BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup dimuka bumi ini pasti selalu melakukan yang namanya kegiatan
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Bertransaksi sana-sini untuk menjalankan
kehidupan dan tanpa kita sadari pula kita melakukan yang namanya Wakalah, Shulhu,
Ju'alah, 'Ariyah dan Rahn.
Makalah ini membahas tentang beberapa masalah bidang muamalah yaitu
Wakalah, Shulhu, Ju'alah, 'Ariyah dan Rahn.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Wakalah, hukumnya, macam-macamnya dan hikmah Wakalah?
2. Apa pengertian Sulhu dan macam-macamnya?
3. Apa pengertian Kafalah dan macam-macamnya?
4. Apa pengertian jualah dan hukumnya?
5. Apa pengertian Ariyah Rahn, dan apa hikmahnya?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Wakalah, hukumnya, macam-macamnya dan juga
hikmahnya.
2. Mengetahui pengertian Sulhu dan macam-macamnya.
3. Mengetahui pengertian Kafalah dan macam-macamnya.
4. Mengetahui pengertian Jualah dan hikumnya.
5. Mengetahui pengertian Ariyah Rahn dan hikmahnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. WAKALAH
1. Definisi Wakalah
Menurut bahasa, kata al-wakalah adalah menjaga dan menyerahkan.
Sedangkan menurut syara adalah penyerahan perkara oleh seorang terhadap
orang lain dalam melaksanakan suatu perbuatan yang dapat diganti untuk
dikerjakan semasa dia masih hidup.1
Abdul Aziz Mabruk Al-Ahmadi, Abdul Karim bin Shunaitan Al-Amri, Abdullah bin Fahd
Asy-Syarif, Faihan bin Syali Al Muthairi, Fikih Muyassar, (Jakarta: DARUL HAQ, 2015), cet. 1, hlm.
373
Abdul Aziz Mabruk Al-Ahmadi, Abdul Karim bin Shunaitan Al-Amri, Abdullah bin Fahd
Asy-Syarif, Faihan bin Syali Al Muthairi, Ibid, hlm. 373.
3
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no 3632 dan ad-Daraquthni, 4/155.
4
Diriwayatkan oleh al-Bukhori, no. 3642.
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafii Jilid 2, (Jakarta: Penerbit Almahira, 2010), Cet. 1, hlm.
206.
4. Macam-Macam Wakalah
Wakalah terbagi menjadi, muthlaq dan muqayyad.7
a. Wakalah muqayyad adalah wakalah dimana muwakil membatasi tindakan
wakil dan menentukan cara melaksanakan tindakan tersebut. Misalnya,
Aku wakilkan padamu untuk menjual rumahku ini dengan harga sekian.
b. Wakalah muthlaq adalah wakalah yang terbebas dari setiap batasan.
Misalnya, Aku wakilkan padamu untuk menjual rumahku. Maka wakil
dapat menjualnya dengan harga layak dan tidak terbatas dengan harga
tertentu.
5. Hikmah Wakalah8
a. Dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan cepat sebab tidak semua
orang mempunyai
7
8
Mei 2016.
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara), hlm. 190.
https://azizpwd.wordpress.com/2010/05/31/wakalah-dan-shulhu/. Di akses pada tanggal 22
B. SHULHU
1. Definisi Shulhu
Secara
bahasa,
ash-shulhu
()
perdamaian,
bermakna,
Abdul Aziz Mabruk Al-Ahmadi, Abdul Karim bin Shunaitan Al-Amri, Abdullah bin Fahd
Asy-Syarif, Faihan bin Syali Al Muthairi, Op. Cit, hlm. 404.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 3594; at-Tirmidzi, no. 1352, beliau berkata, Hasan
Shahih; Ibnu Majah, no. 2352; dishahihkan oleh al-Albani dalam shahih Ibnu Majah, no.1905.
11
Isnawati Rais, Fiqih Muamalah dan Aplikasinya Pada LKS (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, 2011), hlm. 193.
12
Isnawati Rais, Ibid, hlm. 193-194.
10
4. Macam-Macam Shulhu
Menurut Idris Ahmad dalam bukunya Fiqh Syafiiyah dijelaskan
bahwa shulu terdapat empat macam, yaitu:13
a. Perdamaian antara kaum muslimin dengan masyarakat nonmuslim, yaitu
membuat perjanjian untuk meletakan senjata dalam masa tertentu (gencatan
senjata), secara bebas atau dengan jalan mengganti kerugian yang diatur
dalam undang-undang yang disepakati oleh dua pihak.
b. Perdamaian antara dua penguasa (imam) dengan pemberontak, yakni
membuat perjanjian atau peraturan mengenai keadaan dalam negara yang
harus ditaati.
c. Perdamaian antara suami dan istri dalam sebuah keluarga, yaitu membuat
perjanjian dan aturan-aturan pembagian nafkah, masalah durhaka, serta
13
C. KAFALAH
1. Definisi Kafalah
14
15
10
Mereka menjawab, kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat
mengembalikannya akan memperoleh (bahan makanan) seberat beban unta.
Dan aku menjamin terhadapnya. (Yusuf: 72)
Maksudnya, Akulah penjamin dan penanggung jawabnya.
Dan firman Allah SWT,
Tanyalah kepada mereka, Siapakah di antara mereka yang bertanggung jawab
terhadapa (keputusan yang diambil itu)? (Al-Qalam: 40).
Maksudnya, pemberi jaminan.
Dalil dari as-Sunah adalah sabda Rasulullah SAW,
Pinjaman itu (wajib) ditunaikan, penjamin adalah pihak penanggung jawab,
dan hutang itu wajib dibayar.16
Para ulama berijma atas dibolehkannya kafalah karena kebutuhan
masyarkat kepadanya dan untuk menepis mudharat dari pihak yang memikul
hutang (debitur).17
Rukun kafalah menurut Abu Hanifah dan Muhammad ada dua, yaitu:
ijab dari pihak penanggung dan qabul dari pihak yang berhutang. Menurut Abu
11
Yusuf rukun kafalah hanyalah ijab, sedangkan qabul bukan ternasuk rukun
kafalah. Sedangan menurut jumhur ulama rukun kafalah ada empat, yaitu:18
a. Dhamin (pihak penjamin/penanggung)
b. Madhmun (pihak yang berpiutang)
c. Madhmun anhu (pihak yang berhutang)
d. Sighat (ijab)
4. Jenis Kafalah
18
12
Qatadah
bit-Taslim:
jaminan
yang
diberikan
dalam
rangka
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,
2001), Cet. 1, hlm. 124-125.
21
13
D. JUALAH
1. Definisi Jualah
Secara etimologi, jualah adalah upah, hadiah atau komisi.22 Yang berarti
upah atau hadiah yang diberikan kepada seseorang karena orang tersebut
mengerjakan atau melaksanakan suatu pekerjaan tertentu.
Dalam kitab yang lain, Jualah Menurut bahasa ialah istilah yang
digunakan untuk sesuatu yang diberkan kepada seseorang karena telah
melakukan pekerjaan tertentu.23
Jualah menurut syara berarti kesediaan membayar kompensasi yang
besarannya telah diketahui atas pekerjaan yang telah ditentukan atau belum
ditentukan yang sulit dipenuhi.24 Praktiknya seperti pernyataan orang yang
berkewenangan membelanjakan harta secara mutlak. Siapa yang dapat
menjahit kain ini menjadi sepotong kemeja, dia berhak mendapat uang sekian,
Siapa yang hafal al-Quran, dia berhak mendapat uang sekian, Siapa yang
dapat menciptakan alat yang dapat mencegah kemacetan di jalan raya, atau
menemukan obat kanker, dia berhak mendapat uang sekian.
22
14
: :
:
:
.
Bahwa beberapa orang dari sahabat Nabi SAW melewati sebuah kampung dari
kampung-kamoung Arab, lalu mereka meminta jamuan tamu pada mereka,
namun penduduk kampung itu menolak mereka. Lalu tokoh kampung itu
disengat (hewan berbisa), maka mereka berkata kepada para sahabat, Apakah
di antara kalian ada yang bisa meruqyah? Mereka menjawab, Ya ada, tetapi
kami tidak mau melakukan kecuali kalian menetapkan upah bagi kami. Maka
orang-orang kampung itu menetapkan sekawanan domba sebagai upahnya.
Lalu seorang sahabat meruqyahnya dengan al-Fatihah, maka sembuhlah tokoh
tersebut. Maka mereka menyerahkan domba-domba (yang dijanjikan). Lalu
para sahabat berkata, Kami tidak akan mengambilnya sehingga kami bertanya
kepada Rasulullah. Manakala mereka pulang, maka mereka menanyakannya
kepada beliau, maka beliau bersabda, Ambillah domba-domba tersebut dari
mereka, dan berikanlah satu bagian untukku bersama kalian.26
26
Muttafaq alaihi: diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 2276 dan Muslim, no. 2201.
15
27
16
E. ARIYAH
1. Definisi Ariyah
Al-Iarah ( )adalah bolehnya memanfaatkan sesuatu dengan tetap
menjaga wujudnya. Sedangkan al-Ariyah ( )adalah barang pinjaman yang
diambil manfaatnya, misalnya seseorang meminjam mobil dari orang lain untuk
keperluan safar kemudian sesudah itu mengembalikannya kepadanya.34
Peminjaman barang (ariyyah) dengan huruf ya terbaca tasydid- dan
terkadang tanpa tasydid (takhfif), ialah sebutan untuk sesuatu yang
dipinjamkan. Akad peminjaman barang, diambil dari kata dasar taawur yang
artinya adalah bergiliran, atau berulang-ulang antara pergi dan datang.
Pinjaman bermakna bergiliran.35
Hakikat peminjaman menurut syara adalah kewenangan pengambilan
manfaat suatu barang secara halal serta wujud barangnya tetap utuh ketika
32
17
Bahwa Nabi SAW meminjam baju perang darinya (Shafwaan) pada perang
Hunain.37
Dari Anas r.a, dia berkata,
36
18
Bahwa Nabi SAW meminjam seekor kuda dari Abu Thalhah r.a.38
Muttafaq alaihi: diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 2627 dan Muslim, no. 2307.
Wahbah Zuhaili, Op. Cit, hlm. 241.
40
Jamaluddin Abi Muhammad al-Hanafi, Nashb al-Rayah, (Beirut: Dar Ihya al-Turats alArabi, 1987), Jilid IV, hlm. 116.
41
Wahbah Zuhaily, Op. Cit, Juz V, hlm. 55.
42
Syamsuddin Muhammad ibn al-Khatib al-Syarbini, Mughni Al-Muhtaj ila Marifah Maani
Alfazh al-Minhaj, (Dar al-Fikr, t.t.), Juz II, hlm. 266.
39
19
43
44
hlm 552.
20
F. RAHN
1. Definisi Rahn
Ar-Rahn ()
adalah menjadikan harta benda sebagi jaminan
pengokoh untuk hutang, untuk dijadikan pembayaran dari harta benda itu atau
dari harganya, apabila yang berhutang (debitur) tidak mampu melunasinya.45
Dalam pengertian yang lain, menurut bahasa, gadai berarti tetap, kekal
atau penahanan. Sedangkan menurut istilah syara, gadai adalah penyerahan
harta benda sebagai jaminan utang, yang hak kepemilikannya bisa diambil alih
ketika sulit menebusnya.46 Dengan demikian, makna gadai dalam pernyataan
fuqaha madzhab Syafii ialah penggadaian barang kepemilikan.
45
Abdul Aziz Mabruk Al-Ahmadi, Abdul Karim bin Shunaitan Al-Amri, Abdullah bin Fahd
Asy-Syarif, Faihan bin Syali Al Muthairi, Loc. Cit, hlm. 367.
46
Wahbah Zuhaili, Loc. Cit, hlm. 73.
47
Abdul Aziz Mabruk Al-Ahmadi, Abdul Karim bin Shunaitan Al-Amri, Abdullah bin Fahd
Asy-Syarif, Faihan bin Syali Al Muthairi, Op. Cit, hlm. 368.
21
Bahwa Nabi SAW membeli bahan makanan dari seorang laki-laki Yahudi
(dengan pembayaran ditangguhkan) sampai waktu yang ditentukan, dan beliau
menggadaikan kepadanya sebuah baju besi.
Ijma ulama ahli fiqih sepakat akan diperbolehkannya akad rahn, baik
dalam keadaan hadir (berada ditempat) maupun safar (dalam perjalanan).48
Ibnu Qudamah, Al-Mughni, (Beirut: Dar al-Kitab al-Araby, 1980), Juz IV, hlm. 327.
Alauddin Al-kasani, Bada al-Sannai fi Tartib al-Syara: Syarh Tuhfah al-Fuqaha li alSamarqandi, (Mesir: Syirkah al-Mathbuah), Juz IV, hlm. 135.
50
Wahbah Zuhaili, Op. Cit, hlm. 74.
51
Wahbah Zuhaili, Ibid, hlm. 74.
48
49
22
menggadaikan aset milik anaknya, orang gila, dan orang yang bodoh. Selain
itu, orang-orang tersebut juga tidak boleh menjadi penggadai atas nama
mereka, atau kuasa hukum tidak diperkenankan menggadaikan aset orang
yang sedang dalam proses pencekalan dari pihak terkait.
b. Persyaratan Shigat Gadai
Akad gadai tidak sah seperti akad lainnya, kecuali disertai ijab dan
qabul, atau paling tidak terdapat sesuatu yang menggantikan posisi
keduanya dalam hal jual beli. Sebab, gadai merupakan perjanjian yang
melibatkan harta sehingga perlu dimanifestasikan dalam bentuk pernyataan
tersebut seperti halnya jual beli.52
c. Persyaratan Barang yang Digadaikan
Menurut pendapat yang ashah, barang yang digadaikan harus berupa
barang yang sah untuk diperjualbelikan. Dengan ungkapan lain, segala
sesuatu yag boleh diperjualbelikan, boleh digadaikan.53
d. Persyaratan Pinjaman dalam Akad Gadai
Syarat pinjaman dalam akad gadai adalah berupa utang yang telah
berkekuatan hukum tetap dan mengikat (wajib ditepati). Jadi, akad gadai
tanpa didasari utang yang bersifat demikian adalah tidak sah.54
4. Hikmah Rahn
Manfaat yang dapat diambil oleh bank dari prinsip rahn adalah sebagai
berikut:55
a. Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main dengan
fasilitas pembiayaan yang diberikan bank.
52
23
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Wakalah adalah penyerahan perkara oleh seorang terhadap orang lain dalam
melaksanakan suatu perbuatan yang dapat diganti untuk dikerjakan semasa dia
masih hidup.
2. Shulhu adalah akad (perjanjian) yang digunakan untuk mengakhiri pertikaian
diantara dua pihak.
3. Kafalah adalah menggabungkan tanggungan atas tanggungan yang lain dalam
hal penagihan, baik dengan jiwa, utang ataupun zat benda.
4. Jualah berarti kesediaan membayar kompensasi yang besarannya telah
diketahui atas pekerjaan yang telah ditentukan atau belum ditentukan yang sulit
dipenuhi.
5. Ariyah adalah kewenangan pengambilan manfaat suatu barang secara halal
serta wujud barangnya tetap utuh ketika hendak dikembalikan. Peminjaman
adalah pemberian berbagai kemanfaatan suatu barang.
6. Rahn adalah menjadikan harta benda sebagi jaminan pengokoh untuk hutang,
untuk dijadikan pembayaran dari harta benda itu atau dari harganya, apabila
yang berhutang (debitur) tidak mampu melunasinya.
24
25
Kami berharap pembaca tidak hanya terpaku kepada makalah yang kami buat
ini untuk dijadikan sumber, pembaca dapat mencari sumber lain yang lebih jelas dan
lengkap dalam penjelasan dan pemahamannya. Dengan segala kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini mudah-mudahan ada sedikit ilmu dan pengetahuan baru
yang dapat diambil oleh pembaca dari makalah ini.
26
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ahmadi, Abdul Aziz Mabruk. Dkk. 2015. Fikih Muyassar. Cetakan ke-1. Jakarta:
DARUL HAQ.
Al-Hanafi, Amaluddin Abi Muhammad. 1987. Nashb al-Rayah Jilid IV. Beirut: Dar
Ihya al-Turats al-Arabi.
Al-Jazairi, Abu Bakar. 2004. Ensiklopedia Muslim, Bab 5: Muamalah. Jakarta:
Rajagrafindo.
Antonio, Muhammad Syafii. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Cetakan ke1. Jakarta: Gema Insani.
Ibnu Qudamah. 1980. Al-Mughni Juz IV. Beirut: Dar al-Kitab al-Araby.
Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia Terlengkap.
Edisi Kedua. Surabaya: Pustaka Progressif.
Rais, Isnawati. 2011. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya Pada LKS. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Jakarta: Pena Pundi Aksara.
Suhendi, Hendi. 2010. Fiqh Muamalah. Jakarta: Grafindo Persada.
Zuhaili, Wahbah. 2010. Fiqih Imam Syafii Jilid 2. Cetakan ke-1. Jakarta: Penerbit
Almahira.
_____________ . 2010. Fiqih Imam Syafii Jilid 5. Cetakan ke-1. Jakarta: Penerbit
Almahira.
Al-kasani, Alauddin. Bada al-Sannai fi Tartib al-Syara: Syarh Tuhfah al-Fuqaha li
al-Samarqandi Juz IV. Mesir: Syirkah al-Mathbuah.
26