Disusun oleh :
NIM : 021190011
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan praktikum dan menyusun laporan PRAKTIKUM ILMU
BAHAN DAN KOROSI dengan judul “ELEKTROPLATING BESI DENGAN LOGAM
TEMBAGA” sebagai data hasil pengamatan saya, saya juga menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kemudahan dan kelancaran bagi saya.
Laporan ini saya susun untuk memenuhi tugas PRAKTIKUM ILMU BAHAN DAN
KOROSI semester ganjil yaitu semester tiga D3 Teknik Kimia Universitas Pembangunan
“Veteran” Yogyakarta.
Laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, sangat diharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.
Demikian kata penyusun dibuat, semoga laporan praktikum ini sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, serta bermanfaat untuk penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
PENDAHULUAN
Tembaga adalah sebuah unsur logam ulet dan mampu tempa. Tembaga memiliki
sifat konduksi panas dan elektrik yang baik dan juga sifat tahan korosinya maupun
antimicrobial. Logam tembaga dan beberapa bentuk persenyawaannya tidak dapat
larut dalam air dingin atau air panas, tetapi dapat dilarutkan dalam asam, seperti
senyawa asam sulfat panas dan dalam larutan basa NH4OH. Ion tembaga dapat
berlarut ke dalam air, dimana fungsi mereka dalam konsentrasi tinggi adalah sebagai
agen anti bakteri, fungisi dan bahan tambahan kayu. Dalam konsentrasi rendah,
tembaga merupakan nutrien yang penting bagi kehidupan dan tanaman. Di dalam
tubuh, tembaga biasanya ditemukan di bagian hati, otak, usus, jantung dan ginjal.
Tembaga sulfat pentahidrat merupakan salah satu bentuk persenyawaan Cu yang
sering digunakan dalam bidang industri, misalnya untuk pewarnaan tekstil, untuk
penyepuhan, pelapisan, dan pembilasan pada industri perak.
I.2. Tujuan
Melapisi logam yang mudah korosi dengan logam yang tidak mudah korosi.
Dilapisi dengan logam tembaga (Cu).
I.3. Dasar Teori
Korosi tidak mungkin dihindarkan atau dicegah, yang bisa dilakukan hanyalah
upaya pengendalian korosi, dalam arti usaha untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya atau menghambat lajunya. Sebagian besar korosi logam merupakan suatu
gejala galvanik, dimana dalam bahan terdapat bagian-bagian yang dapat berlaku sebagai
anoda dan katoda. Karena itu pengendalian korosi dapat dilakukan dengan cara:
1. Memberi lapisan pelindung
2. Menghindarkan terjadinya pasangan galvanik
3. Mengadakan proteksi galvanik
4. Pengaturan desain
Lapisan pelindung
Memberi lapisan pelindung merupakan cara untuk pengendalian korosi yang
bisa diterapkan. Lapisan pelindung mengisolir logam di bawahnya terhadap elektrolit
yang bisa menyebabkan korosi. Terdapat beberapa macam bahan yang dapat dipakai
untuk lapisan pelindung, diantaranya adalah minyak atau gemuk, cat, logam, dan
keramik. Perkakas yang digantungkan di bengkel-bengkel atau yang akan dikemas
untuk dikirimkan, diolesi dengan minyak atau gemuk supaya tidak mudah berkarat.
Baja yang dilapisi logam yang lebih anodik daripada besi, tidak akan terkorosi
selama logam pelapisnya masih ada. Pelapisan logam dilakukan dengan cara
pencelupan di dalam logam cair, proses ini disebut juga galvanisasi. Email (enamel)
merupakan lapisan jenis keramik yang berupa serbuk yang dicairkan, lapisan pada
peralatan dapur yang terbuat dari logam. Lapisan email keras, tahan suhu tinggi, tahan
terhadap bahan-bahan kimia, akan tetapi lapisan ini rapuh. Batas keampukan lapisan
pelindung. Ditentukan oleh perilakunya selama pemakaian.
Lapisan atau selaput tipis yang bisa berfungsi sebagai pelindung adalah oksida
dari aluminium, titanium, dan khrom. Baja tahan karat mengandung khrom, maka dapat
mengalami pasivasi selama bagian lapisan pelindung nya masih ada. Bila kondisi
pemakaian berubah sehingga lapisan pelindung nya rusak, maka korosi akan terjadi.
Sifat-sifat ideal bahan pelapis dari logam ini dapat diringkas sebagai berikut:
1. Logam pelapis harus lebih tahan terhadap serangan lingkungan dibandingkan dengan
logam yang dilindungi.
2. Logam pelapis tidak boleh memicu korosi pada logam yang dilindungi seandainya
mengalami goresan atau pecah permukaannya.
3. Sifat-sifat fisik seperti kelenturan dan kekerasannya harus cukup memenuhi
persyaratan operasional struktur atau komponen bersangkutan.
4. Metode pelapisannya harus bersesuaian dengan proses fabrikasi yang digunakan
untuk membuat produk akhir.
5. Tebal lapisan harus merata dan bebas pori-pori.
Tahapan tahapan paling penting sebelum suatu logam menjalani proses pelapisan adalah
tahapan persiapan, yaitu:
1. Membuang semua kotoran yang masih menempel pada logam yang akan dilapisi
seperti gemuk, minyak, debu, dan serpihan dari proses produksi.
2. Membuang produk-produk korosi yang sudah terbentuk pada permukaan logam yang
akan dilapisi.
3. Mengatur karakteristik fisik permukaan.
Cara paling mudah dan sederhana untuk membuang kotoran-kotoran pada logam adalah
dengan mencelupkannya ke bak berisi pelarut seperti aseton, trikloroetilen, karbon
tetraklorida, atau benzen pada temperatur kamar.
Metode-metode pelapisan :
1. Elektroplating
2. Pencelupan panas
3. Pelapisan dengan penyemprotan
4. Pelapisan dengan penempelan
5. Pelapisan difusi
Elektroplating
Dalam metode ini, komponen bersama dengan batangan atau lempengan logam
yang akan dilapisi direndam dalam suatu larutan elektrolit yang mengandung garam-
garam logam pelapis (plating metal). Apabila suatu potensial listrik yang diberikan ke
dalam sel itu sehingga komponen menjadi katoda dan batangan atau lempengan logam
pelapis menjadi anoda, ion-ion logam pelapis dari larutan akan mengendap ke
permukaan komponen, sementara dari anoda, ion-ion juga terus terlarut.
Dengan larutan-larutan dan anoda-anoda yang diformulasikan dengan tepat, kita
dapat menyepuh bukan saja logam yang murni, tetapi juga logam-logam paduan (alloy).
Ditangan mereka yang ahli, ketebalan lapisan dapat dikendalikan dengan baik, demikian
juga kehalusan ukuran butirannya, sehingga lapisan kemungkinan besar bisa bebas dari
porositas. Dalam metode ini, kita mengenal istilah throwing power yang diartikan
dengan kemampuan larutan pelapis untuk menghasilkan lapisan dengan ketebalan
merata tertentu sejalan dengan terus berubahnya jarak antara anoda dan permukaan
komponen selama proses pelapisan berjalan.
Khrom memiliki throwing power yang buruk, sehingga memerlukan
seperangkat anoda yang disusun secara rumit agar ketebalan lapisan merata, khususnya
pada permukaan melengkung, meliuk-liuk, atau lubang-lubang buntu. Perapuhan
hidrogen dapat terjadi selama pelapisan, karena itu, komponen mungkin harus
menjalani proses pasca pelapisan berupa pemanasan untuk mendifusikan hidrogen dan
mencegah retaknya logam yang dilindungi.
BAB II
A. Alat
1. Gelas beker
2. Kertas amplas
3. Gelas ukur
4. Timbangan digital
5. Sumber arus
6. Elektroda
7. Penjepit
B. Bahan
1. Logam seng
2. Logam besi
Keterangan :
1. Gelas beker
2. Katoda
3. Anoda
4. Power Supply
Panjang paku : 8 cm
1 6 9,5 9,52 5
2 9 9,5 9,54 10
3 12 9,5 9,56 15
III.2 Analisa Perhitungan
= 12,9525 cm2
B. Menghitung ∆W
1. ∆W1 = Berat akhir – berat awal
= 0,02 gram
C. Menghitung ketebalan
ΔW
𝜌𝑍𝑛
1. Ketebalan 1 =
𝐴
0,02 gr
8,9 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
=
12,9525 𝑐𝑚2
= 1,73 × 10−4 cm
ΔW
𝜌𝑍𝑛
2. Ketebalan 2 =
𝐴
0,04 gr
8,9 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
=
12,9525 𝑐𝑚2
= 3,47 × 10−4 cm
ΔW
𝜌𝑍𝑛
3. Ketebalan 3 ==
𝐴
0,06 gr
8,9 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
=
12,9525 𝑐𝑚2
= 5,20 × 10−4 cm
III.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan elektroplating besi dengan logam
tembaga, dalam percobaan ini kami menggunakan tembaga sebagai bahan pelapisnya.
Digunakan tembaga berbagi tegangan dan dengan ketebalan yang berbeda-beda. Tegangan
yang dipakai dalam percobaan ini yaitu 6 volt, 9 volt, dan 12 volt. Logam tembaga
digunakan karena mempunyai sifat anti korosi, konduktor yang baik. Elektroplating yang
terjadi pada logam dengn seng dilakukan dengan cara memberi potensial listrik untuk
membentuk logam pelapis dari larutan CuS𝑂4 .
Pada percobaan ini didapatkan hasil sebagai berikut, pada tegangan 6 volt
didapat ketebalan sebesar 1,73 × 10−4 cm, pada tegangan 9 volt didapat hasil ketebalan
sebesar 3,47 × 10−4 cm, pada tegangan 12 volt didapat hasil ketebalan sebesar 5,20 × 10−4
cm. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa semakin besar tegangan yang diberikan semakin besar
pula nilai ketebalan logam. Hal ini terjadi karena semakin tinggi tegangan yang digunakan
maka akan mempercepat proses pelepasan ion pada anoda dan mengendapnya ion logam
yang terdapat pada katoda.
3. Arus listrik, semakin besar kuat arus yang di berikan pada saat pelapisan maka
semakin besar pula laju pelapisannya.
4. Waktu pelapisan, semakin lama waktu pelapisan maka semakin besar pula laju
pelapisannya. Hal ini terjadi krena semakin lama waktu, semakin banyak elektron-
elektron yang tereduksi dari anoda ke katoda.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Anonim.2020. Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Bahan dan Korosi UPN Veteran Yogyakarta.
Ikna Qonita, Geraldi Kusuma Arnanto. 2010. PELAPISAN PLAT BESI DENGAN
TEMBAGA DENGAN PERBEDAANWAKTU DAN MOLARITAS LARUTAN
ELEKTROLIT. Di akses dari laman https://www.academia.edu/ pada tanggal 24
November 2020.
LAMPIRAN
JURNAL
Panjang paku : 8 cm
1 6 9,5 9,52 5
2 9 9,5 9,54 10
3 12 9,5 9,56 15