Anda di halaman 1dari 17

Makalah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia Sebagai


Bahasa Persatuan
Disusun
Oleh
Kelompok 2

Jurusan : DIV Keperawatan


Kelas : I.B

Politeknik Kesehatan Kemenkes


Gorontalo

2013-2014

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas
segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Bahasa Indonesia
Sebagai Bahasa Persatuan.
Adapun penulisan tugas makalah ini bertujuan untuk membahas
Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan.
Oleh karena itu, terselesaikannya tugas makalah ini tentu saja
bukan karena kemampuan kami semata-mata. Namun karena adanya
dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari pengetahuan dan
pengalaman kami masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah
ini lebih baik dan bermanfaaat.

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..........................................................................1
DAFTAR
ISI.........................................................................................2
BAB
PENDAHULUAN.....................................................................3

1.1 Latar
belakang
masalah...............................................................3
1.2 Rumusan
masalah........................................................................3
1.3 Tujuan
masalah............................................................................3
BAB
PEMBAHASAN.......................................................................4

II

Kajian
Teori...........................................................................................4
2.1 Bahasa
Indonesia
Persatuan.............................4

Sebagai

Bahasa

BAB
III
PENUTUP...............................................................................12
3.1
Kesimpulan......................................................................
..........12
3.2
Saran...............................................................................
............12

DAFTAR
PUSTAKA............................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan
dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36. Ia juga merupakan bahasa persatuan
bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Meski demikian, hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia yang benar-benar
menggunakannya sebagai bahasa ibu, karena dalam percakapan sehari-hari yang tidak
resmi masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan bahasa daerahnya masingmasing sebagai bahasa ibu, seperti bahasa Melayu pasar, bahasa Jawa, bahasa Sunda,
dan lain sebagainya. Untuk sebagian besar masyarakat Indonesia lainnya, bahasa
Indonesia adalah bahasa kedua dan untuk taraf resmi bahasa Indonesia adalah bahasa
pertama. Bahasa Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi
bahasa resmi Republik Indonesia.
Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Bahasa
Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan katakata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan asing.

1.2 Rumusan Masalah


Tujuan umum dalam penyusunan tugas makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yakni tentang Bahasa Indonesia Sebagai
Bahasa Persatuan

1.3

Tujuan Masalah
Mengetahui apa itu Fungsi Bahasa Indonesi Sebagai Bahassa Persatuan

BAB II
PEMBAHASAN
Kajian Teori
2.1 Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Warga Republik Indonesia. Pada saat ini,
Bahasa Indonesia dipergunakan oleh hampir seluruh rakyat Indonesia. Bahasa Indonesia
adalah bahasa pertama yang digunakan, selain bahasa daerah, seperti bahasa jawa atau bahasa
sunda.
Kita sebagai warga bangsa Idonesia yang mengaku berbahasa Indonesia terkadang tidak tahu
bagaimana sebenarnya sejarah bahasa Indonesia.
Di seluruh dunia terdapat + 1500 jenis bahasa. Bahasa sebanyak itu dibagi menjadi 4
rumpun, yaitu : rumpun bahasa Indogerman, rumpun bahasa Semit, rumpun Bahasa Altai, dan
rumpun bahasa Austria. Rumpun bahasa Indogerman, yaitu segala bahasa yang terdapat di
benua Eropa, kecuali bahasa ongaria, Rusia, dan Armenia. Sedangkan rumpun bahasa Semit,
yaitu bahasa yang dipakai oleh bangsa Arab, Yahudi, dan Abessinia. Selain itu, rumpun
bahasa Altai yaitu bahasa yang dipakai oleh bangsa Turki, Mongolia, Mansyuria, Jepang, dan
yang terakhir yakni rumpun bahasa Austria, yakni bahasa yang dipakai oleh bangsa-bangsa
asli daratan Asia Tenggara.
Rumpun bahasa Austria terbagi menjadi dua kelompok bahasa, yaitu bahasa AustroAsia dan Bahasa Austronesia. Bahasa Austronesia (Melayu Polinesia) juga dapat dibagi atas
dua golongan, yaitu bahasa Austronesia di sebelah timur dan bahasa Austronesia di sebelah
barat.
Dari berbagai macam rumpun bahasa di dunia yang telah disebutkan, bahasa-bahasa
yang ada di Republik Indonesia termasuk ke dalam rumpun bahasa Austria golongan bahasa
Austronesia di sebelah barat. Republik Indonesia memiliki keraneka ragama bahasa yang
tersebar di setiap daerahnya. Selain dari bahasa-bahasa daerah di Republik Indonesia itu,
4

menurut sejarah, di abad ke-7 saat zaman keemasan kerajaan Sriwijaya, dijumpai prasasti
bertuliskan bahasa Melayu yang merupakan bahasa di sekitar Selat Malaka dan yang
sekarang disebut sebagai bahasa Indonesia Lama.
Sejak berabad-abad yang lampau bahasa Melayu dipergunakan sebagai bahasa
perhubungan/pergaulan atau Lingua franca. Dengan bantuan pedagang, bahasa Melayu ini
tersebar hampir di seluruh daerah pesisir pulau-pulau Nusantara. Setelah lama menjadi
Lingua franca di kawasan tanah air, dan karena bahasa Melayu mudah dipelajari dilihat dari
kesederhanaan system tata bunyi, tata kata, dan tata kalimat, akhirnya bahasa Melayu
diangkat menjadi bahasa persatuan. Selain alasan itu, kesadaran dari seluruh bangsa yang ada
di Indonesia akan pentingnya kesatuan dan persatuan dan adanya kesanggupan pada bahasa
Melayu untuk dipakai menjadi bahasa kebudayaan dalam arti luas, dan akan berkembang
menjadi bahasa yang sempurna merupakan hal-hal yang memungkinkan pengangkatan
bahasa melayu menjadi bahasa persatuan.
Bila kita perhatikan susunan kalimat bahasa Indonesia saat ini nampak persamaannya
dengan bahasa Melayu, lebih-lebih dalam perbendaharaan kata-katanya, dengan itu jelas
sudah bahwa bahasa Melayu adalah bahasa yang mendasari Bahasa Indonesia.
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah
Pemuda pada 28 Oktober 1928, yang berbunyi Kita berbangsa satu Bangsa Indonesia, Kita
berbahasa satu Bahasa Indonesia, Kita bertanah air satu Tanah air Indonesia. Sejak itulah
bahasa Melayu yang demokratis atau tidak mengenal tingkatan-tingkatan, menjadi bahasa
Indonesia. Dalam perkembangannya kemudian diperkaya oleh bahasa-bahasa daerah di
Nusantara, sehingga terdapat hubungan saling mengisi dengan bahasa daerah.
Pada awalnya, Bahasa Indonesia ditulis dengan tulisan Latin-Romawi mengikuti ejaan
Belanda. Selepas tahun 1972, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dicandangkan. Dengan
EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia semakin
distandardkan.
Perbendaharaan kata dari bahasa Indonesia kini tidak hanya berisi kata-kata yang
disempurnakan dari bahasa melayu, tetapi diperkaya juga dengan kata-kata yang diserap atau
5

diambil dari hasil hubungan kebudayaan bangsa Indonesia dengan bangsa lain bahkan dari
agama yang ada di Indonesia. Contohnya yaitu kata-kata yang diserap dari bahasa yang
digunakan dalam agama hindu (sanskerta), dalam agama Islam (bahasa Arab), dan kata-kata
yang diambil dari hasil penjajahan yang terjadi di atas bumi pertiwi Indonesia, yaitu bahasa
Belanda, bahasa Inggris, bahasa Portugis. Selain itu bahasa Indonesia juga meminjam
perbendaharaan kata dari bahasa cina.
Sejarah dari bahasa Indonesia yang telah dijelaskan, cukup jelas juga menyebutkan apa
fungsi dan bagaimana kedudukan bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia. Fungsi dari
bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia adalah sebagai pemersatu suku-suku bangsa di
Republik Indonesia yang beraneka ragam. Setiap suku bangsa yang begitu menjunjung nilai
adat dan bahasa daerahnya masing-masing disatukan dan disamakan derajatnya dalam sebuah
bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, dan memandang akan pentingnya persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia, maka setiap suku bangsa di Indonesia bersedia menerima bahasa
Indonesia sebagai bahasa Nasional. Selain itu, fungsi dari bahasa Indonesia adalah sebagai
bahasa ibu yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi bagi yang yang tidak bisa bahasa
daerah. Seiring perkembangan zaman, sebagian besar warga negara Indonesia melakukan
transmigrasi atau pindah dari daerah dia berasal ke daerah lain di Indonesia, sehingga di
sinilah peran dan fungsi bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi antar suku bangsa yang
berbeda, agar mereka tetap dapat saling berinteraksi.
Kedudukan bahasa Indonesia di negara Republik Indonesia itu selain sebagai bahasa
persatuan juga sebagai bahasa negara atau bahasa Nasional dan sebagai budaya. Kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, maksudnya sudah jelas karena fungsi dari bahasa
Indonesia itu sendiri adalah sebagai pemersatu suku bangsa yang beraneka ragam yang ada di
Indonesia.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara atau bahasa Nasional, maksudnya bahasa
Indonesia itu adalah bahasa yang sudah diresmikan menjadi bahasa bagi seluruh bangsa
Indonesia. Sedangkan bahasa Indonesia sebagai budaya maksudnya, bahasa Indonesia itu
merupakan bagian dari budaya Indonesia dan merupakan ciri khas atau pembeda dari bangsa
yang lain.
6

Dalam kehidupan sehari-hari mulai dari interaksi intrapersonal, interpersonal,


maupun yang meluas pada kehidupan berbangsa dan bertanah air, bahasa memegang peran
utama. Peran tersebut meliputi bagaimana proses mulai dari tingkat individu hingga suatu
masyarakat yang luas memahami diri dan lingkungannya. Sehingga pada saat inilah fungsi
bahasa secara umum, yaitu sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk
mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, memberikan perannya.
Dalam mengembangkan diri, seorang individu akan berusaha untuk beradaptasi
dengan bahasa yang ada di lingkungannya. Penelitian Chomsky tentang gen dan bahasa
mengungkapkan bahwa seorang individu memiliki kemampuan alami untuk memahami
bahasa secara umum yang akan beradaptasi untuk lebih spesifik memahami bahasa yang
digunakan di lingkungannya. Proses adaptasi bahasa dalam seorang individu memandunya
untuk mengidentifikasikan dirinya pada kelompok yang memiliki bahasa yang sama dengan
dirinya. Maka dari itu proses alamiah tersebut perlahan membentuk ikatan sosial antara
individu dengan individu yang lain dalam sebuah kelompok masyarakat.
Proses pengidentifikasian kelompok yang terus berjalan dalam individu membentuk
suatu bentuk warna kepribadian. Hal tersebut sesuai dengan kesimpulan Prof. Anthony
melalui kajian semantik dan etimologi kata mengenai bahasa yang merupakan cerminan dari
watak,sifat, perangai, dan budi pekerti penggunanya.
Berbeda dengan proses adaptasi bahasa pada individu, dalam tingkatan masyarakat
proses adaptasi berjalan lebih kompleks, dengan waktu yang lebih panjang pula. Masyarakat
yang merupakan sekumpulan dari individu-individu dalam suatu wilayah tertentu pada
awalnya akan membuat kesepakatan-kesepakatan dalam mengungkapkan makna serta
berkomunikasi. Selanjutnya proses ini secara terus menerus mengalami perubahan sehingga
membentuk suatu sistem, atau yang disebut Hugo Warami sebagai sistem kesepakatankesepakatan. Sistem kesepakatan dalam masyarakat ini bukanlah suatu hasil akhir melainkan
terus mengalami perubahan sesuai dengan kealamiahan dari berdinamikanya masyarakat
beserta individu dalam merespon ransang dari luar. Proses yang berlangsung dalam
masyarakat tersebut akan membentuk karakteristik masyarakat seperti warna kepribadian
dalam individu.
7

Salah satu bahasa yang digunakan oleh sebagian masyarakat di dunia adalah bahasa
Melayu. Dalam perkembangannya bahasa Melayu berhasil menjadi bahasa yang paling
berpengaruh di Asia Tenggara dan satu dari lima bahasa dunia yang mempunyai jumlah
penutur terbesar. Melayu merupakan bahasa nasional satu-satunya dari empat Negara: Brunei,
Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Di Indonesia, bahasa Melayu telah menjadi bahasa yang penting. Peran bahasa
Melayu meliputi bahasa persatuan, bahasa nasional, dan bahasa pengantar dalam pendidikan.
Menurut Koentjaraningrat, pemilihan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia secara
historis dikarenakan enam hal. Pertama, berkembangnya suasana kesetiakawanan yang
mencapai momentum puncak yang menjiwai pertemuan antara pemuda cendekiawan
Indonesia yang penuh idealisme pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedua, adanya anggapan
bahwa bahasa Melayu sejak lama merupakan lingua franca, bahasa perdagangan, bahasa
komunikasi antarorang Indonesia yang melintas batas sukubangsa, dan bahasa yang
digunakan untuk penyiaran agama. Ketiga, adanya pengaruh media massa dalam bahasa
Melayu. Keempat, berkembangnya kebiasaan penggunaan bahasa Melayu dalam rapat-rapat
organisasi gerakan nasional. Kelima, tidak adanya rasa khawatir dalam diri warga suku nonJawa terhadap risiko terjadinya dominasi kebudayaan dari sukubangsa mayoritas. Keenam,
karena para cendekiawan Jawa sendiri mengecam struktur bahasanya sendiri.
Disepakatinya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia menjadi
landasan kokoh bagi terbentuknya integrasi dan identifikasi sosial/nasional. Sebagai salah
satu bentuk fisik dari identitas nasional, bahasa Indonesia memiliki potensi untuk
mempersatukan rakyat Indonesia. Potensi tersebut dikarenakan bahasa Indonesia memiliki
fungsi sebagai bahasa nasional, yaitu sebagai lambang identitas nasional, alat pemersatu
berbagai masyarakat yang berbeda-beda kebudayaan, adat istiadat, dan bahasanya; serta
sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.
Tantangan pembentukan identitas nasional melalui bahasa di Indonesia terdiri dari
tantangan internal dan eksternal. Secara internal bahasa persatuan ini harus menghadapi
realita bahwa Indonesia terdiri dari berbagai bahasa dan budaya. Sehingga dalam proses
sosialisasinya bahasa Indonesia harus menuntaskan kegamangan antara menampilkan bahasa
8

Indonesia sebagai bahasa yang dapat digunakan seluruh masyarakat tanpa melenyapkan
bahasa daerah. Hal ini diperumit dengan suatu kondisi dimana beberapa bahasa daerah
terancam punah diakibatkan sosialisasi bahasa Indonesia yang tidak mengindahkan
perawatan bahasa daerah sebagai bahasa ibu yang harus dilestarikan. Sehingga pada daerah
yang masih tertinggal, bahasa ibu ditinggalkan karena tidak lebih prestise dibandingkan
bahasa Indonesia. Di satu sisi bahasa Indonesia juga harus menghadapi realita bahwa
penuturnya sendiri sangat sedikit yang mau mempelajari kaidah bahasa yang baik dan benar.
Menurut pendapat Amran Halim (lihat Kompas, 8 Maret 1995, halaman 16) setelah 67
tahun BI dikukuhkan sebagai bahasa persatuan, situasi kebahasaan ditandai oleh dua
tantangan. Tantangan pertama, yakni perkembangan bahasa Indonesia yang dinamis, tetapi
tidak menimbulkan pertentangan di antara masyarakat. Pada saat bersamaan bangsa
Indonesia sudah mencapai kedewasaan berbahasa. Sekarang tumbuh kesadaraan secara
emosional bahwa perilaku berbahasa tidak terkait dengan masalah nasionalisme. Buktinya,
banyak orang yang lebih suka memakai bahasa Asing, demikian Amran Halim.
Tantangan kedua, yakni persoalan tata istilah dan ungkapan ilmiah. Tantangan kedua
ini yang menimbulkan prasangka yang tetap diidap ilmuwan kita yang mengatakan bahwa
bahasa Indonesia miskin, bahkan kita dituduh belum mampu menyediakan sepenuhnya
padanan istilah yang terdapat dalam banyak disiplin ilmu, teknologi, dan seni. Menurut
Moeliono (1991: 15) prasangka itu bertumpu pada pendirian apa yang tidak dikenal atau
diketahui, tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Selain tantangan internal seperti di atas, bahasa Indonesia juga harus menghadapi
gempuran dari bahasa asing. Hal yang serupa dengan tantangan internal mengenai bahasa
daerah, bahasa Indonesia oleh sebagian masyarakat dipandang tidak lebih prestise
dibandingkan dengan bahasa asing. Hasilnya penggunaan kaidah bahasa Indonesia tidak
banyak menjadi sorotan penting. Percampuran antara bahasa Indonesia dan bahasa asing
menjadi sesuatu yang lumrah. Bahasa gaul mulai merebak di masyarakat, bahkan yang
berpendidikan tinggi hingga pejabat dan media massa. Jika hal ini terus dibiarkan maka
bahasa Indonesia akan menjadi minoritas dan punya istilah tamu di rumahnya sendiri.

Saat ini tantangan terhadap bahasa Indonesia, baik internal maupun eksternal,
merupakan hal yang tidak hanya mengancam eksistensi bahasa Indonesia. Konsekuensi
ancaman tersebut tidak hanya sebatas mengancam eksistensi bahasa Indonesia, namun
menjadi sangat penting karena berkaitan dengan bahasa sebagai identitas dan kepribadian
bangsa. Jika dihayati dari prosesnya, awalnya masyarakat merubah gaya bahasanya lalu
mempengaruhi tingkah lakunya sehingga akan mengalami kegamangan norma dan
kepribadian berkaitan dengan identitas sosial. Fenomena tingginya angka kriminalitas dan
kenakalan remaja menjadi sebuah bukti dari kegamangan tersebut. Hal itu tidak terlepas dari
pandangan manusia sebagai substansi dan manusia sebagai makhluk yang mempunyai
identitas (Verhaar, 1980: 11).
Kemudian kegamangan kepribadian tersebut membuat kesadaran bersatu meluntur.
Tantangan disintegrasi bangsa semakin tinggi. Fenomena tawuran antar desa hingga antar
suku merupakan salah satu jawaban yang dapat menyingkap kurang mengakarnya peran
bahasa Indonesia sebagai penyatu bangsa. Dalam konteks kesadaran bersatu inilah kita dapat
belajar dari kepemimpinan Orde Baru dalam mengopinikan persatuan meskipun caranya
yang represif harus di evaluasi.
Selama ini usaha untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sudah
banyak dilakukan. Hal ini terlihat dari mulai membaiknya badan perencanaan bahasa yang
ada di Indonesia. Bahkan badan tersebut berjejaring dengan badan perencanaan di Malaysia
dan Brunei, karena sama-sama berbahasa Melayu, yang sudah melakukan berbagai penelitian
dan melakukan perencanaan internasional. Namun usaha tersebut masih dalam tataran
struktural dan politis, belum merambah akar rumput yang merupakan basis kultural dan
mengakar. Kesadaran dari pemerintah, media, dan masyarakat terhadap konsep bahasa
persatuan masih rendah. Usaha para budayawan dan ahli bahasa Indonesia belum didukung
penuh oleh kebijakan strategis dan merakyat dari pemerintah. Ditambah lagi peran media
yang semakin luas tidak diimbangi oleh usaha sosialisasi bahasa Indonesia yang baik dan
benar membuat masyarakat kini lebih merespon stimulasi dari asing serta semakin jauh dari
kaidah berbahasa yang benar. Bukannya masyarakat harus tertutup dari pengaruh asing,
namun kemampuan untuk menyaring informasi, gaya bahasa, dan perilaku inilah yang
menjadi pokok masalah terjadinya kegamangan identitas.
10

Dinamika antara potensi dan tantangan atau realita yang dialami bahasa Indonesia
saat ini merupakan suatu data yang dapat dijadikan sumber prediksi bagi eksistensi bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan di masa depan. Dalam konteks bahasa Melayu, Collins
menyatakan bahwa peran bahasa Melayu akan semakin berkembang, baik di kawasan Asia
Tenggara maupun di belahan bumi yang lain. Di luar Asia Tenggara bahasa Melayu dipelajari
di delapan Negara Eropa dan dua Negara di Amerika. Jumlah penutur bahasa Melayu dalam
waktu dekat ini akan terus meningkat. Hal ini akan meningkatkan prestise di kalangan para
penuturnya yang kemudian akan mempengaruhi sikapnya untuk lebih positif terhadap bahasa
Melayu. Terlebih menurut prediksi dari Collins, pengaruh bahasa Inggris belum begitu jelas
di Asia Tenggara pada masa depan.
Pengaruh secara global bahasa Melayu tersebut tentunya akan juga berpengaruh di
Indonesia meskipun akan membutuhkan proses yang sangat lama. Pengaruh tersebut
berkaitan juga tingkat kesadaran pemerintah, media, dan masyarakat Indonesia tentang
pentingnya bahasa Indonesia sebagai pemersatu. Kesadaran ini tidak hanya pada bagian luar
pemahaman saja, namun selayaknya menjadi penghayatan dan pengidentifikasian seluruh
masyarakat sebagai satu bangsa.

11

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Warga Republik Indonesia. Pada saat
ini, Bahasa Indonesia dipergunakan oleh hampir seluruh rakyat Indonesia. Bahasa
Indonesia adalah bahasa pertama yang digunakan, selain bahasa daerah, seperti
bahasa jawa atau bahasa sunda.
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari
Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, yang berbunyi Kita berbangsa satu
Bangsa Indonesia, Kita berbahasa satu Bahasa Indonesia, Kita bertanah air satu
Tanah air Indonesia. Sejak itulah bahasa Melayu yang demokratis atau tidak
mengenal tingkatan-tingkatan, menjadi bahasa Indonesia.
Fungsi dari bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia adalah sebagai pemersatu
suku-suku bangsa di Republik Indonesia yang beraneka ragam. Setiap suku
bangsa yang begitu menjunjung nilai adat dan bahasa daerahnya masing-masing
disatukan dan disamakan derajatnya dalam sebuah bahasa persatuan yaitu bahasa
Indonesia, dan memandang akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia, maka setiap suku bangsa di Indonesia bersedia menerima bahasa
Indonesia sebagai bahasa Nasional. Selain itu, fungsi dari bahasa Indonesia adalah
sebagai bahasa ibu yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi bagi yang yang
tidak bisa bahasa daerah.

3.2

Saran

Kami meyakini bahwa dalam makalah ini masih ada kesalahan-kesalahan.


Oleh sebab itu kami memohonkan maaf dan kritikan oleh para pembaca. Dan kami
mengharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat mengetahui tentang Bahasa
Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan

12

DAFTAR PUSTAKA

- Badudu, J. S. 1996. Bahasa Indonesia: Anda Bertanya? Inilah Jawabannya. Bandung:


Pustaka Prima
- Collins, James. 2005. Bahasa Melayu Bahasa Dunia : Sejarah Singkat. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia.
- Malna, Afrizal. 2000. Sesuatu Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

13

Anda mungkin juga menyukai