Makalah PBL Blok 14 Osteoartritis
Makalah PBL Blok 14 Osteoartritis
Pendahuluan
Osteoartritis atau yang umumnya disebut pengapuran sendi, merupakan salah satu
masalah kesehatan yang banyak dijumpai di masyarakat belakangan ini. Hal ini dapat
diakibatkan oleh adanya perubahan pola hidup dan peningkatan usia harapan hidup penduduk
Indonesia. Seiring dengan perkembangan jaman, pola hidup masyarakat juga ikut mengalami
perubahan. Perubahan gaya hidup yang ingin semua serba cepat, baik dalam hal transportasi
maupun pola makan, juga menjadi salah satu faktor pemicu timbulnya osteoartritis. Aktivitas
fisik yang kurang disertai kelebihan berat badan berpotensi menimbulkan pembebanan sendi
yang semakin besar, terutama pada sendi-sendi penyangga tubuh, khususnya sendi lutut.
Keadaan ini akan semakin buruk bila terjadi pada usia lanjut akibat terjadinya perubahan
hormonal yang memicu semakin cepatnya proses degenerasi struktur persendian.
Osteoartritis merupakan salah satu penyakit degeneratif dan bersifat progresif.
Penyakit ini sangat sering dijumpai pada pasien dengan usia di atas 50 tahun. Gambaran
radiologis osteoartritis di Indonesia cukup tinggi, mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada
wanita. Gangguan fungsional akan sangat memberatkan penderita osteoartritis, dimana
penderita mengalami kesulitan pada saat bangkit dari duduk, jongkok, berdiri, ataupun
berjalan, naik-turun tangga, dan berbagai aktivitas yang membebani lutut. Sesuai dengan
skenario, seorang seorang perempuan 60 berobat dengan keluhan nyeri pada kedua lutut sejak
2 tahun yang lalu. Perempuan tersebut diduga mengalami osteoartritis. Maka dari itu, untuk
mengetahui secara lengkap dan jelas, penulis akan membahas tentang osteoartritis mulai dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan lain sebagainya.
Anamnesis
Menanyakan riwayat penyakit disebut Anamnesa. Anamnesa berarti tahu lagi,
kenangan. Jadi anamnesa merupakan suatu percakapan antara penderita dan dokter, peminta
bantuan dan pemberi bantuan. Tujuan anamnesa pertama-tama mengumpulkan keterangan
yang berkaitan dengan penyakitnya dan yang dapat menjadi dasar penentuan diagnosis.
Mencatat (merekam) riwayat penyakit, sejak gejala pertama dan kemudian perkembangan
gejala serta keluhan, sangatlah penting. Perjalanan penyakit hampir selalu khas untuk
penyakit bersangkutan.1 Selain itu tujuan melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik adalah
mengembangkan pemahaman mengenai masalah medis pasien dan membuat diagnosis
banding. Selain itu, proses ini juga memungkinkan dokter untuk mengenal pasiennya, juga
sebaliknya, serta memahami masalah medis dalam konteks kepribadian dan latar belakang
sosial pasien.
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas (mencakup nama, alamat, pekerjaan,
keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan), keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, kondisi lingkungan
tempat tinggalnya, apakah bersih atau kotor, dirumahnya terdapat berapa orang yang tinggal
bersamanya, yang memungkinkan dokter untuk mengetahui apakah penyakitnya tersebut
merupakan penyakit bawaan atau ia tertular penyakit tersebut.
Anamnesis yang dapat dilakukan pada pasien di skenario adalah sebagai berikut:
1. Anamnesa Umum
Nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan. Umur dan pekerjaan disini
merupakan hal penting yang harus ditanyakan pada pasien.
2. Keluhan Utama
Nyeri pada lutut kanan dan kiri sejak 2 tahun yang lalu
Pelengkap: Nyeri pada lutut terutama bertambah saat berjalan, menekuk kaki,
bangun dari duduk yang lama dan saat sholat. Pasien mengatakan saat bangun
tidur lututnya sering terasa kaku juga sekitar 30 menit dan pada lututnya sering
berbunyi kretek-kretek
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah sedang mengalami suatu penyakit tertentu atau tidak
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebaiknya, ditanyakan apakah dulu pernah mengalami hal yang sama seperti
sekarang
5. Pola Makan
Sehari-hari makan apa saja
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah di keluarganya pernah ada yang mengalami hal yang sama
7. Riwayat Pengobatan
2
Sudah mengkonsumsi obat apa saja, atau sudah mendapat pengobatan apa
Pemeriksaan
Diagnosis suatu penyakit dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang ditemukan
pada pemeriksaan fisik, terutama sekali bagi penyakit yang memiliki gejala klinik spesifik.
Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan fisik namun, bagi penyakit yang tidak
memiliki gejala klinik khas, untuk menegakkan diagnosisnya kadang-kadang diperlukan
pemeriksaan laboratorium (diagnosis laboratorium).
1. Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan umum dan fisik sering didapat keterangan keterangan yang
menuju ke arah tertentu dalam usaha membuat diagnosis. Pemeriksaan fisik
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala
dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pada skenario ini, pemeriksaan fisik
dilakukan dengan pemeriksaan fisik otot dan sendi terutama pada bagian lutut.
Pemeriksaan fisik otot dan sendi ini berupa:
Inspeksi
- Posisi lutut saat berdiri dan berbaring
- Warna kulit, vaskularisasi, pembengkakan, massa di bagian anterior
/posterior, lateral/medial
- Ada tidaknya luka, fistel atau ulkus
Palpasi
- Massa/pembengkakan, nyeri ada/tidak
- Vaskularisasi dan pulsasi pembuluh darah lutut
- Posisi patella (ada dislokasi atau tidak)
Pergerakan
- Fleksi ekstensi dengan ROM: 0-120
- Ada krepitasi atau tidak saat bergerak/digerakan
Selain itu, pemeriksaan fisik juga dilakukan dalam bentuk pemeriksaan tanda-tanda
vital pasien.
Hasil pemeriksaan didapat sebagai berikut:
Suhu
: 36,4oC
Nadi
: 88x/menit
RR
: 20x/menit
3
Tekanan darah
: 130/80 mm Hg
Kesadaran
: compos mentis
BB/TB
: 80kg / 165cm
Krepitasi
:+
Status lokalisasi
Genu sinistra
Genu dekstra
Udem
-
Kalor
-
Nyeri tekan
-
Nyeri gerak
+
+
Deformitas
-
Diagnosa dilakukan berdasarkan prinsip bahwa suatu penyakit dapat dikenali dengan
memperhatikan ciri gejala klinis pada tubuh pasien yang ditimbulkan penyakit tersebut.
Keadaan penyakit yang diderita dapat juga di ukur dengan memperhatikan gejala klinis.
Semua gejala yang teramati kemudian dibandingkan dengan pengetahuan menenai penyakit
dan ciri-cirinya yang dimiliki ahli tersebut, bila terdapat kecocokan maka ahli tersebut dapat
menentukan jenis penyakitnya.5
I.
Differential Diagnosis
Differential diagnosis atau diagnosis pembanding merupakan diagnosis yang
dilakukan dengan membanding-bandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan tanda
klinis penyakit lain. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan gejala yang dialami
pasien, pasien bias dicurigai menderita beberapa penyakit seperti:
a. Reumatoid Artritis (RA)2,6
Suatu penyakit autoimun dimana persendian secara simetris
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Reaksi
autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses fagositosis yang
menghasilkan enzimenzim dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga
terjadi edema proliferasi membran sinovial dan akhirnya membentuk
pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.
Reumatoid artritis kira-kira 2 kali lebih sering menyerang
perempuan dari pada laki-laki. Insidens meningkat dengan bertambahnya
usia, terutama pada perempuan, insidens puncak adalah antara usia 40
hingga 60 tahun.
Gejala yang ditimbulkan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
diagnosis
gout
berdasarkan
Rheumatism Association:
A. Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
B. Tofi terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan
kimiawi dan mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.
C. Diagnosis lain, seperti :
a. Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut
b. Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari
c. Oligoarthritis (jumlah sendi meradang kurang dari 4)
d. Kemerahan di sekitar sendi yang meradang
e. Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau
membengkak
f. Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki)
Work Diagnosis
Work Diagnosis atau diagnosis kerja merupakan suatu kesimpulan berupa
hipotesis tentang kemungkinan penyakit yang ada pada pasien. Setiap diagnosis kerja
haruslah diiringi dengan diagnosis banding.7
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul dapat disimpulkan kalau pasien
perempuan tersebut menderita osteoartritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada
wanita daripada pria dan terutama ditemukan pada orang-orang yang berusia lebih dari
45 tahun. Sendi yang paling sering terserang adalah sendi-sendi yang harus memikul beban
tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan servikal.
Etiologi
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik,
berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi
rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendiaan. Etiologi
Osteoartritis masih belum dapat diketahui secara jelas. Beberapa faktor yang dianggap
sebagai pemicu timbulnya osteoartritis diantaranya faktor umur, jenis kelamin, suku bangsa,
genetik, kegemukan, dan penyakit metabolik, cedera sendi, dan jenis pekerjaan. Gangguan
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, terutama wanita berusia
lebih dari 45 tahun. Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab
insidens bertambah dengan meningkatnya usia. Sendi yang paling sering terserang adalah
sendi-sendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan
servikal, dan sendi-sendi pada jari.2,6
Epidemiologi
Osteoartritis adalah bentuk penyakit sendi tersering di dunia. Mengenai sekitar 7%
populasi Amerika Serikat; 60% sampai 70% orang berusia lebih dari 65 tahun. Osteoartritis
merupakan salah satu dari penyakit sendi yang paling sering dijumpai di Indonesia, lebih dari
85% pasien osteoarthritis tersebut terganggu aktivitasnya terutama untuk kegiatan jongkok,
naik tangga dan berjalan. Arti dari gangguan jongkok dan menekuk lutut sangat penting bagi
pasien osteoarthritis di Indonesia. Oleh karena banyaknya kegiatan sehari-hari yang
tergantung kegiatan ini khususnya sholat dan buang air besar.
8
Mungkin pengaruh yang terpenting adalah efek penuaan dan efek mekanis. Meskipun
osteoartritis bukan suatu proses wear-and-tear, tidak diragukan lagi bahwa stress mekanis
pada sendi berperan penting dalam pembentukannya. Bukti yang mendukung antara lain
meningkatnya frekuensi osteoarthritis seiring dengan pertambahan usia; timbulnya di sendi
penahan beban; dan meningkatnya frekuensi penyakit pada kondisi yang menimbulkan stress
mekanis abnormal, seperti obesitas dan riwayat deformitas sendi.
Manifestasi Klinik
Gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri
yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi tulang. Tempat predileksi osteoartritis adalah sendi
karpometakarpal I, metatarsophalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut dan paha. Pada
phalang distal timbul nodus Heberden dan pada sendi interphalang proksimal timbul nodus
Bouchard. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan.
Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi apabila osteoartritis tidak ditangani dengan serius. Terdapat
dua macam komplikasi yaitu:
1) Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah ialah terjadi
kelumpuhan
2) Komplikasi Akut
- Micrystaline arthrophy
- Osteonekrosis
- Bursitis
Penatalaksanaan
Pengobatan dibagi atas atas medica mentosa (menggunakan obatobat yang di minum)
dan juga non-medica mentosa (tidak mengonsumsi obat).
a) Medica mentosa10
10
nimesulide.
Steroid Intra-Artikuler
Inflamasi kadang dijumpai pada pasien OA. Oleh karena itu, kortikosteroid intra
artikuler dapat mengurangi rasa sakit walaupun hanya dalam waktu singkat.
Steroid dapat menyebabkan kerusakan rawan sendi secara langsung.
b) Non-medica mentosa
Terapi Non-medica mentosa untuk OA meliputi; diet dan olahraga, terapi fisik,
dan pembedahan. Pengaturan diet dan olahraga diperlukan untuk mencegah kelebihan
berat badan yang seringkali menjadi penyebab memburuknya nyeri sendi, terutama
pada sendi-sendi yang harus menopang berat badan. Terapi fisik biasa dilakukan
dengan berendam pada air hangat, atau alat penghangat lain untuk mengurangi nyeri
dan kaku pada sendi. Pembedahan dilakukan Apabila sendi sudah benar-benar rusak
dan rasa sakit sudah terlalu kuat, akan dilakukan pembedahan. Dengan pembedahan,
dapat memperbaiki bagian dari tulang.
Prognosis
Osteoartritis biasanya berjalan lambat, problem utama yang sering dijumpai adalah
nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstbilan bila harus menanggung
beban, terutama pada lutut. Masalah ini berarti bahwa orang tersebut harus membiasakan diri
dengan cara hidup yang baru. 6
Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4
Jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.h.1195-291.
3.
Bickley LS. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi ke-8.
Jakarta: EGC; 2009.h.365-9.
4.
Patel PR. Lecture Notes Radiologi. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga; 2007.h.168-70.
5.
Juanda HA. Solusi tepat bagi penderita TORCH. Solo: PT Wangsa Jatra Lesatari;
2007.h.19.
6.
Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6
Volume 2. Jakarta: EGC; 2012.h.1380-9.
7.
8.
9.
Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi: pemeriksaan dan manajemen. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC; 2008.h.351-4.
10.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.h.535-7.
12
13