pendefinisian
sebagai
bahan
pendefinisian
makna
elemen
(objek),
Teori sintaktik meliputi pola hubungan antara unsur-unsur yang membentuk struktur
pelaporan keuangan atau struktur akuntansi dalam suatu negara yaitu manajemen, entitas
pelapor (pelaporan), pemakai informasi, sistem akuntansi, dan pedoman penyusunan laporan
(prinsip akuntansi berterima umum atau generally accepted accounting principles). Dengan
kata lain, dari segi sintaktik, teori akuntansi berusaha untuk memberi penjelasan dan
penalaran tentang apa yang harus dilaporkan, siapa melaporkan, kapan harus dilaporkan, dan
bagaimana melaporkannya. Struktur pelaporan keuangan dalam suatu negara akan tergantung
pada berbagai pertanyaan.
Jawaban atas pertanyaan diatas akan membentuk aspek formal tanda bahasa akuntansi
sebagai bahasa atau alat komunikasi bisnis. Elemen laporan keuangan dan pengukurnya
dianalogi dengan tanda bahasa sedangkan stuktur pelaporan keuangan dianalogi dengan tata
bahasa. Stuktur pelaporan keuangan menggambarkan hubungan fungsional pengirim, tanda
bahasa, kaidah bahasa, dan penerima (pembaca laporan) sehingga terjadi komunikasi bisnis
yang efektif.
Fokus teori akuntansi sintaktik adalah memberi penjelasan dan penalaran yang
melandasi suatu struktur pelaporan keuangan, teori ini kadang-kadang disebut pula dengan
teori berpendekatan struktural (structural approach).
Hal ini ditujukkan dengan adanya asosiasi antara akuntansi atau peristiwa (event) dengan
return (return) , harga atau valuma saham dipasar modal. Gambar dibawah ini menjelaskan
sasaran teori pragmatik dalam menguji kebermafaatan informasi akuntansi.
Bagian kedua
Sejak awal, FASB telah menerapkan sebuah pendekatan deduktif dan quasi politik
dalam formulasi dari prisnip-prinsip akuntansi. Hal yang dilakukan oleh FASB mendapatkan
nilai yang lebih baik, pertama, dengan adanya usaha untuk mengembangkan suatu kerangka
kerja teoretis atau kesepakatan dalam akuntansi, dan kedua, dengan lahirnya berbagai
kelompok yang berkepentingan, yang kontribusinya diperlukan bagi penerimaan umum
atas standar baru. Oleh sebab itu, proses penetapan standar memiliki aspek politis di
dalamnya.
Proses dari penetapan standar dapat digambarkan sebagai demokratis karena, seperti
semua badan pembuat peraturan, hak Dewan untuk membuat peraturan pada akhirnya akan
sangat bergantung kepada persetujuan dari pihak yang diatur. Tetapi karena penetapan standar
membutuhkan beberapa perspektif, maka tidaklah tepat jika suatu standar ditetapkan dengan
hanya didasarkan pada penggambaran dari para pemilihnya. Hal yang serupa pula, proses
tersebut dapat diuraikan sebagai legislatif karena penetapan standar harus dimusyawarahkan
dan karena seluruh pandangan harus didengarkan. Tetapi para penyusun standar diharapkan
untuk dapat mewakili seluruh pemilih sebagai satu kesatuan dan tidak menjadi perwakilan
dari sekelompok pemilih tertentu. Proses ini dapat diuraikan sebagai bersifat politis karena
terdapat satu usaha pembelajaran yang terkait dengan usaha untuk mendapatkan penerimaan
satu standar baru.
aktivitas yang ia lakukan serta melakukan pemisahan dari pemilik dan bisnis itu sendiri,
sehingga memungkinkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan. Empat alasan berikut ini
umumnya muncul untuk menjelaskan peranan dari pencatatan berpasangan di dalam ekspansi
ekonomi :
1. Pencatatan berpasangan memberikan kontribusi bagi munculnya satu sikap baru atas
kehidupan ekonomi.
2. Semangat baru melakukan akuisisi ini didukung dan didorong oleh adanya perbaikan
dari perhitungan-perhitungan ekonomis.
3. Rasionalisme baru ini kian ditingkatkan lagi dengan adanya organisasi yang
sistematis.
4. Pembukuan pencatatan berpasangan mengizinkan adanya pemisahan atas kepemilikan
dan manajemen dan karenanya meningkatkan pertumbuhan dari perusahaan besar
dengan saham gabungan.
Yamey mengindikasikan bahwa para usahawan di abad ke-16 sampai dengan abad ke18 tidak pernah menggunakan pembukuan dengan pencatatan berpasangan untuk melacak
laba dan modalnya, namun hanya menggunakannya untuk mencatat suatu transaksi. Ia
mengatakan :
sistem pencatatan berpasangan hanyalah menambahkan sedikit dari pemberian
kerangka kerja di mana data akuntansi dapat ditempatkan dan sementara datanya
dapat diatur, dikelompokkan, dan dikelompokkan ulang kembali. Sistem tidak
dengan sendirinya menentukan rentang dari data yang harus dimasukan kedalam
satu aturan tertentu, maupun memaksakan adanya pola tertentu dalam pengurutan
internal dan pengurutan ulang data.