Disusun oleh:
Alfika Dewi Wijayanti
(P07120213001)
Ichtiarfi Waryanuarita
(P07120213020)
Intan Mirantia
(P07120213022)
Jessi Indriasari
(P07120213023)
Nia Handayani
(P07120213027)
(P07120213037)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran ALLAH SWT, berkat rahmat
dan karunia_Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang Diabetes Keto
Asidosis.
Makalah ini dibuat berdasarkan hasil diskusi kelompok kami. Dan kami
juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini.
Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah sebagai tugas yang
diberikan oleh dosen pembimbing dan untuk menambah pengetahuan kami
tentang Diabetes Keto Asidosis.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa banyak kekurangan,
untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca yang sangat
bermanfaat diperlukan demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Kami juga
mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
kami sebagai penulis dan diharapkan ALLAH SWT akan membalas segala
kebaikan kita. Amin yaa Robal Alamin.
Yogyakarta,17 Maret 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketoasidosis diabetikum adalah salah satu komplikasi metabolik akut pada
diabetes mellitus dengan perjalanan klinis yang berat dalam angka kematian yang
masih cukup tinggi. Ketoasidosis diabetikum dapat ditemukan baik pada mereka
dengan diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2. Tetapi lebih sering pada diabetes melitus
tipe 1.
Ketoasidosis diabetik disebabkan oleh penurunan kadar insulin efektif
disirkulasi
yang
terkait
dengan
peningkatan
growth
sejumlah
hormon
hormone. Ketoasidosis
seperti
diabetik
(KAD) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak dengna
Diabetes Melitus tipe 1 (IDDM). Mortalitas terutama berhubungan dengan edema
serebri yang terjadi sekitar 57% - 87% dari seluruh kematian akibat KAD.
Resiko KAD pada IDDM adalah 1-10% per pasien per tahun. Risiko
meningkat dengan kontrol metabolik yang jelek atau sebelumnya pernah
mengalami episode KAD. Angka kematian ketoasidosis menjadi lebih tinggi pada
beberapa keadaan yang menyertai, seperti : sepsis, syok yang berat, infark
miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar glukosa darah yang tinggi,
uremia, kadar keasaman darah yang rendah.
Gejala yang paling menonjol pada ketoasidosis adalah hiperglikemia dan
ketosis. Hiperglikemia dalam tubuh akan menyebabkan poliuri dan polidipsi.
Sedangkan ketosis menyebabkan benda-benda keton bertumpuk dalam tubuh,
pada sistem respirasi benda keton menjadi resiko terjadinya gagal nafas.
Oleh
sebab
itu
penanganan
ketoasidosis
harus
cepat,
tepat
dan
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Keto Asidosis ?
2. Apa saja etiologi dari Keto Asidosis ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari Keto Asidosis ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Keto Asidosis ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Keto Asidosis ?
6. Bagaimana penatalaksaan dari Keto Asidosis ?
7. Bagaimana pencegahan dari Keto Asidosis ?
8. Apa saja komplikasi dari Keto Asidosis ?
9. Bagaimana prognosis Keto Asidosis ?
10. Bagaimana askep pada klien dengan Keto Asidosis ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah agar mahasiswa mampu
menerapakan asuhan keperawatan pada pasien penderita Ketoasidosis
Diabetikum.
3. Tujuan Khusus
4. Adapun tujuan khusus dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengertian dari Keto Asidosis
b. Untuk mengetahui etiologi dari Keto Asidosis
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Keto Asidosis
d. Untuk mengetahui patofisiologi dari Keto Asidosis
e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Keto Asidosis
f. Untuk mengetahui penatalaksaan dari Keto Asidosis
g. Untuk mengetahui pencegahan dari Keto Asidosis
h. Untuk mengetahui prognosis dari Keto Asidosis
i. Untuk mengetahui komplikasi dari Keto Asidosis
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Ketoasidosis diabetik (Diabetic Ketoacidosis) atau KAD adalah
keadaan gawat darurat akibat hiperglikemia dimana banyak asam terbentuk
dalam darah (Tandra, 2008). Kata keto berasal dari ketone, yang merupakan
B. ETIOLOGI
Ada tiga penyebab utama ketoasidosis diabetes :
1.
2.
3.
C. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan dan gejala KAD timbul akibat adanya keton yang meningkat
dalam darah, antara lain (Tandra, 2008) :
1. Napas yang cepat dan dalam (napas Kussmaul)
2. Napas bau keton atau aseton (seperti harumnya buah atau sweet, fruity
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
smell)
Nafsu makan turun
Mual
Muntah
Demam
Nyeri perut
Berat badan turun
Capek, lemah
Bingung
Mengantuk
Kesadaran menurun sampai koma.
Di samping itu, sebelumnya ada tanda-tanda hiperglikemia, yaitu rasa
haus, banyak kencing, capek, lemah, luka sulit sembuh, dan lain-lain. Tandatanda hiperglikemia :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Rasa lelah
Nafsu makan bertambah
Rasa haus berlebihan
Penglihatan kabur
Kulit kering
Sering kencing
Luka yang sukar sembuh
Berat badan menurun
D. PATOFISIOLOGI
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan
pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran klinis
yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit
dan asidosis.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel
akan berkurang pula. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak
terkendali. Kedua faktor ini akan mengakibatkan hipergikemia. Dalam upaya
untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Glukosa
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian
pasien mungkin memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah
dan sebagian lainnya mungkin memiliki kadar sampai setinggi 1000
kompensasi
respiratorik
(pernapasan
kussmaul)
terjadinya aterosklerosis.
Aseton plasma: Positif secara mencolok
As. Lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
Elektrolit: Na normal/menurun; K normal/meningkat semu; F turun
Hemoglobin glikosilat: Meningkat 2-4 kali normal
Gas Darah Arteri: pH rendah, penurunan HCO3 (asidosismetabolik)
leukositosis,
hemokonsentrasi
l. Ureum/creatinin: meningkat/normal
m. Amilase darah: meningkat mengindikasikan pancreatitis akut
3.
Penatalaksaan
kedalam urine
c. Pemberian insulin yang menyebabkan peningkatan perpindahan
kalium dari cairan ekstrasel ke dalam sel.
Untuk pemberian infus kalium yang aman, perawat harus memastikan
bahwa:
a. Tidak ada tanda-tanda hiperkalemia (berupa gelombang T yang
tinggi,
lancip
atau
bertakik
pada
hasil
pemeriksaan
elektrokardiogram (EKG)
b. Pemeriksaan laboratorium terhadap kalium memberikan hasil
yang normal atau rendah.
c. Pasien dapat berkemih (dengan kata lain, tidak mengalami
gangguan fungsi ginjal.
Pembacaan hasil EKG dan pengukuran kadar kalium yang sering
(pada awalnya setiap 2 hingga 4 jam sekali) diperlukan selama 8 jam
pertama terapi. Penggantian kalium ditunda hanya jika terdapat
hiperkalemia atau jika pasien tidak dapat berkemih. Namun, kadar
kalium dapat turun dengan cepat akibat terapi rehidrasi dan pemberian
insulin, penggantian kalium harus segera dimulai hingga kadarnya
mencapai nilai normal.
3. Asidosis
Badan keton (asam) merupakan akibat pemecahan lemak. Asidosis
yang terjadi pada diabetes ketoasidosis dapat diatasi melalui pemberian
insulin. Insulin menghambat pemecahan lemak sehingga menghentikan
pembentukan senyawa-senyawa yang bersifat asam.
Insulin biasanya diberikan melalui infuse dengan kecepatan lambat
tetapi kontinu (misalnya, 5 unit per jam). Kadar glukosa darah tiap jam
harus diukur. Dekstrosa ditambahkan kedalam cairan infuse (misalnya,
D5NS atau D545NS) bila kadar glukosa mencapai 250 hingga 300 mg/dl
(13,8 hingga 16,6 mmol/L) untuk menghindari penurunan kadar glukosa
darah yang terlalu cepat.
Perlu diingatkan bahwa glukosa darah biasanya lebih dahulu
dikoreksikan daripada asidosis. Jadi, pembererian insulin IV dapat
dilanjutkan selama 12 hingga 24 jam sampai kadar bikarbonat serum
membaik (hingga mencapai sedikitnya 15 sampai 18 mEq/L) dan pasien
dapat makan.
Secara umum, infuse biokarbonat untuk mengoreksi asidosis berat
harus dihindari selama terapi diabetes ketoasidosis karena dapat
mencetuskan penurunan lebih lanjut kalium kadar kalium serum yang
terjadi secara mendadak (dan dapat menyebabkan kematian). Infuse
insulin yang kontinu biasanya sudah cukup untuk mengatasi keadaan
asidosis pada diabetes ketoasiosis. Jika pasien tidak dapat meminum cairan
tanpa muntah atau bila kadar glukos atau keton yang tinggi tetap bertahan,
dokter harus diberi tau tau. Pasien harus mengethaui cara menghubungi
dokternya setiap saat selama 24 jam.
Keterampilan dalam menangani penyakit diabetes secara mandiri
(yang mencakup penyuntikan insulin dan pemeriksaan kadar glukosa
darah) harus dikaji dengan memastikan tidak terjadi kesalahan yang tidak
disengaja pada pemberian insulin atau pemeriksaan kadar glukosa darah
tersebut. Konseling psikologi dapat dianjurkan kepada pasien dan anggota
kelurganya bila perubahan dosis insulin yang dilakukan dengan sengaja
merupakan penyebab diabetes ketoasidosis.
G.
Pencegahan
Dua faktor yang paling berperan dalam timbulnya KAD adalah terapi
insulin yang tidak adekuat dan infeksi. Dari pengalaman di negara maju keduanya
dapat diatasi dengan memberikan hotline/akses yang mudah bagi penderita untuk
saat sakit.)
Menghindari strees
Menghindari puasa berkepanjangan
Mencegah dehidrasi
Mengobati infeksi secara adekuat
Melakukan pemantauan kadar gula darah/ keton secara mandiri.
Ketika jatuh sakit, periksa kadar gula darah setiap 2-4 jam.
Periksa keton dalam urin jika gula darah terlalu tinggi (diatas
250mg/dl)
9. Menyimpan omor kontak dokter untuk dihubungi dalam keadaan
darurat.
H.
Komplikasi
Komplikasi dari ketoasidoisis diabetikum dapat berupa:
1. Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik )
Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini.
Bila penderita mencapai stadium nefropati diabetik, didalam air
kencingnya terdapat protein. Dengan menurunnya fungsi ginjal akan
disertai naiknya tekanan darah. Pada kurun waktu yang lama penderita
nefropati diabetik akan berakhir dengan gagal ginjal dan harus melakukan
cuci darah. Selain itu nefropati diabetik bisa menimbulkan gagal jantung
kongesif.
2. Kebutaan ( Retinopati Diabetik )
Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada
lensa mata. Penglihatan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan
kebutaan.
3. Syaraf ( Neuropati Diabetik )
4.
5.
6.
7.
8. Komplikasi lainnya.
Selain komplikasi yang telah disebutkan di atas, masih terdapat
beberapa komplikasi yang mungkin timbul. Komplikasi tersebut misalnya:
a. Ganggunan pada saluran pencernakan akibat kelainan urat saraf. Untuk
itu makanan yang sudah ditelan terasa tidak bisa lancar turun ke lambung.
b. Gangguan pada rongga mulut, gigi dan gusi. Gangguan ini pada
dasarnya karena kurangnya perawatan pada rongga mulut gigi dan gusi,
sehingga bila terkena penyakit akan lebih sulit penyembuhannya.
c. Gangguan infeksi. Dibandingkan dengan orang yang normal, penderita
diabetes millitus lebih mudah terserang infeksi.
I.
Prognosis
Prognosis dari ketoasidosis diabetik biasanya buruk, tetapi sebenarnya
kematian pada pasien ini bukan disebabkan oleh sindom hiperosmolarnya sendiri
tetapi oleh penyakit yang mendasar atau menyertainya. Angka kematian masih
berkisar 30-50%. Di negara maju dapat dikatakan penyebab utama kematian
adalah infeksi, usia lanjut dan osmolaritas darah yang sangat tinggi. Di negara
maju angka kematian dapat ditekan menjadi sekitar 12%.
Ketoasidosis diabetik sebesar 14% dari seluruh rumah sakit penerimaan
pasien dengan diabetes dan 16% dari seluruh kematian yang berkaitan dengan
diabetes. Angka kematian keseluruhan adalah 2% atau kurang saat ini. Pada
anak-anak muda dari 10 tahun, ketoasidosis diabetikum menyebabkan 70%
kematian terkait diabetes.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Anamnesis :
Riwayat DM
Poliuria, Polidipsi
Berhenti menyuntik insulin
Demam dan infeksi
Nyeri perut, mual, mutah
Penglihatan kabur
Lemah dan sakit kepala
Pemeriksan Fisik :
Ortostatik hipotensi (sistole turun 20 mmHg atau lebih saat berdiri)
Hipotensi, Syok
Nafas bau aseton (bau manis seperti buah)
Hiperventilasi : Kusmual (RR cepat, dalam)
Kesadaran bisa CM, letargi atau koma
Dehidrasi
1. Pengkajian gawat darurat :
a. Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau
benda asing yang menghalangi jalan nafas
b. Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya
penggunaan otot bantu pernafasan
c. Circulation : kaji nadi, capillary refill
kesulitan
berkemih
(infeksi),
ISK
badan
lebih
dari
beberapa
hari/minggu,
haus,
dengan
peningkatan
gula
darah),
bau
kekuatan
umum/rentang
gerak,
insulin,
penurunan
masukan
oral,
status
berhubungan
dengan
hipermetabolisme
3. Resiko
tinggi
terhadap
infeksi
(sepsis)
insulin,
peningkatan
kebtuhan
energi
status
hipermetabolik/infeksi
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang,
ketergantungan pada orang lain
7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan pengoobatan
berhubungan dengan
Kriteria Hasil :
Intervensi
1.Kaji riwayat durasi/intensitas mual,
Rasional
Membantu memperkirakan pengurangan
2.Monitor vital sign dan perubahan tekanan Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh
darah orthostatik
bau aceton
terhadap asidosis
Menggambarkan kemampuan kerja ginjal
6.Timbang BB
keadekuatan rehidrasi
Mempertahankan hidrasi dan sirkulasi
volume
diindikasikan
lambung
Kolaborasi:
Hematokrit
BUN/Kreatinin
dehidrasi
Osmolalitas darah
Menurun mencerminkan perpindahan
Natrium
Kalium
syok
Mendekompresi lambung dan dapat
menghilangkan muntah
makan
Penurnan berat badan, kelemahan, tonus otot buruk
Diare
Kriteria hasil :
Intervensi
1.Pantau berat badan setiap hari atau sesuai
Rasional
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
indikasi
pasien dan bandingkan dengan makanan yang penyimpangan dari kebutuhan terapetik
dihabiskan
3.Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri
4.Berikan makanan yang mengandung nutrien Pemberian makanan melalui oral lebih baik
kemudian upayakan pemberian yang lebih
baik
5.Libatkan keluarga pasien pada perencanaan Memberikan informasi pada keluarga untuk
sesuai indikasi
7.Kolaborasi :
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Diabetes Keto Asidosis (DKA) atau Keto Asidosis Diabetikum
(KAD) merupakan salah satu komplikasi akut DM akibat defisiensi
hormon insulin yang tidak dikenal dan bila tidak mendapat pengobatan
segera akan menyebabakan kematian sehingga membutuhkan pengelolaan
gawat darurat. Etiologi dari DKA adalah Insulin tidak diberikan dengan
dosis yang kurang, keadaan sakit atau infeksi pada DM, manifestasi
pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis
yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Dehidrasi disebabkan
mekanisme ginjal dimana tubuh terjadi hiperglikemia, sehingga ginjal
mensekresikan dengan natrium dan air yang disebut poliuri. Kehilangan
elektrolit merupakan kompensasi dari defisiensi insulin. Sedangkan
asidosis adalah peningkatan pH dan diiringi oleh penumpukan benda keton
dalan tubuh. Keadaan ketoasidosis merupakan keadan yang memerlukan
banyak pengontrolan dan pemantauan insulin dan cairan elektrolit, karena
bila kekurangan atau malah terjadi kelebihan akan mengakibatkan
komplikasi yang sulit untuk ditanggulangi.
b. Saran
Bila menemukan klien yang DM tetapi belum terjadi DKA berikan
informasi tentang DKA dan pencegahan terhadap DKA. Bila menemukan
klien dengan DKA, sebaiknya selalu kontrol pemberian insulin dan cairan
elektrolit sehingga meminimalkan terjadinya komplikasi yang tidak
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Niluh Gede Yasmin. 2003. Keperawatan Medikal Bedah: Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta
: EGC.
Baughman, Diane C. 2000. Keparawatan Medikal-Bedah; Buku Untuk Brunner
dan Suddarth. Jakarta: EGC
Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 3. Jakarta: EGC.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol 3.
Jakarta: EGC
Price Sylvia, A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jilid 2 Edisi
4. Jakarta : EGC.
Ramainah, Savitri. 2003. Diabetes. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.
Smeltzer, Suszanne, C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3. Jakarta:
EGC.
Tandra, Hans. 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang
Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama