Anda di halaman 1dari 15

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Diajukan sebagai Tugas Kelompok


Prodi DIII Analis Kesehatan Tingkat 1A
Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila
Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Disusun Oleh:

Dosen Pengajar :

Ades Relijen Tutut


Aidil Syaputra
Idzkuri ummahatiani
Novita Yezi Listari
Nisa Efridayani

DR. Osa Juarsa, M.Pd

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
Jl.Indragiri 3 Padang Harapan Kota Bengkulu
Tahun Ajaran 2016 / 2017

KATA PENGANTAR

KAMI dari kelompok 3 mengucapkan puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pancasila Sebagai Dasar

Negara Indonesia ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan kepada
kelompok 3 oleh dosen pembimbing matakuliah Pancasila DR.Osa Juarsa, M.Pd
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kelompok 3 peroleh dari buku panduan yang
berkaitan dengan Pancasila, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Indonesia, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Pancasila atas bimbingan dan arahan dalam
penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Kami kelompok 3 berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini
dapat menambah wawasan kita mengenai Pancasila yang ditinjau dari aspek Dasar Negara Indonesia, khususnya bagi kami para
penyusun. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Bengkulu,

DAFTAR ISI

September 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila dapat diperuntukkan kepada negara, masyarakat dan pribadi bangsa Indonesia. Dengan perkataan lain
pancasila itu sebagai norma hukum dasar negara Republik Indonesia, sebagai social ethics bangsa Indonesia dan sebagai
pegangan moral rakyat atau negara Republik Indonesia.Lahirnya pancasila itu dalam penamaan pidato Ir. Soekarno selaku
anggota Dokuritzu zunbi Tyoosakai atau badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yang di tetapkan oleh
sidangnya yang pertama pada tanggal 28 s/d 1 juni 1945 di Jakarta. Yang di ucapkannya dalam Sidang,dipimpin oleh ketuanya
Dr. K. R. T Radjiman Wedyodiningrat.
Dikenal didalam pidato Ir. Soekarno pada tanggal 1 juni 1945 di Jakarta. Pancasila sebagai dasar negara asal mulanya
itu dari pengambilan pancasila, panca=lima dan sila=asas atau dasar, dan didirikannya negara Indonesia.
Presiden Soekarno menganggap bahwa pancasila sebagai dasar negara dari Negara Republik Indonesia, ditegaskan oleh
pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, dan kemudian disusun oleh kemerdekaan Bangsa Indonesia itu
dalam Undang-Undang Republik Indonesia untuk mengatur pemerintahan negara dengan yang lain.
Bersumbernya dari segala hukum dan sumber tertib hukum yang secara konstitusional mengatur negara publik
Indonesia, asas kerohanian, kebatinan, dan cita-cita hukum.

Dari pemaparan diatasdapat di ketahui bagaimana arti pancasila itu secara umum, dan anggapan pancasila sebagai dasar
negara Indonesia dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Republic Indonesia 1945 menurut Presiden Soekarno. Sehingga
untuk lebih jelasnya tentang pancasila sebagai dasar negara akan dibahas dalam bab selanjutnya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1.
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila.
2.
Untuk menambah pengetahuan tentang Pancasila sebagai dasar negara.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Istilah Pancasila
Istilah pancasila pertama kali dikenal di dalam pidato Ir. Soekarno sebagai anggota Doktrit zu Tyunbi Tjosakai (Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) 1 juni 1945 di Jakarta, badan ini kemudian setelah mengalami
penambahan anggota menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dari uraian tersebut dinyatakan: Panca
adalah Lima, Sila adalah Asas atau Dasar. Untuk Lebih jelas dikutip bagian pidato beliau tersebut :
. . . . namanya bukan panca Dharma, tetapi nama ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa namanya adalah
Pantja Sila, Sila artinya asas atau dasar, dan diatas kelima dasar itu mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi.
2.2 Perumusan- Perumusan Pancasila
Perumusan pancasila itu menurut beberapa dokumen sejarah tidak sama sekali sama, mengalami perubahan-perubahan
baik urutannya maupun kata-katanya. Berturut-turut dapat dilihat dalam :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Lahirnya pancasila,1 juni 1945


Piagam Jakarta, 22 juni 1945
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, 18 Agustus 1945 (berita Republik Indonesia II-7)
Mukaddimah konstitusi R. I. S. 31 Januari 1950 (Kepres R. I. S. tahun 1950 No. 48 L. N. 50-3)
Mukaddimah Undang-undang Dasar sementara Republik Indonesia (Undang-undang 15 Agustus 1950 No. 7 L. N. 50-56)
Dekrit presiden 5 juli 1959 kembali kepada Undang-undang Dasar 1945
Yang pada alinea ke lima konsideran menyatakan bahwa :
bahwa kami berkeyakinan bahwa Piagam Jakarta tanggal 22 juni 1945 menjiwai undang-undang dasar 1945, dan

adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan konstitusi tersebut.


2.3 Lahirnya Pancasila

Pergumulan pemikiran dalam sejarah perumusan dasar Negara Indonesia bermula dari Permintaan Dr.KRT.Radjiman
wedyodiningrat, selaku Ketua BPUPKI pada 29 Mei1945 kepadaanggota siding untuk mengemukakan dasar (Negara)
Indonesia merdeka. Untuk merespon permintaan ketua BPUPKI maka dalam masa siding pertama yaitu 29 mei-1 juni 1945,
mohammad yamin dan soekarno mengajukkan usul berhubunga dengan dasar Negara. Soepomo juga menyampaikan
pandangannya dalam masa siding ini namun hal yang dibicarakan terkait aliran atau paham kenegaraan, bukan mengenai dasar
Negara.
Dalam pidato 1 juni 1945 soekarno menyebut dasar Negara dengan menggunaka bahasa belanda philosophische grondslag bagi
Indonesia merdeka. philosophische grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa,hasrat yang
sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia merdeka. Soekarno juga menyebut dasar Negara dengan istilah
weltanschauung atau pandangan hidup (saafroedin bahar, ananda b.kusuma, dan Nannie Hudaweti (penny), 1995:63,69,81,
dan RM.A.B Kusuma, 2004: 117,121,128-129).
Susunan nilai atau prinsip menjadi fundamen atau dasar Negara pada masa siding pertama BPUPKI tersebut berbedabeda. Usul soekarno mengenai dasar Negara yang disampaikan dalam pidato 1juni 1995 terdiri atas 5 dasar. Menurut ismaun,
sebagai mana dikutip oleh Backry (2010:31), setelah mendapat masukkan dari seorang ahli bahasa, yaitu Muhammad yamin
yang pada waktu persidangan duduk di samping soekarno, 5 dasar tersebut dinamakan oleh soekarno sebagai pancasila.
Untuk menampung usulan-usulan yag bersifat perorangan, dibentuklah panitia kecil yang diketuai oleh Soekarno dan
dikenal sebagai Panitia Sembilan. Dari rumusan usulan-usulan itu, Panitia Sembilan berhasil merumuskan rancangan
Mukadimah (Pembukaan) Hukum Dasar yang dinamakan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter oleh Muhammad Yamin pada
22 Juni 1945. Rumusan Dasar Negara yang secara sistematik tercantum dalam alinea keempat, bagian terakhir pada rancanagn
Mukadimah tersebut adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.


Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sidang BPUPKI kedua,yaitu 10 juli sampai 17 juli 1945 merupakan masa penetuan dasar Negara Indonesian merdeka.
Selain menerima piagam Jakarta sebagai hasil rumusan panitian Sembilan, dalam masa sidang BPUPKI kedua juga dibentuk
panitia-panitia hukum dasar yang di kelompokan menjadi tiga kelompok panitia perancang hukum dasar. Sidang lengkap
BPUPKI pada 14 juli 1945 mengesahkan naskah rumusan panitia Sembilan berupa piagam Jakarta sebagai

rancangan

mukadimah hukum dasar (RMHD) dan meneriman seluruh rancangan hukum dasar (RHD) pada hari berikutnya, yaitu 16
Agustus 1945 yang sudah selesai di rumuskan dan di dalamnya termuat piagam Jakarta sebagai mukadimah.
Setelah sidang BPUPKI berakhir 17 juli 1945 maka pada 19 Agustus 1945 badan tersebut dibubarkan oleh pemerintah
jepang dan di bentukla panitia persiapan kemerdekaan atau dalam bahasa jepang disebut Dokuritsu Zyunbi Inkai yang
kemudian dikenal sebagia panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan mengangkat soekarno sebagai ketua dan
moh hatta sebagai wakil ketua. Panita ini memiliki peranan yang sangat penting bagi engesahan dasar Negara dan berdirinya
Negara Indonesia yang merdeka. Panitia yang semula dikenal sebagai Buatan Jepang untuk menerima hadiah kemerdekaan
dari Jepag tersebut, setelah takluknya Jepang dibawah tentara sekutu pada 14 agustus 1945 dan proklamasi kemerdekaan
Negara Indonesia, berubah sifat menjadi Bada Nasional Indonesia yang merupakan jelmaan seluruh bangsa Indonesia.
Dalam sidang pertama PPKI , aitu pada 18 Agustus 1945 berhasil disahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia (UUD NRI) yang disertai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara republic Indonesia. Sebelum
pengesahan terlebih dahulu dilakukan perubahan atas Piagam Jakarta atau Rancangan Mukadimah hukum dasar (RMHD) dan

Rancangan Hukum Dasar (RHD). Pengesahan dan Penetapan setelah dilakukan perubahan atas Piagam Jakarta tersebut tetap
mencantumkan Lima dasar yang diberi nama Pancasila. Atas prakarsa Moh.Hatta, sila Ketuhanan dengan Kewajiban
menjalankan Syariat Islam Bagi pemeluk-pemeluknya dalam Piagam Jakarta sebagai Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tersebut diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian, pancasila menurut
Pembukaan UUD 1945 adalah :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang diPimpin Oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
5. Keadilan Sosial Bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia, sebagaiman dikatakan oleh Soekarno,
bahwa dalam mengadakan Negara Indonesia Merdeka itu harus dapat meletakkan Negara itu atas suatu meja statis yang dapat
mempersatukan segenap elemen di dalam bangsa itu, tetapi juga harus mempunyai tuntunan dinamis kearah mana kita gerakkan
rakyat, bangsa dan Negara ini. Selanjutnya Soekarno menegaskan dengan berkata, Saya beri uraian itu tadi agar saudarasaudara mengerti bahwa bagi Republik Indonesia , kita memerlukan satu dasar yang bisa menjadi dasasr statis dan yang bisa
menjadi leitstar dinamis.
Leitstar adalah istilah dari Bahasa Jerman yang berarti Bintang Pimpinan. Lebih lanjut, Soekarno mengatakan
Kalau kita mencari satu dasar yang statis yang dapat mengumpulkan semua, dan jikalau kita mencari suatu leitstar
dinamis dapat yang dapat menjadi arah perjalanan, kita harus menggali sedalam-dalamnya di dalam jiawa masyarakat
kita sendiri. Kalau kita mau memasukkan elemen-elemen yang tidak ada di dalam jiwa Indonesia, tidak mungkin
dijadikan dasar untuk duduk di atasnya.
2.4 Hubungan Pancasila dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) tahun 1945.
Berdasarkan ajaran Stuffen theory dari Hans Kalsen, menurut Abdullah, hubungan pancasila dengan Pembukaan UUD
NRI Tahun 1945 dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar yang berbentuk Piramidal di atas menunjukkan Pancasila sebagai suatu cita-cita hukum yang berada di puncak
segitiga. Pancasila menjiwai seluruh bidang kehidupan bangsa Indonesia . dengan kata lain, gambar pyramidal tersebut
mengandung pengertian bahwa pancasila adalah cerminan dari jiwa da cita-cita hukum bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai cerminan dari jiwa dan cita-cita hukum Bangsa Indonesia tersebut merupakan norma dasar dalam
penyelenggaraan bernegara dan yang menjadi sumber dari segla sumber hukum sekaligus sebagai cita hukum (recht-idee), baik
tertulis maupun tidak tertulis di Indonesia. Cita hukum inilah yang mengarahkan hukum pada cita-cita bersama bangsa
Indonesia. Cita-cita ini secara langsung merupakan cerminan kesamaan-kesamaan kepentingan diantara sesame warga bangsa.

Dalam pengertian yang bersifat Yuridis kenegaraan, Pancasila berfungsi sebagai dasar Negara tercantum dalam Alinea
Keempat pembukaan UUD NRI tahun 1945, yang dengan jelas menyatakan, ..maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undag-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepad Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi Seluruh rakyat Indonesia.
Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, maka fungsi pokok
Pancasila sebagai Dasar Negara pada hakikatnya adalah sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum di
Indonesia.
Berdasarkan penjelasan di atas, Hubungan Pancasla dengan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 dapat dipahami sebagai
hubungan yang bersifat formal dan material. Hubungan secara formal, seperti dijelaskan oleh Kaelan, menunjuk pada
tercantumnya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa tata kehidupan bernegara tidak
hanya bertopang pada asas social, ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asasa yang melekat
padanya, yaitu perpaduan asas-asas cultural, religious dan asas-asas kenegaraan yang unsure-unsurnya terdapat dalam
Pancasila.
Dalam hubungan yang bersifat formal,antara Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 dapat ditegaskan
bahwa rumusan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia adalah sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
NRI tahun 1945 alinea keempat.
Pembukaan yang berintikan Pancasila merupakan sumber bagi batang tubuh UUD NRI tahun 1945. Hal ini disebabkan
karena kedudukan hukum Pembukaan berbeda disebabkan karena kedudukan hukum Pembukaan berbeda dengan pasal-pasal
atau batang tubuh UUD NRI tahun 1945, yaitu bahwa selain sebagai Mukadimah, Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
mempunyai kedudukan atau eksistensi sendiri. Akibat hukum dari kedudukan Pembukaan ini adalah memperkuat kedudukan
Pancasila sebagai norma dasar hukum tertinggi yang tidak dapat diubah dengan jalan hukum dan melekat pada kelangsungan
hidup Negara Republik Indonesia.
Adapun hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 secara material adalah menunjuk pada materi
pokok atau isi Pembukaan yang tidak lain adalah Pancasila. Oleh karena kandungan material pembukaan UUD NRI tahun 1945
dapat disebut sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental, sebagaimana dinyatakan oleh Notonagoro, esensi atau intisari
Pokok Kaidah Negara yang Fundamental secara material tidak lain adalah Pancasila.
Proses perumusan Pancasila dan pembukaan ditinjau kembali maka secara kronologis, materi yang dibahas oleh
BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar Filsafat Pancasila, baru kemudian Pembukaan. Setelah sidang pertama selesai,
BPUPKI membicarakan Dasar Filsafat Negara Pancasila dan berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun oleh panitia
Sembilan yang merupakan wujud ertama Pembukaan UUD NRI tahun 1945.

2.5 Penjabaran pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945
Pembukaan UUD NRI tahun 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan, cita-cita dan hukum dan
cita-cita moral bangsa Indonesia. Pokok-pokok pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa
Indonesia karena bersumber dar pandangan hidup dan dasar negara, yaitu Pancasila. Pokok-pokok pikiran yang bersumber dari
Pancasila itulah yang dijabarkan ke dalam batang tubuh melalui pasal-pasal UUD NRI tahun 1945.
Hubungan Pebukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dalam batang tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan
organis. Hubungan kausal mengandung pengertian Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan penyebab keberadaan batang
tubuh UUD NRI tahun 1945, sedangkan hubungan organis berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukkan UUD NRI tahun 1945 yang
bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah,
menjadi hukum positif.
Sesuai dengan penjelasan UUD NRI tahun 1945, pembukaan mengandung 4 pokok pikiran yang diciptakan dan dijelaskan
dalam batang tubuh. Keempat pokok pikiran tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Pokok pikiran pertama berintikan Persatuan, yaitu negara melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2.
Pokok pikiran kedua berintikan Keadilan sosial, yaitu negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat.
3.
Pokok pikiran ketiga berintikan Kedaulatan Rakyat, yaitu negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas
kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan
4.
Pokok pikiran keempat berintikan Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adali dan beradab.
Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara persatuan diterima dalam Pembukaan UUD NRI tahun
1945, yaitu negara yang melindungi bangsa Indonesia seluruhnya. Negara, menurut pokok pikiran pertama ini, mengatasi
paham golongan dan segala paham perorangan. Demikian pentingnya pokok pikiran ini maka persatuan merupakan dasar
negara yang utama. Oleh karena itu, penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara di
atas kepentingan golongan atau perorangan.
Pokok pikiiran kedua merupakan causa finalis dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945 yang menegaskan suatu tujuan atau
sutu cita-cita yang hendak dicapai. Melalui pokok pikiran ini, dapat ditentukan jalan dan aturan-aturan yang harus dilaksanakan
dalam UUD sehingga tujuan atau cita-cita dapat dicapai dengan berdasar kepada pokok pikiran pertama, yaitu persatuan. Hal
ini menunjukkan bahwa pokok pikiran keadilan sosial merupakan tujuan negara yang didasarkan pada kesadaran bahwa
manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang menunjukkan bahwa sistem negara yang terbentuk ke dalam
UUD harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan permusyawaratan perwakilan. Menurut Bakry (2010: 209), aliran sesuai dengan
sifat masyarakat Indonesia. kedaulatan rakyat dalam pokok pikiran ini merupakan sistem negara yang menegaskan kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Pokok pikiran keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu UUD harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan
lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran ini juga mengandung
pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab sehingga mengandung
maksud menjunjung tinggi hak asasi manusia yang luhur dan budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran keempat
Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan asas moral bangsa dan negara (Bakry, 2010; 210).
MPR RI telah melakukan amandemen UUD NRI tahun 1945 sebanyak empat kali secara berturut-turut terjadi pada 19
Oktober 1999, 18 Agustus 2000, 9 November 2001, dan 10 Agustus 2001. Menurut Rindjin (2012: 245-246), keseluruhan
batang tubuh UUD NRI tahun 1945 yang telah mengalami amndemen dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu;
1.
Pasal-pasal yang tertakait aturan pemerintahan negara dan kelembagaan negara
2.
Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara, agama, pertahanan
negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial
3.
Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera negara, bahasa negara, lambing negara, lagu
kebangsaan, peerubahan UUD, aturan peralihan, dan aturan tambahan.

Berdasarkan hasil amandemen dan pengelompokan keseluruhan Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945, berikut disampaikan
beberapa contoh penjabaran Pancasila kedalam batang tubuh melalaui pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945.
1.
Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan negara
a.
Pasal 1 ayat (3) : Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang menegakkan
supremasi hukum untuk menegakkan keadilan dan kebenaran dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan.
b.
Pasal 3
ayat (1) : MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD
ayat (2) : MPR melantik Prisiden dan / atau Wakil Presiden
ayat (3) : MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan / atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut
UUD
2.
Hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara, agama, pertahanan negara, pendidikan, dan
kesejahteraan sosial.
a.
Pasal 26 ayat (2) : Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
b.
Pasal 27 ayat (3) : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
c.
Pasal 29 ayat (2) : negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
d.
Pasal 31 ayat (2) : setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
e.
Pasal 33 ayat (1) : perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
f.
Pasal 34 ayat (2) : negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat
yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
3.
a.
b.
c.
d.

Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara, lambing negara, dan lagu kebangsaan.
Pasal 35 Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih
Pasal 36 Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia
Pasal 36A Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika
Pasal 36B Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya

2.4 Pengertian Dasar Negara


Sesuai dengan pengertian paham organisme tentang negara, yakni negara adalah sesuatu yang hidup, tumbuh,mekar
dan dapat mati atau lenyap, maka pengertian dasar negara meliputi arti sebagai berikut :
a.
Basis atau fundament negara
b. Tujuan yang menentukan arah negara
c.
Pedoman yang menentukan cara bagaimana negara itu menjalankan fungsi-fungsinya dalam mencapai tujuan itu.
Istilah presiden soekarno ialah dasar statis dan Leitsatar dinamis di kutip sebagai berikut :
. . . bahwa bagi Republik Indonesia, kita memerlukan satu dasar yang bisa menjadi dalam statis dan yang bisa menjadi
Leitstar dinamis. Leitstar, bintang pimpinan1[1]
2.5 Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia, sebagaimana di tegaskan oleh Pembukaan Undang-undang Dasar
Republik Indonesia 1945 :
. . . . . maka di susunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar Negara Republik
Indonesia yang berkadaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada (garis dari penulis) : Ketuhanan Yang Maha Esa . . . . . . .
dan seterus nya
1

Presiden soekarno dalam uraian Pancasila Sebagai Dasar Negara mengartikan dasar Negara itu sebagai
Weltanshauung, demikian beliau berkata :
saudara mengerti dan mengetahui, bahwa pancasila adalah saya anggap sebagai dasar dari pada Negara Republik
Indonesia, atau dengan bahasa jerman : satu Weltanscahauung di atas mana kita meletakkan Negara Republik Indonesia
Weltanschauung suatu abstraksi, konsepsi atau susunan pengertian-pengertian yang melukiskan asal mula kekuasaan
Negara, tujuan Negara dan cara penyelenggaraan kekuasaan Negara itu, di samping itu Weltanschauung berarti
pandangan(filsafat) hidup dari suatu bangsa atau masyarakat tertentu.
Pancasila dalam kedudukannya ini sering di sebut sebagai Dasar Filsafat atau Dasar Falsafah Negara (Philosofische
Gronslag) dari negara,ideology negara atau (staatsidee).
Dalam pengertian ini pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara atau
dengan lain perkataan pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Konsekuensinya seluruh
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara terutama segala peraturan perundang-undangan termasuk proses reformasi dalam
segala bidang ini, dijabarkan dan diderivasikan dari nilai-nilai pancasila. Maka pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum, pancasila merupakan sumber kaidah hukum negara yang secara konstitusional mengatur negara Republik Indonesia
beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat,wilayah,serta pemerintahan negara.
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerokhanian yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita
hukum. Sehingga merupakan suatu sumber nilai,norma serta kaidah, baik moral maupun hukum negara, dan menguasai hukum
dasar baik yang tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau convensi.Dalam kedudukannya sebagai
dasar negara, pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum, Sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai
sumber tertib hukum Indonesia maka Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu pembukaan UUD 1945, kemudian
dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran. Yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang
pada akhirnya dikongkritisasikan dalam pasal-pasal UUD 1945, serta hukum positif lainnya.
Kedudukan pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
-

Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia.
Dengan demikian Pancasila merupakan asas kerokhanian tertib hukum Indonesia yang dalam Pembukaan UUD 1945 dijelma
lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran.

Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar 1945.

Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar tertulis maupun tidak tertulis). Mengandung
norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara
negara (termasuk para penyelenggara partai dan golongan fungsional memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Hal
ini sebagaimana tercantum dalam pokok pikiran ketempat yang bunyinya sebagai berikut :
. . . . . Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar

kemanusiaan

yang

adil

dan

beradab.
-

Merupakan sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar 1945, bagi penyelenggara negara, para pelaksana pemerintahan
(juga para penyelenggara partai dan golongan fungsional). Hal ini dapat dipahami karena semangat adalah penting bagi
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, karena masyarakat dan negara Indonesia senantiasa tumbuh dan berkembang seiring
dengan perkembangan zaman dan dinamika masyarakat. Dengan semangat yang bersumber pada asas kerokhanian negara
sebagai pandangan hidup bangsa, maka dinamika masyarakat dan negara akan tetap diliputi dan diarahkan asas kerokhanian
negara.

Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia tersimpul dalam Pembukaan UUD 1945
alinea IV yang bunyinya sebagai berikut :
. . . . . . maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pengertian kata . . . Dengan berdasar kepada . . . hal ini secara yuridis memiliki makna sebagai dasar negara.
Walaupun dalam kalimat terakhir Pembukaan UUD 1945 tidak tercantum kata Pancasila secara eksplisit namun anak kalimat
. . . dengan berdasar kepada . . . . ini memiliki makna dasar negara adalah Pancasila. Hal ini didasarkan atas interpretasi
historis sebagaimana ditentukan oleh BPUPKI bahwa dasar negara Indonesia itu disebut dengan istilah Pancasila.
Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan utama dirumuskannya Pancasila adalah sebagai
dasar negara Republik Indonesia.Oleh karena itu fungsi pokok pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia.Hal
ini sesuai dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, ketetapan No XX/MPRS/1966.( Jo
Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan No. IX/MPR/1978). Di jelaskan bahwa pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia yang pada hakikatnya adalah merupakan suatu

pandangan hidup,

kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kebatinan serta watak dari bangsa Indonesia.
Selanjutnya dikatakannya bahwa cita-cita tersebut adalah meliputi cita-cita mengenai kemerdekaan individu.Kemerdekaan
bangsa, perikemanusiaan, keadilan social, perdamaian nasional dan mondial, cita-cita politik mengenai sifat, bentuk dan tujuan
negara.Cita-cita moral mengenai kehidupan ke masyarakatan dan keagamaan sebagai pengejawantahan dari budi nurani
manusia.
Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melalui Sidang Istimewa tahun 1998, mengembalikan kedudukan Pancasila
sebagai dasar negara Republik Indonesia yang tertuang dalam tap. No. XVIII/MPR/1998. Oleh karena itu segala agenda dalam
proses reformasi, yang meliputi berbagai bidang selain mendasarkan pada kenyataan aspirasi rakyat (sila IV) juga harus
mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Reformasi tidak mungkin menyimpang dari nilai
Ketuhanan.Kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan, bahkan harus bersumber kepadanya. 2[2]

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum Indonesia.Pancasila merupakan
asas kerokhanian dalam pembukaan UUD 1945 dijelma dalam 4 pokok pikiran meliputi :
-

Suasana kebatinan dari UUD 1945

Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar tertulis maupun tidak tertulis).

Mengandung norma yang mengharuskan UUD yang mewajibkan pemerintah dll, penyelenggara negara memegang

teguh cita-cita moral rakyat yang luhur, bunyinya sebagai berikut :


Negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
-

Merupakan sumber semangat

dengan perkembangan zaman dan dinamika masyarakat dengan semangat yang

bersumber pada asas kerokhanian negara, sebagai pandangan hidup bangsa, maka dinamika masyarakat dan negara akan tetap
diliputi

dan

di

arahkan

atas

kerohanian

negara.

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 dapat dipahami sebagai
hubungan yang bersifat formal dan material. Hubungan secara formal, seperti dijelaskan oleh Kaelan menunjuk pada
tercantumnya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa tata kehidupan bernegara tidak
hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat
padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religus dan asas-asas kenegaraan yang unsure-unsurnya terdapat dalam Pancasila.
Hubungan Pebukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dalam batang tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan
organis. Hubungan kausal mengandung pengertian Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan penyebab keberadaan batang
tubuh UUD NRI tahun 1945, sedangkan hubungan organis berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukkan UUD NRI tahun 1945 yang

bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah,
menjadi hukum positif

3.2 Kritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA
http://reymandasianipar.blogspot.co.id/2013/10/pancasila-dalm-batang-tubuhuud-nri.html

Anda mungkin juga menyukai