah jalan/cara
untuk berpikir tentang bagaimana anak belajar bahasa baik bahasa oral maupun
bahasa tertulis.
Pernyataan Goodman diatas memliliki pengertian bahwa filosofi
pendidikan pada konsep whole language adalah berdasarkan pada perpaduan
berbagai disiplin ilmu yang sama sama memiliki teori yang kuat pada bahasa
dan pembelajaran, pandangan mengajar,dan aturan guru dalam mengembangkan
bahasa dan pembelajaran dan kurikulum yang berpusat pada pembelajar.
Lebih lanjut lagi Goodman menjelaskan lebih rinci tentang konsep
pembelajaran yakni:

63

1. Pembelajaran bahasa adalah mudah ketika menyeluruh, nyata dan relevan,


ketika berguna dan fungsional; ketika ada titik temu antara konteks dengan
kegunaannya; ketika pembelajar memilih sendiri untuk menggunakannya
2. Bahasa menyangkut personal dan social. Hal ini digerakkan oleh kebutuhan
akan komunikasi dan juga terbentuk oleh norma yang ada dalam masyarakat
3. Bahasa adalah belajar sebagaimana orang orang belajar berbahasa dan
tentang bahasa, semua secara simultan dalam konteks berbicara dan kegiatan
literasi
4. Dalam perkembangan bahasa pembelajar memiliki sendiri prosesnya,
membuat keputusan tentang kapan menggunakan, untuk apa dan apa hasilnya.
Kemampuan literasi juga sama, dimana pembelajar sendiri yang memiliki
kontrolnya
5. Mempelajari bahasa adalah mempelajari arti banyak hal : bagaimana bisa
memiliki arti di dunia, bagaimana dengan orang tua, keluarga, dan budaya
6. Dengan kata lain, perkembangan bahasa adalah pencapaian kemampuan
personal social secara holistic.
Whole language merupakan suatu filosofi, yang berakar pada
pembelajaran secara alami yang pembinaannya dilakukan di kelas dan di sekolah.
Dengan falsafah yang berdasarkan pada keyakinan tentang hakikat belajar dan
bagaimana belajar maka diharapkan anak anak dapat berkembang lebih optimal
karena mereka mengikuti proses belajarnya sendiri.
Anak secara alami belajar bahasa dengan mendengarkan dan berbicara.
Selama perkembangan pada awal tahun anak bebas belajar, melalui trial and error
dan mereka juga membuat penaksiran atau perkiraan perkiraan tentang bahasa
yang ada di lingkungannya. Orang dewasa di lingkungannya akan menerima
danmengerti karena mereka mengetahui bahwa belajar bahasa membutuhkan
latihan dan waktu yang cukup lama.
Whole language merupakan suatu penyiapan lingkungan yang menyeluruh
dimana anak ditenggelamkan dalam bahasa . yang penekanannya dalam bentuk
kegiatan mendengar, bercakap, membaca dan menulis. Semuanya itu harus
merupakan komunikasi yang bermakna yang diperankan guru dan juga muridnya.
Program whole language dibangun berdasarkan suatu pemahaman bahwa
anak memang sudah siap untuk melakukan membaca dan menulis, dimana mereka
dapat berkomunikasi secara menyueluruh. Dari sinilah guru mulai menyediakan
berbagai hal sesuai dengan kebutuhan anak agar terjadi komunikasi yang
bermakna sehingga dapat berlangsung proses keaksaraan atau literasi.
Berdasarkan konsep psikolinguistik, sosiolinguistik, psikologi kognitif,
psikologi perkembangan, antropologi dan pendidikan maka whole language
memiliki beberapa kunci dasar yang dapat diimplementasikan untuk program
pendidikan yaitu lingkungan yang disesuaikan atau disetting dengan cara tertentu
. menurut Eisele berikut cara menciptakan lingkungan yang dapat
mengembangkan konsep whole language:
1. Immersion (tenggelamkan) : lingkungan anak harus kaya akan bahasa tulisan.
Dinding, kursi bahkan pintu dan segala peralatan harus kaya akan tulisan dan
menarik minat anak untuk kemudian membacanya. Dapat dipajang juga
berbagai hasil karya anak.

64

2. Demonstration (demonstrasi) : anak belajar melalui model atau dengan


melihat model
3. Guru dan anak melakukan kegiatan membacamenulis, mendengarkan dan
berbicara dalam kegiatan setiap harinya. Ohp dan transparansi atau chart
paper dapat digunakan untuk proses menulis
4. Expectation : menciptakan atmosfir yang mengandung harapan untuk anak
belajar dan bekerja sesuai dengan tahap perkembangan anak. Untuk ini perlu
disiapkan berbagai sumber atau fasilitas bahan, aktifitas dan buku buku.
Peralatan untuk kegiatan mendengar, seni, kegiatan menulis,computer,
penerbitan hasil karya, dan peralatan untuk kegiatan matematika.
5. Responsibility : anak harus bertangggung jawab terhadap pembelajaran
mereka sendiri. Guru sebagai fasilitator, dan anak mengambil tanggung jawab
sebagaimana seorang guru. Anak membuat bank kata, brainstorming ide/
gagasan, dan mencari fakta sendiri. Anak bekerja dengan menuliskan pada
papan atau display di sekitar ruangan. Anak bergerak dan bekerja dengan
bebas dan hanya sedikit arahan dari guru
6. Employment : anak secara aktif terlibat dalam pembelajaran yang penuh arti.
7. Approximations : anak mengambil resiko dan bebas bereksperimen dari
dorongan mereka sendiri dan merasa senang terhadap hasil usaha mereka
sendiri.
8. Feedback/response : anak menerima fitback atau timbale balik yang positif
dan spesifik dari guru dan teman sebaya/kelompok kerja.
Untuk implementasi konsep whole language sebagaimana dijelaskan maka
dibutuhkan ruang kelas yang memenuhi atau sesuai dengan 7 kunci dasar
diatas,bentuk ruangan dapat digambarkan sebagai berikut :
Konsep whole dalam whole language mencakup semua komponen
proses bahasa yakni mendengar , berbicara, membaca dan menulis. Semua
dipelajari secara menyeluruh dan tidak terpisah pisah. Anak anak alkan
mencapai keberhasilan yang optimal jika berpartisipasi secara aktif dalam
semua proses kebahasaan tersebut. Untuk itu, guru whole language harus
menyediakan berbagai macam pengalaman yang penuh makna dalam untuk
mendengar, berbicara, membaca dan menulis dalam kegiatan sehari hari.
Anak usia dini membangun bahasa oral secara alamiah. Mereka belajar
kosakata, intonasi, ekspresi dan ktrampilan berbicara dengan mendengarkan dan
berbicara dengan menggunakan bahasanya sendiri. Bimbingan dalam
menggunakan bahasa oral merupakan pondasi dasar untuk keberhasilan dalam
ketrampilan membaca dan menulis. Untuk itu penting kiranya bagi anak untuk
selalu berpartisipasi aktif dalam mendengarkan dan berbicara setiap hari. Anak
mendapatkan rasa percaya diri, membangun konsep diri dan membangun
perbendaharaan bahasa yang kuat melalui penggunaan bahasa secara aktif.

65

3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode action research
atau penelitian tindakan dengan menggunakan metode penelitian campuran (Mix
Method). Penggunaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif secara kombinasi.
Sesuai ini prosedur/desain penelitian tindakan menurut Kemmis dan Taggart

AAA

PENGAMAT
AN

6.Analisis focus
pengembangan kecerdasan
interpersonal
7. Membuat perencanaan
pembelajaran
8. Analisis Tema dan
jaringan tema
9.Membuat RKM dan RKH
10.
Mempersiapkanmedi
a/ sumber yang akan
digunakan

TINDAKA
N

PENGAMAT
AN

REFLEK
SI

3. Mengamati perubahan
yang terjadi pada
siswa setelah
dilakukan tindakan
kedua
Target
Tercapai
4. Evaluasi
tindakan II

RENCAN

REFLEK
SI

4. Melaksanakan
observasi dengan
menggunakan
format observasi
5. Mengamati
kegiatan
pembelajaran
6. Mengevaluasi
kemampuan
membaca
permulaan anak
3. Mengamati kegiatan
pembelajaran sesuai
dengan perencanaan
tindakan kedua
4. Pengumpulan data
tindakan kedua

Asesmen Awal:Tes
kemampuan
membaca
permulaan sebelum
pelaksanaan
tindakan

4. Melaksanakan
pembelajaran
5. Melakukan pengamatan
pembelajaran
6. Mengumpulkan data
pelengkap yang
mendukung

RENCAN
A
ULANG

Merevisi dan memodifikasi


pembelajaran sesuai dengan
hasil tindakan siklus I

TINDAKA
N

4. Mengamati perubahan
yang terjadi pada
siswa
5. Mengadakan
pertemuan dengan
guru untuk membahas
hasil tindakan
6. Evaluasi tindakan I

Mengaplikasikan
pembelajaran sesuai
dengan rencana tindakan

Gambar 3.2
Target belum tercapai

Model Spiral Kemmis dan Taggart

66

67

Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa TK Kelompok B yang
berjumlah 40 anak di TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin.
4. Pembahasan Penerapan Pembelajaran Bahasa Melalui Whole Language
Dalam pelaksanaan aktifitas belajar mengajar whole language di kelas terdapat
beberapa pendekatan belajar, antara lain :
1. Language Experience Approach (LEA), yang terangkai dalam tiga tahapan yaitu :
Rangkaian pertama : mengkomunikasikan pengalaman
1) Mengkomunikasikan pengalaman
2) Memvisualisasikan pengalaman
3) Mendramatisasikan pengalaman
4) Merespon secara ritmik
5) Menjelajahi dan menyelidiki tulisan
6) Mengarang buku secara individual
Untuk menunjang pendekatan dalam rangkaian pertama ini dibutuhkan untuk
membuat berbgai materi agar anak dapat menulis secara mandiri dan mendorong mereka
untuk dapat mengeja dengan cara mereka sendiri. Kemudian menggunakan experience
chart untuk merekam pengalaman pengalaman kelompok mereka
Rangkaian Kedua : Mengkomunikasikan belajar
1) Mengenalkan kata kata sesering mungkin
2) Menyelidiki ejaan
3) Mempelajari bentuk bahasa
4) Memperluas kosakata
5) Membaca symbol non alphabet
Untuk menunjang pendekatan dalam rangkaian kedua ini dibutuhkan experience
chart sebagai salah satu cara mengenalkan anak pada kebiasaan menulis. Kemudian
menghilangkan semua hal yang berkaitan dengan kesiapan membaca dan lembaran
kerjanya, seta mendorong anak dapat memperlihatkan kecakapan dan ketrampilan yang
mereka miliki melalui aktifitas membaca dan menulis yang nyata, selain itu membantu
anak untuk dapat memahami konstruksi menulis dan bahasa lisan melalui penggunaan
literature anak.
Rangkaian Ketiga : menghubungkan komunikasi dengan orang lain dan diri
sendiri
1) Mendengar dan membaca bersama sama
2) Memahami apa yang di dengar dan apa yang dibaca
3) Mengorganisasikan ide
4) Mengasimilasi dan memadukan ide
5) Mencari dan meneliti berbagai sumber
6) Mengevaluasi komunikasi antar sesame
7) Merespon secara individual
Untuk rangkaian ketiga diperlukan penggunaan strategi prediksi dimana ketika
membaca dengan anak, mereka di dorong untuk menggunakan pengetahuan dan bahasa
mereka sendiri untuk memprediksi bacan. Kemudian merealisasikan apa yang mereka
baca dan tulis sebagai sesuatu yang penting dalam pembelajaran dan dapat mereka
demontrasikan.

67

68

2. Pendekatan Bermain
Bermain merupakan suatu kebutuhan bagi anak usia dini. Dunia anak adalah
dunia bermain, melalui kegiatan bermain kesuksesan konsep whole language dapat
diraih. Tentu saja ini sangat bergantung dari kemampuan kompetensi guru untuk
memproteksi dan merancang lingkungan bermain anak. Selain itu guru juga harus dapat
membantu orangtua untuk mengerti dan memahami peranan bermain sebagai alat
pembelajaran yang bermakna dan disesuaikan dengan berbagai aspek pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Dalam DAP (Bredekamp,1987) , guru diingatkan bahwa : anak berpartisipasi aktif
dalam mengarahkan dirinya bermain secara kongkrit, pengalaman hidup yang nyata yang
berlangsung sebagai kunci dalam memotivasi pembel;ajaran yang abermakna di TK dan
SD kelas rendah
Bermain merupaka pusat aktifitas whole language, merupakan tiang penyangga
tumbuhnya berbagai dialog dan aktifitas sesuai dengan apa yang mereka perankan.
Whole language mengangkat issue invitation to play melalui cara cara yang kreatif
denganmerancang jadwal, mendorong para pemain dan mempersiapkan lingkungan kelas
untuk bermain, hingga anak merasa terundang untunk bermain.
3. Pendekatan Grouptime
Grouptime tersedia bagi anak usi 5 tahun yang duduk bersama-sama selama 20
hingga 30 menit secara menyenangkan dan saling berintraksi yang dirancang hati-hati
dengan pelajaran yang fleksibel. Dalam grouptime tersedia kesempatan yang tak terbatas
bagi anak untuk berbicara , saling berbagi, tertawa lepas terkekeh-kekeh, atau waktu
untuk mengeksplorasikan topik-topik baru mempertunjukkan, memberi tahu, dan waktu
yang meletihkan dalam dan penat mendampingi keingin tahuan anak-anak yang besar.
Jadwal groptime di rancang dua atau tiga kali sehari dengan ketentuan waktu yang
sama.Organisasi ruang dan sarana belajar dalam grouptime merupakan hal yang perlu di
tangani secar husus. Yang paling sering di rancang adalah tempat duduk di atas karpet
oval atau segi empat, dan para guru dapat duduk bersama di atas karpet bersama.
Pendekatan menggunakan metode grouptime di antaranya :
a. Grouptime dapat menyeimbangkan kebutuhan anak secara individual, misalnya
dalam kebutuhan sosial dan kebutuhan emosional husus.
b. Grouptime dapat merespon pikiran dan perasaan anak.
Di samping itu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan metode grouptime
tersebut di perlukan evaluasi, hal ini di bahas dalam DAP di antaranya :
a. Melakukan evaluasi setelah semua aktifitas selesai
b.Menganalisa situasi masalah husus
c. Memperhatikan keserasian pelaksanaan grouptime, antara lain
Menyeimbangkab bicara guru dab bicara anak
Menyeimbangkan hal-hal yang sudah biasa dengan hal-hal baru yang penuh
dengan kejutan
Mencermati kecerdasan yang di miliki anak jika ingin merubah atau melanjutkan
rencana kegiatan berikutnya.

68

69

I. Perencanaan dan perorganisasian kelas whole language


A. Merencanakan dan mengorganisasikan tema

Mendengar :

Berbicara :
Menyebutkan kembali namanama binatang yang terdiri dari
2 suku kata
Bercerita tentang binatang
Menirukan kembali suara
binatang

Bermain
berbisik dengan
menyebutkan
nama binatang
Mendengarkan
cerita binatang

Binatang
Dua suku kata
Membaca :
Nama Binatang dua suku
kata antara lain : Ku-da,
Sa-pi,

Menulis :
Menjiplak
Menulis nama
binatang dengan
dua suku kata

Dari hasil pemberian tindakan penerapan metode Whole Language maka dapat di
ketahui bahwa kemampuan berbahasa anak-anak mengalami peningkatan yang sangat
signifikan terutama dalam kemampuan membacanya.
Siklus
Pretes
Siklus 1
Siklus 2

Mengenal Huruf
2
3
4
55% 45%
38% 50%
10%

Merangkai kata
2
3
4
73% 28%
65% 35%
35%

13%
90%

Keterangan :
Skor 5, jika anak membaca benar dan lancar
Skor 4, jika anak membaca benar tapi kurang lancar
Skor 3, jika anak membaca ragu-ragu
Skor 2, jika anak membaca dengan bantuan guru
Skor 1, jika anak tidak dapat membaca

69

75%

Membaca Sederhana
1
2
3
4
5
60% 40%
20% 80%
33% 68%

70

Dari bagan diatas, pada kemampuan mengenal huruf yang pada mulanya 55% anak
dengan bantuan guru namun setelah di berikan tindakan mengalami peningkatan sampai 90%
anak mampu mengenal huruf dengan benar dan lancer. Pada kemampuan merangkai kata yang
pada mulanya 73% anak membaca dengan bantuan guru setelah diberikan tindakan dengan
metode whole language anak mampu membaca dengan benar dan lancer dapat mencapai 75%.
Kemudian pada kemampuan membaca sederhana yang pada mulanya 60% anak membaca
dengan batuan guru namun setelah diberikan tindakan terjadi peningkatan 33% anak mampu
membaca dengan benar tapi kurang lancer dan 68% anak mampu membaca dengan benar dan
lancar.
Hal ini disebabkan proses kegiatan belajar mengajar anak-anak tidak merasa jenuh atau
tertekan. karena pada prinsipnya pembelajaran dengan metode whole language ini adalah
pembelajaran bahasa secara utuh anak tidak duduk diam kemudian membaca tulisan yang ada
di depannya. Namun di lakukan dengan terpadu ke empat aspek perkembangan bahasa yakni
mendengar, berbicara, membaca dan menulis sehingga anak-anak tidak bosan. Hal ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Papalia, untuk dapat membaca anak harus memiliki
ketrampilan bahasa umum dan ketrampilan bahasa khusus, sebagai ketrampilan pra membaca
dan koordinasi mata, tangan dan kemampuan motorik halus. Ketrampilan bahasa umum
meliputi perbendaharaan kata/kosakata, sintaksis, struktur naratif, dan pemahaman bahwa
bahasa digunakan untuk berkomunikasi.
Penerapan whole language hasilnya dapat maksimal karena dilakukan dengan berbagai
pendekatan baik dengan permainan maupun secara berkelompok hal ini membuat anak tidak
merasa bosan dan kesulitan. Dengan permainan yang variatif maka kegiatan pembelajaran
akan lebih menyenangkan dan pastinya bermakna bagi anak. Dengan permainan dapat melatih
indera penglihatan anak sekaligus mengenalkan anak konsep membaca. Melatih otak anak
cukup baik untuk membedakan bentuk tulisan dengan tulisan yang lainnya. Selain itu juga
melatih daya pikir anak dan dapat mengembangkan kemampuan bahasanya. Sehingga semakin
sering menerima pengalaman melihat tulisan-tulisan di lingkungan sekitar maka anak akan
lebih cepat dalam mengenal simbol tulisan tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan Piaget
bahwa anak pada usia 5-6 berada pada masa pra operasional konkret yang artinya anak dapat
mengembangkan kemampuan-kemampuan berbahasa dengan benda-benda yang nyata sebagai
simbolnya seperti kartu-kartu bergambar (tulisan).

70

71

Daftar Pustaka
Abdurrahman, Mulyono, 2003, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto, Suharsimi, 2003, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta.
Brewer, Jo Ann, 2007, Introduction to Early Childhod Education, Boston, USA: Allyn and
Bacon.
Crain, William, 2007, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi Alih bahasa Yudi santoso,
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Dardjowidjoyo, Soenjono, 2008, Psikolinguistik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Dhieni, dkk. Nurbiana, 2008, Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta: Universitas Terbuka.
Eisele, Beverly, 1991, Managing The Whole Language Classroom, Creative Teaching Prees,
CA.
Hawadi, Reni Akbar, 2006, Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta: Grasindo.
Jamaris, Martini, 2006, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak:
Pedoman bagi Orang Tua dan Guru, Jakarta: Grasindo.
Kadir, 2010, Statistika Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial,, Jakarta: Rosemata Sampurna.
Lesley Mandel Morrow, 1993, Literacy Development in the Early Years, United State of
America : Allyn and Bacon.
Munandar, Utami, 1999, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: PT
Gramedia.
Papalia,. Diane E, Wendkos Old, Sally and Feldman, Ruth Duskin, 2008, Human
Development, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Rahim, Farida, 2008, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara.
Solehuddin dkk, 2007, Pembaharuan Pendidikan TK, Jakarta:Universitas Terbuka.
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Jakarta: Alfabeta.
Sudjana, Nana, 2011, Langkah dan Prosedur Penelitian, Jakarta: Binamitra-Publishing.
Suyanto, Slamet, 2005, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Depdiknas Dirjen
Pendidikan Tinggi.
Wasik, Carol Seefeldt dan Barbara A.,2008, Pendidikan Anak Usia Dini Menyiapkan Anak
Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah , Jakarta : Indeks, 2008.
Weaver, Constance, 1990, Understanding Whole Language, Irwin publishing, Canada.

71

72

Choirun Nisak Aulina, M.Pd


Vanda Rezania, S.Psi

72

73

BAB I
PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI

Bahasa merupakan alat komunikasi yang bersifat universal, artinya hampir tak ada
manusia di dunia yang tak mampu berkomunikasi melalui bahasa. Semua manusia dapat
dipastikan menggunakan bahasa untuk berkomuniksi dengan orang lain (koentjaraningrat,
1997). Setiap manusia mengawali komuniksinya dengan dunia lewat bahasa tangis. Lewat
bahasa yang universal inilah bayi mengkomunikasikan segala kebutuhan dan
keinginannya. Namun sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan otototot yang berkaitan dengan proses berbicara.
Banyak orang yang mempertukarkan penggunaan istilah bicara (speech) dengan
bahasa (language), meskipun kedua istilah tersebut sebenarnya tidak sama. Bahasa
adalah mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan
untuk menyampikan makna kepada orang lain. Termasuk didalamnya perbedaan bentuk
komunikasi yang luas seperti : tulisan, bicara, bahasa symbol, ekspresi muka, isyarat,
pantomime, dan seni. Sedangkan bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan
artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud.
Masa perkembangan bicara dan bahasa yang paling intensif pada manusia terletak
pada tiga tahun pertama dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia
berkembang dalam proses mencapai kematangan. Penelitian membuktikan bahwa terdapat
masa kritis dalam perkembangan bicara dan bahasa terjadi sejak lahir hingga usia 5
tahun. Dalam masa ini perkembangan otak bayi dan anak sedang mengalami kemampuan
maksimal dalam menyerap bahasa.
Scheaerlaekens (dalam Marat,2005) menyebutkan ada tiga tahap perkembangan
pada anak usia lima tahun pertama yaitu:
1. Periode Prelingual (Usia 0-1 tahun)
Merupakan suatu periode yang ditandai dengan kemampuan bayi untuk mengoceh
sebagai cara untuk berkomunikasi. Bayi dapat member respon yang berbeda-beda
terhadap stimulus. Bayi dapat member respon positif terhadap orang yang ramah dan
member respon negatif terhadap orang yang tidak ramah.
2. Periode Lingual Dini (usia 1-2,5 tahun)
Periode ini disebut jg dengan early lingual period yaitu suatu periode perkembangan
bahasa yang ditandai dengan kemampuan anak untuk membuat kalimat satu kata
maupun dua kata dalam suatu percakapan dengan orang lain. Periode lingual dini
dibagi tiga tahap, yaitu:
(1) Periode kalimat satu kata (holophrase)
Yaitu kemampuan anak untuk membuat kalimat yang hanya terdiri dari satu kata
yang mengandung pengertian secara menyeluruh dalam suatu pembicaraan.

(2) Periode kalimat dua kata


Yaitu periode perkembangan bahasa yang ditandai dengan kemampuan anak
membuat kalimat dua kata sebagai ungkapan berkomunikasi dengan orang lain.

73

74

(3) Periode kalimat lebih dua kata (more word sentence)


Yaitu periode perkembangan bahasa yang ditandai dengan kemampuan anak untuk
membuat kalimat secara sempurna sesuai dengan susunan subjek, predikat dan
objek.
3. Periode Diferensiasi (usia 2,5-5 tahun)
Merupakan suatu periode yang ditandai dengan kemampuan anak untuk menguasai
bahasa sesuai dengan hukum tata bahasa yang baik. Pada masa ini ketrampilan anak
dalam berbicara berkembang pesat. Bukan saja penambahan kosakatanya yang
mengagumkan, tetapi ia sudah mampu mengucapkan kata demi kata sesuia dengan
jenisnya.

Daftar perkembangan Bahasa dari lahir sampai usia 3 tahun


(Dalam Papalia, Olds & Feldman, 1998).
Usia (bulan)
Karakteristik Perkembangan
Lahir
Bayi dapat menerima pembicaraan orangtua. Ia menangis untuk
membuat respon terhadap suara yang gaduh.
1,5-3 bulan
Bayi mengoceh, tertawa, dan berteriak
3 bulan
Bayi bermain dengan suara-suara untuk memperoleh rasa senang
5-6 bulan
Bayi mampu membuat suara konsonan dan mencoba untuk
merespon terhadap suara-suara yang didengarnya.
6-10 bulan
Bayi mampu mengoceh dengan memadukan suara konsonan dan
vocal.
9 bulan
Menggunakan gerak-gerik isyarat(gerstur) untuk berkomunikasi
dan bermain dengan gertur.
9-10 bulan
Bayi mampu menggunakan beberapa isyarat social yang dapat
dimengerti oleh lingkungan sosialnya.
10-12 bulan
Bayi mulai memahami kata-kata (seperti kata tidak dan nama
sendiri), serta mampu meniru kata-kata.
10-14 bulan
Anak mampu mengatakan kata-kata pertama dan meniru suara
orang lain.
10-18 bulan
Anak dapat mengatakan kata-kata tunggal
13 bulan
Anak mampu memahami fungsi simbolik dari nama, serta dapat
menggunakan isyarat yang diperluas.
14 bulan
Akan mampu memahami dan menggunakan isyarat secara
simbolik
16-24 bulan
Anak mampu membuat kalimat dua kata, misalnya: saya bica,
caya bica, taya bita (maksudnya saya bisa)

20 bulan

Anak mampu mempelajari kata-kata dan memperluas


perbendaharaan kata secara cepat dari 50 kata menjadi 400 kata.

74

75

20-22 bulan
24 bulan
30 bulan
36 bulan

Anak mampu menggunakan kata-kata benda dan kata sifat.


Anak mampu menggunakan beberapa isyarat atau nama. Nama
mempunyai arti bagi dirinya.
Anak mempunyai dorongan secara tiba-tiba dan cenderung
mampu membuat beberapa kata.
Anak mampu menggunakan kalimat 2 kata sebagai frase dan
ingin berbicara kepada orang lain.
Anak belajar kata-kata baru hampir setiap hari. Ia berbicara
dengan 3 atau lebih kata. Ia mampu memahami bahasa atau katakata dengan baik, mampu membuat kalimat dengan aturan tata
bahasa tatapi sering salah.

75

76

BAB II
Kemampuan Membaca Anak

Chomsky menyatakan bahwa kemampuan berbahasa secara alami dimiliki oleh setiap
manusia. Ia mengatakan bahwa anak memiliki cetak biru untuk mampu menciptakan sendiri
struktur mentalnya secara spontan. Anak mampu berbahasa karena secara alami otak anak
memiliki potensi untuk berbahasa. Anak juga mampu menciptakan bentuk gramatika secara
alami. Gramatika adalah sebuah sistem aturan untuk menciptakan dan memahami kalimatkalimat dengan benar. Kemampuan ini didapat anak ketika mendengar orang lain berbicara.
Secara alami anak menangkap sistem aturan tersebut dan mulai memahami kalimat-kalimat
yang didengar. Pada saat anak memahami sistem aturan tersebut maka pada saat itu pula anak
mampu menciptakan kalimat-kalimat baru dengan sistem aturan yang sama. Kegiatan ini
kemudian dituangkan dalam bentuk aktivitas membaca.
Sebagaimana pembagian tahap perkembangan kognitif menurut Piaget bahwa anak usia
5-6 tahun telah masuk pada tahap pra-operasional yang mana anak-anak belajar berpikir
menggunakan simbol-simbol dan pencitraan batiniah namun pikiran mereka masih belum
sistematis dan tidak logis. Sebagai suatu proses berfikir, membaca merupakan menerjemahkan
simbol tulisan (huruf) ke dalam kata-kata lisan.
Montessori menyatakan membaca merupakan kecakapan fundamental anak paling
penting yang akan selalu dipelajari. Membaca berarti kesuksesan di sekolah, di dunia kerja,
dan dalam kehidupan. Tanpa ada latar belakang membaca yang baik, anak benar-benar akan
menderita, karena pada kecakapan membaca inilah sebagian besar proses belajar di masa-masa
akan datang dan kesuksesan dipertaruhkan.1 Kemampuan membaca akan mempengaruhi
seluruh kehidupan masa depan untuk itu kemampuan membaca harus dimiliki anak sejak usia
dini agar menjadi suatu kebiasaan pada dirinya hingga dewasa.
Munandar mendefinisikan kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan
sebagai hasil dari pembawaan atau latihan. Seseorang dapat melakukan sesuatu karena adanya
kemampuan

yang

dimilikinya.

Sedangkan

menurut

Siskandar

kemampuan

adalah

pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan sikap yang perlu dimiliki dan dilatihkan kepada

76

77

peserta didik untuk membiasakan mereka berfikir dan bertindak, kemampuan ini perlu
dimahirkan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Senada dengan yang dikemukakan
Semiawan, kemampuan adalah suatu daya untuk melakukan tindakan sebagai hasil dari
pembawaan latihan-latihan. Adapun Gagne dan Briggs menempatkan kemampuan sebagai
hasil belajar (learning out come) yang terdiri dari lima kategori, yakni: (1) kemahiran
intelektual (intelectual skills), (2) strategi kognitif (cognitive strategies), (3) informasi verbal
(verbal information), (4) ketrampilan motorik (motor-skill), dan (4) sikap (attitude).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka kemampuan merupakan suatu kesanggupan
atau kapasitas yang dimiliki seseorang dalam melakukan tindakan yang dihasilkan dari
pembawaan sejak lahir namun dengan demikian kemampuan ini akan berkembang jika
diberikan latihan-latihan sehingga mampu melakukan sesuatu dengan baik. Kemampuan
merupakan suatu kekuatan/kecakapan tertentu yang dimiliki seseorang sebagai hasil
pengalamannya dalam kegiatan belajar. Kemampuan ini mencakup ranah kognitif, afektif dan
psikomotor.
Dikutip dari buku Wasik yang menjelaskan bahwa ada empat aspek perkembangan
bahasa pada anak usia dini, yaitu: (a) Mendengarkan (menyimak), anak-anak mengembangkan
kemampuan mendengarkan agar memahami lingkungan mereka. Supaya mereka belajar,
mereka harus menerima masukan informasi dan mengolahnya. Mendengarkan dan memahami
informasi adalah langkah dasar dalam memperoleh pengetahuan karena fungsi indra
pendengaran sangat mempengaruhi perolehan informasi, (b) Berbicara, bahwa untuk belajar
bahasa, anak-anak memerlukan kesempatan untuk bicara dan didengarkan. Dialog efektif
antara orang dewasa dan anak termasuk orang dewasa yang mendengarkan ketika anak itu
berbicara, mengajukan pertanyaan yang mendorong anak itu bicara lebih banyak, dan
memperluas serta mengolah apa yang dikatakan anak itu. (c) Membaca, merupakan
kemampuan individu dalam mengolah kata-kata dan sistem bahasa pada huruf dan kata cetak.
Kuncinya adalah memahami kombinasi huruf dan kata yang tercetak. Sistem bahasa yang
berpengaruh disini adalah kemampuan anak dalam hal semantik, dan sintaksis serta pragmatis
bahasa, (d) Menulis, merupakan bagian yang paling rumit dalam perolehan bahasa anak. Hal
tersebut karena dalam menulis anak sudah mampu membaca. Namun, walaupun demikian
proses yang dialami tentunya bertahap. Kemampuan anak menulis diawali dengan
kemampuannya mencoret yang abstrak bertahap menjadi jelas bentuk hurufnya.

77

78

Ruddell dalam Morrow mendefinisikan membaca sebagai salah satu dari penggunaan
berbahasa untuk menguraikan tulisan atau simbol dan memahaminya. Dijelaskan juga oleh
Tampubolon bahwa membaca merupakan kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna
dan tulisan. Menurut Bond dalam Abdurrahman membaca merupakan pengenalan simbolsimbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa
yang dibaca untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki.
Ditambahkan juga oleh Klein dkk, dalam Farida bahwa membaca mencakup: (1) membaca
merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis, (3) membaca merupakan interaktif.
Jadi membaca bukan hanya sekedar melafalkan huruf-huruf atau kata demi kata, namun
lebih dari itu membaca merupakan proses mengkonstruksi yang melibatkan banyak hal, baik
aktivitas fisik, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca mencakup aktivitas proses
penerjemahan tanda dan lambang-lambang ke dalam maknanya, pengenalan kata, pemahaman
literal, interpretasi dan pemahaman makna bacaan dan mengaitkan pengalaman pembaca
dengan teks yang dibaca.
Menurut Papalia untuk dapat membaca anak harus memiliki keterampilan bahasa umum
dan ketrampilan bahasa khusus, sebagai ketrampilan pra membaca dan koordinasi mata,
tangan dan kemampuan motorik halus. Ketrampilan bahasa umum meliputi perbendaharaan
kata/kosakata, sintaksis, struktur naratif, dan pemahaman bahwa bahasa digunakan untuk
berkomunikasi.
Ditambahkan oleh Dardjowidjoyo untuk memahami adanya keteraturan bentuk huruf
anak harus memiliki pra syarat yang bersifat psikologis dan neurologis. Dari segi psikologis,
anak harus terlebih dahulu mengembangkan kemampuan kognitifnya sehingga ia dapat
membedakan satu bentuk dengan bentuk lainnya. Dengan kemampuan ini, anak dapat
memahami bentuk huruf. Pra syarat kognitif lainnya yang harus terlebih dahulu dimiliki anak
untuk dapat mengembangkan kemampuan membaca adalah adanya atensi motivasi,
kemampuan asosiatif atau kemampuan untuk dapat mengaitkan sesuatu dengan sesuatu yang
lain dan kemampuan memaknai simbol. Simbolisasi diperlukan karena anak harus memahami
bahwa apa yang selama ini mereka dengar dan ucapkan dalam bentuk bunyi dapat disimbolkan
dalam bentuk huruf. Dari segi neurologis, anak tidak akan mungkin dapat mulai membaca
sebelum neuro-biologinya memungkinkan. Misalnya pada umur satu tahun dimana otak baru
berkembang sekitar 60% dari otak orang dewasa, anak belum dapat mengidentifikasi letak

78

79

garis lurus dan setengah lingkaran. Maka anak usia 5-6 tahun telah memiliki prasyarat ini
dengan kata lain anak telah memiliki kesiapan belajar membaca.
Farida mengutip pendapat Syafei yang menyatakan membaca permulaan merupakan
proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi
bahasa.

Maka

membaca

permulaan

adalah

tahap

pembelajaran

membaca

untuk

mengembangkan ketrampilan dasar membaca. Ketrampilan ini mencakup ketrampilan


mengenal huruf, membaca kata, serta membaca kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi
yang wajar secara lancar akan tetapi tidak ditekankan pada pemahaman isinya karena
pemahaman isi akan dilaksanakan dan ditekankan pada tahap membaca selanjutnya pada kelas
yang lebih tinggi.
Membaca pada tingkat awal atau membaca permulaan dapat diberikan kepada anak di
Taman Kanak-kanak. Hal ini tergantung pada kesiapan membaca seseorang. Senada dengan
yang dinyatakan oleh Thomson dalam Hawadi mengatakan bahwa waktu yang paling tepat
untuk belajar membaca adalah saat anak-anak duduk di TK. Adapun alasannya adalah pada
masa ini rasa ingin tahu anak berkembang sehingga anak banyak melontarkan pertanyaanpertanyaan. Mereka juga lebih siap menerima hal-hal yang dilihatnya disekolah. Disamping itu
keterikatan anak pada sesuatu yang konkret semakin berkurang, dan sebaliknya kemampuan
mereka berkembang menjadi lebih abstrak. Untuk itulah, anak sudah dapat dilibatkan pada
simbol-simbol.
Menurut Jamaris anak usia Taman Kanak-Kanak telah memiliki dasar kemampuan untuk
belajar membaca dan menulis. Hal tersebut dapat dilihat dari ; (1) kemampuan anak dalam
melakukan koordinasi gerakan visual dan gerakan motorik yang dapat dilihat pada waktu anak
menggerakkan bola matanya bersamaan dengan tangan dalam membalik buku, (2) kemampuan
anak dalam melakukan diskriminasi secara visual, yaitu kemampuan dalam membedakan
berbagai bentuk. Seperti bentuk segi tiga, dan bentuk lainnya, kemampuan ini merupakan
dasar untuk dapat membedakan bentuk-bentuk huruf, (3) kemampuan kosakata, anak usia
Taman Kanak-kanak telah memiliki kosakata yang cukup luas, (4) kemampuan diskriminasi
auditori atau kemampuan membedakan suara yang didengar. Kemampuan ini berguna untuk
membedakan bunyi huruf.

79

80

Pembelajaran membaca permulaan yang diberikan pada peserta didik usia Taman Kanakkanak khususnya bagi mereka yang telah memiliki kesiapan membaca, bertujuan untuk
membina dasar-dasar mekanisme membaca, seperti kemampuan mengasosiasikan huruf
dengan bunyi-bunyi bahasa yang diwakilinya, melatih gerak bola mata dan kesiapan visual dan
audiotori anak. Sebagaimana pendapat Papalia untuk dapat membaca anak harus memiliki
ketrampilan bahasa umum dan ketrampilan bahasa khusus, sebagai ketrampilan pra membaca
dan koordinasi mata, tangan dan kemampuan motorik halus. Ketrampilan bahasa umum
meliputi perbendaharaan kata/kosakata, sintaksis, struktur naratif, dan pemahaman bahwa
bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Sehingga anak tidak merasa kesulitan karena telah
memiliki modal dasar kemampuan yang di butuhkan untuk belajar membaca.
Gray dalam Hawadi menyebutkan beberapa komponen membaca yaitu: (1) pengenalan
kata-kata, (2) pengertian, (3) reaksi, dan (4) penggabungan. Harris dalam Abdurrahman
menambahkan ada 5 tahap perkembangan membaca, yaitu (1) kesiapan membaca, (2)
membaca permulaan, (3) ketrampilan membaca cepat, (4) membaca luas, dan (5) membaca
yang sesungguhnya. Sedangkan Solehuddin dkk, membagi tahap perkembangan mambaca
anak menjadi empat tahap yakni, (1) tahap pembaca pemula (beginning reader), (2) tahap
pembaca tumbuh (emergent reader), (3) pembaca awal (early reader), dan (4) pembaca ahli
(fluent reader).
Jamaris membagi tahapan perkembangan membaca pada anak TK menjadi empat
tahapan, (1) Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan, yang ditandai anak mulai belajar
menggunakan buku dan menyadari pentingnya buku. (2) Tahap membaca gambar, dimana
anak dapat memandang dirinya sendiri sebagai pembaca dan melibatkan diri dalam kegiatan
membaca dan memberi makna pada gambar, (3) Tahap pengenalan bacaan, pada tahap ini
anak telah dapat menggunakan tiga sistem bahasa : fonem (bunyi huruf), sematik (arti kata),
dan sintaksis (aturan kata atau kalimat) secara bersama-sama, (4) Tahap membaca lancar, pada
tahap ini anak sudah dapat membaca lancar berbagai jenis buku yang berbeda, serta bahanbahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Bila disesuaikan dengan pengertian
membaca permulaan yang dijelaskan sebelumnya maka anak usia 5-6 tahun berada pada tahap
tiga dan empat menurut pembagian Jamaris.

80

81

Abdurrahman menambahkan tahap membaca permulaan umumnya dimulai pada anakanak berusia enam tahun. Meskipun demikian anak dapat belajar membaca lebih awal atau
pada usia setelah itu, hal ini tergantung pada kesiapannya dalam membaca. Kesiapan membaca
ini dapat diukur dari kematangan mental, kemampuan visual, kemampuan mendengarkan,
perkembangan wicara dan bahasa, ketrampilan berfikir dan mendengarkan, perkembangan
motorik, kematangan sosial dan emosional serta motivasi dan minat membaca. Hal ini senada
dengan yang dikatakan oleh Dhieni, dkk membaca dikatakan sebagai ketrampilan bahasa tulis
yang bersifat reseptif. Kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan
melibatkan berbagai ketrampilan. Jadi kegiatan membaca merupakan suatu kegiatan terpadu
yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenal huruf dan kata-kata, menghubungkannya
dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Proses yang
alami dalam membaca berupa penyajian kembali dan penafsiran suatu kegiatan dimulai dari
mengenali huruf, kata, kalimat dan wacana serta menghubungkannya dengan bunyi dan
maknanya.
Meskipun para ahli menggunakan istilah yang berbeda dalam membagi tahapan
membaca namun dapat kita simpulkan bahwa anak dapat belajar membaca bila ia telah
melewati tahap kesiapan membaca yang ditandai dengan adanya kesadaran fonemik,
pemahaman pada konsep buku, kemampuan visual, kemampuan auditori, dan adanya motivasi
serta minat membaca.
Kemampuan membaca permulaan itu muncul secara alamiah sesuai dengan tahap
perkembangan anak. Sebelum mengajarkan membaca pada anak maka terlebih dahulu harus
diketahui sejauh mana kesiapan anak dalam belajar membaca yang dapat dilihat dari
kematangan mental, kemampuan visual, kemampuan mendengarkan, perkembangan wicara
dan bahasa, ketrampilan berfikir dn mendengarkan, perkembangan motorik, kematangan sosial
dan emosional serta motivasi dan minat membaca anak.
Agar kemampuan membaca anak dapat berkembang dengan baik dari satu tahap ke tahap
selanjutnya, diperlukan stimulus yang mendukung minat dan kemampuan anak dalam
membaca baik di lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan bermainnya. Karena
kemampuan membaca sangat dipengaruhi oleh faktor motivasi, lingkungan keluarga dan
bahan bacaan. Jadi upaya orang tua untuk menyiapkan bahan bacaan yang menarik dan
relevan untuk anak sangat diperlukan. Bahan bacaan dan penyajian yang menarik yang sesuai

81

82

dengan karakteristik anak dapat memotivasi anak untuk mengembangkan kemampuan


membaca mereka.
Sehingga yang dimaksud dengan kemampuan membaca permulaan dalam penelitian ini
adalah suatu kemampuan yang dimiliki anak untuk membaca simbol, membaca huruf, kata,
dan kalimat sederhana yang menghubungkan antara bahasa lisan dengan tulisan.

82

83

BAB III
Metode Whole Language

1. Pengertian
Weaver menjelaskan tentang whole language sebagai berikut :
whole language is not static entity but evolving philosophy, sensitive to new
knowlwdge and insight. It is based upon research from a variety of perspectives
and disciplinrs among them language acquisition and emergent literacy,
psycholinguistics and siciolinguistics, cognitive and developmental psychology,
anthropology and education. (uwl p3)
Dari penjelasan Weaver diatas dapat dimaknai bahwa whole language bukanlah
satu kesatuan yang statis, akan tetapi suatu filosofi yang mengembangkan, sensitive
terhadap ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam. Whole language ini
berdasarkan pada

berbagai

macam pandangan dan disiplin ilmu yang

mengembangkan bahasa dan literasi, psikolinguistik dan sosiolinguistik, psikologi


kognitif dan perkembangan, antropologi dan pendidikan.
Lebih lanjut lagi Weaver menjelaskan :
Its also based upon the successful practices of teacher who have implemented in
their classroom some of the insight feom these disciplines or who are natural
whole language teachers, based upon their own insight and observations of how
children learn..(uwl p4)
Penjelasan weaver ini dapat dimaknai bahwa whole language juga didasarkan
pada kemampuan guru/kesuksesan guru dalam kelas untuk mengimplementasikan
berbagai disiplin ilmu secara mendalam atau dapat menjadi guru whole language
yang alamiah yang berdasarkan pada kemampuan mereka akan pengertian yang
mendalam mengenai bagaimana anak belajar
Selain pengertian di atas, Eisele memberikan pengertian yang labih sederhana
mengenai whole language, yaitu bahwa whole language is not a thing, its not a
set of materials, and its not prescription for success. Whole language is a way of

83

84

thingking about how children learn language oral language and written
language.
Menurut Eisele, whole language bukanlah suatu benda, bukanlah satu set bahan, dan
juga bukan resep untuk sukses. Whole language adalah jalan/cara untuk berpikir tentang
bagaimana anak belajar bahasa baik bahasa oral maupun bahasa tertulis.
Selain Eisele dan Weaver, Goodman menyatakan bahwa this educational
philosophy is based upon research from converging disciplines that together
provide a strong theory of learning and language, a view of teaching and the role
of teachers in fostering learning and language and learner centered view of the
curriculum..
Pernyataan Goodman diatas memliliki pengertian bahwa filosofi pendidikan pada
konsep whole language adalah berdasarkan pada perpaduan berbagai disiplin ilmu yang sama
sama memiliki teori yang kuat pada bahasa dan pembelajaran, pandangan mengajar,dan
aturan guru dalam mengembangkan bahasa dan pembelajaran dan kurikulum yang berpusat
pada pembelajar.
Lebih lanjut lagi Goodman menjelaskan lebih rinci tentang konsep pembelajaran yakni:
1. Pembelajaran bahasa adalah mudah ketika menyeluruh, nyata dan relevan, ketika berguna
dan fungsional; ketika ada titik temu antara konteks dengan kegunaannya; ketika
pembelajar memilih sendiri untuk menggunakannya
2. Bahasa menyangkut personal dan social. Hal ini digerakkan oleh kebutuhan akan
komunikasi dan juga terbentuk oleh norma yang ada dalam masyarakat
3. Bahasa adalah belajar sebagaimana orang orang belajar berbahasa dan tentang bahasa,
semua secara simultan dalam konteks berbicara dan kegiatan literasi
4. Dalam perkembangan bahasa pembelajar memiliki sendiri prosesnya, membuat
keputusan tentang kapan menggunakan, untuk apa dan apa hasilnya. Kemampuan literasi
juga sama, dimana pembelajar sendiri yang memiliki kontrolnya
5. Mempelajari bahasa adalah mempelajari arti banyak hal : bagaimana bisa memiliki arti di
dunia, bagaimana dengan orang tua, keluarga, dan budaya
6. Dengan kata lain, perkembangan bahasa adalah pencapaian kemampuan personal social
secara holistic

84

85

Dari berbagai penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa landasan fhilosofi dari
whole language tumbuh dari berbagai pandangan dan disiplin ilmu, yaitu mulai dari proses
pemerolehan bahasa dan tumbuhanya budaya keaksaraan, psikolonguistik, sisiolingistik,
psikologi kognitif, psikologi perkembangan, anthropologi, dan pendidikan. Dari keragaman
yang berbeda tersebut whole language berada untuk mempersatukannya .
Whole language merupakan suatu filosofi, yang berakar pada pembelajaran secara
alami yang pembinaannya dilakukan di kelas dan di sekolah. Dengan falsafah yang
berdasarkan pada keyakinan tentang hakikat belajar dan bagaimana belajar maka diharapkan
anak anak dapat berkembang lebih optimal karena mereka mengikuti proses belajarnya
sendiri.
Anak secara alami belajar bahasa dengan mendengarkan dan berbicara. Selama
perkembangan pada awal tahun anak bebas belajar, melalui trial and error dan mereka juga
membuat penaksiran atau perkiraan perkiraan tentang bahasa yang ada di lingkungannya.
Orang dewasa di lingkungannya akan menerima danmengerti karena mereka mengetahui
bahwa belajar bahasa membutuhkan latihan dan waktu yang cukup lama.
Sebagaimana belajar bahasa oral, demikian pula dengan ketrampilan membaca dan
menulis anak juga membutuhkan waktu yang cukup lama, melalui latihan latihan yang
mereka lakukan sendiri dan berbagai pengalaman yang bermakna dan penuh arti. Mereka
bebas membuat kesalahan dalam belajar bahasa dan belajar dari kesalahan yang dibuat.
Karena itu berkaitan dengan konsep whole language ini, dibutuhkan guru yang benar benar
mengerti bagaimana anak mempelajari bahasa, dan juga dapat menyediakan waktu dan latihan
latihan untuk perkembangan literasinya.
Whole language merupakan suatu penyiapan lingkungan yang menyeluruh dimana
anak ditenggelamkan dalam bahasa . yang penekanannya dalam bentuk kegiatan mendengar,
bercakap, membaca dan menulis. Semuanya itu harus merupakan komunikasi yang bermakna
yang diperankan guru dan juga muridnya.
Program whole language dibangun berdasarkan suatu pemahaman bahwa anak
memang sudah siap untuk melakukan membaca dan menulis, dimana mereka dapat
berkomunikasi secara menyueluruh. Dari sinilah guru mulai menyediakan berbagai hal sesuai
dengan kebutuhan anak agar terjadi komunikasi yang bermakna sehingga dapat berlangsung
proses keaksaraan atau literasi.

85

86

Berdasarkan konsep psikolinguistik, sosiolinguistik, psikologi kognitif, psikologi


perkembangan, antropologi dan pendidikan maka whole language memiliki beberapa kunci
dasar yang dapat diimplementasikan untuk program pendidikan yaitu

lingkungan yang

disesuaikan atau disetting dengan cara tertentu . menurut Eisele berikut cara menciptakan
lingkungan yang dapat mengembangkan konsep whole language:
1. Immersion (tenggelamkan) : lingkungan anak harus kaya akan bahasa tulisan. Dinding,
kursi bahkan pintu dan segala peralatan harus kaya akan tulisan dan menarik minat
anak untuk kemudian membacanya. Dapat dipajang juga berbagai hasil karya anak.
2. Demonstration (demonstrasi) : anak belajar melalui model atau dengan melihat
modelGuru dan anak melakukan kegiatan membacamenulis, mendengarkan dan
berbicara dalam kegiatan setiap harinya. Ohp dan transparansi atau chart paper dapat
digunakan untuk proses menulis
3. Expectation : menciptakan atmosfir yang mengandung harapan untuk anak belajar dan
bekerja sesuai dengan tahap perkembangan anak. Untuk ini perlu disiapkan berbagai
sumber atau fasilitas bahan, aktifitas dan buku buku. Peralatan untuk kegiatan
mendengar, seni, kegiatan menulis,computer, penerbitan hasil karya, dan peralatan
untuk kegiatan matematika.
4. Responsibility : anak harus bertangggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri.
Guru sebagai fasilitator, dan anak mengambil tanggung jawab sebagaimana seorang
guru. Anak membuat bank kata, brainstorming ide/ gagasan, dan mencari fakta sendiri.
Anak bekerja dengan menuliskan pada papan atau display di sekitar ruangan. Anak
bergerak dan bekerja dengan bebas dan hanya sedikit arahan dari guru
5. Employment : anak secara aktif terlibat dalam pembelajaran yang penuh arti.
6. Approximations : anak mengambil resiko dan bebas bereksperimen dari dorongan
mereka sendiri dan merasa senang terhadap hasil usaha mereka sendiri.
7. Feedback/response : anak menerima fitback atau timbale balik yang positif dan
spesifik dari guru dan teman sebaya/kelompok kerja.

86

87

Untuk implementasi konsep whole language sebagaimana dijelaskan maka dibutuhkan


ruang kelas yang memenuhi atau sesuai dengan 7 kunci dasar diatas,bentuk ruangan dapat
digambarkan sebagai berikut :
Konsep whole dalam whole language mencakup semua komponen proses bahasa
yakni mendengar , berbicara, membaca dan menulis. Semua dipelajari secara menyeluruh
dan tidak terpisah pisah. Anak anak alkan mencapai keberhasilan yang optimal jika
berpartisipasi secara aktif dalam semua proses kebahasaan tersebut. Untuk itu, guru whole
language harus menyediakan berbagai macam pengalaman yang penuh makna dalam untuk
mendengar, berbicara, membaca dan menulis dalam kegiatan sehari hari.
Anak usia dini membangun bahasa oral secara alamiah. Mereka belajar kosakata,
intonasi, ekspresi dan ktrampilan berbicara dengan mendengarkan dan berbicara dengan
menggunakan bahasanya sendiri. Bimbingan dalam menggunakan bahasa oral merupakan
pondasi dasar untuk keberhasilan dalam ketrampilan membaca dan menulis. Untuk itu
penting kiranya bagi anak untuk selalu berpartisipasi aktif dalam mendengarkan dan
berbicara setiap hari. Anak mendapatkan rasa percaya diri, membangun konsep diri dan
membangun perbendaharaan bahasa yang kuat melalui penggunaan bahasa secara aktif.

87

88

BAB IV
Penerapan Pembelajaran Membaca Melalui Whole Language

Dalam pelaksanaan aktifitas belajar mengajar whole language di kelas terdapat


beberapa pendekatan belajar, antara lain :
Language Experience Approach (LEA), yang terangkai dalam tiga tahapan yaitu :
Rangkaian pertama : mengkomunikasikan pengalaman
1) Mengkomunikasikan pengalaman
2) Memvisualisasikan pengalaman
3) Mendramatisasikan pengalaman
4) Merespon secara ritmik
5) Menjelajahi dan menyelidiki tulisan
6) Mengarang buku secara individual
Untuk menunjang pendekatan dalam rangkaian pertama ini dibutuhkan untuk membuat
berbgai materi agar anak dapat menulis secara mandiri dan mendorong mereka untuk dapat
mengeja dengan cara mereka sendiri. Kemudian menggunakan experience chart untuk
merekam pengalaman pengalaman kelompok mereka
Rangkaian Kedua : Mengkomunikasikan belajar
1) Mengenalkan kata kata sesering mungkin
2) Menyelidiki ejaan
3) Mempelajari bentuk bahasa
4) Memperluas kosakata
5) Membaca symbol non alphabet
Untuk menunjang pendekatan dalam rangkaian kedua ini dibutuhkan experience
chart sebagai salah satu cara mengenalkan anak pada kebiasaan menulis. Kemudian
menghilangkan semua hal yang berkaitan dengan kesiapan membaca dan lembaran kerjanya,
seta mendorong anak dapat memperlihatkan kecakapan dan ketrampilan yang mereka miliki
melalui aktifitas membaca dan menulis yang nyata, selain itu membantu anak untuk dapat
memahami konstruksi menulis dan bahasa lisan melalui penggunaan literature anak.
Rangkaian Ketiga : menghubungkan komunikasi dengan orang lain dan diri sendiri
1) Mendengar dan membaca bersama sama
2) Memahami apa yang di dengar dan apa yang dibaca
3) Mengorganisasikan ide
4) Mengasimilasi dan memadukan ide
5) Mencari dan meneliti berbagai sumber
6) Mengevaluasi komunikasi antar sesame
7) Merespon secara individual
Untuk rangkaian ketiga diperlukan penggunaan strategi prediksi dimana ketika
membaca dengan anak, mereka di dorong untuk menggunakan pengetahuan dan bahasa

88

89

mereka sendiri untuk memprediksi bacan. Kemudian merealisasikan apa yang mereka baca
dan tulis sebagai sesuatu yang penting dalam pembelajaran dan dapat mereka demontrasikan.
2. Pendekatan Bermain
Bermain merupakan suatu kebutuhan bagi anak usia dini. Dunia anak adalah dunia
bermain, melalui kegiatan bermain kesuksesan konsep whole language dapat diraih. Tentu saja
ini sangat bergantung dari kemampuan kompetensi guru untuk memproteksi dan merancang
lingkungan bermain anak. Selain itu guru juga harus dapat membantu orangtua untuk mengerti
dan memahami peranan bermain sebagai alat pembelajaran yang bermakna dan disesuaikan
dengan berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan anak.
Dalam DAP (Bredekamp,1987) , guru diingatkan bahwa : anak berpartisipasi aktif
dalam mengarahkan dirinya bermain secara kongkrit, pengalaman hidup yang nyata yang
berlangsung sebagai kunci dalam memotivasi pembel;ajaran yang abermakna di TK dan SD
kelas rendah
Bermain merupaka pusat aktifitas whole language, merupakan tiang penyangga
tumbuhnya berbagai dialog dan aktifitas sesuai dengan apa yang mereka perankan. Whole
language mengangkat issue invitation to play melalui cara cara yang kreatif
denganmerancang jadwal, mendorong para pemain dan mempersiapkan lingkungan kelas
untuk bermain, hingga anak merasa terundang untunk bermain.
2. Pendekatan Grouptime
Grouptime tersedia bagi anak usi 5 tahun yang duduk bersama-sama selama 20
hingga 30 menit secara menyenangkan dan saling berintraksi yang dirancang hati-hati dengan
pelajaran yang fleksibel. Dalam grouptime tersedia kesempatan yang tak terbatas bagi anak
untuk berbicara , saling berbagi, tertawa lepas terkekeh-kekeh, atau waktu untuk
mengeksplorasikan topik-topik baru mempertunjukkan, memberi tahu, dan waktu yang
meletihkan dalam dan penat mendampingi keingin tahuan anak-anak yang besar.
Jadwal groptime di rancang dua atau tiga kali sehari dengan ketentuan waktu yang
sama.Organisasi ruang dan sarana belajar dalam grouptime merupakan hal yang perlu di
tangani secar husus. Yang paling sering di rancang adalah tempat duduk di atas karpet oval
atau segi empat, dan para guru dapat duduk bersama di atas karpet bersama.
Pendekatan menggunakan metode grouptime di antaranya :
c. Grouptime dapat menyeimbangkan kebutuhan anak secara individual, misalnya dalam
kebutuhan sosial dan kebutuhan emosional husus.
d. Grouptime dapat merespon pikiran dan perasaan anak.
Di samping itu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan metode grouptime
tersebut di perlukan evaluasi, hal ini di bahas dalam DAP di antaranya :
d. Melakukan evaluasi setelah semua aktifitas selesai
e. Menganalisa situasi masalah husus
f. Memperhatikan keserasian pelaksanaan grouptime, antara lain
Menyeimbangkab bicara guru dab bicara anak
Menyeimbangkan hal-hal yang sudah biasa dengan hal-hal baru yang penuh dengan
kejutan
Mencermati kecerdasan yang di miliki anak jika ingin merubah atau
melanjutkan rencana kegiatan berikutnya.

89

90

H. Perencanaan dan perorganisasian kelas whole language


B. Merencanakan dan mengorganisasikan tema
1. Buatlah tujuan sesuai dengan tema yang di pilih, kemudian brainstoningkan dengan anakanak untuk mengetahui apa yang mereka sudah pahami dan apa yang mereka ingin lebih tau
tentang tema ini, contohnya adalah :
Tema : comunikasi
Komunikasi

Cara Komunikasi

Membaca
Majalah
Jurnal/laporan
Koran
Buku
Bauku Bacaan

Menulis

Mendengarkan

Berbicara

Diary

TV

Telepon

BUku

Musik

Percakapan

Menggambar

Radio

Bahasa Ekspresi

Surat/kartu Pos

Permainan

Alat Komunikasi
Bahasa
Telepon
TV
Telegram
BUku
Koran
Majalah

Apa Yang di Komunikasikan


Perasaan
Berita
Pengetahuan
Cerita Pribadi

90

91

2. Organisasikan idenya berdasarkan konten are dan komponen bahasa (kemampuan


mendengar, berbicara, membaca dan menulis) contohnya :

Mendengar/berbicara
Radio
Televise
Tape recorder
Permainan
Respon pada buku

Membaca

Menulis

Pak Pos

Surat/kartu pos

Surat Untuk bibi

Jurnal/diare

Kancil dan buaya

Syair puisi

Sosial

SAINS
Penemuan radi

Komunikasi

TEMA
Talegraf

Transformasi
Penemu

Telefon`

Pekerja Pos

Internet
Pengaruh cuaca

Matematika
Pengepoasn
Lama waktu
pengiriman
Tanggal
Kode post
Penimbnagan
berat paket

Seni Musik
Lagu pak pos
Desain prangko
Buat boneka kertas
Buat amplop boneka

91

Aktivitas Spesial
Kunjungan ke kantor
Kunjungan ke stasiun radio
Berperan sebagai operator
Berkunjung ke penyiar

92

C.

Contoh Jadwal kegiatan dalam kelas whole language

8.30 9.00

kegiatan bebas : anak bebas memilih kegiatan, baca


majalah, menulis laporan, mengunjungi perpustakaan dll
Bisnis pagi: disini guru dapat memberikan anak tugas
untukmembantu guru missal :membantu menghitung untuk
persiapan makan siang, mengkoleksi catatan dan lain
sebagainya

9.00 9.45

berkelompok untuk bermain manipulative

9.45 10.00

Istirahat

10.00 12.00

bahasa dan seni


Pemanasan
Membaca dan berbagi
Cuaca bulan ini
Center time

12.00 13.00

Tematik (sains : siklus air hujan)

2.00 2.30

Membaca individu

2.30 3.10

kelas special

3.10 3.30

Penutup

92

93

D.

Contoh Skema organisasi kelas whole language

93

Anda mungkin juga menyukai