Anda di halaman 1dari 8

Transportasi

ANALISA KINERJA MARKA YELLOW BOX JUNCTION (STUDI KASUS SIMPANG


JALAN MAYJEN SUTOYO, JAKARTA)
(069T)
A.R. Indra Tjahjani1 dan Niko Pratama Hutapea2
1

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Pancasila , Jl. Srenseng Sawah, Lenteng Agung, Jakarta Selatan
Email: pong_58@yahoo.com
2
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Pancasila , Jl. Srenseng Sawah, Lenteng Agung, Jakarta Selatan
Email: thaphe_coepoe@yahoo.com

ABSTRAK
Yellow box junction merupakan marka jalan yang tergolong baru di Indonesia. Marka ini telah
banyak digunakan di beberapa negara seperti Singapore, Australia, Inggris dan banyak tempat
lainnya. Pemakaian yellow box di Jakarta dapat dilihat pada ruas jalan Jend. Sudirman - jalan M.H.
Thamrin, simpang jalan Mayjend Sutoyo. Simpang jalan Mayjend Sutoyo adalah salah satu simpang
di Jakarta yang memiliki kegiatan cukup padat, karena jalan ini merupakan akses untuk menuju
pusat kegiatan masyarakat dari kawasan permukiman ke kawasan pertokoan, pasar, perkantoran dan
lainnya. Berdasarkan hasil analisa dengan berpedoman pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia
(MKJI) 1997, simpang tersebut memiliki kapasitas simpang 8936 smp/jam, rata-rata tundaan 42
detik/smp, dan derajat kejenuhan > 0,8. Sehingga dapat dikatakan bahwa simpang tersebut memiliki
tingkat pelayanan E. Berdasarkan informasi yang diperoleh dilapangan dapat disajikan adalah
besarnya angka pelanggaran dari para pengendara kendaraan bermotor terhadap penempatan marka
adalah sekitar 27 %. Hanya 20 % dari masyarakat yang paham tentang penggunaan Yellow box
Junction. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan Yellow Box Junction belum dapat
digunakan sebagai alat untuk mengurai kemacetan, karena masih banyak masyarakat yang belum
mengenal marka tersebut, demikian pula fungsi dari yellow box tersebut belum secara penuh
diketahui oleh para pengendara kendaraan bermotor.
Kata kunci: derajad kejenuhan, marka, yellow box junction, kapasitas simpang, LOS

1. PENDAHULUAN
Jalan raya sebagai prasarana untuk memperlancar transportasi, dewasa ini sering mengalami hambatan karena
pengguna jalan raya menginginkan lebih cepat sampai tujuan. Untuk menanggulangi hal ini merupakan tugas
kepolisian untuk mengatur lalu lintas. Melihat kenyataan bahwa masih banyak kemacetan lalu lintas yang
terjadi dipersimpangan khususnya di daerah perkotaan, dimana belum ada sistem pengaturan dan
pengendalian pada persimpangan yang tepat. Dengan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor yang
semakin meningkat pesat Sistem pengendalian dan pengaturan pada sebagian persimpangan sudah perlu dilakukan.
Salah satu alternative untuk menangulangi kemacetan tersebut adalah dengan menggunakan marka yellow box atau
lengkapnya yellow box junction yang berupa marka jalan bujur sangkar dengan dua silang diagonal berwarna
kuning. Salah satu persimpangan jalan yang telah menggunakan yellow box junction dapat di temukan pada jalan Jl.
Mayjen Sutoyo, Cililitan, Keramat jati, Jakarta Timur.
Penerapan marka yellow box ini belum banyak di pakai di Indonesia sehingga masih banyak dari pengguna
kendaraan bermotor yang belum mengetahui arti marka tersebut dan masih acuh tak acuh terhadap marka tersebut,
sehingga marka tersebut tidak berjalan secara efisien.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka diperlukan studi dan analisa untuk mengetahui nilai
persentase pelanggaran dan tingkat pengetahuan masyarakat tentang marka tersebut sehingga dapat dicari solusi
permasalahannya.

2. LANDASAN TEORI
Yellow Box Junction adalah marka jalan warna kuning berbentuk bujur sangkar yang ditempatkan di persimpangan
jalan. Garis ini dimaksudkan agar ketika terjadi antrian di perempatan, kendaraan yang akan harus memperhatikan
kondisi simpang apakah dalam keadaan aman atau tidak. Kendaraan tidak diperbolehkan untuk berhenti di garis
kuning walaupun lampu hijau masih menyala. Jika ada kendaraan yang berhenti di dalam area Yellow Box Junction
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

T - 61

Transportasi

maka kendaraan tersebut akan dikenakan sanksi. Penempatan Marka jalan ini ditempatkan (atau tepatnya dicat di
permukaan jalan) para persimpangan
ngan jalan atau tempat yang bebas dari antrian kendaraan, seperti di perlintasan
kereta, atau jalan masuk kendaraan darurat (pemadam kebakaran, ambulan, dll.)
Beberapa negara yang menggunakan marka jalan ini antara lain Malaysia, Singapura, Australia, Ingg
Inggris, dan lainlain. Indonesia sendiri sepertinya masih dalam tahap uji coba.
a. Berdasarkan persyaratan penempatan Yellow Box Traffic sign manual chapter 5 road marking London
London
persyaratan penempatan yellow box junction adalah:
1) memiliki 4 sisi.
2) berada pada persimpangan yang setidaknya memiliki dua arah jalan.
3) diletakkan pada persimpangan yang di kendalikan atau tidak dikendalikan oleh sinyal rambu lalulintas.
4) terletak pada arus lalu lintas yang padat atau sibuk pada kedua arah lengan jala
jalan.
5) garis kuning internal harus menuju setidaknya dua sudut dari kotak, seperti yang ditunjukkan pada diagram
di bawah ini. gambar 1
6) dua atau empat sudut kotak mengarah ke tepi jalan.
7) kotak kuning harus terlihat jelas dan tidak mudah pudar.
8) pada persimpangan
mpangan T hanya mencakup setengah dari persimpangan jalan.
9) hanya ada satu marka kuning di persimpangan jalan.
b. Cara Menggunakan Yellow Box Juction
Yellow box junction sering digunakan pada persimpangan jalan raya yang memiliki arus kemacetan tinggi ddan
dikendalikan atau tidak dikendalikan oleh lampu lalu lintas, dan memiliki garis silang menyilang yang di cat pada
jalan. Hal yang harus di perhatikan dalam mematuhi marka ini adalah:
1) Gunakan kaca spion kendaraan secara rutin. Hal ini akan memberikan waktu untuk menilai persimpangan
sebelum kendaraan sampai di sana.
2) Tidak memasuki kotak persimpangan kecuali jalan keluar sudah terlihat telah jelas.
3) Memperlambat dan menghentikan kendaraan sebelum persimpangan jalan jika jalan keluar dari simpangan
tidak jelas.
4) Kontrol kecepatan pada saat mendekati marka kuning.
5) Hati-hati
hati pada saat antrian di dalam persimpangan, sebab kita harus perkirakan kendaaraan kita harus telah
berada pada jalan keluar saat lampu hijau berakhir.
Yellow box juction memungkinkan untu
untukk menjaga gerak arus lalu lintas dan menjaga kotak bersih dari kemacetan,
dengan cara mencegah lalu lintas dari berhenti di jalur persimpangan lalu lintas. Gambar 1 ini menunjukkan kotak
persimpangan di lampu lalu lintas. Jika memasuki Yellow Box Juction dan akan berbelok ke kanan, sedangkan kaki
simpang tidak bebas kendaraan dan maka arus pengendara akan akan terhalang oleh kendaraan di kaki simpang arah
kanan.

(a) Gerakan kendaraan benar

(b) gerakan kendaraan salah

Gambar 1. Cara pemakaian yellow box junction


3.

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pengumpulan data menggunakan metode observasi dan metode deskriptif


Data lalu lintas yang digunakan dalam penelitian ini adalah data mengenai arus dan komposisi laulintas.
Kedua data tersebut merupakan data primer yang didapatkan secara langsung melalui pengamatan (survey)
lapangan.
Pengamatan volume lalu lintas dilakukan selama 7 hari (1 minggu), yaitu hari Senin 21 mei 2012, Selasa 22
Mei 2012,, Rabu 23 Mei 2012, Kamis 24 Mei 2012, Jumat 30 Mei 2012, Sabtu 31 Mei 2012, Minggu 1 Juni 2012
Hal ini dimaksudkan agar nantinya didapat bukan hanya jam tersibuk saja melainkan juga kemungkinan hari
tersibuk pada ruas jalan tersebut.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

T - 62

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta


Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Transportasi

Alat yang digunakan dalam pengambilan data volume lalu lintas ini menggunakan alat pencacah ((hand tally
counter),
), dimana data tersebut kemudian dimasukkan pada kertas formulir pengisian data yang telah disediakan.
Data volume yang diamati dan dilakukan pad
pada jam-jam puncak/sibuk, yaitu :
Pagi hari, jam 07.00 08.00 WIB sebanyak 5245 kend
Siang hari, jam 12.00 13.00 WIB sebanyak 4336 kend
Sore hari, jam 17.00 18.00 WIB sebnayak 5526 kend

4.

ANALISIS DATA

Data yang diperlukan dalam analisis adalah data primer dan data sekunder.
a. Peta lokasi penelitian .
Lokasi penelitian berupa persimpangan sebidang yang berada di Jalan Mayjen Sutoyo Kramat Jati, Jakarta
Timur Cililitan. Persimpangan tersebut m
menghubungkan jalan Cililian Besar Jalan Dewi Sartika bersilangan
dengan Jalan Raya Condet Jalan Mayjen Sutoyo Kramat Jati, Jakarta Timur Cililitan, seperti terlihat pada
gambar 2 dan gambar 3. Secara geometrik, persimpangan tersebut memiliki 4 buah kkaki simpang, dengan
masing-masing
masing kaki memiliki 6 lajur 2 arah. Lebar kaki simpang bervariasi yaitu ruas Jalan Mayjen Sutoyo
dengan lebar 31,70 m, Jalan Raya Condet lebar 51,60 m, jalan Cililian Besar lebar 41,80 m dan Jalan Dewi
Sartika lebar 31,70 m.

Gambar 2. Peta Lokasi dengan Keterangan

Gambar 3. Foto lokasi Jl Mayjen Sutoyo Cililitan.


B

B'

C'
A

D'

Denah Perempatan jalan Mayjen Sutoyo,


Kramat Jati, Jakarta Timur cililitan

Gambar 4. Denah perempatan jalan Mayjen Sutoyo Kramat Jati, Jakarta Timur
b.

Kapasitas simpang Bersinyal


yal
Kapasitas didefinisikan sebagai penilaian pada orang atau kendaraan masih cukup layak untuk
memindahkan sesuatu, atau keseragaman segmen jalan selama spesifikasi waktu dibawah lalulintas dan jam
sibuk. Menurut MKJI, kapasitas kaki simpang bersiny
bersinyal
al dapat dirumuskan sebagai berikut :
C= S g/c
......................................................(1)
Dengan
S = So x Fcs x Fg x Fp x Frt x Flt
..................................................... (2)
Keterangan:
C=
Kapasitas kaki simpang (smp/jam)
G=
Wkatu hijau efectif (detik)
c=
waktu siklus (detik)
S=
arus jenuh kaki simpang (smp/jam)
So
arus jenuh dasar kaki simpang (smp/jam)
=
Factor pengaruh ukuran kota
Fcs
=

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24
24-26 Oktober 2013

T - 63

Transportasi

Fsf
Fp
Fg
Frt
Flt
c.

=
=
=
=
=

factor pengaruh hambatan samping


Factor pengaruh jarak parkir
Factor gradient memanjang
Factor pengaruh proporsi arus belok kanan
Factor pengaruh proporsi arus belok kiri

Nilai Arus Jenuh Dasar


Nilai arus jenuh dapat dihitung dengan menggunakan rumus tipe terlindungi (P):
So = 600 x We (smp/jam hijau)
........................................... (3)
Keterangan :
We = Lebar efektif
Tabel 1: Lebar efektif
Kode
Pendekat
(1)
A
B
C
D

Lebar Efektif (m)


We
(9)
10.500
11.500
15.000
18.5

Nilai Dasar smp/jam, hijau


So
(10)
6300
6900
9000
11100

5. ANALISA PERHITUNGAN
a. Perhitungan volume lalu lintas
Perhitungan untuk menentukan volume lalu lintas dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP) digunakan
Ekivalensi Mobil Penumpang (EMP) untuk jenis kendaraan yang berbeda. Hasil data survey volume lalu
lintas pada ruas Jalan Mayjen Sutoyo selama satu minggu tertuang pada tabel 3.1.
Perhitungan Volume Lalu Lintas (kendaraan/jam) diambil hari yang tersibuk yaitu berdasarkan survey diketahui
hari Senin.
Perhitungan : Perhitungan Volume Lalu Lintas per jam
Hari sibuk: Senin
Jam puncak : 07.00 08.00
Didapatkan arus total arus kendaraan yang melewati jalan A adalah 2074 Kend/ Jam, Jalan B adalah 1744
Kend/Jam, Jalan C adalah 2266 Kend/Jam, Jalan D adalah 1919 Kend/Jam. Dan total keseluruhannya adalah
10971 kend/jam.
Tabel 2: Arus kendaraan pada hari senin 21 mei 2012
SIMPANG BERSINYAL
Tanggal:
Senin 21 mei 2012
Formulir SIG-II :
Kota:
Jakarta
Simpang:
Jl. Mayjen Sutoyo, Cililitan,
-ARUS LALU LINTAS
Keramat jati, Jakarta Timur.
ARUS LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR (MV)
KENDARAAN BERMOTOR
RASIO
BERBELOK
KODE
TOTAL
ARAH
PENDEKAT
MV
kend/jam
PLT
PRT
smp/jam
Terlindung Terlawan
(1)
(2)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
A
LT/LTOR
426
311
341
0.15
ST
711
518
569

RT
Total
LT/LTOR
ST
RT

1706
2843
359
1196

1244
2074
262
872

1365
2276
287
957

837

610

670

0.60
0.15

0.35

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

T - 64

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Transportasi

b.

Total
LT/LTOR
ST

2391
621
1087

1744
453
793

1914
497
870

RT
Total
LT/LTOR
ST

1398
3106
263
1842

1020
2266
192
1344

1119
2486
211
1474

RT
Total

526
2631

384
1919

421
2106

0.20

0.45
0.10

0.20

Kapasitas dan derajat kejenuhan


Untuk analisa perhitungan kapasitas menggunakan rumus: C = S x g/c
c adalah nilai waktu siklus yang disesuaikan: c = g + LTI
Nilai Derajat Kejenuhan dapat dihitung dengan rumus: DS = Q / C

Kode

Pendekat

Nilai
disesuaikan
smp/jam, hiau
S

(1)

(17)

(21)

7112

29

7351

24

9817

11403

Tabel 3: Derajat Kejenuhan (DS)


s
Kapasitas
smp/jam, S x
g/c

Arus
lalu
lintas,
smp/jam, Q

Derajad
kejenuhan,
Q/C

(22)

(18)

(23)

2316

2074

0,896

1947

1744

0,896

23

2530

2266

0,896

17

2143

1919

0,896

90

Berdasarkan perhitungan yang telah di lakukan derajat kejenuhan pada simpang Mayjen Sutoyo cililitan
sebesar 0.896. yang menandakan bahwa simpang tersebut dalam keadaan jenuh atau macet. Dimana memenuhi
salah satu persyaratan dari penempatan yellow box junction, yaitu kotak harus berada pada persimpangan yang
memiliki arus lalu lintas yang tinggi. Sehingga persimpangan jalan mayjend sutoyo cililitan layak untuk di beri
yellow box junction.
c.

Analisa Panjang Antrian (QL)


Nilai jumlah antrian didapat dengan menggunakan rumus :

8 x( DS  0,5) 
NQ1  0,25 xCx ( DS  10  ( DS  1) 2 

C


NQ 2  cx

.......................... (4)

Q
1  GR
x
1  GRxDS 3600

NQ = NQ1 + NQ2

QL 

NQmax x 20
W MASUK

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

T - 65

Transportasi

Tabel 4: Analisa Panjang Antrian (QL)


Kode
Pendekat

d.

Arus
Lalu

NQ1

Jumlah Kendaraan Antri


NQ2
TOTAL
NQ1+NQ2
=
NQMAX
NQ

Panjang
Antrian

Kapasitas

Derajat

Rasio

Lintas
smp/jam

smp/jam

Kejenuhan

Hijau

(1)
A

Q
(2)
2074

C
(3)
2316

DS = Q/C
(4)
0.896

GR =
g/c
(5)
0.326

(6)
3.7

(7)
49.5

(8)
53.2

(9)
60.9

QL
(10)
116

1744

1947

0.896

0.265

3.7

42.2

45.8

60.4

105

2266

2530

0.896

0.258

3.7

54.8

58.5

60.9

81

1919

2143

0.896

0.188

3.7

47.0

50.7

60.9

66

(m)

Analisa Kendaraan Terhenti (NSV)


Jumlah kendaraan terhenti dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
NS  0,9 X

NQ
X 3600
Qxc

................................................................... (5)

NSV = Q x NS (smp/jam) ...................................................................(6)


Tabel 5: Analisa Kendaraan Terhenti (NSV)
SIMPANG BERSINYAL
Form SIG-V:
- PANJANG ANTRIAN
- JUMLAH KENDARAAN HENTI
- TUNDAAN
Kode
Arus Lalu
TOTAL
pendekat
Lintas
NQ1+NQ2 =
smp/jam
NQ
Q
(8)
(1)
(2)

c (det)

Rasio
Kendaraan
stop/smp
(11)

Total smp.det
(D x Q)

0.920

1909

0.943

1644

(12)

2074

53.2

1744

45.8

2266

58.5

0.927

2100

D
LTOR
(semua)
Arus Total
Qtot.

1919

50.7

0.947

1818

90

1669

TOTAL

7472

8003

Tundaan Simpang Rata-rata det/smp

0.93

Sedangkan nilai angka henti rata-rata pada simpang (NSTOT) dapat dihitung dengan rumus :
NS TOT 

e.

 N = 7472/8003 = 0,93 stop/smp


SV

QTOT

Analisa Tundaan (D)


Analisa tundaan lalu lintas (DT), tundaan geometrik (DG) dan tundaan total rata-rata (D1) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

T - 66

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Transportasi

DT  cxA 

A

NQ1 x3600
C

.......................................................... (7)

0,5 x (1  GR ) 2
(1  GRxDS )

......................................................... (8)

DG = (1- PSV) x PT x 6 + (PSV x 4) .......................................................(9)


Rumus perhitungan untuk Tundaan total rata-rata :
DI 

 (QxD )

.................................................................(10)

QTOT

Tabel 6: Analisa Tundaan


SIMPANG BERSINYAL
Form SIG-V:
- PANJANG ANTRIAN
- JUMLAH KENDARAAN HENTI
- TUNDAAN
Kode
Arus
Tundaan
pendekat
lalulintas
Lalulintas
Geometrik
Rata-rata (D =
smp/jam (Q)
2
2
rata
det/smp
rata
det/smp
DT+DG)
(1)
(DT)
(13)
(DG)
(14)
(15)
(2)

Total smp.det
(D x Q)
(16)

2074

34.7

4.0

38.7

80,200

1744

38.7

3.9

42.6

74,364

2266

37.6

3.9

41.5

94,008

D
LTOR
(semua)
Arus Total
Qtot.

1919

42.0

3.9

45.8

87,928

1669

TOTAL

336,500

8003

Tundaan Simpang Rata-rata det/smp

42.04

f. Tingkat Pelayanan
Persimpangan jalan Mayjen Sutoyo cililitan merupakan simpang dengan 6 lajur 2 arah (6/2D) Sehingga tingkat
pelayanan jalan berdasarkan dari tundaan/ kendaraan berhenti.
Hasil analisis MKJI 1997, simpang jalan Mayjend Sutoyo Cililitan :
1)
Simpang menggunakan median
2)
DS = 0.896
3)
Tundaan simpang rata rata sebesar 42.04
Tundaan simpang rata-rata menunjukkan angka 42.04 det/smp. Berdasarkan kriteria tingkat pelayanan (LoS),
angka ini berada pada interval 40.1 60.00 det/smp, sehingga dinyatakan memiliki tingkat pelayanan E.
g. Analisa Yellow Box Juction pada daerah jakarta.
Berdasarkan persyaratan penempatan Yellow Box maka kondisi marka disimpang jalan Mayjend Sutoyo
Cililitan
Berdasarkan hasil survey dan kecocokan persyaratan yellow box junction maka dapat di simpulakan bahwa
penempatan yellow box junction pada daerah Jakarta telah memenuhi persyaratan.
h. Prosentase pelanggaran pengguna kendaraan pada yellow box junction jln Mayjen Sutoyo Cililitan Jakarta.
Berdasarkan perhitungan yang telah di lakukan maka didapatkan hasil derajat kejenuhan sebesar 0.896 yg
menandakan bahwa simpang tersebut memiliki kerapatan yang tinggi. Oleh sebab itu tentu saja terjadi beberapa
pelanggaran dalam lalu lintas pada simpang. Berdasarakan survey arus lalu lintas, didapat hari Senin sebagai hari
yang memiliki arus paling besar maka perhitungan persentase pelanggarannya dan jumlah masyarakat yang
mengetahui pengertian dari marka yellow box junction dengan menggunakan metode survey kuesioner. Dari 20

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

T - 67

Transportasi

responden di lokasi penelitian hanya 4 orang yang mengetahui pengertian sebenarnya dari yellow box junction.
adalah:
Total pelanggar pengendara motor pada hari Senin adalah 2978 pengendara
Total Volume kendaraan pada hari senin adalah 10971
Penyelesaian :
Prosentase pelanggaran = (Total Pelanggar / Volume kendaraan) x 100
= (2978 / 10971) x 100
= 27,144 %
Persentase yang mengetahui = (total sumber yang mengetahui/jumlah keseluruhan sumber) x 100
= (4/20) x 100
= 20 %

Gambar 5: % pelanggaran marka yellow box juction.

6.

Gambar 6: %pengetahuan masyarakat sekitar


tentang marka yellow box juction.

KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan pada marka yellow box junction pada simpang jalan mayjen sutoyo maka diperoleh
sebagai berikut :
a.

Hasil analisis kinerja simpang jalan mayjen sutoyo cililitan menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan
Indonesia 1997, nilai derajat kejenuhan dan tundaan simpang rata rata pada ruas simpang jalan mayjend
Sutoyo Cililitan adalah 0.896 smp/jam dengan tundaan simpang rata rata sebesar 42.04 det/smp. Dari hasil
analisis tersebut, nilai ini terletak pada tingkat pelayanan E berarti volume lalu lintas sudah mendekati
kira-kira
kira lebih rendah dari 40 km/jam. Pergerakan lalu lintas ka
kadang-kadang
kapasitas ruas jalan, kecepatan kira
terhambat.

b.

Besarnya prosentase pelanggaran pengguna kendaraan bermotor pada jam sibuk yaitu hari senin 07.00 08.00
adalah sebesar 27.14%. dan besarnya prosentase masyarakat yang mengetahui tentang yellow box junction ada
sebesar 20%. Berdasakan
an hasil tersebut dapat di perkirakan bahwa pelanggaran pada yellow box junction yg
terjadi di mungkinkan kurangnya pemahaman masyarakat tentang yellow box junction..

c.

Berdasarkan persayaratan penempatan yellowbox junction dan hasil analisis kinerja simpang jalan mayjen
sutoyo tersebut maka dapat di simpulkan bahwa simpang jalan mayjen sutoyo cililitan memenuhi persayaratan
untuk di beri marka yellow box junction di karenakan arus lalu lintas yang melewati simpang tersebut di
gambarkan dengan tingkat layanan pada simpang tersebut, yaitu tingkat E. yang berarti simpang tersebut
berarus jenuh atau padat.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.ticketfighter.co.uk/yellow.htm.
http://assets.dft.gov.uk/publications/traffic-signs-manual/traffic-signs-manual-chapter-05.pdf.
05.pdf.
http://assets.dft.gov.uk/publications/traffic
://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Pendahuluan.
http://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Pendahuluan.
Putranto, Leksmono Suryo, 2008, Rekayasa lalu lintas, Jakarta
Swearoad bekerja sama dengan PT. Bina Marga, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Marga
dan Direktorat Bina Balaii Kota, Jakarta, 1997.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

T - 68

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta


Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai