SEMESTER GASAL
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
BLOK IBTKG 1
OLEH KELOMPOK 6 :
141610101036
141610101042
141610101056
141610101057
141610101058
141610101061
141610101063
141610101064
141610101065
141610101066
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nyalah laporan skenario 3 blok IBTKG 1 yang berjudul
Kegagalan Logam Hasil Casting ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi
kelompok tutorial.
Dalam proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terimakasih
kepada :
1.
2.
3.
4.
Dan tentunya kami sebagai penyusun mengharapkan agar laporan ini dapat
berguna baik bagi penyusun maupun bagi para pembaca dikemudian hari. Laporan
ini sangat jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penyusun harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi
laporan hasil tutorial ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 1
1.3 Skenario ............................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 STEP 1 : Mendefinisikan Istilah ........................................................ 3
2.2 STEP 2 : Identifikasi Masalah ........................................................... 3
2.3 STEP 3 : Rumusan Masalah .............................................................. 3
2.4 STEP 4 : Kerangka Konsep ............................................................... 6
2.5 STEP 5 : Learning Objective ............................................................. 6
2.6 STEP 6 : Belajar Mandiri ................................................................... 6
2..7 STEP 7 : Pembahasan ...................................................................... 6
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu bahan kedokteran gigi yang sering digunakan adalah logam. Logam
memiliki jenis yang bermacam-macam. Baik yang digunakan di laboratotium maupun di
klinik. Khusus untuk logam yang dipakai secara klinis yang langsung berhubungan dengan
tubuh manusia, maka operator dituntut untuk mengetahui sifat logam tersebut baik fisik
maupun mekanis, sehingga dapat mengetahui pengaruhnya terhadap jaringan tubuh.
Logam pada umumnya bersifat keras, mengkilap, pada tempertaur ruang umumnya
berupa padatan, padat atau berat, penghantar panas dan listrik yang baik, opaque (tidak
tembus sinar), elektropositif, memiliki titik didih dan titik lebur yang tinggi.
Logam yang berguna untuk kedokteran gigi. Logam yang dapat digunakan untuk
tumpatan inlay, onlay, mahkota, gigi tiruan kerangka logam, dsb. Dari banyak aplikasi dari
logam dalam kedokteran gigi ini sehingga sangat diperlukan pengetahuan dari segala aspek
tentang logam sehingga akan membantu dan memudahkan kita dalam proses manipulasi,
serta diharapkan dapat menghasilkan suatu hasil manipulasi yang optimal. Walaupun untuk
mengoptimalkan sifat logam itu sendiri, kebanyakan dari logam yang biasa digunakan adalah
campuran dari dua atau lebih energi logam atau pada beberapa keadaan, logam dengan
nonlogam. Contohnya nikel bila dicampur dengam krom akan berubah menjadi keras atau
emas harus dicampur dengan logam keras supaya tidak terlalu lembek jika digunakan pada
rongga mulut. Selain itu logam juga dapat dicampur dengan keramik sehingga kuat dan
tangguh. Contohnya pada pembuatan implant atau pasak pada gigi.
1.2
Tujuan
Penyusunan laporan ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami tentang logam,
logam alloy dan manipulasi logam alloy serta hal yang dapat menimbulkan kegagalan logam
dalam hasil castingnya.
1.3 SKENARIO 3
KEGAGALAN LOGAM HASIL CASTING
Suatu hari Olga mahasiswa FKG merasa sedih karean hasil pekerjaannya tidak
sesuai dengan model yang dia buat. Dia kebingungan karena alloy logam yang telah dia buat
melalui model malam dan di casting sampai akhirnya di polishing ternyata tidak sesuai
dengan model awalnya. Setelah dicermati, selain tidak sesuai dengan model ternyata tampak
porositas di permukaannya. Untuk memperbaiki hasil casting logamnya Olga mempelajari
kembali tentang komposisi dan manipulasi serta fungsi dari logam alloy.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
STEP 1
1. Casting
STEP 2
Apa saja sifat dari logam?
Apa saja syarat logam alloy yang digunakan dalam kedokteran gigi?
Bagaimana cara manipulasi logam?
Apa yang menyebabkan ketidaksesuaian hasil casting dan
timbulnya porositas?
5. Bagaimana cara mencegah porositas?
6. Apa saja aplikasi logam dalam kedokteran gigi?
2.3
STEP 3
1. Sifat logam:
Keras
Padat
Mengkilap
Titik didih tinggi, titik cair rendah sebagai solder oleh karena
dimensi
Tidak ada pori-pori yang cukup pada bahan tanam
pecah
4. Pencegahan porositas:
Bahan tanam harus memiliki pori-pori yang cukup.
Mempertimbangkan banyaknya logam cair untuk casting (jangan
STEP 4
Logam Alloy
Syarat
Klasifikasi
Komposisi
Sifat
Manipulasi
Kesalahan
Biokompatibilitas
Penanganan
Aplikasi
2.5
STEP 5
Learning Object:
2.6
STEP 6
Belajar Mandiri
2.7
STEP 7
Pembahasan
DEFINISI LOGAM ALLOY
Logam adalah segolongan unsur unsur yang berasal dari galian tambang yang
mempunyai kemampuan sebagai penghantar panas dan listrik yang baik. Logam
merupakan bahan dalam kedokteran gigi yang memiliki jenis yang bermacam macam.
Baik yang digunakan di laboratorium maupun di klinik.
Namun beberapa logam ternyata tidak cukup kuat untuk digunakan dalam
kedokteran gigi jika digunakan dalam bentuk murninya, maka dilakukanlah pencampuran
dua logam atau lebih membentuk alloy.
Alloy adalah kombinasi, dalam larutan atau senyawa, dua atau lebih elemen, dan
paling tidak salah satunya adalah logam, dan hasilnya memiliki properti metalik. Alloy
biasanya didesain untuk memiliki sifat yang lebih menguntungkan dibanding dengan
komponennya. Misalnya, baja lebih kuat dari besi, salah satu elemen utamanya, dan
kuningan lebih tahan lama dari tembaga, tapi lebih menarik dari seng.
Sifat-sifat logam tergantung pada perlakuan termis dan mekanis yang dikenakan.
Sifat-sifat suatu alloy tergantung tidak hanya kepada kedua factor ini, tetapi juga pada
komposisinya. Sifat-sifat mekanis suatu alloy dapat sangat berbeda dengan komponen
logam atau metalloid aslinya.
Karena merupakan pencampuran dari beberpa logam maka alloy cenderung
memiliki kekuatan yang lebih besar sehingga lebih baik untuk digunakan dala kedokteran
gigi. namun karena bersumber dari logam tentunya sebagian besar sifat alloy pun
menyerupai logam pembentuknya.
Alloy sangat banyak digunakan dalam kedokteran gigi antara lain sebagai pengisi
inlay, onlay, mahkota, jembatan, dan lain sebagainya. Untuk dapat mendapatkan hasil
yang diinginkan dengan alloy maka perlu dilakukan percobaan untuk mengetahui sifatsifat alloy, syarat alloy, juga manipulasi alloy.
Pada dasarnya, Alloy bisa beroksidasi alias berubah warna akibat reaksi kimia.
Hal ini bisa saja terjadi karena penyimpanan yang kurang baik, terpapar bahan kimia, atau
bahkan karena keringat si pemakai. Nah, agar cincin ataupun aksesoris lainnya lebih
awet dan tidak cepat berubah warna, berikut beberapa tips untuk merawat aksesoris
berbahan Alloy.
Alloy dapat diklasifikasikan atas binary (terdiri dari 2 konstitusi), ternary (3
konstitusi), quaternary (4 konstitusi), dan sebagainya. Kadang-kadang konstitusi
terpantingnya berupa metalloid atau non-logam, asal campuran elemen tersebut
menunjukkan sifat-sifat logam. (Combe, 1992: 75-76)
Sumber : Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan.
Jakarta : Balai Pustaka.
binary
: terdiri dari dua konstitusi dasar
ternary
: terdiri dari tigakonstitusi dasar
quaternary
: terdiri dari empat konstitusi dasar
Suatu system alloy selalu berkaitan dengan semua kemungkinan persentase komposisi
logam dasarnya. Sebagai contoh system gold silver dapat terdiri dari 100% gold sampai
100% silver.
1. Alloy Binary
Bila dua logam yang sedang cair dicampur biasanya diperoleh suatu solusi, yaitu
campuran yang benar benar homogeny.
Pada pendinginan campuran dapat terjadi salah satu dari 3 kemungkinan :
Terbentuk sebuah campuran padatan
Pada suatu pencampuran padatannya hanya satu fase. Yang dimaksud dengan fase adalah
perbedaan fisis yang bersifat hpmpgen yang secara mekanis merupakan system yang
terpisah. Campuran padatan terdiri dari 2 tipe yaitu:
Substitutional Solid Solution
Terbentuk bila dua tipe atom yang tidak serupa berada dalam posisi yang berbeda pada
kisi Kristal yang serupa
Intertitional Solid Solution
Atom atom yang sangat kecil dapat masuk di sela- sela antara atom yang lebih besar
Kedua logam tidak bercampur secara sempurna dalam keadaan padat meskipun kedua hal
ini jarang terjadi
Terjadi pada system bismuth tin, alloy padatnya bersifat heterogen dan mengandung dua
fase. Meskipun pada contohnya yang dikemukakan ini suatu ketidaklarutan yang
sempurna tidak pernah dicapai.
Berdasarkan komposisinya, alloy dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe
yaitu:
Ket.
Au (%)
Ag(%)
Cu(%)
Pt(%)
Pd(%)
Zn(%)
I
II
III
IV
Lunak
Sedang
Keras
Sangat
keras
80-90
75-78
62-78
60-70
3-12
12-15
8-26
4-20
2-5
7-15
8-11
11-16
sedkit
0-1
0-3
0-4
atau
1-4
2-4
0-5
Tdk ada
0-1
1
1-2
c. Allloy AgCu
- Cu : warna kemerah-merahan, mengurangi kekerasan alloy (dentisitas), mencegah korosi.
- Ag : meningkatkan kekerasan, presipitation hardening pada suhu yang sesuai, mengurangi
warna kemerah-merahan yang ditimbulkan Cu.
Aplikasi alloy dalam kedokteran gigi:
a. Dental amalgam : bahan tambal gigi , alloy yang dipergunakan adalah alloy silver
b. Alloy emas dipergunakan untuk inlay, onlay, mahkota, dan GTJ
c. Alloy Ag Pd, dan alloy Ni Cu dipergunakan dalam inlay, onlay, mahkota,
jembatan
d. Alloy emas, alloy Co Cr, alloy Ag Pd, aluminium bronze dipergunakan dalam gigi
tiruan sebagian tuangan
e. Alloy emas, alloy Co Cr, Alloy Ni Cr, beta titanium, dipergunakan untuk bentuk
kawat
f. Alloy Co - Cr dipergunakan untuk gigi tiruan sebagian tuangan, bedah implant, pisau
turbin, dan busi mobil, yang berkomposisi :
g. Alloy Ag Pd dipergunakan untuk klammer
1.
2.
3.
4.
Tujuan dari pembuatan sprue adalah menyediakan saluran dimana logam cair akan
mengalir ke cetakan yang sudah ada didalam cincin cor setelah model malamnya
dibuang, untuk tambalan yang besar / protesa misalnya gigi tiruan sebagian
lepasan dari logam dan untuk gigi tiruan cekat. Sedangkan tujuan diberikannya
ventilasi adalah untuk menghindari terjadinya back pressure, sehingga
mengurangi hasil tuangan dan mungkin juga akan menghindari ledakan, sehingga
aman bagi operator. Pada ujung sprue dibuat bentukan yang disebut reservoir.
Reservoir pada ujung sprue bertujuan untuk mencegah terjadinya porositas yang
dapat terbentuk oleh karena adanya kontraksi bila ruangan untuk reservoir yang
ditempati oleh malam mempunyai ukuran melintang sebesar atau lebih besar dari
ukuran ruangan, maka alloy yang ada dalam reservoir akan lebih lambat mengeras
dari pada ruangan utama dan berlaku sebagai cadangan alloy cair yang siap untuk
mengisi ruangan atau mould space. Pemilihan sprue seringkali bersifat empiris
1.
2.
pada sprue.
Jika mungkin, tangkai sprue harus direkatkan pada bagian model malam yang
penampang melintangnya terluas. Akan lebih baik bagi logam cair untuk
mengalir dari bagian yang tebal ke daerah - daerah tipis di sekelilingnya.
Rancangan ini mengurangi risiko aliran logam ke daerah mendatar dari bahan
3.
4.
1.
Pengadukan hampa udara, berfungsi untuk mengeluarkan gelembung gelembung udara yang terbentuk selama pengadukan dan mengeluarkan gas gas berbahaya yang dihasilkan dari reaksi kimia yang digunakan sebagai
2.
bahan tanam
kompensasi penyusutan, kadang - kadang perubahan dimensi mould memang
3.
ekspansi maksimal.
c. Tahap burning out dan Preheating
Tahap burning out dimulai dengan menghidupkan kompor gas dan letakkan
bumbung tuang diatas dengan bagian kawah menghadap ke api, biarkan hingga
semua malam terbuang dan pastikan seluruh mould space bersih dari malam.
Sememtara itu siapkan furnice, lalu naikkan suhunya hingga mencapai 700 C
kemudian masukkan bumbung tuang kedalam furnice, lalu dilanjutkan dengan
tahap preheating naikkan suhu furnice hingga mencapai suhu 900 C, pada saat
bahan tanam sudah terlihat membara, model sudah siap di casting. Selama
pembakaran, sejumlah malam yang mencair akan diserap oleh bahan tanam dan
sisa karbon akibat pembakaran malam cair menjadi terperangkap di dalam bahan
tanam yang berpori pori. Burning out akan mengubah karbon menjadi karbon
monoksida atau karbon dioksida. Gas gas ini akan keluar melalui celah sisa
malam yang mencair.
d. Tahap Casting
Casting menggunakan 2 logam Cuprum alloy. Logam campur dicairkan dengan
semburan api dalam crucible yang terpisah. Kemudian dituang kedalam mould
dengan gaya centrifugal. Setelah bumbung tuang telah mencapai suhu normal, lalu
logam dikeluarkan dengan cara membongkar bahan tanam. Hasil logam dicuci
dan dibersihkan sampai sisa bahan tanam tidak ada. Setelah pencucian, terlihat
adanya bitik-bintik tidak teratur pada logam (logam masih kasar) dan tidak sesuai
dengan ukuran semula. Bitik-bintik ini disebabkan oleh beberapa hal terutama
kesalahan dalam penuangan. Terjadinya oksidasi pada logam sebelum penuangan
dapat menyebabkan permukaan logam menjadi kasar. Adapun oksidasi ini dapat
disebabkan beberapa hal yaitu penggunaan api yang bukan berwarna biru atau
kehijauan atau logam yang terlalu lama dipanaskan sehingga terjadi over heating.
Dapat terjadi beberapa kesalahan / kegagalan lain selama proses pembuatan logam
ini, antara lain adanya gelembung udara pada pola malam oleh karena busa sabun
yang dapat menjadikan bentuk permukaan logam kasar, dapat pula bentuk
permukaan mould space retak atau pecah-pecah. Hal ini disebabkan oleh karena
adonan gips dan air yang terlalu encer sehingga gips tidak terlalu kuat atau dapat
pula karena pemanasan pada oven terlalu lama sehingga permukaan mould space
retak.
Casting atau yang sering disebut proses pengecoran atau penuangan dalam
kedokteran gigi dapat diartikan suatu proses pendorongan logam yang sedang
mencair ke dalam mould sehingga menjadi suatu tuangan yang sering disebut
logam tuang. Sehingga pada akhir dari casting alloy dapat dihasilkan suatu
bentukan yang terbentuk dari logam yang terjadi di dalam mould. (Kamus
Kedokteran Gigi-F.J Harty & R.Ogston). Pengecoran adalah suatu proses
manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan untuk menghasilkan parts
dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi. Logam cair
akan dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang memiliki rongga sesuai
dengan bentuk yang diinginkan. Proses pengecoran sendiri dibedakan menjadi dua
macam, yaitu traditional casting dan non-traditional/contemporary casting.
~ Teknik traditional terdiri atas :
1. Sand-Mold Casting
2. Dry-Sand Casting
3. Shell-Mold Casting
4. Full-Mold Casting
5. Cement-Mold Casting
6. Vacuum-Mold Casting
~ Teknik non-traditional terbagi atas :
1. High-Pressure Die Casting
2. Permanent-Mold Casting
3. Centrifugal Casting
4. Plaster-Mold Casting
5. Investment Casting
6. Solid-Ceramic Casting
Ruang Cetak
Cetakan sekali pakai yang terbuat dari pasir & tanah liat.
Bahan pendam berbasis gisum
Bahan pendam berbasis fosfat
Bahan pendam berbasis silica
2. Api Pengencer Logam
Api dari semburan bahan bakar / torch
Porositas bisa terlihat sebagai pemukaan lubang pada casting. Bagian pecah pada
investment atau partikel kotor dimana bisa menjatuhkan sprue, mungkin menjadi perlekatan
di dalam casting dan menghasilkan lubang pada permukaan. Untuk alasan ini, semua mould
pada casting dapat diatasi dengan sprue yang lebih ke bawah.
Pada proses pengerasan dibagi menjadi dua, yaitu localized shrinkage porosity
dan microporosity. Porositas karena gas yang terjebak dibagi menjadi :
pinhole porosity
cas inclusions
subsurface porosity
Entrapped air porosity.
Localized shrinkage porosity terjadi pada persimpangan saat pemasangan sprue dan
mungkin terjadi dimana saja diantara dendrite, dimana itu merupakan bagian terakhir dari
casting pada titik lebur logam yang rendah yang dapat memperkuat percabangan dari
dendrite.
Microporosity juga terjadi akibat dari penyusutan pada saat pengerasan tetapi
umumnya hadir dalam casting fine-grain saat proses pengecoran ini terlalu cepat. Fenomena
seperti ini dapat terjadi ketika pengerasan alloy terlalu cepat karena suhu mould terlalu
rendah
Pinhole dan inklusi gas dapat terjadi karena adanya gas yang terjebak saat proses
pengerasan. Porositas akibat inklusi gas lebih besar daripada pinhole. Inhole dihasilkan ketika
alloy mencair sedangkan inklusi gas disebabkan oleh penggunaan api mixing zone atau zona
oksidasi.
Subsurface porosity disebabkan oleh nukleasi stimultaneous butiran padat dan
gelembung gas pada saat pertama ketika alloy membeku pada dinding cetakan. Namun jenis
porositas ini dapat diatasi dengan mengontrol tingkat dimana logam cair memasuki cetakan.
Porositas pada casting tidak dapat dihindari secara keseluruhan, namun porositas mampu di
minimalisasi dengan menggunakan teknik yang tepat.
Entrapped air porosity
ini dapat
menghasilkan cekungan yang besar akibat depresi. Hal ini disebabkan akibat udara dalam
mould tidak dapat keluar melalui pori-pori dari investment atau karena gradient tekanan pada
saat pemasangan sprue. Dan adanya back pressure yang menyebabkan adanya celah pada
marginal.
Gaseous porosity di dalam casting dihasilkan oleh gas dimana menjadi penghancur
pada alloy cair. Copper, gold, silver, platinum dan partikel palladium, semua melarutkan
oksigen di dalam bagian cair. Saat mendingin, alloy membebaskan gas yang terabsorbsi tapi
beberapa sisa gas terjebak ketika alloy menjadi rigid. Tipe porositas dapat terjadi di seluruh
casting. Hal ini dapat dikurangi dengan menghindari pemanasan berlebih dari alloy atau
casting di dalam atmosfer dari gas yang tidak aktif.
Untuk meminimalisir porosity maka ditambahkan flux. Zat yang disebut fluks
biasanya ditambahkan untuk meminimalkan pembentukan oksida yang mempengaruhi
pemanasan dan molding paduan dan mempengaruhi kualitas akhir dari casting. Jenis flux
yang digunakan tergantung pada suhu aliran, jenis sumber panas yang di gunakan, jenis
pengecoran paduan dan jenis investment. (Powers,2008,pg.276). Salah satunya adalah Borax,
atau sodium tetraborate ((Na2, B4)7 . 10 H20).
merupakan
penyebab tuangan yang tidak utuh. Jika ada terlalu banyak produk pembakaran yang
tertinggal di dalam mold, pori-pori dari bahan tanam dapat terisi penuh sehingga udara tidakk
dapat keluar seluruhnya. Jika ada cairan atau partikel malam yang tertinggal, kontak antara
logam cair dengan benda asing menghasilkan ledakan yang dapat menimbulkan tekanan balik
akibat pembuangan malam yang tidak sempurna.
Karakteristik Biokompatibilitas
Toksisitas
Toksisitas material menggambarkan kemampuan untuk merusak sistem biologis
dengan cara kimia. Toksisitas yang lebih tinggi terjadi dalam tubuh (hewan, manusia),
toksisitas lokal muncul di tempat aplikasi yang berbeda dari keracunan sistemik, di mana efek
samping terjadi di suatu daerah jauh dari lokasi aplikasi. Dalam kedokteran gigi, reaksi lokal
terjadi terutama di pulpa, periodonsium periapikal dan mukosa mulut atau gusi ( Schmalz,
2009).
Alergi
Istilah alergi menunjukkan suatu reaksi yang berubah (alergi) terhadap suatu bahan
tertentu (alergen) yang melibatkan sistem imun tubuh, hanya terjadi pada orang-orang
tertentu. Reaksi alergi terhadap zat dapat dipicu jika oganisme tersebut telah peka terhadap
suatu senyawa. Jenis reaksi alergi dapat dibedakan menjadi empat yaitu jenis I, II dan III
dapat diobati oleh antibodi (IgE, IgG), sedangkan tipe IV terutama disediakan oleh sel-sel.
Material kedokteran gigi dapat menyebabkan reaksi alergi tipe I (reaksi cepat) dan tipe IV
(reaksi tertunda). Konsentrasi yang menyebabkan reaksi pada orang yang sudah peka
bervariasi antara satu subjek dengan subjek lain. Tingkat dosis menyebabkan reaksi alergi
yang lebih rendah daripada menyebabkan reaksi beracun(Nasution, 1992).
Iritasi disebabkan oleh suatu bahan dapat terjadi pada setiap orang, tidak melibatkan
sistem imun tubuh dan ada beberapa faktor-faktor tertentu yang memegang peranan
seperti keadaan permukaan kulit, lamanya bahan bersentuhan dengan kulit, usia pasien,
adanya oklusi dan konsentrasi dari bahan (Nasution,1992).
Inflamasi
Inflamasi adalah perubahan yang terlihat pada jaringan yang terkait dengan perubahan
permeabilitas vaskular dan peregangan (dilatasi) yang seringkali diikuti oleh perembesan
leukosit ke dalam jaringan yang dipengaruhi. Perubahan ini menyebabkan eritema, edema,
panas, nyeri, dan functio laesa dan merupakan tanda-tanda utama adanya inflamasi. Secara
khusus, inflamasi dapat berlangsung melalui tiga tahap yaitu seketika, akut, dan kronis.
Lekosit berasal dari sumsum tulang (bone marrow) akan keluar dari pembuluh darah melalui
proses migrasi lintas endotel (transendotel migration) dalam kondisi normal, contohnya
residen leukosit yang dijumpai di dalam jaringan. Residen leukosit yang terpenting adalah sel
mast (mast cell), sel dendritik periferal, turunan monosit misalnya dendrosit dermal
(histiocytes) dan makrofag. Residen leukosit mengirim infomasi yang mengawali prosesproses inflamasi seketika (immediate inflammation). Inflamasi seketika hanya dalam hitungan
menit diikuti oleh inflamasi akut(acute inflammation) yang juga berlangsung singkat (dalam
hitungan jam) dan ditandai dengan adanya aliran netrofil ke area inflamasi setelah keluar dari
darah. Jika masalah belum dapat diatasi, inflamasi akut memberi jalan bagi suatu proses yang
mungkin tidak akan pernah berakhir yakni inflamasi kronis (chronic inflammation) yang
didominasi oleh migrasi limfosit dan makrofag ke dalam jaringan lokal. Lekosit-lekosit yang
dikirim ke dalam jaringan-jaringan lokal pada inflamasi akut dan kronis dinamakan lekosit
inflamas (Indriyanti, 2009).
Biokompatibilitas Amalgam
Amalgam merupakan bahan yang paling sering digunakan karena bahan ini dapat bertahan
lama sebagai bahan tumpatan, mudah memanipulasinya, mudah beradaptasi dengan cairan
mulut dan harganya relatif murah. Namun, mengenai masalah efek samping yang ditimbulkan
oleh bahan ini masih dipertanyakan karena masih ada anggapan bahwa amalgam berbahaya
bagi kesehatan tubuh pasien, hal ini karena di dalam amalgam terkandung merkuri. Merkuri
dalam keadaan bebas sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat meracuni tubuh oleh
karena itu merkuri di dalam amalgam dianggap berbahaya. Bahaya merkuri ini tidak hanya
mengancam kesehatan pasien tetapi juga dokter gigi itu sendiri, uap merkuri yang terhirup
pada saat mengaduk amalgam dapat menimbulkan efek toksik kumulatif pada dokter gigi
tersebut.
Merkuri yang terkandung dalam amalgam memamg dapat melakukan penetrasi ke dalam
struktur gigi. Merkuri yang telah msuk ke dalam dentin dapat menyebabkan terjadinya
diskolorisasi pada gigi, tidak hanya itu saja merkuri juga dapat berpenetrasi sampai pada
pulpa gigi sehingga malah terjadi inflamasi pada gigi tersebut. Selain itu, tumpatan amalgam
juga melepaskan sebagian kecil merkuri pada saat penguyahan makanan sehingga sebagian
merkuri masuk dalam tubuh, hal ini juga semakin menambah keraguan atas tingkat
biokompatibilitas dari amalgam itu sendiri.
Keraguan atas tingkat biokompatibilitas amalgam terhadap kesehatan tubuh seharusnya tidak
perlu terjadi karena sebetulnya mengenai kemungkinan reaksi toksik pada pasien akidat
penetrasi merkuri pada gigi serta alergi yang ditimbulkannya belum begitu jelas. Kontak
pasien dengan uap merkuri selama pengisian tumpatan amalgam begitu singkat dan jumlah
uap merkuri begitu kecil untuk dapat membahayakan tubuh. Bahaya pemakaian amalgam
telah banyak dipelajari, perkiraan yang paling bisa diandalkan adalah bahwa merkuri dari
tumpatan amalgam tidak cukup signifikan untuk dapat meracuni pasien
ditunjukkan bahwa mikrostruktur alloy Ni-Cr bukan fase tunggal dan demikian juga tidak
menunjukkan homogeneitas kimawi. Ini berarti bahwa ada plat-plat disamping plat lainnya
dengan sebuah komposisi berbda yang bertindak sebagai sel-sel elektromikia.
Berkenaan dengan alloy-alloy Co-Cr yang diteliti, pelepasan unsur lebih tinggi pada
Wironit dibading pada Minalia. Ini bisa diakibatkan oleh kandungan Cr Wironit yang lebih
rendah.
Berelium meningkatkan korosi alloy gigi, tapi pelepasannya dari Supercast berada di
bawah batas pendeteksian yang ditentukan yaitu 6 ppb untuk semua periode yang diuji.
Pelepasan Cr dari alloy-alloy Ni-Cr dan Co-Cr yang diteliti jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan pelepasan Co dan Ni. Penelitian-penelitian lain juga telah
menunjukkan hasil yang sama untuk pelepasan Cr yang rendah pada saliva buatan, asam
laktat dan larutan garam. Pada penelitian kali ini, alloy Co-Cr lebih rentan korosi
dibanding alloy-alloy Ni-Cr. Temuan ini sesuai dengan hasil dari penelitian Al-Hiyasat
dkk. Geis-Gerstorfer dkk., menunjukkan bahwa alloy Co-Cr-Mo lebih tahan korosi jika
dibandingkan dengan alloy No-Cr-Mo, yang bisa terkait dengan media pengkondisian.
Tipe-tipe media pengkondisian yang berbeda seperti media kultur sel, saliva buatan,
larutan garam dan asam encer telah digunakan dalam penelitian sebelumnya. Media ini
mengandung berbagia mineral dan konstituen organik yang bisa memiliki sebuah
pengaruh terhadap kerentanan korosi dari alloy. pH yang berubah-ubah, kandungan garam
dan protein bisa menghaslkan pelepasan unsur yang lebih besar dari alloy. Berbagai
penelitian telah menggunakan media pengkondisian yang berbeda: saliva buatan
digunakan dalam peneltian kali ini, Al-Hiyasat dkk., menggunakan air suling dan GeisGerstorfer dkk., menggunakan kombinasi asam laktat dan sodium klorida. Saliva buatan
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sebuah lingkungan yang kurang agresif.
Pengujian untuk evaluasi biokompatibilitas
Tujuan uji biokompatibilitas adalah untuk menghilangkan produk atau komponen
produk potensial yang bersifat merugikan atau merusak jaringan milut dan maksilofasial.
Pengujian biokompatibilitas dikelompokkan menjadi 3 macam adalah sebagai berikut :
Kelompok I, uji primer.
Uji primer terdiri atas evaluasi sitotoksik dimana bahan kedokteran gigi
dalam keadaan segar atau tanpa diproses, sehingga lansung ditempatkan
langsung pada biakan sel jaringan atau membran (penghalang seperti lempeng
dentin) yang menutupi sel biakan yang bereaksi terhadap efek dari produk atau
komponen yang meresap melalui penghalang. Banyak produk yang pada
mulanya dianggap bersifat sangat sitotoksik ternyata mampu dimodifikasi atau
penggunaannya dikendalikan oleh pabrikpembuat untuk mencegah efek
sitotoksik tersebut
II. Kelompok uji II, uji sekunder
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sifat fisik
Berkilap jika dipoles
Penghantar panas dan penghantar listrik
Opaque
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J.2003.Science of Dental Material.11th ed. St. Louis : W B Saunders
Baum, phillips & lund. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi.Jakarta: EGC
Craig RG, et al.2002. Restorative Dental Material. 11th ed. Mosby Elsveier: Missouri
Kim,S.E., Hyun, Y.T., et al.2001. Centrifugal Castability Of Tial Base Alloys. Korea-Japan :
Foundary Engineers.
McCabe, JF., Walls, AWG. 2008. Applied Dental Materials. 9 th ed. Blackwell: Munksgaard
Powers M. John. 2008. Dental Material. 9
th